Hubungan Dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang

(1)

HUBUNGAN DINAMIKA KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KECAMATAN PENAWAR TAMA KABUPATEN TULANG BAWANG

(Skripsi)

Oleh

ALTRI SEPTIYAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN COMMUNITY GROUP DYNAMIC AND THE LEVEL OF COMMUNITY PARTICIPATION ON THE PROGRAM OF SIMULTANEOUS

MOVEMENT FOR VILLAGE DEVELOPMENT (GSMK PROGRAM) IN PENAWAR TAMA SUBDISTRICT OF TULANG BAWANG REGENCY

By

Altri Septiyan1, Irwan Effendi2, Dewangga Nikmatullah2

This research’s objectictives were to analyze: (1) the level of the community group dynamic on the implementation of GSMK Program in Penawar Tama; (2) the level of community participation on the GSMK Program in Penawar Tama; (3) the relationship between the community group dynamic and the level of community participation in the implementation of the GSMK program in Penawar Tama.

Research conducted at Penawar Tama Sub-District Tulang Bawang. The location determination is done by purposive method. The samples in this study are devided into 2 chategories. The first, the community group (Pokmas) used by purposive sampling techniques was taken 14 Pokmas. Secondly, people sample used proportional random sampling technique was taken 98 peoples. Data analysis method used descriptive analysis and for testing of the hypothesis using a non-parametric statistical test Spearman Rank Correlation.

The results showed: (1) the level of the community group dynamic (Pokmas) classified into the dynamic category, (2) the level of community participation classified into the high category, and (3) there was a real relationship between the community group dynamic and the level of community participation in the GSMK program in Penawar Tama, it means, that the dynamic level of the community groups (Pokmas) in GSMK program is more dynamic, that the level of community participation in implementing the GSMK program in Penawar Tama Sub-District will go higher.

Keywords: Community group dynamic, Community Participation, GSMK Program

1.

Scholar of Agribussiness Major of Agriculture Faculty on Lampung University 2.


(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN DINAMIKA KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KECAMATAN PENAWAR TAMA KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

Altri Septiyan1, Irwan Effendi2, Dewangga Nikmatullah2

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) tingkat dinamika kelompok masyarakat (Pokmas) dalam pelaksanaan program GSMK di Kecamatan Penawar Tama; (2) tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK di Kecamatan Penawar Tama; (3) hubungan dinamika kelompok masyarakat (Pokmas) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program GSMK di Kecamatan Penawar Tama.

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu pertama kelompok masyarakat (Pokmas) menggunakan teknik purposive sampling dan diambil sebanyak 14 Pokmas, sample kedua adalah masyarakat menggunakan teknik proportional random sampling dan didapat 98 masyarakat. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis dekriptif dan untuk menguji hipotesis menggunakan statistik non parametrik Uji Korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) tingkat dinamika kelompok masyarakat (Pokmas) termasuk dalam klasifikasi dinamis, (2) tingkat partisipasi masyarakat termasuk dalam klasifikasi tinggi, dan (3) terdapat hubungan yang nyata antara dinamika kelompok masyarakat (Pokmas) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK di Kecamatan Penawar Tama, artinya semakin dinamis tingkat dinamika kelompok masyarakat (Pokmas) dalam program GSMK, maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program GSMK di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

Kata kunci: Dinamika Kelompok Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Program GSMK

1

. Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2


(4)

HUBUNGAN DINAMIKA KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KECAMATAN PENAWAR TAMA KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

ALTRI SEPTIYAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. 4 Pilar Model Lingkaran Ekonomi Kampung ... 5

2. Skema Kerangka Berfikir Hubungan Dinamika Kelompok dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada program GSMK ... 43

3. Struktur organisasi pelaksana GSMK ... 89

4. Struktur Pengurus Pokmas ... 90


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Pengertian Kelompok ... 12

2. Pengertian Masyarakat ... 14

3. Pengertian Kelompok Masyarakat ... 15

4. Tugas dan Fungsi Pokmas ... 16

5. Partisipasi ... 17

6. Dinamika Kelompok ... 19

7. Hubungan Dinamika Kelompok dengan Tingkat Partisipasi.. ... 27

8. Konsep Program GSMK ... 30

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 37

C. Kerangka Berfikir ... 39

D. Hipotesis ... 43

III. METODE PENELITIAN ... 44

A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi ... 44

B. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian ... 58

C. Metode Pengumpulan Data ... 64

D. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 65

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 68


(7)

1. Letak Geografis dan Topografi ... 68

2. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan ... 69

B. Keadaan Penduduk ... 70

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 70

2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 71

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 73

C. Sarana dan Prasarana... 74

D. Kelembagaan Sosial ... 77

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Keadaan Umum Responden ... 81

1. Keadaan Umum Responden Pokmas ... 81

2. Keadaan Umum Masyarakat ... 83

B. Dinamika Kelompok Masyarakat dalam Program GSMK ... 84

1. Tujuan Kelompok ... 85

2. Struktur Kelompok ... 87

3. Fungsi Tugas ... 92

4. Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok ... 94

5. Kekompakan Kelompok ... 96

6. Suasana Kelompok ... 98

7. Tekanan Kelompok ... 99

8. Keefektifan Kelompok ... 100

9. Agenda Terselubung ... 102

10.Tingkat Kedinamisan Kelompok ... 103

C. Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kecamatan Penawar Tama ... 104

1. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan ... 105

2. Partisipasi Masyarakat dalam Berswadaya ... 106

3. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan ... 107

4. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Monitoring dan Evaluasi ... 109

5. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pemanfaatan Hasil ... 110

6. Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 112

D. Pengujian Hipotesis ... 113

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah kampung per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang tahun

2013 ... 8

2. Batuan Langsung Masyarakat (BLM) GSMK Kabupaten Tulang Bawang menurut Kecamatan tahun 2013 ... 9

3. Pengukuran Sub Variabel Dinamika Kelompok Masyarakat ... 47

4. Pengukuran Sub Variabel Partisipasi Masyarakat ... 54

5. Penduduk Kabupaten Tulang Bawang menurut Kecamatan tahun 2013 ... 58

6. Jumlah Sampel Pengurus Pokmas ... 60

7. Banyaknya Penduduk menurut kampung di Kecamatan Penawar Tama tahun 2013 ... 60

8. Banyaknya Rumah Tangga menurut Kampung/Kelurahan di Kecamatan Penawar Tama tahun 2013 ... 61

9. Pembagian luas lahan di Kecamatan Penawar Tama tahun 2013 ... 69

10. Banyaknya Penduduk menurut kampung di Kecamatan Penawar Tama tahun 2013 ... 70

11. Jumlah penduduk di Kecamatan Penawar Tama menurut umur 2013 ... 72

12. Jumlah penduduk Kecamatan Penawar Tama berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2013 ... 73

13. Sarana dan prasarana di Kecamatan Penawar Tama Tahun 2013 ... 75

14. Data kelembagaan sosial di kecamatan penawar Tama Tahun 2012 ... 78


(9)

16. Keadaan responden berdasarkan tingkat pendidikan formal ... 82 17. Keadaan responden masyarakat menurut umur ... 83 18. Anggota pokmas berdasarkan tingkat pendidikan formal ... 84 19. Klasifikasi sub variabel tujuan kelompok pada Kelompok Masyarakat di

Kecamatan Penawar Tama ... 86 20. Klasifikasi sub variabel struktur kelompok pada Kelompok Masyarakat di

Kecamatan Penawar Tama ... 88 21. Klasifikasi sub variabel fungsi tugas pada Kelompok Masyarakat di

Kecamatan Penawar Tama ... 92 22. Klasifikasi sub variabel pembinaan dan pemeliharaan pada Kelompok

Masyarakat di Kecamatan Penawar Tama ... 94 23. Klasifikasi sub variabel kekompakan kelompok pada Kelompok Masyarakat

di Kecamatan Penawar Tama ... 96 24. Klasifikasi sub variabel suasana kelompok pada Kelompok Masyarakat di

Kecamatan Penawar Tama ... 98 25. Klasifikasi sub variabel tekanan kelompok pada Kelompok Masyarakat di

Kecamatan Penawar Tama ... 99 26. Klasifikasi sub variabel keefektifan kelompok pada Kelompok Masyarakat di

Kecamatan Penawar Tama ...101 27. Klasifikasi sub variabel agenda terselubung pada Kelompok Masyarakat di

Kecamatan Penawar Tama ...102 28. Klasifikasi dinamika kelompok pada Kelompok Masyarakat di Kecamatan

Penawar Tama ...103 29. Klasifikasi sub variabel partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan di

Kecamatan Penawar Tama ...105 30. Klasifikasi sub variabel partisipasi masyarakat berswadaya di Kecamatan

Penawar Tama ...107 31. Klasifikasi sub variabel partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan di

Kecamatan Penawar Tama ...108 32. Klasifikasi sub variabel partisipasi masyarakat pada tahap monitoring dan


(10)

33. Klasifikasi sub variabel partisipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan hasil

program GSMK di Kecamatan Penawar Tama ...111

34. Klasifikasi variabel tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Penawar Tama ...112

35. Hubungan dinamika kelompok masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat. ...114

36. Data responden Pokmas ...123

37. Data responden masyarakat ...126

38. Rekapitulasi data dinamika Kelompok Masyarakat ...129

39. Rekapitulasi data partisipasi masyarakat ...130

40. Rekapitulasi data dinamika keompok masyarakat MSI ...133

41. Rekapitulasi data partisipasi masyarakat MSI ...135

42. Data hasil rekapitulasi dinamika kelompok masyarakat dan partisipasi masyarakat ...140


(11)

Nmlrtabadsnn

NmrPokoh

i

Progrm

Stdi

,' Fa&uttas

:fitui@i1n

: l0l4ff23[33

:

furibisnis

;

.4gpibilmis,

'

,

:

..

:

Fertmim

TfiIWEIUJTII

I.

f.dsiftnbtutfirg

-,@ a

-q.

_.

\-Ih.Ir,

NIP. 195811il 198603

t

fit4

ii I ) I t

I

I

t

t.

I

Ir

t I

2.

