Sikap dan pandangan hidup tokoh dalam Novel Larung Karya Ayu Utami dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra Indonesia

SIKAP DAN PANDANGAN HIDUP TOKOH DALAM NOVEL
LARUNG KARYA AYU UTAMI
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN
SASTRA INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh :

ZAKIYAH
109013000010

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI


Skipsi berjudul SIKAP DAN PANDANGAN HIDUP TOKOH DALAM
NOVEL LAf,UNG KARYA AYU UTAMI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH disusun oleh
ZAKIYAH Nomor Induk Mahasiswa 109013000010, diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
diryataka! lulus dalam Ujiar Munaqasah pada tanggal 28 Januaxi 2014 di
hadapan dewan penguji. Oleh karena itq penulis berhak memperoleh gelar sarjana
S-l (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia.

Jakarta, 29 Ja[uari 2014

Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Juusa&4rogram

Studi) Tanggal

Dra. Mahmudah Fitrivah ZA. M. Pd.
NIP 1964012 199703 2 001


>B

-

r -2o\

Seketads (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Dra, Hindunt M. Pd.
NIP 19701215 200912 2 001
Penguji

1

).4

Ahmad Bahtiar, M. Hum
NIP t97601l8 200912 I 002
Penguji


II

-t

. AotT

1):[:?FIl1

Dra. Hirdun. M. Pd
lJrP 19701215 200912 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguuan

\4i-

Nurlena Rifa'i, MA. Ph. D.
NIP. 19591020 198603 2 001

Tanda Tangan


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

SIKAP DAN PANDANCAN HIDUP TOKOII DALAM NOYEL IARANG
KARYA Al'U UTAMI DAN IMPLIKASIITYA TERIIADAP
PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAII

Skipsi
Ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguuan
Untuk memeouhi syarat-syarat mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sasha Indonesia

Oleh :
Zakiiedl.

NlM. 109013000010

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAI(ULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI GNN)


SYARItr'HIDAYATI'LLAH
.IAKARTA
2014

LEMBAR PER}TYATAAI\ KARYA ILMIAII
Saya yang bertanda tangan

di bauah ini:

Nama

Tak'vah

NIM

109013000010

Jurusan


Pendidikan Bahasa dan Sasha Indonesia

Judul Sloipsi

: Sikap dan Pandangan Hidup Tokoh dalam Novel

Ldruhg Karya

Ayr Utami

Terhadap Pembelajamn Sastra
Dosen Pembimbing

serta Implikasinya

Di Sekolah

Dra. Mahmudah Fitiyah. ZA, M.Pd

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini

merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syaat memperoleh gelar Sarjana Strata

1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta;

2.

Semua sumber yang saya gunakan unhrk memenuhi

skipsi ini telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di IJIN


saya

Syarif

Hidayahrllah Jakarta;

3.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
ataupun jiplakan dari orang lairL maka saya bersedia menerima sarksi
yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan petunjuk dan kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad Saw, keluarga, para sahabat, dan kita sebagai pengikutnya sampai
akhir zaman, amin.
Terselesaikannya skripsi yang berjudul SIKAP DAN PANDANGAN
HIDUP TOKO DALAM NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH ini
tentunya tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik dukungan berupa doa,
semangat, sumbangan pemikiran, maupun bahan-bahan yang dibutuhkan bagi
penyempurnaan skripsi ini. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Nurlena Rifa’i, MA, Ph. D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memimpin FITK dengan jiwa
profesionalismenya sehingga kinerja FITK lebih baik dan profesional;

2.

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
kemudahan administrasi bagi para mahasiswanya, sekaligus selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan kesabaran dan
dedikasi yang tinggi, serta memberikan sumbangan pemikiran yang
mencerahkan hingga terselesaikannya skripsi ini.

3.

Dra. Siti Sahara, selaku Dosen Penasehat Akademik, yang telah memberikan
pengarahan sampai terselesaikannya perkuliahan penulis;

4.

Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih atas ilmu pengetahuan, motivasi, dan pengalaman yang telah
diberikan selama penulis menjalani perkuliahan;

5.

Kedua orang tua tercinta, ibunda Nurjannah dan ayahanda M. Mukri yang
senantiasa mendoakan dan mendukung setiap langkah serta keputusan

penulis.

6.

Kakak-kakakku tercinta (Hasna, Ismail, Zaeni, Yayah, Yati) terimakasih
banyak atas segala dukungannya baik moral dan materil sampai penulis
menyeleseiakan studinya, juga keponakan dan kakak-kakak iparku yang juga
telah memeberikan doa dan perhatiannya.

7.

Sahabat-sahabat seperjuangan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Siti Humairoh, Ria Fidiyati,
Rhani Shintia Utama, Syifa Annisa, Eva Nihlatul Fauziah, Dini Nurhayati,
Sahabat-sahabat UKM PRAMUKA, MANJA SCOUT, Dedeh Kholilah,
Rahmatul Uyuni, Nursyamsiah, Irma Listiany, dan Riadul Jannah dan temanteman PBSI angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
persatu. Semoga apa yang kita cita-citakan tercapai, aamiin;
Akhir kata Tak ada gading yang tak retak. Tidak ada pribadi yang
sempurna, karena manusia bukanlah malaikat. Penulis menyadari skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar ke depannya bisa lebih baik.
Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi wawasan bagi
cakrawala ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Sehingga dunia
tercerahkan dengan lautan ilmu yang berguna, aamiin.

