115 Pada titik A akan diperoleh suatu kurva S terdiri dari harga tegangan positif dan
negatif yang disebut kurva diskriminator .
f U
1 0 ,7 D
le b a r b a n d
Gambar 6.31. Sinyal hasil demodulasi FM Kurva ini terjadi dari tegangan perbedaan antara U
D1
dan U
D2
. Pada penalaan yang benar , saat f = 10,7 MHz tegangan perbedaannya harus sama dengan
NOL.
Dekoder Stereo
Untuk memperoleh kembali sinyal kanan dan kiri, pada pesawat penerima setelah demodulator dipasang Dekoder stereo fungsi dari dekoder stereo adalah
memisahkan sinyal multiplex menjadi sinyal kiri dan kanan.
L R
T U N E R D E M O D U L A T O R
D E K O D E R
M P X
U
Gambar 6.32. Blok dekoder stereo sebelum penguat Ada beberapa cara dekoder stereo dalam memisahkan antara sinyal kiri dan
kanan masing masing adalah :
a. Dekoder Matrik
116
3 0 H z - 15 k
2 3 - 5 3 k H z
1 9 k H z U
M P X R
L +
M
P f
2 f M A T R IK
U U
U U
U L
T U
U
U L- U R R
Gambar 6.33. Blok dekoder matrik
U L- U R
R L +
U U
1 8 0
U L- U R -
UL- U R 2 U
L 2 U
R
R 1
R 2 R 3
R 4
Gambar 6.34. Matrik tahanan UL + UR + UL - UR = 2 UL
UL + UR - UL - UR = 2 UR
b. Dekoder saklar :
3 0 - 5 3 k H z M P X
U
U U
L
R 1 9 k H z
U P
f 2 f
U T
Gambar 6.35. Blok dekoder saklar
117 Sinyal multipleks stereo tidak dibagi-bagi, tetapi langsung diletakkan
dalam saklar elektronika, yang dihubungkan dalam irama pembawa bantu stereo 38 kHz.
T 1 T 2
T 3 3 8 k H z
3 8 k H z t
U t
U U
R
M P X L
U
U
Gambar 6.36. Saklar elektronika Transistor T1 dan T2 hidup dan mati bergantian dalam irama 38 kHz. Sinyal
multipleks yang diletakkan pada basis T3 bergantian pula berada dijalur keluaran.
M P X
U t
L
U
R
U
t t
Gambar 6.37. Tegangan-tegangan pada dekoder saklar
c. Dekoder saklar PLL
Didalam dekoder stereo didapatkan kembali frekuensi pembawa 38 kHz. Posisi pasa antara frekuensi pemancar, yang diberikan malalui sinyal pemandu
19 kHz, dengan frekuensi yang dibangkitkan dalam pesawat radio harus SAMA. maka digunakanlah rangkaian PLL Phase Locked Loop = lingkaran pengunci
fasa
118
V C O G
f e f a
Gambar 6.38. Blok dasar PLL Rangkaian PLL terdiri dari osilator yang dikendalikan oleh tegangan
VCO, yang disinkronisasikan dengan frekuensi yang masuk.
119
T 1
U U
U B
A B
UA
UA U B
U B
T 1
U U
U B
A B
Gambar 6.39. Pensakelaran dengan transistor
U L
U B
U B
U B UA
U L
U L
t
t t
t t
t t
Gambar 6.40. Proses pensakelaran sebelum masuk LPF Cara kerja pembanding pasa, U
A
adalah tagangan dengan frekuensi seharusnya, UB adalah tegangan dengan frekuensi yang terjadi dari VCO. Jika
120 pergeseran pasa
= 90 maka UL mempunyai tegangan bagian positip dan negatip yang sama. Dan melalui rangkaian filter tegangan ini menjadi nol volt.
Jika pergeseran paha lebih besar atau lebih kecil dari 90 maka akan terdapat
tegangan negatip atau positip setelah di filter. Tegangan ini untuk mengatur VCO hingga sefasa.
U B U B
.2 2 u F .4 7 u F
3 k 3 P E LA L U B A W A H
4 5
1 3 1 2
1 4
1 6
1 5 k 4 7 0 p F
1 0 k P E N A L A V C O
.2 2 u F S A K L A R
M O N O S T E R E O +
+ 7
8 9
2 2 n F 8 2 0 p F
M P X
U
19 k H z 7 6 k H z
V C O G
S N 7 6 1 1 5 C 4 4 8
M C 1 3 1 0 P C A 1 3 1 0 E
X C 1 3 1 0
2 3
1 1
19 k H z
O O
f 2 2
f 1 2
f 2 f 2
f 2 2
f 1 U
L R
U
4 ,7 u F P E M B E B A S
Gambar 6.41. Pendekodean stereo dengan rangkaian terintegrasi Pendekoderan sinyal stereo dicapai dengan dua saklar elektronik, yang
bekerja dalam irama 38 kHz. Penalaan frekuensi 76 kHz oleh rangkaian RC pada kaki 14. Frekuensi 76 kHz, oleh flip-flop dibagi menjadi 38 kHz dan 19 kHz.
Pembanding pasa yang ke 2 bertugas untuk mengenal adanya penerimaan stereo atau mono. Tegangan yang dihasilkan malalui sebuah penguat untuk
membebaskan dekoder stereo unuk bekerja dan menghidupkan lampu penampil stereo.
Selain pengoperasian mono secara otomatis, jika sinyal yang diterima TANPA PEMANDU 19 kHz maka dekoder stereo bekerja dalam posisi mono,
dapat pula secara manual.
121
d. Dekoder kurva sampul