KctuaJrrosm'ngrittnis

^

DL

Lr.:{qbriati

Erry,_Trasner@L M.p.,

NE- 1963e!03'198902- 2

001

.:-- *

NIP- 195flt7-18't9tl0B

t

004


(12)

LAMpr.rNu uNIvERs,l14s Larrput{c LnurptlNci uNlvERst14.s LaurpuNG Lar,rptrN(i rJNtvERsrTa{ r-.rrvpurrG

uNrvE)RSIqg ao,,ou-6 u N tvER sr7]q.r r.AMpLINo

uN tvERs/xAs

LAM,,.r.lu uNlvERsrrdsrAMpuNG uNlvER'sIr4sraMpuN<:

*lYERsr't45 l4MrUNG uNwERsIth! L4MpuNG

uN lvE

a4MpLrNG

uNIvERsrr4s L4prpuN(i

UNIvtRsIll{s

L,uwpuNc UNIVERSII/.,. .J

LAI!,fPI JNIJ UNIVE R sI 14 s

r.c,Mm r,.ro uNIvERSri:l.r aauptNC

uN IVERslTTlo

aA ti.rpuNG

UN I{s artl!,rpuNG gNl\rFlRst 14t ar\MpUNG ti NIvER sl'r4

" aatrp uNG uNiYERsIjhs. r_4MpuNG uNrvERs[h.9 L4 Mpr]Nc rlNt vE l{sr:1*

aAtvrr}u}iG

15NlvERst?4s L.,1MpUNG tNlv FlRsIxAs

L..tMpuN(i

UN1\' tlRsl'r4s I.q MpLTNG $NlvER.sI14s r-.q Nrpr rNC.

lNrY <,

".1ilrpriNc u NIv IiRs, Tas r-

Arvrp.-uNc uNlv ERsJ?ir $

I 4,\4puNc gNlvERsJ?il" aaMptiNci gNlvER$l14.9

aAMpLN(i gutvERSl t4sa4MptiN(i

11fl lv EILS IT4 s I_..t N,tpt l,rrc U NIv t-llt.S/?h.\- L-qlapr

;sG u riIV uR,srr4$ i_414puNG rJNIv ERsI?hr L,llvlptJN(i

gNtVERSI?4c

aaMpUNG $Ii tv ERs I'r4 3

trltutpuN(i

rlN tvBR,s I'r4i, r_..tn,rpr rNc gNIvERSrrl* r_.qMniNr] gNIvliRSf ?4S' r.4MFUNC gNIvERSI 14s r-4

,i{ptiti(i

gvERslldsaaMPriN(i

iiNrv ERsi'rh( f,atr,tpr_ri.

a-,1.t tY E ltS Ii14 s ;

4tupf .,1.rO

l glv fi)tslr;.15, _4Mprii.i( l L\NivIlRsIll\s /_AMpr rNG $Nlv E{< s.l r,,I.s

L{Mpc}iG l:RsI&s r,t.r.rpuxct ftxlvERSIr4ctalrux.

(ttRtrresrow'xc \lNIVFlltsr?hs I_.{rro,,*,, rruIVF-RSr?:a. ,

I-.{tvft,t )NU

Xililx[fi::ffiil:

lNtvER.si14.q aorro*a, t')NI\ i:Nl' L'Nl' -'iNl' UNI-tlNIl t-1Nl1 {NT UN$ ulcl\ UNIl t]NI\ "rNll UNF uNll u\^ll1 , -,N[\ CNI\ 11Nt\ {N}\ UNI) L\Nt1 L]N11 t]NI\ $Nl\ \]Nl\ \-iNI\ UN[\ . rNt\

*NI\ TiNI\ \iN1\ \iNl\ 1trNI\ uNl\ rlN!\ tlNil t-lNU L\Ni\ L\NI\ UIt\ Lli.it\ rlNl\ gNn \.1NI\ {Nl\ -r:N1\ c$\ 1',NI\ a-rl''ll\ \iNl\ uNl\ llN1\ uNl\ tlNi\ t-1Nl\ L\Nt\. L\NT\ \J!tv riNlv LiNrV LlNIV ijNtv uNtv eNlv \:NIY

s rarl,rptnrc' uNlvHRslltr" aAMT,uNc r,lupuNc uNlvERslxqs raruprjNcl I-4p11,ggc \INtYER'slx{s LArvIpuNG

l-AMpulro ttNlvER'Srt4" aAMpuNG LavrpuNG uNlvE'Rsr?hsrAMpuNG Laurulic uNtvEltsrtlsl-AMpulrc

LRriaptNG u N tVHRslI4t LAMpuNc, r-4MpuNG' Ll NIYERSI}As LAMpr rNG r-^MjruNG L'NlvERslles LAM*'NG LAr,rpuNo LiNIVERS/r4s IAI\{pLING

:ffif;.fliliHil:::ffiS:

LeprrNc L'rNtvERst7tr.

a-AMI,gNG

tarrlptn {(i uN tvt.*Rs'nI^s lAMpuNG L*upuNc uNIVERsItras r.anapuNc

smd$,v:Rs/L...

_. I-rrl,tl,ttNti IlNtvrfi'stt4t, oltd"*o

r..r nrpr,t*c ulilYER's'I'ras rAMpuNc

s LaHftN{i uNlvliRsrx{r LAM},1NG s r&El ul'ilvERsrTas r.AMprNc

1or,u*" tlNlvERsrr4s LAM'gNG I-AMpTJNG uNrv€R'sj14s [AMprJr{c

Lauptn'{G uNrvERsrrhs tAMpLq{c

LAM,gNG

.{]]f

}nas r"arru*.; LaulpuNG UNIVE&s'rdc r-AMpuI.G ta61i,rJNG UNI!,ER'snn",.o

r.&![3$'NI\"sRsl?as LA

:Hris;Hircri

1rNlvERSrl1sr r, UNIVERSIIXU., n UNlvERsnh,S uNlvE.RS,I{S 1;NIVEIISI?4S UNIVERSI14s $NIVE8*t

rjNtvERs l?i{s tA tvrpr $tG

TNIV

slhstarrternc

1';N tvER'sI14.q aAupr n:lc u NlvliRs IrAs taMpr.iN{l gNIv liRSr74" r.A,MpLrNc gNlvtrRst?ilg a4MpriNCi

liNIvERstllo ar{p1p6[(i gNl\' E Rs I 14,9

a.r MI,r..ti(i llNtVERsI14s trlMpltic lrNiv tiltst74" r-4yp1 ryc u Niv t jRsrrhs

/.A,\,rpuNG

arNIV IIRSI?45 r,AMput ic UlilvERslT.lc t^MpuNG

$litvE R sITa.q t^h,rpr,ti(i 119 tvERSI'14 q a^*rprlNc \)1{ rV F:lt"!r'Jhs r-4 t\,,puNc t plvERSrr4" r..{-rr.LiNG uf lvERs/ 7..rs r.4\{puNG

i;f'Iv E R st ta'

a4I4pr rN(r tflvE:Rsl,}'s r,t,,{pLhr(i t,f trtrnstt4

" ar'tr\,pr.Ncl t-ttrt\'El{sl 14( r-Anr,r iNG

\.\r.uv tlR.srlhs r-4ruprrNG

gNtv ERsil;1r r-ArupuNG gNl\: ER sJ r.,1"

a.4 L{pr rN(i

gNiv E R sr 14 s

a,{N{ptiN(i 11N tV ER.s I T4.q a.rlrpr.r,G 11t'i tv Eli.sl741

L-.\lrtr,\ DlG

ltsIv t-)ltsr74t

I.4 t1lg5lG 1r*IV IiRSt?;15 r,..1lrpr

ri,ic

gNrvERstx4" a4tuIpuN(i $NLvERsI D1s LA[.rp!.,$l(i

1N tvERSI 14

^t a,1N,fpLiN(i

lNlvERSl'rar aAMpuNC gNlvliRSr14" r_4MrluNG

g,NlVIiR'Si 14g

,-,4lrpr rN$

cNl\t EB sI rrts t4,t,{puNc

tiNlv r'l R sl r,1.s t,l rrtpLNcl

lrNiYFRSI r.1* r.U\tp\

N[i

uNIvERsr?4srAMprJNG uNtvERsIXrs r,ruruno

IfS*o

u*tn

UN flNlvE

uNIVERsfhsrAMpuNG uNlvERs/14s t,tMpuNG uNlvER.srlas LAMpuN6 ulflvERsrrhs

rAi\,r pr]NG

UNtvERSI?haI AMp!-)NC UNIVERsII4(lAM?,uNC

UNrvERst?hs***O

u NIVER slr4.t

r.A,v ptnrc uNlvEfisrras LeuprrNo

uN I v ER.s^.r4

s L,q utpuNG

$!tI v E&s.r ?4s

tAlvfpuNc

,:l$*''Hm

UlllvERsl"4n" aAMpuNG u Nlv ERs t -r4

" r- au puN(i uNIvERsrr4srnuprrNG UNIvE RSJT4 s f

.qtr,t puNc uN I v ERS/T4,s

L4 ruprrNo UNIV liRsrra,s

Laupunc;

gNI VI--R.S I?.,1s

a..{ MpUNG 11Nl vER.s/t4.g r_4

MpLrN0

UNTYF:RSI?aS C

ONIVER h,5 laivrplxc

st.AMpr;Ncl l,ltvtpuN(i ]NG L+urettNG Lanrprji'{(i lantPtn''lG fAMI'UNG

r-ffi

LauptJNo Lavrple'$3 Lel,reurx(i t4 LA Lot*Ltt{(' LerutPt'tNG LaltPtNc laUpUNil I-al,ffl.iN$ L.,rMeT,NG f,.1s4p6iG I-eui,uNG rAN{pt)blc LilMPtlN(i Lanurt-r\.lc tattpr-J!'lG laivtnttNc raupuNG 9t-qnapuNG T,AMPt LAlr{pt-Nci L,$rrulic UNIVER (tNt UNI\rERSI} ras '*^5rlhs [AlvrptrN<; ,L:RSi},1S t.aMpUNC, vERsrths r.1;p;Nc, lvElts{jl{s L,qupuNc fiNlvtttsl&s t LMpuliG

uNrvttRslt{s tatwpuxrj

UN

UNIVE

UNIV

u NIv ERs I'ii{s /-A \,rpttl*G slilvER-s l?it! J.A li.{pt,NG

:IilH;;ffi*"

