a. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang yang disewa serta menggunkannya sesuai kontrak
b. Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan tidak materiil c. Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang
diperbolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut
D. Cakupan Akuntansi Ijarah
Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi Ijarah dan Ijarah muntahia bittamlik yang sebelumnya diatur dalam PSAK 59 tenatang Akuntansi Perbankan
Syariah diganti dengan PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dijelaskan tujuan Akuntansi Ijarah ini adalah untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi Ijarah. Sedangkan ruang lingkup dalam Akuntansi Ijarah adalah sbb:
1. Pernyataan ini diterapkan untuk antitas yang melakukan transaksi Ijarah 2. Pernyataan ini mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan
akad Ijarah namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi syariah sukuk yang menggunakan akad Ijarah
Untuk memberikan gambaran perbedaan segi akuntansi Ijarah muntahiyah bittamlik dengan sewa beli finance lease, berikut diberikan beberapa ketentuan dalam PSAK 30
tentang sewa revisi 2007, antara lain sewa pembiayaan dalam laporan keuangan lesse dan laporan keuangan lessor.
1. Sewa pembiayaan dalam laporan keuangan lesse
a. Pada saat awal masa sewa, lesse mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari
pembiayaan sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak. Tingkat diskonto yang digunakan dalam
perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara praktis; jika tidak digunakan
tingkat suku bunga pinjaman incremental lesse. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lesse ditabahkan kedalam jumlah yang diakui sebagai aset pargraf
16.
b. Transaksi dan kejadian lainnya dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas keuangannya, dan tidak selalu menghikuti bentuk legalnya. Meskipun
bentuk legal perjanjian sewa menyatakan bahwa lesse tidak memperoleh hak legal atas aset sewaan, dalam hal sewa pembiayaan, secara subtansi dan realitas
keuangan pihak lesse memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaian aset sewaan tersebut selama sebagian besar umur ekonomisnya. Sebagai konsekuensinya lesse
menanggung kewajiban untuk membayar hak tersebut sebesar suatu jumlah, pada awal sewa, yang mendekati nilai wajar dari aset dan beban keuangan finance
charge terkait pargraf 17. c. Jika transaksi sewa tersebut tidak tercermin dalam neraca lesse, sumber daya
ekonomi dan tingkat kewajiban dari entitas menjadi rendah understated, sehingga mendistorsi rasio-rasio keungan. Oleh karena itu, sewa pembiayaan
diakui dalam neraca lesse sebagai aset dan kewwajiban untuk pembayaran sewa dimasa depan. Pada awal masa sewa, aset dan kewajiban untuk pembayaran sewa
dimasa depan diakui di neraca pada jumlah yang sama, kecuali untuk biaya langsung awal dari lesse yang ditambahkan ke jumlah yang diakui sebagai aset
paragraph 18. d. Kewajiban sewa tidak dapat disajikan sebagai pengurang aset sewaan dalam
laporan keuangan. Jika penyajian kewajiban dalam neraca berbeda antara kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, hal yang sama berlaku
untuk kewajiban sewa paragraph 19. e. Biaya langsung awal umumnya terjadi sehungan dengan aktivitas sewa tertentu,
seperti aktivitas negoisasi dan pemastian pelaksanaan sewa. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung kepada aktivitas lesse untuk suatu sewa
pembiayaan ditambahkan ke jumlah yang diakui sebagai aset paragraph 20.
2. Sewa pembiayaan dalam laporan keuangan lessor