Jakarta Desember 2014

Zakiyah

ABSTRAK
Zakiyah. 109013000010. “Sikap dan Pandangan Hidup Tokoh dalam Novel
Larung Karya Ayu Utami dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di
Sekolah”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakutas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dosen Pembimbing: Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M. Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap dan pandangan hidup
yang ditampilkan dalam novel Larung Karya Ayu Utami. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan Objek yang akan diteliti yaitu
novel Larung Karya Ayu Utami yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama
tahun 2002.
Simpulan dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut, sikap hidup
dan pandangan hidup yang ditampilkan tokoh meliputi, sikap dan pendangan
hidup tentang budaya atau mitos, sikap dan pandangan hidup tentang Illahi atau
agama, sikap dan pandangan hidup tentang gender atau kelas sosial, sikap dan
pandangan tentang kebajikan, serta sikap dan pandangan tentang sesama
manusia, dan faktor yang mempengaruhinya antara lain, faktor pengalaman
pribadi, orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, instuisi atau
lembaga, faktor emosi dalam diri individu.

Kata Kunci: Sikap dan Pandangan Hidup, Novel Larung, Pembelajaran Sastra.

ABSTRACT
Zakiyah. 109 013 000 010. " The attitude Attitudes and Views of Life in a Novel
Larung created by Ayu Utami and Implications of Learning Literature in School "
. Education majors Indonesian language and literature. Faculty of Tarbiyah and
Teaching Science. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lecturer: Dra . Mahmudah Fitriyah, ZA, M. Pd .
This study aims to describe the attitude and outlook on life are displayed
in novel created by Ayu Utami. This research uses descriptive qualitative method.
With the object that will be studied is the novel larung created by Ayu Utami and
published by PT Gramedia Pustaka Utama 2002.
Conclusions of the research the data obtained as follows, attitudes and
outlook on life are shown figures include, attitudes and Views of Life about
culture or myth, divine or religious life , attitude and outlook on life about gender
or social class, attitudes and views on virtue , as well as the attitudes and opinions
about fellow human beings, and the factors that influence it, among others, factors
of personal experience, others are deemed important, culture, mass media,
intuition, or institution, emotional factors within the individual .

Keywords : Attitudes and Views of Life , Novel float , Learning Literature .

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
F. Metodologi Penelitian ................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORITIK
A. Hakikat Novel ..............................................................................

8

B. Unsur Intrinsik Novel ..................................................................... 9
C. Sosiologi Sastra ............................................................................ 15
D. Pengertian Pandangan Hidup ....................................................... 16
E. Pengertian Sikap HIdup ............................................................... 16
F. Manusia dan Pandangan Hidup .................................................... 20
G. Hakikat Pembelajaran Sastra........................................................ 20
H. Penelitian yang Relevan ............................................................... 21

BAB III PROFIL AYU UTAMI
A. Biografi Ayu Utami................................................................

22

B. Pemikiran Ayu Utami ............................................................

27

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Usur Intrinsik Novel ................................................................. 30

ii

1.

Tema ................................................................................

30

2. Tokoh dan Penokohan ........................................................ 30
3. Alur .................................................................................... 36
4. Latarr .................................................................................. 40
5. Sudut Pandang ................................................................... 48
B. Sikap dan Pandangan Hidup Tokoh Larung ............................ 49
C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah ............... 68

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................

73

B. Saran ........................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75
LEMBAR UJI REFERENSI

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lahirnya suatu karya sastra tidak bisa lepas dari keadaan lingkungan sosial
pengarangnya, selebihnya suatu karya selalu ditempatkan pada posisi seimbang
antara teks dan penciptanya. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk
dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra adalah
produk masyarakat, sebab karya sastra lahir dan berkembang dalam masyarakat
serta dibentuk oleh masyarakat berdasarkan desakan emosional atau rasional dari
masyarakat. Berarti karya sastra bukan kenyataan hidup sosial, tetapi merupakan
gambaran sosial suatu masyarakat yang dituangkan dalam cerita. Karya sastra
sebagai seni yang berlandaskan cerita secara langsung maupun tidak langsung
membawakan pesan dan moral. Dengan kata lain karya sastra mempunyai nilainilai diperoleh pembaca lewat sastra. Apalagi karya sastra merupakan cerminan
dari masyarakat. Sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kehidupan
masyarakat serta hubungan antara karya sastra dengan pembaca dan pengarang.
Karya sastra berkaitan dengan fungsinya salah satunya adalah sebagai
media penghibur dan juga berguna, maksundnya bahwa karya satra sebagai media
sosial memainkan perannya untuk mengajak pembaca untuk tidak sekedar
menyukai kegiatan membaca akan tetapi ada pelajaran dan pengajaran yang ingin
disampaikan oleh pengarang memlui cerita tersebut, dengan mehadirkan kisah
serta polemik sosial yang dekat kenyataannya dengan masyarakat serta sarat akan
nilai-nilai soaial masyarakat. Oleh karena itu sastra dijadikan sebagai media untuk
mengangkat minat membaca yang tidak hanya melihat fungsinya sebagai media
penghibur tetapi juga mempunyai tujuan estetik.
Diantara genre karya sastra yaitu prosa, puisi, dan drama, genre prosalah
khususnya novel yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur
sosial. Karena novel menampilkan unsur cerita paling lengkap, memiliki media
paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang juga paling luas