:l::I:Xflno, u,ou*o

"T]ll*,r4"

.^rffi

*f

oi iVr t trr,.,

io*oilu

{rrr vErts)ra

"

;;;;

S].ilifras r6r,,p*Nc T:li.:::/rhs.a,rrpuu.- .rstvettstxqs ranarurr<i UNll ERsrI4s r.nn

"u*o

TiNIVF)Rst7o"

a.q ;uN(t UNlv F.R sI r.1 s ro r*,u*c

H^JII{SflrELNG tIN Iv ERsrrqs ra,r,rpup6 r'N IV E R s 1 41

s r-.4 rr.rpr rN(i

fffi

ffi:

:w:m:ilHn:

i:;i:::iilil;in:

=:=Fr-ritS f*i,rpUNG U N I\rERgyTOo

r_arrapUNG

u N IvIiRsnh$-

Lo*rpuN,t 'u NIYEf Syoo

I.a rvrpr rNG r tNl vEfi .sr 14*

aAlvrp{JNG

UNtvER.gl-7r*,

LaprpUNG uN tvE Rsrq

" r-..,r r,rpur.G UN tv}.ItSr&.r

r.AMI,UNC

u*l].1'1**".uu*r:xc uli I vrjRs/ r4.s

t^J;;*.

f iNrvE ltst?4o

."*r*"

u Nl vE Rs!?a g l-*rpuNc UNIVE Rtrra

" ra rrrn

a

uNlv E RSrrX.,

r^rr.rNo

:ilffiH:ffiS: Silil;HilxU

:xH::lil:ffiH:

UNIVERSTIA(

LAIlfpUNti uNIYERstr4,, "r*r ^"

\LNIVE&.srthc J.o _",,r_,, uNlvl: Rs'r4s

LArv{puNG t)Nl v ERsIrAs l .o*,, *oc, . u*'vEff nas r q uprrx<i

un]].

11"''o" aAMpuNG ul.i l'ER s/ Ta.s l auaprn,ii \1\ l l Eltrirlil{

ao r,,u*o UNI vERSI],1.S LAMpuNG UN I !v-ERSJIAc

tO**U*a, gli tVF)it5i]-"t5 a Oror*O tiN l vERslqr

r. ANIpUNG UNIV

F;R.s/ I4,!'

t^ n ou*a, L\IiIv FlRsfi"ds L.o_r,,*u

LINIvrRsrrds ranlr,uNc

*IIIT'*" a^*u*"

u\tv'ERsi rits 1-.c,\.rprr-la

- 'q; {.AMPllN$

f .iNlvERr'ir'

s LAt\{pliN(i tilr I VER^st'r4"

ao*ia*O UNIVER.9175.

aanrptNG

uN lvERsJT{.s

i-zu.apuNG UN tvtiR.syToo,-AMt

UNc rl I.,l lVGR.s;1o",

a v ptNG t ititvLR.s77o,

, ,n,p111(r

l*l,"lT'a"

.o*r*o

sNrv'Rsr'r"4s {AM!,,NG

utl,r'tf!ffi,f,$fiFrvri<srrrt"r.,rr,iprsc 1)rrtvi:-Rsr7,,1.rr.ou,or,*,,

tiNIvER$tqt a,\MpuNG gNlvllRstT4"r-AirlptslC \"tilvEl{5;'14.s

L,lMpLrNLi

t

UNr \"ERSl?aS

IAMpUNG UNt v E RSJ?A.i {o*oun.- 1 NlvEltstt4" a;;;."

tlNtvERsl?rr I-.{Mpt}Nc UNIvF)R"st74,r a.o*rr"*,, uNlvERsI-r4s arrn*,,,r.iti uN

lvERsII*,s tavx NU uNlv ERsIr{s to*u*o \iN t\/ rrR slras r-or,,, *a., tJNl_\ tjRs1?s' TAM,LNG uNrv ERslq" arti,rpL$rc uNlvERsints

r 4.rrpr ING

g1ttvuRsIT151/rMpui{cl t)NlvERsIhsLdMprnlrr liNl\:ER'SI7:1.9r-{MprrN(i

LlNlvERsI,:{sI/lrtftrN(' ttNlVliltsll4.rr

o^r,,,*u 1i\l\'}:ltr'/j 1r-r ,rr,,,1".,

$NivElt$1X{,9 anMJu, uNrvERsrras,L*L*o uNrvtiR.sJ'r4$I. AMprrNc rlNIVERsll4,$ r a

",.,,uG


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 September 1992. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Alipin dan Ibu Lestari. Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Sejahtera II Bandar Lampung pada tahun 2004, tingkat SLTP di SMP Negeri 29 Bandar

Lampung pada tahun 2007, dan tingkat SLTA di SMA Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2010.

Dalam kegiatan kemahasiswaan, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan sebagai, Anggota Bidang Minat Bakat dn Kreatifitas Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian

(Himaseperta) Unila periode 2011/2012, Sekretaris Bidang Kewirausahaan Himaseperta Unila periode 2012/2013 dan Sekretaris Umum Himaseperta Unila periode 2013/2014. Penulis juga pernah mengikuti pelatihan-pelatihan yaitu; Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD), Latihan Kewirausahaan (LK), dan Pelatihan Kesekretariatan dan Kebendaharaan. Selain itu, penulis juga pernah menjadi pendamping dalam mata kuliah Praktik Pengenalan Pertanian pada tahun 2014.


(14)

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 (empat puluh) hari di Kecamatan Meraksa Aji, Tulang Bawang. Penulis juga pernah menjadi verifikator dalam kegiatan verifikasi gas LPG 3 kg di Bandar Lampung yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Minyak dan Gas pada bulan November – Desember 2013, kemudian pernah menjadi enumerator Lembaga Survei Indonesia (LSI) di Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2012 dan Kabupaten Tulang Bawang pada tanun 2013.


(15)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Hubungan Dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, M.S., selaku Pembimbing Pertama atas bimbingan, nasihat,

dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.

2. Dr.Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama proses penyelsaian skripsi.

3. Dr. Ir. Sumaryo G.S, M.Si., sebagai Dosen Penguji Skripsi ini atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

4. Novi Rosanti, S.P, M.E.P., selaku Pembimbing Akademik atas dukungan dan sarannya selama proses perkuliahan.


(16)

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian atas semua ilmu yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.

7. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Alipin dan Ibunda Lestari, serta kedua adik-adikku, Alvina Yuliyanti dan Danang Wijiatmoko atas semua limpahan dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

8. Bapak Carik Sjachrudin beserta perangkat desa, Mas Agung selaku FK Penawar Tama yang telah membantu penulis selama proses penelitian di lapangan.

9. Sahabat-sahabat pengurus Himaseperta, Faizal Aulia A., S.P., Andhika Praditya SP, S.P., Debby Februan, S.P., Rahmad Hidayat B., S.P., Hendra Saputra, S.P., Dion Aji Utama, S.P., dan Kholis Meizari, S.P., terimakasih atas bantuan, kerjasama, dan

kebersamaannya dalam kepengurusan Himaseperta 2013/2014.

10. Rekan-rekan seperjuangan Agribisnis 2010, Roche, Yudha, Linggih, Rifki, Riza, Doni, Chandra, Reza, David, Edo, Pram, Hasan, Yoan, Dimash, Dani TB, Dani I, Hani, Dwi, Sinta, Devi, Yuni, Teri, Ike, Nisya, Fitria, Silvia, Lina, Rani, Andini, Ayi, Sastra, Huda, terimakasih atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini. Semoga kelak kita semua menjadi orang yang sukses.

11. Terima kasih kepada yang tersayang Anggita S. Putri yang telah membantu penulis atas seluruh dukungan secara lahiriah dan bathiniah.

12. Kanda, yunda, dan adinda 2004,2006,2007,2008,2009,2011 2012,2013 dan 2014 atas bantuan dan saran kepada penulis selama proses perkuliahan.

13. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mbak Ayi, Mbak Iin, Mas Kardi, Mas Boim, Mas Bukhari) atas semua kemudahan dan bantuan yang diberikan.


(17)

Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Penulis,


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya sistematis dan terencana oleh seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan. Upaya sistematis dan

terencana tersebut berisi langkah-langkah strategis, taktis dan praktis, karena masing-masing negara memiliki sumber daya andalan dan tantangan yang berbeda sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019).

Pada umumnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara atau bangsa didasarkan pada tiga pendekatan, yaitu pendekatan makro, sektoral dan regional. Pembangunan makro mencakup pembangunan lingkup nasional yang pencapaiannya merupakan hasil dari tingkat sektoral dan regional, sehingga kedudukan pembangunan daerah dalam pembangunan nasional menjadi sangat penting. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan pada prinsip-prinsip otonomi yang diwujudkan dengan memberikan kewenangan pada setiap daerah untuk


(19)

melakukan pembangunan daerahnya secara mandiri dan independen sesuai karakteristik dan keanekaragaman daerahnya (Bappenas, 2014).

Tujuan program Otonomi Daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, kemudian mengurangi kesenjangan antar daerah serta meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan potensi maupun karakteristik daerah. Pada Pasal 1 ayat 5 Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, agar tujuan pembangunan dapat terwujud maka peran serta dan kerja sama dari seluruh masyarakat yang ada sangat diperlukan. Salah satu faktor yang menjadi penentu terlaksananya suatu pembangunan adalah faktor manusia itu sendiri.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019) diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

Pembangunan infrastruktur yang merupakan bagian yang terpenting dalam pembangunan. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang menjadi pemicu pembangunan suatu kawasan. Kesejahteraan penduduk dapat diidentifikasi dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi.


(20)

Pelaksanaan pembangunan menghararapkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan yang dimulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan dan tahap evaluasi. Pembangunan yang berbasis partisipasi masyarakat ini dilaksanakan agar pembangunan daerah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Upaya pemerintah bersama masyarakat untuk melaksanakan pembangunan desa hanya akan berhasil, apabila dilaksanakan dengan suatu pola, sistem dan mekanisme yang tepat.

