Pengertian Senjata Api PENDAHULUAN

c. Koleksi 1. Izin dibatasi pada senjata api antik atau senjata api lainnya yang mempunyai arti khusus bagi si kolektor 2. Senjata api dibuat menjadi tidak berfungsi dengan diambil pasak dan pegas pemalunya atau peralatan vital lainnya dan wajib diserahkan kepada pihak kepolisian yang memberikan izin 3. Senjata api tidak dapat digunakan untuk tujuan lain kecuali koleksi semata 2. Untuk kepentingan kapal laut indonesia dan asing a. Senjata api yang dapat diimpor adalah senjata api NON STANDAR TNIPOLRI b. Jumlahnya dibatasi 13 dari kekuatan awak kapal dengan maksimum 10 pucuk dan amunisi sebanyak 3 magazyne untuk setiap senjata api c. Wajib melampirkan rekomendasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut d. Awak kapal laut asing bukan kapal perang yang berlabuh di Pelabuhan Indonesia, dilarang untuk membawa senjata api dan atau amunisinya ke darat 3. Senjata api perseorangan untuk membela diri, olahraga dan amunisinya berdasarkan pertimbangan keamanan dapat dikenakan wajib simpan pada komando-komando kepolisian 4. Menurut Undang-Undang Darurat No.12 Tahun 1951 Pasal 1 ayat 1, Barang siapa tanpa hak memasukkan ke Indonesia atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara selama-lamanya 20 tahun. . 2.3 Pemberian izin Pemilikan Senjata Api oleh Polri Bardasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran Dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api, POLRI merupakan satu-satunya instansi yang berwenang mengeluarkan izin pemakaian senjata api. Berkaitan dengan Undang-Undang tersebut, maka POLRI mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan senjata api, salah satunya ialah kebijakan yang memperbolehkan masyarakat sipil untuk menguasai senjata api. Menurut pengertian dari kebijakan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka kebijakan dapat dikeluarkan oleh pelaksana administrasi Negara dalam menjalankan tugas pemerintahan. Pada bidang- bidang yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban masyarakat, kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Kapolri memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan yang diperlukan. Wewenang ini sesuai dengan tugas pokok kepolisian Republik Indonesia yang diatur dalam pasal 13 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian. Berdasarkan pasal ini maka kebijakan yang dikeluarkan oleh Kapolri akan mendukung fungsi dan tujuan POLRI yaitu terselenggaranya keamanan dan ketertiban masyarakat. Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayan masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya POLRI mengeluarkan kebijakan yang bersifat publik yang ditunjukan untuk masyarakat dan mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai penjelasan umum Undang-Undang Kepolisian menyebutkan bahwa tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum kepolisian yaitu, memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Ketika melakukan tindakan pencegahan ini, maka setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan diskresi yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri. Kepolisian Republik Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, memiliki tugas pokok yang diatur dalam Pasal 13 yaitu, memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka menyelenggarakan tugas tersebut, maka Kepolisian Negara Republik Indonesia juga diberi kewenangan-kewenangan yang salah satunya ialah untuk memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,dan senjata tajam. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kapolri selaku pimpinan tertinggi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia ialah kebijakan mengenai senjata api yang tertuang dalam Buku Petunjuk Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNIPOLRI melaluai surat keputusan Kapolri No. Pol.: Skep82II2004. Kebijakan ini merupakan respon dari peraturan perundang-undangan terdahulu yang telah mengatur mengenai senjata api. Dalam kebijakan initerdapat pula pasal yang membolehkan masyarakat sipil untuk dapat menguasai senjata api Dikeluarkan kebijakan mengenai senjata api yang memperbolehkan masyarakat sipil untuk senjata api pada dasarnya dapat menimbulkan persoalan. Personal kebiakan tersebut ialah pertanyaan mengenai bagaimana sesuatu hal yang tadinya dilarang kemudian diperbolehkan kemudian dengan berbagai pertimbangan, diperbolehkan namun dibatasi. Pembatasan tersebut berupa harus dipenuhinya syarat-syarat tertentu sebelum memiliki senjata api, dan jenis-jenis senjata api yang boleh dimiliki. Pembatasan ini menurut penulis menunjukan hak diberikan oleh Polri kepada masyarakat sipil untuk memiliki senjata api tidak diberikan secara penuh. Pembatasan ini dapat dilihat dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh KAPOLRI. Jenis senjata api yang boleh dikuasai masyaakat sipil hanya senjata yang bukan merupakan senjata organic TNIPOLRI dan tidak otomatis. Senjata tersebut biasanya memiliki kaliber yang lebih kecil dari kaliber 32. Senjata api yang diizinkan untuk dimiliki dalam rangka kepentingan bela diri adalah: 1. Senjata Api Genggam: a. Jenis : PistolRevolver b. Kaliber: 322522 Inc 2. Senjata Api Bahu, Jenis : Shotgun kal 12 GA Kebijakan ini juga dapat dipandang sebagai salah satu upaya yang bertujuan untuk mengimbangi kekurangan yang mungkin dimiliki POLRI dalam menjalankan tugasnya, kekurangan ini terutama dalam hal keterbatasan jumlah personel. Dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat tidak mungkin dilakukan oleh polisi secara terus-menerus dan secara personal terhadap warga masyarakatnya. Hal yang demikian dapat menimbulkan pemikiran untuk memberikan alternatif perlindungan diri bagi warga yang menginginkannya. Salah satu sarana perlindungan diri tersebut ialah dengan memberikan izin bagi warga masyarakat sipil yang memenuhi syarat untuk dapat memiliki senjata api. Alasan lainnya ialah karena ini merupakan perintah dari peraturan perundang-undangan yang telah ada, sehingga perlu dibuat kebijakan atau peraturan teknis dari instansi yang berwenang untuk mengatur lebih lanjut mengenai senjata api.