1

2

dan bahasa novel cenderung bahasa sehari-hari yang paling umum digunakan
dalam masyarakat.1
Novel sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacammacam aspeknya baik dari struktur maupun unsur-unsurnya, mengingat bahwa
novel merupakan struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur, sarana
estetika dan nilai serta norma yang ada di dalamnya. Pemahaman novel dapat
ditinjau dari berbagai aspek, hal itu tergantung dari sisi nilai dari novel yang akan
dikaji atau dibahas.
Novel kaitannya dengan karya sastra karya sastra dapat dinilai dari
beberapa kriteria. Kriteria yang mengaitkan karya dan pengarang, kriteria yang
mengaitkan karya sastra dengan kenyataan, karya yang mengaitkan pendapat
pihak kritikus dan karya sastra, karya untuk mengasyikkan pembaca, karya yang
memperhatikan struktur, dan kriteria tradisi. Penilaian terhadap suatu karya sastra
juga

dapat

dipengaruhi

oleh

pandangan

seseorang

mengenai

fungsi

sastra.Berangkat dari hal itulah, penulis mengkaji objek penelitian yaitu novel
Larung karya Ayu Utami dengan mengkaji novel dari segi sosiologis.
Larung merupakan novel dwilogi yang dikarang oleh Ayu utami seorang
pengarang wanita. Semula novel ini ingin dijadikan sebuah novel dengan judul
Laila Tak Mampir di New York, dengan novel pertamanya yaitu Saman yang
akhirnya membawa Ayu memenangkan lomba sayembara roman Dewan Kesenian
Jakarta tahun 1998. Akan tetapi dalam proses pengerjaan, beberapa sub plot
berkembang melampaui rencana. Pada akhirnya Saman dan Larung merupakan
dwilogi yang berdiri sendiri.
Ayu Utami adalah seorang pengarang yang tergabung dalam komunitas
Utan Ayu. Ia menampilkan tokoh wanita yang cukup banyak jumlahnya dalam
novel yang ia tulis, demikian juga pelukisan watak yang disandang oleh tokoh
tersebut, sehingga tokoh ini mencerminkan dan mempunyai kemiripan dengan
kehidupan manusia yang sesungguhnya dibandingkan dengan novel-novel yang

1

Nyoman Kutha Ratna, S. U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian sastra dari strukturalisme
hingga Postrukturalisme, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2004), hlm 46-47

3

lainnya, demikian pula dengan tokoh wanitanya sangat mewakili kehidupan
wanita zaman sekarang ini sehinnga sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam.
Novel Larung karya Ayu Utami kemudian menarik perhatian penulis untuk
mengkajinya. Dari segi psikis,pengarang melukiskan karakter pelaku melalui
pelukisan gejala-gejala pikiran, perasaan dan kemauannya. Dengan jalan ini
pembaca dapat mengetahui bagaimana watak pelaku. Segi sosiologis, pengarang
melukiskan watak pelaku melalui lingkungan hidup kemasyarakatan di samping
selalu merupakan hasil penjelmaan fisiknya, juga merupakan hasil penjelmaan
pengaruh-pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, dalam memahami tokoh,
aspek-aspek yang melekat pada diri tokoh: seperti penamaan, peran, keadaan fisik,
keadaan psikis, dan karakter perlu mendapat perhatian.
Sastra sebagaimana fungsinya yaitu sebagai gambaran dari potret
kehidupan masyarakat yang mengangkat konflik sosial yang terjadi dimasyarakat.
keterkaitan sastra dengan masyarakatyang menjadikan pengarang menuangkan
cerita dengan konflik sosial masyarakat yang terjadi. Rangkaian peristiwa tersebut
digambarkan melalui kehadiaran para tokoh dalam cerita
Sastra kaitannya sebagai cermin dari masyarakat tetunya juga mengangkat
permasalahn-permasalahan yang ada di masyarakat, baik mengenai nilai-nilai,
moral, ideologi dan sebagainya. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat pada
akhirnya ada kaitannya dan menjadi sumber dari pandangan hidup yaitu pola pikir
tertentu pada setiap individu. Pandangan hidup bersifat elastis, tergantung kepada
situasi dan kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia
tersebut berada. Sumber pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun
hasil perenungan seseorang yang bersifat relatif. Setiap individu memiliki
pandangan hidup dan cita-citanya sendiri dan selalu bermimpi untuk mencapai
apa yang dia inginkan sesuai dengan cita-citanya dan idak sedikit manusia yang
mimpinya menjadi kenyataan.
Melalui novel ini, Ayu mengajak para pembacanya untuk dapat belajar
merasakan dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang sengaja
ditawarkan melalui perjuangan para tokohnya dalam memaknai hidup dan
berjuang mencari jati dirinya serta upaya para tokoh dalam mencapai kedudukan

4

Dan tujuan hidupnya. Dari permaslahan yang diangkat tersebut penulis tertarik
utuk mengkaji novel Larung dari segi tokoh dengan mengambil tema mengenai
dinamika Sikap dan Pandangan Hidup Tokoh dalam Novel Larung Karya
Ayu Utami dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah
A. Identifikasi Masalah
1. Rendahnya pemahaman pembaca mengenai hubungan nilai sosial dan
budaya yang terdapat dalam cerita
2. Pembaca merasa kesulitan menafsirkan karakter dan pandangan hidup
tokoh yang diceritakan pengarang
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka penulis membatasi
penelitian ini pada masalah sikap dan pandangan hidup para tokoh dalam
Novel Larung karya Ayu Utami. Dengan mengkaji aspek sosial budaya
yang terdapat dalam novel.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana sikap dan pandangan hidup tokoh dalam novel Larung
karya Ayu Utami
2) Bagaiman implikasi dari pandangan hidup tokoh dalam novel
Larung karya Ayu Utami terhadap pembelajarn sastra di sekolah?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis bagaimana sikap dan pandangan hidup para tokoh dalam
novel Larung karya Ayu Utami
2. Penulis mengharapkan dengan dilakukannya penelitian mengenai
bagaimana sikap dan pandangan hidup tokoh Larung dalam novel
Larung dalam dapat memberikan pengetahuan bagi paraembaca
mengenai sikap dan pandangan hidup para tokoh wanita yang terdapat

