STUDI KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KAMBING

LAPORAN PRAKTIKUM
STUDI KELAYAKAN USAHA
“PETERNAKAN KAMBING PERAH ETAWA SELAMA 5
TAHUN (MASA PRODUKTIF 1 GENERASI)”
PARAREL 09

OLEH

RYAN ILHAM
1310611011

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’allamin, segala puji dan syukur penyusun panjatkan
kehadirat Allah yang mahakuasa, karena berkat rahmat dan karunianya kita bisa
melakukan berbagai macam aktifitas,terutama kepada penulis sendiri sehingga dapat

menyelesaikan Laporan Praktikum Studi Kelayaka Usaha ini sesuai dengan waktu
yang telah diberikan,dan tidak lupa penulis menyampaikan salam serta salawat
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk memanusiakan manusia,
hal ini sangat penting untuk kita semua sebagai umatnya, dan penulis mengucapkan
terima kasih banyak kepada Dosen yang memberikan Prtaktikum ini sehingga
pengetahuan kami semakin bertambah,dan pihak pihak yang lain, baik secara
langsung maupun tidak,penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan
dimata pembaca, oleh karena itu saran dan kritik sangat berpengaruh dalam
penyempurnaan Laporan ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan kepada pembaca. Amin.

Padang,11 Juni 2015

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................... ii
I. Pendahuluan.................................................................................... 1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan……………………………………………………………………
II. Tinjauan Pustaka…......................................................................... 3
A. Beternak Kambing……………………………………………………… 3
B. Sistem Pemeliharaan………………...………………………………….. 3
C. Pemeliharaan Induk Kambing Laktasi………….………………………. 4
D. Penanganan Kesehatan Induk……………...…………………………… 4
E. Pemberian Pakan Pada Induk Kambing Peranakan Etawa……………... 5
F. Pemeliharaan Induk Bunting……………………………………………. 5
G. Pemeliharaan Induk Masa Laktasi……………………………………… 6
H. Penanganan Kelahiran………………………………………………….. 6
I. Studi Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawa………... 7
J. Aspek Aspek Analisis Usaha……………………………………………. 8
III. Aspek Pasar dan Pemasaran……………………………………..9
A. Permintaan………………….……………………………………………9
B. Penawaran………………………………………………………………. 10
C. Pangsa Pasar……………………………………………………………..10
D. Strategi Pemasaran………………………………………………………11
IV. Aspek Hukum / Legalitas…..……………………………………..12
A. Perencanaan Wilayah……….…………………………………………... 12


2

B. Status Tanah….…………………………………………………………. 12
C. Legalisasi Usaha..………………………………………………………..12
V. Aspek Produksi………….…..…………………………………….. 13
A. Teknis……………....……….………………………………………….. 13
VI. Aspek Finansial………….…..……………………..…………….. 16
VII. Aspek Lingkungan…….…..…………………………………….. 19
VIII. Aspek Manajemen dan SDM.…………………………………. 20
IX. Kesimpulan……………………………………………………….. 22
Daftar Pustaka……………………………………………………………. 23
Lampiran………………………………………………………………….. 24

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kambing perah merupakan komoditas baru di Indonesia yang kemungkinan
memiliki prospek pengembangan yang baik. Walaupun belum terbukti secara Ilmiah,
anggapan yang berkembang di masyarakat adalah bahwa susu kambing dapat
menyembuhkan berbagai penyakit pernafasan, seperti asma dan TBC. Oleh karena itu

permintaan cenderung semakin meningkat dan harga yang masih cukup tinggi. Di sisi
lain kambing perah dapat berperan ganda sebagai peghasil susu dan daging. Dari
kebutuhan investasi, usaha kambing pernah memerlukan investasi jauh lebih kecil
dibandingkan dengan sapi perah dan disamping ini relatif lebih mudah dalam
manajemen.
Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia umumya kambing
peranakan Etawah (PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging
dibandingkan dengan sumber air susu. Susu kambing belum dikenal secara Iuas
seperti susu sapi padahal memiliki komposisi kimia yang cukup baik (kandungan
protein 4,3% dan lemak 2,8%) relatif lebih baik dibandingkan kandungan protein
susu sapi dengan protein 3,8% dan lemak 5,0% (Sunarlim dkk, 1992). Disamping itu
dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing lebih mudah dicerna, karena ukuran
molekul lemak susu kambing lebih kecil dan secara alamiah sudah berada dalam
keadaan homogen (Sunarlim dkk, 1992) (Sinn, 1983).
Produktivitas biologis kambing cukup tinggi, 8-28% lebih tinggi
dibandingkan sapi (Devendra, 1975). Jumlah anak per kelahiran (litter size) bervariasi
1 sampai dengan 3 ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan
untuk anaknya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak
mengganggu proses reproduksinya. Biaya investasi usaha ternak kambing relatif
rendah dan pemeliharaannya pun jauh lebih mudah dibanding sapi.


