Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda

Lampiran 1. Deskripsi tanaman jambu air varietas deli hijau
Asal
Silsilah
Golongan varietas
Tinggi tanaman
Bentuk tajuk tanaman
Bentuk penampang batang
Lingkar batang
Warna batang
Warna daun
Bentuk daun
Ukuran daun

Bentuk bunga
Warna kelopak bunga
Warna mahkota bunga
Warna kepala putik
Warna benangsari
Waktu berbunga
Waktu panen
Bentuk buah

Ukuran buah
Warna kulit buah
Warna daging buah
Rasa daging buah
Bentuk biji
Warna biji
Kandungan air
Kadar gula
Kandungan vitamin C
Berat per buah
Jumlah buah per tanaman
Persentase bagian buah yang
dapat dikonsumsi
Daya simpan buah pada suhu
28 – 300C
Hasil buah per pohon
per tahun
Identitas pohon induk tunggal

: Kelurahan Paya Roba, Kecamatan Binjai Barat,

Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara
: seleksi pohon induk, tanaman hasil introduksi
: klon
: 2,9 m
: kerucut meranting
: gilig
: 26 cm (diukur 30 cm di atas permukaan tanah)
: kecoklatan
: bagian atas hijau tua mengkilap, bagian bawah
hijau
: memanjang (oblongus)
: panjang 20 – 22 cm, lebar bagian pangkal 5,5 – 6
cm, lebar bagian tengah 7 – 8 cm, lebar bagian
ujung 5,0 – 5,5 cm
: seperti mangkok/ tabung
: hijau muda
: putih kekuningan
: putih
: putih
: Juni – Juli (dapat berbunga sepanjang tahun)

: September – Oktober (sepanjang tahun)
: seperti lonceng (kadang tidak berlekuk/
berpinggang)
: tinggi 7,5 – 8,0 cm, diameter 5,0 – 5,5 cm
: hijau semburat merah
: putih kehijauan
: manis madu
: –
: –
: 81,596 %
: 12,40brix
: 210,463 mg/ 100 g
: 150 – 200 g
: 200 – 360 buah/ pohon/ tahun
: 95 – 98 %
: 5 – 7 hari setelah panen
: 30 – 45 kg (pada umur tanaman 2,5 tahun)
: tanaman milik SunardiKelurahan Paya Roba,
Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Provinsi
Sumatera Utara


Nomor registrasi pohon induk
tunggal
: Ja.a./SU/II.68/BJ/2012

Universitas Sumatera Utara

Perkiraan umur pohon induk : 5 tahun
Penciri utama
: warna buah matang hijau semburat merah,
sebagian besar buah tidak berbiji
Keunggulan varietas
: daya hasil (produktifitas) tinggi, dapat ditanam
dalam pot, berbuah sepanjang tahun, rasa buah
matang manis madu, daging buah renyah
Wilayah adaptasi
: beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai
menengah dengan ketinggian 0 – 500 m dpl
Pemohon
: Pemerintah Kota Binjai bekerjasama dengan

UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV,
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
Pemulia
: –
Peneliti
: Arnold Simatupang, Sangkot Situmorang,
Rumontam, Hotman Silalahi, Sugeng Prasetyo,
M. Roem S. (UPT. Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Provinsi
Sumatera Utara), M. Idaham, Edy Gunawan,
Ralasen Ginting (Pemerintah Kota Binjai), Herla
Rusmarilin (Fakultas Pertanian USU)
Sumber : Tim Peneliti UPT. Balain pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Bagan plot penelitian
50 cm
30 cm


T2K0

T1K2

T1K3

T1K1

T2K0

T2K2

T2K1

T2K3

T2K0

T2K3


T1K1

T1K2

T1K3

T1K0

T1K0

T2K2

T2K1

T2K3

T1K2

T2K2


T2K1

T1K0

T1K3

T1K1

Blok II

Blok I

Blok III

U

B

6,9 m


T

S

5.50 m
Lampiran 3. Bagan penanaman dalam plot
150 cm
15 cm
60 cm

30 cm

15 cm

X

X

X


X

X

X

X

X

X

X

30 cm

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Jadwal kegiatan penelitian

Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Persiapan Lahan
Persiapan Media Tanam
Pengambilan Bahan Setek
Pembuatan Setek
Pemberian IBA
Penanaman Setek
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiangan

8. Pengamatan Parameter
Waktu Muncul Tunas (HST)
Panjang Tunas (cm)
Persentase Setek Bertunas(%)
Panjang Akar (cm)
Jumlah Akar (helai)
Volume Akar (ml)
Bobot Kering Tunas (g)
Bobot Kering Akar (g)
x = Waktu pelaksanaan kegiatan

1
x
x

2

3

4

Minggu
5 6 7

8

9

10

x
x
x
x
Disesuaikan Dengan Kondisi
Lapangan
Disesuaikan Dengan Kondisi
Lapangan
x

x

x

x

x

x

x
x
x
x
x
x
x
x

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Data pengamatan waktu muncul tunas (HST) setek jambu air deli
hijau pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
39,00
33,00
38,00
110,00
36,67
T1K1
14,00
46,00
28,00
88,00
29,33
T1K2
21,00
21,00
23,00
65,00
21,67
T1K3
29,00
27,00
46,00
102,00
34,00
T2K0
28,00
47,00
25,00
100,00
33,33
T2K1
27,00
21,00
29,00
77,00
25,67
T2K2
24,00
22,00
24,00
70,00
23,33
T2K3
47,00
15,00
34,00
96,00
32,00
Total
229,00
232,00
247,00
708,00
236,00
Rataan
28,63
29,00
30,88
88,50
29,50
Lampiran 6. Data transformasi (x + 0.5) waktu muncul tunas setek jambu air deli
hijau pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
6,74
6,24
6,66
19,65
6,55
T1K1
4,24
7,28
5,79
17,32
5,77
T1K2
5,08
5,08
5,30
15,46
5,15
T1K3
5,89
5,70
7,28
18,86
6,29
T2K0
5,79
7,36
5,50
18,65
6,22
T2K1
5,70
5,08
5,89
16,66
5,55
T2K2
5,40
5,19
5,40
15,99
5,33
T2K3
7,36
4,37
6,33
18,06
6,02
Total
46,20
46,31
48,15
140,65
46,88
Rataan
5,77
5,79
6,02
17,58
5,86
Lampiran 7. Sidik ragam data pengamatan muncul tunas setek jambu air deli hijau
pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
SK
DB
JK
KT
F.Hit
F.05
Ket
Blok
2
0,30
0,15
0,16
3,74
tn
Perlakuan
7
5,08
0,73
0,78
2,77
tn
T
1
0,16
0,16
0,17
4,60
tn
K
3
4,69
1,56
1,69
3,34
tn
TxK
3
0,24
0,08
0,09
3,34
tn
Galat
14
12,96
0,93
Total
23
18,35
KK
16%
Keterangan : tn = tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Data pengamatan persentase setek bertunas (%) setek jambu air deli
hijau pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
70,00
90,00
80,00
240,00
80,00
T1K1
100,00
70,00
80,00
250,00
83,33
T1K2
70,00
90,00
80,00
240,00
80,00
T1K3
80,00
80,00
80,00
240,00
80,00
T2K0
80,00
70,00
70,00
220,00
73,33
T2K1
70,00
90,00
80,00
240,00
80,00
T2K2
100,00
100,00
90,00
290,00
96,67
T2K3
80,00
90,00
90,00
260,00
86,67
Total
650,00
680,00
650,00
1980,00
660,00
Rataan
81,25
85,00
81,25
247,50
82,50
Lampiran 9. Sidik ragam data pengamatan persentase setek bertunas setek jambu
air deli hijau pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
SK
DB
JK
KT
F.Hit
F.05
Ket
Blok
2
75,00
37,50
0,44
3,74
tn
Perlakuan
7
983,33