5

dalam novel Larung karya Ayu Utami dan implikasinya terhadap
pembelajaran sastra di sekolah.
C. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian tidak terpaku terhadap suatu tepat dikarenakan
penelitian yang dilakuakn dengan mengkaji suatu teks atau naskah,
sehingga jika mendukung setiap tempat bisa dijadikan tempat penelitian.
Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai september sampai desember
2013
2. Bentuk dan strategi penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan
metode analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan apa yang menjadi
masalah, menganalisis, dan menafsirkan data yang ada. Strategi yang
digunakan berupa analisis isiberdasarkan data yang didapatkan. Metode
analisis isi yang digunakan dalam menelaah isi dari suatu dokumen yaitu
Novel Larung karya Ayu Utami.
3. Subjek dan objek penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Novel Larung karya Ayu Utami. Objek
penelitian ini adalah Novel Larung karya Ayu Utami yang diterbitkan
pada tahun 2001
4. Fokus penelitian
Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan sikap dan pandangan hidup
para tokoh wanita dalam novel Larung Larung karya Ayu Utami dan
implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah. Focus penelitian ini
dilakukan agar penelitian lebih fokus dan terarah sehingga dapat lebih
mudah dipahami oleh pembaca.
5. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini dibedaan menjadi dua, yaitu berupa data
primer dan data sekunder. Sember primer adalah sumber data yang
langsung memeberikan data kepada pengumpul data, sedangkan data

6

sekunder adalah sumber data yang secara tidakk langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah novel Larung. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian
ini adalah buku-buku serta tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.
6. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik
penelitian yang menggunakan sumber-sumber data tertulis untuk
memperoleh data. Teknik simak dalam penelitian ini berarti peneliti
sebagai instrumen melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti
terhadap sumber data primer. Hasil penyimakan tersebut dicatat sebagai
sumber data.
7. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik., cermat, lengkap serta sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian itu sendiri. Penelitian kualitataf sebagai human
instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagaisumber data, malakukan pengumpulan data, memilih kualitas data,
analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan data atas
temuannya.
Kegiatan yang dilkukan peneliti sehubungan dengan pengembilan Larung
dan

peneliti

bertindak

sebagai

pembaca

yang

aktif

membaca,

mengidentifikasiperistiwa-perisiwa yang menyakut sudut pandang tokoh.
8. Teknik analisi data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Identifikasi
Setetalh data terkumpul, penleiti membaca secara kritis dengan
mengidentifikasi novel yang dijadikan data dalam penelitian, dalam hal
ini novel Larung karya Ayu Utami.

7

b. Klasifikasi
Setelah diidentifikasi, data novel diseleksi dan diklasifikasi sesuai hasil
identifikasi, yaituu unsur intrinsik, sikap dan pandangan hidup tokoh
lalu menghubungkannya dengan pembelajaran sastra.
c. Analisis
Teknik selanjutnya ialah analisi. Seluruh data yang mengandung
mengenai sudut pandang tokoh utama dianalisi dan ditafsirkan secara
keseluruhan
d. Deskripsi
Dalam teknik ini hasil analisi disusun secara sistematis sehingga
memudahkan dalam mendeskripsikan sikap dan pandangan hidup
tokoh yang terdapat dalam novel tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Hakikat Novel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata novel berarti karangan yang
panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orangorang di sekililingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap prilaku tokohnya.
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berart, sebuah barang
baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.
Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata
noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis
lain, novel baru muncul kemudian1. Novel juga diartikan sebagai prosa rekaan yang
menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara
tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengugkapkan aspek-aspek kemanusiaan
yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Novel tidak hanya sebagai alat
hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi
kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan
pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur
Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin menikmati cerita
yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan kesan secara
umum dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu
panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap kali
membaca hanya dapat menyelesaikan beberapa episode akan memaksa pembaca
untuk mengingat kembali cerita yang telah dibaca sebelumnya. Hal ini menyebabkan
pemahaman keseluruhan cerita dari episode ke episode berikutnya akan terputus.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah
cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan kehidupan tokohtokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak hanya sebagai cerita khayalan
semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang dari realitas atau

1

Burhan Nurgiyantoro, teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta:Gajah Mada University Press,
2000)hlm. 9

8

9

fenomena yang dilihat dan dirasakan, serta dibangun melalui berbagai unsur
intrinsiknya.

B. Unsur Intrinsik Novel
Novel memiliki unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya sastra itu
hadir sebagai karya sastra. Unsur itu adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur
yang secara faktual dapat dijumpai ketika membaca karya sastra. Unsur intrinsik
sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara tidak langsung turut serta membangun
cerita.2
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang menbangun karya sastra di
luar karya, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan system organisme
karya sastra.
1. Tema
Menurut Susminto A. Sayuti, tema adalah makna cerita, gagasan sentral,
atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan dengan topik, padahal kedua
istilah ini memilki pengertian yang berbeda. Topoik dalam suatu karya sastra
adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan gagasan sebtral,
yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam karya sastra fiksi.3Menurut
Freir dan Lazarus, tema dinyatakan secara tidak langsung, meskipun ada yang
dirasakan oleh pembaca, serta ttema tidak lain daripada ide pokok, ide sentral
atau ide ide yang dominan dari karya sastra.4
Tema adalah maslah yang menjadi pokok pembicaraan atau yang menjadi
initi topik dalam suatu pembahasan. Tema dapata juga berupa makna atau
gagasan yang mendasari karya sastra. Ada tiga cara untuk menentikan tema,
yaitu.
a. Melihat persoalan mana yang paling menonjol
b. Mementukan persoalan mana yang paling banyak menumbulkan
konflik, yakni konflik yang melahirkan peristiwa.
2
3

Ibid. hal 36
Susminto A. Sayuty. Berkenalan Dengan Prosa Fiksi (Yogyakarta:Gama Media. 200), Cet.

