Korupsi dalam bentuk penyuapan

jabatan atau kedudukan, memiliki peluang atau waktu untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu berdasarkan jabatan atau kedudukannya itu. Apabila peluang waktu yang ada ini digunakan untuk melakukan perbuatan lain yang seharusnya tidak dilakukan dan justru bertentangan dengan tugas pekerjaannya dalam jabatan atau kedudukan yang dimilikinya, maka disinilah terjadi penyalahgunaan kesempatan. Sarana adalah ”segala sesuatu yang dapat digunakan sebagi alat dalam mencapai maksud atau tujuan” 44 . . Orang yang memiliki jabatan atau kedudukan juga memiliki sarana atau alat yang digunakannya untuk melaksanakan tugas.. Sarana yang ada pada dirinya karena jabatan atau kedudukan itu semata-mata digunakan untuk melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Apabila sarana tersebut digunakan untuk perbuatan lain di luar tujuan yang berhubungan dengan jabatan atau kedudukannya. yang menjadi kewajibannya maka disini telah terjadi penyalahgunaan sarana.

b. Korupsi dalam bentuk penyuapan

Penggolongan kedua tindak pidana korupsi dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 adalah terjadinya penyuapan. Dibanding penggolongan korupsi yang lain dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001, pasal-pasal dalam UU No 31 Tahun 44 Yandianto, 1997, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung, M2S, hlm 522. 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 paling banyak mengatur korupsi dalam bentuk penyuapan. Terdapat 5 pasal dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 yang mengatur korupsi dalam bentuk penyuapan. Dari 5 pasal tersebut korupsi dalam bentuk penyuapan melibatkan, 1. pegawai Negeri atau penyelenggara negara Dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001, diatur berbagai jenis tindak pidana yang terkait dengan penyuapan yang melibatkan pegawai negeri atau penyelenggara negara, yaitu a memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya pasal 5 ayat 1 bagian a UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 b memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya pasal 5 ayat 1 bagian b UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 c pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya pasal 11 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 d pegawai negeri atau penyelenggaran negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya pasal 12 bagian a UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 e pegawai negeri atau penyelenggaran negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya pasal 12 bagian b UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 f memberikan hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut pasal 13 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 2. Hakim Dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001, diatur berbagai jenis tindak pidana yang terkait dengan penyuapan yang melibatkan hakim, yaitu a memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili pasal 6 ayat 1 bagian a UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 b hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili pasal 12 bagian c UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 3. Advokat Dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001, diatur berbagai jenis tindak pidana yang terkait dengan penyuapan yang melibatkan hakim, yaitu a memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili pasal 6 ayat 1 bagian b UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 b Seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pegadilan untuk diadili pasal 12 bagian d UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001

c. Korupsi dalam bentuk penggelapan