Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol Cikampek

PERENCANAAN TATA HIJAU SIMPANG SUSUN DAWUAN
JALAN TOL CIKAMPEK

ADITYO WIDODO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Tata
Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol Cikampek adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Adityo Widodo
NIM A44070069

ABSTRAK
ADITYO WIDODO. Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol
Cikampek. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Saat ini kemacetan menjadi permasalahan di kota-kota besar. Hal ini
dikarenakan oleh pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan
akan transportasi. Kemacetan terjadi dikarenakan bertambahnya jumlah kendaraan
bermotor. Aktivitas transportasi menyebabkan peningkatan polusi udara. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini dibutuhkan ruang terbuka hijau yang terdapat
pada lanskap jalan tersebut. Penelitian berlokasi di simpang susun Dawuan jalan
Tol Cikampek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur emisi kendaraan
berupa partikel debu, jumlah populasi pohon untuk menjerap partikel debu
tersebut, dan merencanakan penanaman pada simpang susun Dawuan. Tahapan
penelitian terdiri dari pengurusan izin, inventarisasi, analisis, dan sintesis. Hasil

penelitian ini berupa rencana lanskap dan rencana penanaman simpang susun
Dawuan. Hasil dari studi pada simpang susun Dawuan adalah penataan vegetasi
dengan fungsi penyangga, fungsi pengarah, fungsi konservasi, fungsi identitas,
fungsi estetika, dan fungsi keamanan. Total Emisi debu yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor adalah 233.723 g /hari, sehingga dibutuhkan 8.958 pohon
untuk menjerap debu tersebut. Pada hasil rencana, penanaman jumlah populasi
pohon adalah 5.229 pohon, sehingga masih dibutuhkan 3.729 pohon untuk
menjerap partikel debu. Vegetasi yang digunakan diantaranya ki hujan (Samanea
saman), akasia (Acassia auriculiformis), dan kayu putih (Melaleuca leucadendra).
Kata kunci: emisi kendaraan, fungsi vegetasi, simpang susun, tata hijau

ABSTRACT
ADITYO WIDODO. Planting Plan in Dawuan Junction of Cikampek Toll Road.
Supervised by NIZAR NASRULLAH.
Traffic jam have been the most pressing issues in big city. These problems
were caused by human population growth, economic growth, and transportation.
Vehicle activities increase air pollution on high level. To overcome this problem,
green open space in the site is needed as a solution. This research is located in
Dawuan interchange at Cikampek toll road. The purpose of this research are to
measure total of particle limited by traffic and tree population needed, and to

arrange planting plan in Dawuan interchange. The process of this research
consists of several phases e.g. commission, research, analysis, and synthesis.The
result of the research is arrangement of vegetation by the functions as buffer,
direction, conservation, identitiy, and aesthetic. Total emission of particle
produced by vehicle approximately is 233.723 g/day, and to adsorb the particle
emission 8.958 trees are needed. In case, the site only can be planted by 5.229
trees, so that 3.729 trees still needed to adsorb those emission of dust.
Recommended vegetation are Samanea saman, Acassia auriculiformis, and
Melaleuca leucadendra.
Keywords: emission, function of vegetation, interchange, planting plan

PERENCANAAN TATA HIJAU SIMPANG SUSUN DAWUAN
JALAN TOL CIKAMPEK

ADITYO WIDODO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol
Cikampek
Nama
: Adityo Widodo
NIM
: A44070069

Disetujui oleh

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 ini ialah tata hijau,
dengan judul Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol
Cikampek.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nizar Nasrullah, M Agr
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dalam penulisan skripsi. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arie Arianto ST ,MT
dari PT Jasa Marga, Tbk yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, kakak, Amzyella,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juli 2013

Adityo Widodo

DAFTAR ISI
ABSTRAK

iv

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR


x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


2

Kerangka Pikir

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Simpang Susun

3

Jalan Tol

3

Fungsi Tanaman dalam Lanskap


4

Penanaman Jalur Hijau Jalan Tol

8

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN

9
9
10
12

Inventarisasi

12


Analisis

25

Sintesis

36

SIMPULAN DAN SARAN

55

Simpulan

55

Saran

56


DAFTAR PUSTAKA

56

LAMPIRAN

58

RIWAYAT HIDUP

61

DAFTAR TABEL
1 Fungsi tanaman dalam lanskap (Carpenter et al. 1975).
2 Data yang digunakan dalam penelitian
3 Rata-rata gas buang bensin dan solar
4 Volume Lalu Lintas Jalan Tol (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk)
5 Volume Lalu Lintas Rata-Rata Harian (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk)
6 Golongan kendaraan yang melintas
7 Perhitungan Emisi
8 Daya Jerap Debu per Pohon
9 Perhitungan Populasi Pohon Menjerap Partikel Debu
10 Hubungan fungsi, aktivitas, dan fasilitas simpang susun jalan Tol
Cikampek-Cipularang
11 Rencana vegetasi

5
11
11
23
23
24
32
33
33
37
42

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian
2 Contoh simpang susun
3 Bagian- bagian jalan tol
4 Peta lokasi penelitian
5 Proses perencanaan dan perancangan (Simonds 1983)
6 Curah hujan rata-rata bulanan
7 Rata-rata jumlah hari hujan
8 Suhu rata-rata harian
9 Intensitas penyinaran matahari
10 Peta aksesibilitas
11 Peta topografi
12 Peta vegetasi
13 Kondisi visual tapak
14 Penggunaan lahan
15 Peta visual
16 Peta drainase
17 Peta kemiringan lahan
18 Peta analisis
19 Bagan hubungan antar ruang
20 Skematik diagram
21 Siteplan
22 Blow up I siteplan
23 Blow upII siteplan
24 Blow up III siteplan
25 Blow up IV siteplan
26 Planting plan I
27 Planting plan II
28 Planting plan III