I, hal 11
4

Made Sukada, Pembinaan Kritik sastra Indonesia, (Bandung::Angkasa. 2005) h. 7

10

c. Dengan menghitung waktu penceritaan, yaitu waktu diperlukan untuk
menceritakann peristiwa atau tokoh-tokoh di dalam sebuah karya
sastra sehubungan dengan persoalan yang bersangkutan.5
1. Tokoh dan penokohan
Wellek membedakan dua macam penokohan, yaitu penokohan “datar”
dan penokohan “bulat”. Dikatakan tokoh datar jika watak tokoh dilukiskan
tetap, tidak berubah-ubah sejak awal hingga akhir cerita. Sebaliknya, tokoh
bulat mengalami perubahan watak secara menonjol. Berdasarkan peranannya,
tokoh dapat dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama
memegang peranan utama, dia diceritakan sejak awak hingga akhir cerita.
Tokoh tambahan lebih berperan sebagai pembantu untuk memperjelas
peranan dan watak tokoh utama.6
Ada beberapa cara untuk menggambarkan karakterisasi mengenai
tokoh, diantaranya yaitu:7
a. Cara ekspositori atau teknik analitis yaitu pelukisan tokoh
dilakukan dengan memberikan deskripsi, uaraian atau penjelasan
secara langsung. Tokoh dihadirkan kepada pembaca dengan
tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai
dengan deskripsi yang berupa sikap, tingkah laku, atau bahkan
ciri fisisknya. 8
b. Cara dramatik, menggambarkan apa dan siapanya tokoh itu tidak
secara langsung, tetapi melalui hal-hal lain :
1) Menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh
2) Cakapan (percakapan) antara tokoh dengan lain atau
percakapan tokoh-tokoh lain tentang dia
3) Pikiran sang tokoh atau pendapat tokoh-tokoh lain atau
dia
4) Perbuatan sang tokoh

5

Ibid, h. 8
Nurgiyantoro, Op. Cit. h. 164
7
Ibid. h. 195
6

11

c. Catatan tentang identifikasi tokoh, yaitu cara yang dilakukan
untuk mengenali tokoh-tokoh cerita dengan mengidentifikasi
ciri-ciri fisik, sifat, tingkah laku, dan kepribadian tokoh dengan
melakukan tahapan-tahapan pengenalan, pengulangan dan
pengumpulan data-data yang berkaitan dengaan tokoh.
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Dalam karya sastra prosa, pada
dasarnya ada dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh
utama dapat ditentukan melalui tiga cara: (1) tokoh yang paling terlibat
dengan tema; (2) tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh
lain; dan (3) tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. di
samping tokoh utama (protagonis), ada jenis-jenis tokoh lain, yang terpenting
adalah tokoh lawan (antagonis), yakni tokoh yang diciptakan untuk
mengimbangi tokoh utama. Konflik di antara mereka itulah yang menjadi inti
dan menggerakkan cerita. Teori tentang tokoh yang akan digunakan sebagai
landasan analisis ialah teori characterization milik Seymour Chatman.
Dengan berlandaskan pada pemahaman M. H. Abrams mengenai sastra,
Chatman berargumen bahwa elemen tokoh dalam karya sastra seyogyanya
ditelaah menurut dua aspek, yaitu penampilan dan Penampilan dan
kepribadian dapat dirinci menjadi actions (tindakan), manners of thought and
life (cara berpikir dan gaya hidup), habits (kebiasaan), emotions (perasaan),
desires (keinginan), instincts (naluri).
2. Alur
Pengertian alur sering disamakan dengan jalan cerita. Dia istilah ini
berbeda dan mempunyai makna yang berbeda. Pengertian alur sebagai
rangkaian peristiwa yang membangun cerita, dipahami sama seperti jalan
cerita yang terdiri atas rangkaian peristiwa. Jika alur selalu didasari oleh
adanya hubungan sebab-akibat maka jalan cerita hanya berupa rangkaian
peristiwa saja. Dengan demikian, perbedaan asasi antara alur dan jalan cerita
terletak pada ada tidaknya hubungan sebab akibat.
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun
secara logis. Terbatas pada peristiwa-peristiwa yang menjadi dampak dari

12

berbagai peristiwa yang lain, dan tidak dapat diabaikan karena akan
berpengaruh pada keseluruhan karya. Alur merupakan unsur yang sangat
penting dalam karya fiksi. Pemahaman pembaca terhadap cerita yang
ditampilkan tergantung dari cara penyajian alurnya. Istilah alur biasanya Alur
dibangun

oleh

beberapa

peristiwa,

awal

cerita

biasanya

biasanya

menceritakan atau memperkenalkan peristiwa yang membuat pembaca
mendapatkan informasi penting dan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan kejadian selanjutnya. Selanjutnya bagian tengah yang menampilkan
konflik yang sudah mulai dimunculkan pada awal cerita dan mulai meningkat
hingga mencapai level klimaks yaitu level puncak dari suatu hal atau konflik
yang terjadi. Kemudian bagian akhir yang merupakan tahap penyelesaian dari
klimaks dan menjadi bagian akhir dari cerita.
3. Latar
Latar adalah waktu yang menunjukan kapan cerita terjadi dan di tempat
mana cerita itu terjadi. Secara garis besra latar fiksi dapat dikategorikan
sebagai berikut. Latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Menurut Asul
Wiyanto, latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam
cerita. Jadi latar mencakup tiga hal, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar
suaasana.
a. Latar tempat
latar tempat mengacu kepada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat tersebut mungkin berupa tempattempat dengan nama tertentu, dengan inisial tertentu, ataupun tempat
tertentu dengan nama yang tidak jelas atau hanya berupa petunjukpetunjuk yang mengarah pada terjadinya peristiwa.
b. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karaya fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya
atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah
c. Latar sosial

