Konsep Habis Gelap Terbitlah Terang Menurut Islam (Refleksi Pendidikan Bagi Kaum Perempuan)

KONSEP HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
MENURUT ISLAM
(Refleksi Pendidikan Bagi Kaum Perempuan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I.)

Oleh:
ARDI BARIKLI
107011000967

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M

ABSTRAK

Pendidikan merupakan hak semua manusia, baik laki laki maupun
perempuan. Namun, pada realitanya jumlah perempuan yang ke perguruan tinggi
lebih sedikit dibanding pria. Hal ini salah satunya juga disebabkan oleh budaya
tradisional kita yang bersumber pada konsep dari perempuan dan laki-laki secara
tipikal atau stereotip gender. Hal yang menarik adalah telah terjadi pemberontakan
kebudayaan dalam skala kecil pada abad 19 oleh gadis bernama Kartini. yang
menjadi lebih bermakna karena ia mewakili kaum perempuan yang menjadi
manusia kedua dalam kebudayaannya, melalui surat-surat Kartini untuk
sahabatnya yang kemudian diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul Habis
Gelap Terbitlah Terang, secara tepat Kartini menempatkan permasalahan
penindasan perempuan sebagai bagian dari permasalahan sistem budaya
masyarakatnya. Kartini mengambil pendidikan sebagai titik strategis yang harus
didobrak dan dibuka untuk kaum perempuan.
Penulis bermaksud menganalisis konsep Armijn Pane dalam Habis Gelap
Terbitlah Terang guna mengetahui bagaimanakah konsep habis gelap terbitlah
terang secara umum, secara khusus (Islam) dan bagaimana praksisnya dalam
pendidikan perempuan dengan menggunakan metode study pustaka dan
pembahasan
Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa Habis Gelap Terbitlah Terang
merupakan suara pena untuk menggambarkan perjuangan seorang perempuan

dengan cara-cara dan maksud-maksud tertentu yang diharapkan bisa memotivasi
perempuan muslim khususnya dan perempuan Indonesia pada umumnya untuk
bisa berbuat dan berjuang bersama-sama mendapatkan hak-hak dan peranannya
sebagai individu dan masyarakat dalam segala bidang dari keterpurukan kepada
peradaban dan bermakna yang tentunya melalui pendidikan, hal ini sesuai dengan
ajaran agama Islam dimana Allah mengutus Rasul-Nya untuk membacakan dan
mengajarkan isi Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat bermacam-macam ilmu
pengetahuan dan hukum-hukum untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan
tersebut kepada cahaya yaitu ilmu pengetahuan, petunjuk jalan yang benar dan
peradaban yang tinggi.
Kemudian, hingga kini perempuan selalu terdiskriminasikan dalam segala
bidang hal termasuk dalam pendidikan, hal tersebut tidak terlepas dari masih
mengentalnya budaya patriarkhi. Padahal Islam menunjung tinggi persamaan.
persaudaraan, kemerdekaan dan keadilan laki-laki dan perempuan dalam bidang
Pendidikan. Adanya kontroversi pemahaman ayat adalah karena menyangkut
otoritas ulama-ulama sesudah wafatnya nabi dalam memahami ayat-ayat AlQuran yang memang berpeluang untuk dipahami secara variatif. dan apabila
keempat prinsip persamaan tersebut di atas dilaksanakan dalam kehidupan lakilaki perempuan, maka konsep Habis Gelap Terbitlah Terang akan terwujud.

i


Abstraction
Education is the right of all human beings, both men and women. However,
in reality the number of women to college less than men. It is also caused by one
of our traditional culture which is based on the concept of women and men are
typical or gender stereotypes. The interesting thing is already happening on a
small scale cultural rebellion in the 19th century by a girl named Kartini. which
becomes more meaningful because it represents the women who became the
second man in the culture, through Kartini's letters to his friend who later
translated by Armijn Pane with the publication of "after the darkness comes
brightness"title, appropriately Kartini put issues of women's oppression as a part
of the community culture system problems. Kartini take education as a strategic
point to be broken.
The author intends to analyze the concept Armijn Pane in the "after the
darkness comes brightness" to determine how the concept of "after the darkness
comes brightness"in general, in particular (Islam) and how praxis in the education
of women using the library study and discussion.
The results of the study concluded that "after the darkness comes
brightness"is the voice of the pen to describe the struggle of a woman in ways and
means that will hopefully motivate some Muslim women in particular and
Indonesian woman in general can do and fight together to get the right rights and

roles as individuals and communities in all areas of the downturn to the
civilization and meaningful course through education, it is in accordance with the
teachings of Islam which Allah sent His Messenger to read and teach the contents
of the Qur'an in which there are various range of science and the laws to exclude
people from darkness to the light of the knowledge, the right guidance and high
civilization.

Kata Pengantar

Alhamdulillahirabbilalamiin, rasa syukur yang terdalam penulis panjatkan
kepada sang maha pemilik pengetahuan, atas limpahan cinta dan kasih sayang –
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
beserta salam senantiasa penulis haturkan kepada nabi agung Muhammad saw
pendobrak kebathilan menuju peradaban, habis gelap terbitlah terang.
Selanjutnya, melihat realita agama dan kehidupan yang menuntut umatnya
untuk memerangi kebodohan dan menuntut ilmu pengetahuan sebanyak–
banyaknya dan sepanjang masa tanpa membedakan jenis kelamin, maka dalam
penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul “ Konsep Habis Gelap Terbitlah
Terang Menurut Islam (Refleksi Pendidikan bagi Kaum Perempuan)”.
Merupakan cita–cita penulis ingin mengetahui ajaran agama Islam

sehubungan dengan sepak terjang tokoh- tokoh perempuan dalam segala bidang
permasalahan–permasalahan

yang

timbul

dalam

perjuangannya

dengan

mengambil contoh dari tokoh pahlawan pendidikan Indonesia, Kartini dan tokohtokoh perempuan lainnya yang terdapat dalam Al–Qur’an dan Hadis.
maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi, M. A., selaku DEKAN FITK
2. Drs. Bahrissalim, M. A., selaku KAJUR Pendidikan Agama Islam
3. Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag., selaku SEKJUR Pendidikan Islam
4. Dra Mahmudah Fitriyah ZA selaku dosen pembimbing skripsi

5. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan support untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kakanda Yaumi Nahdliyah yang memberikan dorongan untuk menulis
skripsi ini.
7. Mas Ardan yang senantiasa memberi suntikan finansial
8. Mba fitri dan Mba Arum
9. Kawan-kawan basecamp seperjuangan baik yang ganteng maupun tidak.
10. Ahmad Dhani dengan lagunya Cukup Siti Nurbaya.

iii

11. Semua pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan sumbangan moril
maupun materiil yang sangat berharga sehingga skripsi ini selesai.
Atas segala segala jasa baiknya, penulis menghaturkan jaza kumullah ahsanal
jaza.
Penulis sadar banyak kekurangan dan ketidaksemprnaan skripsi ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan selanjutnya dan semoga karya sederhana ini bisa bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan khususnya bagi kaum perempuan yang ingin berpikir dan
bertindak maju sebagai sumbangsih dalam proses pendidikan dan menjalankan

kehidupan yang lebih baik.

Jakarta, 3 Januari 2013

Penulis
Ardi Barikli

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI
Arab

Latin
a`

Arab

Latin
z


Arab

Latin
q

B

s

k

T

sy

l

ts

sh


m

J

dh

n

H

th

w

kh

zh

h


d





dz

gh

y

r

f

‫ـا‬.... : a (a panjang), contoh

‫ المالك‬: Al-Malik


ْ‫ــي‬... : i (i panjang), contoh

‫ الَّحيْم‬: Ar-Rahim

ْ‫ــو‬.... : u (u panjang), contoh

‫ الغفوْر‬: Al-Ghafur

iv

DAFTAR ISI

Abstraksi .........................................................................................................

i

Kata Pengantar ..............................................................................................

ii

Pedoman Transeliterasi .................................................................................

iv

Daftar Isi .........................................................................................................

v

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

1

a. Latar Belakang Masalah .......................................................................

1

b. Identifikasi Masalah .............................................................................

4

c. Pembatasan Masalah ............................................................................

4

d. Perumusan Masalah .............................................................................

5

e. Tujuan Penelitian .................................................................................

5

f. Metode penelitian .................................................................................

5

BAB II PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN ..............................................

8

a. Pengertian Pendidiakan Perempuan .....................................................

8

b. Sejarah Singkat Pendidikan Indonesia………………………………..

10

c. Perempuan Dalam Sejarah Kebudayaan Jawa ....................................

12

d. Islam dan Perempuan ...........................................................................

17

e. Pentingnya Pendidikan dalam Memajukan Masyarakat ......................

31

BAB III KONSEP HABIS GELAP TERBITLAH TERANG ......................

40

a. Pengertian dan Sejarah Habis Gelap Terbitlah Terang .......................

38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................

48

a. Habis Gelap Terbitlah Terang dalam Perspektif Islam ........................

48

BAB V PENUTUP ..........................................................................................

58

a. Simpulan ..............................................................................................

58

b. Saran-saran ...........................................................................................

58

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

59

v

v

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci utama bagi masa depan pemuda bahkan
dunia, terapi yang paling tepat untuk memajukan negara sedang berkembang
yang pada umumnya hidup serba terbelakang dan wahana yang ampuh untuk
mengangkat manusia dari berbagai ketinggalan, termasuk dari limbah
kemiskinan. Melalui pendidikan, selain memperoleh kepandaian berolah
pikir, manusia juga memperoleh wawasan baru yang akan membantu upaya
mengangkat harkat mereka, baik sebagai pribadi maupun sebagai anak
bangsa. Namun realitas yang ada, kesadaran akan pentingnya pendidikan
sangat rendah. Hal ini didukung mahalnya pendidikan di Indonesia.
Pendidikan menjadi salah satu komoditas yang sangat menguntungkan secara
bisnis di seluruh Asia.
Indonesia yang mayoritas atau sekitar 60% penduduknya adalah
perempuan, sudah selayaknya harus diperhatikan pendidikannya. Karena
diakui ataupun tidak, perempuan juga ikut berperan aktif dalam memajukan
bangsa.1 Ditinjau dari partisipasi perempuan dalam pendidikan, tampak
bahwa pada umumnya perempuan masih ketinggalan daripada pria. Padahal
kemampuan membaca dan menulis adalah persoalan dasar dalam bidang
pendidikan. Dengan kemampuan tersebut, seseorang akan dapat mempelajari
dan menyerap ilmu pengetahuan, karena itu tingkat buta huruf dapat dijadikan
sebagai salah satu indikator tingkat pendidikan suatu negara. Persentase
perempuan buta huruf yang benimur 10 tahun ke atas lebih tinggi daripada
laki-laki ialah sebesar 25, 72% pada perempuan dan 12,22% pada laki-laki.2
Data dari BPS tahun 2009 menunjukan bahwa 75.69% perempuan

1

May Yamani, Feminisme dan Islam (Perspektif Hukum Islam), (Jakarta: Yayasan Adi
Karya IKAPI dan The Ford fondation, 2000), h.352
2
Fauzie Ridjal, dkk. Wanita Dalam Percakapan Antar Agama Aktualisasinya dalam
Pembangunan,( Yogyakarta: LKPSN NU DIY, 1992), h. 150.

