Hubungan antara Tradisi dan Kitab Suci Gereja menghormati Kitab-Kitab Suci

151 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti berkat pewartaan mereka, yang sebagai pengganti dalam martabat Uskup menerima kurnia kebenaran yang pasti. Sebab dalam perkembangan sejarah Gereja tiada hentinya menuju kepenuhan kebenaran ilahi, sampai terpenuhilah padanya sabda Allah. Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran Tradisi itu pun Gereja mengenal kanon Kitab-Kitab Suci selengkapnya, dan dalam Tradisi itu Kitab Suci sendiri dimengerti secara lebih mendalam dan tiada hentinya dihadirkan secara aktif. Demikianlah Allah, yang dulu telah bersabda, tiada hentinya berwawancara dengan Mempelai Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil yang hidup bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia, menghantarkan Umat beriman menuju segala kebenaran, dan menyebabkan sabda Kristus menetap dalam diri mereka secara melimpah lihat Kolose 3:16.

9. Hubungan antara Tradisi dan Kitab Suci

Jadi Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan berpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama. Sebab Kitab Suci itu pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi. Sedangkan oleh Tradisi Suci sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia. Dengan demikian Gereja menimba kepastian tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya baik Tradisi maupun Kitab Suci harus diterima dan dihormati dengan cita-rasa kesalehan dan hormat yang sama.

21. Gereja menghormati Kitab-Kitab Suci

Kitab-kitab ilahi seperti juga Tubuh Tuhan sendiri selalu dihormati oleh Gereja, yang – terutama dalam Liturgi Suci – tiada hentinya menyambut roti kehidupan dari meja sabda Allah maupun Tubuh Kristus, dan menyajikannya kepada Umat beriman. Kitab-kitab itu bersama dengan Tradisi Suci selalu dipandang dan tetap dipandang sebagai norma imannya yang tinggi. Sebab kitab-kitab itu diilhami oleh Allah dan sekali untuk selamanya telah dituliskan, serta tanpa perubahan manapun menyampaikan sabda Allah sendiri, lagi pula mendengarkan suara Roh Kudus dalam sabda para Nabi dan para Rasul. Jadi semua pewartaan dalam Gereja seperti juga agama kristiani sendiri harus dipupuk dan diatur oleh Kitab Suci. Sebab dalam Kitab-Kitab Suci Bapa yang ada di Surga penuh cinta kasih menjumpai para putera-Nya dan berwawancara dengan mereka. Adapun demikian besarlah daya dan kekuatan sabda Allah, 152 Buku Guru Kelas X SMASMK sehingga bagi Gereja merupakan tumpuan serta kekuatan, dan bagi putera- puteri Gereja menjadi kekuatan iman, santapan jiwa, sumber jernih dan kekal hidup rohani. Oleh karena itu bagi Kitab Suci berlakulah secara istimewa kata- kata: “Memang sabda Allah penuh kehidupan dan kekuatan” Ibrani 4:12, “yang berkuasa membangun dan mengurniakan warisan di antara semua para kudus” Kisah Para Rasul 20:32; lihat 1Tesalonika 2:13. c. Peserta merumuskan gagasan pokok yang terdapat pada masing-masing artikel di atas d. Bila diperlukan, guru dapat menyampaikan gagasan berikut: Pengertian Tradisi Gereja • Menurut Kamus Bahasa Indonesia, tradisi diartikan sebagai adat kebiasaan turun-temurun berupa upacara, peralatan, kesenian, adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran yang masih dijalankan oleh masyarakat. Tradisi dapat mengalami perubahan dan penyesuaian dengan situasi dan kondisi masyarakat bersangkutan. Bilamana tradisi dianggap tidak lagi relevan dengan tata nilai masyarakat atau tidak mampu menjawab tantangan zaman maka tradisi semacam ini biasanya ditinggalkan dan punah dengan sendirinya. Jadi sesungguhnya tradisi dapat dipandang sebagai pencerminan dari penghayatan masyarakat tentang nilai atau ajaran tertentu, yang kemudian diungkapkan dalam peralatan, kesenian, upacara, norma atau ajaran. • Menurut Kamus Teologi, tradisi berasal dari bahasa Latin traditio yang berarti penerusan. Tradisi adalah proses penerusan tradisi sebagai tindakan atau warisan yang diteruskan tradisi sebagai isi. Kata tradisi dalam bahasa Yunani yaitu paradosis yang secara haraiah berarti sesuatu yang telah “diserahkan”, “diteruskan”, “diwariskan”. Gereja Katolik mewarisi kekayaan tradisi yang luar biasa, walaupun ada juga tradisi yang berubah atau tidak lagi hidup di kalangan umat. • Di masa lalu Gereja Katolik pernah mempunyai tradisi-tradisi seperti puasa selama masa puasa, puasa sebelum