Pengembangan usaha kambing PE mempunyai peluang pasar yang cukup
tinggi di Indonesia karena daya dukung kesesuaian iklim dan aksesibilitas ke berbagai
daerah konsumen. Tingginya impor dan masih rendahnya produksi susu sapi dalam
negeri, merupakan pasar yang perlu dijajagi.
Dari aspek produksi daging, permintaan daging kambing di Indonesia
maupun di dunia juga mengalami peningkatan pesat selama 10 tahun terakhir ini.
Indonesia mengkonsumsi kambing sebagai salah satu sumber protein hewani yang
utama setelah sapi dan ayam. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena usaha
peternakan kambing di Indonesia di dominasi oleh usaha rumah tangga dengan skala
pemilikian 4 – 10 ekor.
Permintaan kambing untuk konsumen khususnya seperti restauran dan hotelhotel masih dipenuhi oleh impor. Hal ini disebabkan daging kambing dalam negeri
kurang sesuai untuk masakan yang dikehendaki oleh restauran dan hotel tersebut.
Pengembangan pasar ke pasar spesifik merupakan peluang ekonomi yang pantas
diraih dengan pengusahaan peternakan kambing sistem ranch, dan hal ini sangat
sesuai dengan kambing PE. Komoditas susu kambing juga memiliki propek yang baik
sejalan dengan semakin memasyarakatnya susu tersebut.
B.Tujuan
Melakukan


analisis

finansial

usaha ternak

kambing di lingkungan

mencangkup keuntungan usaha jangka pendek maupun jangka panjang serta prospek
pengembangan di masa yang akan datang (peluang pasar).

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Beternak Kambing.
Permintaan akan ketersediaan kambing tiap tahun semakin meningkat, hal
tersebut dibuktikan dengan semakin banyaknya tingkat konsumsi masyarakat
terhadap makanan olahan berbahan dasar kambing baik itu susu ataupun daging.
Apalagi ternak kambing tidaklah sesulit seperti ternak hewan-hewan yang lain.
Kambing Peranakan Etawa (PE) adalah hasil dari persilangan kambing etawa
yang berasal dari india dengan kambing lokal (kambing kacang). Jenis kambing ini
juga sudah tersebar di seluruh wilayah indonesia. Kambing Peranakan Etawa (PE)

memiliki dua keuntungan yaitu sebagai penghasil daging serta penghasil susu.
Ciri- ciri dari kambing PE yaitu telinganya panjang dan terkulai lemas,
telinganya memiliki panjang 18-30 cm, warna bulu coklat muda sampai kehitaman.
Kambing PE jantan, bulu di atas leher dan pundak relatif lebih tebal dan panjang,
sedangkan untuk betina bulu bagian paha panjang. Bobot kambing PE betina ± 35 kg
dan jantan ± 40 kg, tinggi pundaknya 76-100 cm.
Memelihara kambing etawa pada dasarnya hanya terdiri dari tiga hal yaitu
Pengadaan,Pakan dan Pelaksanaan. Jika kita dapat melakukan ketiga hal tersebut
dengan baik, maka segalanya akan baik - baik saja. Namun tidaklah mudah, terutama
dalam pelaksanaan. Biasanya tetap ada kendala berupa apapun. Kambing PE telah
beradaptasi dengan baik terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
B. Sistem Pemeliharaan.
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang
padang pengembalaannya luas, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya
tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar.(Menurut
Williamson 1993), Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara
secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono 2003).

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus
atau tanpa pengembalaan dan lebih terkontrol (Williamson dan Payne 1993).

