Institutional Arrangement Towards A Self-Financed National Parks Management at Gunung Gede Pangrango National Park

PENATAAN KELEMBAGAAN
MENUJU PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL MANDIRI
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

RUHYAT HARDANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penataan Kelembagaan
Menuju Pengelolaan Taman Nasional Mandiri di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

P ertanian Bo gor.
Bogor, Juli 2013

Ruhyat H ardansyah
EI51090071

RINGKASAN
RUHY AT HARDANSY AH. Penataan Kelembagaan Menuju Pengelolaan Taman
Nasional Mandiri di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibimbing oleh
BRAMASTO NUGROHO dan RINEKSO SOEKMADI.
Taman Nasional (TN) merupakan bagian dari kawasan konservasi (KK)
yang dike lola oleh pemerintah. Penunjukan unit pengelola bertujuan untuk
merealisasikan efektivitas pengelolaan. Fenomena yang terjadi menunjukan
pengelolaan TN memiliki nilai efektivitas dibawah rata-rata. Salah satu
permasalahan yang menyebabkan pengelolaan TN tidak efektif, yaitu keterbatasan
alokasi sumber daya berupa anggaran pengelolaan. Upaya pemerintah dalam
mengatasinya dilakukan melalui kemandirian pengelolaan. Kemandirian ini
diharapkan agar pengelolaan kawasan dapat mandiri dalam hal finansial, namun
kelestarian tetap tercapai. Pencapaian kearah tersebut dilakukan melalui
penguatan esensi pokok pemanfaatan dalam pengelolaan kawasan. Keterlibatan

pihak swasta dalam pemanfaatan SDA kawasan merupakan salah satu peluang
mengatasi permasalahan keterbatasan pembiayaan pengelolaan. Hal tersebut
mendasari penyusunan suatu model TN mandiri untuk mencapai tujuan
pengelolaannya melalui pemanfaatan SDA yang terkandung di dalam kawasan
dengan tetap mempertahankan fungsi pokok TN.
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan kebijakan investasi publik
dalam pengelolaan TN, menguraikan investasi swasta dalam pemanfataan sumber
daya alam di kawasan TN, dan memperoleh model kelembagaan yang tepat
menuju pengelolaan TN mandiri. Pendekatan penelitian melalui penelitian
deskriptif dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kajian
dokumentasi. Data dianalisis melalui analisis deskriptif, analisis isi, dan analisis
kesenjangan.
Anggaran pemerintah dalam pengelolaan kawasan TNGGP masih
menimbulkan permasalahan. Permasalahannya berasal dari sumber anggaran
pemerintah dan penggunaannya. Sumber anggaran pemerintah dalam pengelolaan
kawasan masih memiliki ketidakpastian akibat perubahan kebijakan keuangan
pemerintah berupa pemotongan atau perubahan anggaran dan mekanisme
penggunaannya. Hal terse but berdampak pada pelaksanaan kegiatan pengelolaan
TNGGP dari anggaran yang sudah ditetapkan. Alokasi penggunaan sumber
anggaran dalam pelaksanaan kegiatan belum menyentuh pada efektivitas

pengelolaan TNGGP. Alokasi tersebut lebih banyak digunakan untuk kegiatan
rutin yang bersifat administratif berupa gaji pegawai dan penunjang sarana
prasarana perkantoran. Proporsi anggaran kegiatan tersebut berdampak pada
terbatasnya alokasi anggaran untuk kegiatan pokok dalam pencapaian efektivitas
pengelolaan.
Pemanfaatan SDA kawasan TNGGP terdiri dari tujuh produk. Wisata alam
merupakan produk yang dapat melibatkan pihak swasta dari ketujuh kegiatan
yang teridentifikasi berdasarkan karakteristik manfaat produk, zonasi, dan
manajemen. Namun, pelibatan pihak swasta dalam pemanfaatan wisata alam di
TNGGP masih belum bisa diimplementasikan. Ketidaksiapan pemerintah sebagai
pihak pemberi kepercayaan menj adi faktor penghambat investasi swasta dapat

dilakukan. Pemberian ijin kepada pihak swasta merupakan bentuk pemindahan
hak kepemilikan sementara yang diatur seeara kaku dan rinei. Proses perijinan
yang panjang, ketidakpastian dalam mendapatkan ijin us aha, serta aturan hak dan
kewajiban yang tidak seimbang menimbulkan ketidaktertarikan pihak swasta
melakukan investasi. PNBP merupakan pendapatan hasil pemanfaatan SDA yang
masih menimbulkan permasalahan padajenis dan tarifserta penggunaannya. Jenis
dan tarif dari nilai PNBP relatif keeil dan banyak yang belum diatur. Selain itu,
penerimaan terse but tidak bisa digunakan langsung oleh unit manajemen tetapi

wajib disetor terlebih dahulu ke dalam kas negara dan dike lola dengan sistem
APBN.
TN mandiri merupakan TN yang memiliki kewenangan pengelolaan dan
pembiayaan berada di tingkat tapak. Kondisi terse but memiliki implikasi pada
bentuk organisasi, hak pengelolaan, dan rene ana pembiayaan. Bentuk organisasi
semi-otonom, pelimpahan hak pengelolaan kepada unit manajemen, dan rene ana
bisnis diperlukan untuk meneapai pengelolaan TN mandiri. Implikasi terse but
memerlukan perubahan dan perbaikan kebijakan dan kelembagaan.
Kata kunei: investasi, kelembagaan, kemandirian pendanaan, manajemen

SUMMARY
RUHY AT HARDANSY AH. Institutional Arrangement Towards A Self-Financed
National Parks Management at Gunung Gede Pangrango National Park.
Supervised by BRAMASTO NUGROHO and RINEKSO SOEKMADI.