menerima Komuni, pantang daging pada hari Jumat, mengangkat topi pada waktu melewati depan gedung gereja karena Sakramen Mahakudus ada di dalamnya, wanita menutup kepala di gereja, dan lain-lain. Tradisi-tradisi itu pernah menjadi bagian budaya Katolik yang cukup populer dan tradisi semacam itu ternyata cukup membantu memperkuat identitas Katolik. Akan tetapi, beberapa diantaranya sudah tidak dipraktikkan oleh Umat. • Dalam arti yang paling dasar, ”tradisi” merupakan pengalaman iman bersama jemaat Kristiani, dalam menghayati hidup dan imannya dalam Kristus berkat persatuannya di dalam Roh Kudus. Pemeliharaan tradisi 153 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dalam Gereja bertujuan agar pewahyuan Allah dipertahankan dan diungkapkan dalam hidup jemaat. Dan oleh karena Gereja tidak terikat dengan masyarakat, budaya atau bangsa tertentu, maka penetapan tradisi- tradisi suci selalu menekankan prinsip universalitas berlaku untuk segenap Gereja berkesinambungan dari para saksimurid Kristus dan para penggantinya, didasari konsesus dalam upaya menjaga kesatuan Tubuh Kristus. • Tradisi jauh lebih banyak daripada hormat terhadap hal-hal yang kuno. Tradisi merupakan kenyataan yang hidup yang menyimpan pengalaman iman jemaat yang diterima, diwartakan, dirayakan, dan diwariskan kepada angkatan-angkatan selanjutnya. Konsili Vatikan II memandang penting peran tradisi ini dalam kehidupan iman Gereja, sebagaimana ditegaskan dalam Konstitusi tentang Wahyu Ilahi: ”Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan, dirinya seluruhnya, iman-nya seutuhnya”. Tradisi ”berkat bantuan Roh Kudus” berkembang dalam Gereja, ”sebab berkembanglah pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata- kata yang ditanamkan,” dan ”Gereja tiada hentinya berkembang menuju kepenuhan kebenaran Ilahi” Dei Verbum 8. Macam-macam Tradisi dalam Gereja Katolik • Sudah kita ketahui bersama, bahwa Tradisi Gereja merupakan pengalaman iman jemaat Kristiani, atas hidup Kristus, dan persatuannya di dalam Roh Kudus yang telah diwariskan hingga kini. Pengalaman iman itu diungkapkan dalam tradisi yang resmi maupun tidak resmi. Tradisi yang resmi adalah Tradisi Gereja diungkapkan dalam Kitab Suci, dalam syahadat, dalam liturgi, dan dalam sakramen-sakramen Gereja, serta dalam rumusan doktrinal dari kuasa mengajar Gereja tertinggi. • Untuk menjaga Tradisi, Gereja perdana mengumpulkan dan menyusun tulisan-tulisan suci yang diakui sebagai iman para Rasul oleh semua Gereja ke dalam kanon Kitab Suci. Kanonisasi Kitab Suci itu menjadi sangat penting terutama untuk membedakan ajaran-ajaran yang salah dari ajaran-ajaran yang asli. Gereja perdana juga mengembangkan rumusan syahadat sebagai bentuk pengakuan iman yang normatif. Dengan cara itu, pewahyuan Allah dipertahankan dan diungkapkan dalam hidup jemaat. • Tradisi-tradisi Gereja yang dipertahankan oleh Gereja terutama tradisi yang tumbuh dan dilakukan dalam kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para rasul, yang disebut zaman Gereja Perdana. Tradisi itu dibangun di atas dasar para rasul dan nabi dengan Kristus Yesus 154 Buku Guru Kelas X SMASMK sebagai batu penjuru Efesus 2:20. Maka perumusan pengalaman iman Gereja Perdana, yang disebut Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis dengan ilham Roh Kudus merupakan pusat dan sumber seluruh Tradisi. Sebab Kitab Suci Perjanjian Baru mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita. • Sesudah Gereja perdana, Tradisi mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab Suci: “sebab berkembanglah pengertian tentang kenyataan-kenyataan serta kata-kata yang diturunkan, baik karena kaum beriman, yang menyimpannya dalam hati, merenungkan serta mempelajarinya maupun karena mereka menyelami secara mendalami pengalaman-pengalaman rohani mereka” DV art. 8. Lebih lanjut konsili menegaskan: jelaslah bahwa Tradisi Suci, Kitab Suci dan wewenang mengajar Gereja saling berhubungan dan berpadu DV 10. • Tradisi Gereja mempunyai dasar dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, Tradisi Gereja berusaha terus menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci. Kekayaan iman itu salah satunya yang kita sebut syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci. Selain dirumuskan dalam syahadat, tradisi Gereja juga dipelihara dan diungkapkan melalui berbagai bentuk rumusan doktrinal, baik