Kambing jantan dan betina dipisahkan begitu juga betina muda dari umur tiga bulan
sampai cukup umur untuk dikembang biakkan. Kambing pejantan harus dipisahkan
dengan yang betina (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot badan pada
sistem pemeliharaan intensif ini bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan ratarata 120 gram perhari (Sarwono, 1999 )
C.Pemeliharaan Induk Kambing Laktasi.
Pemeliharaan induk kambing lakatasi dapat dilakukan dengan beberapa cara
untuk memenuhi kebutuhan susu anaknya dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tubuhnya yaitu dengan melakukan penangan pada waktu melahirkan, kemudian
memperhatikan pakan dan air minum yang diberikan dan juga sanitasi (kebersihan
kandang supaya terhindar dari sumber – sumber penyakit yang bisa mengurangi
produktifitas induk kambing laktasi tersebut (Anonim, 2014)
D.Penanganan Kesehatan Induk.
Pengobatan ternak kambing khususnya penyakit scabies bisa menggunakan
obat seperti Asuntol, Tiguvon, Neguvon, Termadex, Benzyl Benzonate dan bias
dilakukan dengan cara menempatkan ternak ditempat yang hangat dan pakan bergizi
tinggi, rambut kambing dicukur dan dimandikan serta bisa juga menggunakan obatobatan seperti serbuk belerang dicampur kunyit dan minyak kelapa yang dipanasi,
kemudian dioleskan (Muljana 2001).
Simon (2009) menjelaskan, Parasit pada sluran pencernaan kambing dapat
mengganggu kesehatan dan menurunkan produktivitas atau menyebabkan kematian
pada kasus akut. Penyakit ini bisa disebabkan oleh pakan hijauan yang telah terinfeksi

larva parasit.

Ciri penyakit ini adalah kepucatan pada lingkar putih mata, dibagian dalam
mulut, rectum dan vagina serta kadang-kadang disertai mencret. Pengobatan penyakit
ini bisa dilakukan dengan memberikan anti parasite setiap 2-3 bulan sekali. Jenis anti
parasit yang diberikan sebaiknya rotasi setiap tahun untuk mencegah timbulnya
resistensi terhadap anti parasit yang diberikan.
E. Pemberian Pakan Pada Induk Kambing Peranakan Etawa.
Pakan menjadi salah satu factor penting dalam pemeliharaan induk bunting.
Dengan memberikan pakan yang baik, akan memenuhi kebutuhan zat gizi untuk
mendukung pertumbuhan anakan kambing ataupun kesehatan indukan. Indukan juga
membutuhkan pakan yang baik untuk mempertahankan kesehatan, terutama
kesehatan tulang sekaligus untuk memproduksi air susu. Beberapa bahan pakan
utama yang dibutuhkan oleh induk bunting, antara lain pakan yang mengandung
kalsium, asam amino esensial tertentu, seperti lisin, dan karbohidrat sebagai sumber
energy ( Abdul syukur, 2014).
F.Pemeliharaan Induk Bunting.
Proses pemeliharaan kebuntingan sangat penting karena embrio ternak cukup
labil, terutama umur kebuntingan muda. Hasil penelitian ayalon (1978) dalam Hunter
(1995) menunjukkan kematian embrional umur 35 – 42 hari pada kambing mencapai

31%. Demikian juga penelitian dari Toelihere (1981) yang menunjukkan bahwa
kematian embrional dalam minggu pertama kebuntingan mencapai 25%. Kematian
periode embrio ini juga disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kondisi pakan,
ketidakseimbangan hormonal, dan penyakit, seperti vibriosis dan Bruchelosis. Oleh
karena itu, pemeliharaan ternak bunting perlu lebih diintensifkan, terutama dalam hal
pemberian pakan dan perawatan.

G.Pemeliharaan Induk Masa Laktasi.
Masa laktasi adalah masa kambing perah mampu menghasilkan susu. Sesaat
setelah melahirkan , ambing kambing sudah menghasilkan cairan yang disebut
kolostrum. Kolostrum bisa keluar dengan cara diisap oleh cempe atau diperah. Untuk
kambing-kambing perah, sebaiknya kolostrum dikeluarkan dengan cara diperah dan
diberikan kepada cempe dengan menggunakan ambing buatan berupa botol susu bayi.
Tujuannya untuk menghindari kotornya ambing yang akan menyebabkan susu
kambing yang akan dihasilkan tercemar. Kolostrum dihasilkan oleh ambing selama 27 hari, setelah itu ambing akan menghasikan susu normal. Atas dasar pertimbangan
ekonomi,sebaiknya cempe diberi susu buatan, sedangkan susu kambing yang
dihasilkan seluruhnya dijual (Sodiq dan Abidin.2002).
H. Penanganan Kelahiran.
1. Penanganan Induk Menjelang Kelahiran
Pengelolaan induk menjelang melahirkan, saat melahirkan dan beberapa saat

setelah anak dilahirkan merupakan salah satu periode singkat namun kritis bagi
pencapaian produktivitas seekor induk kambing. Diperlukan berbagai tindakan
persiapan yang mendetail ataupun tindakan pada saat melahirkan maupun setelah
dilahirkan untuk terutama mencegah kematian baik induk maupun anak yang
dilahirkan. Sehubungan dengan itu, maka kemampuan menduga secara akurat saat
melahirkan seekor induk akan sangat membantu keberhasilan manajemen melahirkan
secara keseluruhan.
2. Penanganan Induk Setelah Kelahiran.
Tindakan induk yang membersihkan seluruh tubuh anak dengan menjilat
merupakan cara paling efektif menciptakan hubungan induk – anak yang baik pada
waktu selanjutnya. Hubungan ini dapat mempengaruhi ketersediaan / akses air susu
induk untuk anak yang baru dilairkan. Seekor induk dapat menunjukkan penolakan
terhadap anaknya apabila hubungan ini tidak terbentuk sejak awal.