1

2

usia 15 tahun keatas hanya berpendidikan tamat SMP ke bawah, dimana
mayoritas perempuan hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SD,
yakni 30.70%. Semakin tinggi tingkat pendidikan, persentase partisipasi
pendidikan perempuan semakin rendah, yaitu SMA (18.59%), Diploma
(2.74%) dan Universitas (3.02%).3
Angka partisipasi sekolah perempuan memang sudah meningkat
dibandingkan persentase angka partisipasi sekolah pria, tetapi hal itu terjadi
hanya pada tingkat pendidikan rendah. Proporsi terbesar dari pekerja
perempuan juga diisi oleh pekerja yang hanya tamatan SD (35.03%), sesuai
dengan kisaran jumlah perempuan tamat SD.4

Hal ini tentunya disebabkan angka kaum perempuan miskin di
Indonesia lebih dari separuh hingga saat ini mengalami lilitan hidup yang
sangat keras, 77,8% mereka tinggal pedesaan dan umumnya berasal dari
keluarga petani, 31% berasal dan kelas pekerja atau buruh, 18% berasal dari
kelas menengah.5 Kecilnya jumlah perempuan yang memilih untuk
mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi juga disebabkan oleh budaya
tradisional kita yang bersumber pada konsep dari perempuan dan laki-laki
secara tipikal atau stereotip gender.6 Misalnya seorang laki-laki harus kuat
dan berani, perempuan harus lemah lembut, emosional, penggoda dan lain
sebagainya.
Islam tidak melihat derajat seseorang berdasarkan jenis kelaminnya.

          
Artinya :"Sesimgguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
3

4
5

http://www.sampoernafoundation.org/?q=id/news/kondisi-perempuan-di-indonesia

http://www.sampoernafoundation.org/?q=id/news/kondisi-perempuan-di-indonesia

May Yamani, Op.Cit, hal. 353
Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
, 2000) , h.7.
6

3

Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu" (Q.S.
Al-Hujurat:13).7
Anggapan bahwa perempuan itu irasional atau emosional sehingga
perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.8

            
        

Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan". (An-Nahl [16]: 97).9

       
Artinya : "Kaum laki-laki memiliki bagian dari apa yang mereka usahakan
dan kaum perempuan pun memiliki bagian dari apa yang mereka
usahakan" (Q.S. An-Nisa': 32).10
Jadi, permasalahan yang timbul selama ini adalah terjadinya
kerancuan ajaran agama dengan adat atau kepercayaan tradisional.
Manifestasi kepercayaan tersebut salah satunya dapat dilihat dalam bidang
pendidikan, karena mainstream yang muncul: "Untuk apa perempuan sekolah
tinggi-tinggi toh nantinya juga akan kembali ke dapur, sumur dan kasur,
mengurus anak dan suami?". di beberapa negara-negara Islam, fenomena
sosial yang masih berkembang adalah masih mempertanyakan apakah belajar
bagi perempuan itu wajib menurut syara' atau tidak. Kerancuan inilah yang
akhirnya mengantarkan kaum perempuan kepada ketidakjelasan status dalam
masyarakat.
Situasi kebudayaan yang tercermin dalam ungkapan tersebut di atas,

7

Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI,1971), h. 7
'Mansour Faqih, Op. Cit, h. 15.
9
Depag RI, Op. Cit, h. 417.

8

4

sangat dominan hingga pergantian abad 20 ini. Hal yang menarik adalah telah
terjadi pemberontakan kebudayaan dalam skala kecil yang dilakukan oleh
seorang gadis yang sangat maju di zamannya pada abad 19, persis dari dalam
salah satu benteng kebudayaan Jawa saat itu: kamar pingitan dalem
Kabupaten Jepara Pemberontakan oleh gadis bernama Kartini itu menjadi
lebih bermakna karena ia mewakili kaum perempuan yang menjadi manusia
kedua dalam kebudayaannya.
Dalam surat-surat Kartini untuk sahabat-sahabatnya yang kemudian
diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul Habis Gelap terbitlah Terang,
secara tepat Kartini menempatkan permasalahan penindasan perempuan
sebagai bagian dari permasalahan sistem budaya masyarakatnya. Kartini
mengambil pendidikan sebagai titik strategis yang harus didobrak dan dibuka
untuk kaum perempuan.11
Dengan mengacu kepada sejarah perjuangan gerakan perempuan
dalam dunia pendidikan yang dimulai dari Kartini, penulis bermaksud
menganalisis konsep Armijn Pane dalam Habis Gelap Terbitlah Terang
menurut perspektif proposisi yang ingin dikemukakan adalah pendidikan
kaum perempuan akan bisa eksis karena pendidikan tidak mengenal
perbedaan gender baik laki-laki maupun perempuan mereka sama-sama tidak
dapat diabaikan dan pendidikan adalah hak segala bangsa serta kewajiban
setiap muslim yang teriman. Maka dalam penyusunan skripsi ini penulis
mengambil judul “KONSEP HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
MENURUT

ISLAM

(REFLEKSI

PENDIDIKAN

BAGI

KAUM

PEREMPUAN)

B. Identifikasi Masalah
1. Minimnya perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi.
2. Budaya patriakhi yang menomor duakan perempuan dalam ranah sosial.
3. Beberapa negara muslim masih memepertanyakan tentang apakah
10
11

Ibid, h. 122.
Pramudya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja, (Jakarta: Hasta Mitra, 1999), h. 21

5

kewajiban perempuan mengenyam pendidikan.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu melebar, maka penulis
membatasi permasalahan yaitu pada konsep habis gelap terbitlah terang
menurut Islam.
D. Rumusan Masalah
Untuk memberikan pemahaman yang terperinci maka penulis perlu
mengemukakan inti permasalahan dalam skripsi ini, yaitu:
1.

Bagaimanakah konsep Habis Gelap Terbitlah Terang menurut Islam?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep Habis Gelap Terbitlah Terang menurut Islam.

F. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian pustaka
(library research). Karena skripsi ini mengkaji sumber data dari materi atau
literatur yang relevan dengan judul skripsi yang terdapat dalam sumbersumber pustaka, maka skripsi ini secara khusus bertujuan mengumpulkan
data atau informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat
di ruang perpustakaan, baik itu berupa buku, majalah, ataupun surat kabar
yang ada kaitannya dengan skripsi inidengan cara menelaah dan menganalisa
sumber-sumber

tersebut

dan

mencatat

hasilnya

untuk

kemudian

dikualifikasikan menurut kerangka yang sudah ditentukan.
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berbentuk
paper.Paper adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf.
Artinya, dokumen atau literatur yang berupa karya ilmiah baik buku,
makalah, artikel, dan lain-lain yang relevan dengan pembahasan permasalahan.
Sumber data tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu sumber
primer dan sumber sekunder .

