Profil Darah Kambing Peranakan Etawah Laktasi yang Mendapat Ransum dengan Berbagai Level Indigofera sp. Berbentuk Pellet

PROFIL DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH
LAKTASI YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN
BERBAGAI LEVEL INDIGOFERA
BERBENTUK PELLET

FARID ROSADI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Darah Kambing
Peranakan Etawah Laktasi yang Mendapat Ransum dengan Berbagai Level
Indigofera sp. Berbentuk Pellet adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini
saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Farid Rosadi
NIM D24090040

ABSTRAK
FARID ROSADI. Profil Darah Kambing Peranakan Etawah Laktasi yang
Mendapat Ransum dengan Berbagai Level Indigofera sp. Berbentuk Pellet.
Dibimbing oleh DEWI APRI ASTUTI dan LUKI ABDULLAH.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pellet
Indigofera sp. bertingkat terhadap konsumsi nutrien, profil darah dan kondisi
fisiologis normal kambing peranakan etawah laktasi. Sembilan ekor kambing
peranakan etawah laktasi, umur 1 sampai 4 tahun, bobot badan rata-rata 32.4 kg,
dibagi secara acak menjadi 3 kelompok perlakuan. Kelompok Rl adalah ransum
berbentuk pellet tanpa Indigofera sp., kelompok R2 ransum berbentuk pellet
dengan 20% Indigofera sp. dan R3 ransum berbentuk pellet dengan 40%
Indigofera sp.. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor kambing. Kambing

dipelihara dalam kandang individu panggung. Air minum disediakan ad libitum,
sedangkan hijauan diberikan pada pagi dan sore hari. Peubah yang diamati
meliputi konsumsi, respon fisiologis dan profil darah. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak kelompok dan data dianalisis menggunakan ANOVA. Hasil
pengamatan menunjukan pemberian pellet Indigofera sp. sampai 40% dalam
ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi nutrien dan respon fisiologis,
sedangkan konsentrasi glukosa darah tertinggi terdapat pada kambing yang diberi
pellet dengan 20% Indigofera sp. dan konsentrasi urea darah tertinggi terdapat
pada kambing yang diberi pellet dengan 40% Indigofera sp.
Kata Kunci : hematologi, Indigofera sp., metabolit darah

ABSTRACT
FARID ROSADI. Blood Profile of Etawah Crossbred Lactating Goat Fed with
Pellet in Different Level of Indigofera sp.. Supervised by DEWI APRI ASTUTI
and LUKI ABDULLAH.
This research was conducted to evaluate the effect of level Indigofera sp. in
the pellet ration on blood profile and physiological status of lactating etawa
crossbred goat. Nine lactating goats with average body weight of 32.4 kg, were
randomly divided into 3 treatments. The Rl contained pellet ration without
Indigofera sp., R2 was pellet contained 20% Indigofera sp. and R3 was pellet

contained 40% Indigofera sp. Each group consisted of 3 lactating goats. Drinking
water provided ad libitum, while forage was given in the morning and afternoon.
Variables measured were feed intake, physiological status and blood profile. This
research was designed as block randomized design and data was analysis using
ANOVA. The result showed that there were no significant effect of 40%
Indigofera in the ration to blood profile, physiological status and feed
consumption. The highest blood glucose concentration was in goat received pellet
containing 20% Indigofera sp. in the ration and the highest blood urea
concentration was in goat received containing 40% Indigofera sp. in the ration.
Keywords : blood metabolites, hematology, Indigofera sp.