2.4 Kepemilikan dan Penggunaan Senjata Api Bagi Masyarakat Sipil

Tidak semua orang yang mengajukan permohonan kepemilikan senjata api akan dilegalisasi permohonannya. Ada kriteria khusus bagi pemohon yang ingin mengajukan perizinan kepemilikan senjata api. Pemohon harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan Kepolisian Republik Indonesia atau Polri .Adapun Prosedur untuk Kepemilikan senjata api diantaranya sebagai berikut: 15 1. Ketentuan: a. Satuan Pengamatan Satpam: 1 Instansi Pemerintah, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta Nasional serta Kantor Kedubes RI tertentu yang dapat memiliki dan 15 Skep Kapolri No 82II2004 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Dan Pengendaliaan Senjata Api Non Organik TNIPolri, hlm 11. menggunakan senjata api dan amunisi untuk kepentingan Satpam adalah yang mempunyai sifat dan lingkup tugas serta resiko dari gangguan keamanan di lingkungankawasan kerjanya yang vitalpenting. 2 Satpam yang dapat menggunakan senjata api dan amunisi yaitu : a Sehat rohani dan jasmani. b Syarat umur minimal 21 tahun, maksimal 65 tahun. c Memiliki keterampilan dalam menggunakan senjata api dinyatakan telah mengikuti latihan kemahiran oleh Lemdik Polri. d Menguasai peraturan perundang-undangan tentang Senjata Api. e Ditunjuk oleh Pimpinan InstansiProyek atau Badan Usaha yang bersangkutan. f Yang telah mendapatkan izin Penguasaan Pinjam Pakai Senjata api Kartu Kuning yang diterbitkan oleh Kapolda setempat. g Memiliki SIUP berskala besar, bagi yang berskala menengah dengan pertimbangan penilaian tingkat ancaman dan resiko dari tugas yang dihadapi. 3 Macam, jenis dan kaliber senjata api yang dapat dimilikidigunakan oleh Instansi Pemerintah, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta Nasional serta Kantor Kedubes Republik Indonesia tertentu untuk kepentingan Satpam, yaitu: a Senjata Api Bahu jenis Senapan kaliber 12 GA. b Senjata Api Genggam jenis PistolRevolver Kal. .32, .25 dan.22. c Senjata peluru karet. d Senjata Gas Airmata. e Senjata Kejutan Listrik. 4 Jumlah senjata api dan amunisi yang dapat dimilikidigunakan untuk kepentingan Satpam, yaitu: a Senjata api yang dapat dimilikidigunakan oleh Instansi Pemerintah, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta serta Kantor Kedubes RI tertentu untuk keperluan Satpam, dibatasi jumlahnya yaitu sepertiga dari kekuatan Satpam yang sedang menjalankan tugas pengamanan dengan ketentuan bahwa jumlah tersebut tidak boleh lebih dari 15 lima belas pucuk senjata api pada tiap-tiap unit. b Jumlah amunisi sebanyak 3 tiga magazensilinder untuk tiap-tiap pucuk senjata api termasuk untuk cadanga. 5 Senjata api tersebut hanya dapat digunakanditembakkan pada saat menjalankan tugas Satpam dalam lingkungan tugas pekerjaannya yaitu guna: a Menghadapi gangguan situasi yang mengancam keamanan dan kelangsungan pekerjaan Instansi, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta Nasional serta Kantor Kedubes RI tertentu yang dijaga olehnya. b Melindungi diri dan jiwanya dari ancaman fisik yang tak dapat dihindari lagi saat melaksanakan tugaspengawalan diluar kawasan kerja dengan menggunakan surat izin penggunaan dan membawa senjata api. c Latihan menembak di lapangantempat latihan menembak. Pejabat yang dizinkan untuk memiliki dan menggunakan senjata api untuk bela diri, harus: 16 Memiliki kemampuanketerampilan menembak minimal klas III yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Institusi Pelatihan menembak yang sudah mendapat izin dari Polri. Sertifikat tersebut disahkan oleh Polri Pejabat Polri yang ditunjuk Mabes PolriPolda. Memiliki keterampilan dalam merawat menyimpan dan mengamankannya sehingga terhindar dari penyalahgunaan. Memenuhi persyararan medis, psikologis dan persyaratan lain meliputi: 1 Syarat Medis: Sehat jasmani, tidak cacat fisik yang dapat mengurangi keterampilan membawa dan menggunakan senjata api, penglihatan normal dan syarat-syarat lain yang ditetapkan Dokter RS PolriPolda. 2 Syarat psikologis: Tidak cepat gugup dan panik, tidak emosionaltidak cepat marah, tidak psichopat dan syarat-syarat psikologis lainnya yang dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh Tim yang ditunjuk Biro Psikologi PolriPolda. 3 Syarat Umur: minimal 24 tahun, maksimal 65 tahun. 4 Syarat Menembak: mempunyai kecakapan menembak dan telah lulus test menembak yan dilakukan oleh Polri. 5 SIUP besarAkte Pendirian Perusahaan PT, CV, PD CV dan PD sebagai Pemilik PerusahaanKetua Organisasi. 6 Surat Keterangan JabatanSurat Keputusan Pimpinan. 16 Ibid.