140,48
1,65
2,77
tn
T
1
66,67
66,67
0,78
4,60
tn
K
3
416,67
138,89
1,63
3,34
tn
TxK
3
500,00
166,67
1,96
3,34
tn
Galat
14
1191,67
85,12
Total
23
2250,00
KK
11%
Keterangan : tn = tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10. Data pengamatan panjang tunas (cm) setek jambu air deli hijau pada
pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
11,53
9,13
12,73
33,40
11,13
T1K1
12,97
9,57
12,27
34,80
11,60
T1K2
8,67
9,07
9,17
26,90
8,97
T1K3
9,17
7,17
7,03
23,37
7,79
T2K0
7,43
11,33
14,80
33,57
11,19
T2K1
9,60
7,30
8,20
25,10
8,37
T2K2
11,47
11,43
10,87
33,77
11,26
T2K3
9,10
12,83
11,70
33,63
11,21
Total
79,93
77,83
86,77
244,53
81,51
Rataan
9,99
9,73
10,85
30,57
10,19
Lampiran 11. Sidik ragam panjang tunas setek jambu air deli hijau pada
pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
SK
DB
JK
KT
F.Hit
F.05
Ket
Blok
2
5,45
2,73
0,79
3,74
tn
Perlakuan
7
49,92
7,13
2,08
2,77
tn
T
1
2,41
2,41
0,70
4,60
tn
K
3
8,81
2,94
0,85
3,34
tn
TxK
3
38,71
12,90
3,75
3,34
*
T1 pada K kuadratik
1
1,01
1,01
0,30
4,60
tn
T1 pada K kubik
1
1,56
1,56
0,45
4,60
tn
T2 pada K kuadratik
1
2,89
2,89
0,84
4,60
tn
T2 pada K kubik
1
5,60
5,60
1,63
4,60
tn
Galat
14
48,12
3,44
Total
23 103,49
KK
18%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12. Data pengamatan jumlah akar (helai) setek jambu air deli hijau pada
pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
8,67
8,33
7,33
24,33
8,11
T1K1
10,00
13,67
9,33
33,00
11,00
T1K2
15,33
17,33
13,67
46,33
15,44
T1K3
5,67
5,33
4,33
15,33
5,11
T2K0
10,33
9,00
9,67
29,00
9,67
T2K1
16,67
14,00
11,33
42,00
14,00
T2K2
21,67
24,67
20,33
66,67
22,22
T2K3
5,00
7,67
5,67
18,33
6,11
Total
93,33
100,00
81,67
275,00
91,67
Rataan
11,67
12,50
10,21
34,38
11,46
Lampiran 13. Sidik ragam data pengamatan jumlah akar setek jambu air deli hijau
pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
SK
DB
JK
KT
F.Hit
F.05 Ket
Blok
2
21,53
10,76
5,61 3,74
*
Perlakuan
7 665,14
95,02
49,56 2,77
*
T
1
57,04
57,04
29,75 4,60
*
K
3 577,61 192,54
100,42 3,34
*
linear
1
3,68
3,68
1,92 4,60
tn
kuadratik
1 425,04 425,04
221,68 4,60
*
kubik
1 148,89 148,89
77,65 4,60
*
TxK
3
30,50
10,17
5,30 3,34
*
T1 pada K kuadratik
1
65,56
65,56
34,19 4,60
*
T1 pada K kubik
1
20,01
20,01
10,44 4,60
*
T2 pada K kuadratik
1 156,74 156,74
81,75 4,60
*
T2 pada K kubik
1
59,74
59,74
31,16 4,60
*
Galat
14
26,84
1,92
Total
23 713,51
KK
12%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 14. Data pengamatan panjang akar (cm) setek jambu air deli hijau pada
pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
8,53
8,63
8,23
25,40
8,47
T1K1
7,83
8,13
7,67
23,63
7,88
T1K2
8,40
8,30
8,83
25,53
8,51
T1K3
7,33
9,40
10,83
27,57
9,19
T2K0
9,00
6,83
9,27
25,10
8,37
T2K1
7,20
8,83
8,37
24,40
8,13
T2K2
11,67
11,17
10,17
33,00
11,00
T2K3
8,77
9,43
8,83
27,03
9,01
Total
68,73
70,73
72,20
211,67
70,56
Rataan
8,59
8,84
9,03
26,46
8,82
Lampiran 15. Sidik ragam data pengamatan panjang akar setek jambu air deli
hijau pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
SK
DB
JK
KT
F.Hit
F.05
Ket
Blok
2
0,76
0,38
0,43
3,74
tn
Perlakuan
7
20,13
2,88
3,30
2,76
*
T
1
2,28
2,28
2,62
4,60
tn
K
3
10,68
3,56
4,08
3,34
*
linear
1
4,33
4,33
4,97
4,60
*
kuadratik
1
0,09
0,09
0,10
4,60
tn
kubik
1
6,26
6,26
7,17
4,60
*
TxK
3
7,17
2,39
2,74
3,34
tn
Galat
14
12,21
0,87
Total
23
33,10
KK
11%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 16. Data pengamatan volume akar (ml) setek jambu air deli hijau pada
pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
2,00
2,67
2,00
6,67
2,22
T1K1
1,67
2,33
2,33
6,33
2,11
T1K2
3,00
3,00
2,67
8,67
2,89
T1K3
1,67
1,67
2,33
5,67
1,89
T2K0
2,00
1,67
2,00
5,67
1,89
T2K1
2,67
2,67
2,33
7,67
2,56
T2K2
2,67
4,00
2,67
9,33
3,11
T2K3
1,33
2,33
2,33
6,00
2,00
Total
17,00
20,33
18,67
56,00
18,67
Rataan
2,13
2,54
2,33
7,00
2,33
Lampiran 17. Sidik ragam data pengamatan volume akar setek jambu air deli
hijau pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
SK
DB
JK
KT
F.Hit
F.05
Ket
Blok
2
0,69
0,35
2,14
3,74
tn
Perlakuan
7
4,59
0,66
4,05
2,77
*
T
1
0,07
0,07
0,46
4,60
tn
K
3
4,04
1,35
8,30
3,34
*
linear
1
0,03
0,03
0,21
4,60
tn
kuadratik
1
2,67
2,67
16,46
4,60
*
kubik
1
1,34
1,34
8,25
4,60
*
TxK
3
0,48
0,16
0,99
3,34
tn
Galat
14
2,27
0,16
Total
23
7,56
KK
17%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 18. Data pengamatan bobot kering tunas (g) setek jambu air deli hijau
pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
0,81
0,95
0,90
2,66
0,89
T1K1
0,84
0,88
0,59
2,31
0,77
T1K2
0,73
1,47
0,64
2,84
0,95
T1K3
1,15
0,53
0,85
2,53
0,84
T2K0
0,98
0,64
1,03
2,66
0,89
T2K1
0,68
0,76
0,92
2,36
0,79
T2K2
1,36
1,14
0,89
3,39
1,13
T2K3
0,84
0,87
0,57
2,28
0,76
Total
7,40
7,23
6,40
21,03
7,01
Rataan
0,93
0,90
0,80
2,63
0,88
Lampiran 19. Sidik ragam bobot kering tunas setek jambu air
pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
SK
DB
JK
KT
F.Hit
Blok
2
0,07
0,04
0,57
Perlakuan
7
0,31
0,04
0,70
T
1
0,00
0,00
0,08
K
3
0,25
0,08
1,31
TxK
3
0,06
0,02
0,29
Galat
14
0,89
0,06
Total
23
1,27
KK
29%
Keterangan : tn = tidak nyata