PROFIL DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH
LAKTASI YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN
BERBAGAI LEVEL INDIGOFERA
BERBENTUK PELLET

FARID ROSADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Profil Darah Kambing Peranakan Etawah Laktasi yang Mendapat
Ransum dengan Berbagai Level Indigofera sp. Berbentuk Pellet
Nama
: Farid Rosadi
NIM
: D24090040

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS

Pembimbing I

Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan september 2012 ini ialah
Profil Darah Kambing Peranakan Etawah Laktasi yang Mendapat Ransum dengan
Berbagai Level Indigofera sp. Berbentuk Pellet. Karya ilmiah ini merupakan
salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Karya ilmiah ini berdasarkan keinginan penulis untuk memberikan suatu
alternatif pakan yaitu Indigofera sp. Hal ini dilakukan karena adanya kekurangan
protein kasar pada kambing laktasi sehingga diperlukan alternatif pakan untuk
mencukupi kebutuhan protein kasar kambing laktasi. Penulis memilih Indigofera
sp. dikarenakan kandungan protein kasar Indigofera sp. yang cukup tinggi dan
tanaman tersebut tahan kekeringan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa
mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi,
wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat
diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.

Bogor, September 2013

Farid Rosadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Bahan


2

Alat

2

Prosedur Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Respon Fisiologi

6

Konsumsi Nutrien


7

Hematologi

8

Metabolit Darah

9

SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran


11

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

11
Error! Bookmark not defined.

RIWAYAT HIDUP

16

UCAPAN TERIMA KASIH

16

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5
6

Komposisi ransum berbentuk pellet
Komposisi nutrien pellet dengan Indigofera sp. bertingkat
Suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, respirasi
Konsumsi bahan kering, protein kasar, TDN, BETN, serat kasar,
lemak kasar, Ca, P dan Fe
Hematokrit, hemoglobin, BDM, BDP, diferensiasi leukosit
(monosit,limfosit, basofil,eosinofil, neutrofil)
Kadar glukosa darah, kadar urea darah, kadar trigliserida darah, kadar
Fe darah, kadar kalsium darah dan kadar P darah

3
3
6
7
8
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Analisis ragam hematokrit
Analisis ragam hemoglobin
Analisis ragam BDM
Analisis ragam BDP
Analisis ragam glukosa
Analisis ragam trigliserida
Analisis ragam urea
Analisis ragam Ca
Analisis ragam P
Analisis ragam Fe
Analisis ragam konsumsi BK
Analisis ragam konsumsi PK
Analisis ragam konsumsi abu
Analisis ragam konsumsi LK
Analisis ragam konsumsi SK
Analisis ragam konsumsi TDN
Analisis ragam konsumsi BETN
Analisis ragam konsumsi Ca
Analisis ragam konsumsi P
Analisis ragam konsumsi Fe

13
13
13
13
13
13
14
14
14
14
14
14
15
15
15
15
15
15
16
16

PENDAHULUAN
Jumlah populasi kambing di Indonesia tiap tahun mengalami peningkatan.
Pada tahun 2009 sampai 2011 tercatat populasi kambing mengalami peningkatan
sekitar 7.15% (BPS 2011). Pemanfaatan kambing tidak hanya untuk diambil
manfaat dari produksi susunyanya melainkan juga diambil dagingnya. Di
Indonesia kambing yang dijadikan penghasil susu adalah kambing peranakan
etawah dan kambing saanen. Kambing peranakan etawah merupakan kambing
hasil persilangan dari kambing kacang dengan kambing etawah. Perkembangan
usaha kambing perah harus ditunjang dengan ketersediaan pakan yang cukup dan
status faal yang baik. Pada kambing yang masuk fase laktasi membutuhkan
asupan nutrisi yang lebih tinggi karena selain untuk hidup pokok juga digunakan
untuk produksi susu.
Permasalahan yang sering terjadi pada usaha kambing perah adalah kualitas
pakan. Peternak sering kurang memperhatikan kebutuhan nutrisi (lemak, protein,
mineral dan air) bagi ternak. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan
produksi susu dan apabila terjadi pada jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan umur produksi menjadi lebih pendek. Apalagi saat musim
kemarau ketersediaan hijauan berkurang dan membuat peternak menambah biaya
untuk membeli pakan tambahan.
Harga konsentrat untuk kebutuhan kambing laktasi cukup mahal bagi
peternak yang sekitar 2500 kg-1. Indigofera sp. merupakan salah satu leguminosa
pohon yang dapat tersedia sepanjang tahun dan mengandung protein kasar sekitar
28% (Hassen et al. 2007). Indigofera sp. dapat menggantikan bahan baku pakan
sumber protein. Produktivitas Indigofera sp. mencapai 2.6 ton bahan kering ha-1
panen-1 (Hassen et al. 2008). Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai
pakan ternak karena mempunyai nilai kecernaan protein kasar secara in vitro yang
cukup tinggi mencapai 90.64% (Apdini 2011).
Darah merupakan salah satu cairan yang mengalir keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah dan memegang peranan penting dalam proses fisiologis.
Pemeriksaan gambaran darah diperlukan untuk mengetahui kesehatan dan
mengevaluasi kecukupan nutrien pada ternak. Untuk dapat memberikan arti pada
hasil pemeriksaan profil darah diperlukan data profil darah normal sebagai
pembanding. Apabila terjadi penyimpangan status fisiologis ternak maka profil
darah akan mengalami perubahan, namun jika perubahan masih dalam batas
normal maka metabolisme, pertumbuhan dan kesehatan ternak dapat dinyatakan
baik.
Evaluasi pemanfaatan pakan mengandung Indigofera sp. sampai 40% perlu
dikaji terhadap aspek kecukupan nutrien, fisiologis, hematologi dan metabolit
darah. Dengan pemanfaatan protein yang tinggi pada Indigofera sp. diharapkan
akan mempengaruhi kondisi fisiologis, hematologi dan metabolit darah normal
kambing perah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pellet
Indigofera sp. bertingkat terhadap konsumsi, kondisi fisiologis, gambaran
hematologi dan metabolit darah kambing peranakan etawa laktasi.