Anak sebaiknya dibaringkan didekat hidung induk agar dapat dibersihkan oleh
induk dengan cara dijilat sekujur tubuhnya. Apabila induk tetap menolak
membersihkan tubuh anaknya, bersihkan seluruh tubuh dan bagian kepala serta
hidung anak kambing dengan kain kering da bersih agar dapat bernapas dengan
lancer. Apabila anak tidak menunjukkan gerakan bernapas secara normal, lakukan
bantuan dengan mencoba menempelkan jerami halus atau rumput kering kedalam
rongga hidung untuk meransang anak bernapas. Induk dan anak dapat ditempatkan
pada

kandang

beranak

portable

(1mx1m)

selama

seminggu

atau

induk

dikelompokkan kedalam kandang beranak (Abdul syukur,2014).
3.Proses Kelahiran.
Proses kelahiran akan berlangsung mulus jika posisi anak yang dikandung
normal.Perlu diketahui bahwa posisi normal anak dalam kandungan normal.Perlu
diketahui bahwa posisi normal anakdalam kandungan ada dua macam,yaitu posisi
interior dan posterior.Posisi interior jika satu atau dua kaki depan dan kepala terletak
dalam saluran peranakan.Sementara itu,posisi posterior jika kedua kaki belakang
berada dalam saluran peranakan (Sarwono,2012)
Proses awal kelahiran adalah keluarnya ketuban dari vagina induk. Biasanya
berbentuk bulat seperti bola berisi air, tak berapa lama gelembung keluar akan pecah
diikuti oleh proses kelahiran cempe. Pada posisi cempe normal, akan keluar dengan
sendirinya tanpa memerlukan bantuan peternak (Anonym, 2014).
I.Studi Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawa.
Studi kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi baik
sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan, sehingga kita mengetahui
berhasil atau tidaknya investasi yang telah ditanamkan. Studi kelayakan proyek
merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk
jangka waktu tertentu (Umar 2005).

Menurut Soeharto (1999), Investasi dapat dilakukan oleh swasta maupun
negara dengan motif keuntungan finansial ataupun keuntungan non finansial. Pihak
swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. pemerintah dan
lembaga nonprofit melihat apakah proyek bermanfaat bagi masyarakat luas yang
berupa penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan yang melimpah, dan penghematan
devisa. Semakin luas skala proyek maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi
maupun social semakin luas.
J.Aspek Aspek Analisis Usaha
Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah bidang kajian dalam studi
kelayakan tentang keadaan objek tertentu, yang dilihat dari fungsi-fungsi bisnis.
Menurut Subagyo (2007), pembagian dan pengkajian aspek-aspek dalam studi
kelayakan terbagi menjadi dua bagian yaitu aspek primer dan aspek sekundear.
Aspek primer merupakan aspek yang utama dalam penyusunan studi
kelayakan. Aspek primer ini ada dalam semua sektor usaha yang terdiri dari : aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan organisasi,
aspek hukum, serta aspek ekonomi dan keuangan. Aspek sekunder adalah aspek
pelengkap yang disusun berdasarkan permintaan instansi/lembaga yang terkait
dengan objek studi, yaitu aspek analisis mengenai dampak lingkungan dan aspek
sosial. Secara umum analisis kelayakan terbagi menjadi aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial.

III. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar sangat penting dalam pelaksanaan studi kelayakan proyek. Salah
satu syarat agar pemasaran berhasil, proyek yang akan dilaksanakan harus dapat
memasrkan hasil produksinya secara kompetitif dan menguntungkan. Analisis aspek
pasar terdiri dari rencana perasarana output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana
penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek
(Gittinger, 1986). Kriteria kelayakan pada aspek pasar dikatakan layak apabila usaha
kambing perah memiliki peluang pasar, artinya potensi permintaan lebih besar dari
penawaran. Keberhasilan dalam menjalankan usaha perlu adanya strategi pemasaran
dan pengkajian aspek pasar dengan cermat.
A. Permintaan
Berkembangnya pola perubahan gaya hidup, menyebabkan seseorang mulai
memperhatikan pola hidup sehat. Adanya trend back to nature mengarahkan
konsumen untuk mengkonsumsi yang bersumber dari alam. Selain itu didukung
dengan