berupa ensiklik. Rumusan doktrinal tersebut didasari oleh iman Gereja tentang kuasa mengajar magisterium, yang diakui tidak mengandung kesesatan apapun. • Di dalam Gereja kita, juga dikenal Tradisi Gereja yang tidak resmi. Kita tahu, bahwa Tradisi Gereja itu merupakan pengalaman iman yang dinamis dan terus berkembang. Pengalaman iman itu diungkapkan pula dalam berbagai bentuk seni, dari musik, tulisan-tulisan, sastra kekristenan, baik secara populer dari ajaran para teolog, melalui spiritualitas dan tradisi-tradisi doa, serta devosi. Tradisi Gereja diungkapkan juga melalui ceritera-ceritera para kudus, dan hidup orang Kristiani dari masa ke masa. • Jadi sesungguhnya, kata “tidak resmi” dimaksudkan, bahwa kekayaan Tradisi Gereja kita ini begitu beragam dan sangat banyak. Kadang ada hal-hal yang belum bisa tertampung. Tetapi kita tahu, bahwa itu semua hidup dan berkembang. Tentu perkembangannya tidak jauh dari iman kepercayaan, dan apa yang telah dibangun Gereja dari masa ke masa. Tradisi Gereja yang tidak resmi ini biasanya berkembang sesuai dengan budaya di mana jemaat atau umat itu tinggal. Maka, walaupun sudah diteruskan, sering ada perkembangan yang disesuaikan dengan hidup 155 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dan konteks hidup jemaat. Kita saat ini bisa melihat ada berbagai macam tradisi yang ada dalam Gereja Katolik. Misalnya saja, gua natal, ziarah dan devosi ke Gua Maria, dan lain sebagainya. • Kitab Suci bersama Tradisi Gereja ini merupakan tolok ukur iman Gereja, sebagaimana dikatakan oleh Konsili Vatikan II: “Kitab-Kitab itu Kitab Suci bersama dengan Tradisi suci selalu dipandang dan tetap dipandang sebagai norma imannya yang tertinggi” DV art. 21. Itu berarti iman Gereja, baik iman Gereja secara keseluruhan iman objektif maupun iman dalam arti sikap masing-masing orang beriman iman subjektif diukur kebenarannya berdasarkan Kitab Suci maupun Tradisi Gereja. Langkah Ketiga: Menghayati Tradisi Gereja a. Banyak orang setelah melihat pagelaran suatu tradisi tidak merasa mendapatkan apa-apa; bahkan sekalipun ia ikut terlibat di dalamnya, ia seolah pulang dengan kosong, kecuali rasa lelah. Tradisi seolah-olah tidak bermakna bagi hidupnya. Tentu hal tersebut sangat disayangkan. Oleh karena itu, supaya kalian tidak jatuh pada pengalaman yang sama, rumuskan bersama teman-temanmu: sikap dan tindakan apa yang perlu dikembangkan agar kita semakin menghayati tradisi yang ada? b. Salah satu bentuk tradisi adalah sakramen; yang salah satunya adalah Sakramen Ekaristi. Dalam suasana hening, coba releksikan kembali makna sakramen Ekaristi bagi kehidupan imanmu, sejauhmana dirimu selama ini sungguh-sungguh merayakan sakramen tersebut? Apa yang perlu ditingkatkan dalam dirimu agar Tradisi Suci tersebut makin bermanfaat dalam memperkembangkan imanmu c. Setelah sharing, bila diperlukan, guru dapat menyampaikan kesimpulan, misalnya: • Tradisi Gereja merupakan bentuk pengungkapan atas penghayatan iman Gereja, maka sesungguhya Tradisi merupakan sarana agar iman Gereja makin berkembang. Tetapi itu semua dapat terjadi bilamana umat turut menghidupi Tradisi tersebut. Kata “menghidupi” dapat diartikan: turut memahami maknanya, turut memelihara, dan menjalankannya. • Dalam menjalankan Tradisi umat perlu melaksanakannya dengan sungguh-sungguh dengan penuh penghayatan, bukan sekedar ikut- ikutan, bukan pula sekedar kebiasaan. Bila tradisi dijalankan tanpa dipahami maknanya, maka tidak akan berdampak apa-apa pada sikap iman dan tindakan hidup sehari-hari. 156 Buku Guru Kelas X SMASMK Doa Penutup Guru mengajak para peserta didik untuk menutup pelajaran dengan doa yang sesuai, misalnya: Mazmur 11: 1-7 1 Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: “Terbanglah ke gunung seperti burung” 2 Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. 3 Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu? 4 TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di Surga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia. 5 TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. 