2
3
4
9
12
13
13
14
14
15
17
18
19
20
21
22
31
35
37
41
44
45
46
47
48
49
50
51

29 Planting plan IV
30 Detail penanaman ground cover
31 Detail penanaman semak
32 Detail penanaman pohon

52
52
53
54

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner

58

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini kemacetan sudah menjadi hal yang umum di kota-kota besar seperti
Jakarta, Bandung, Surabaya. Kemacetan terjadi dikarenakan bertambahnya jumlah
kendaraan bermotor. Salah satu dampak negatif dari bertambahnya jumlah
kendaraan bermotor adalah polusi udara akibat sisa pembakaran kendaraan
bermotor. Oleh karena itu kebutuhan penyediaan jalan sebagai sarana transportasi
juga tidak lepas dari kebutuhan akan penataan lanskap jalan untuk mengurangi
polusi terhadap lingkungan.
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 15 tahun 2005 Bab II Penyelenggaraan
Jalan Tol bertujuan meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna
menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah
tinggi tingkat perkembangannya. Salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi
kemacetan serta untuk efisiensi dan efektivitas lalu lintas adalah dengan
membangun jalan bebas hambatan antarkota yang menghubungkan Jakarta dan
Bandung dengan penambahan jalan tol dari Cikampek sampai Padalarang yang
diresmikan pada tahun 2005. Simpang susun Dawuan merupakan penghubung
jalan Tol Cikampek dengan jalan Tol Cipularang.
Simpang susun adalah suatu persimpangan tidak sebidang pada pertemuan
dua/ lebih lintas jalan arteri atau jalan tol. Fungsi simpang susun adalah
mempermudah perpindahan kendaraan dari jalan arteri ke jalan arteri lainnya,
jalan arteri ke jalan tol, atau jalan tol ke jalan tol lainnya (Oglesby dan Hicks,
1990). Pada simpang susun terjadi pembagian jalan (divergensi) dan penyatuan
(konvergensi) dua jalan. Pembagian jalan divergensi dan konvergensi jalan
berpotensi mengakibatkan konflik kendaraan dari kedua jalan tersebut. Pada
simpang susun Dawuan kendaraan yang melaluinya adalah akumulasi dari dua
jalan Tol Cikampek dan jalan Tol Cipularang, hal ini mengakibatkan jumlah
polusi udara yang tinggi, sehingga dibutuhkan vegetasi untuk mengurangi polutan
agar kerusakan lingkungan dapat dihindarkan. Keberadaan overpass
mengakibatkan terdapat ketinggian tanah yang berbeda dengan kemiringan yang
relatif rawan terhadap erosi sehingga dibutuhkan vegetasi rumput untuk
mengurangi dampak erosi (Carpenter et al.,1975). Pada simpang susun terdapat
loop dengan jari-jari yang panjang agar kendaraan dapat berbelok tanpa perlu
menurunkan kecepatan secara signifikan. Keberadaan loop yang luas pada
simpang susun berpotensi sebagai lahan untuk vegetasi konservasi air, tanah, dan
menyerap polusi udara. Keberadaan belokan ini membutuhkan vegetasi pengarah
untuk mengarahkan pengemudi kendaraan (Carpenter et al.,1975).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan rencana penataan jalur hijau
simpang susun Dawuan pada jalan tol Cikampek yang memberikan keselamatan
dan kenyamanan, identitas lokasi, mengurangi dampak negatif jalan terhadap
kualitas lingkungan sekitarnya, dan menambah nilai estetika bagi pengguna jalan

2
dengan pemilihan, penggunaan, dan peletakan berbagai jenis vegetasi pada area
hijau jalan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak
PT. Jasa Marga, Tbk dalam penataan lanskap simpang susun jalan tol agar dapat
memenuhi kebutuhan pengguna jalan, pengelola, dan masyarakat di sekitarnya.
Kerangka Pikir

Permasalahan lanskap di simpang susun Dawuan
 Polusi udara berupa emisi kendaraan bermotor yang berlebih
 Kemiringan lahan yang relatif rawan erosi
 penataan ruang terbuka hijau yang belum maksimal

Badan
jalan
Pengguna
jalan

Ruang terbuka

Ruang terbuka hijau

Klasifikasi fungsi
vegetasi

Daerah bebas
pandang (clear zone)
dan cushion planting

Klasifikasi jenis
vegetasi

Analisis fungsi, jenis vegetasi, dan emisi kendaraan

kriteria tata hijau yang memberi keamanan, kenyamanan, dan
keindahan lanskap jalan tol di simpang susun Dawuan serta
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekitar

Tata hijau simpang susun Dawuan pada Jalan Tol Cikampek

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA
Simpang Susun
Simpang susun adalah suatu persimpangan tidak sebidang pada pertemuan
dua/ lebih lintas jalan arteri atau jalan tol. Fungsi simpang susun adalah
mempermudah perpindahan kendaraan dari jalan arteri ke jalan arteri lainnya,
jalan arteri ke jalan tol, atau jalan tol ke jalan tol lainnya (Oglesby dan Hicks,
1990). Pada simpang susun ini terjadi pembagian jalan (divergensi) atau
penyatuan (konvergensi) dua jalan. Desain geometrik simpang susun meliputi
pemilihan bentuk terbaik yang sesuai dengan situasi tertentu. Faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan adalah topografi medan, proyeksi karakter lalu lintas, lahan
yang tersedia, dampak terhadap daerah sekitarnya serta lingkungan keseluruhan,
kelangsungan hidup ekonomi, serta kendala-kendala segi pembiayaan.
Bentuk umum simpang susun jalan tol meliputi bentuk ketupat (diamond),
setengah semanggi (partial cloverleaf), semanggi (cloverleaf), directional, bentuk
Y, bentuk terompet (Oglesby dan Hicks, 1990). Gambar 2 menyajikan bentuk
umum simpang susun jalan tol.

(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: (a) simpang susun diamond; (b) simapang susun semanggi; (c)
simpang susun terompet; (d) simpang susun bentuk Y
Gambar 2 Contoh simpang susun
Jalan Tol
PP RI No 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol menyebutkan bahwa jalan tol
adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Beberapa bagian
yang ada di jalan tol adalah rumija jalur utama, median jalan, gerbang tol, on dan
off ramp, simpang susun, tempat istirahat, dan tempat parkir.
Beberapa bagian dari jalan antara lain: (Gambar 3)
1. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja): meliputi badan jalan, bahu jalan, dan ambang
pengamannya. Badan jalan adalah jalur lalu lintas dengan atau tanpa median
jalan. Sedangkan ambang pengaman adalah bagian yang terletak paling luar
dari rumaja untuk mengamankan konstruksi jalan.
2. Ruang Milik Jalan (Rumija): meliputi rumaja dan sejalur tanah tertentu di luar
rumaja untuk pelebaran dikemudian hari.
3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja): ruang sepanjang jalan di luar rumija yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi pandangan
bebas pengemudi dan untuk pengamanan konstruksi jalan.

4

Gambar 3 Bagian- bagian jalan tol
Jalan tol memiliki beberapa persyaratan teknis yang disebutkan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.15 Tahun 2005, antara lain:
1. Jalan tol mempunyai tingkat pelayanan dan kenyamanan yang lebih tinggi dari
jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas jarak jauh dengan
mobilisasi tinggi.
2. Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antarkota didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling lambat 80 kilometer per jam, dan untuk jalan tol di
wilayah perkotaan didesain dengan kecepatan rencana paling lambat 60
kilometer per jam.
3. Jalan tol didesain untuk mampu menahan muatan sumbu terbesar paling rendah
8 ton.
4. Setiap ruas jalan tol harus dilakukan pemagara dan dilengkapi dengan fasilitas
penyeberangan jalan dalam bentuk jembatan atau terowongan.
5. Pada tempat-tempat yang dapat membahayakan pengguna jalan tol, harus
diberi bangunan pengaman yang mempunyai kekuatan dan struktur yang dapat
menyerap energi benturan kendaraan.
6. Setiap jalan tol wajib dilengkapi dengan aturan perintah dan larangan yang
dinyatakan dengan rambu lalu lintas, marka jalan, dan alat pemberi isyarat lalu
lintas.
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
Menurut Arnold (1980) penanaman pohon tepi jalan bertujuan untuk
menciptakan efek bagi pengguna jalan. Pohon-pohon tepi jalan bertujuan
memisahkan berbagai aktivitas yang berlangsung pada jalan umum maupun jalan
dalam suatu kawasan. Bagi pengemudi kendaraan bermotor, pohon memberikan
rasa kehadiran ruang dan mengarahkan pandangan terutama bila ditanam dekat
dengan garis pinggir perkerasan.
Tanaman mempunyai fungsi-fungsi penting dalam kehidupan manusia, yang
dapat mempengaruhi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Fungsi-fungsi tanaman dalam kehidupan manusia menurut Carpenter et al. (1975)
dapat dilihat pada Tabel 1.