Mekanisme pembangunan desa adalah suatu proses perpaduan antara dua kelompok utama, yaitu berbagai kegiatan pemerintah dan kegiatan partisipasi masyarakat. Perpaduan antara berbagai kegiatan pemerintahan dan kegiatan partisipasi masyarakat dalam satu mekanisme yang baik akan mempercepat pembangunan, sehingga dapat berhasil dalam proses pencapaian desa swasembada (Sajogyo dan Sajogyo Pudjiwati, 1992).

Berdasarkan kebijakan otonomi daerah yang mendukung sepenuhnya

perkembangan pembangunan di daerah, maka Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang mengembangkan kebijakan program pembangunan oleh, dari dan untuk masyarakat dengan penggunaan pola buttom-up melalui pemberdayaan masyarakat. Program pembangunan yang dilakukan yaitu Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) yang merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh, dari, dan untuk masyarakat Tulang Bawang dengan memanfaatkan potensi dan pranata sosial khas yang ada di Tulang Bawang dengan memberikan bantuan dana langsung sebagai stimulan kepada


(21)

masyarakat kampung/kelurahan untuk pembangunan infrastruktur sesuai kebutuhan dan bermanfaat untuk masyarakat.

Tujuan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kabupaten Tulang Bawang yaitu, meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan dalam pembangunan daerah melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat, proses pembelajaran demokrasi dalam

pembangunan, meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan, meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan, mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di kampung/kelurahan, serta

menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil pembangunan yang dilakukan.

Program pembangunan dilaksanakan berdasarkan beberapa strategi diantaranya, mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi lokal sehingga mampu menyerap tenaga kerja agribisnis kreatif, menimbulkan efek ganda (multiplier effect) ke depan dan kebelakang yang besar melalui “ input-output-outcame” antar industri, komsumsi dan investasi melalui keunggulan

komparatif yang dimiliki desa agar menjadi keunggulan kompetitif

kecamatan, dan mengembangkan keunggulan yang dimiliki untuk mampu bersaing meningkatkan nilai tambah dan berdaya guna bagi masyarakat di pedesaan.


(22)

Program GSMK kabupaten Tulang Bawang dilaksanakan melalui dua tahap sesuai dengan 4 Pilar Model Lingkaran Ekonomi Kampung yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. 4 Pilar Model Lingkaran Ekonomi Kampung Pada Gambar 1. dapat dilihat bahwa berdasarkan 4 pilar model lingkaran ekonomi kampung, program pembangunan dilaksanakan secara bertahap. Tahap I dilakukan selama periode 2013-2016 dengan lebih menekankan pada pendidikan formal dan pendidikan nonrmal serta pengembangan infrastruktur kampung. Pada Tahap II periode 2015-2018 pembangunan berbasis agribisnis dari kampung mulai dilakukan mulai dari pendirian kelembagaan pertanian hingga spesifikasi komoditas pertanian yang akan menjadi komoditas unggulan di setiap kampung.

Pendidikan Formal dan Pendidikan Non Formal

(PILAR I)

Tahap II (2015-2018) Spesifikasi Komoditas

Pertanian (PILAR IV)

Pendirian Kelembagaan Pertanian (PILAR III) Tahap I (2013-2016)

Pembangunan Infrastruktur kampung

(PILAR II)

Kelurahan/ Kampung


(23)

Pada Tahap I sarana prasarana diajukan oleh masyarakat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ada di tingkat kampung masing-masing adalah irigasi, jalan dan jembatan. Pembangunan irigasi bertujuan untuk pemenuhan

kebutuhan pasokan air dan efisiensi pemanfaatan air bagi pertanian tanaman pangan. Pembangunan jalan dan jembatan bertujuan untuk memperlancar hubungan antar kampung dan juga memperlancar arus transportasi

masyarakat.

Metode pelaksanaan yang dilakukan pada program GSMK yaitu dengan pemberian dana stimulan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) di setiap kampung. Bupati merupakan penanggungjawab Program GSMK di tingkat kabupaten dan camat merupakan penanggung jawab keberhasilan

pelaksanaan Program GSMK ditingkat kecamatan. Pelaksana Program GSMK di tingkat kampung yaitu Kelompok Masyarakat (Pokmas). Kelompok Masyarakat (Pokmas) sebagai pelaksana program yang secara langsung lebih dekat dengan masyarakat memiliki tugas yaitu :

(1) Menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis administratif dalam pelaksanaan kegiatan, (2) Menyusun proposal kegiatan yang akan dilaksanakan dengan di fasilitasi Astek (Asisten Teknik) dan KMP

(Konsultan Manajemen Pendamping), (3) Menyiapkan dokumen administrasi sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, (4)

Menginventarisasi dan menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan, (5) Membuat atau membuka rekening Pokmas untuk pencairan dana BLM, (6) Melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan


(24)

prasarana yang direncanakan bersama masyarakat, (7) Membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan, (8) Melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana baik untuk upah tenaga kerja, pembelian bahan material, dan lainnya, (9) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Camat secara periodik, (10) Kelompok

Masyarakat (Pokmas) pelaksana kegiatan tingkat kampung/kelurahan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Seksi-seksi (Seksi Pelaksana, Seksi Monitoring dan Evaluasi serta Seksi Pemeliharaan) sedangkan anggota pokmas disesuaikan masyarakat tiap kampung. Salah satu faktor yang dapat memperlancar pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat. Sehubungan dengan partisipasi masyarakat tersebut, Pokmas berintegrasi, bekerjasama dan berusaha untuk mencapai tujuan bersama. Pada hakekatnya, tujuan kelompok mampu mengikat seluruh anggota dalam kelompok untuk menjadi satu kesatuan kelompok yang dinamis, karena semangat anggota tidak selalu berada dalam keadaan statis, akan tetapi selalu berubah-ubah secara terus menerus dalam menjalankan kehidupan berkelompok. Semangat anggota tercermin dalam setiap tahapan partisipasi yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok.

Tujuan dinamika kelompok adalah tercapainya tujuan kelompok dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh anggota kelompok. Adanya dinamika kelompok tersebut mampu memberi peluang yang sebesar-besarnya kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam


(25)

tujuan program GSMK dapat berhasil dan berjalan dengan baik. Partisipasi anggota di dalam kegiatan kelompok merupakan usaha aktif yang terbagi menjadi tiga kategori partisipasi yaitu partisipasi anggota dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Adanya dinamika kelompok tersebut, mampu mempengaruhi tingkat partisipasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok.

Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari 15 kecamatan. Kecamatan Penawar Tama merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang yang mempunyai jumlah desa terbanyak, dengan jumlah 14 desa. Akan tetapi, penduduk di kecamatan tersebut bukan merupakan jumlah yang terbanyak di Kabupaten Tulang Bawang. Dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah kampung per Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang menurut Kecamatan 2013

No Kecamtan Jumlah penduduk

Jumlah Kampung / Kelurahan

1 Banjar Agung 35.732 11

2 Banjar Margo 37.012 12

3 Gedung Aji 13.162 10

4 Penawar Aji 17.173 9

5 Meraksa Aji 13.061 8

6 Menggala 41.554 9

7 Penawar Tama 26.071 14

8 Rawajitu Selatan 31.099 9

9 Gedung Meneng 37.429 11

10 Rawajitu Timur 29.166 8

11 Rawa Pitu 16.067 9

12 Gedung Aji Baru 20.956 9

13 Dente Teladas 59.706 12

14 Banjar Baru 12.087 10

15 Menggala Baru 11.951 10

Jumlah 402.226 151


(26)

Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa Kecamatan Penawar Tama merupakan kecamatan yang memiliki desa terbanyak dengan jumlah 14 kecamatan. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Dente Teladas dengan

jumlah sebanyak 59.706 jiwa. Berdasarkan kebijakan Bupati Tulang Bawang bahwasannya BLM GSMK disalurkan pada setiap desa di Kabupaten Tulang Bawang masing masing sebesar Rp 200.000.000,00, maka Kecamatan Penawar Tama menjadi kecamatan yang paling banyak menerima BLM GSMK dari pemerintah kabupaten Tulang Bawang dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) GSMK Kabupaten Tulang Bawang menurut Kecamatan 2013

No Kecamatan Jumlah Kampung/ Kelurahan

Jumlah BLM (Rp)

1 Banjar Agung 11 2.200.000.000

2 Banjar Margo 12 2.400.000.000

3 Gedung Aji 10 2.000.000.000

4 Penawar Aji 9 1.800.000.000

5 Meraksa Aji 8 1.600.000.000

6 Menggala 9 1.800.000.000

7 Penawar Tama 14 2.800.000.000

8 Rawajitu Selatan 9 1.800.000.000

9 Gedung Meneng 11 2.200.000.000

10 Rawajitu Timur 8 1.600.000.000

11 Rawa Pitu 9 1.800.000.000

12 Gedung Aji Baru 9 1.800.000.000

13 Dente Teladas 12 2.400.000.000

14 Banjar Baru 10 2.000.000.000

15 Menggala Baru 10 2.000.000.000

Jumlah 151 30.000.000.000

Sumber : Konsultan Manajemen Pendamping LPM UNILA Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013.


(27)

Tabel 2. menunjukkan bahwa Kecamatan Penawar Tama merupakan kecamatan yang paling besar menerima BLM GSMK di Kabupaten Tulang Bawang dengan jumlah penerimaan sebesar Rp 2.800.000.000,00. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah untuk memberikan dana bantuan masing-masing sebesar Rp 200.000.000,00 pada setiap kampung/kelurahan di Kabupaten Tulang Bawang guna melakukan kegiatan pembangunan

infrastruktur sesuai tujuan program GSMK pada tahap I, sehingga perlu dikaji adanya hubungan dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun

Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, antara lain:

1. Sejauh mana tingkat dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam pelaksanaan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang ?

2. Sejauh mana tingkat partisipasi dalam Program Gerakan Serentak

Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang ?

3. Sejauh mana hubungan dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang ?


(28)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam pelaksanaan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

2. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang .

3. Menganalisis hubungan dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Kelompok masyarakat, dapat memberikan pengetahuan mengenai dinamika kelompok dan manfaatnya bagi keberlangsungan kelompok. 2. Pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

3. Peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Kelompok

Menurut Kreitner dan Kinicki (1998), kelompok adalah kesatuan individu yang tergabung dalam satu wadah kesatuan dengan ditunjukkan adanya hubungan antara anggota satu dengan anggota yang lain serta dengan adanya interaksi oleh anggota. Adapun kriteria dari kelompok tersebut adalah sebagai berikut :

a. Adanya interaksi untuk mencapai tujuan

b. Interaksi anggota menentukan individu sebagai anggota kelompok c. Interaksi individu ditentukan oleh anggota lain (termasuk anggota

kelompok lain).