National Parks (NPs) is part of the protected areas (PAs) which is managed
by the government. Appointment management unit aims to realize the
effectiveness of management. The recent phenomenon showed that the
effectiveness value of the National Park's management is categorized at 'underaverage'level. One of the problems that lead to ineffective management ofNPs,
that the limited allocation of resources funding. The government's efforts to solve

the limited budget for public investment has led to make self-financed
management unit. This policy is expected to be self-financed, but still achieved
sustainable park management. Towards the achievement of the essentials done by
strengthening the use in park management. Private sector involvement in the
utilization of natural resources is one of opportunity to overcome the limitations
of management funding issues. It underlies the development of self-financed
model to achieve management goals through the use of natural resources by
maintaining the main functions ofNPs.
This study aims to describe the policy of public investment in the
management of park, outlines private investment in the utilization of natural
resources in the area of park, and obtaining appropriate institutional model
towards selffinanced of park management. Descriptive approach to research
through research with data collection through interviews and review of
documentation. Data were analyzed through descriptive analysis, content
analysis, and gap analysis.
Government budget in managing TNGGP still cause problems. The problem
comes from the source and use government budget. Government budget sources
still has uncertainties due to changes in government fiscal policy in the form of
cuts or changes to the budget and usage mechanisms. It has an impact on the
implementation of the budget TNGGP management activities that have been

defined. Government budget source to implement the activities have not touched
on the effectiveness of management TNGGP. The allocation is more widely used
for routine activities such as staff salaries and office support infrastructure. The
proportion of the budget these activities have an impact on the limited budget
allocation for the basic activities in achieving effectiveness management.
Utilization of natural resources TNGGP region consists of seven products.
Nature tourism is a product that can involve private parties of seven activities
identified by the characteristics of the product benefits, zoning, and management.
However, private sector involvement in the use of nature in TNGGP still cannot
be implemented. Unpreparedness of the government as principal to be a factor
inhibiting private investment can be made. Granting licenses to private parties is
a form of transfer of temporary property rights while rigidly organized and
detailed. Lengthy permitting process, the uncertainty in obtaining a business
license, as well as the rights and obligations of the rules that are not balanced
cause disinterest in the private sector to invest. Income of non-tax revenues is the

result of the utilization of natural resources is still causing problems in the types
and rates and use. Types and rates of relatively small value and many are not yet
regulated. In addition, the revenue cannot be used directly by the management
unit but must be paid in advance to the state treasury and the state budget is

managed by the system.
A self-financed of national parks management has independent authority to
manage include the utilization of resources and financial management at the site
level. Such conditions have implications on organizational forms, rights
management, and financing plans. Parastatal organization, delegation of
management rights to the unit management, and business plans necessary to
achieve the goal. The implications of changes and improvements require policy
and institutional.
Keywords: investment, institutional, management, self-financing

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan. penelitian.
penulisan karya ilmiah. penyusunan laporan. penulisan kritik. atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan terse but tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB


PENATAAN KELEMBAGAAN
MENUJU PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL MANDIRI
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

RUHYATHARDANSYAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Rutan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Aceng Hidayat, MT

Judul Tesis

Nama
NIM

Penataan Kelembagaan Menuju Pengelolaan Taman Nasional
Mandiri di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Ruhyat Hardansyah
E151 090071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Bramasto Nugroho, MS
Ketua

Dr Ir Rinekso Soekmadi, MScF
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

I1mu Pengelolaan Hutan

Prof Dr Ir Hariadi Kartodihardjo, MS

Tanggal Ujian : 26 Juni 2013

Tanggal Lulus:

11

セ j@

G 2013

Judul Tesis
Nama
NIM

Penataan Kelembagaan Menuju Pengelolaan Taman Nasional
Mandiri di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Ruhyat Hardansyah
EI51090071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Bramasto Nugroho, MS
Ketua

Dr Ir Rinekso Soekmadi, MScF
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan Hutan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Hariadi Kartodihardjo, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 26 Juni 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul
Penataan Kelembagaan Menuju Pengelolaan Taman Nasional Mandiri di Taman
Nasional Gunung Gede Pangarango.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Bramasto Nugroho,
MS dan Bapak Dr Ir Rinekso Soekmadi, MScF selaku Komisi Pembimbing yang
telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan karya ilmiah ini; Bapak
Dr Ir Aceng Ridayat, MT selaku penguji luar komisi dan Bapak Dr Ir Muhdin,
MScF selaku pimpinan sidang pada ujian tesis; Kementerian Kehutanan atas
dukungan dan tugas belajar; Instansi dan pihak terkait atas bantuan fasilitas, data,
dan informasi yang diberikan selama penulis melaksanakan penelitian; Temanternan seperjuangan pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Rutan khususnya
angkatan 2009; serta seluruh keluarga besar atas segenap doa dan dukungan baik
moril maupun materiil.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Ruhyat H ardansyah

DAFTARISI
DAFTAR TABEL.. ......... .......... .. .............. ........ .. .............. ........ .. .............. ............ xii
DAFTARGAMBAR ................ .. .............. ........ .. .............. ........ .. .............. ........... xiv
DAFT AR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
DAFT AR IS TILAH .................... ......................................................................... xvi
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Be1akang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masa1ah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................. .. ...................... .. ...................... .. ..................... .. ...... 6
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 6
1.5 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 6
2 INVESTASI PUBLIK DALAM PENGELOLAAN KAW ASAN
TAMAN NASIONAL
2.1 Pendahu1uan ........................................... .. ...................... .. ............................. 9
2.2 Metode Pene1itian ........................................................................................ 12
2.3 Hasi1 dan Pembahasan ............... .... .................... .... .................... .... .............. 13
2.4 Simpu1an ...................................................................................................... 37
3 INVESTASI SWASTA DALAM PEMANFATAAN SUMBER DAY A
ALAM KAWASAN TAMANNASIONAL
3.1 Pendahu1uan ................................................................................................ 38
3.2 Metode Pene1itian ...................... .... .................... .... .................... .... .............. 42
3.3 Hasi1 dan Pembahasan ............... .... .................... .... .................... .... .............. 43
3.4 Simpu1an ...................................................................................................... 71
4 MODEL KELEMBAGAAN MENum PENGELOLAAN TAMAN
NASIONAL MANDIRI
4.1 Pendahu1uan ................................................................................................ 72
4.2 Metode Pene1itian ...................... .... .................... .... .................... .... .............. 73
4.3 Hasi1 dan Pembahasan ................................................................................. 74
4.4 Simpu1an ................................................. .. ...................... .. ........................... 83
5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpu1an ...................................................................................................... 84
5.2 Saran .......................................... ... ..................... ... ..................... ... ............... 85
DAFTAR PUS TAKA .......................... .... .................... .... .................... .... .............. 86
LAMPIRAN ........................................................................................................... 96