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemeliharaan kambing Peranakan Etawah dilakukan di peternakan
kambing perah koperasi pegawai IPB di Cikarawang. Analisa profil darah dan
metabolit darah dilakukan di Laboratorium Ternak Daging dan Kerja, Departeman
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2012 sampai Februari 2013.
Bahan
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Peranakan
Etawah betina laktasi sebanyak 9 ekor dan bobot badan rata-rata 32.4 kg yang
terdiri dari kambing laktasi pertama sebanyak 6 ekor, laktasi lebih dari sekali
sebanyak 3 ekor. Ternak dikelompokan secara acak ke dalam 3 perlakuan
sehingga masing-masing terwakili oleh status laktasi.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah timbangan pakan, seperangkat alat
pengambilan darah meliputi syringe 5 ml, tabung heparin, peralatan untuk analisa
profil darah (tabung sahli, pipet butir darah merah dan putih, hemoglobinometer,
microcapillary, sentrifuge dan hemositometer), peralatan untuk analisa metabolit
darah (mikropipet, kuvet, spektofometer tipe G10S UV-VIS dan atomic absorptio
spectrophotometry tipe AA 7000) dan peralatan untuk mengukur respon fisiologis
(stetoskop untuk menghitung frekuensi denyut jantung dan termometer untuk
mengukur suhu tubuh).
Prosedur Penelitian
Pembuatan Tepung Daun
Daun Indigofera sp. yang akan dijadikan campuran ransum dibuat dalam
bentuk tepung dengan dipisahkan dari ranting, lalu dikeringkan dibawah sinar
matahari sampai mancapai kadar air tertentu sehingga beratnya konstan, kemudian
digiling sampai menjadi bentuk tepung.
Pembuatan Ransum
Bahan pakan penyusun ransum adalah jagung, bungkil kelapa, dedak padi,
onggok, molases, CaCO3, DCP, NaCl, Indigofera sp. dan rumput gajah. Air
minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan ransum dijadikan bentuk pellet.
Penelitian ini menggunakan tiga macam perlakuan. Formula ransum setiap
perlakuan dalam penelitian ini adalah terdiri dari:
R1: Pellet (0% Indigofera sp.) + rumput gajah
R2: Pellet (20% Indigofera sp.) + rumput gajah
R3: Pellet (40% Indigofera sp.) + rumput gajah

3
Tabel 1Komposisi ransum berbentuk pellet
Bahan pakan
Onggok
Jagung
Indigofera sp.
Bungkil kelapa
Dedak padi
Molasses
CaCo3
DCP
NaCl
Premix