5

Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap (Carpenter et al. 1975).
No.
1

2

3

4

5

Fungsi
Tanaman
Perbaikan Iklim

Spesifikasi

1. Modifikasi suhu
2. Penghalang angin dan pergerakan udara
3. Pengontrol presipitasi dan kelembaban
4. Penyaring dan pengkayaan udara
Bidang Teknik
1. Pengontrol pembuangan air dan pengendali
mutu air
2. Pengontrol bising
3. Penyerap polusi udara
4. Pengontrol sinar langsung ataupun pantulan
5. Pengontrol pergerakan
6. Pengontrol erosi tanah
Bidang Arsitektur 1. Pemersatu area
2. Sebagai penghalang
3. Pembentuk private area
4. Sebagai daya tarik
5. Memberikan tema pada suatu lanskap
6. Memperlunak garis arsitektur
7. Kanopi pohon sebagai pembatas bidang atas
8. Pembatas ruang terbuka
9. Penghalang pemandangan buruk
Nilai estetik
1. Menampilkan keindahan bentuk, warna dan
tekstur
2. Pembingkai pemandangan
3. Pelengkap elemen bangunan
4. Pemersatu elemen-elemen lanskap yang
berbeda
Habitat
1. Sebagai tempat tinggal
kehidupan liar
2. Sebagai tempat mencari makanan

Dalam Nugraha (1998) diungkapkan bahwa pada peencanaan lanskap jalan
tol, fungsi tanaman dapat dibedakan berdasarkan bagian-bagian jalan, yaitu:
1. Gerbang tol
Tanaman pada bagian ini berfungsi sebagai identitas untuk memberikan
kesan yang mendalam bagi penggunanya, untuk mengarahkan pengguna jalan
dengan penanaman berjajar menuju pengambilan tiket / bayar tol, serta
bernilai estetis.
2. Median jalan
Tanaman berfungsi untuk pemisah jalur lintas yang berlawanan, sebagai
rintangan atau penuntun arah untuk mencegah terjadinya tabrakan dengan
kendaraan dari arah yang berlawanan, serta mengurangi silau kendaraan
dengan menempatkan tanaman dengan ketinggian dan kepadatan yang tepat.

6
3.

4.

Simpang susun
Pada bagian ini tanaman berfungsi untuk memberikan rasa aman agar
tidak menghalangi pandangan pengemudi, untuk memperbaiki sistem
drainase, penahan erosi, dan pengikat tanah.
Jalur hijau daerah sisi jalan
Tanaman berfungsi sebagai peneduh, penyerap polusi, mengurangi
kebisingan, pemecah angin, dan pembatas pandangan.

Agar dapat berfungsi dalam arsitektur lanskap, terdapat beberapa kriteria
tanaman yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Pengontrol Visual
Tanaman pagar yang rapat dan mempunyai ketinggian lebih dari 1,8 meter
dapat menciptakan suasana pribadi dan agar dapat mengalangi sinar secara
efektif, tanaman harus diletakkan pada tempat yang strategis antara sumber
sinar dengan area yang akan dilindungi (Carpenter et al. 1975). Efektivitas
tanaman dalam mengontrol sinar, baik sinar langsung maupun sinar pantulan
tergantung dari ukuran tanaman, ketinggian tanaman,kepadatan daun, dan
bentuk tajuk. (Grey dan Deneke 1978).
2. Pembatas Fisik
Penghalang fisik bagi manusia dan hewan diberikan oleh tanaman yang
memiliki ketinggian antara 0,9-1,8 meter. Tanaman dengan ketinggian lebih
dari 1,8 meter selain dapat menciptakan penghalang fisik yang baik, juga
dapat digunakan sebagai pengontrol visual (Carpenter et al. 1975). Kriteria
tanaman sebagai fungsi pengontrol jalan yaitu pohon dengan bentuk tajuk
yang menarik, tinggi tidak menghalangi pandangan pengendara, tidak
menghasilkan buah yang besar, dan pertumbuhan tidak agresif (Grey dan
Deneke 1978).
3. Pengontrol Suhu
Radiasi matahari dapat berpengaruh terhadap suhu lingkungan. Efektivitas
pepohonan dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan
daun, bentuk daun dan pola percabangan (Grey dan Deneke 1978). Susunan
daun yang rapat, lapisan daun yang berganda atau tajuk yang rapat dapat
menghalangi datangnya sinar matahari. Simonds (1983) menyatakan bahwa
pohon yang memiliki batas kanopi tinggi berguna dalam menangkap radiasi
matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menghalangi sinar
dan menurunkan temperatur adalah bertajuk lebar, bentuk daun lebar, dan
ketinggian kanopi lebih dari 2 meter.
4. Penahan Angin
Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan
atau memperkuat angin (Carpenter et al. 1975). Efektivitas penanamannya
sebagai pembatas angin ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar penanaman dan
kerapatan daun. Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tingkat proteksi
suatu area oleh angin tergantung pada tinggi pohon. Lebar tanaman dan
mudah tidaknya tanaman ditembus angin tergantung dari pengaturan tanaman
yang baik agar dapat menahan angin, yaitu dengan mengkombinasikan antara
pohon dan semak. selain itu tanaman penghalang angin juga dapat
mempengaruhi suhu daerah di belakangnya.