6 Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka. 7 Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya. Penilaian Aspek Pengetahuan 1. Sebutkan garis besar kronologis tersusunnya Kitab Perjanjian Lama 2. Jelaskan isi pokok Kitab Perjanjian Lama 3. Jelaskan makna istilah “Perjanjian Lama” 4. Sebutkan bagian-bagian Kitab Perjanjian Lama 5. Jelaskan makna Kitab Suci sebagai Firman Allah dalam bahasa manusia 6. Jelaskan proses tersusunnya Kitab Suci Perjanjian Baru 7. Sebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Baru 157 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 8. Jelaskan alasan membaca Kitab Suci 9. Uraikan satu contoh tradisi di daerahmu, dan jelaskan nilai-nilai luhur apa yang hendak diungkapkan dalam tradisi tersebut 10. Sebutkan dua tradisi yang ada dalam Gereja Katolik; dan jelaskan maknanya 11. Jelaskan arti tradisi dalam Gereja Katolik 12. Jelaskan arti Injil Yohanes 21: 24-25 dalam kaitannya dengan tradisi dalam Gereja Katolik Aspek Keterampilan: 1. Membuat pengelompokan Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru 2. Mencari pesan dari perikope Kitab Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru dan relevansinya bagi kehidupan dirinya sehingga semakin menghayati Kitab Suci adalah Sabda Allah 3. Menyusun, doa, renungan, atau lainnya setelah membaca dan merenungkan perikope Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru Aspek Sikap 1. Bersyukur atas para saksi iman yang mewariskan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan Tradisi Gereja 2. Mendoakan para saksi iman 3. Terbiasa membaca Kitab Perjanjian Lama dan atau Perjanjian Baru 4. Melibatkan diri secara aktif dalam menghidupkan tradisi-tradisi dalam Gereja 5. Bersikap hormat saat membaca Kitab Suci dan mengikuti kegiatan Tradisi Gereja Pengayaan Peserta didik mencari dari berbagai sumber mass media cetak maupun elektronik, tokoh agama, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua, dan sebagainya untuk memperoleh informasi, atau pengalaman atau paham pandangan, yang berkaitan dengan tema: Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta tradisi. Hal itu dapat dilakukan dengan studi literatur, pengamatan, survei, wawancara dan teknik pengumpulan data yang dikuasai peserta didik. 158 Buku Guru Kelas X SMASMK Remedial Remedial diarahkan pada penguasaan indikator-indikator kunci pada bab ini, antara lain: 1. Peserta didik menjelaskan, baik secara tertulis atau lisan, pentingnya membaca Kitab Suci Perjanjian Lama 2. Peserta didik menjelaskan, baik secara tertulis atau lisan isi pokok salah satu Kitab dalam Perjanjian Lama 3. Peserta didik menjelaskan, baik secara tertulis atau lisan makna Tradisi, hubungan Tradisi dengan Kitab Suci, alasan Tradisi dan Kitab Suci dipandang sebagai sumber Iman Katolik 4. Peserta didik membuat renungan tertulis dari salah satu perikope Kitab Suci Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru 159 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Bab IV Yesus Mewartakan dan Memperjuangkan Kerajaan Allah Kitab Suci dan Tradisi dapat dipahami sebagai pintu masuk untuk lebih mengenal dan memahami Yesus Kristus. Ia adalah sumber utama iman akan Yesus Kristus. Pada bab ini kita akan lebih mendalami Yesus Kristus yang kita imani itu. Yesus yang kita imani ialah Yesus Kristus sebagai utusan Bapa untuk mewartakan Kerajaan Allah dan mewujudkannya. Misi Yesus mewartakan Kerajaan Allah rupanya bukan tugas yang mudah. Sebelum Yesus tampil di muka umum, sudah banyak paham Kerajaan Allah yang hidup dan berkembang dalam masyarakatnya. Paham-paham Kerajaan Allah yang berkembang saat itu tidak bisa dilepaskan dari situasi dan kondisi yang dialami bangsa Yahudi, yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh pula pada sikap dan perilaku masing-masing kelompok dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam relasi mereka dengan sesama, maupun dengan Tuhan. Di tengah berbagai paham Kerajaan Allah itu, Yesus mewartakan Kerajaan Allah sesuai dengan yang dihayati-Nya sendiri. Dalam mewartakan Kerajaan Allah tersebut, Yesus berusaha agar pewartaan-Nya dapat dipahami dengan mudah. Itulah sebabnya kerap kali Ia menggunakan perumpamaan. Tetapi Yesus tidak hanya mengajarkan dan menjelaskan Kerajaan Allah, melainkan menunjukkan tanda-tanda kehadirannya melalui tindakan-Nya. Untuk lebih memahami perjuangan Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah, dua pokok bahasan berikut akan digumuli bersama: A. Gambaran tentang Kerajaan Allah pada zaman Yesus B. Yesus mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah. 160 Buku Guru Kelas X SMASMK

A. Gambaran tentang Kerajaan Allah Pada Zaman Yesus