Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik (Studi di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang)

(1)

To Be The Rightful Property Land

(Study In Sidomulyo Village, Penawar Tama Sub District Tulang Bawang Regency)

By : Darmanto

The land status of cash village is one of the village income which a village finance sources, the land status of cash village must be sertifikated by the village institution, because sertificate is a rightfil evidence absolutely. As included in Pasal 32 (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 abaut the regestration of the land. But in the Sidomulyo village, the land of cast village had sertifikated to be the personal righful property, in the role of Tulang Bawang Regency No. 12 Tahun 2001 cash village lands that have been owned and managed by the village can not be transferred to another party without the release of land with the consent of cash village, village communities that have received approval from the village and the government agencies that the new villages will be requested to the Regent, head of the local authority to provide.

The research problem are (1) How is the carrying of the increase of the used land status of cash village to be the rightful property in Sidomulyo village, Penawar Tama sub district, Tulang Bawang Regency. And (2) What is the law result from the increase of the used land status of cash village to be the righful property land in Sidomulyo Village, Penawar Tama Sub District, Tulang Bawang Regency. The goals of this research are how to know the law result of the increase of the used land status of cash village in Sidomulyo Village, Penawar Tama Sub District, Tulang Bawang Regency.

The methodology of research used normative law approach and empirical law approach. The primary data is gotten from the employees of land affairs office of Tulang Bawang regency, a village chief of Sidomulyo Village, Penawar Tama Sub District, Tulang Bawang Regency and some people who know the problem of the land status of cash village, white the secondary data is gotten from books or literatures and and the rules of ordinance abaut the land, the resuld research, article, documents. The data collecting technique of the research are the document study and practice study. The data analysis used qualitative data.


(2)

Sidomulyo on September 20 Tahun 2000 had changed the status. It looked by the incresing the land of cash village to be the rightful properties by the land ajudication program that showed by the land affairs office in Tulang Bawang agency. It faced by appearing the sertificated of rigtful property No. 2312 with name Harianto, as abased on the registrarion of decision latter from the leader of land affairs office, Tulang Bawang Regency No. 11/HM/AJU/SWD/08.06/2000, so the land of cash village in Sidomulyo Village could change its rigtful and it have been legal, because sertificated is a country rule decision that can appear the cause of the law.

The suggestions are (1) giving advice to people and official must aware to the rule of the law in Indonesia. So, it can create awareness and help the goverment in the goverment administration, especialy land problem. (2) the goverment can give the facilities for people to manage the land of cash village to be the rightful properties and can be sertificated. So, it will not cause the problem next time. (3) the increasing of the used land of cash village can’t be the personality rightful properties. So, the problem which happened last day can be expericed to be created comfortability in the village institutioan. And the village institution can protect and keep the rightful properties of village as its authority and its obligation.


(3)

Menjadi Tanah Hak Milik

(Studi di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang)

Oleh : DARMANTO

Tanah kas kampung merupakan salah satu pendapatan kampung yang menjadi sumber keuangan kampung, tanah kas kampung wajib disertifikatkan atas nama pemerintah kampung yang bersangkuatan, karena sertifikat merupakan alat bukti hak yang kuat sebagaimana tercantum dalam Pasal 32 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Namun di Kampung Sidomulyo tanah-tanah kas kampung telah bersertifikat hak milik atas nama pribadi, di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2001 tanah-tanah kas kampung yang telah dimiliki dan dikelola oleh kampung tidak dapat dipindah tangankan kepihak lain tanpa adanya pelepasan tanah kas kampung dengan hasil persetujuan masyarakat kampung yang telah mendapat persetujuan dari lembaga kampung dan pemerintah kampung yang baru akan dimintakan kepada Bupati, kepala daerah yang berwenang untuk memberikan. Permasalahan yang diteliti adalah (1) Bagaimanakah pelaksanaan Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik Di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang dan (2) Apakah akibat hukum dari Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik Di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan peningkatan status tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik serta untuk mengetahui akibat hukum terhadap peningkatan status tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa pendekatan hukum normatif dan hukum empiris. Data primer diperoleh dari pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang dan Kepala Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang serta pihak-pihak yang mengetahui duduk


(4)

sekunder berupa buku-buku atau literatur-literatur dan peraturan perundang-undangan mengenai pertanahan, hasil penelitian terdahulu, artikel, berkas-berkas atau dokumen-dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dan studi lapangan. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa tanah kas kampung Sidomulyo pada tanggal 20 September 2000 telah dirubah statusnya dengan ditingkatkannya menjadi hak milik perorangan melalui program ajudikasi tanah yang diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang. Dengan diterbitnya sertifikat hak milik nomor 2312 atas nama Harianto dengan dasar pendaftaran Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang Nomor 11/HM/AJU/SWD/08.06/2000, maka tanah kas kampung Sidomulyo secara hak telah hapus dan merubah satatus kepemilikannya menjadi hak milik dan sudah sah secara formal. Hal ini karena sertifikat hak tanah merupakan bentuk Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan akibat hukum berarti menimbulkan perubahan dalam hubungan hukum yang ada.

Saran atas ditingkatkannya status tanah bekas kas kampung menjadi hak milik antara lain : (1) Hendaknya ada himbauan agar masyarakat dan pejabat yang menjalankan pemerintahan harus secara bersama-sama sadar akan tertib hukum demi terciptanaya kesadaran dan tertib administrasi pemerintahan. (2) Untuk kepentingan masyarakat kampung dan kekayaan pemerintah kampung, hendaknya tanah-tanah kas kampung yang belum bersertifikat atas nama pemerintah kampung agar secepatnya dilakukan pendataan dan segera diurus surat-suratnya dan atau segera disertipikatkan atas nama pemerintah kampung setempat agar tidak terjadi kasus-kasus tentang lepas atau tertukarnya tanah-tanah kas kampung tersebut. (3) Dengan terjadinya peristiwa Peningkatan status tanah kas kampung menjadi hak milik ini dapat dijadikan pelajaran dan evaluasi dari semua pihak agar ke depan dapat tercipta suatu pemerintahan desa yang dapat mengayomi masyarakat dan menjaga hak miliknya sesuai wewenang yang dimiliki berdasarkan pada peraturan yang berlaku dan yang menjadi tanggung jawabnya. Kata kunci : Peningkatan, Tanah Kas Kampung, Hak Milik.


(5)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bumi, air dan ruang angkasa demikan pula segala kekayaan yang terkandung di dalamnya adalah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh bangsa Indonesia dan oleh karena itu sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi, air dan ruang angkasa beserta apa yang terkandung di dalamnya adalah ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya bagi kemakmuran bangsa Indonesia.

Secara konstitusional Undang-Undang Dasar 1945 (UUD) dalam Pasal 33 ayat (3) telah memberikan dasar landasan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu, dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang serung dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dalam Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya pada tingkat yang tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

Berdasarkan atas hak menguasai, Negara sebagaimana diuraikan pada Pasal 16 ayat (1) UUPA menentukan adanya macam-macam hak atas tanah yang dapat


(6)

diberikan kepada orang baik sendiri maupun bersama-sama atau badan-badan hukum yang meliputi :

1. Hak Milik 2. Hak Guna Usaha 3. Hak Guna Bangunan 4. Hak Pakai

5. Hak Sewa

6. Hak membuka tanah 7. Hak memungut hasil hutan

8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang ditetapkan Undang-Undang.