7
5. Pengontrol Presipitasi dan Kelembaban
Kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan mengontrol
pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar
(berambut), pola percabangan horizontal dan tekstur batang yang kasar (Grey
dan Deneke 1978). Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan
melepaskan air ke udara melalui transpirasi. semakin banyak jumlah daun,
jumlah air yang dikeluarkan semakin banyak, dengan demikian kelembaban
udara semakin tinggi (Carpenter et al. 1975).
6. Pengontrol Bising
Efektivitas tanaman dalam mengontrol bising tergantung dari tinggi tanaman,
kepadatan daun dan lebar penanaman. Tanaman yang mempunyai penutupan
daun sampai bawah, lebih efektif dalam mengontrol bising. Secara umum
vegetasi paling efektif digunakan untuk mengurangi kebisingan dengan
frekuensi tinggi yang mengganggu (berbahaya). Selanjutnya Grey dan
Deneke (1978) menyatakan bahwa tanaman berdaun tebal, cabang dan
batang yang besar dan penanaman yang rapat serta cabang-cabang yang
ringan, mudah bergerak sehingga menimbulkan suara merupakan tanaman
yang efektif dalam mengontrol kebisingan.
7. Pengontrol Polusi Udara
Polusi udara dapat berupa partikel debu atau gas (Grey dan Deneke 1978).
Polutan yang berbentuk partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang
kasar dan berambut secara efektif . Partikel-partikel polutan yang terbawa
angin ditangkap oleh cabang dan dedaunan pohon. Pohon yang sesuai untuk
menangkap polusi udara memiliki kerapatan daun yang tinggi, daun
berdaging tebal, dan percabangan rendah. Menurut Grey dan Deneke (1978)
Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap polutan berupa gas
adalah mempunyai pertumbuhan yang cepat, tumbuh sepanjang tahun,
percabangan dan daun yang padat, dan daun yang berambut.
8. Kontrol Erosi
Erosi tanah dipengaruhi oleh daya perlindungan tanah terhadap angin dan air,
karakteristik fisik tanah serta topografi. Erosi oleh angin dipengaruhi oleh
kecepatan, waktu dan arah angin disamping faktor tanahnya itu sendiri
seperti kelembaban, struktur fisik dan lapisan tanah. Pohon dan semak sejak
lama digunakan untuk mencegah erosi akibat angin. Kriteria pohon untuk
kontrol erosi yaitu kerapatan daun tinggi, permukaan daun berambut, bentuk
pertumbuhan konifer, batang pohon kasar, percabangan horizontal, dan
memiliki akar serabut (Grey dan Deneke 1978). Perlindungan terbaik
terhadap erosi tanah adalah penutupan tanah dengan baik oleh vegetasi,
karena tanaman dapat mereduksi pengaruh dari hujan pada tanah dan akarnya
membantu menangkap partikel tanah yang dapat tercuci (Carpenter et al.
1975).
Kriteria umum untuk tanaman jalan khususnya jalan tol
Departemen PU Ditjen Bina Marga (1996) adalah:
1. daunnya tidak mudah rontok,
2. kayu atau dahannya tidak mudah patah,
3. tanaman harus bebas dari hama dan penyakit,

menurut

8
4. kerimbunan daun tidak mengganggu dan tidak menghalangi pandangan
pemakai jalan, rambu-rambu lalu lintas, kabel listrik, kabel telepon,
maupun fasilitas jalan lainnya,
5. tanaman tidak membahayakan pengguna jalan (tidak berduri, berbiji, atau
berbuah besar,
6. perakaran tidak ekstensif, sehingga tidak merusak saluran drainase dan
kontruksi jalan,
7. tanaman yang dipilih mempunyai ciri fisik
yang menarik atau
mempunyai fungsi tertentu.
Kriteria khusus untuk tanaman jalan tol pada bagian daerah milik jalan
adalah:
1. pohon penaung dengan tinggi sedang atau kurang dari 15 meter,
2. bentuk tajuk pohon bulat atau kolumnar,
3. tinggi cabang paling bawah 5 meter,
4. tidak menggunakan tanaman berdaun besar dan tidak menggugurkan
daun secara serempak,
5. tanaman semak memiliki tinggi maksimum 1,5 meter dan mempunyai
percabangan yang empuk,
6. baik pohon dan semak memiliki karakter fisik yang menarik seperti
bentuk, tektur, dan warna daun, serta bunga yang menarik, dan
7. menggunakan tanaman penutup tanah yang tahunan.
Kriteria khusus untuk tanaman jalan tol pada bagian simpang susun adalah:
1. tanaman penutup tanah, semak, dan pohon pendek,
2. tajuk kolumnar atau tajuk tidak menyebar horizontal,
3. memiliki warna atau bentuk atraktif,
4. memiliki toleransi sedang sampai tinggi terhadap polusi udara, dan
5. memiliki kemampuan tinggi dalam mengurangi polutan.
Selain memperhatikan fungsi, penggunaan tanaman juga harus diperhatikan
dari segi estetikanya yaitu bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan
keindahan tersendiri baik dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk (Carpenter et
al. 1975). Pemilihan tanaman selain harus memperhatikan segi visual juga perlu
menyesuaikan antara kondisi fisik tapak dengan kondisi tanaman, perkembangan
tanaman tersebut baik pada waktu
muda maupun saat dewasa serta
pemeliharaannya. Pemilihan yang tepat dan cermat akan sangat penting dalam
menentukan keberhasilan suatu lanskap. Dalam pemilihan tanaman menurut
Eckbo (1964) perlu memperhatikan:
1. Klasifikasi hortikultur, meliputi syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air,
cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran dan sifat adaptasi.
2. Klasifikasi fisik, meliputi fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman, kecepatan
tumbuh, sifat, umur, bentuk, tekstur, warna, aroma dan budidaya.
Penanaman Jalur Hijau Jalan Tol
Penanaman pohon pada tepi jalan tol dimaksudkan untuk membedakan area
melalui kualitas lanskap yang unik, melapisi jalur jalan lalu lintas, memperkuat
jajaran path dan jalan raya, memberikan penekanan pada nodes jalur sirkulasi,

9
sebagai peneduh dan daya tarik, penghalang/ penutup pemandangan yang kurang
baik, menghilangkan kesilauan serta mengurangi polusi udara dan suara
(Simonds, 1983). Carpenter, et.al (1975) menyatakan bahwa penggunaan tanaman
pada lanskap jalan dibagi menjadi beberapa fungsi, yaitu kontrol visual, pengarah
angin, modifikasi radiasi, matahari dan suhu, kontrol kelembaban dan hujan,
penyaring polutan, kontrol kebisingan, kontrol erosi, serta habitat alami dan
estetika. Menurut Grey dan Deneke (1978) jenis tanaman yang paling efektif
untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk tebal dengan daun yang
rindang.
Rencana atau desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada
suatu lahan di masa yang akan datang (Carpenter et al. 1975). Tanaman yang
dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas
pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat
dipelihara. Desain penanaman ini diwujudkan dalam suatu konsep penanaman.
Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman,
baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain. Faktor yang mempengaruhi
desain penanaman antara lain biaya konstruksi dan pemeliharaan jangka panjang,
serta kondisi tapak yang mencakup jenis tanah, topografi, drainase, iklim, lokasi,
serta existing features.
Penataan tata hijau pada simpang susun dapat memberikan pelayanan
visual bagi pemakai jalan melalui pengaturan variasi tata ruang dan komposisi
massa tanaman dalam berbagai bentuk, warna dan tekstur tanaman. Selain itu,
penanaman pada tepian jalan simpang susun dapat memberikan kesan ruang pada
pengendara untuk mengarahkan, pencegah erosi, peredam resiko kecelakaan, dan
pemberi identitas lokasi (Gilbert 2003).