Definisi kelompok dalam hubungannya dengan ciri-ciri keorganisasian menurut ahli sosiologi adalah suatu sistem anggota yang diorganisasikan oleh dua orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan beberapa fungsi, mempunyai seperangkat standar hubungan, terdapat peranan antar anggotanya, dan mempunyai

seperangkat norma guna mengatur fungsi kelompok dan masing-masing anggota kelompok (Gibson, 1989).


(30)

Menurut Walgito (2007) dalam kelompok, seorang anggota dapat

terpenuhi kebutuhan fisiologis maupun psikologisnya. Melalui kelompok, secara tidak langsung anggota akan memperoleh keuntungan finansial yang kaitannya dengan kebutuhan fisiologis. Selain itu, anggota juga akan merasa nyaman jika berada di tengah-tengah kelompoknya (kebutuhan psikologis) yaitu dengan merasa saling bergantung, merasa senasip sepenanggungan, saling menghargai, saling perhatian, saling membantu dan saling bekerja sama antara anggota kelompok.

Kehidupan seseorang akan dirasa lebih baik jika dilaksanakan melalui kegiatan yang dilakukan dalam kelompok. Adapun berbagai manfaat yang dirasakan anggota melalui kehidupan berkelompok adalah sebagai berikut: a. Kelompok memberikan kepuasan kepada para anggotanya, yaitu

dengan adanya motif dan tujuan yang sama.

b. Kegiatan atau pekerjaan akan diselesaikan secara kerjasama kelompok sehingga akan lebih ringan dengan hasil yang lebih baik.

c. Melalui kelompok, antar anggota akan dapat saling bertukar informasi, bertukar pengetahuan dan bertukar pengalaman.

d. Adanya reaksi dan keahlian yang berlainan dari masing-masing anggota di dalam kelompok. (Baron, Robert and Donn Byrne, 2000).

Gerungan (2004), mengungkapkan ciri-ciri kelompok sosial dan membedakannya dari bentuk-bentuk interaksi sosial lainnya, yaitu: a. Motif yang sama antara anggota kelompok


(31)

c. Penegasan struktur kelompok d. Penegasan norma-norma kelompok

Dilihat dari proses interaksi sosial, manusia senantiasa mempunyai hasrat bergaul dengan sesamanya yang terwujud dari proses interaksi sosial. Berdasarkan pergaulan dalam jangka waktu yang lama, maka terbentuklah kelompok sosial. Demi menghadapi lingkungan dan sekitarnya, manusia harus hidup berkelompok. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga adanya suatu kesadaran untuk saling menolong. Dapat dikatakan bahwa dengan terbentuknya kelompok, tersirat adanya suatu tujuan kelompok. Suatu kelompok sosial cenderung tidak merupakan kelompok statis, akan tetapi selalu dinamis yaitu selalu berkembang serta mengalami perubahan, baik dalam aktivitas maupun di dalam bentuknya (Soekanto, 1987).

2. Pengertian Masyarakat

Masyarakat yaitu segenap individu-individu yang menyelenggarakan antar hubungan sosial, terdiri atas banyak sekali kolektifitas-kolektifitas serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok kecil atau subkelompok-kelompok (Ahmadi, 1999). Masyarakat adalah satu kumpulan manusia yang terikat dalam suatu kesatuan yaitu bertindak secara terintegrasi dan tetap, dan bersifat agak kekal dan stabil (Nadel, 1953 dalam Mitchell, 1984).


(32)

3. Pengertian Kelompok Masyarakat (Pokmas)

Kelompok masyarakat pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk masyarakat. Akan tetapi dalam perkembangannya telah menjadi suatu tatanan berstruktur hirarki yang menetapkan adanya alokasi fungsi, tugas,

wewenang dan tanggungjawab para anggotanya dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Kelompok masyarakat semula merupakan kelompok sosial yang kemudian berkembang menjadi kelompok tugas. Penumbuhan kelompok masyarakat dapat dimulai dari kelompok-kelompok/organisasi sosial yang sudah ada di masyarakat yang selanjutnya melalui program diarahkan menuju bentuk kelompok yang semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan upaya meningkatkan partisipasi masyarakatnya. Kelompok masyarakat sebagai pelaksana kegiatan-kegiatan yang

melibatkan masyarakat dalam prosesnya. Kelompok masyarakat sebagai wahana kerjasama merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara masyarakat yang tergabung dalam anggota kelompok masyarakat dan antar kelompok masyarakat serta dengan pihak pemerintah.

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa kelompok masyarakat (Pokmas) merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dan merupakan bagian dari masyarakat yang


(33)

diberikan wewenang untuk menjalankan suatu tugas sebagai penggerak masyarakat di suatu desa.

4. Tugas dan fungsi Pokmas

Berdasarkan surat keputusan Bupati Tulang Bawang Nomor 42 Tahun 2011 mengenai tugas organisasi pelaksana program di tingkat pekon dalam petunjuk pelaksanaan dan teknis Program GSMK, pokmas sebagai

pelaksana kegiatan, memiliki tugas :

a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan;

b. Menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan

dilaksanakan dengan fasilitasi petugas teknis kecamatan, Astek dan (Konsultan Manajemen Pendamping);

c. Menyiapkan dokumen administrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang diberikan;

d. Menginventarisasi dan menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan;

e. Membuat atau membuka rekening Pokmas di Bank yang ditunjuk dengan spesimen Ketua pokmas dan Bendahara pokmas;

f. Untuk pencairan dana BLM dari rekening Pokmas, bendahara Pokmas harus mengajukan usulan untuk penggunaan dana kegiatan ke

Camat/PJOK setelah disetujui baru ke bank untuk dicairkan; g. Melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang


(34)

h. Membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan;

i. Melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana baik untuk upah tenaga kerja, pembelian bahan material, dan lainnya; j. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Camat secara

periodik.

5. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Partisipasi masyarakat ialah keterlibatan aktif dan bermakna dari massa penduduk pada tingkatan yang berbeda di dalam proses pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan yang telah ditentukan dalam

pelaksanaan program dan proyek secara sukarela, serta pembagian dalam pemanfaatan hasil tergantung pada tingkat partisipasi masing-masing individu dalam pelaksanaan pembangunan (Slamet, 1999).

Menurut Davis dan Newstrom (1989, dalam Asari, 2010), partisipasi diartikan sebagai proses berbagi yang memungkinkan untuk menambah kekuatan dari pimpinan dan bawahan, karena kekuatan tersebut merupakan sumber dari pengembangan demi tercapainya atau untuk mendapatkan keuntungan bagi anggota (pimpinan dan bawahan). Peran serta atau partisipasi tersebut mempunyai potensi yang baik untuk membangun kerjasama kelompok. Dua keuntungan sebagai hasil dari partisipasi ialah penerimaan terhadap perubahan dan kesanggupan untuk berusaha


(35)

Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota dalam suatu kegiatan. Yadav (1967, dalam Mardikanto, 1987) mengemukakan tentang adanya empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat didalam kegiatan pembangunan, yaitu:

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Partisipasi masyarakat perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program pembangunan. b. Partisipasi dalam pelaksanaan program

Pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja dan uang tunai yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.

c. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan

Agar tujuan pembangunan dapat dicapai dan memperoleh umpan balik tentang masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan

pembangunan yang bersangkutan. Partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan.

d. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan

Pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang.


(36)

Menurut Mardikanto (1987), partisipasi atau peran serta merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan suka rela baik alasan dari dalam (intrinsik) maupun alasan dari luar (ekstrinsik) dalam

keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan yang mencangkup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pemantauan, evaluasi, dan pengawasan), serta pemanfataan hasil kegiatan yang dicapai.

6. Dinamika Kelompok

Menurut Suhardiyono (1992), dinamika kelompok adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan dalam mencapai tujuan. Kedinamisan suatu kelompok sangat ditentukan oleh kedinamisan anggota kelompok melakukan interaksi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk mengetahui dinamis tidaknya suatu kelompok dan untuk mengetahui apakah sistem sosial suatu kelompok tersebut dikatakan baik atau tidak dapat dilakukan dengan menganalisis anggota kelompok melalui perilaku para anggotanya.

Menurut Neil (2007), mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah bentuk interaksi atau hubungan individu atau seseorang dalam kelompok. Interaksi tersebut terjadi diantara individu-individu dalam kelompok yang anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Dinamika kelompok juga diartikan sebagai proses belajar di dalam kelompok. Sebuah dinamika dalam kelompok dapat berpengaruh terhadap perilaku anggota dalam


(37)

kelompok tersebut. Dinamika kelompok sangat berpengaruh terhadap perilaku anggota, para anggota akan lebih berperilaku demi tercapainya tujuan bersama.

Santosa (1999) menjelaskan bahwa persoalan yang ada didalam dinamika kelompok adalah sebagai berikut :

a. Kohesi (persatuan)

Dalam persoalan kohesi ini akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.

b. Motif (dorongan)

Persoalan motif ini berkisar pada diri pribadi anggota terhadap kehidupan kelompok, yang terdiri dari kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.

c. Struktur

Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya. d. Pimpinan

Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok dimana hal ini terlihat pada bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.

e. Perkembangan kelompok


(38)

selanjutnya dan hal tersebut terlihat pada perubahan dalam kelompok, rasa senang anggota jika tetap berada di dalam kelompok, perpecahan dalam kelompok dan sebagainya.