pengetahuan

masyarakat

tentang

khasiat

susu

kambing

sehingga

menyebabkan terjadi peningkatan permintaan susu kambing. Sampai saat ini belum
ada data pasti baik dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag)
maupun Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai jumlah permintaan susu kambing
secara nasional maupun ekspor. Namun informasi permintaan susu kambing dapat
diketahui dari Ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah (Indonesia) yang mengatakan
“dari kebutuhan 6,000 liter per hari hanya baru seperempatnya yang bisa terpenuhi”.
Permintaan susu kambing akan tetap ada selama masih ada yang sakit dan keinginan
masyarakat untuk menjaga kesehatan. Dilihat dari segmentasi pasar konsumsi susu
kambing cenderung untuk kalangan menengah atas.

B. Penawaran
Sampai saat ini Deperindag dan BPS belum dapat menyajikan data mengenai
total penawaran yang pasti untuk produksi susu kambing, khususnya untuk wilayah
Bogor. Berdasarkan informasi dari hasil survei dan dilihat dari jumlah peternak dan
pedagang (agen) susu kambing banyak terlihat di pinggir pinggir jalan. Beberapa
peternak atau kelompok peternak sudah mulai mengembangkan peternakan kambing
dengan tujuan utama sebagai penghasil susu mengarah pada pengusahaan skala besar
dalam menjalankan usahanya.
Adanya peningkatan jumlah penduduk dan menyebarnya informasi tentang
kasiat susu kambing diharapkan menjadikan peluang meningkatnya permintaan
terhadap susu kambing.
C. Pangsa Pasar
Usaha ternak kambing PE dilihat dari pesaing usaha dapat dikatakan cukup
tinggi. Hal ini tercermin dari jumlah peternakan kambing perah yang cukup banyak.
Informasi ini mengindikasikan tingginya minat peternak untuk mengembangkan
usaha ternak kambing perah, akan tetapi jumlah peternak yang cukup banyak tersebut
tidak menimbulkan persaingan yang terlalu ketat. Persaingan yang terjadi bersifat
sehat dan saling melengkapi. Artinya sesama pelaku produsen susu kambing saling
menginformasikan jika ada pesanan susu yang disesuaikan dengan daya beli
konsumen. Pola hidup masyarakat dewasa ini mengarah kepada minuman kesehatan
dan pengobatan alami membuat kebutuhan akan mengkonsumsi susu kambing
meningkat. Selain susu kambing sebagai sumber pendapatan dapat juga menjual
produk lain seperti ternak afkir, anakan kambing hingga pada kotoran ternak yang
digunakan sebagai pupuk organik. Hal ini menjadi peluang karena dapat memberikan
potensi pendapatan tambahan.

D. Strategi Pemasaran
Promosi produk bagi usaha yang baru berjalan perlu dilakukan. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan Anggororatri (2008), susu kambing merupakan
produk yang masih berada pada tahap perkenalan, pada proses tahap perkenalan
perlunya pengembangan terhadap kesadaran tentang susu kambing salah satunya
dengan pemberian edukasi manfaat dan khasiat susu kambing.
Promosi yang dilakukan untuk mengenalkan produknya kepada konsumen
yaitu pada mulanya pemilik menginformasikan melalui mulut ke mulut. Diantaranya
pemilik memperkenalkan produk kepada sesama rekan kerja, saudara terdekat dan
menawarkan kepada individu lainnya serta memberikan kartu nama guna
memudahkan untuk berkomunikasi bila tertarik untuk memesannya.
Pemasaran susu kambing dipengaruhi juga oleh sertifikasi produk. Sertifikasi
produk berguna untuk meyakinkan konsumen akan khasiat dan kandungan zat dari
susu yang dihasilkan oleh produsen. Sebelum agen bekerjasama memasarkan produk
susu kambing tersebut, pemilik menginformasikan terlebih dahulu mengenai
keunggulan susu yang dihasilkan dan khasiat susu kambing bila mengkonsumsinnya.
Selain itu pemilik memberikan fasilitas berupa spanduk yang berisikan mengenai
khasiat susu kambing dan mencantumkan nama Peternakan Super sebagai
produsennya.
Hal ini dilakukan juga sebagai bentuk promosi Peternakan Super sebagai
produsen susu kambing, disamping baik agen maupun konsumen mengetahui manfaat
dan khasiat susu kambing yang diproduksinya. Sehingga dengan adanya informasi
tersebut diharapkan konsumen mengingat dan tertarik untuk mengkonsumsi susu
kambing tersebut.