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di simpang susun Dawuan jalan Tol Cikampek
yang menghubungkan jalan Tol Cikampek dengan jalan Tol Cipularang. Gambar
4 menunjukkan letak lokasi tapak penelitian. Penelitian ini berlangsung dari
Februari 2011 hingga penulisan skripsi selesai.

Gambar 4 Peta lokasi penelitian

10
Metode Penelitian
Penelitian perencanaan tata hijau ini menggunakan pendekatan proses
perencanaan/ perancangan oleh Simonds (1983), yang meliputi tahap pemberian
tugas (commission), pengumpulan data/ inventarisasi (research), analisis
(Analysis), sintesis (Synthesis), pelaksanaan (construction), dan Pemeliharaan
(operation). Penelitian tentang perencanaan ini dibatasi sampai pada tahap sintesis
dengan hasil akhir berupa conceptual plan. Bagan proses perencanaan
berdasarkan pendekatan Simonds (1983) dapat dilihat pada Gambar 5.
Tahapan perencanaan lanskap jalan ini dapat diuraikan menjadi:
Pemberian Tugas (Commission)
Merupakan tahap awal penyusunan usulan penelitian, pengurusan izin
penelitian kepada pihak-pihak terkait data penelitian yaitu PT. Jasa Marga ,Tbk
sebagai pengelola jalan tol Cipularang, BAPPEDA Kabupaten Karawang, dan
BMKG Pusat. Dalam tahap ini dilakukan penjabaran dan pendefinisian penelitian
kepada pihak-pihak terkait.
Research (Inventarisasi)
Tahap pengumpulan data menyangkut aspek fisik, biofisik, teknik, dan
sosial yang berhubungan dengan perencanaan lanskap simpang susun jalan tol ini.
Data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survai
lapang yaitu pengamatan, dokumentasi, dan penghayatan tapak (feel of the land)
untuk mendapatkan data fisik dan biofisik tapak yaitu kondisi tapak, vegetasi dan
satwa, aksesibiltas, visual tapak, dan tata guna lahan.
Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dari PT. Jasa Marga ,Tbk.,
Pemerintah Kabupaten Karawang, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Pusat. Data yang diperoleh dari PT. Jasa Marga Tbk. meliputi data fisik
dan biofisik (lokasi tapak, aksesibilitas, topografi, drainase, dan volume
kendaraan), data teknik (utilitas dan fasilitas, dimensi jalan, dan pedoman
penanaman). Data yang diperoleh dari pemerintah Kabupaten Karawang meliputi
data fisik dan biofisik (tanah dan hidrologi). Data yang diperoleh dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pusat meliputi data biofisik yaitu iklim.
Aspek sosial berupa persepsi dan preferensi masyarakat, pengguna, dan pengelola
jalan tol diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner terhadap 10 orang
pengguna jalan, 10 orang masyarakat sekitar, dan 10 orang pengelola jalan tol.
Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tahapan ini menghasilkan gambar peta dasar dan data-data pendukung.
Jenis, sumber, dan cara pengambilan data pada tapak dapat dilihat pada Tabel 2.
Analysis (Pengolahan Data)
Hasil inventarisasi berupa data fisik, biofisik, dan sosial dianalisis sehingga
diketahui potensi, kendala, dan kemungkinan-kemungkinan solusi sehingga
menghasilkan rencana tata hijau yang sesuai untuk simpang susun Dawuan.
Peraturan Pemerintah dan standarisasi merupakan hal yang diperhatikan. Fungsi
dan jenis vegetasi yang sudah diidentifikasi dan diklasifikasi akan dianalisis
kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh tanaman dan kriteria fungsi tanaman
lanskap jalan tol. Hal ini berguna untuk menentukan jenis tanaman dan peletakan
yang tepat digunakan sebagai tanaman jalur hijau jalan pada simpang susun
sehingga dapat memberi keamanan, kenyamanan, dan keindahan pengguna jalan.
Kondisi badan jalan dan daerah bebas pandang dianalisis kesesuaiannya

11
berdasarkan pada standardisasi, persyaratan, dan kebijakan pemerintah yang
sudah ditetapkan. Analisis emisi kendaraan dihitung dengan standar rata-rata
emisi gas dalam g/km menurut Strauss dan Mainwaring (1984) dalam Sulistijorini
(2009) Tabel 3. Perhitungan jumlah emisi dengan mengalikan jumlah kendaraan
dengan standar rata-rata gas buang dari bensin atau solar lalu dibagi dengan
panjang jalan. Setelah itu dilakukan perhitungan daya jerap debu polutan untuk
mengetahui populasi pohon yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak negatif
terhadap lingkungan. Analisis persepsi dan preferensi pengguna dan pengelola
jalan tol dapat menjadi masukan untuk rencana tata hijau pada simpang susun
Dawuan. Tahap ini menghasilkan uraian secara deskriptif baik tertulis maupun
dengan gambar analisis.
Tabel 2 Data yang digunakan dalam penelitian
Jenis Data
Aspek Fisik dan Biofisik
Lokasi tapak
Aksesibilitas
Iklim
Hidrologi
Tanah
Topografi
Vegetasi dan satwa
Akustik dan kebisingan
Tata guna lahan
Volume kendaraan
View tapak
Aspek Sosial Ekonomi
Karakter pengguna
Persepsi dan keinginan
Volume lalu lintas
Aspek teknik
Utilitas dan fasilitas
Standar penanaman

Cara Pengumpulan

Studi Pustaka dan Survai
Lapang
Studi Pustaka dan Survai
Lapang
Studi Pustaka
Studi Pustaka
Studi Pustaka
Studi Pustaka dan Survai
Lapang
Studi Pustaka dan Survai
Lapang
Survai Lapang
Studi Pustaka dan Survai
Lapang
Studi Pustaka
Suvai Lapang
Survai Lapang
Wawancara
Studi Pustaka
Survai lapang dan Studi
Pustaka
Studi Pustaka

Sumber

Lokasi Tapak dan PT. Jasa
Marga Tbk.
Lokasi Tapak dan PT. Jasa
Marga Tbk.
BMKG
BAPPEDA
BAPPEDA
Lokasi tapak dan PT. Jasa
Marga Tbk.
Lokasi Tapak dan PT. Jasa
Marga
Lokasi Tapak
Lokasi Tapak dan PT. Jasa
Marga
PT. Jasa Marga Tbk.
Lokasi Tapak
Lokasi Tapak
Lokasi Tapak
PT. Jasa Marga Tbk.
PT. Jasa Marga
Tbk.
Dinas Pekerjaan
Umum

Tabel 3 Rata-rata gas buang bensin dan solar
Jenis gas buang
Bensin
CO
60.00
Hidrokarbon
5.90
NO2
2.20
2
SO
0.17
Debu
0.22
Timbal
0.49
Sumber: Strauss dan Mainwaring (1984) dalam Sulistijorini (2009)