Menurut Mardikanto (1993), analisis dinamika kelompok dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan psikososial dan

sosiologis. Pendekatan psikososial adalah analisis dinamika kelompok yang dilakukan terhadap segala sesuatu yang akan berpengaruh terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok, sedangkan pendekatan sosiologis adalah analisis terhadap proses sistem sosial kelompok. Analisis dalam

pendekatan sosiologis pada dasarnya merupakan analisis terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam kelompok yang diatur dan disediakan oleh kelompok yang bersangkutan demi berlangsungnya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan bersama yang merupakan tujuan kelompok itu. Unsur-unsur yang terdapat dalam kelompok, yakni:

a) Tujuan kelompok (goal), yaitu hasil akhir yang ingin dicapai, baik

berupa sesuatu obyek (materi) atau keadaan serta keinginan-keinginan lain yang diinginkan dan dapat memuaskan semua anggota kelompok yang bersangkutan.

b) Unsur-unsur kelompok yang menyangkut pembagian tugas dan hak

serta kewajiban anggota-anggota kelompok yang meliputi: jenjang sosial, peran kedudukan, dan kekuasaan.


(39)

c) Unsur-unsur yang berkaitan dengan aturan atau kebiasaan –kkebiasaan

yang harus ditaati oleh semua anggota kelompok dalam menunjukan perilaku, melaksanakan peran/tindakan demi tercapainya tujuan kelompok, yang mencakup: kepercayaan, sanksi, norma, dan perasaan-perasaan.

d) Unsur-unsur dalam kelompok yang harus diupayakan/disediakan demi

terlaksananya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang mencakup: kemudahan, tegangan dan himpitan. Ditinjau dari proses sosial, perlu dianalisis adanya beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh setiap kelompok yang mencakup: komunikasi, pemeliharaan batas, kaitan sistematik, pelembagaan, sosialisasi dan kontra sosial.

Analisis dinamika kelompok berdasarkan pendekatan psikososial

dimaksudkan untuk mengkaji segala sesuatu yang berpengaruh terhadap perilaku anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan demi

tercapainya tujuan bersama (tujuan kelompok). Analisis dinamika kelompok berdasarkan pendekatan psikososial yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan kelompok (Group Goal)

Tujuan kelompok merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh kelompok. Untuk mencapainya diperlukan berbagai usaha dari anggota kelompok melalui berbagai aktifitasnya. Tujuan kelompok yang jelas sangat diperlukan agar anggota dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kebutuhan kelompok.


(40)

Keadaan ini menyebabkan kuatnya dinamika kelompok. Selain itu tujuan kelompok harus mendukung tercapainya tujuan anggota kelompok. Apabila tujuan kelompok mendukung tujuan anggotanya maka kelompok menjadi kuat dinamikanya (Cartwright dan Zander, 1968, dalam Lestari, 2011).

2. Struktur Kelompok (Group Structure)

Struktur kelompok adalah suatu bentuk hubungan antara individu-individu di dalam kelompok yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing individu (Soedarsono, 2005). Kemudian, Gerungan (2004) menyatakan, struktur kelompok merupakan susunan hirarkis mengenai hubungan-hubungan berdasarkan peran dan status antara masing-masing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Pada kelompok yang strukturnya tidak ditetapkan secara formal dan tertulis, tetap memiliki dinamika sepanjang masing-masing anggota menyadari dan melaksanakan tugas dengan baik. Struktur kelompok juga diartikan sebagai upaya kelompok mengatur dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Yang terpenting dalam struktur kelompok adalah terciptanya interaksi yang intensif di antara anggota kelompok (Slamet, 1999).

3. Fungsi tugas (Task Function)

Fungsi tugas adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh kelompok agar kelompok dapat menjalankan fungsinya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai. Fungsi tugas itu meliputi : (1) fungsi memberi


(41)

informasi; (2) fungsi menyelenggarakan koordinasi; (3) fungsi

menghasilkan inisiatif; (4) fungsi mengajak untuk berpartisipasi dan (5) fungsi menjelaskan sesuatu kepada kelompok. Untuk mengkaji fungsi tugas ini antara lain : (1) adanya kepuasan di kalangan anggota karena tercapainya tujuan-tujuan kelompok maupun tujuan pribadi; (2) para anggota selalu mendapatkan informasi baru sehingga mereka selalu dapat meningkatkan berbagai tujuan yang ingin dicapai dan dapat meningkatkan cara-cara untuk mencapainya tujuan tersebut; (3) kesimpangsiuran dapat di cegah karena ada koordinasi yang baik; (4) para anggota selalu bergairah untuk berpartisipasi karena selalu ada motivasi; (5) komunikasi di dalam kelompok baik dan lancar; (6) kelompok selalu memberikan penjelasan kepada anggotanya bila mereka menghadapi situasi yang membingungkan (Tuyuwale, 1990). 4. Pembinaan dan Pengembangan Kelompok (Group Building and

Maintenance)

Pembinaan dan pengembangan kelompok juga berarti usaha-usaha untuk menjaga kehidupan kelompok. Usaha untuk mempertahankan kehidupan kelompok dapat dilakukan dengan adanya (1) partisipasi dari semua anggota dalam kegiatan-kegiatan kelompok; (2) fasilitas untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelompok; (3) kegiatan-kegiatan yang memungkinkan setiap anggota untuk berpartisipasi; (4) pengawasan (kontrol) terhadap norma yang berlaku dalam kelompok; (5) sosialisasi, yaitu proses pendidikan bagi anggota baru agar mereka bisa


(42)

untuk mendapatkan anggota baru demi kelangsungan hidup kelompok (Tuyuwale, 1990).

5. Kekompakan Kelompok (Group Cohesiveness)

Kekompakan kelompok dipengaruhi oleh besarnya komitmen para anggota. Komitmen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : (1) kepemimpinan kelompok; (2) keanggotaan kelompok; (3) homogenitas kelompok; (4) tujuan kelompok; (5) keterpaduan atau integrasi; (6) kerjasama atau kegiatan kooperatif dan (7) besarnya kelompok (Soedijanto, 1981).

6. Suasana Kelompok (Group Atmosphere)

Beal, Bohlen dan Raudabaugh dalam Tuyuwale, 1990, menyatakan

bahwa “ group atmosphere is the pervading mood, tone, or feeling that permeats the group”. Jadi, suasana kelompok meliputi suasana hati atau irama atau perasaan yang terdapat didalam kelompok. Kelompok menjadi semakin dinamis jika anggota kelompok semakin bersemangat dalam kegiatan dan kehidupan kelompok. Suasana kelompok

dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya adalah hubungan antara para anggota kelompok, kebebasan berpartisipasi dan lingkungan fisik. 7. Tekanan Kelompok (Group Pressure)

Tekanan pada kelompok adalah tekanan-tekanan dalam kelompok yang menimbulkan ketegangan pada kelompok untuk menimbulkan

dorongan ataupun motivasi dalam mencapai tujuan kelompok. Fungsi tekanan pada kelompok (group pressure) adalah membantu kelompok


(43)

mencapai tujuan, mempertahankan dirinya sebagai kelompok, membantu anggota kelompok memperkuat pendapatnya serta memantapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya.

Cartwright dan Zander (1968, dalam Lestari 2011) menyatakan bahwa kelompok dapat memberikan tekanan kepada para anggotanya melalui nilai-nilai tertentu yang mengikat perilaku anggota dalam kehidupan berkelompok. Semakin dirasakan sistem penghargaan ataupun hukuman karena permintaan atau pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut, akan semakin dirasakan tekanan pada kelompok. Tekanan akan mendorong bertindak untuk mencapai tujuan kelompok, sedangkan tekanan yang berasal dari luar dapat muncul sendiri atau dicari dalam bentuk tantangan untuk peningkatan prestasi atau kritik dari luar kelompok.

8. Efektifitas Kelompok (Group Effectiveness)

Efektifitas kelompok adalah keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan cepat dan berhasil baik serta memuaskan bagi setiap anggota kelompok dalam rangka mencapai tujuan berikutnya.

Kelompok yang efektif mempunyai tingkat dinamika yang tinggi, sebaliknya kelompok yang dinamis akan efektif mencapai tujuan-tujuannya (Soedijanto, 1981).

9. Maksud Terselubung (Hidden Agenda)

Maksud terselubung merupakan perasaan yang terpendam, baik di dalam diri anggota maupun di dalam kelompok. Agenda terselubung


(44)

juga bisa berupa keinginan-keinginan yang ingin dicapai oleh kelompok, tetapi tidak dinyatakan secara formal (tertulis). Dengan demikian untuk mengetahui pengaruh dinamika kelompok

masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam suatu program, analisis yang digunakan adalah pendekatan psikososial, dalam hal ini unsur-unsur yang mempengaruhi adalah : (1) tujuan kelompok; (2) struktur kelompok; (3) fungsi tugas; (4) pembinaan dan pengembangan kelompok; (5)

kekompakan kelompok; (6) suasana kelompok; (7) tekanan pada kelompok; (8) keefektifan kelompok dan (9) maksud terselubung.

7. Hubungan Dinamika Kelompok dengan Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Masyarakat

Menurut Neil (2007), mengemukakan bahwa hubungan dinamika kelompok dengan tingkat partisipasi adalah bentuk interaksi atau hubungan individu atau seseorang dalam kelompok. Interaksi tersebut terjadi diantara individu dalam kelompok yang anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Sebuah dinamika dalam kelompok dapat berpengaruh terhadap perilaku anggota dalam kelompok tersebut.

Dinamika kelompok sangat berpengaruh terhadap perilaku anggota, para anggota akan lebih berperilaku demi tercapainya tujuan bersama, melalui tindakan di dalam setiap tahapan partisipasi yang dilakukan anggota. Menurut Santosa (1999), dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika


(45)

kelompok itu antara lain :

a) Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.

b) Memudahkan segala pekerjaan.

c) Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efesien. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat.

Berkaitan dengan dinamika kelompok, tugas kelompok menurut

Cartwright dalam Supanggyo (2008), adalah tugas yang berorientasi pada tujuan kelompok (goal oriented) yang telah disepakati bersama untuk memepertahankan diri sebagai suatu kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan. Adapun tugas kelompok tersebut antara lain :

a. Satisfaction, yaitu member kepuasan kepada para anggota, sehingga mereka memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan.

b. Information, yaitu mencari dan memberikan keterangan kepada anggota tentang apa yang sedang dan ingin dilakukan dalam mencapai tujuan kelompok.

c. Coordination, yaitu adanya pengaturan dan koordinasi tugas yang jelas dalam mencapai tujuan kelompok.

d. Initiation, yaitu timbulnya inisiatif di dalam kelompok, baik yang berasal dari pemimpin formal, informal atau anggota untuk mencapai tujuan kelompok.