Belum semua tanah-tanah di Indonesia terdaftar, maka apa yang selama ini dilaksanakan dan didapati baik pada kepemilikan tanah-tanah masyarakat maupun tanah-tanah negara/pemerintah, baik surat-surat yang merupakan bukti kepemilikan maupun penguasaan atas tanah itu sendiri belum semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Akan tetapi ada tanah milik negara dan kemudian telah diduduki oleh rakyat baik dengan sengaja ataupun diatur oleh kepala desa yang seolah-olah tanah tersebut telah merupakan hak seseorang ataupun termasuk kategori hak-hak adat.

Tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan bangsa Indonesia dan perlu diingat bahwa Negara Republik Indonesia masih merupakan negara agraris dimana susunan kehidupan sebagian besar rakyatnya termasuk dari segi perekonomianya sebagian besar masih mengandalkan bercocok tanam. Sehingga


(7)

kepastian keberadaan tanah haruslah didukung oleh kepastian surat-surat atau dokumen yang sah, dimana dengan adanya kepastian tersebut akan menjadikan ketenangan bagi pemilik untuk memanfaatkanya dan bagi pemerintah juga akan berdampak pada kekayaan dan pengelolaan serta pemanfaatan bagi pendapatan perekonomian daerah tersebut.

Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang merupakan kampung eks transmigrasi setelah menjadi kampung difinitif dinamakan Kampung Sidomulyo, dalam penyelenggaraan transmigrasi tersebut telah disediakan fasilitas dan prasarana umum berupa pusat desa seluas 12 hektar, kuburan 1 hektar dan tanah kas desa siap olah seluas 10 hektar, hal ini sesuai Keputusan Menteri Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Kep.124/MEN/1990 tentang Pola Pemukiman Dan Pengembangan Usaha Transmigrasi. Tanah kas kampung tersebut oleh masyarakat kampung sidomulyo disebut tanah bengkok dan digunakan sebagai gaji kepala kampung dan perangkat kampung. Setelah berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Sumber Pendapatan Kampung tanah-tanah kas kampung tersebut menjadi salah satu sumber pendapatan kampung, disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) :

Tanah kas kampung adalah suatu lahan yang dimiliki oleh pemerintah kampung dan dikelola untuk kegiatan usaha kampung sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan kampung yang bersangkutan.

Tanah kas desa adalah tanah yang dikuasai oleh pemerintah desa yang hasilnya menjadi sumber pendapatan desa. Inventarisasi aset tanah kas desa dan penyertifikatan tanah kas desa merupakan langkah awal yang dapat diambil


(8)

pemerintah desa guna optimalisasi tanah kas desa sebagai sumber pendapatan desa. Sertipikat merupakan alat bukti hak yang kuat sebagaimana tercantum dalam Pasal 32 (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Penyertifikatan tanah kas desa merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan pertanahan, UUPA memberikan landasan yuridis bagi penyelenggaraan kebijakan pengelolaan pertanahan. Pada akhinya pengelolaan tersebut bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam hal hubungan-hubungan hukum antara orang denga bumi, air dan ruang angkasa termasuk pula dengan perbuatan-perbuatan hukum yang terkait dengan sumber daya alam tersebut.

Penyertifikatan tanah kas desa diproses oleh pemerintah desa di kantor pertanahan setempat dimana tanah kas desa tersebut berada melalui kegiatan pendaftaran tanah kas desa. Prosedur pendaftaran tanah kas desa tergantung pada perolehan terakhir tanah kas desa tersebut, pendaftaran wajib dilakukan karena tanah kas desa juga merupakan objek pendaftaran tanah. Pemerintah desa dalam hal ini memperoleh hak dengan status hak pakai dan dengan jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu. Penyertifikatan tanah kas desa dimaksudkan untuk pengamanan aset desa, untuk menjamin kepastian hukum tanah kas desa serta untuk menertibkan penggunaan dan pemanfaatan tanah kas desa. Penyertifikatan tanah kas desa merupakan bagian dari kegiatan pengurusan dalam pengelolaan tanah kas desa. Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 1996 tentang Pengadaan, Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Kas Desa, pengelolaan tanah kas desa terdiri dari kegiatan pengurusan, pemanfaatan dan pemberdayagunaan serta pemeliharaan tanah kas desa.


(9)

Penyertifikatan tanah kas desa seharusnya dapat berjalan sejak UUPA mulai diberlakukan yaitu pada tanggal 24 September 1960, namun hal ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga terkadang menimbulkan kasus penjualan tanah kas desa. Kebanyakan dari kasus tersebut dikarenakan tanah kas desa belum bersertifikat sehingga mudah diselewengkan untuk kepentingan pribadi oknum pemerintah Desa.

Sebagaimana terjadi di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang, dimana tanah-tanah kas kampung yang seharusnya bersertifikat atas nama pemerintah kampung dengan status hak pakai telah bersertifikat hak milik atas nama perorangan. Dengan demikian tanah-tanah tersebut dengan mudah dapat beralih kepada ahli warisnya dan dapat pula berpindah tangan kepada pihak lain. Oleh karena sebagai Pejabat Kampung yang pada waktu itu menguasai dan memegang data-data tanah tersebut sehingga dapat dengan mudah merubah status tanah kas kampung menjadi tanah hak milik, sehingga dengan demikian peningkatan status tanah tersebut telah menyalahi peraturan yang berlaku karena sebagai Pejabat Kampung telah melampaui batas kewenangannya.

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka perlu diadakan penelitian dan pengkajian secara mendalam mengingat adanya tanah kas kampung yang telah ditingkatkan statusnya menjadi hak milik yang dapat menimbulkan masalah dikemudian hari. Penulis menguraikannya dalam pokok bahasan penelitian ini dengan judul “Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik”.


(10)

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Perumusan Masalah

a) Bagaimanakah pelaksanaan Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik Di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang?

b) Apakah akibat hukum dari Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik Di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang tersebut?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada peningkatan status tanah bekas kas kampung menjadi tanah hak milik, meliputi pelaksanaan dari peningkatan status tanah bekas kas kampung menjadi tanah hak milik, serta akibat hukum dari peningkatan status tanah bekas kas kampung menjadi tanah hak milik di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Peningkatan Status Tanah Bekas Kas

Kampung Menjadi Tanah Hak Milik di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

2. Untuk mengetahui akibat hukum dari Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Tanah Hak Milik di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.


(11)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan Kegunaan Praktis: 1. Kegunaan Teoritis adalah sebagai dasar pemikiran dalam upaya

perkembangan teori dan konsep dalam Hukum Administrasi Negara khususnya di bidang Hukum Agrari.

2. Kegunaan Praktis adalah sebagai upaya untuk mengembangkan pengetahuan penulis khususnya mengenai peningkatan status tanah bekas kas kampung menjadi tanah hak milik serta sebagai bahan masukan maupun sebagai sumber informasi bagi para pengkaji ilmu hukum, ataupun rekan-rekan mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.


(12)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tijauan Umum Tentang Hak Atas Tanah 1. Pengertian Tanah dan Hak Atas Tanah

Pengertian “tanah” dalam bahasa Indonesia dapat dipakai dalam beberapa arti,

sehingga dalam penggunaanya perlu diberi batasan agar diketahui dalam arti apa kata tanah tersebut digunakan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian “tanah” adalah :

a. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali. b. Keadaan bumi di suatu tempat.

c. Permukaan bumi yang diberi batas. d. Daratan.

e. Permukaan bumi yang terbatas yang ditempati suatu bangsa yang diperintah suatu negara atau menjadi daerah negara

f. Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu.