13

Latar sosial menyarankan kepada hal-hal yang berhubungan denga
perilaku sosial atau kehidupan masyarakat yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi.dapat berupa kebiasaan hidup adat istiadat, cara berfikir,
keyakinan, pandanagn hidup dan lain-lain yang terjadi dalam masyarakat.
Latar sosila juga dapat berkaitan dengan statsu sosial

tokoh yang

bersangkutan, misalkan atas, menegah, atau rendah.
4. Sudut pandang
Abrams mengatakan bahwa sudut pandang atau Point of View mengacu pada
sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang digunakan
pengarag sebagai saran untuk menyajikan tokoh, latar, tindakan, dan berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Dengan demikian sudut pandang merupakan cara, strategi atau siasat yang
digunakan pengarang untuk mengungkapkan gagasan dan ceritanya.9
Sudut pandang terdiri atas:
a. Sudut pandang orang ketiga “Diaan”
Sudut pandang ketiga “dia” digunakan dalam pengisahan cerita dengan
gaya “dia”. Narator atau pencerita adalah seseorang yang menampilkan
tokoh-tokoh cerita yang menyebut nama, misalnya Telaga, atau
penggunaan kata ganti seperti ; ia, dia, dan mereka. Nama-nama tokoh
cerita, khususnya yang uatam kerap atau terus menerus disebut dan
sebagai variasi, pengarang menggunakan kata ganti. Sudut pandang orang
ketiga terdiri atas:10
1) Teknik Penceritaan “Diaan “ Mahatahu
Teknik penceritaan “diaan” mahatahu yakni yakni penceritaan
yang berada di luar cerita yang melaporkan peristiwa-peristiwa
yang dialami para tokoh dari sudut pandang dia. Penceritaan
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan
termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak
dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita,
berpindah-pindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Bahkan,

10

Nurgiyantoro, Op. Cit.h. 248

14

pencerita mampu mengungkapkan pikiran, pandangan, dan
motivasi secara jelas seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.11
2) Teknik Penceritaan “Diaan” Terbatas
Sudut pandang yang menggunakan teknik penceritaan “diaan”
terbatas. “dia” berfungsi sebagai pengamat, yaitu pencerita berada
di luar cerita dan biasanya ia mengetahui segala sesuatu tentang
diri seseorang tokoh saja baik tindakan dan batin si tokoh
tersebut. Teknik ini menggunakan sudut pandang cerita yang
objektif dengan menyajikan kepada pembaca pengamatanpengamatan luar yang berpengaruh terhadap pikiran, ingatan, dan
perasaan yang membentuk kesadaraan total pengamatan. Dengan
demikian pengarang tidak memberikan komentar dan penilaian
yang bersifat subjektif terhadap peristiwa, tindakan tokoh yang
diceritakan. Ia hanya berlaku sebagai pengamat, melaporkan
segala sesuatu yang dialami dan dijalani oleh seorang tokoh.12
b. Sudut Pandang orang pertama “Akuan”
Sudut pandang orang pertama “aku” terdiri atas: “aku” tokoh utama yaitu
pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh utama. Melaporkan cerita dari
sudut oandang “ aku” dan menjadi fokus atau pusat cerita dan “aku”
tokoh tambahan, yaitu penceritaan yang tidak ikut berperan dalam cerita,
hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif sebgaai pendengan tau penonton
dan hanya untuk melaporkan cerita kepada pembaca dari sudut pandang
“saya”13
1) Teknik penceritaan “Akuan” Sertaan
Teknik penceritaan akuan sertaan digunakan bila pencertitaan
berlaku sebagai tokoh yang terlibat langsung dengan kejadiankejadian dalam cerita. Teknik penceritaan “akuan” sertaan
adalah apabila cerita disampaikan oleh seorang tokoh dengan
menggunakan “aku”. Salah seorang tokoh dalam cerita
11

Albertin Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi (Jakarta: Yayasan Pustaka obor
Indonesia, 2011) hlm. 99
12
Ibid., h. 103
13
Ibid., h. 107