(46)

e. Deseminasi, yaitu penyebaran ide tau gagasan yang merupakan usaha untuk mencapai tujuan kelompok yang disebarkan kepada seluruh anggota kelompok.

f. Clarification, yaitu kemampuan menjelaskan semua hal atau persoalan yang timbul sehubungan dengan usaha untuk mencapai tujuan, sehingga persoalan tersebut menjadi jelas.

Dinamika kelompok menurut Santosa (1999), diuraikan melalui kelompok sosial yaitu :

a. Suasana kelompok (amosphere)

Situasi yang mengakibatkan anggota kelompok merasa senang berada di dalam kelompok, suasana tersebut menyangkut keadaan fisik, peralatan

yang dibutuhkan anggota, rasa aman dengan tanpa adanya ancaman, tidak adanya saling mencurigai, dan tidak adanya saling permusuhan. b. Kepemimpinan bergilir (distributive leadership)

Adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompok.

c. Perumusan tujuan (Goal formulation)

Setiap kelompok memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dimana tujuan merupakan tujuan bersama yang merupakan arah kegiatan bersama. d. Mufakat (consensus)

Segala sesuatu yang menyangkut kelompok yaitu tujuan, kegiatan, struktur dan perubahan yang terjadi dalam kelompok.

e. Kesadaran berkelompok (process awareness)


(47)

kegiatan kelompok.

f. Penilaian yang terus-menerus (continual evaluation)

Kelompok yang baik selalu mengadakan penilaian yang terus-menerus terhadap perencanaan kegiataan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap kegiatan kelompok, sehingga dapat diketahui tercapai tidaknya tujuan kelompok.

8. Program GSMK

Program Gerakan Serentak Membangun Kampung/Kelurahan yang selanjutnya disebut GSMK adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh, dari, dan untuk masyarakat Kabupaten Tulang Bawang agar berbuat kebaikan secara bersama dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kampung/kelurahan diseluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang.

1. Tujuan Program GSMK adalah :

a. Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan dalam pembangunan daerah, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat; b. Proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan;

c. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan;

d. Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan;

e. Mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di Kampung/Kelurahan;


(48)

f. Menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil pembangunan yang dilakukan.

2. Prinsip Kebijakan Program GSMK adalah :

a) Inisiatif, bermakna bahwa kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan harus berasal dari usulan yang direncanakan oleh masyarakat Kampung/Kelurahan itu sendiri.

b) Partisipatif, yang berarti bahwa dalam proses pelaksanaan program/kegiatan yang direncanakan mengedepankan partisipasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif baik dalam bentuk pembiayaan, tenaga kerja, bahan material, maupun ide dan pemikiran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan.

c) Demokratis, bermakna bahwa dalam penentuan kegiatan yang akan direncanakan ditentukan dan diputuskan secara bersama baik di tingkat Kampung/Kelurahan maupun pada tingkat kecamatan. d) Manfaat, yang berarti bahwa kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat. e) Gotong Royong, yang artinya bahwa pelaksanaan kegiatan yang

direncanakan mampu mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat.

f) Berkelanjutan, yang berarti bahwa kegiatanyang dilaksanakan dapat dipelihara, dan dilestarikan oleh masyarakat sendiri.


(49)

3. Pelaksanaan Program

Pelaksanaan Program Gerakan Serentak Membangun

Kampung/Kelurahan (GSMK) Tahun 2013 di Kabupaten Tulang Bawang melalui tahapan sebagai berikut :

a. Penetapan keputusan Bupati Tulang Bawang tentang Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dalam program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) pada masing-masing kecamatan yang dialokasikan kepada kampung/kelurahan penerima alokasi dana bantuan.

b. Setelah keputusan Bupati Tulang Bawang maka pihak

kampung/kelurahan difasilitasi Camat dan Konsultan Manajemen Pendamping (KMP), serta Fasilitator Kecamatan (FP) mengajukan permohonan pencairan BLM tahap I kepada Bupati Tulang Bawang pada bulan Juni, kemudian tahap II di bulan Juli/Agustus dan tahap III pada bulan Oktober/November.

c. Ketua Kelompok Masyarakat ( POKMAS ) sebelum mengajukan BLM harus terlebih dahulu menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SP2B) dengan kepala BPMPK/K selaku Ketua Tim Koordinasi dan Pembina Program Gerakan Serentak

Membangun Kampung/Kelurahan, kemudian Kelompok

Masyarakat (Pokmas) sebagai pelaksana kegiatan membuat surat pernyataan kesanggupan melaksanakan pekerjaan. (terlampir pada hal. 143)


(50)

d. Pengajuan Pencairan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung/Kelurahan oleh Pokmas Pelaksana kegiatan dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan, sebagai berikut :

1. Tahap I dialokasikan 40% dari total dana BLM yang disetujui. 2. Tahap II dialokasikan 30% dari total dana BLM yang disetujui

dengan melampirkan :

a) Berita Acara Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan minimal pekerjaan sudah mencapai 50% yang telah disetujui dan ditandatangani oleh Tim Teknis (Konsultan Manajemen Pendamping) dan Tim Pembina Kecamatan.

b) Kwitansi atau bukti kas pengeluaran.

c) Laporan penggunaan dana BLM Program GSMK Tahap I. 3. Tahap III dialokasikan 30% dari total dana BLM yang

disetujui dengan melampirkan :

a) Berita acara kemajuan pelaksanaan pekerjaan dengan minimal pekerjaan sudah 80% yang telah disetujui dan ditandatangani oleh Tim Teknis (Konsultan Manajemen Pendamping) dan Tim Pembina Kecamatan.

b) Kwitansi atau bukti kas pengeluaran.

c) Laporan penggunaan dana BLM Program Gerakan Serentak Membangun Kampung Tahap II.

Setelah dilakukan verifikasi, Tim Pembina memberi rekomendasi kepada Bupati untuk pencairan dana BLM Program Gerakan Serentak Membangun Kampung. Kemudian permohonan pencairan


(51)

BLM Program GSMK Tahap I, II, dan Tahap III disetujui Bupati maka dilakukan penyaluran langsung ke rekening Pokmas. Pelaksanaan kegiatan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung/ Kelurahan di lapangan dimulai pada bulan Juni 2013 dan diharapkan selesai paling lambat akhir bulan September 2013; Kegiatan yang dilaksanakan dianggap selesai setelah ada Surat Pernyataan telah menyelesaikan pekerjaan dari Pokmas sebagai pelaksana program Gerakan Serentak Membangun Kampung pada Tahap I, II, dan III yang disetujui oleh Kepala Kampung, Camat, dan Konsultan Manajemen Pendamping.

4. Pendanaan

Sumber dana dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) Kabupaten Tulang Bawang adalah swadaya masyarakat, pihak swasta dari masing-masing kampung/kelurahan, dan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBD Kabupaten Tulang Bawang.

5. Prinsip pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana bantuan.

Adapun prinsip pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana bantuan Program GSMK ini adalah :

a) Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat dengan menggunakan sumberdaya, tata cara dan teknologi tepat guna spesifik lokasi.


(52)

b) Semua kegiatan dikelola secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, maupun administratif.

c) Kegiatan yang dilakukan masyarakat kampung/kelurahan merupakan kegiatan yang direncanakan dan dapat dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

d) Bentuk swadaya masyarakat dapat berupa bahan-bahan material (pasir, batu, semen), dana, tenaga kerja, dan lain lain.

e) Apabila terjadi sesuatu yang mengharuskan terjadinya perubahan jenis kegiatan yang telah ditetapkan, dibuat pernyataan dari masyarakat kampung/kelurahan melalui Tim Kecamatan dengan syarat tidak menambah alokasi dana BLM Program Gerakan Serentak Membangun Kampung yang sudah ditetapkan. Pelaksanaannya setelah mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Pendamping dan Tim Pembina

Kabupaten.

6. Organisasi Pelaksana Program 1) Tingkat Kabupaten

a) Bupati dan Wakil Bupati sebagai Penanggung Jawab. b) Sekretaris Daerah sebagai Ketua Tim Pengarah dengan

anggota para Assisten Sekretaris Daerah Kabupaten dan Inspektorat Kabupaten.

c) BPMPK/K sebagai Ketua Tim Pembina dan Koordinasi dengan anggota Dinas/Instansi Teknis terkait.


(53)

d) Tim Pengawas dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten. 2) Tingkat Kecamatan

Tim Pembina dan Koordinasi Tingkat Kecamatan yaitu Camat.yang mempunyai tugas sebagai berikut :

 Membentuk Tim Koordinasi dan Pembina Tingkat Kecamatan, yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK).

 Menetapkan Fasilitator Kecamatan sebagai petugas teknis yang akan berada dibawah Koordinasi Konsultan

Manajemen Pendamping.

 Melakukan sosialisasi Program Gerakan Serentak Membangun Kampung Kepada Kelompok Masyarakat Kampung.

 Membentuk Tim Pelaksana Kegiatan di

Kampung/Kelurahan (Pokmas) di wilayah kecamatan atas usulan kepala kampung/kelurahan.

3) Tingkat kelurahan

a) Pembina dan Koordinasi Tingkat Kampung/Kelurahan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung adalah Kepala Kampung/Lurah.

b) Kelompok Masyarakat (Pokmas) sebagaimana disebut pada ayat (3) pasal ini memiliki tugas sebagai berikut :


(54)

 Membuat proposal kegiatan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung oleh Pokmas.

 Melaksanakan kegiatan Gerakan Serentak Membangun Kampung bersama masyarakat kampung.

 Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pembina dan Koordinasi Tingkat Kecamatan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Agustinus Kali (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencanaan dan Pembangunan PLTMH di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Binomaru Kabupaten Sigi“. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat kampung Paneki terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan PLTMH di Paneki secara persentase mayoritas sangat rendah karena proses sosialisasi dari aparat pemerintah tidak berjalan dengan baik, tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap informasi masih rendah, dan masyarakat di kampung Paneki lebih mengutamakan melakukan aktifitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena kondisi ekonomi masyarakat Paneki pada umumnya kategori kurang mampu.

Hariyana (2012) melakukan penelitian dengan judul “Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”.