IV. ASPEK HUKUM/ LEGALISASI
A. Perencanaan Wilayah.
Wilayah yang dijadikan sebagai tempat beternak adalah wilayah pertanian,
dan berdasarkan aspek teknis wilayah ini sangat cocok dijadikan sebagai wilayah
peternakan, khususnya kambing peranakan etawa,dengan demikian lokasi tempat
usaha yang didirikan tidak menyalahi peraturan Perundang undangan yang ada.
B.Status Tanah.
Lahan yang dijadikan sebagai tempat beternak memiliki status hak milik
pribadi dan dibuktikan dengan sertifikat tanah. Dengan demikian keberadaan tanah
atau lahan lokasi usaha mempunyai kekuatan hokum yang tetap,sehingga sudah aman
untuk melakukan usaha (tidak dalam sengketa lahan). Usaha ini dikembangkan dalam
jangka waktu yang relative panjang. Untuk memulai usaha ini sudah diperoleh izin
dari instansi yang berwenang diantaranya :


Surat Izin Usaha Peternakan (SIUP)



Surat Izin Mendirikan Bangunan Kandang Ternak (SIMB)

C. Legalisasi Usaha
Usaha ini pada dasarnya memiliki izin atas kepemilikan tanah,dan juga izin
mendirikan bangunan kandang. Dengan memperhatikan kenyamanan bagi penduduk
sekitar, atas pembangunan usaha ini yang berlandasan pada :


Undang Undang No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan

Pemukiman.


Peraturan pemerintah No.9 Tahun 1994 Tentang Pengolahan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun.


Undang Undang No.18 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan

Peternakan,Kesehatan Ternak, serta Aspek Teknis Pengelolaan Usaha
Peternakan.

V.ASPEK PRODUKSI
A. Teknis
Populasi kambing di Indonesia saat ini mencapai 7 juta ekor. Jumlah ini 76%
diantaranya berada di Pulau Jawa. Kambing umumnya dipelihara dengan cara yang
sangat sederhana di setiap rumah tangga pedesaan. Setiap keluarga pada umumnya
memiliki 4 – 6 ekor kambing yang dipelihara dengan dikandangkan di halaman
rumah dan digembalakan di areal bekas panen atau lahan beras. Pakan yang diberikan
setiap hari berasal dari rumput yang ada di seputar rumah.
Jenis kambing yang saat ini banyak dipelihara adalah kambing lokal dan
kambing etawa. Jenis kambing etawa merupakan jenis yang memiliki produktivitas
tinggi dan daya tahan yang Iebih baik. Kambing betina jenis ini mencapai
kematangan seksual pada umur 8 – 9 bulan. Masa kehamilan selama 5 bulan dan
masa Iaktasi 4 bulan.
Dengan peemeliharaan yang baik, kambing dapat dikawinkan lagi 2 – 3 bulan
lagi setelah melahirkan. Setiap melahirkan kambing mampu menghasilkan 2 – 3 ekor
anak, sehingga dalam dua tahun dapat menghasilkan 6 – 9 ekor anak. Kambing
dewasa jenis ini memiliki berat karkas bersih 18 – 20 kg untuk kambing jantan dan 15
– 18 untuk betina. Masa subur kambing betina setelah berusia 5 tahun.
Secara sederhana reproduksi kambing dapat digambarkan dalam skema
berikut :

Secara teoritis, kambing dapat menghasilkan 6 – 9 anak setiap dua tahun.
Reproduksi kambing juga dipengaruhi oleh tingkat kecukupan gizi yang ada.
Kebutuhan pakan kambing dipenuhi dengan rumput yang di tanam oleh proyek di
areal yang ada. Selain rumput, kambing juga memerlukan makanan tambahan berupa
bijibijian untuk mempercepat pertumbuhannya.
Daging kambing jantan umumnya kurang disenangi karena memiliki serat
yang kenyal dan bau yag cukup tajam. Oleh karenanya, penjualan kambing jantan
dilakukan pada usia muda kecuali kambing jantan yang hendak dijadikan pejantan.

Beberapa hasil penelitian (Sukmawatu et al.) memperlihatkan keragaan
produksi kambing etawah dengan sistem pemeliharaan yang dikandangkan (sistem
pemeliharaan intensif) dipelihatkan dalam Tabel 2.