Solar
2.57
2.07
1.02
0.47
1.28
-

12
Synthesis (Sintesis)
Hasil yang diperoleh pada tahap analisis dikembangkan sebagai
pertimbangan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang sesuai dengan tujuan
yang diinginkan berupa tata hijau sesuai untuk rencana penanaman di simpang
susun Dawuan pada jalan Tol Cikampek. Kemudian dilanjutkan dengan rencana
skematik yang dipersiapkan untuk menggali alternatif perencanaan, yang
menggambarkan penggunaan ruang untuk tata hijau simpang susun Dawuan. Pada
saat penyusunan skema diusahakan pemanfaatan optimal potensi yang tersedia
dan pemecahan masalah dari kendala agar diperoleh alternatif terbaik.
Batasan akhir penelitian perencanaan tata hijau ini adalah conceptual plan.
Conceptual plan merupakan pengembangan rencana skematik. Pada conceptual
plan berbagai dimensi, jenis, dan jumlah tanaman yang digunakan.

Gambar 5 Proses perencanaan dan perancangan (Simonds 1983)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Inventarisasi
Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk
mengumpulankan data-data yang menyangkut aspek fisik, biofisik, teknik, dan
sosial yang berhubungan pada perencanaan tata hijau simpang susun Dawuan
pada jalan Tol Cikampek.
Kondisi Umum
Jalan Tol Cikampek adalah jalan tol yang menghubungkan Cawang, Jakarta
Timur dengan Cikampek, Karawang dengan panjang 83 kilometer. Jalan Tol
Cikampek melewati Kota Jakarta Timur, Kota dan Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Karawang, dan Kabupaten Purwakarta. Jalan Tol Cikampek mulai dioperasikan
pada tahun 1988. Jalan Tol Purbaleunyi adalah jalan tol yang menghubungkan
Jakarta dengan Bandung dengan panjang total 123 kilometer. Terbagi atas Jalan
Tol Padalarang – Cileunyi sepanjang 58,5 kilometer yang mulai beroperasi sejak
tahun 1991dan jalan Tol Cipularang sepanjang 64,4 kilometer yang mulai
beroperasi sejak tahun 2005.
Lokasi studi perencanaan jalan yang dilakukan berada pada simpang susun
Dawuan pada jalan Tol Cikampek yang menghubungkan Jalan Tol Cikampek
dengan Jalan Tol Cipularang. Simpang susun ini terletak pada kilometer ke 67

13
jalan Tol Cikampek yang diukur dari simpang susun Cawang. Simpang susun ini
terletak pada 6o 25’ Lintang Selatan dan 107o 25’ Bujur Timur. Peta Aksesibilitas
tersaji pada Gambar 9.
Iklim
Pengamatan iklim di Kabupaten Karawang, dilakukan berdasarkan data
tahun 2005-2011 dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Kabupaten
Karawang beriklim tropis dengan temperatur rata-rata tahunan berkisar antara
26,6 oC -28,3 oC dan curah hujan antara 1 - 421,3 mm/bulan. Faktor iklim dan
curah hujan ini dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari
daerah pantai dan dataran rendah terutama wilayah Karawang utara. Sedangkan
wilayah Karawang Selatan merupakan daerah perbukitan.

mm

1. Curah Hujan
Curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 1 – 421,3 mm selama tujuh
tahun terakhir. Rata-rata hujan bulanan maksimum terjadi pada bulan Februari
sebesar 421,3 mm, rata-rata curah hujan bulanan minimum terjadi pada bulan
Agustus sebesar 1 mm. Rata-rata hujan bulanan tersaji pada Gambar 6. Rata-rata
jumlah hari hujan maksimum 19 hari terjadi pada bulan Februari dan rata-rata
jumlah hari hujan minimum 1 hari terjadi pada bulan Agustus. Rata-rata hari
hujan tersaji pada Gambar 7.

hari

Gambar 6 Curah hujan rata-rata bulanan

Gambar 7 Rata-rata jumlah hari hujan

14

o

C

2. Suhu Udara
Suhu udara rata-rata harian berkisar antara 26,6 oC – 28,3 oC. Suhu udara
maksimum harian antara 31,4 oC- 35,2 oC dan suhu udara rata-rata minimum
berkisar antara 22,5 oC – 24,3 oC. Suhu rata-rata harian tersaji pada Gambar 8.
Lama penyinaran matahari rata-rata 64% . Intensitas maksimum sebesar 82,6%
terjadi pada bulan Agustus dan intensitas minimum pada bulan Februari sebesar
46,5%. Penyinaran matahari tersaji pada Gambar 9.

%

Gambar 8 Suhu rata-rata harian

Gambar 9 Penyinaran matahari
3. Kelembaban Udara
Kelembaban udara relatif rata-rata harian . Kelembaban udara relatif yang
terendah dalam tujuh tahun terkahir adalah pada bulan September sebesar 67,2%.
Kelembaban udara relatif tertinggi dalam tujuh tahun terkahir terjadi pada bulan
Februari sebesar 86,6%
4. Kecepatan Angin
Kecepatan angin berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika Karawang berkisar 5,6 – 8,2 km/ jam dengan arah
angin menuju ke timur dan timur laut. Kecepatan angin menurut skala Beufort
tergolong jenis angin sepoi-sepoi dan angin lemah.

Gambar 10 Peta aksesibilitas

15

16
Tanah dan Topografi
Berdasarkan data PT. Jasa Marga dalam Rencana Teknik Akhir dan
Pengawasan Teknik Jalan Tol Cikampek-Padalarang tahun 2002 jenis tanah pada
lokasi studi adalah tanah latosol. Tanah latosol adalah tanah yang banyak
mengandung zat besi dan alumunium. Warna tanah merah hingga kuning dan
mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka
disebut tanah laterit. Tanah laotosol memiliki solum yang dalam, memiliki tekstur
yang sedang sampai berat, stabilitas agregat tinggi, bobot isi sedang, nisbah debu
terhadap liat rendah, permeable dan gembur. Kapasitas tukar kation 10-25
me/100g tanah, kejenuhan basa 15-50% dan mempunyai pH 4,5-6,0.
Lokasi studi terdapat pada dataran rendah dengan ketinggian antara 68-90
mdpl dengan kondisi topografi datar (0-8%), landai (8-15%) dan agak curam 1525%). Peta topografi lokasi studi disajikan pada Gambar 11.
Vegetasi dan Satwa
Vegetasi yang terletak berbatasan dengan hutan kawasan perumahan
Cikampek Golf adalah bambu jepang (Arundinaria pumila) dan flamboyan
(Delonix regia). Vegetasi yang terdapat pada area loop antara lain akasia (Acacia
auriculiformis), mahoni (Swietenia mahagoni), ki hujan (Samanea saman), bunga
merak (Caesalpinia pulcherrima), dadap merah (Erythrina crista-gali), dan
ketapang kencana (Bucida molineti). Vegetasi yang terdapat pada belokan dari
loop adalah bunga bugenvil (Bougainvillea spectabillis) dan mahoni (Swietenia
mahagoni). Vegetasi yang terdapat pada tengah simpang susun diantaranya
cemara gunung (Cassuarina junghuhniana), jati kebo (Antocephalus cadamba),
mahoni (Swietenia mahagoni). Vegetasi yang terdapat pada tepi jalan Tol
Cipularang kamboja merah (Plumeria rubra), agave (Furcraea gigantea), bintaro
(Cerbera manghas), mahoni (Swietenia mahagoni), flamboyan (Delonix regia)
dan bunga merak (Caesalpinia pulcherrima). Vegetasi pada median jalan terdapat
bunga bugenvil (Bougainvillea spectabillis) dan oleander (Nerium oleander).
Vegetasi pada area bebas pandang adalah teh-tehan (Acalypha macrophylla) dan
soka (ixora sp.). Peta persebaran vegetasi tersaji pada Gambar 12.
Kupu-kupu, belalang, capung, kadal, dan burung merupakan satwa yang
banyak dijumpai di simpang susun Dawuan pada jalan Tol Cikampek. Ada pula
hewan peliharaan masyarakat sekitar jalan yang dapat dilihat di kanan kiri jalan
diantaranya kerbau, kambing, ayam.