6

1. Data primer
Adalah data utama dari berbagai referensi atau sumber-sumber
yang

memberikan data langsung dari tangan pertama. Adapun yang

menjadi data primer dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a) Pane, Armijn. Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta: (Balai
Pustaka, 1978).
b) Sobadio, Haryanti dan Sapartinag Sadli. Kartini Pribadi Mandiri.
(Jakarta: Gunung Agung,1980)
c) Shihab, M. Quraish. Perempuan. (Tangerang Lentera Hati,2005).
d) Katapp, Aristides, dkk. Satu Abad Kartini 1879-1979. (Jakarta:
PT. Sinara Agrape Press, 1990).

2. Sumber Sekunder
Sebagai penopang dalam penulisan skripsi ini, penulis juga
menggunakan sumber sekunder yang berasal dari referensi buku-buku, artikel
dan sebagainya yang relevan dengan penulisan skripsi ini.

C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data adalah
metode dokumentasi. yang dimaksud dengan metode dokumentasi di sini
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa buku-buku, jurnal,
surat kabar, majalah dan lain sebagainya yang representatif, relevan dan
mendukung terhadap kajian.

D.Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh diramu dalam beberapa tahap. Pertama,
menelaah habis gelap terbitlah terang. Kedua, melakukan klasifikasi agar
penulisan lebih terfokus pada inti pembahasan. Ketiga, melakukan Content
analysis yaitu penafsiran isi habis gelap terbitlah terang terhadap Islam
melalui media Al-Qur’an dan Hadist serta beberapa pendapat ahli agar
penelitian menjadi objektif. Keempat, mengambil kesimpulan dari seluruh
pembahasan.

7

E.Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

BAB II
PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan Perempuan
Dalam kehidupan manusia, ada tiga bentuk aktivitas yang berkenaan
dengan kepentingan mereka: pertama, aktivitas yang menopang kehidupan
individual; kedua, aktivitas yang bermanfaat bagi keluarga; dan ketiga,
aktivitas yang bisa memberi manfaat bagi sosial masyarakat.
Maka dari itu, kaum perempuan sebagaimana kaum laki-laki memiliki
kewajiban

moral

dan

agama

untuk

menuntut

ilmu

pengetahuan,

mengembangkan daya intelektualitasnya, mengolah minat dan bakatnya, yang
kemudian memanfaatkan potensi dirinya bagi kemanfaatan dirinya sendiri,
keluarganya maupun bagi masyarakatnya. Untuk aktivitas yang bermanfaat
keluarga perempuan sebagai ibu bisa menjadi teman bermain, bercanda,
bercerita dan belajar bagi anak-anaknya. dan sebagai istri perempuan juga bisa
bekerja sama dengan

suami

dalam melakukan pekerjaan domestik,

menyelesaikan permasalahan-permasalahan keluarga, merencanakan masa
depan dan lain sebagainya. Kemudian perempuan juga diberi kesempatan
aunuk mengembangkan karier profesi di segala bidang yang bisa memberi
manfaat bagi sosial masyarakat.
Namun biasanya perempuan yang ingin berkarier masih menghadapi
berbagai kendala antara lain:
1. Peranan alamiah perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam sudut
pandang budaya yang sempit menyebabkan prospek pengembangan karier
perempuan belum memperoleh dukungan masyarakat secara luas.
2. Pengembangan karier perempuan dalam lembaga-lembaga pemerintahan
belum optimal karena pegawai negeri perempuan yang telah menikah
selalu memiliki status "ikut suami" sehingga mobilitas kerjanya relatif
terbatas.
Disamping faktor eksternal juga faktor internal yang dapat menjadi
kendala bagi perempuan untuk berkarier, seperti:

8

9

a. Rasa bersalah karena adanya perasaan telah menelantarkan keluarga
terutama bila anak-anak masih kecil.
b. Sikap mendua antara membina peran di luar rumah dengan keinginan
sebagai ibu rumah tangga.
c. Sikap konvensional dari suami yang beranggapan bahwa tugas
perempuan adalah di rumah tangga sebagai istri dan ibu.
Arti pendidikan sekolah etimologi: paedagogi, berasal dari bahasa Yunani,
terdiri dari kata "pais" artinya anak dan "again" diterjemahkan pembimbing.
Jadi paedagogi yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.
Secara definitif, pendidikan (paedagogi) diartikan oleh para tokoh
pendidikan sebagai berikut:
1.

John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

2.

S A. Branata, dkk.
Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun
tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangan mencari
kedewasaan.

3. Reusseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa
anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.1
Pendidikan bisa diartikan sebagai "usaha dan aktivitas" manusia untuk
meningkatkan

kepribadian

dengan

jalan

membina

potensi-potensi,

kepribadian untuk menuju kepribadian yang utama, atau dengan kata lain, Itu
berarti Pendidikan adalah sebuah proses dialektika manusia untuk
mengembangkan kemampuan akal pikirnya, menerapkan ilmu pengetahuan
dalam menjawab Problem-problem sosial, mencari hipotesa-hipotesa baru
yang kontekstual terhadap perkembangan manusia dan zaman serta media dan
alat untuk mencerdaskan kehidupan rakyat dan bangsa, sekaligus instrumen
yang akan melahirkan, tenaga-tenaga intelektual dan praktisi

sebagai

10

penompang bagi Perkembangan hidup masyarakat.2 Sedangkan perempuan
mempunyai arti jenis kelamin, lawan laki-laki.3 Jadi maksudnya ialah suatu
usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensipotensi golongan atau kaum perempuan tanpa ada bentuk pendiskriminasian
terhadap kaum perempuan hanya karena perbedaan jenis kelamin.
Namun realitas yang terjadi pada masyarakat kita kebanyakan orang .
masih berasumsi bahwa pendidikan bagi perempuan tidaklah penting. Lakilaki selalu mendapat peluang emas dalam mengenyam pendidikan, sedangkan
perempuan selalu jadi yang dinomorduakan. Anggapan mereka anak
perempuan kurang produktif karena memetakan selesai sekolah hanya akan
menjadi ibu rumah tangga yang harus melahirkan anak dan mengurus suami.
Padahal kalau kita tinjau jauh ke depan, perempuan yang memiliki
pengetahuan dan pendidikan yang cukup akan lebih baik. Kalau ia harus ibu
rumah tangga total, ia akan menjadi ibu rumah tangga yang baik, juga
keluarganya tetap berjalan harmonis dan anak-anaknya tumbuh menjadi anakanak yang sehat mental dan fisiknya.