Dalam hukum agraria kita, istilah “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu

pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA, yaitu dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA yang menyatakan :

“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2

ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik


(13)

sendiri maupun bersamasama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “tanah” dalam pengertian yuridis

adalah permukaan bumi (Pasal 4 ayat (1) UUPA). Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.

Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang telah disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan. Namun, jika penggunaannya hanya terbatas pada tanah sebagai permukaan bumi saja, maka hak-hak tersebut tidak akan bermakna. Untuk itu pasti diperlukan juga penggunaan sebagian tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya untuk keperluan apapun. Oleh karena itu, dalam Pasal 4 ayat (2) UUPA dinyatakan, bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya memberikan kewenangan untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi yang bersangkutan, yang

disebut “tanah”, tetapi juga tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya.

Dengan demikian maka yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi. Tetapi wewenang menggunakan yang bersumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah, dan air serta ruang yang ada diatasnya. Dengan demikian, hak atas tanah ialah hak yang memberi wewenang kepada yang mempunyai hak untuk mempergunakan dan mengambil manfaat dari tanah yang dihakinya.


(14)

Tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya tersebut bukan kepunyaan pemegang hak tanah yang bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan menggunakannya saja, dan itupun ada batasnya yang diatur di dalam Pasal 4 ayat (2) UUPA yang menyatakan bahwa : sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batasan-batasan menurut undang-undang ini (UUPA) dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi. Sedalam berapa tubuh bumi dan setinggi berapa ruangan yang ada di atasnya yang boleh digunakan, ditentukan oleh tujuan pengunaan dalam batas-batas kewajaran. Perhitungan teknis kemampuan tubuh bumi itu sendiri, kemampuan haknya serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa hak atas tanah diatur dalam bab II UUPA yang di samping memuat ketentuan hak atas tanah juga memuat ketentuan-ketentuan mengenai pendaftaran tanah, hak atas air, dan ruang angkasa.

2. Hak-Hak Atas Tanah di Dalam Undang-Undang Pokok Agraria

Macam-macam hak atas tanah diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA, antara lain : a. Hak Milik

Ketentuan tentang hak milik diatur dalam Undang Undang No. 5 Tahun 1960 pasal 20-27. Dalam Undang Undang ini pengertian hak milik seperti yang dirumuskan pasal 20 ayat 1 adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial. Fungsi sosial disini berarti penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat daripada haknya.


(15)

1) Sifat-sifat hak milik

Sifat-sifat hak milik adalah :

a) Turun temurun, adalah hak milik tidak hanya berlangsung selama hidup si pemilik akan tetapi dapat dilanjutkan oleh para ahli warisnya.

b) Terkuat adalah bahwa hak milik jangka waktunya tidak terbatas c) Terpenuh adalah memberikan wewenang kepada pemilik tanah

yang paling luas dibandingkan dengan hak-hak lain, menjadi induk hak-hak lain. Peruntukannya tidak terbatas karena hak milik dapat digunakan untuk pertanian dan bangunan.

2) Ciri-ciri hak milik

Ciri-ciri hak milik adalah sebagai berikut : a) Hak milik dapat dijadikan jaminan hutang b) Hak milik dapat digadaikan

c) Hak milik dapat dialihkan kepada orang lain d) Hak milik dapat dilepaskan dengan sukarela

e) Hak milik dapat diwakafkan (PP No. 28 Tahun 1977)

3) Cara memperoleh hak milik

a) Cara memperoleh hak milik diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pasal 584 yaitu :

b) Pengakuan (Toeeigening) yaitu memperoleh hak milik atas benda yang tidak ada pemiliknya (resnullius). Resnullius hanya atas benda bergerak.


(16)

c) Perlekatan (Natrekking), yaitu suatu cara memperoleh hak milik dimana benda itu bertambah besar atau berlipat ganda karena alam. d) Daluwarsa (Verjaring), yaitu suatu cara untuk memperoleh hak

milik atau membebaskan dari suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang (KUHPerdata pasal 1946).

e) Pewarisan, yaitu suatu proses beralihnya hak milik atau harta warisan dari pewaris kepada ahli warisnya.

f) Penyerahan, yaitu perbuatan hukum yang bertujuan untuk memindahkan hak milik kepada pihak lain.

4) Hapusnya hak milik Hak milik hapus bila :

a) Tanahnya jatuh kepada negara, hal ini disebabkan :

(1).Karena pencabutan hak berdasarkan pada pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria (untuk kepentingan umum).

(2).Karena penyerahan sukarela oleh pemiliknya. (3).Karena tanahnya ditelantarkan.

(4).Karena ketentuan pasal 21 ayat 3 dan pasal 26 ayat 2 Undang-Undang Pokok Agraria.


(17)

Adapun yang dapat mempunyai hak milik menurut pasl 21 UUPA , yaitu : 1) Warga Negara Indonesia

Dalam hal ini tidak dibedakan antara warga negara yang asli dengan yang keturunan asing

2) Badan-badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah

Pada umumnya, suatu badan hukum tidak dapat mempunyai hak milik selain yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun badan hukum yang dapat mempunyai hak milik, seperti yang telah diatur didalam peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milit Atas Tanah, antara lain :

a) Bank-bank yang didirikan oleh Negara;

b) Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan berdasarkan Undang-undang Nomor 79 Tahun 1963;

c) Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria;

d) Badan-badan sosial yan ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria setelah mendengar Menteri Sosial.

b. Hak Guna Usaha

Hak guna usaha ini merupakan hak khusus untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara baik bagi usaha di bidang pertanian, perikanan ataupun peternakan, seperti yang tercantum dalam Pasal 28 ayat (1) UUPA.


(18)

Berdasarkan ketentuan pasal 29 UUPA, Hak Guna Usaha diberikan dalam jangka waktu palin lama 25 tahun dan untuk perusahakan yang memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan Hak Guna Usaha untuk waktu paling lama 35 tahun dan apabila atas permintaan pemegang hak dan mengingat keadaan perusahaannya maka jangka waktu yang dimaksud dapat diperpanjang paling lama 25 tahun.

Hapusnya Hak Guna Usaha:

1) Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian atau perpanjangannya;

2) Dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya berakhir, karena tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak atau adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan tersebut, putusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap; 3) Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka

waktunya berakhir;

4) Dicabut berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 1961; 5) Diterlantarkan;

6) Tanahnya musnah;

7) Ketentuan pasal 30 ayat (2).

c. Hak Guna Bangunan

Dalam Pasal 35 ayat (1) dan (2) UUPA, hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun yang


(19)

bila diperlukan dapat diperpanjang lagi selama 20 tahun. Sebagai suatu hak atas tanah maka hak guna bangunan memberi wewenang kepada yang mempunyai untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan.

Dalam Pasal 37 UUPA, hak guna bangunan terjadi :

1) Mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh negara; karena penetapan Pemerintah;

2) Mengenai tanah milik; karena perjanjian yang berbentuk otentik antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan pihak yang akan memperoleh hak.

Berlainan dengan hak guna usaha, maka penggunaan tanah yang dipunyai dengan hak guna bangunan bukan untuk usaha pertanian, melainkan untuk bangunan, oleh karena itu, maka baik tanah negara maupun tanah milik seseorang atau badan hukum dapat diberikan dengan hak guna bangunan. Seperti halnya hak guna usaha, mengenai hak guna bangunan, juga diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah.