Xli

DAFTAR TABEL
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8

Ruang lingkup penelitian investasi publik dalam pengelolaan TN .............. 13
PDB dan APBN Indonesia tahun 2007-2011 ............................................... 14
Perbandingan anggaran pengelolaan KSA dan KP A ................................... 15
Perbandingan anggaran pengelolaan seluruh TN ......................................... 15
Perbandinganjumlah dan luas, PNS, serta anggaran TN per wilayah ......... 16
Perbandingan anggaran pengelolaan TNGGP ............................................. 17
Rencana dan realisasi pengelolaan kawasan TNGGP tahun 2007-2011 ..... 19
Perubahan alokasi anggaran terhadap kegiatan pengelolaan TNGGP ......... 20
Kegiatan, anggaran, dan kinerja pengelolaan TNGGP yang terlaksana ...... 24
Alokasi anggaran program pengelolaan TNGGP tahun 2007-2010 ............ 25
Realisasi anggaran program pengelolaan TNGGP tahun 2007-2010 .......... 25
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah berdasarkan program
pengelolaan TNGGP tahun 2007 ................................................................. 26
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah berdasarkan program
pengelolaan TNGGP tahun 2008 ................................................................. 26
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah dalam program pengelolaan
TNGGP tahun 2009 ..................................................................................... 27
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah berdasarkan program
pengelolaan TNGGP tahun 2010 ................................................................. 27
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah berdasarkan kegiatan pokok
pengelolaan TNGGP tahun 2011 ................................................................. 28
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah berdasarkan misi renstra
TNGGP tahun 2005-2009 ............................................................................ 29
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah berdasarkan misi renstra
TNGGP tahun 2010-2014 ............................................................................ 30
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah berdasarkan penyelengaraan
KSA dan KPA .............................................................................................. 33
Alokasi penggunaan anggaran pemerintah berdasarkan tupoksi TN
tahun 2007-2011 .......................................................................................... 34
Alokasi anggaran pemerintah berdasarkan kriteria dan indikator dalam
pengelolaan kawasan TNGGP tahun 2007-2011 ......................................... 35
Ruang lingkup penelitian investasi swasta dalam pemanfaatan SDA TN ... 43
Pengelompokan kegiatan pemanfaatan SDA di TNGGP ............................. 44
Zonasi Kawasan TNGGP ............................................................................. 45
Zona TN dalam us aha pariwisata alam ............................. ........ .. ................. 47
Jenis kegiatan pendidikan lingkungan di TNGGP ....................................... 48
Persyaratan administrasi permohonan IUPJW A di TN ............................... 55
Hak dan Kewajiban pemegang IUPJW A ............................................. ........ 56
Persyaratan administrasi dan teknis permohonan IUPSW A ........................ 58

X111

3.9
3.10
3.11
3.12
3.13
3.14
3.15
4.1
4.2
4.3

Asumsi besaran IIUPSWA di TNGGP ............................................ ............. 61
Hak dan kewajiban penerima kepercayaan lUPSWA ..................... ............. 62
Pengawasan, eva1uasi, dan pembinaan da1am lUPSW A .............................. 64
Beberapa perjanjian kerjasama terkait wisata a1am di TNGGP ................... 65
Rincian rea1isasi PNBP tahun 2007-2011 .................................................... 66
Realisasi PNBP 1ingkup Kemenhut tahun 2007 -2011 ................................. 67
Realisasi PNBP Kemenhut, PHKA, dan TNGGP tahun 2007 -2011.. ......... 67
Ruang 1ingkup pene1itian model ke1embagaan menuju TN mandiri ............ 74
A10kasi anggaran dan kegiatan yang tidak terlaksana tahun 2007-2011.. .... 76
Beberapa perbedaan satker bukan BLU dengan satker BLU ....................... 81

XIV

DAFTAR GAMBAR
l.1 Kerangka pemikiran penelitian ....................................... .. ........ .. ................... 8
2.1 Perbandingan anggaran sub fungsi konservasi SDA ................................... 14
2.2 Perbandingan a10kasi anggaran penge101aan setiap TN dengan 1uas
kawasannya tahun 2007-201l. ..................................................................... 16
2.3 Perbandingan a10kasi anggaran penge101aan setiap TN dengan jum1ah
PNS-nya tahun 2007-201l. .......................................................................... 16
2.4 Anggaran dan rea1isasi penge101aan se1uruh TN .......................................... 18
2.5 Rata-rata a10kasi anggaran penge101aan TN tahun 2007-2011 dan
kebutuhan anggaran da1am penge101aan KK yang efektif ........................... 18
2.6 Persentase a10kasi anggaran kegiatan yang tidak terlaksana terhadap
total a10kasi anggaran kegiatan .................................................................... 20
2.7 Rencana, a1okasi, dan rea1isasi anggaran penge101aan TNGGP .................. 23
2.8 Serapan anggaran dan pencapaian kinerja penge101aan TNGGP untuk
total kegiatan tahun 2007-2011 .................................................................... 24
2.9 Pengukuran kinerja program penge101aan TNGGP tahun 2007-2010 ......... 25
2.10 Perbandingan anggaran penge101aan TNGGP berdasarkan tujuan pada
renstra 2005-2009 ......................................................................................... 29
2.11 Perbandingan anggaran penge101aan TNGGP berdasarkan sasaran pada
renstra 2005-2009 ......................................................................................... 29
2.12 Perbandingan anggaran penge101aan TNGGP berdasarkan tujuan pada
renstra 2010-2014 ......................................................................................... 31
2.13 Perbandingan anggaran penge101aan TNGGP berdasarkan sasaran pada
renstra 2010-2014 ......................................................................................... 31
2.14 Perbandingan a10kasi anggaran penye1engaraan kawasan TNGGP ............ 32
3.1 Rea1isasi jenis danjum1ah pengunjung TNGGP tahun 2005-2010 ............. 45
3.2 Proses IUPJW A di Taman Nasiona1 (Permenhut 48/2010) . ........................ 54
3.3 Proses IUPSWA di TN (Permenhut 48/2010 jo Permenhut 4/2012) . .......... 58
3.4 Grafik perbandingan be1anja kemenhut dengan PNBP Kehutanan ............. 66
3.5 Pengajuan dan persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP .................... 69
3.6 Mekanisme penetapanjenis dan tarifPNBP K/L. ....................................... 70
4.1 Perbandingan a10kasi anggaran biaya penge101aan kawasan, urusan tata
usaha dan rumah tangga, serta gaji dan tunjangan di TNGGP .................... 77
4.2 A10kasi anggaran kriteria ekonomi dan PNBP pemanfaatan SDA di
TNGGP ........................................................................................................ 77