B. Sejarah Singkat Pendidikan Indonesia
di abad 15-16, dimana sistem kerajaan masih mendominasi, pendidikan
juga telah dikenal oleh masyarakat pendidikan yang diberikan selain
menyalurkan ilmu pengetahuan, juga ditujukan untuk melanggengkan
kekuasaan raja dan keturunannya. Pengetahuan tentang pemerintahan, strategi
perang dan berbagai pengetahuan mempertahankan kekuasaan adalah materi
wajib yang diberikan kepada keturunan dan kerabat raja. Rakyat biasa tidak
mendapat penyaluran pengetahuan tersebut.
Memasuki fase kolonialisme (termasuk zaman Kartini), empatan
mengenyam pendidikan bagi masyarakat masih tetap terbatas walaupun
kolonial Belanda melaksanakan program edukasi melalui politik etis. Belanda
1

Abu Ahmadi, dan Nuh Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 69
Front Mahasiswa Nasional, (Jakarta: Majalah PERLAWANAN Edisi 04, Front Mahasiswa
Nasional, Maret, 2005), h 9
3
Muhamad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, (Jakarta: Pustaka Amani 2003), h.
2

11

mendirikan sekolah hanya untuk memperoleh tenaga kerja rendahan yang
akan mengoperasionalkan pabrik dan perkebunan modern serta mengisi pos
administrasi pemerintah kolonial, sekolah hanya dinikmati oleh sebagian
golongan saja sesuai stratifikasi sosial pemerintah kolonial, hanya orang
Belanda, Eropa, golongan Indo, Priyayi, Pribumi(tuan tanah), Rakyat pribumi
jauh yang bisa merasakan bangku sekolah. Menyadari pemerintah sangat
diskriminatif dalam menyelenggarakan pendidikan, sebagian kaum pribumi
yang maju berinisiatif. Mendirikan sekolah-sekolah bagi masyarakat luas.
Pasca proklamasi 17 Agustus 1945 (masa Soekamo), pemerintah
berupaya untuk membangun infrastruktur pendidikan dengan mendirikan
sekolah dan perguruan di Indonesia. Dan pada masa ini, perhatian pemerintah
dengan kondisi pendidikan mulai terbangun.
Naiknya Rezim Orde Baru tidak lantas membuat kondisi dunia
pendidikan Indonesia membaik. Ilmu pengetahuan diarahkan atas nama
pembangunan sesungguhnya bertujuan menopang kelancaran operasional
imperialis dan melanggengkan kekuasaan. Kualitas pendidikan tidak merata
dan kurikulum terdistorsi demi mendukung kepentingan pasar. Kampus
berubah menjadi mesin pencetak tenaga terdidik yang siap pakai dan murah.
Peran mahasiswa sebagai intelektual tidak diarahkan mengabdi kepada rakyat
tapi justru sebaliknya.
Kemudian memasuki fase pemerintah sekarang, kondisi pendidikan
juga tidak memprihatinkan. Pern "BHMN" an perguruan tinggi negri (PTN)
atau Otonomi Kampus (OTKAM) telah mengakibatkan kuliah menjadi
barang langka di pasaran, karena biayanya selangit. Di tingkat pendidikan
dasar dan menengah, komersialisasi pendidikan banyak yang semakin
menjadi-jadi. Kesempatan yang minim selain persoalan biaya, juga
disebabkan tidak meratanya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan.
Dan dibukanya kesempatan bagi lembaga pendidikan asing menjadi ancaman
tersendiri bagi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.4
305
4

Majalah Perlawanan Op. Cit, h. 1- 4

12

Dari sejarah singkat pendidikan di Indonesia di atas maka istilah masa
depan suram atau tren disebut "madesu" mungkin tepat untuk menggambarkan
kondisi pendidikan Indonesia. Satu yang tetap ada yang tumbuh subur dari
zaman ke zaman di pendidikan kita adalah bahwa pendidikan hanya bisa
dinikmati oleh kalangan tertentu, rakyat biasa (yang tidak memiliki biaya untuk
pendidikan) tidak dapat menikmatinya. "Istilahnya; orang miskin dilarang
sekolah, pendidikan mahal bikin otak pindah ke dengkul". Itu pun masih
didukung dengan masih mengentalnya budaya, adat yang bias gender dalam
pendidikan.

C. Perempuan dalam Sejarah Kebudayaan Jawa
Memahami berbagai konsep yang berbeda-beda tentang perempuan
dalam berbagai kebudayaan, tidak akan banyak gunanya bila kemudian kita
cockkan dengan praktek kebudayaan bersangkutan dalam memperlakukan
perempuan. Dalam kata lain, sekalipun terdapat berbagai konsep yang baik
tentang perempuan, namun dalam prakteknya hanya ada dalam satu kenyataan
perempuan berada di bawah dominasi lelaki. Dari sejarah manusia, yang
sakral, yakni yang diambil dari kitab-kitab suci atau mitos maupun . sakral,
yakni yang disusun secara ilmiah, senantiasa menunjukkan diri sebagai sejarah
lelaki. Kaum lelaki itulah yang membangun dunia, dimana terdapat perempuan
di dalamnya. Dengan kata lain, lelaki dan perempuan tidak setara.
Kelelakian sejarah bukanlah suatu keniscayaan, sekalipun bukti
kelakian sangat kuat dan melimpah. Kasus seperti kebudayaan Minangkabau
yang matrilinial itu misalnya, barangkali amat berguna sebagai bukti ketidak
niscayaan kelelakian sejarah. Walaupun hal tersebut tidaklah seberapa
berpengaruh terhadap citra kebudayaan mereka secara keseluruhan yang tetap
maskulin. Namun yang penting di sini adalah perbedaan dibuat, sekalipun pa
dalam wilayah konsep5
Perbedaan yang hanya ada pada wilayah konsep ini menjadi penting t
5