15

berkisah dengan mengacu pada dirinya dengan kata ganti
orang pertama “aku” dan ia berperan dalam pengishana.
Biloa pencerita “akua sertaan” menggunakan “aku” sebagai
tokoh utama, ia menceritakan segala-galanya mengenai
dirinya, pengalaman, pandangan, keyakinan, dan lain-lain.
Nuansanya lebih subjektif dan pembaca seakana-akan dibawa
oleh si pencerita mengikuti apa yang dialaminya dan apa yang
diyakininya. Pembaca kerap bertanya-tanya apakah semua ini
merupakan ide/ gagasan si pengarang.
2) Teknik Penceritaan “akuan” Tak Sertaan
Teknik penceritaan “akuan” tak sertaan digunakan bila
pencerita tidak terlibta langsung dalam cerita walaupun ia
berbeda di dalamnya.
3) Teknik pencerita “Aku” tokoh utama dan “Aku” tokoh
tambahan
Teknik pencerita “aku” tokoh utama menceritakan berbagai
peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya secara fisik dan
batiniah serta hubungannya dengan segala sesuatu di luar
dirinya. Pada teknik pencerita “aku” tokoh tambahan. Si
pencerita atau “aku” manampilkan kepada pembaca tokoh lain
yang dibiarkannya bercerita tentang dirinya. Si pencerita inilah
yang menjadi tokoh utama dengan menampilkan berbagai
pengalaman, peristiwa, lakuan, dan hubungannya dengan
tokoh lain.
c. Sudut Pandang Campuran
Sudut pandang campuran terdapat dalam sebuah novel apabila si
pengarang menggunakan lebih dari satu teknik pencertitaan. Pengarang
berjalan berganti-ganti dari satu teknik ke teknik lainnya. Misalnya
penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia” mahatahu

16

dan “dia” sebagai pengamat, persona dengan teknik “aku” sebagai tokoh
utama dan “aku” sebagai tokoh tambahan atau sebagai saksi. 14
C. Sosiologi Sastra
Sosiologi adalah telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam
masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Seperti halnya sosiologi, sastra
juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat dengan di dalamnya terdapat
usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat
itu. Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakat ini
oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra15
Istilah sosiologi sastra pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya dengan
pendekatan sosiologis atau sosiokultur terhadap sastra . Menurut Damono, ada dua
kecenderungan utama dalam telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan
yang berdasarkan anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi
belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor luar sastra untuk membicarakan sastra.
Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian.
Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk
mengetahui lebih dalam lagi gejala di luar sastra. 16
Pendekatan sosiologi bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan
pencerminan kehidupan masyarakat, melalui karya sastra seorang pengarang
mengungkapkan problem kehidupan yang pengarang sendiri ikut di dalam karya
sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh
terhadap masyarakat bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya
sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan itu sendiri yang merupakan
anggota masyarakat tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya
dari lingkungan yang membesarkannya dan sekaligus.
Wellek dan Warren mengemukakan tiga klasifikasi yang berkaitan dengan
sosiologi sastra, antara lain:
a. Sosiologi pengarang. Masalah yang berkaitan adalah dasar ekonomi
produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi.

14

Nurgiyantoro., Op. cit., h 264
Robert Escarpit. Sosiologi Sastra (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008)., h. 15
16
Ibid., h. 23

15

17

b. Sosiologi karya sastra. Masalah yang dibahas mengenai isi karya
sastra, tujuan atau amanat, dan hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan berkaitan dengan masalah sosial.
c. Sosiologi pembaca. Membahas masalah pembaca dan pengaruh sosial
karya sastra terhadap pembaca.17
Hubungan sosiologi dan karya sastra terdapat hubungan timbal balik karena
dalam karya sastra terdapat hal-hal yang menjelaskan tentang moral yaitu sikap atau
nilai-nilai dalam masyarakat, maka di antara keduanya saling melengkapi dan saling
membantu. Sosiologi sastra dapat menyangkut hubungan antara pengarang, karya
sastra itu sendiri, dan pembaca. Dalam penelitian ini sosiologi sastra difokuskan
kepada karya sastra itu sendiri yang mengkaji aspek moral atau sikap dan pandangan
hidup manusia.
Membicarakan masalah sikap dan pandangan hidup pada dasarnya
membicarakan mengenai keadaan manusia dalam menghadapi perkembangan
lingkungan hidupnya. Manusia tidak bisa lepas dari lingkungan sosialnya maka
manusia butuh pedoman yang dapat menjaga stabilitas menyelaraskan dirinya
dengan dunia dan lingkungannya. Manusia hendaknya mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang nilai-nilai dan norma yang harus dipatuhi, dihayati, dan
dilakasanakan.
Eksistensi manusia sebagai individu dan prilaku interaksi sosial merupakan
akibat dari sistem sosial, yang pada gilirannya merupakan bagian lingkungan sosial.
Lingkungan sosial melibatkan berbagai komponen, baik fisik maupun non fisik,
yaitu dalam bentuk tradisi baik dalam bentuk bahasa, norma, agama dan lain
sebagainya. 18
D. Pandangan Hidup
1.Pengertian pandangan hidup
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang
dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan dalam masyarakat. Setiap
manusia memiliki keinginan baik maupun buruk. Sikap hidup adalah perasaan

17

Heru Kurniawan, Sosiologi Sastra Teori, Metode, dan Aplikasi.(Jakarta: Graha Ilmu.
2012). h., 14
18
Ktha Ratna.Paradigma Sosiologi sastra. (Yogyakarta: Putaka Pelajar. 2009) Cet II., h 123

18

hati dalam menghadapi hidup,sikap tersebut bisa positif, negatif, apatis atau
sikap optimis maupun pesimis tergantung kepada pribadi dan lingkungannya.19
Manusia adalah bagian dari pandangan hidup. Dalam kehidupan tidak
ada seorang pun manusia yang tidak memiliki pandangan hidup. Apapun yang di
katakan manusia adalah sebuah pandangan hidup karena dapat dipengaruhi oleh
pola pikir tertentu pada setiap individu. Pandangan hidup bersifat elastis,
tergantung kepada situasi dan kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan
hidup dimana manusia tersebut berada.
Sumber pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil
perenungan seseorang yang bersifat relatif. Setiap individu memiliki pandangan
hidup dan cita-citanya sendiri dan selalu bermimpi untuk mencapai apa yang dia
inginkan sesuai dengan cita-citanya.Tidak sedikit manusia yang mimpinya
menjadi kenyataan. Bermula dari mimpi akan menjadikan kita semangat untuk
mengejar mimpi tersebut.
Pandangan hidup yang diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu
terdiri dari 3 macam :
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya
2. Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan
dan norma yang terdapat pada negara tersebut
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif
kebenarannya 20
2. Makna Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap
itu bisa positif, bisa negatif, apatis atau sikap optimis atau persimis,
bergabung pada pribadi orang itu dan juga lingkungannya.21
Sikap itu penting, setiap orang mempunyai sikap dan sudah tentu
tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan
kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap ini terjadi melalui
19

