b. Transaksi dan kejadian lainnya dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas keuangannya, dan tidak selalu menghikuti bentuk legalnya. Meskipun
bentuk legal perjanjian sewa menyatakan bahwa lesse tidak memperoleh hak legal atas aset sewaan, dalam hal sewa pembiayaan, secara subtansi dan realitas
keuangan pihak lesse memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaian aset sewaan tersebut selama sebagian besar umur ekonomisnya. Sebagai konsekuensinya lesse
menanggung kewajiban untuk membayar hak tersebut sebesar suatu jumlah, pada awal sewa, yang mendekati nilai wajar dari aset dan beban keuangan finance
charge terkait pargraf 17. c. Jika transaksi sewa tersebut tidak tercermin dalam neraca lesse, sumber daya
ekonomi dan tingkat kewajiban dari entitas menjadi rendah understated, sehingga mendistorsi rasio-rasio keungan. Oleh karena itu, sewa pembiayaan
diakui dalam neraca lesse sebagai aset dan kewwajiban untuk pembayaran sewa dimasa depan. Pada awal masa sewa, aset dan kewajiban untuk pembayaran sewa
dimasa depan diakui di neraca pada jumlah yang sama, kecuali untuk biaya langsung awal dari lesse yang ditambahkan ke jumlah yang diakui sebagai aset
paragraph 18. d. Kewajiban sewa tidak dapat disajikan sebagai pengurang aset sewaan dalam
laporan keuangan. Jika penyajian kewajiban dalam neraca berbeda antara kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, hal yang sama berlaku
untuk kewajiban sewa paragraph 19. e. Biaya langsung awal umumnya terjadi sehungan dengan aktivitas sewa tertentu,
seperti aktivitas negoisasi dan pemastian pelaksanaan sewa. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung kepada aktivitas lesse untuk suatu sewa
pembiayaan ditambahkan ke jumlah yang diakui sebagai aset paragraph 20.
2. Sewa pembiayaan dalam laporan keuangan lessor
a. Dalam sewa pembiayaan lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di neraca sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto tersebut paragraph
32. b. Pada hakikatnya dalam sewa pembiayaan semua resiko dan manfaat yang terkait
dengan kepemilikan legal dialihkan oleh lessor kepada lesse, dan dengan demikian penerimaan piutang sewa diperlakukan oleh lessor sebagai pembayaran pokok
dalam penghasilan pembiayaan finance income yang diterima lessor sebagai penggantian dan imbalan atas investasi dan jasanya paragraph 33.
c. Lessor sering kali mengeluarkan biaya langsung awal yang meliputi antara lain komisi, biaya legal, dan biaya internal yang incremental dan dapat diatribusikan
langsung dengan proses negoisasi dan pengaturan suatu sewa. Biaya langsung awal tidak termasuk biaya umum seperti yang lazimnya dikeluarkan oleh tim
penjualan dan pemasaran. Untuk sewa pembiayaan, selain yang melibatkan lessor pabrikan atau dealer, biaya langsung awal diperhitungkan sebagai bagian dari
pengukuran awal piutang sewa pembiayaan dan mengurangi penghasilan yang diakui selama masa sewa. Tinghkat bunga implisit dalam sewa ditentukan
sedemikian rupa sehingga biaya langsung awal secara otomatis sudah termasuk didalam piutang sewa pembiayaan; sehingga tidak diperlukan pengungkapan ysng
terpisah. Biaya yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer yang terkait dengan negoisasi dan pengaturan suatu sewa tidak termasuk biaya langsung awal.
Dengan demikian biaya tersebut tidak termasuk investasi sewa netto dan diakui sebagai beban ketika laba penjulana diakui, yang mana untuk sewa pembiayaan
umumnya diakui pada masa awal sewa paragraph 34.
Transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik dianggap sebagai salah satu instrument keuangan yang digunakan oleh bank syariah, dimana bank syariah berbeda
didalam memperlakukan pengukuran dan pengungkapan aset yang disewakan, dan didalam akuntansi bagi bagian bank syariah pada biaya langsung awal dan perbaikan aset yang
disewakan. Mereka juga berbeda mengenai pengakuan pendapatan Ijarah hampir separuh bank-bank syariah yang berpartisipasi mengakui pendapatan ijarah ketika cicilan sewa
jatuh tempo, separuh yang lain mengakui pendapatan sewa pada berbagai waktu. Disamping itu, menunjukkan bahwa bank syariah juga berbeda didalam pengungkapan
kebijakan akuntansi mengenai Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik. Perbedaan tersebut didalam perlakuan akuntansi dan pengungkapan cenderung mempunyai berbagai efek.
Adalah sulit untuk membandingkan keuntungan yang diperoleh oleh sebuah bank syariah dengan yang diperoleh bank syariah lain. Ini akan mengurangi kegunaan informasi kepada
para pemakai laporan keuangan bank syariah. Juga, perbedaan tersebut bisa mempengaruhi alokasi hasil-hasil transaksi investasi bersama baik keuntungan atau kerugian antara para
pemilik rekening investasi tidak terbatas dan para pemilik equity di satu sisi dan alokasi hasil-hasil transaksi baik keuntungan maupun kerugian diantara para pemilik rekening
tidak terbatas dan terbatas disisi lain. Tetapi, standarisasi perlakuan akuntansi pengakuan keuntungan transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik dan pengungkapannya, sesuai
dengan ketentuan- ketentuan kerangka dasar seperti “Penentuan hak-hak dan kewajiban
semua pihak terkait, termasuk hak-hak yang berasal dari transaksi yang tidak selesai dan kejadian-kejadian lain sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam dan konsep
keadilannya, charity dan kepatuhan terhadap etika bisnis Islam, dan memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan bank syariah untuk memungkinkan
mereka mengambil keputusan yang sah didalam muamalah mereka dengan bank syariah”.
E. Akuntansi Pemilik Obyek Ijarah Mu’jir