Hapusnya Hak Guna Bangunan dapat terjadi karena : 1) Jangka waktunya berakhir;

2) Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi;

3) Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; 4) Dicabut untuk kepentingan umum;


(20)

6) Tanahnya musnah;

7) Ketentuan dalam pasal 36 ayat (2).

d. Hak Pakai

Dalam Pasal 41 ayat (1) UUPA, hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengelolaan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuanketentuan undang-undang ini.

Jangka waktu hak pakai paling lama 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun atau diberikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu. Hak pakai yang diberikan pada perseorangan atau badan hukum biasanya waktunya hanya sepuluh tahun, dan wewenangnya terbatas.

Hapusnya Hak Pakai :

1) Hapusnya hak pakai karena jangka waktu pemberiannya;

2) Hapusnya hak pakai karena tidak terpenuhinya syarat pemegangnya; 3) Hapusnya hak pakai karena pencabutan hak;

4) Hapusnya hak pakai karena penyerahan sukarela; 5) Hapusnya hak pakai karena diterlantarkan;


(21)

6) Hapusnya hak pakai karena kemusnahan tanahnya;

7) Hapusnya hak pakai karena pemegang haknya tidak memenuhi kewajibannya;

8) Hapusnya hak pakai karena putusan pengadilan.

e. Hak Pengelolaan

Dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai Atas Tanah, yang dimaksud dengan hak pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.

Adanya hak pengelolaan dalam hukum tanah tidak disebutkan dalam UUPA, tetapi tersirat dalam pernyataan penjelasan umum bahwa : dengan berpedoman pada tujuan yang disebut di atas, negara dapat memberi tanah yang demikian kepada seseorang atau badan-badan dengan suatu hak menurut peruntukan dan keperluan, misal hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atau hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada suatu badan penguasa (departemen, jawatan atau daerah swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing.

B. Tinjauan Umum tentang Tanah Kas Desa 1. Pengertian Tanah Kas Desa

Tanah Kas Desa yang menjadi aset desa tentunya memiliki sejarah yang unik, tanah kas desa tumbuh berdasarkan tradisi/adat istiadat yang berkembang dan hidup di kalangan masyarakat, perkembangan tersebut menjadi ciri khas bagi tanah kas desa disuatu daerah.


(22)

Pada awal keberadaan tanah kas desa, terdapat beberapa macam peruntukan tanah kas desa menurut tujuan penggunaan hasilnya. Peruntukan tanah kas desa (Sembiring, 2004:42) dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu :

a. Tanah untuk kas desa yaitu tanah yang menjadi kekayaan desa dan merupakan salah satu sumber pendapatan desa yang dipergunakan untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat seperti untuk kantor, jalan, tanah pertanian yang dilelangkan untuk biaya oprasional desa. Tanah tersebut dikenal dengan berbagai nama seperti titisara (Jawa Barat), bondo deso, atau kas desa.

b. Tanah jabatan adalah tanah yang diberikan kepada pejabat desa sebagai gaji atas pengapdiannya selama menjadi aparat desa. Tanah ini dikenal dengan sebutan tanah bengkok (Jawa Tengah dan Jawa Timur), tanah kejoran (Banten), sawah kelungguhan, lungguh (D.I. Yogyakarta), carik kelungguhan, carik lungguh atau sawah bengkok (bekas Keresidenan Cirebon).

c. Tanah-tanah pensiunan, yaitu tanah kas desa yang diusahakan oleh bekas aparat desa selama masih hidup, setelah meninggal dunia maka tanah-tanah tersebut kembali kepada desa. Di beberapa daerah dikenal dengan nama bumi pengarem-arem (D.I.Yogyakarta), bumi pituas (Surakarta), sawah kehormatan, sawah pensiun atau sawah kelungguhan (Kabuupaten Ciamis, Kuningan, Majalengka dan Cirebon).

d. Tanah kuburan yaitu tanah yang digunakan untuk makam para warga desa.

Tanah bengkok dan sejenisnya tersebut diatas yang semula menjadi tanah jabatan dengan adanya IMDN Nomor 26 Tahun 1992 tentang Perubahan


(23)

Status Tanah Bengkok dan yang Sejenisnya Menjadi Tanah Kas Desa, saat ini berubah setatusnya menjadi tanah untuk kas desa.

Sistem tanah bengkok yang dijadikan sumber penghasilan para perangkat desa benar-benar dinyatakan dihapus setelah berlakunya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2007 tentang Kedudukan Keuanagan Pemerintah Desa. Tanah bengkok kemudian diganti dengan diberlakukannya sistem gaji yang besarnya minimal satu kali Upah Minimum Kabupaten ditambah tunjangan lain sesuai kemampuan keuangan desa. Dengan adanya perubahan status tanah bengkok menjadi tanah kas desa diharapkan dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna yang maksimal dalam penyelenggaraan pemerintahan dan peleksanaan pembangunan sehingga desa semakin mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.

Tidak semua desa di Indonesia mempunyai tanah bengkok sehingga pemerintah memikirkan desa-desa yang tidak memiliki tanah bengkok dengan memulai alokasi dana desa yang penggunaanya diserahkan sepenuhnya pada desa yang bersangkutan. Untuk wilayah transmigrasi dalam penyelenggaraanya selain prasarana dan sarana permukiman, fasilitas umum, tersedia juga tanah kas desa. Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 2 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi dalam Pasal 56 :

(1) Penyerahan pembinaan permukiman transmigrasi untuk Transmigrasi Umum dan Transmigrasi Swakarsa Berbantuan dilaksanakan untuk setiap satuan permukiman setelah memenuhi layak serah atau selambat-lambatnya 5 (lima) tahun.

(2) Layak serah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan kriteria: a. mempunyai wilayah dengan batas yang jelas;


(24)

b. mempunyai prasarana dan sarana permukiman, fasilitas umum; c. tersedia tanah kas desa;

d. mempunyai organisasi pemerintahan desa;

e. mempunyai penduduk sekurang-kurangnya 300 kepala keluarga; f. setiap transmigran telah memiliki lahan pekarangan dan lahan

usaha dengan sertifikat hak milik; g. mempunyai kelembagaan ekonomi;

h. mencapai perkembangan sekurang-kurangnya tingkat swakarya; i. pola usaha yang ditetapkan telah berkembang.

Tanah kas desa merupakan salah satu pendapatan desa yang menjadi sumber keuangan desa. Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil oleh pemerintah atau pemerintah daerah (Pasal 68 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa). Sumber pendapatan desa terdiri dari pendapatan asli desa, pendapatan yang berasal dari sumbangan dan bentuan pemerintah dan pemerintah daerah serta lain-lain pendapatan yang sah. Kekayaan desa termasuk pendapatan asli desa. Kekayaan desa diatur menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1982 tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa, Pengurusan dan Pengawasan.

Sumber Pendapatan Desa dan Kekayaan Desa serta Pengelolaannya oleh Kabupaten Tulang Bawang diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Sumber Pendapatan Kampung. Peraturan tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa. Jenis kekayaan desa diatur dalam Pasal 2 yang terdiri dari : Tanah Kas Desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh desa dan lain-lain kekayaan milik desa.


(25)

Tanah kas desa yang dikelola suatu desa pada dasarnya berlokasi di wilayah administrasi pemerintahan desa yang bersangkutan (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 1996). Hal ini ada pengecualiannya apabila diwilayah administrasi pemerintahan desa yang bersanggkutan tidak memungkinkan, maka tanah kas desa dapat berlokasi diwilayah administrasi pemerintah desa lainnya dalam satu kecamatan atau kecamatan lainnya dalam satu kabupaten/kota yang bersangkutan. Tentunya pengecualian ini tidak boleh bertentangan dengan peraturan landreform. Peraturan landreform yang dimaksud yaitu mengenai larangan pemilikan tanah pertanian oleh orang yang bertempat tinggal diluar kecamatan tempat letak tanahnya (sering disebut absentee atau guntai). Menurut Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan pemberian ganti kerugian, larangan absentee tidak berlaku terhadap pemilik yang bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan tempat letak tanah yang bersangkutan asalkan jarak antara tempat tinggal pemilik dan tanah masih memungkinkan untuk dikerjakan secara efisien oleh pemiliknya.