R1(%)
24
10
0
35
27
1
1
0.5
0.5
1

Perlakuan
R2(%)
13
10
20
39
14
1
1
0.5
0.5
1

R3(%)
12
10
40
20
14
1
1
0.5
0.5
1

Tabel 2 Komposisi nutrien pellet dengan Indigofera sp.(% BK)
Nutrien
Berat Kering (%)1
Abu (%)1
Lemak Kasar (%)1
Protein Kasar (%)1
Serat Kasar (%)1
BETN (%)1
TDN (%)3
Ca (%)2
P (%)2
Fe (%)2

R1
89.95
10.23
7.93
12.56
9.44
59.83
78.74
1.47
0.27
0.06

Perlakuan
R2
89.44
9.77
7.20
15.99
8.80
58.23
79.94
0.79
0.27
0.05

R3
87.43
10.11
6.26
17.14
11.46
55.04
75.69
2.14
0.31
0.05

Rumput Gajah
22.12
5.7
1.96
8.72
27.8
50.46
56.17
0.12
0.18
0.02

Sumber: Laboratorium PAU (2012).; 2Sumber: Hasil analisis AAS laboratorium Kimia MIPA IPB
(2013).;3Sumber: Rumus perhitungan TDN (Hartadi 1980) = 37.937 –1.018 (SK) – 4.886 (LK) +
0.173 (Beta-N) + 1.042 (PK) + 0.015 (SK)2– 0.058 (LK)2+ 0.008 (SK) (beta-N) + 0.119 (LK)
(Beta-N) + 0.038 (Beta-N) (PK) + 0.003 (SK)2(PK)

1

Tahap Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan dengan tahap adaptasi ternak
selama 2 minggu. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan sore pada jam 07.00
dan 15.30. Pakan yang diberikan berupa pellet dan rumput gajah segar dengan
perbandingan 75:25.

4
Pengukuran Fisiologi Ternak
Pengukuran kondisi fisiologi ternak meliputi frekuensi denyut jantung
menggunakan stetoskop, suhu menggunakan termometer dan frekuensi respirasi
yang dilakukan 2 kali seminggu pada pagi, siang dan sore hari.
Konsumsi Bahan Kering dan Nutrien ( protein kasar, lemak kasar, serat
kasar, TDN, mineral Fe, Ca dan P )
Konsumsi dihitung dengan cara menimbang pakan yang diberikan dikurangi
sisa pakan (g ekor-1 hari-1) saat keesokan harinya dan dikali dengan kadar masingmasing nutrien.
Tahap Pengambilan Darah
Pengambilan darah dilakukan pada akhir periode pemeliharaan dan
selanjutnya dilakukan pengukuran hematologi dan metabolit darah. Darah
diambil dari daerah vena jugularis sebanyak 5 ml menggunakan syring. Sebelum
pengambilan bulu disekitar aliran vena dibersihkan menggunakan alkohol 70%
dan sample darah dimasukan dalam tabung berheparin.
Penghitungan Kadar Hemoglobin (Metode Sahli)
Larutan HCl 0.1 N dimasukkan dalam tabung sahli sampai tanda angka 10
pada garis batas bawah, kemudian sampel darah dihisap menggunakan pipet sahli
hingga mencapai tanda tera atas (0.02 ml). Sampel darah segera dimasukkan
kedalam tabung dan ditunggu selama 3 menit atau hingga berubah menjadi warna
cokelat kehitaman akibat reaksi antara HCl dengan hemoglobin membentuk asam
hematid. Setelah itu larutan ditambah dengan aquades, teteskan sedikit demi
sedikit sambil diaduk. Larutan aquades ditambah hingga warna larutan sama
dengan warna standar hemoglobinometer. Nilai hemoglobin dilihat di kolom
gram % yang tertera pada tabung hemoglobin (Sastradipraja et al. 1989).
Penghitungan Nilai Hematokrit
Penentuan PCV dilakukan dengan cara tabung mikrohematokrit diisi dengan
darah yang mengandung antikoagulan sebanyak 4/5 bagian tabung dan ujung
masuknya darah ditutup dengan sumbat berupa malam atau sabun. Tabung
kemudian dicentrifuge dengan kecepatan 10,000 rpm selama 5 menit. Kemudian
nilai hematokrit dibaca dengan microhematocrit reader (Sastradipraja et al. 1989).
Penghitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit
Sampel darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit untuk
menghitung jumlah benda darah merah dan leukosit untuk menghitung jumlah
benda darah putih hingga tanda tera 0.5 dengan aspirator. Ujung pipet di
bersihkan dengan menggunakan tissu lalu hisap larutan pewarna Hayem hingga
tanda 101 untuk perhitungan eritrosit dan larutan turk hingga tanda 11 untuk
perhitungan leukosit. Larutan dan darah dihomogenkan dengan memutar pipet
membentuk angka 8 selama 3 menit, setelah homogen cairan yang tidak terkocok
pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan ujung pipet pada tissu. Setelah itu
teteskan satu tetes kedalam counting chamber yang sudah ditutup dengan kaca
penutup dan dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 45x 10. Menghitung
eritrosit dalam, digunakan kotak pada counting chamber yang berjumlah 25 buah