Fauzie Ridjal, dkk, Dinamakan Gerakan Perempuan Di Indonesia, (Yogyakarta:
Cetakan Pertama, Desember 1993), h. 49

13

dibandingkan dengan kebudayaan Jawa, yang secara konsep pun manganggap
lelaki lebih tinggi dari pada perempuan, menempatkan parempuan sebagai
the second sex, kawula Wingking (kaum kedua) dalam segala peran sosial di
masyarakat. Bahkan tercermin dalam ungkapan-ungkapan proverbial yang
sangat mengunggulkan lelaki. Misalnya ungkapan swargo nunut neroko katut,
yang berarti bahwa kebahagiaan atau penderitaan istri hanya bergantung pada
suami, adalah contoh dimana perempuan dianggap tidak berperan dalam
kehidupan.
Fenomena ini begitu nampak pada komunitas masyarakat padat,
masyarakat keraton, yang sampai saat ini masih dipegang teguh sebagai budaya
oleh kelompok tradisional Jawa di desa, namun biarpun sebenarnya di kota
gaya diskriminasi terhadap perempuan bentuknya lebih parah bahkan mm
berupa kekerasan, intimidasi, perbudakan dan perdagangan kaum perempuan.
Perempuan dalam kebudayaan belum merdeka, mereka masih tertindas. seluruh
elemen pembentuk kebudayaan tampak jelas memiliki watak memihak atau
dominasi laki-laki.6
Kasus Jawa menjadi penting untuk konteks Indonesia karena dominasi
mereka di negara ini. Dalam kebudayaan Jawa, lelaki adalah penulis sejarah
kebudayaan Jawa, yang seperti kebudayaan lain, kebenarannya telah ditabalkan
dalam nilai-nilai resmi dan diluhurkan, Jawa juga menghadapi masalah dalam
mempertahankan nilai kelelakiannya ketika warganya semakin banyak yang
pandai berpikir.7
Diskriminasi terhadap kaum perempuan Jawa tersebut tidak terlepas dari
masih mengentalnya budaya patriarkhi yaitu budaya dimana kaum laki-laki
berkuasa dalam menentukan segala sesuatu. Kerja produksi disesuaikan dengan
pembagian kerja berdasarkan seks atau jenis kelamin. Itulah sebabnya
perempuan lebih banyak berkutat dalam urusan domestik (dapur, kasur dan
sumur).8 Budaya tersebut juga mengakibatkan peran dan posisi perempuan

6

P3M Ford Foundation, Menakar Harga Perempuan, (Bandung: Mizan, 1999), h.89
Fauzie Ridjal, dkk, Op. Cit, h. 51
8
Mengenal Gender, Makalah disampaikan pada Pelatihan Pendidikan Anggota Baru
7

14

tersubordinasi (anggapan bahwa perempuan irasional, lemah sehingga
perempuan tidak bisa menjadi pemimpin) dan termarginalkan ("pemikiran"
terhadap perempuan). Salah satu bentuk subordinasi dalam kebudayaan Jawa
pemisahan kerja produksi dan reproduksi, perempuan hanya bertugas kerja
reproduksi, yaitu "kerja memproduksi manusia''', sedangkan kerja produksi
adalah tanggung jawab laki-laki. Namun pada kenyataannya, kerja produksi
tidak hanya mengandung, melahirkan dan menyusui saja, tapi pengasuhan.
perawatan sehari-hari anak secara fisik dan mental dipikul semata-mata oleh
perempuan.9 Ideologi gender komunitas Jawa tradisional lebih mengutamakan
pengabdian mutlak perempuan kepada laki-laki, mereka mengatakan bahwa
laki-laki adalah soko guru yang bertugas mengayomi, ngantepi

dan

menganyomi mengayani ngantepi. Sedangkan perempuan dianggap sebaliknya.
Manifestasi dari budaya patriarkhi yang lain yaitu marginalisasi
perempuan, seperti proses eksploitasi dan lain sebagainya. Disebut Bung
Karno: I'exploitation de I'homme par I'homme (penghisapan oleh manusia lain
dalam segala bentuk). Dari segi sumbernya bisa kebijaksanaan pemerintah,
keyakinan atau tafsiran keagamaan, tradisi kebiasaan. atau bahkan asumsi ilmu
pengetahuan.10 Di Jawa misalnya, program pendekatan panen dengan sistem
tebang menggunakan sabit, mcmungkinkan lagi menggunakan ani-ani yaitu
alat yang biasanya oleh perempuan. Akibatnya banyak perempuan miskin di
desa termarginalisasi yakni tersingkir dari sawah. Ini berarti program dirancang
tanpa mempertimbangkan aspek gender
Dari segi kepercayaan/religi, orang Jawa percaya bahwa hidup manusia ini
sudah diatur dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka bersikap
nrimo, yaitu menyerahkan diri pada takdir. Selain itu orang Jawa percaya
kepada kekuatan atau kesakten (kesaktian) yang terdapat pada Inada-benda
pusaka, seperti keris, gamelan dan lain-lain. Mereka juga mempercayai
keberadaan arwah atau roh leluhur, dan makhluk-makhluk halus seperti
Front Mahasiswa Nasional (FMN), Wonosobo, 25 September 2007.
9
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Pustaka Pelajar Offset,
1996). h. 4.
10
Ibid, hal 5

15

memedi, lelembut, tuyul dan lain-lain. Menurut kepercayaan, makhluk tersebut
dapat mendatangkan kesuksesan, kebahagiaan, ketenteraman. 'sebaliknya ada
juga makhluk halus yang dapat menimbulkan ketakutan atau kematian.
Pada dasarnya, di Jawa cukup banyak tokoh perempuan pelaku sejarah
dalam. berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, politik, ekonomi, sosial
dan agam. Di antara tokoh-tokoh perempuan Jawa tersebut antara lain :
1.