xv

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar Peraturan Perundangan ............................... .......... .. ........................... 96
2 Komparasi APBN dan PDB tahun 2007-2011 ........................................... 100
3 Rata-rata distribusi anggaran pemerintah untuk setiap TN tahun 20072011 102
4 Komparasi a10kasi dan realisasi anggaran serta pencapaian kinerja
penge101aan TNGGP tahun 2007 ................................................................ 104
5 Komparasi a10kasi dan rea1isasi anggaran, serta pencapaian kinerja
penge101aan TNGGP tahun 2008 ................................................................ 106
6 Komparasi a10kasi dan rea1isasi anggaran, serta pencapaian kinerja
penge101aan TNGGP tahun 2009 ................................................................ 108
7 Komparasi a10kasi dan realisasi anggaran, serta pencapaian kinerja
penge101aan TNGGP tahun 2010 ................................................................ 110
8 Komparasi a10kasi dan rea1isasi anggaran, serta pencapaian kinerja
penge101aan TNGGP tahun 2011 ................................................................ 112
9 Komparasi a10kasi dan rea1isasi anggaran, serta pencapaian kinerja
penge101aan TNGGP tahun 2007-2009 berdasarkan renstra TNGGP
tahun 2005-2009 ......................................................................................... 114
10 Komparasi a10kasi dan rea1isasi anggaran, serta pencapaian kinerja
penge101aan TNGGP tahun 2010-2011 berdasarkan renstra TNGGP
tahun 2010-2014 ......................................................................................... 118
11 A10kasi penggunaan sumber anggaran pemerintah da1am penge101aan
TNGGP tahun 2007-2011 berdasarkan penye1engaraan kawasan KPA
dan KSA. ..................................................................................................... 122
12 A10kasi penggunaan sumber anggaran pemerintah da1am penge101aan
TNGGP tahun 2007-2011 berdasarkan Tupoksi TN .................................. 123
13 Zonasi kawasan TNGGP ............................................................................ 124
14 Jenis kegiatan yang dapat di1akukan dan di1arang di setiap zona
kawasan TNGGP ........................................................................................ 126
15 Rancangan PP untuk tarif PNBP IUP JW A di TN Rayon I ........................ 127
16 Prediksi Pendapatan Rencana Bisnis TNGGP ............................................ 128

XVI

DAFTAR ISTILAH
APBN
BBTNGGP
BLU
BPK
BUMN
DIPA
DR
GERHAN
HHBK
lIUPJWA
lIUPSWA
IUCN
IUPJWA
IUPSWA
Kepmenhut
KK
KPA
KPH
KPHK
KSA
KSDA
KSDAHE
LH
MDK
PAlKPA

PDB
Perdirjen
Permenhut
Permenkeu
PermenLH
Permenpan
Perpres
PHKA
PHLN
PHUPJWA
PHUPSWA
PJKKHL
PKH
PLTA
PNBP
PNS
PP
PPKA

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Badan Layanan Umum
Badan Pemeriksa Keuangan
Badan Usaha Milik Negara
Daftar lsian Pelaksanaan Anggaran
Dana Reboisasi
Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Hasil Hutan Bukan Kayu
luran ljin Us aha Penyediaan Jasa Wisata Alam
luran ljin Us aha Penyediaan Sarana Wisata Alam
International Union for Conservation ofNature and
Natural Resources
lj in U saha Penyediaan J asa W isata Alam
ljin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam
Keputusan Menteri Kehutanan
Kawasan Konservasi
Kawasan Pelestarian Alam
Kesatuan Pengelolaan Hutan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi
Kawasan Suaka Alam
Konservasi Sumber Daya Alam
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistenmya
Lingkungan Hidup
Model Desa Konservasi
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Produk Domestik Bruto
Peraturan Direktur Jenderal
Peraturan Menteri Kehutanan
Peraturan Menteri Keuangan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Peraturan Presiden
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Pinjaman/Hibah Luar Negeri
Pungutan Hasil Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam
Pungutan Hasil Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan
Hutan Lindung
Pemggunaan Kawasan Hutan
Pembangkit Listrik Tenaga Air
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah
Pusat Pendidikan Konservasi Alam

XVll

PPK-BLU
PSDH
REDD
Renstra
RKA-KL
RKL
RKT
RKT
RKTN
RPJM
RPP
RPPA
RPTN
SDA
SDAHE
SDM
SE
SK
SKPD
SPP-IIUPJW A
SPP-IIUPSW A
TN
TNGGP
TSL
Tupoksi
UKL-UPL
UPT
UU

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Provisi Sumber Daya Hutan
Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation
Rencana Strategis
Rencana Kerja dan Auggaran Kementerian
NegaraiLembaga
Rencana Karya Lima Tahunan
Rencana Kerja Tahunan
Rencana Karya Tahunan
Rencana Kehutanan Tingkat Nasional
Rencana Pengelolaan Jangka Menengah
Rancangan Peraturan Pemerintah
Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam
Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Sumber Daya Alarn
Sumber Daya Alarn Hayati dan Ekosistemnya
Sumber Daya Manusia
Surat Edaran
Surat Keputusan
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Surat Perintah Pembayaran luran ljin Us aha Penyediaan
Jasa Wisata Alam
Surat Perintah Pembayaran luran ljin Us aha Penyediaan
Sarana W isata Alarn
Taman Nasional
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Tumbuhan dan Satwa Liar
Tugas Pokok dan Fungsi
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan
Unit Pelaksana Teknis
Undang-Undang

IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pemerintah menetapkan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai aset spesifik
yang perlu dikuasai untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Sumber daya alam,
termasuk hutan pada wilayah tertentu ditetapkan sebagai kawasan hutan (hutan
negara). Berdasarkan fungsi pokoknya, kawasan tersebut dikelompokan menjadi
hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Data Kementerian
Kehutanan/Kemenhut (2010), Kawasan Konservasi (KK) atau hutan konservasi
saat ini sebanyak 521 unit dengan luas ± 27 juta hektar yang terbagi menjadi
beberapa kategori. Pemerintah menetapkan KK dengan tujuan untuk
meningkatkan efektivitas konservasi in-situ keanekaragaman hayati.
Taman Nasional (TN)! merupakan bagian dari Kawasan Pelestarian Alam
(KP Ai. Saat ini TN yang telah ditunjuk dan ditetapkan sebanyak 50 unit dengan
luas total ± 16 juta hektar, terdiri atas 43 TN darat dan 7 TN laut (Kemenhut
2012). Kawasan TN dikelola oleh organisasi pemerintah (Unit Pelaksana
TeknislUPT) yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA), Kementerian
Kehutanan. Penunjukan UPT sebagai pengelola bertujuan untuk merealisasikan
efektivitas pengelolaan (effectiveness management)3 dari berbagai elemen
penyusunnya.
Keberhasilan pengelolaan TN diukur melalui kinerja pengelola dalam
mencapai tujuan. Fenomena yang teIjadi menunjukan pengelolaan TN belum
mencapai target seperti yang diharapkan banyak pihak. Hasil evaluasi 4 , Ditjen
PHKA (2009a) menyebutkan bahwa seluruh TN memiliki nilai efektivitas
dibawah rata-rata. Fenomena pengelolaan kawasan yang belum efektif timbul
sebagai akibat dari berbagai permasalahan yang komplek dan beragam. Wiratno
(2009) menyatakan bahwa pengelolaan TN secara internal dipengaruhi oleh
masalah keterbatasan sumber daya, yang antara lain sumber daya manusia
(kualitas dan kuantitasnya), sarana prasarana (sarpras), dan dana pengelolaan.
Soekmadi (2005), menegaskan berdasarkan sudut pandang efektivitas
pengelolaan, keberadaan kawasan konservasi di Indonesia masih belum dike lola
secara optimal karena berbagai keterbatasan alokasi sumber daya termasuk alokasi
anggaran pengelolaan, legitimasi pengelolaan, serta permasalahan kebijakan dan
instrumen regulasi. Ilman (2008), menyatakan bahwa sebagian besar KK belum
efektif dalam melakukan pengelolaan yang ditandai oleh lemahnya kondisi
perencanaan terutama landasan hukum dan desain tapak kawasan, kurangnya
masukan terutama infrastruktur dan keuangan khususnya untuk kawasan
konservasi di luar Jawa dan Bali, lemahnya proses pelaksanaan rencana terutama
1
2

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang rnernpllllyai ekosistern asli, dikelola dengan sistern
Pengelolaan KSA dan KPA bertujuan lllltuk rnengawetkan keanekaragarnan turnbuhan dan satwa dalam

rangka rnencegah kepunahan spesies, rnelindllllgi sistern penyangga kehidupan, dan pernanfaatan
3

4

keanekaragaman hayati secara lestari CPP 2812011).
Efektivitas pengelolaan kawasan konservasi terrnasuk TN setidaknya terdiri dari enam elernen penting,
yaitu konteks, perencanaan, rnasukan, proses, keluaran, dan pencapaian (Hockings et al. 2006).
Evaluasi efektivitas pengelolaan TN ini rnenggunakan rnetode Rapid Assesment and Prioritization of
Protected Areas Management (RAPPAM) terhadap elernen perencanaan, rnasukan, proses, dan keluaran
(Ditjen PHKA 2009a).

2

pada komponen monitoring evaluasi khususnya penelitian isu sosial ekonomi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, salah satu permasalahan yang menyebabkan
pengelolaan TN tidak efektif, yaitu keterbatasan alokasi sumber daya berupa
anggaran pengelolaan.
Sumber daya keuangan sebagai pendanaan terhadap investasi publik
merupakan salah satu faktor penting pencapaian kinerja pengelolaan kawasan TN
yang efektif. Hasil studi 5 menunjukan salah satu aspek terlemah yang
menyebabkan pengelolaan kawasan tidak efektif, yaitu kecukupan dan kemapanan
pendanaan (Leverington et al. 2010). Pengelolaan kawasan dipandang telah
efektif apabila rerata pembiayaan sebesar US$20/hektaritahun (Ditjen PHKA
2009b). Fenomena ini menunjukan keterbatasan Pemerintah Indonesia dalam
menyediakan anggaran yang memadai untuk pengelolaan TN. McQuistan et al.
(2006) menyebutkan bahwa Pemerintah Indonesia baru sanggup menganggarkan
dana sebesar US$2,35/hektar pada tahun 2006. Angka kesenjangan anggaran ini
teIjadi ketika dibandingkan dengan anggaran pengelolaan KK di negara lain.
Philipp ina menganggarkan US$5,75/hektar, Thailand US$20,65/hektar dan
Pemerintah Amerika Serikat US$76,12!hektar pada tahun yang sarna.
Kondisi ini sepertinya menjadi kendala pengelolaan, sehingga pemerintah
melakukan berbagai cara untuk melakukan peningkatan sumber pendanaan. Hal
ini dilakukan agar TN dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi
keanekaragaman hayati secara maksimal dalarn rangka pencapaian tujuan
pengelolaan yang efektif dan efisien. Upaya pemerintah dalarn mengatasi
permasalahan pendanaan dilakukan melalui berbagai kebijakan. Kebijakan yang
telah dituangkan menjurus pada kemandirian 6 dari TN dalam melakukan
pengelolaan kawasan yang dimilikinya. Kemandirian ini diharapkan agar
pengelolaan kawasan konservasi dapat mandiri dalam hal finansial (self
financing), narnun kelestarian kawasan konservasi (sustainable park management)
tetap tercapai. Bentuk-bentuk kebijakan dalam mencapai kemandirian TN
dilakukan melalui kerjasama penyelengaraan kawasan, kolaborasi para pihae,
pembentukan TN Model 8 , maupun pembangunan dan pengelolaan TN Mandiri.
Pembentukan 21 TN model merupakan salah satu kebijakan dalam
mencapai kemandirian pengelolaan. Pembentukan TN model dimaksudkan untuk
membangun model pengelolaan TN yang efektif sesuai dengan karakteristik
kawasannya (Ditjen PHKA 2009b). Pembangunan TN model diharapkan dapat
dikembangkan menjadi TN mandiri yang dapat membiayai pengelolaannya secara
berkelanjutan. Wiriadinata (2009) menyatakan setidaknya ada tiga alasan yang
melatarbelakangi pembentukannya, yaitu: pertarna, keinginan kuat untuk memiliki
TN yang disejajarkan dengan TN negara lain, terutama untuk menghasilkan
devisa; kedua, menurunnya konstribusi sektor kehutanan bagi pendapatan negara
khususnya hasil hutan kayu sehingga mengalihkan perhatian kepada hasil hutan