Menurut Triwulaningsih (1986) produksi susu kambing PE sekitar 0,498 –
0,692 liter per ekor per hari dengan produksi tertinggi dicapai 0,868 liter. Menurut
Devandra (1983) rataan produki susu kambing Etawah berkisar 0,7 – 1,0 kg per hari
dengan rata-rata waktu laktasi 140 hari. Dengan sistem manajemen yang baik maka
periode laktasasi dapat dilakukan sampai 9 bulan dengan puncak produksi pada bulan
pertama kedua, dapat dilakukan sampai 9 bulan dengan puncak produksi pada bulan
pertama dan bulan kedua, dapat mencapai produksi 4 liter/ekor/hari.

VI. ASPEK FINANSIAL
Tujuan dilakukannya aspek finansial dari analisis kelayakan usaha adalah
untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti
ketersedian dana,biaya modal,kemampuan usaha untuk membayar kembali dana
tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan
dapat berkembang terus (Umar,2001).
Perhitungan

rugi laba dan arus kas memberikan gambaran mengenai

keuntungan dan biaya operasional selama periode tertentu. Laporan laba rugi adalah
suatu laporan keuangan yang menggambarkan keuntungan suatu perusahaan selama
periode waktu tertentu, dimana aspek aspek yang termasuk didalam laporan laba rugi
adalah aspek pendapatan dan aspek pengeluaran.
Arus Kas (Cash Flow) adalah aliran kas perusahaan yang secara nyata
diterima dan dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan operasi,pendanaan,dan
investasi. Aliran kas yang masuk ke perusahaan disebut juga dengan cash in flow,
sedangkan aliran kas yang keluar adalah cash out flow. Berikut adalah data :
BIAYA INVESTASI

A.Biaya Pra-Operasi
No
Jenis
.
1 Sewa Tanah
2 Izin Usaha
a. SIUP
b. SITU
c. IMB
e. NPWP
Total

Jumlah (Rp)
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR

250,000.00
1,850,000.00
3,950,000.00
85,000.00
6,135,000.00

B.Biaya Pengolahan Pakan
No.

Jenis Biaya

Satuan

1

Sewa Traktor
10 hari
Bibit rumput
Upah

Hari

2
3
4

Pupuk
Kandang
Total

Rumpun
Orang
Ton

Jml
Satuan
3
10,000
4/10 hari
*
10

Harga Satuan

Nilai Total

IDR

500,000.00

IDR

15,000,000.00

IDR
IDR

250.00
50,000.00

IDR
IDR

2,500,000.00
2,000,000.00

IDR

125,000.00

IDR

1,250,000.00

IDR

20,750,000.00

C. Biaya Pendirian Bangunan
No
.
1

Jenis Biaya

Satuan Jm satuan

Harga satuan

Nilai Total

m2

12

IDR

625,000.00

IDR

7,500,000.00

2

Kantor + Mess
Karyawan
Tempat Loading

m2

0

IDR

400,000.00

IDR

-

3

Kandang

m2

225

IDR

375,000.00

IDR

84,375,000.00

4

Gudang Pakan

m2

20

IDR

500,000.00

IDR

10,000,000.00

2

15

IDR

300,000.00

IDR

4,500,000.00

5

Gudang kompos

m

6

Tempat Pengolahan
Kompos
Penampungan Air

m2

0

IDR

85,000.00

IDR

-

m3

1

IDR

475,000.00

IDR

475,000.00

7

8

Tempat Pembuangan
Limbah
Pagar

9

m2

50

IDR

25,000.00

IDR

1,250,000.00

m

655

IDR

6,500.00

IDR

4,257,500.00

Total

IDR 112,357,500.00

D. Biaya Mesin dan Peralatan
No
.
1
2
3
4
5
6
7

Jenis Biaya

Satuan

Mesin Choper
Mesin Air
Komputer & Printer
Timbangan Ternak
Gerobak Dorong
Instalasi Listrik
Peralatan Lain-lain

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

Total

Jumlah
satuan
3
5
3
2
12
1
6

Harga satuan
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR

25,000,000.00
3,500,000.00
11,200,000.00
55,000,000.00
450,000.00
4,500,000.00
13,500,000.00

Nilai Total
IDR 75,000,000.00
IDR 17,500,000.00
IDR 33,600,000.00
IDR 110,000,000.00
IDR
5,400,000.00
IDR
4,500,000.00
IDR 81,000,000.00
IDR 327,000,000.00

VII. ASPEK LINGKUNGAN
Untuk menangani masalah sanitasi dan pencemaran lingkungan, peternakan
ini akan membuat bak penampung kotoran dan urin yang nantinya bias diolah
menjadi pupuk Kompos atau MOL. Dengan demikian usaha yang akan dilakukan
tidak merusak atau mencemari lingkunan sekitar. Oleh sebab itu usaha peternakan ini
juga diwajibkan untuk membayar Pajak, sehingga usaha ini memiliki kartu bebas
pajak dan kelegalan secara hukum.
Dan usaha ini juga mengikat tenaga kerja yang ada disekitar peternakan, dan
hal ini juga ikut serta dalam meningkatkan pendapatan per kapita dan juga
meningkatkan devisa Negara dari pemabyaran pajak.