Joko Widagdo. Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara. 2001) h. 122
Ibid., h.124
21
Ibid., h. 125
20

19

pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap tegas, berdisiplin
tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik kearah sikap itu.
Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan Dalam
menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau
menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap
etis ini disebut juga sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, sikap halus,
sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati dan sikap bangga.
Sikap nonetis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar,
sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan
dari diri pribadi, karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing
maupun bagi kemajuan bangsa. Dalam berbagai perpustakaan, khususnya
yang menelaah sikap manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap tidak
lain merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang berarti
bahwa sikap seseorang terhadap objek tertentu pada dasarnya merupakan
hasil penyesuaian diri seseorang terhadap objek yang bersangkutan dengan
dipengaruhi oleh lingkungan susial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap
objek tersebut
Menurut Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan mengenai
aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman dalam menghadapi
kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode peralihan yang
mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga pagiode itu adalah:
a) Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam
raya atau kekuasaan kesuburan
b) Tahap antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam
kepungan, ia menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya
segala sesuatu (antologi) dan mengenai segala sesiatu menurut
perinciannya (ilmu-ilmu)
c) Tahap fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam
diri manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan

20

(sikap mistis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap
objek penyelidikannya (sikap antologis).22
Sementara itu Franz Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang
terjadi kendala bagi manusia dalam upaya memenuhi ataupun mempertahankan
sikap hidup, kedua bahaya yang dimaksud adalah nafsu dan pamrih.
Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan kontrol
diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta secara lahir.
Nafsumemperlemah manusia karena pemborosan kekuatan-kekuatan batin
tanpa guna. Seseorang yang dikuasai nafsu, boleh jadi tidak lagimenuruti akal
budinya, tidak bisa lagi mengembangkan segi-segi halusnya, semakin
mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik dan ketegangan-ketegangan
dalam masyarakat dan pada instansi terakhir, membahayakan ketentraman.
Pamrih dan egoisme juga menjadi musuh manusia. Ini bias dimengerti
mengingat seseorang yang bertindak lantaran pamrih semata-mata biasanya
cendrung mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan
kepentingan masyarakat. Dilihat dari kacamata sosial pun pamrih itu selalu
mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap keselarasan
sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia dari dalam, karena
sikap yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan kekuatannya sendiri.
Dengan demikian itu ia mengisolasikan dirinya sendiri dan memotong diri dari
sumber kekuatan batin yang tidak terletak dalam individualitasnya, melainkan
dalam dasar yang mempersatukan semua kekuata pada dasar jiwa mereka.23
Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang berdiri sendiri, akan tetapi
paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kontruk-kontruk
lain, seperti:
a. Nilai-nilai
b. Sikap
c. Dorongan
d. Motivasi

22
23

Ibid., h.131
Ibid., h.133

21

5. Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan
diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan
dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut adalah
pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup berupa suatu penggaris yang mungkin dapat dinyatakan
dengan kata-kata sebagai rumusan juga dapat dikatakan rumusan:
1. Orang yang sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.
2. Juga karena ia sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat berbuat/ bertindak
yang melanggar prinsip-prinsip yang dikatakan.
3. Dan khawatir kalau ada kritik besar dan penyelewengan pandangan hidup
dari anak-anak atau orang yang di bimbing.24

E. Hakikat pembelajaran sastra
Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra
dan kurikulum 2004 yaitu: (1) agar peserta didik mampu menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawsan kehidupan, serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa; (2)
peserta didik menghargai dan membagakan sastra indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia. 25
Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri mengenai
masalah manusia, kemanusiaan dan semesta. Sastra adalah pengungkapan masalah
hidup, filsafat, agama dan ilmu jiwa. Sastrawan dapat dikatakan sebagai ahli ilmu
jiwa dan filsafat yang mengungkapkan masalah jiwa dan filsafat itu bukan dengan
cara teknis akademis melainkan dengan tulisan sastra.26
Sastra selain sebagai sebuah karya seni yang memilki budi, imajinasi, dan
emosi, juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi inte

Dokumen yang terkait

Fakta Sejarah dalam Novel Saman Karya Ayu Utami dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

2 48 149

NOVEL SAMAN DAN LARUNG KARYA AYU UTAMI DALAM PERSPEKTIF GENDER

10 203 187

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di S

0 1 13

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 5 26

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI.

0 0 6

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI: KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 1 12

PENDAHULUAN KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 2 27

CITRA BUDAYA JAWA DALAM NOVEL BILANGAN FU KARYA AYU UTAMI DENGAN TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Citra Budaya Jawa Dalam Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami Dengan Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implikasinya Sebagai Materi Pembelajaran Sastra Di Sma.

0 0 12

Penyimpangan-penyimpangan seksual para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami kajian struktur dan psikologi sastra.

1 9 106

PANDANGAN DUNIA PENGARANG DALAM NOVEL "SAMAN" KARYA AYU UTAMI DAN KAITANNYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - Repository UNRAM

0 4 19