5
dengan mengambil bagian berikut : satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok
kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan bawah, satu kotak pojok
kiri bawah.Jumlah eritrosit yang didapat dari hasil penghitungan dikalikan 104.
Agar mempermudah dalam menghitung, maka digunakan hand counter. Untuk
menghitung leukosit dalam counting chamber, digunakan 4 kotak pada pojok
kanan atas, pojok kiri atas, pojok kanan bawah dan pojok kiri bawah counting
chamber yang berjumlah 16 kotak kecil. Jumlah leukosit yang didapat dari hasil
penghitungan dikalikan 50 untuk mengetahui jumlah leukosit 1 pada setiap mm3
volume darah (Sastradipraja et al. 1989).
Jumlah Eritrosit = a x 104
a = jumlah eritrosit hasil penghitungan dalam counting chamber
Jumlah Leukosit = b x 50
b = jumlah leukosit hasil penghitungan dalam counting chamber
Perhitungan Deferensiasi Leukosit
Gelas objek disiapkan sebanyak 2 buah untuk satu sampel darah. Darah
kambing diteteskan pada gelas objek pertama dengan posisi mendatar. Gelas
objek kedua ditempatkan pada bagian depan (yang berlawanan dengan letak tetes
darah) dengan membentuk sudut 30°, lalu digeserkan sehingga darah menyebar
sepanjang garis kontak antara kedua gelas objek. Setelah darah menyebar dengan
hati-hati tanpa mengangkat gelas objek pertama, gelas objek kedua didorong
kearah depan dengan cepat sehingga terbentuk usapan darah tipis diatas gelas
objek pertama. Ulasan darah tersebut dikeringkan di udara kemudian difiksasi
dalam larutan methanol selama 5 menit lalu dimasukkan dalam pewarna Giemsa
selama 30 menit,selanjutnya dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan di udara
dan diteteskan minyak emersi untuk selanjutnya dihitung benda darah putih
tersebut di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x 10 (Sastradipraja et al.
1989).
Pengukuran Metabolit Darah
Pengukuran metabolit darah meliputi pengukuran kadar glukosa, blood urea
nitrogen (BUN) dan kadar trigleserida darah. Metode yang digunakan adalah kit
Dya Sys dengan menggunakan alat spektrofotometer. Nomor katalog kit glukosa
112191, nomor katalog kit BUN 110491 dan nomor kit trigliserida 116392
Pengukuran Serum Mineral Ca, P dan Fe
Pada pengukuran konsentrasi mineral pada serum menggunakan metode
Wat Ashing dengan menggunakan alat spektrofometer dan AAS.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 3 perlakuan 3 ulangan yang
dikelompokan berdasarkan status laktasi. Model matematika dari rancangan
percobaan ini adalah :