Optimasi pengelolaan tanah kas desa dilakukan untuk menunjang pembangunan desa yang memerlukan dukungan dana yang memadai, karena pada umumnya tingkat keuangan desa masih terbatas. Keuangan desa adalah semua hakk dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barabg yang dapat dijadikan milik desa sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (Pasal 212 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah). Keungan desa dikelola berdasrkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif


(26)

serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan desa tersebut, dikelola dalam masa 1 tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember (Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa).

Pengelolaan tanah kas desa merupakan bagian dari pengelolaan pertanahan kerena tanah kas desa termasuk tanah hak. Menurut IMDN Nomor 22 Tahun 1996, pengelolaan tanah kas desa terdiri dari kegiatan :

a. penggunaan

b. kegiatan pengurusan yang dilaksanakan berupa pensertifikatan tanah kas desa atas nama pemerintah desa

c. pemanfaatan dan pendayagunaan tanah kas desa d. pemeliharaan tanah kas desa

e. kegiatan pemeliharaan tanah kas desa yang dimaksud yaitu kegiatan menjaga bentuk-bentuk pemanfaatan tanah kas desa yang telah dilaksanakan seperti misalnya tetap menjaga kesuburan tanah untuk tanah pertanian.

2. Penyertifikatan Tanah Kas Desa

Sertifikat merupakan tanda bukti hak atas tanah yang kuat sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunyi :

Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan


(27)

Pemberian surat tanda bukti hak bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya merupakan salah satu bagian terpenting dari kegiatan pendaftaran tanah. Adanya penentuan obyek pendaftaran tanah secara jelas akan mendukung kegiatan pendaftaran tanah. Menurut pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 obyek pendaftaran tanah meliputi :

b. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai;

c. tanah Hak Pengelolaan; d. tanah wakaf

e. Hak Milik atas satuan rumah susun f. Hak Tanggungan; dan

g. Tanah Negara

Hak Pakai yang termasuk obyek pendaftaran tanah wajib didaftarkan. Menurut jangka waktunya Hak Pakai dapat diberikan selama jangka waktu tertentu atau selama tanahnya dipergunakan untuk itu (Pasal 41 ayat (2) UUPA). Subyek Hak Pakai diatur dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah menyatakan bahwa yang mempunyai hak pakai adalah :

a. Warga Negara Indonesia;

b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

c. Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Pemerintah Daerah;


(28)

e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;

f. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia; dan g. Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Badan Internasional.

Tanah kas desa wajib disertifikatkan atas nama pemerintah desa yang bersangkuatan (IMDN Nomor 22 Tahun 1996 tentang Pengadaan, Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Kas Desa). Menindak lanjuti adanya IMDN tersebut, pada tahun 1997 diterbitkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 157 dan 2 tentang Pengurusan Hak dan Penyelesaian Sertifikat Tanah Kas Desa. Menurut Pasal 2 keputusan bersama tersebut, Tanah Kas Desa dimintakan hak kepada Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasioanal. Pemerintah Desa memperoleh hak dengan setatus Hak Pakai, pemerintah desa dapat menjadi subyek hak pakai karena merupakan unit terkecil dari Pemerintah Daerah. Dalam hal ini pemerintah desa memperoleh hak pakai dalam jangka waktu yang tidak ditentukan selama dipergunakan untuk keperluan tertentu

Dalam PP No. 40 Tahun 1996 Pasal 45 ayat (3) dinyatakan bahwa :

Hak pakai yang diberikan untuk jangka tertentu yang tidak ditentukan selama dipergunakan untuk keperluan tertentu diberikan kepada : (a) Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Pemerintah Daerah, (b) Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Badan Internasional, (c) Badan keagamaan dan badan sosial.

Sertifikat hak pakai tanah kas desa diperoleh dengan melaksanakan prosedur pendaftaran tanah kas desa. Prosedur pendaftaran tanah kas desa tergantung pada perolehan terakhir tanah kas desa tersebut. Ada 2 cara yaitu :


(29)

a. Konversi

Tanah kas desa merupakan salah satu hak-hak lama yang dapat dikonversi menjadi Hak Pakai pelaksanaan konversi yang dimaksud adalah konversi langsung melalui melalui penegasan hak jika alat bukti penguasaannya secara tertulis lenkap atau melalui pengakuan hak jika alat bukti tertulis tidak ada. Dasar hukum pelaksanaan konversi tanah kas desa adalah Pasal VI ketentuan-ketentuan konversi UUPA.

Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagai mana atau mirip dengan hak yang dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) seperti yang disebut dengan nama dibawah, ada pada mulai berlakunya undang-undang ini, yaitu: hak vruchtgebruik, gebruik, grant controleur, bruikleen, ganggam bauntuik, anggaduh, bengkok, lungguh, pituwas, dan hak-hak lain dengan nama apapun juga yang akan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria, sejak mulai berlakunya Undang-Undang ini menjadi hak pakai tersebut dalam Pasal 41 ayat 1, yang memberi wewenang dan kewajiban sebagaimana yang dipunyai oleh pemegang haknya pada mulai berlakunya Undang-Undang ini, sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.

b. Pemberian Hak

Jika dalam pelaksanaan pendaftaran tanah kas desa yang didaftarkan merupakan tanah pengganti tanah kas desa akibat adanya proses pengalihan tanah kas desa, maka prosedur pendaftaran tanah kas desa ditempuh dengan pemberian hak. Hal ini dikarenakan mayoritas tanah pengganti tanah kas desa yang diperoleh adalah tanah dengan setatus tanah hak milik. Status tanah tersebut harus diubah menjadi hak pakai dengan pelepasan hak menjadi tanah negara, selanjutnya pemerintah desa mengajukan permohonan hak pakai. Pengajukan permohonan hak pakai kepada menteri melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya


(30)

meliputi letak tanah yang bersangkutan (Pasal 52 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasioanal Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Hak Atas Tanah dan Hak Pengelolaan).

Berdasarkan kewenangan pemberian hak pakai dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasioanal Nomor 3 Tahu 1999 tenetang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara Menjadi 2 macam, yaitu :

1) Kewenagan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota diatur dalam Pasal 5 Peratiran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasioanal Nomor 3 Tahu 1999. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota memberi keputusan mengenai pemberian hak pakai atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2 Ha dan pemberian hak pakai atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2.000 M2 kecuali mengenai tanah bekas Hak Guna Usaha.

2) Kewenangan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi diatur dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasioanal Nomoor 3 Tahun 1999 : Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi memberikan keputusan mengenai pemberian Hak Pakai atas tanah pertanian yang luasnya lebih dari 2 Ha dan pemberian Hak Pakai atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 150.000 M2.

Kegiatan permohonan hak yaitu mulai dari berkas permohonan masuk hingga terbinya surat keputusan pemberian hak. Menurut Keputusan


(31)

Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Oprasi Pengaturan dan Pelayanan di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional seyogyanya dapat berjalan selama 38 hari. Selanjutnya kegiatan pendaftaran surat keputusan pemberian hak hingga terbinya sertifikat diberikan waktu penyelesaian selama 9 hari.