6

8

Studi dilakukan terhadap terhadap 4.151 kawasan konservasi eli seluruh dunia (Leverington et al. 2010).
Kamus Besar Bahasa Indonesia rnendefinisikan kernandirian sebagai hal atau keadaan dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung pada orang lain (Depdikbud 200 I).
Para pihak adalah sernua pihak yang rnemiliki minat, kepedulian, atau kepentingan dengan upaya
konservasi KPA dan KSA, antara lain Lernbaga Pernerintah pusat, Lernbaga Pernerintah daerah (eksekutif
dan legislatif), rnasyarakat seternpat, LSM, BUMN, BUMD, swasta nasional, perorangan, rnasyarakat
internasional, Perguruan TinggiiUniversitas/Lernbaga PendidikaniLernbaga Ilrniah (Perrnenhut 1912004).
Pernbentukan TN Model rnerupakan upaya optirnalisasi pengelolaan dalam rangka rnewujudkan TN
Mandiri (Kepdirjen PHKA 69/2006).

3
bukan kayu (HHBK) termasuk pelestarian hutan dan konservasi alam yang masih
memiliki potensi jasa lingkungan; ketiga, selama ini kegiatan konservasi sumber
daya alam dinilai sebagai cost center. hnplikasi keadaan terse but, TN dipaeu
untuk memberikan konstribusi bagi pemasukan keuangan negara atau setidaknya
dapat membiayai pengelolaannya sendiri. Namun, kebijakan tersebut sepertinya
tidak menghasilkan perubahan yang signifikan dalarn implementasinya. Harnpir
dapat dikatakan bahwa semua TN belum memperlihatkan kemandirian (belum
bisa membiayai pengelolaannya sendiri sebagai kriteria minimal).
Pemikiran pengelolaan TN mandiri menjadi isu penting untuk memperbaiki
permasalahan pengelolaan, khususnya pembiayaan dalam pengelolaan TN.
Fenomena ini terlihat dari berbagai reneana kerja, rene ana strategis, maupun
peraturan yang dibuat oleh Kementerian Kehutanan. Indikasi untuk mendorong
terwujudnya TN mandiri dipertegas ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan
berupa Reneana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dengan melakukan
penguatan esensi pokok pemanfaatan sumber daya alam (SDA) untuk tujuan
perlindungan dan pelestarian alamo Menurut Permenhut 49/2011, penguatan
esensi pokok pemanfaatan dalarn pengelolaan KK (termasuk TN) dapat
diimplementasikan melalui beberapa strategi yaitu: pertama, pereepatan
9
10
pembentukan kelembagaan konservasi yang mandiri (KPHK /BLU ) pada TN
yang mempunyai potensi tinggi dan tantangan rendah; kedua, perubahan orientasi
kawasan konservasi yang mandiri (cost center menjadi profit center) tanpa
menghilangkan fungsi konservasi. Selain itu, bergulirnya waeana mengenai
keterlibatan swasta (private for profit) dalam pengelolaan kawasan konservasi di
Indonesia sebagai salah satu eara mengatasi permasalahan keterbatasan
pembiayaan (Kemenhut 2011) 11
Upaya pemerintah dalam menyelesaikan fenomena keterbatasan anggaran
dapat dilakukan melalui perubahan orientasi pembiayaan dalam pengelolaan
seeara mandiri melalui pembiayaan yang berkelanjutan (sustainable financing).
Perubahan orientasi ini untuk menutupi kekurangan sebagian atau bahkan seluruh
pembiayaan pengelolaan. Hal tersebut mendasari penyusunan suatu model TN
mandiri untuk meneapai tujuan pengelolaannya melalui pemanfaatan SDA yang
terkandung di dalam kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi pokok TN.
1.2 Perumusan Masalah

Kawasan konservasi hanya bekerja sebagai alat konservasi jika dikelola
seeara efektif untuk mempertahankan nilai-nilai keberadaan kawasan. Eagles
(2009) mengidentifikasi bahwa pengelolaan kawasan TN dan kawasan konservasi
lainnya memiliki tiga elemen. Tiga elemen yang dimaksud, meliputi pemilik
sumber daya (the ownership of the resources), sumber pendapatan dalam
pengelolaan (the sources of income for management), dan pengelola (the
management body).
9

10

11

KPHK: Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi
Badan Layanan Urnurn yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan Pernerintah yang
dibentuk untuk rnernberikan pelayanan kepada rnasyarakat berupa penyediaan barang danlatau jasa yang
dijual tanpa rnengutamakan rnencari kelllltungan dan dalam rnelakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas CPP 23/2005).
Kernenhut. 2011. Peran Swasta dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi.
Siaran Pefs NomOI:
S.354/PHM-li20ll. htto:!lwww.dephut.go.idlindex.php?w=idlnodeI7492 [27 Juli 2011].