(55)

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memberikan tanggapan positif atas dampak program PPMK terhadap kesejahteraan responden di kelurahan tersebut berdasar pengaruh program terhadap kelompok sasaran, pengaruh program terhadap kelompok non sasaran, keadaan program di masa kini, dan pengaruh tidak langsung program terhadap kelompok sasaran.

Penelitian Ani Lelaini dan Subhakti Hasan (2006) dengan judul “Analisis Dinamika Kelompok terhadap Kelompok Tani Mekar Sari Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa elemen dikategorikan sangat baik jika kesesuaian tujuan kelompok dengan tujuan individu, kewenangan, aktivitas, koordinasi, kepemimpinan, keterpaduan, lingkungan fisik, demokrasi, tingkat kepuasan anggota dan adanya tingkat pengaruh maksud terselubung. Program, tugas, dan tujuan yang tidak kelihatan tergolong dalam kategori baik. Tingkat pengaruh maksud terselubung sangat baik, sehingga perlu dipertahankan untuk mendukung tujuan umum.

Fitri Asari (2010) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Dinamika Kelompok Dengan Tingkat Partisipasi Petani Pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan dinamika kelompok dengan tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah sebagai berikut : a) Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara fungsi tugas,


(56)

kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok, keefektifan kelompok dan agenda terselubung dengan tingkat partisipasi petani pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), b) Terdapat hubungan yang signifikan antara struktur kelompok dan pembinaan dan pemeliharaan kelompok dengan tingkat partisipasi petani pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), c) Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tujuan kelompok dengan tingkat partisipasi petani pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Arif Wahyu Kristianto (2011) melakukan penelitian dengan judul

“Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastuktur Jalan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peningkatan partisipasi

masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan kinerja fasilitator dengan menambah jumlah fasilitator, 2) Pemerintah harus memberikan dana stimulus yang berkelanjutan, 3) Pemerintah perlu secara terbuka dan

akuntabel meemperhatikan aspirasi masyarakat dalam pembangunan, 4) Perlu jaringan yang kuat dengan adanya organisasi-organisasi kemasyarakatan.

C. Kerangka Berfikir

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan program pembangunan di Indonesia adalah pembangunan infrastruktur. Untuk dapat mengatasi permasalahan infrastruktur yang lebih baik di setiap daerah, maka otonomi daerah yang memberikan kewenangan kepada Kepala Daerah diyakini mampu mempercepat proses pemerataan pembangunan.


(57)

Program pembangunan daerah sebagai upaya untuk mewujudkan percepatan pembangunan nasional dikatakan berhasil apabila mampu menumbuhkan perbaikan perekonomian masyarakat yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Selain itu, sebagai tolak ukur keberhasilan program

pembangunan yaitu peningkatan kapasitas masyarakat untuk membangun secara mandiri.

Salah satu wujud dari peningkatan kapasitas masyarakat dalam pembangunan daerah, terutama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu dalam bentuk

partisapasi masyarakat. Kelompok Masyarakat (Pokmas) merupakan

pelaksana kegiatan pembangunan di tingkat kampung/kelurahan dengan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan dalam suatu program pembangunan.

Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten yang mengadakan suatu program pembangunan daerah yaitu Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) yang bertujuan untuk :

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan dalam pembangunan daerah, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat; 2. Proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan;

3. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan;

4. Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan;

5. Mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di Kampung/Kelurahan;


(58)

6. Menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil pembangunan yang dilakukan.

Tujuan dari program GSMK ialah meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan dalam pembangunan daerah, melalui kegiatan

pemberdayaan masyarakat. Program GSMK merupakan program pemerintah dalam rangka membangun sarana prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat kampung dan pengelolaannya dilaksanakan oleh Pokmas.

Kelompok Masyarakat (Pokmas) diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat kampung agar

meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan, menumbuhkan kembali semangat gotong royong yang mulai pudar, selain itu adanya partisipasi masyarakat yang baik akan mempercepat proses pembangunan di Kabupaten tulang Bawang.

Dinamika kelompok dapat dilihat dari analisis dinamika kelompok

berdasarkan pendekatan psikososial yang terdiri dari tujuan kelompok (group goal), struktur kelompok (group structure), fungsi tugas (task function), pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group buildingand maintenance), kekompakan kelompok (group cohesiveness), suasana kelompok (group atmosphere), tekanan kelompok (group pressure), keefektifan kelompok (group effectiveness) dan agenda terselubung (hidden agenda).

Upaya untuk mewujudkan kelompok yang dinamis, dibutuhkan adanya partisipasi dari masyarakat, karena pada hakikatnya, masyarakat juga sebagai pelaksana dari keseluruhan kegiatan dalam kelompok masyarakat, sehingga


(1)

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Apabila t hitung > t tabel (μ =0,05), maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara dinamika kelompok masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Serentak

Membangun Kampung (GSMK).

2. Tetapi apabila t hitung < t tabel (μ =0,05), maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dinamika kelompok masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK).


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji hubungan antara dinamika kelompok masyarakat (Pokmas) dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam program GSMK di Kecamatan Penawar Tama, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat dinamika kelompok pada kelompok masyarakat (Pokmas) di Kecamatan Penawar Tama tergolong dalam klasifikasi dinamis dengan nilai median 57,728. Terdapat 4 Pokmas atau 28,57 % yang tergolong dalam klasifikasi tidak dinamis, 2 Pokmas atau sebesar 14,28 % termasuk klasifikasi cukup dinamis sedangkan pada 8 Pokmas atau 57,14 % sudah tergolong dalam klasifikasi dinamis.

2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GSMK di Kecamatan Penawar Tama dalam klasifikasi tinggi dengan nilai median 34,789. Terdapat 4 desa atau 28,57% yang tergolong dalam klasifikasi rendah, kemudian 2 desa atau sebesar 14,28 % termasuk klasifikasi sedang sedangkan pada 8 desa atau 57,14 % sudah tergolong dalam klasifikasi dinamis.

3. Terdapat hubungan yang nyata antara dinamika kelompok masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GSMK yang berari


(3)

bahwa semakin dinamis kelompok masyarakat, akan semakin tinggi pula tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam melaksanakan Program GSMK di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.

B. Saran

1. Tingkat kedinamisan yang tinggi pada Pokmas harus selalu dibina agar Program GSMK berjalan dengan baik. Perlu dilakukannya pelatihan penyusunan RKP dan proposal kegiatan karena sebagian besar Pokmas masih terkendala dalam kegiatan tersebut. Perlu adanya jadwal

pertemuan rutin agar proses demokrasi dalam melaksanakan pembangunan menjadi lebih baik.

2. Kepada Pokmas Tri Karya, Tri Jaya, Tri Rejo Mulyo, Sidodadi dan Pulo Gadung diharapkan dapat mencontoh Pokmas yang ada di desa lainnya, karena berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakat desa tersebut masih dalam kategori sedang. Kurangnya sosialisasi tentang pendanaan, potensi swadaya dan kehadiran saat perencanaan pembangunan,

menyebabkan sebagian besar masyarakat menganggap bahwa Program GSMK adalah bantuan dari pemerintah sehingga tidak perlu adanya swadaya yang diberikan oleh masyarakat dalam bentuk materi ataupun non materi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.

Asari, Fitri. 2010. Hubungan Dinamika Kelompok Dengan Tingkat Partisipasi Petani Pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Skripsi.UNS. Surakarta. Dajan, A. 1996. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES. Jakarta. Gerungan, W. A. 2004. Psikologi Sosial. Refika Aditama. Bandung.

Gibson, J. L. 1989. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Erlangga. Jakarta. Hariyana. 2012. Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(PPMK) terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta. Kali, Agustinus. 2011. Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencaaan

dan Pembangunan PLTMH di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Binomaru Kabupaten Sigi. Tesis. Universitas Siah Kuala. Banda Aceh. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. 2013. Memantapkan

Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan. Jakarta. Indonesia.

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. 2014. Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Jakarta. Indonesia.

Konsultan Manajemen Pendamping LPM UNILA 2013. Draft Laporan Akhir Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) Kabupaten Tulang Bawang. Tulang Bawang. Lampung

Kreitner, Robert and Angelo, Kinicki. 1998. Organizational Behavior : Fourth Edition. McGraw Hill Book Company. Boston.


(5)

Kristianto, A. W. 2012. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan. Studi kasus. Gresik.

Lelaini, A dan Hasan, S. 2006. Analisis Dinamika Kelompok terhadap Kelompok Tani Mekar Sari Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Jurnal Penyuluhan Pertanian. IPB. Bogor.

Lestari, Mugi. 2011. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok Tani dalam Berusahatani. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Mantra, I. B. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Mardikanto. 1987. Komunikasi Pembangunan. Sebelas Maret University Press Surakarta.

Mardikanto. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta. Mitchell, D. 1984. Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial. BNA AKSARA.

Jakarta.

Neil, James. 2007. Group Dynamics, Processes and Development.

www.Wilderdom.com/group.html. Diakses pada tanggal 4 Maret 2013. Riduwan, M.B.A. 2005. Skala Pengukuran Variabel Variabel Penelitian. Delta

Buku. Yogyakarta

Sajogyo, Pudjiwati dan Sajogyo, 1992, Sosiologi Pedesaan - Jilid 2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Santosa, Slamet. 1999. Dinamika Kelompok. Bumi Aksara. Jakarta Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik. PT Gramedia. Jakarta.

Singarimbun, M. 1989. Metode Penelitian Survai. PT Pustaka LP3ES. Jakarta. Slamet, Y. 1999. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Sebelas

Maret University Press. Surakarta.

Soedijanto. 1981. Keefektifan Kelompok Tani dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Disertasi. IPB. Bogor.

Soekanto, Soerjono. 1987. Pengantar Sosiologi Kelompok. Remadja Karya. Supanggyo. 2008. Hubungan Pemberdayaan Petani dengan Keberhasilan

Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Sleman. Jurnal Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. UNS.


(6)

Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan : Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta.

Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung. Triyono, Slamet. 2009. Komposisi Penduduk.

http://slamettriyono.blogspot.com/2009_10_19_archive.html. Diakses pada tanggal 4 maret 2013.

Tuyuwale, J.A. 1990. Analisis Dinamika Kelompok Tani di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Tesis. IPB. Bogor.