Ratu Sima (674)
Menurut kitab sejarah dinasti Tang, di Jawa ada sebuah kerajaan yang
disebut kerajaan Ho-Ling atau Kaling. Letaknya di Jawa Tengah, tanahnya
subur dan kaya. Di situ terdapat sumber air asin. Kerajaan aasebut
diperintah oleh raja perempuan yang bernama Sima sejak tahun 674
memerintah dengan keras. Ia juga menghendaki agar kejujuran dijungjung
tinggi. Hukum dijalankan tanpa pilih kasih, semua yang bersalah dihukum
dengan setimpal. Tidak ada orang yang berani melanggar hak
kewajibannya masing-masing, barang yang tercecer di jalan tidak ada yang
berani mengambil kecuali pemiliknya. Oleh karena itu, kerajaan kaling
aman. Rakyatnya hidup aman, tenteram dan juga pandai menulis dan
mengenal ilmu perbintangan.

2. Ratu Tribuanatunggadewi Jayawisnuwhadani (1329)
Kerajaan Majapahit di Jawa Timur juga pernah diperintah oleh -ang
raja putri selama 22 tahun. Ketika raja Jayanegara meninggal Adak
meninggalkan putra mahkota, maka adiknya seorang putri diangkat Untuk.
Menggantikannya

dengan

Jayawisnuwhadani.

Pada

gelar

masa

Ratu

Tribuanatunggadewi

pemerintahannya,

banyak

terjadi

pemberontakan dalam perebutan tanah kekuasaan Majapahit. Namun di
bawah perintah dan kekuatan pengawal pribadinya, pemberontakan itu
dapat dipadamkan. Pada tahun 1350-an ia mengundurkan diri dan
pemerintahan digantikan oleh putranya yang bernama Hayam Wuruk
dibantu Patih Gajahmada. Mereka berhasil meluaskan kekuasaannya ke
sriuruh nusantara.
3. Ratu Kalinyamat (1552)

16

Pada masa perkembangan Islam di Jawa juga mengenal pemimpin
wanita. Salah satunya adalah Ratu Kalinyamat yang berkuasa di
Kalinyamat, wilayah yang terletak dekat Jepara ini adalah daerah bawahan
Kesultanan Demak. Di masa ini pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara
berkembang aaenjadi bandar yang penting dan didatangi oleh armada
dagang baik lokal aaaupun asing dalam menghadapi saingan dari Portugis
dan melindungi asaha para saudara Islam, pada tahun 1574 Ratu
Kalinyamat membantu Aceh menyerang Malaka yang menjadi pusat
kekuasaan

Portugis.

Walaupun

serangan-serangan

itu

mengalami

kegagalan, semangatnya sntuk menentang orang Portugis terus berkobar.
Misalnya, ia juga diminta okh para pimpinan persekutuan Hindu di Ambon
untuk membantu menghadapi Portugis. Ia meninggal pada tahun 1579 dan
digantikan oleh irmenakannya karena Ratu Kalinyamat tidak berputra.
4. Raden Ajeng Kartini (1879-1904)
Memasuki abad ke-20, ide atau pemikiran dari Barat mulai masuk
bersamaan diperkenalkan dan disebarluaskan pendidikan cara Barat. Kaum
perempuan walaupun jumlahnya terbatas, mulai ada kesempatan
menikmati pendidikan Barat tersebut. Sebagai putri Bupati, Kartini
disekolahkan di ELS (Europeesche Lagerschool - sekolah rendah Belanda)
di Jepara. Itu pun karena dianggap hanya sekolah itulah yang dapat
membawa kehormatan.
R.A. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879, putri Adipati
Sasraningrat, anak kedua dari tiga bersaudara. Kartini tumbuh di tengah
masyarakat Jawa yang adat istiadatnya waktu itu tidak memperbolehkan
perempuan berpendidikan, tidak boleh bekerja di luar rumah dan
menduduk jabatan. Dalam masyarakat Jawa, perempuan bumiputra, harus
bersedia dikawinkan oleh orang tuanya. Perkawinan hanya itu cita-cita
yang diangan-angankan oleh gadis.11
Waktu berumur 12 tahun, Kartini dilarang sekolah dan dipingit
11

Aristides Kattap, dkk., Satu Abad Kartini, 1879-1979, (Jakarta:PT. Sinar Agrape
Press), h. 33.

17

(ditutup, tidak boleh keluar rumah) memenuhi adat istiadat bangsawan.
Dalam usia 16 tahun dimerdekakan lagi, selama dalam pingitan, hanya
dapeibolehkan berkirim-kirim surat dengan sahabat karibnya bangsa da.
Surat tersebut berisi tentang diri dan cita-cita seorang Kartini, dalah yang
mula-mula pandai menguraikan pikirannya dan pendapatnya lentang
masyarakat Jawa dan tentang apa yang harus dilakukan untukmemperbaiki
keadaan tersebut12
Perjuangan emansipasi kaum perempuan yang dilakukan R.A. kartini
disalurkan melalui pendidikan, yakni dengan mendirikan sekolah khusus
kaum wanita. Jenis sekolah yang dirintis dan didirikan oleh R.A. kartini
adalah :
a. Sekolah Gadis di Jepara, dibuka tahun 1903.
b. Sekolah Gadis di Rembang.13
Jejak emansipasi perempuan-perempuan Jawa tersebut di atas
Hanjutkan oleh perempuan-perempuan Indonesia dalam segala bidang.