VIII. ANALISIS ASPEK MANAJEMEN DAN SDM
Analisis aspek manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam pembangunan dan implementasi usaha diperkirakan layak atau tidak
dilihat dari ketersediaan sumber daya manusia. Struktur organisasi biasanya
digambarkan dalam skema organisasi, dimana dalam skema ini akan memberikan
gambaran secara keseluruhan tentang kegiatan kegiatan dan proses prose yang terjadi
pada suatu organisasi
Perencanaan tenaga kerja merupakan salah satu cara untuk menetapkan
keperluan mengenai tenaga kerja pada suatu periode tertentu baik secara kualitas
maupun kuantitas dengan car acara tertentu. Perencanaan ini dimaksudkan agar
perusahaan terhindar dari kelangkaan sumber daya manusia pada saat dibutuhkan
maupun kelebihan sumber daya manusia pada saat kurang dibutuhkan (Umar,2001).
Dalam aspek sumber daya manusia ini juga menggambarkan mengenai aspek
Organisasi dan Manajemen, dan fungsi manajemen yang digunakan dalam hal ini
adalah POAC (Planing,Organaizing,Actuating dan Controling)
Planing
Dalam perencanaan usaha peternakan ini kami merencanakan untuk
melakukan penerimaan tenaga kerja khususnya tenaga kerja yang terampil di bidang
peternakan dan tenaga kerja yang berdomisili di lingkungan peternakan, adapun
perbandingan tenaga kerja yang kami butuhkan diantaranya adalah 70 % untuk
penerimaan tenaga kerja laki laki dan 30 % untuk peneriamaan tenaga kerja wanita.
Organisation
Dalam Organisasi penting bagi kami selaku pemilik perusahaan untuk
membuat atau membagi pekerjaan berdasarkan keterampilan, dan hal ini juga dapat
disusun dengan menggunakan struktur organisasi sebagai berikut.

PEMIMPIN PERUSAHAAN

SEKRETARIS

SUPERVISOR

BENDAHARA

PEKERJA

PAKAN

PUPUK

PEMASARAN

Actuating
Pelaksanaan dalam manajemen sumber daya manusia dalam usaha ini
dikhususkan bagi para pekerj atau karyawan yang bekerja di peternakan kami,
pelakasanaan dimulai dari pemasukan lamaran pekerjaan, tahap seleksi, tahap
orientasi atau pengenalan, tahap pelatihan, perekrutan dan penempatan tenaga kerja
berdasarkan kriteria dan kemampuan daripada tenaga kerja.
Hal ini dialkukan agar peternakan ini berjalan secara efektif dan efisien dan
juga memperoleh keuntungan bagi pemilik peternakan dan yang terpenting adalah
terpenuhinya kebutuhan akan susu dan daging kambing peranakan etawa.
Controling
Controlling atau pengendalian merupakan suatu kegiatan dalam menguraikan
informasi yang memonitoring rencana serta proses untuk meyakinkan bahwa hal itu
selaras dengan tujuan dan juga tidak menyimpang dari tujuan.

IX. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pengumpulan data, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa peternakan Kambing Perah Etawa selama 1 Tahun LAYAK, hal ini
dikarenakan NPV, GROSS, dan IRR menunjukan Layak. Dalam hal ini Pemilik
perusahaan sudah merancang peternakan yang dapat bertahan selama 1 periode
produktif dan memiliki keuntungan yang besar tampa memperhatikan tingkat bunga
yang naik sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA
Umar,Husein,2001, Studi Kelayakan Bisnis, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta
Anonim.2014. Http://Yandefrazzylovewiq.Blogspot.Com/. Diakses Tanggal
15 desember 2014.
Anonim.2014.http://www.usahaternak.com/2013/12/panduan-lengkapcarabudidaya- kambing.html. Diakses tanggal 18 desember 2014.
Anonim.2014 https://www.sipendik.com/cara-praktis-ternak-kambing/. Diakses
tanggal 18 desember 2014.
Anonim.2014.http://hadipeternakan.blogspot.com/2011/12/tanda-tandaternakkambing-yang-akan.html. Diakses tanggal 18 desember 2014.
Sarwono,B. 2012. Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

LAMPIRAN GAMBAR