3. Pengalihan Tanah Kas Desa

Tanah kas desa merupakan aset desa yang dapat dipergunakan untuk mendukung pembangunan desa. Selain dengan sistem sewa menyewa, mayoritas tanah kas desa yang digunakan untuk pembangunan desa dialihkan kepada pihak ketiga. Pengalihan tanah kas desa dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat dan memperoleh pengesahan dari Bupati/Walikotamadya seperti disebutkan dalam Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa, Pengurusan dan Pengawasannya Pasal 8 :

(1) Tanah-tanah Kas Desa dan tanah lainnya yang dikuasai dan merupakan kekayaan desa dimaksud dalam Pasal 3 huruf a Peraturan Daerah ini, dilarang untuk dilimpahkan atau diserahkan kepada pihak lain;

(2) Jika diperlukan untuk kepentingan proyek pembangunan larangan tersebut pada ayat (1) Pasal ini tidak berlaku dengan syarat:

a. Persetujuan mengenai pelimpahan atau penyerahan tanah ditetapkan dengan Keputusan Desa, berdasarkan permintaan penanggungjawab pembangunan dimaksud;

b. Pemerintah Desa yang bersangkutan memperoleh pengganti tanah senilai dengan tanah yang dilepaskan atau berupa sejumlah uang seharga pembelian tanah lain yang senilai dengan tanah Desa yang dilepaskan;

c. Mendapat izin tertulis dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung.

d. Keputusan Desa dimaksud pada ayat (2) huruf a pasal ini, harus memperoleh pengesahan dari Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah setelah lebih dahulu memenuhi persyaratan dimaksud pada ayat (2) huruf b dan c pasal ini.


(32)

Dalam angka romawi IV, butir A huruf (c) lampiran IMDN Nomor 22 Tahun 1996 disebutkan bahwa ” Tanah Kas Desa tidak dapat dipindah tangankan kepada pihak ketiga/lain kecuali diperlukan untuk kepentingan proyek pembangunan yang ditetapkan dengan Keputusan Desa dan disahkan oleh Bupati/Walikota setelah mendapat ijin dari Gubernur. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Sumber Pendapatan Kampung Pada 4 ayat (3) disebutkan pula bahwa :

Status kepemilikan tanah kas Kampung adalah merupakan kekayaan Kampung atas nama Pemerintah Kampung yang bersangkutan tidak dapat dialih fungsikan dan alih tangan kepada pihak lain tanpa persetujuan dari masyarakat Kampung dan Pemerintah Kabupaten.

Sehubungan dengan pemberian hak milik atas tanah Kas Desa, dalam Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan (SPOPP) di lingkungan Badan Pertanahan Nasional yakni dalam Buku III (Pelayanan Hak-Hak Atas Tanah) menunjukkan bahwa alas hak suatu bidang tanah dijadikan sebagai salah satu kelengkapan persyaratan yang berisi keterangan mengenai data yuridis menurut status tanah yang dimohonkan hak atas tanahnya. Untuk tanah yang berasal dari tanah kas desa, alas haknya yaitu : a) Perda tentang sumber pendapatan dan kekayaan desa atau keputusan desa/pengesahan bupati dan ijin Gubernur; b) penetapan besarnya ganti rugi berupa uang atau tanah pengganti; c) berita acara serah terima tanah pengganti; d) akta/surat pelepasan hak atas tanah kas desa yang dibuat Notaris/Camat dan Kepala Kantor Pertanahan; e) fotokopi petok D/girik/letter C Desa dan f) fotokopi sertipikat tanah pengganti atas nama Pemerintah Desa setempat.


(33)

III METODE PENELITIAN

Dalam mengemukakan masalah yang akan diteliti, digunakan metode tertentu menyesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Dalam upaya memperoleh data yang benar-benar obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

A. Pendekatan Masalah

Dengan menggunakan pendekatan hukum normatif dan hukum empiris, hukum normatif yaitu menganalisis peningkatan status tanah bekas kas kampung menjadi tanah hak milik di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

Langkah-langkah pendekatan hukum normatif dalam penelitian ini adalah identifikasi dan deskripsi hukum positif, mensisitematikan hukum positif, serta menilai dan menginterprestasikan hukum positif. Sedangkan pendekatan hukum empiris didapat dari menggunakan data primer yang merupakan hasil penelitian lapangan. Data yang diperoleh dari pendekatan ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari studi kepustakaan sebagai bahan utama penelitian ini.


(34)

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer

Data yang diperoleh dari penjelasan dan keterangan secara langsung dari orang-orang yang berada dilokasi penelitian. Dilakukan dengan wawancara dengan pejabat terkait yaitu, Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang dan Kepala Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang serta pihak-pihak yang mengetahui duduk perkara peningkatan status tanah bekas kas kampung tersebut.. Dalam Penelitian ini penulis mengambil data primer di Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawartama Kabupaten Tulang Bawang.

2. Data Sekunder

a. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat mengikat berupa perundang-undangan yang terdiri atas :

1) Undang-Undang Dasar 1945

2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,

3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,

4) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi (sebelumnya PP No. 42 Tahun 1073)

5) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional,


(35)

6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 1982 tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa, Pengurusan dan Pengawasan.

7) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun 1997,

8) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan,

9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa,

10) Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sumber Pendapatan Dan Kekayan Desa, Pengurusan Dan Pengawasannya.

11) Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Sumber Pendapatan Kampung.

12) Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 17 Tahun 2001 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Kampung Dan Perangkat Kampung.

b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari setudi kepustakaan yaitu berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalan yang ditulis.

c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan tehadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder


(36)

yang lebih dikenal dengan nama acuan bidang hukum, misal kamus hukum dan indeks majalah hukum dan bahan-bahan diluar bidang hukum.

C. Metode Pengumpulan dan Pengelolaan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, yaitu: a. Studi Pustaka

Dilakukan dengan cara mempelajari, membaca mencatat, memahami dan mengutip data-data yang diperoleh dari beberapa literatur berupa buku-buku, peraturan hukum, yang berkenaan dengan pokok bahasan.

b. Studi Lapangan

Dilakukan dengan menggunakan taknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada orang-orang yang berkaitan dalam peningkatan status tanah bekas kas kampung menjadi hak milik untuk mendapat jawaban, tanggapan serta informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.informasi dalam penelitian ini didapat dari : 1) Bagian Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertanahan

Kabupaten Tulang Bawang

2) Kepala Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang

3) Pihak-pihak yang mengetahui duduk perkara peningkatan status tanah bekas kas kampung tersebut.


(37)

2. Metode Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dengan langkah berikut :

a. Seleksi Data

Seleksi data dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan penelitian kembali terhadap data-data yang diperoleh mengenai kelengkapan, kejelasan dan hubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Klasifikasi Data

Klasifikasi data bertujuan untuk mengelompokan data yang sudah diseleksi menurut kerangka pokok bahasan yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kerangka, sehingga diperoleh gambaran yang logis tentang pemahaman permasalahan.

c. Sistematisasi

Penyusunan data yang dilakukan dengan cara menyusun dan menempatkan data pada tiap-tiap pokok bahasan secara sistematis sehingga mempermudah dalam penulisan selanjutnya.

D. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data selesai diolah. Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif yaitu menguraikan data yang ada kedalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis menurut ketentuan dalam kerangka bahasa untuk kemudian dapat ditarik kesimpulan yang tepat.