D. Islam dan Perempuan
Sebelum Islam datang, status perempuan di beberapa negara di belahan
duni sangat diremehkan dan dirampas hak-haknya secara paksa. Perempuan
tidak hanya dijadikan budak tapi juga berhak untuk dibunuh. Berikut ini
dangan orang-orang (sebelum datangnya Islam) tentang kedudukan wanita
1. Perempuan di mata orang-orang Yunani
Di mata mereka, perempuan sangat dilecehkan dan diejek. Sampaisampai mengklaim kaum perempuan sebagai najis dan kotoran dari hasil
perbuatan syetan, perempuan sama rendahnya dengan dagangan yang bisa
diperjual belikan di pasar dan perempuan boleh dirampas haknya, tidak
periu. Diberikan hak bagian harta pusaka dan juga tidak berhak
menggunakan hartanya sendiri sekalipun.
2. Perempuan di mata orang-orang Romawi
12
13

Armijn Pane, Habis Gelap Terbitlah Terang, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet XII), h. 25
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persadaedisi

18

Di zaman Romawi, orang-orangnya memiliki semboyan cukup
terkenal "wanita itu tidak punya ruh", perempuan mengalami berbagai
macam siksaan yang sangat kejam, misalnya diikat pada ekor kuda yang
disurah lari sekencang mungkin sampai mati dan Iain sebagainya.
3. Perempuan di mata orang-orang Cina
Mereka menyamakan perempuan dengan air penyakit yang
membasuh harta dan benda, dan berhak menjual istrinya sebagaimana
badak perempuan. Apabila seorang wanita Cina menjadi janda, maka
Keluarga mendiang suaminya berhak atas istrinya dan bahkan seorang
suami berhak mengubur istrinya hidup-hidup.
4. Perempuan di mata Undang-Undang Hammurabi
Perempuan

dianggap

binatang

ternak

yang

diperlakukan

seenaknya. Misalnya, seorang membunuh anak perempuan orang lain naka
dia harus menyerahkan anak perempuannya kepada orang tadi untuk
dibunuh atau dimiliki.
5. Perempuan di mata orang-orang Hindu
Di dalam syariat Hindu ditegaskan : "Sesungguhnya kesabaran
tertentu, angin, kematian, neraka, racun dan ular itu tidaklah lebih jahat
daripada perempuan".
Perempuan tidak berhak hidup dan harus membakar diri apabila
suaminya mati.
6. Perempuan di mata orang-orang Persia.
Menurut mereka, seseorang boleh saja menikahi ibunya sendiri,
saudara perempuan kandung, tante, bibi, keponakannya dan muhrimmuhnm yang lain serta pada saat menjelang haid, perempuan harus
diasingkan jauh di luar kota.
7. Perempuan di mata orang-orang Yahudi
Mereka menganggap perempuan adalah laknat atau kutukan Tuhan
lantaran perempuan yang telah menyesatkan Adam dan ayah dari anak
perempuan berhak menjualnya dengan harga yang paling murah sekalipun.
revisi, 2003), h. 264

19

Perempuan di mata orang-orang Nasrani
Mereka mengatakan bahwa "perempuan adalah sumber kejahatan,
aaalapetaka yang disukai, sangat penting bagi keluarga dan rumah tangga,
pembunuh yang dicintai dan musibah yang dicari".
Demikian sekilas tentang perempuan di masa sebelum datangnya
Islam sama sekali tidak mencerminkan peradaban namun sebaliknya lebih
kalau disebut sebagai penindasan dan kedustaan. Islam datang membawa
cahaya kebebasan yang sebenarnya bagi manusia, baik laki-laki maupun
perempuan. Kaum perempuan yang pada atasa pra-Islam mengalami masamasa suram dan menyedihkan, secara khusus telah diakui sifat
kemanusiaannya.
Kebangkitan Islam juga menyebabkan kedudukan perempuan
didefinisikan ulang secara radikal. Pertama, Islam melarang "pembunuhan
bayi perempuan" dan mengembalikan hak-hak lahir bagi perempuan.
Untuk selanjutnya, baik laki-laki maupun perempuan dihargai sama dalam
kemanusiaan mereka.
Dalam Islam terdapat prinsip-prinsip yang harus mendasari relasi
(persamaan) lelaki-perempuan dalam kemanusiaan tersebut sebagai mana
diajarkan dalam Al-Qur'an:
1. Persamaan
a.

Mereka sama-sama dimuliakan oleh Allah sebagai keturunan Adam

          

       

Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,
Kami heri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan" (Q.S.

20

Al-Isra' [17]: 70).14
b.

Diciptakan untuk menjadi hamba yang harus beribadah kepadaNya

      
Artinya: " Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku" (Adz-Dzariyat [51]:
56).15
c Sebagai khalifah yang harus memakmurkan bumi

         
Artinya:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi" (Al-Baqarah [2]: 30).16

d. Menjadi hamba yang harus beribadah kepada-Nya (Adz-Dzariyat
[51]: 56) dan khalifah-Nya yang harus memakmurkan bumi (Al- 30)

      

Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan
Supaya mereka menyembah-Ku''' (Adz-Dzariyat [51]:
56)17

         

14

Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI.
1971), h. 435
15
Ibid, h. 862
16
Ibid, h. 13
17
Ibid, h. 862

21

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumr (Al-Baqarah [2]: 30).18
e. Jika mereka beriman dan beramal shaleh maka akan diberi kehidupan
yang baik dan balasan yang terbaik

          
           

Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakari''. (An-Nahl [16]: 97).19
f. Kelebihan yang satu dengan yang lain ditentukan oleh ketakwaan
(Al-Hujurat [49]: 13) dan prestasinya (Al-An'am [6]: 165).

         

            

.Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal (Al-Hujurat [49]: 13)20

18

Ibid, h. 13
Ibid, h. 417
20
Ibid, h. 847
19

22

        

            

 

Artinya: "Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas
sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang" (Al-An'am [6]: 165).21
2. Persaudaraan
a. Manusia merupakan bangsa yang satu

   
Artinya: "Manusia itu adalah umat yang satu''' (Al-Baqarah [2]:
213).22
b. Manusia diarahkan untuk bekerja sama dalam kebaikan dan
menghindari tolong menolong dalam dosa dan permusuhan

      

Artinya: "... Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbual dosa danpelanggaran" (Al-Maidah [5]: 2).23

3. Kemerdekaan

21

Ibid, h. 217
Ibid, h. 51
23
Ibid, h. 187

22

23

a. Allah memberi amanah kepada manusia yang sebelumnya ditawarkan
kepada langit, bumi, gunung-gunung namun mereka menolaknya

     