4

Pencapaian efektivitas pengelolaan TN setidaknya akan dipengaruhi oleh
pembiayaan yang berkelanjutan. Hal 1m diharapkan dapat mengatasi
permasalahan pendanaan kawasan TN. Namun, pembiayaan yang berkelanjutan
tidak hanya berkaitan dengan jumlah anggaran yang memadai dalam jangka
panjang, tetapi akan juga berkaitan dengan ketepatan dalam pengalokasiannya
(Emerton et al. 2006). Kualitas tata kelola termasuk alokasi dan distribusi
anggaran yang tidak optimal akan menyebabkan pengelolaan kawasan tidak dapat
berjalan secara efektif dan efisien (Dudley 2008). Beberapa hasil kajian
menunjukan permasalahan dalam pembiayaan kawasan konservasi berkaitan
dengan kualitas tata kelolanya. Purwanti (2008), menyebutkan bahwa berdasarkan
data pada tahun 2000 sampai dengan 2007 di TN Karimun Jawa mengalarni
peningkatan alokasi anggaran pengelolaan, namun sebagian besar anggarannya
(60%) digunakan untuk belanja pegawai. Hartono (2008a) menyatakan pada
tingkat tapak masih banyak alokasi anggaran yang tidak sesuai dengan tujuan
pengelolaannya. Kartodihardjo et al. (2011), mengungkapkan kerusakan hutan
pada kawasan konservasi dipengaruhi oleh alokasi dana dan sumber daya yang
terkonsentrasi untuk mengurus konflik dan pencurian kayu (illegal logging) serta
perlindungan hutan pada umumnya. Berdasarkan hal tersebut, apakah alokasi
pendanaan pemerintah dan penggunaannya sebagai investasi publik sudah tepat?
Keberhasilan investasi swasta terhadap pemanfaatan SDA di kawasan TN
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pasar dan hak kepemilikan (property
rights)12, informasi, kelembagaan, dan penegakannya. Kesalahan pengaturan akan
membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan nilai yang diperoleh
dari hasil hutan. Libecap (2009), menyatakan masalah SDA dan lingkungannya
yang berhubungan dengan ekploitasi berlebihan atau dibawah penyediaan barang
publik timbul sebagai akibat hak kepemilikan tidak sepenuhnya terdefinisikan dan
ditegakan. Kartodihardjo dan Jhamtani (2006), menyebutkan pengaturan terhadap
pengelolaan SDA bukan hanya tergantung dari jenis kelembagaan yang akan
diterapkan, melainkan juga teknologi yang akan diterapkan, termasuk
ketersediaan pengetahuan bagaimana mentransformasikan sumber daya menjadi
sesuatu yang lebih berguna atau dapat meningkatkan nilai tambah. Sehingga,
kemandirian TN akan terwujud apabila karakteristik-karakteristik yang
mempengaruhinya telah terdefinisikan dengan baik.
Investasi pihak swasta yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan,
umumnya mendefinisikan produk sebagai sumber daya (genetik dan turunannya)
yang dapat dikomersialisasikan. Pendefinisian produk yang dapat diswastakan
akan berkaitan dengan nilai guna dan manfaat yang terkandung pada kawasan TN.
Nilai guna dan manfaat ini dapat dianggap sebagai barang publik (public goodS)13,
dan barang pribadi (private goodS)14, atau kombinasi dari kedua barang tersebut
yang berupa barang milik umum (common pool goodS)15 atau toll goods I6

12

13

Hak kepemilikan rnerupakan hak yang dimiliki seseorang baik individu, kelornpok, atauPllll negara
terhadap sumber daya lllltuk rnengelola, rnernperoleh rnanfaat, rnenindahtangankan, bahkan rnerusaknya
(Nugroho dan Kartodihardjo 2009).
Barang publik rnerupakan barang dan jasa yang dapat digunakan atau dirnanfaatkan tanpa harns
berkompetisi (Kasper, Streit 1998).

14

15

Barang pribadi rnerupakan barang dan jasa yang dapat dipisahkan dan dapat dibagi, yang berarti bahwa
setelah barang tersebut diberikan kepada seseorang, hanya tersedia lllltuk individu tersebut (IUeN 2000).
Barang milik urnurn yaitu barang danjasa yang apabila dimanfaatkan seseorang akan rnengurangi jumlah
yang tersedia bagi orang lain, tetapi akses terhadap barang tersebut terbuka bagi siapa saja. (IUeN 2000).