(38)

V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan peningkatan kas kampung menjadi hak milik di Kampung

Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang atas dasar Permohonan Pemberian Hak Milik atas Tanah dari Tanah Negara menjadi Hak Milik Perorangan dilakukan melalui program ajudikasi tanah yang diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang. Dalam menyertifikatkan tanah kas kampung tersebut sebelumnya dilaksanakan rapat kampung yang menyimpulkan masyarakat kampung menyetujui disertifikatkannya tanah-tanah kas kampung tersebut menjadi hak milik dengan pinjam nama-nama masyarakat kampung. Kemudian untuk memenuhi persyaratan-persyaratan pelaksanaan ajudikasi tanah oleh pemerintah kampung pada saat itu dibuatkanlah surat keterangan kepala kampung bahwa tanah-tanah tersebut merupakan tanah hak milik perorangan, dengan terpenuhinya persyaratan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang Nomor 11/HM/AJU/SWD/08.06/2000 dikelurkanlah sertifikatan hak milik atas tanah kas kampung sidomulyo. 2. Akibat hukum peningkatan status tanah kas kampung menjadi hak milik di


(39)

ialah dengan diterbitkannya sertifikat hak milik nomor 2312 atas nama Harianto, maka tanah kas kampung Sidomulyo tersebut secara hukum telah hapus menjadi hak milik sesuai nama yang tercantum dalam sertifikat tanah, karena sertifikat hak tanah merupakan bentuk Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan akibat hukum berarti menimbulkan perubahan dalam hubungan hukum yang ada. Dengan demikian pemerintah Kampung Sidomulyo kehilangan hak atas tanah-tanah kas kampung tersebut.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, adapun saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya ada himbauan agar masyarakat dan pejabat yang menjalankan

pemerintahan harus secara bersama-sama sadar akan tertib hukum demi terciptanaya kesadaran dan tertib administrasi pemerintahan, sehingga terjadinya peningkatan status tanah kas kampung menjadi hak milik perseorangan yang tidak berhak tidak terulang kembali di waktu yang akan datang.

2. Untuk kepentingan masyarakat kampung dan kekayaan pemerintah kampung, hendaknya tanah-tanah kas kampung yang belum bersertifikat atas nama pemerintah kampung agar secepatnya dilakukan pendataan dan segera diurus surat-suratnya dan atau segera disertipikatkan atas nama pemerintah kampung setempat agar tidak terjadi kasus-kasus tentang lepas atau tertukarnya tanah-tanah kas kampung tersebut.

3. Dengan terjadinya peristiwa Peningkatan status tanah kas kampung menjadi hak milik ini dapat dijadikan pelajaran dan evaluasi dari semua pihak agar ke


(40)

depan dapat tercipta suatu pemerintahan desa yang dapat mengayomi masyarakat dan menjaga hak miliknya sesuai wewenang yang dimiliki berdasarkan pada peraturan yang berlaku dan yang menjadi tanggung jawabnya.


(41)

( Skripsi )

Oleh DARMANTO

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(42)

Abstrak... Halaman Judul ... Halaman Persetujuan ... Halaman Pangesahan ... Riwayat Hidup... Motto ... Persembahan ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ...

I PENDAHULUAN ...

1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

[

II TINJAUAN PUSTAKA ...

8

A. Tijauan Umum Tentang Hak Atas Tanah ... 8

1. Pengertian Tanah dan Hak Atas Tanah... 8

2. Hak-Hak Atas Tanah di Dalam Undang-Undang Pokok Agraria ... 10

B. Tinjauan Umum tentang Tanah Kas Desa ... 17

1. Pengertian Tanah Kas Desa ... 17

2. Penyertifikatan Tanah Kas Desa... 22

3. Pengalihan Tanah Kas Desa ... 27

III METODE PENELITIAN ... 29

A. Pendekatan Masalah... 29

B. Sumber Data... 30


(43)

2. Metode Pengolahan Data... 33

D. Analisis Data ... 33

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

1. Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang ... 34

2. Sruktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang ... 36

3. Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama ... 42

B. Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Hak Milik... 61

C. Akibat Hukum Peningkatan Status Tanah Bekas Kas Kampung Menjadi Hak Milik ... 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN...


(44)

TABEL

Tabel 1 : Komposisi penduduk menurut mata pencaharian Kampung

Sidomulyo 54

Tabel 2 : Status kepemilikan tanah di kampung sidomulyo 55 Tabel 3 : Jenis Penggunaan Tanah Kampung Sidomulyo 56

GAMBAR

Gambar 1 : Sruktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten

Tulang Bawang 51

Gambar 2 : Struktur Pemerintahan Kampung Sidomulyo 58

Gambar 3 : Struktur BPK Kampung Sidomulyo 59


(45)

Oleh

DARMANTO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Fakultas Hukum

Universitas Lampung

Bandar Lampung

2012


(46)

Oleh

DARMANTO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Fakultas Hukum

Universitas Lampung

Bandar Lampung

2012


(47)

1. Tim Penguji

Ketua : Sudirman Mechsan, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Upik Hamidah, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Sri Sulastuti, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Hi. Heryandi, S.H., M.S. NIP 130 934 469


(48)

KECAMATAN PENAWAR TAMA KABUPATEN TULANG BAWANG)

Nama Mahasiswa :Darmanto No. Pokok Mahasiswa : 0612011110

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Sudirman Mechsan, S.H., M.H. Upik Hamidah, S.H., M.H.

NIP. 195005291986031001 NIP. 196006061987032012

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP. 19611219198832002


(49)

Alhamdulillah Wasyukrulillahpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah meridhoi dan melimpahkan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “ PENINGKATAN STATUS TANAH BEKAS KAS KAMPUNG MENJADI TANAH HAK MILIK ( STUDI DI KAMPUNG SIDOMULYO KECAMATAN PENAWAR TAMA KABUPATEN TULANG BAWANG)”.

Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun penulis sadari dan rasakan masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisannya. Oleh karena itu berbagai saran, koreksi dan kritik membangun dari berbagai pihak tentulah akan menjadi kontribusi besar untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, akan tetapi juga berkat bantuan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu rasanya adalah hal yang wajar apabila penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bpk. Dr. Hi. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(50)

dan mencurahkan segenap pemikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H dan Ibu Ati Yusniati, S.H. M.H., selaku Pembahas I dan Pembahas II yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan terhadap skripsi penulis.

5. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

6. Bpk Himsar, A. Ptnh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang, Bpk. Purwadi Syamsudi Kepala Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang, yang telah banyak memberikan informasi, data, saran, dan masukan selama penulis melakukan penrlitian dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga tercinta : Ayahanda dan Ibunda, kakak-kakak dan adik-adikku serta anak dan istriku tercinta atas doa, dukungan dan kasih sayang yang telah kalian berikan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum.

9. Seluruh staf dan karyawan pada Fakultas Hukum Universitas Lampung, khususnya Ibu Herawati, Mas Wasiran, Mas Misiyo, yang telah memberi andil bagi lancarnya semua urusan administrasi penulis. Terima kasih atas kerjasamanya.


(51)

11. Saudara-saudara seangkatanku yang sangat kucintai karena kita tumbuh dan besar di Fakultas Hukum Bagian Hukum Administrasi Negara; Bambang Suheri, Bukhory, firly, Umi, Gatra, Lisma, Rosy, Aji, Tomo, Roma, Sahidi, Uly, Esa, Dody, Fitriah, Sufaina, Tri Agustina, Septy, Aka, Juwandi, Andika, Jimmy, Edwin, Joshua, Binsar, Tika, Giskar, Mawar, Dela, Nita, Rina, Nora, Kosim, Manto, Sony, Risa, Rizka, Gita Ardina, Gita Amelia, Wahyudi.