6
Yij(t) = µ + Ki + P(t) + εi(t)
Keterangan :
Yi(t) : nilai pengamatan pada baris ke-i, kolom ke-j yang mendapat
perlakuan ke-t.
µ
: nilai rata-rata umum
Ki
: pengaruh kelompok laktasi( i = 1,2)
P(t) : pengaruh pemberian ransum( t = 1,2,3)
ei(t) : pengaruh galat pada kelompok ke-i, yang memperoleh perlakuan ke-t
Data yang diperoleh akan dianalisis ANOVA dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok. Apabila terdapat perbedaanyang nyata akan
dilanjutkan dengan Uji Duncan. Analisis data menggunakan SPSS 16.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah konsumsi nutrien,
status fisiologi (denyut jantung, respirasi dan suhu), dan profil darah (jumlah
benda darah merah dan putih, kadar hemoglobin, hematokrit, diferensiasi leukosit,
kadar glukosa, konsentrasi urea darah, kadar trigleserida darah dan konsentrasi
mineral Ca, P dan Fe)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Respon Fisiologi
Respon fisiologi (suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, respirasi) saat
penelitian pada kambing peranakan etawah tidak berbeda pada setiap perlakuan.
Suhu tubuh kambing berkisar antara 37.4 sampai 38.40C. Hal ini tidak berbeda
jauh dengan hasil penelitian Anggreani et al. (1999) yang berkisar antara 38.3
sampai 38.90C. Panas dalam tubuh berasal dari proses metabolisme yang terjadi di
dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh di atas normal mengindikasikan terjadi
proses metabolisme di dalam tubuh.
Tabel 3 Suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, respirasi
Peubah
0

Suhu Tubuh( C)
Denyut Jantung(kali menit-1)
Respirasi (kali menit-1)

R1
37.90 ± 0.10
109.80± 6.40
41.10 ± 6.10

Perlkuan
R2
37.80 ± 0.10
108.70± 5.70
40.90 ± 2.00

R3
37.80 ± 0.10
105.80± 2.10
39.10 ± 2.30

Keterangan : R1= Pellet tanpa Indigofera sp. ; R2=Pellet dengan 20% Indigofera sp. ; R3=Pellet
dengan 40% Indigofera sp.

Denyut jantung pada ternak dapat dijadikan indikasi bahwa adanya kerja
jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kecepatan denyut jantung dapat
dipengaruhi oleh temperatur ternak, aktivitas tubuh, letak geografis dan stress
(Duke’s 1995). Hasil penelitian menunjukan bahwa denyut jantung kambing

7
peranakan etawah berkisar antara 96 sampai 112 kali menit-1, sedangkan menurut
penelitian Anggreani et al. (1999) menunjukan bahwa denyut jantung pada
kambing peranakan etawah berkisar antara 94 sampai 114 kali menit-1.
Respirasi berfungsi sebagai parameter yang dapat digunakan sebagai
pedoman untuk mengetahui fungsi organ-organ tubuh bekerja secara normal.
Dalam tubuh proses respirasi berfungsi sebagai transport oksigen dan
karbondioksida antara jaringan dan lingkungan luar. Oksigen antara lain berfungsi
untuk menunjang proses metabolisme di dalam tubuh. Pada kambing kisaran
normal respirasi adalah 26 sampai 54 kali menit-1 (Frandson 1992). Hasil
penelitian menunjukan respirasi kambing peranakan etawah berkisar antara 30
sampai 50 kali menit-1.
Konsumsi Nutrien
Konsumsi berat kering berpengaruh langsung terhadap konsumsi nutrien
ternak. Konsumsi berat kering rata-rata per hari adalah 1.21 kg ekor-1. Hasil
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Astuti et al. (2000) yang
berkisar antara 0.62 sampai 0.86 kg ekor-1 hari-1. Konsumsi protein kasar rata-rata
adalah 0.13 kg ekor-1 hari-1. Konsumsi tersebut masih lebih rendah dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya yang berkisar antara 0.35 sampai 0.26 kg ekor-1
hari-1 dan 0.13 sampai 0.16 kg ekor-1 hari-1 (Apdini et al. 2011; Astuti et al. 2000).
Kebutuhan protein kasar menurut NRC (2006) adalah 0.12 sampai 0.13 kg ekor-1
hari-1.
Tabel 4 Konsumsi bahan kering, protein kasar, TDN, BETN, serat kasar, lemak
kasar, Ca, P dan Fe
Peubah