5

(Athanas et al. 2001). Namun, sejarah pengelolaan kawasan konservasi di seluruh
dunia umumnya lebih menekankan pada aspek barang publik sebagai pokok
pengelolaan (rueN 2000). Barang publik memiliki dua karakteristik kunci dalam
konsumsinya berupa sifat ketaktersaingan (non-rivalry)17 dan tidak eksklusif
(non-excludable)18 Kedua sifat tersebut dapat menjadi faktor penghambat
beroperasinya pasar secara normal, sehingga mengakibatkan ketidaksempurnaan
pasar atau kegagalan pasar. Hal ini akan berdampak pada ketidaktertarikan pihak
swasta untuk berinvestasi. Selain itu, Soedomo (2005), menyebutkan bahwa
barang dan jasa yang tidak mempunyai pasar, maka tidak ada pihak swasta yang
akan bersedia memproduksi barang dan jasa tersebut. Pernyataan ini didukung
oleh Emerton (2000), bahwa pihak swasta hanya tertarik pada produk dari
keanekaragaman hayati yang memiliki nilai keuntungan dan memiliki peluang
investasi yang aman. Berdasarkan hal tersebut, produk apa saja yang bisa
diswastakan ?
Pemindahan hak kepemilikan (transfer ofproperty rights)19 terhadap barang
dan jasa berimplikasi pada hubungan pemberi dan penerima kepercayaan
(principles-agent relationship). Nugroho dan Kartodihardjo (2009), menyebutkan
bahwa hubungan ini akan efisien apabila tingkat harapan keuntungan kedua belah
pihak seimbang dengan korbanan masing-masing serta dapat meminimalkan biaya
transaksi. Untuk kawasan konservasi, mekanisme bentuk hubungan pelibatan
pihak swasta dalam pemanfaatan SDA yang termuat dalam peraturan berupa
perijinan dan kerjasama (PP 28/2011). Berdasarkan hal tersebut, bagaimana
kesesuian hubungan pemberi dan penerima kepercayaan?
Pembiayaan yang berkelanjutan merupakan salah satu konsep untuk
mengatasi masalah keterbatasan pemerintah dalam pembiayaan pengelolaan TN.
Salah satu pihak yang dapat terlibat dalam pendanaan kegiatan konservasi ini
yaitu pihak swasta dalam bentuk investasi. Mauambeta (2003), menyebutkan
bahwa kawasan konservasi bisa mendapatkan keuntungan dari investasi swasta
memerlukan kondisi pemungkin, yaitu adanya komitmen politik dan mekanisme
pendanaan. Mekanisme pengaturan pendanaan merupakan salah faktor penting
untuk mengatasi keterbatasan anggaran pemerintah. Mauambeta (2003),
menyebutkan penyaluran sumber daya keuangan dari pihak swasta untuk manfaat
publik di Malawi memiliki masalah apabila disalurkan melalui pemerintah pusat
(Departemen Keuangan). Hal ini dikarenakan alokasi anggaran dari departemen
keuangan untuk kawasan konservasi terse but tidak sesuai atau malah tidak
mendapatkannya. Setiap kawasan konservasi memerlukan aturan hukum untuk
memperoleh sumber keuangan yang sah dan dapat dike lola sendiri. Di Malawi,
pihak swasta yang akan memberikan bantuan berupa uang tunai, sebagian besar
tidak memiliki mekanisme hukum dalam memfasilitasi proses untuk membuka
rekening bank yang terpisah (Mauambeta 2003). Berdasarkan hal tersebut, apakah

16

17

18
19

Toll goods atau club goods rnerupakan barang dan jasa yang rnemiliki karaktersitik penggunanya yang
dapat dipisahkan antara satu dengan yang laiIlllya, tetapi pernanfaatan oleh pihak tertentu, pihak lain tetap
dapa! memperolehnya (IUeN 2000).
Ketaktersaingan eli sini adalah barang dan jasa yang dirnanfaatkan seseorang, dalarn jangka pendek, tidak
mengurangi jumlah yang !ersedia bagi orang lain (Kartodihardjo 2006).
Tidak eksklusif apabila pengguuanya tidak dapa! dipisahkan satu dari lainnya (Kartodibardjo 2006)
Transfer of property rights yaitu pengalihan suatu gugus kesernpatan untuk rnelaksanakan hak-hak
(bundle afrights) (Kar!odibardjo 2008).

6
pelibatan swasta dalam mengatasi masalah pendanaan yang berkaitan dengan
investasi publik sudah tepat?
Pelibatan investasi para pihak swasta dalam mengatasi masalah pendanaan
pengelolaan memerlukan pengendalian melalui organisasi (KPH/BLU) yang dapat
mengatur dan mengelolanya. Pengaturan dan pengelolaan diharapkan dapat
mewujudkan tujuan pengelolaan kawasan TN. Untuk itu diperlukan aturan main
dalam pelibatan pihak swasta agar kemandirian pengelolaan TN dapat terwujud.
20
Aturan-aturan terse but dituangkan dalam kelembagaan yang dapat berupa aturan
kesepakatan berbentuk kontrak. Kelembagaan ini diperlukan untuk mengatur dan
mengendalikan interaksi antar lembaga terhadap kinerja ekonomi dan tujuan
pengelolaan TN mandiri agar tidak saling merugikan. Sehingga, tata kelola
kawasan konservasi yang baik (good protected area governance) menuju
pengelolaan TN Mandiri dapat tercapai. Berdasarkan hal tersebut, bagaimana
model kelembagaan yang tepat menuju pengelolaan TN Mandiri?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian terdiri atas beberapa pokok pencapaian, yaitu:
l. Menguraikan ketepatan kebijakan investasi publik dalam pengelolaan TN
2. Menguraikan investasi swasta dalam pemanfataan sumber daya alam di
kawasan TN
3. Memperoleh model kelembagaan yang tepat menuju pengelolaan TN mandiri
1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,
akademisi, pengelola kawasan, dan masyarakat. Secara umum, manfaat yang
ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
l. Manfaat praktis atau operasional dalam pengelolaan kawasan TN, yaitu bagi
peneliti untuk mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis atas
permasalahan-permasalahannya, bagi pengelola sebagai rujukan, dan bagi
masyarakat sebagai penerima manfaat dari pembuatan kebij akan serta
regulasinya.
2. Manfaat keilmuan, yaitu evaluasi TN dari sudut pandang karakteristik hakhak barang danjasa hutan konservasi.
1.5 Kerangka Pemikiran
Negara menunjuk dan menetapkan kawasan TN berada dalam kawasan
hutan negara. Hak kepemilikan kawasan TN termasuk kedalam rezim kepemilikan
oleh negara (state property regimei 1 dan hak pengelolaannya diserahkan kepada
pemerintah (governance by government). Hak-hak tersebut memberikan
konsekuensi kewajiban untuk menjaga tujuan dan manfaat sosial dari kawasan
TN. Chapman (2003), menyebutkan bahwa nilai sosial mencakup banyak nilai20

21

Kelernbagaan adalah aturan main, norma-norma, larangan-larangan, dan peraturanlpenmdangan yang
rnengatur dan rnengendalikan perilaku individu dalam rnasyarakat atau organisasi (North 1990).
Rezirn kepemilikan oleh Negara (state property regime) rnerupakan hak kepernilikan dan aturanaturannya ditetapkan oleh Negara, individu tidak bo1ehmemilihnya (Hanna et al. 1996).