Gambar 11 Peta topografi

17

Gambar 12 Peta vegetasi

18

19

Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan disekitar simpang susun Dawuan jalan Tol Cikampek
terdiri dari sebelah utara terdapat kebun campuran dan sawah serta hutan milik
perumahan Cikampek Golf, dan padang golf, sebelah timur terdapat simpang
susun Dauwan Bukit Indah, sebelah barat terdapat kawasan industri Bukit Indah
City. Industri yang terdapat pada kawasan tersebut adalah industri kayu, industri
kertas,dan industri kendaraan bermotor. Sebelah selatan terdapat sawah, kebun,
dan bukit. Peta penggunaan lahan tersaji pada Gambar 14.
Kondisi Visual
Secara umum pada Simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang kondisi
visual yang dilihat pengguna jalan tol adalah lanskap jalan tol yang terdiri dari
badan jalan, median, dan vegetasi yang ditanam pada tepi jalan. Kondisi visual
yang dilihat pengguna sangat menarik dikarenakan letak badan jalan yang berada
di lembah alami sehingga kanan kiri tepi jalan berupa lereng yang memiliki
ketinggian yang lebih tinggi dari badan jalan sehingga dapat memberikan
pandangan yang menarik. Kondisi visual tapak tersaji pada Gambar 13. Good
view merupakan pemandangan tapak yang baik yang dapat dinikmati oleh
pengguna jalan dan memberikan kenyamanan dan pengalaman sepanjang
perjalanan. Good view pada tapak terdiri dari persawahan, perkebunan, dan
vegetasi tepi jalan. Bad view merupakan pemandangan tapak yang buruk yang
dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan pengguna jalan. Pada tapak bad
view terdiri dari pabrik dan pemukiman penduduk. Peta visual disajikan pada
Gambar 15.

(a)

(b)

(c)
(d)
Keterangan: (a) vegetasi tepi jalan; (b) vegetasi clear zone area; (c) rumah tepi
jalan tol; (d) bangunan tepi jalan tol
Gambar 13 Kondisi visual tapak

Gambar 14 Penggunaan lahan

20

Gambar 15 Peta visual

21

Gambar 16 Peta drainase

22

23

Volume Lalu Lintas
Berdasarkan data Jasa Marga tahun 2008-2010 dapat dilihat dalam Tabel 4
dan Tabel 5 , volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun 2008 sebesar
123.250.044 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak
337.671 kendaraan. Volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun 2009
sebesar 125.104.095 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas
sebanyak 342.751 kendaraan. Volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun
2010 sebesar 132.602.575 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas
sebanyak 363.295 kendaraan. Dari data tersebut terlihat bahwa volume rata-rata
harian lalu lintas jalan Tol Cikampek dari tahun-ketahun terus mengalami
peningkatan. Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatan volume rata-rata
harian sebesar 25.624 kendaraan.
Volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2008 sebanyak 11.045.951
kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 30.263 kendaraan,
volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2009 sebanyak 11.242.383
kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 30.801 kendaraan,
volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2010 sebanyak 12.178.375
kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 33.365 kendaraan.
Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatan volume rata-rata harian sebesar
3.102 kendaraan.
Tabel 4 Volume Lalu Lintas Jalan Tol (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk)
Ruas

Jalan

Tol
Cikampek
Cipularang

Volume Lalu Lintas (kendaraan)
2008
2009
2010
123.250.044
125.104.095
132.602.575
11.045.951
11.242.383
12.178.375

Tabel 5 Volume Lalu Lintas Rata-Rata Harian (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk)
Ruas

Jalan

Tol
Cikampek
Cipularang

Volume Lalu Lintas Rata-Rata Harian (kendaraan)
2008
2009
2010
337.671
342.751
363.295
30.263
30.801
33.365

Pada tahun 2011, lalu lintas harian rata-rata yang melintas dari jalan Tol
Cikampek menuju jalan Tol Cipularang sebanyak 29.511 kendaraan. Terdiri dari
25.207 kendaraan golongan I, 2.995 kendaraan golongan II, 915 kendaraan
golongan III, 228 kendaraan golongan IV, dan 166 kendaraan golongan V.
Sedangkan lalu lintas harian rata-rata yang melintas dari jalan Tol Cipularang
menuju jalan Tol Cikampek sebanyak 30.770 kendaraan. Terdiri dari 26.204
kendaraan golongan I, 3.289 kendaraan golongan II, 910 kendaraan golongan III,
223 kendaraan golongan IV, dan 145 kendaraan golongan V.