Semoga Allah SWT menerima dan membalas semua kebaikan saudara-saudara sekalian dan mengumpulkan kita bersama di dalam Jannatun Naim serta memberikan karunia Syahadah (Syahid) pada jalan-Nya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang membacanya.

Allohumma Amiin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(52)

Pemimpin harus jujur, berani mengakui kekurangan,

mau menerima kritik dari orang lain

(M. Narsir)

Tidak ada yang mudah, tetapi tidak ada yang tidak

mungkin.

(Napoleon Bonaparte)

99% Keberhasilan seseorang ditentukan oleh diri orang itu

sendiri, bukan dari keluarga, teman, atau lingkungan

tempat tinggal

(Thomas Alfa Edison)

Sukses dapat dicapai dengan kata bisa,

kegagalan disertai dengan kata tidak mampu


(53)

Dengan rasa syukur kepada ALLAH SWT,

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayahanda Rohmad dan Ibunda Srikah yang tercinta dan terkasih yang telah

memberikan dorongan dan semangat serta doa demi keberhasilanku

Kakak-kakak dan adik-adikku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan

menantikan keberhasilanku

Anak dan Istriku Tercinta

Sahabat-sahabat yang selalu menyejukkan jiwa dan ragaku

Para Pendidik dan Almamater tercinta.


(54)

Penulis dilahirkan di Kampung Sidomulyo pada tanggal 20 Juli 1987 merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Rohmad dan Srikah. Penulis menyelesaikan pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negeri 1 Sidomulyo pada tahun 1999 di Tulang Bawang, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Menggala pada tahun 2002 di Tulang Bawang, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Penawar Tama pada tahun 2005 Tulang Bawang.

Pada tahun 2006, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Kemudian pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Hukum di Kantor Wilayah Pertanahan Nasional Provinsi Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai Wakil Ketua HIMMA HAN pada tahun 2008-2009.


(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wasyukrulillahpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah meridhoi dan melimpahkan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul : “ PENINGKATAN STATUS TANAH BEKAS KAS KAMPUNG MENJADI TANAH HAK MILIK ( STUDI DI KAMPUNG SIDOMULYO KECAMATAN PENAWAR TAMA KABUPATEN TULANG BAWANG)”.

Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun penulis sadari dan rasakan masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisannya. Oleh karena itu berbagai saran, koreksi dan kritik membangun dari berbagai pihak tentulah akan menjadi kontribusi besar untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, akan tetapi juga berkat bantuan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu rasanya adalah hal yang wajar apabila penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bpk. Dr. Hi. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(2)

3. Bpk Sudirman Mechsan, S.H., M.H., dan Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H dan Ibu Ati Yusniati, S.H. M.H., selaku Pembahas I dan Pembahas II yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan terhadap skripsi penulis.

5. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

6. Bpk Himsar, A. Ptnh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang, Bpk. Purwadi Syamsudi Kepala Kampung Sidomulyo Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang, yang telah banyak memberikan informasi, data, saran, dan masukan selama penulis melakukan penrlitian dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga tercinta : Ayahanda dan Ibunda, kakak-kakak dan adik-adikku serta anak dan istriku tercinta atas doa, dukungan dan kasih sayang yang telah kalian berikan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum.

9. Seluruh staf dan karyawan pada Fakultas Hukum Universitas Lampung, khususnya Ibu Herawati, Mas Wasiran, Mas Misiyo, yang telah memberi andil bagi lancarnya semua urusan administrasi penulis. Terima kasih atas


(3)

10. Sang Murrabi yang telah membuka cakrawala pemahaman terhadap kehidupan yang Islami.

11. Saudara-saudara seangkatanku yang sangat kucintai karena kita tumbuh dan besar di Fakultas Hukum Bagian Hukum Administrasi Negara; Bambang Suheri, Bukhory, firly, Umi, Gatra, Lisma, Rosy, Aji, Tomo, Roma, Sahidi, Uly, Esa, Dody, Fitriah, Sufaina, Tri Agustina, Septy, Aka, Juwandi, Andika, Jimmy, Edwin, Joshua, Binsar, Tika, Giskar, Mawar, Dela, Nita, Rina, Nora, Kosim, Manto, Sony, Risa, Rizka, Gita Ardina, Gita Amelia, Wahyudi.

Semoga Allah SWT menerima dan membalas semua kebaikan saudara-saudara sekalian dan mengumpulkan kita bersama di dalam Jannatun Naim serta memberikan karunia Syahadah (Syahid) pada jalan-Nya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang membacanya.

Allohumma Amiin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(4)

MOTTO

Pemimpin harus jujur, berani mengakui kekurangan,

mau menerima kritik dari orang lain

(M. Narsir)

Tidak ada yang mudah, tetapi tidak ada yang tidak

mungkin.

(Napoleon Bonaparte)

99% Keberhasilan seseorang ditentukan oleh diri orang itu

sendiri, bukan dari keluarga, teman, atau lingkungan

tempat tinggal

(Thomas Alfa Edison)

Sukses dapat dicapai dengan kata bisa,

kegagalan disertai dengan kata tidak mampu


(5)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada ALLAH SWT,

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayahanda Rohmad dan Ibunda Srikah yang tercinta dan terkasih yang telah

memberikan dorongan dan semangat serta doa demi keberhasilanku

Kakak-kakak dan adik-adikku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan

menantikan keberhasilanku

Anak dan Istriku Tercinta

Sahabat-sahabat yang selalu menyejukkan jiwa dan ragaku

Para Pendidik dan Almamater tercinta.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Sidomulyo pada tanggal 20 Juli 1987 merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Rohmad dan Srikah. Penulis menyelesaikan pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negeri 1 Sidomulyo pada tahun 1999 di Tulang Bawang, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Menggala pada tahun 2002 di Tulang Bawang, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Penawar Tama pada tahun 2005 Tulang Bawang.

Pada tahun 2006, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Kemudian pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Hukum di Kantor Wilayah Pertanahan Nasional Provinsi Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG TERHADAP KINERJA KEPALA KAMPUNG (Studi pada Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)

0 10 135

PENGARUH PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG TERHADAP KINERJA KEPALA KAMPUNG (Studi pada Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)

0 18 131

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN KOMPETENSI JURU TULIS KAMPUNG TERHADAP MOTIVASI KERJA (Studi pada Kampung-Kampung di Kabupaten Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat dan Mesuji)

0 8 4

Hubungan Dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang

0 13 89

ANALISIS KUALITAS TANAH DAN MANFAAT EKONOMI PADA SISTEM INTEGRASI SAPI–KELAPA SAWIT DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN BERKELANJUTAN (STUDI KASUS: KAMPUNG KARYA MAKMUR, KECAMATAN PENAWAR AJI, KABUPATEN TULANG BAWANG)

3 53 89

Pelaksanaan Peningkatan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Menjadi Hak Milik Di Kabupaten Kudus

0 8 76

Proses Pensertifikatan Tanah Negara Bekas Bengkok Menjadi Tanah Hak Milik Di Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang

1 6 65

Pelaksanaan Peningkatan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Menjadi Hak Milik Di Kabupaten Kudus,.

0 0 1

“Proses Pensertifikatan Tanah Negara Bekas Bengkok Menjadi Tanah Hak Milik Di Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang.

0 0 1

Peningkatan Hak Atas Tanah dari Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik di Kabupaten Sukoharjo 1. cover

0 0 14