Perlakuan
R1

R2

R3
-1

Rata-rata

-1

Konsumsi (kg ekor hari )
Bahan kering
1.24 ± 0.25
1.14 ± 0.26
1.26 ± 0.21
1.21
Protein kasar
0.11 ± 0.03
0.12 ± 0.03
0.15 ± 0.03
0.13
Total digestible nutrien
0.78 ± 0.19
0.70 ± 0.19
0.78 ± 0.17
0.75
Bahan ekstrak tanpa N
0.68 ± 0.16
0.61 ± 0.13
0.64 ± 0.10
0.51
Serat kasar
0.50 ± 0.12
0.44 ± 0.12
0.35 ± 0.18
0.43
Lemak kasar
0.06 ± 0.02
0.05 ± 0.02
0.05 ± 0.01
0.05
Konsumsi (g ekor-1 hari-1)
Kalsium
11.05 ± 2.77ab
5.32 ± 1.62a
15.94±3.95b
10.77
Fosfor
2.38 ± 0.58
2.13 ± 0.57
2.72 ± 0.59
2.41
Zat besi
0.47 ± 0.12
0.35 ± 0.10
0.47 ± 0.11
0.44
Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang
nyata (P F
0.26
0.12

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 3 Analisis ragam BDM
Sumber
JK
4693.556
Perlakuan
10917.556
Kelompok
11154.444
Galat

DB
2
2
4

KT
2346.778
5458.778
2788.611

Fhit
0.842
1.958

Pr > F
0.495
0.255

Fhit
0.46
1.25

Pr > F
0.66
0.38

Fhit
5.48
1.67

Pr > F
0.07
0.30

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 4 Analisis ragam BDP
Sumber
JK
1202222.22
Perlakuan
3303888.88
Kelompok
5267777.77
Galat

DB
2
2
4

KT
601111.11
1651944.44
1316944.44

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 5 Analisis ragam glukosa
Sumber
JK
DB
460.35
2
Perlakuan
140.70
2
Kelompok
168.02
4
Galat

KT
230.17
70.35
42.00

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 6 Analisis ragam trigliserida
Sumber
JK
DB
197.13
2
Perlakuan
10.17
2
Kelompok
134.80
4
Galat

KT
98.57
5.08
33.70

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Fhit
2.92
0.15

Pr > F
0.16
0.86

14
Lampiran 7 Analisis ragam urea
Sumber
JK
713.96
Perlakuan
349.33
Kelompok
193.62
Galat

DB
2
2
4

KT
356.98
174.66
48.40

Fhit
7.37
3.60

Pr > F
0.04
0.12

Fhit
0.46
0.11

Pr > F
0.65
0.89

Fhit
0.65
0.12

Pr > F
0.56
0.88

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 8 Analisis ragam Ca
Sumber
JK
2.15
Perlakuan
0.54
Kelompok
9.30
Galat

DB
2
2
4

KT
1.07
0.27
2.32

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 9 Analisis ragam P
Sumber
JK
5.19
Perlakuan
1.00
Kelompok
15.95
Galat

DB
2
2
4

KT
2.59
0.50
3.98

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 10 Analisis ragam Fe
Sumber
JK
30655.90
Perlakuan
31425.39
Kelompok
71448.20
Galat

DB
2
2
4

KT
15327.95
15712.69
17862.05

Fhit
0.86
0.88

Pr > F
0.49
0.48

Fhit
0.14
0.12

Pr > F
0.87
0.88

Fhit
0.75
0.24

Pr > F
0.52
0.79

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 11 Analisis ragam konsumsi BK
Sumber
JK
DB
21773.55
2
Perlakuan
18556.22
2
Kelompok
306477.11
4
Galat

KT
10886.77
9278.11
76619.27

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 12 Analisis ragam konsumsi PK
Sumber
JK
DB
1960.22
2
Perlakuan
643.55
2
Kelompok
5204.44
4
Galat