24
Tabel 6 Golongan kendaraan yang melintas
Ruas Jalan Tol
Cikampek ke
Cipularang
Cipularang ke
Cikampek

Volume lalu lintas rata-rata harian ( kendaraan)
I
II
III
IV
V
25.207 2.995
915
228
166
26.204

3.289

910

223

145

Utilitas dan Fasilitas
Simpang susun Jalan Tol Cikampek-Cipularang dilengkapi dengan utilitas
dan fasilitas jalan, hal ini sangat penting keberadaannya menginta manfaatnya
sangat besar terutama jika dilihat dari segi keamanan. Fasilitas jalan pada simpang
susun jalan Tol Cikampek-Cipularang yaitu jembatan lintas atas (overpasss),
gorong-gorong, tiang listrik, ponton, papan informasi, tembok pembatas, dan
saluran tepi yang dibangun dengan persyaratan teknik. Utilitas jalan merupakan
fasilitas umum yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak yang
mempunyai sifat pelayanan. Utilitas jalan pada simpang susun jalan Tol
Cikampek-Cipularang yaitu jaringan listrik.
Fasilitas dan utilitas yang terdapat pada jalan Tol Cikampek-Cipularang,
berdasarkan data PT. Jasa Marga Tbk. Cabang Cikampek meliputi:
Badan Jalan
Bagian jalan yang terdapat pada jalan tol adalah daerah milik jalan yang
terdiri atas; badan jalan, bahu jalan, median, saluran tepi jalan, dan ambang
pengaman. Jalan tol Cikampek memiliki enam buah lajur dengan tiga lajur pada
masing-masing jalur. Tol Cipularang memiliki empat buah lajur dengan dua lajur
pada masing-masing jalur. Jalur channel dari Jakarta menuju Bandung dan
sebaliknya channel dari Bandung menuju Jakarta memiliki dua lajur, sedangkan
channel jalur Cikampek menuju Bandung dan sebaliknya channel dari Bandung
menuju Cikampek hanya satu lajur. Lebar lajur 3,5 meter, lebar bahu jalan dalam
2 meter, lebar bahu jalan luar 3 meter, dan, lebar beton median 0,8 meter.
Drainase
Sistem drainase yang diterapkan di simpang susun jalan Tol CikampekCipularang adalah drainase terbuka dan tertutup. Drainase terbuka berupa parit
pasangan batu kali. Parit memiliki lebar 1,5 meter dengan kedalaman 0,7 meter.
Parit terletak di daerah manfaat jalan berfungsi untuk memperlancar jalannya
aliran air hujan atau mengarahkan airnya pada saluran pembuangan agar tidak
menimbulkan genangan yang merusak konstruksi jalan dan tanaman disekitarnya.
Drainase tertutup berupa saluran air yang berupa gorong-gorong. Inlet
berada di median jalan yang berfungsi sebagai pintu air terutama yang berasal dari
air hujan yang jatuh di badan jalan, mengalir ke parti pasangan batu kali dan
disalurkan ke outlet yang mengarah ke drainase yang berada di sisi jalan tol.
Gambar peta drainase disajikan pada Gambar 16.

25
Patok Kilometer dan Patok DMJ
Pada jalan tol patok kilometer dipasang setiap 100 meter sedangkan patok
DMJ dipasang setiap 10 meter. Patok kilometer berfungsi untuk menunjukkan
posisi pengguna jalan dan informasi keadaan tapak. Patok DMJ berfungsi sebagai
pengarah dan penanda untuk keamanan pengguna jalan.
Pagar Pembatas/ Pengaman
Pagar pengaman berfungsi memberikan keamanan dan membatasi badan
jalan dengan wilayah diluar badan jalan, bangunan perkerasaan, dan daerah yang
berbahaya. Pagar pembatas yang digunakan pada simpang susun jalan Tol
Cikampek-Cipularang 0,8 meter.
Overpass
Pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang terdapat tiga overpass,
dua overpass yang menghubungkan jalan tol Cikampek dan jalan Tol Cipularang
dan satu overpass yang berfungsi sebagai jalan arteri kawasan Industri Bukit.
Peletakkan rambu lalu-lintas di daerah milik jalan yang dapat terlihat dengan
mudak oleh pengguna kendaraan.
Penerangan Jalan
Penerangan pada jalan tol dengan menggunakan lampu jalan standar dan
lampu menara. Lampu standar memiliki ketinggian 15 meter dengan jarak
interval antar lampu 30 meter. Lampu menara memiliki ketinggina yang beragam
antara 20-50 meter tergantung tempat peletakannya. Lampu jalan berfungsi untuk
penerangan jalan pada malam hari sehingga memberikan keamanan dan
mengurangi tingkat kecelakaan.

Analisis
Lokasi
Tapak yang menjadi lokasi penelitian adalah Simpang susun jalan Tol
Cikampek-Cipularang. Jalan Tol Cikampek merupakan jalan tol yang
menghubungkan kota Jakarta, Bekasi, dan Cikampek. Jalan Tol Cipularang
merupakan jalan tol yang menghubungkan Cikampek, Purwakarta, dan
Padalarang. Simpang susun pada jalan tol merupakan akses utama yang
menghubungkan kedua jalan tol tersebut. Simpang susun ini merupakan bagian
dari jalan tol yang dilalui oleh kendaraan dari dan atau menuju dua kota besar
yaitu Jakarta dan Bandung menyebabkan penggunaan dengan intensitas yang
tinggi.
Identitas Simpang susun Cikampek-Cipularang ditunjukkan melalui
penggunaan vegetasi asli yang memiliki fungsi dan estetika yang ditanam dan
ditata sehingga dapat memberikan identitas tapak. Penggunaan tanaman dengan
bentuk yang menarik seperti bentuk tajuk kubah, bulat, atau piramidal, dan
memiliki percabangan, daun atau bunga yang menarik. Selain dapat memberikan
identitas pada simpang susun, tanaman juga berfungsi untuk menyerap polutan
yang berasal dari emisi kendaraan yang melintas.
Dalam perencanaan lanskap jalan bebas hambatan harus memperhatikan
pedoman dan prinsip desain agar memiliki nilai seni, serta memperhatikan

26
pengguna jalan yang bergerak dengan cepat. Prinsip yang harus diperhatikan
adalah kesederhanaan, skala, proporsi, keseimbangan, irama, kontras, dan
kesatuan yang dapat member nilai keindahan dan meningkatkan kualitas
lingkungan. (Carpenter et al., 1975).
Teknik Jalan
Pada Simpang susun Cikampek-Cipularang memiliki daerah pengawasan
jalan yang berbentuk lereng berpotensi untuk penanaman vegetasi dengan fungsi
penyangga, pengarah, dan konservasi. Keberadaan median sebagai pembatas
kedua ruas jalan. Median ruas jalan Tol Cikampek tidak terdapat vegetasi
dikarenakan median jalan yang terbuat dari beton tanpa ada ruang untuk
penanaman. Sedangkan median ruas jalan Tol Cipularang terdapat vegetasi
dikarenakan median jalan yang terbuat dari beton tetapi terdapat ruang untuk
peletakkan tanaman. Median jalan yang terbuat dari beton menjadi potensi yang
dapat dibuat menjadi planter box yang berfungsi untuk pengarah pandangan
pengemudi dan estetika.
Tipe simpang susun pada lokasi penelitian ini berbentuk T. Pada simpang
susun terdapat empat loop dan dua flyover. Dengan keberadaan empat loop pada
simpang susun tersebut membentuk kawasan yang memiliki potensi untuk
penanaman dan penataan vegetasi. Keberadaan dua flyover di simpang susun
memiliki topografi dengan kemiringan lahan yang sehingga dapat menyebabkan
erosi sehingga diperlukan penanaman untuk mencegah erosi. Keberadaan
pembagian jalan (divergensi) dan penyatuan jalan (konvergensi) pada simpang
susun menyebabka