KT
980.11
321.77
1301.11

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

15
Lampiran 13 Analisis ragam konsumsi abu
Sumber
JK
DB
266.00
2
Perlakuan
132.66
2
Kelompok
2217.33
4
Galat

KT
133.00
66.33
554.33

Fhit
0.24
0.12

Pr > F
0.79
0.89

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 14 Analisis ragam konsumsi LK
Sumber
JK
DB
304.88
2
Perlakuan
53.55
2
Kelompok
1141.77
4
Galat

KT
152.44
26.77
285.44

Fhit
0.53
0.09

Pr > F
0.62
0.91

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 15 Analisis ragam konsumsi SK
Sumber
JK
DB
35861.55
2
Perlakuan
21681.55
2
Kelompok
105472.44
4
Galat

KT
17930.77
10840.77
26368.11

Fhit
0.68
0.41

Pr > F
0.55
0.68

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 16 Analisis ragam konsumsi TDN
Sumber
JK
DB
11453.55
2
Perlakuan
13080.88
2
Kelompok
185909.11
4
Galat

KT
5726.77
6540.44
46477.27

Fhit
0.12
0.14

Pr > F
0.88
0.87

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 17 Analisis ragam konsumsi BETN
Sumber
JK
DB
7217.55
2
Perlakuan
5172.22
2
Kelompok
84179.77
4
Galat

KT
3608.77
2586.11
21044.94

Fhit
0.17
0.12

Pr > F
0.84
0.88

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Lampiran 18 Analisis ragam konsumsi Ca
Sumber
JK
DB
169.52
2
Perlakuan
7.43
2
Kelompok
44.51
4
Galat

KT
84.76
3.71
11.12

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

Fhit
7.61
0.33

Pr > F
0.04
0.73

16
Lampiran 19 Analisis ragam konsumsi P
Sumber
JK
DB
0.52
2
Perlakuan
0.17
2
Kelompok
1.85
4
Galat

KT
0.26
0.08
0.46

Fhit
0.56
0.18

Pr > F
0.61
0.83

Fhit

Pr > F

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tenga

Lampiran 20 Analisis ragam konsumsi Fe
Sumber
Perlakuan
Kelompok
Galat

JK

DB
0.03
0.00
0.06

KT
2
2
4

0.01
0.00
0.01

0.99
0.13

0.44
0.87

Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah

RIWAYAT HIDUP
Farid Rosadi, dilahirkan di Bojonegoro, Jawa
Timur pada tanggal 13 Mei 1991. Penulis adalah anak
kedua dari dua bersaudara pasangan Drs Umar Ghoni
MM dan Siti Musfiatin. Pendidikan sekolah menengah
dimulai dari tahun 2003 di SMP Negeri 3 Peterongan
sampai tahun 2006. Pendidikan lanjutan menengah atas
ditempuh pada tahun 2006 sampai tahun 2009 di SMA
Darul Ulum 1 BPPT Jombang. Penulis diterima sebagai
mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan
terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Kepramukaan dan Rohis merupakan organisasi yang pernah diikuti penulis
selama menempuh pendidikan. Penulis merupakan mahasiswa daerah sehingga
penulis juga aktif dalam OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) PAD
Bojonegoro dan Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Darul Ulum.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti MS dan
Dr Ir Luki Abdullah MscAgr selaku pembimbing, serta Prof Dr Ir Toto Toharmat
MAgrSc yang telah banyak memberi saran ketika seminar. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen penguji Ir Lilis Khadijah Msi, Dr Sri Suharti Spt Msi
dan Ir Rini Herlina Mulyono Msi atas saran-saran yang diberikan. Penulis juga
sampaikan penghargaan kepada Suharlina SPt Msi yang telah membantu selama
proses penelitian dan pengumpulan data.

17
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pengelola peternakan kambing
perah koperasi pegawai IPB atas bantuan dan dukungan selama penelitian
berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tersayang
yaitu ayah, ibu dan mbak Nurul. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada teman-teman INTP 46 tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak atas bantuan selama penelitian
dan penulisan skripsi ini.Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.