deli hijau pada
F.05
3,74
2,76
4,60
3,34
3,34

Ket
tn
tn
tn
tn
tn

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 20. Data pengamatan bobot kering akar (g) setek jambu air deli hijau
pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
0,42
1,13
0,73
2,28
0,76
T1K1
0,46
1,31
0,80
2,57
0,86
T1K2
0,40
1,61
0,81
2,81
0,94
T1K3
0,41
0,42
0,80
1,63
0,54
T2K0
0,51
0,62
0,81
1,94
0,65
T2K1
0,47
0,71
1,19
2,37
0,79
T2K2
0,75
2,04
1,31
4,10
1,37
T2K3
0,60
0,59
0,78
1,97
0,66
Total
4,02
8,43
7,22
19,67
6,56
Rataan
0,50
1,05
0,90
2,46
0,82
Lampiran 21. Data transformasi (x + 0.5) bobot kering akar setek jambu air deli
hijau pada pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
Blok
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T1K0
1,15
1,56
1,35
4,07
1,36
T1K1
1,18
1,65
1,39
4,22
1,41
T1K2
1,13
1,77
1,40
4,30
1,43
T1K3
1,14
1,15
1,39
3,68
1,23
T2K0
1,22
1,29
1,40
3,90
1,30
T2K1
1,19
1,34
1,59
4,12
1,37
T2K2
1,37
1,93
1,65
4,94
1,65
T2K3
1,27
1,27
1,38
3,92
1,31
Total
9,64
11,95
11,56
33,15
11,05
Rataan
1,21
1,49
1,44
4,14
1,38
Lampiran 22. Sidik ragam bobot kering akar setek jambu air deli hijau pada
pemberian konsentrasi IBA dan bahan tanam yang berbeda
SK
DB
JK
KT
F.Hit
F.05
Ket
Blok
2
0,38
0,19
8,14
3,74
*
Perlakuan
7
0,33
0,05
2,01
2,76
tn
T
1
0,02
0,02
0,69
4,60
tn
K
3
0,24
0,08
3,49
3,34
*
linear
1
0,00
0,00
0,01
4,60
tn
kuadratik
1
0,17
0,17
7,10
4,60
*
kubik
1
0,08
0,08
3,35
4,60
tn
TxK
3
0,07
0,02
0,98
3,34
tn
Galat
14
0,33
0,02
Total
23
1,04
KK
11%
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Al-Saif, A.M.H. 2011. Effect Of Plant Growthregulators On Fruit Growth And
Quality Development Of Syzygium Samarangense (Water Apple/Wax
Apple). Thesis. Faculty Of Science University Of Malaya Kuala Lumpur.
Malaysia.
Aryo, K. A. 2012. Jambu Air Dalhari (Syzygium samarangense). Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Budianto, E. A., K. Badami., dan A. Arsyadmunir. 2013. Pengaruh Kombinasi
Macam ZPT dengan Lama Perendaman yang Berbeda Terhadap
Keberhasilan Pembibitan Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
Secara Stek. Agrovigor Vol. 6 No. 2 ISSN 1979 5777. Universitas
Trunojoyo, Madura.
Daulay, S.D. 2010. Pertumbuhan Setek Akar Sukun (Artocarpus communis
Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon. Skripsi.
Program Studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Fanesa, A. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Pertumbuhan Setek Pucuk Jeruk Kacang (Citrus Nobilis L.). Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.
Hartanto, Y. 1998. Induksi Multiplikasi Tunas Aksilar Jambu Air Varietas Citra
(Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) Secara In Vitro dan
Pengujian Keseragaman Tunas Melalui Teknik Isozim. Institut Pertabian
Bogor, Bogor.
Hasanah, F. N. dan N. Setiari. 2007. Pembentukan Akar pada Setek batang Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam IBA (Indole Butyric Acid)
pada Konsentrasi Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2,
Oktober 2007. Universitas Diponegoro, Semarang.
Henuhili, V. 2010. Budidaya dan Peningkatan Nilai Jual Jambu Air di Wilayah
Pedukuhan Jogotirto, Desa Krasakan, Kecamatan Berbah, Kabupaten
Sleman. Jurnal Pendidikan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Huik, E. M. 2004. Pengaruh Rootone – F dan Ukuran Diameter Setek Terhadap
Pertumbuhan dari Setek Batang Jati (Tectona Grandis L.F.). Skripsi.
Universitas Pattimura, Ambon.
Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA Terhadap Persen Jadi Setek Pucuk Meranti
Putih (Shorea montegena). Skripsi. Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Pattimura, Ambon.

Universitas Sumatera Utara

Lawalata, I. J. 2011. Pemberian Beberapa Kombinasi ZPT Terhadap Regenerasi
Tanaman Gloxinia (Siningia speciosa) dari Eksplan Batang dan Daun
Secara In Vitro. J. Exp. Life Sci. Vol. 1 No.2. Hal. 56-110.
Merril, E. D and Perry, L. M. 1938. Syzygium samarangense (Blume) Merr. & L.
M. Perry. J. Arnold Arbor. 19(2): 115
Morton, J. F. 2004.
Fruits
of
Warm Climates. Diakses dari
http://books.google.co.id/books/about/Fruits_of_warm_climates.html?id=p
CgmAQAAMAAJ&redir_esc=y pada 13 Maret 2015.
Na’iem, M. 2000. Prospek Pertumbuhan Klon Jati di Indonesia. Seminar Nasional
Status Silvikultur 1999. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Nurzaman, Z. 2005. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA Terhadap
Pertumbuhan Setek Mini Pule Pandak (Rauwolfia Serpentina Benth.)
Hasil Kultur In Vitro pada Media Arang Sekam dan Zeolit. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Orwa, C., A. Mutua., Kindt, R., Jamnadass, R., S. Anthony. 2009. Syzygium
samarangense Agroforestree Database: a tree reference and selection
guide
version
4.0.
diakses
dari
http://www.worldagroforestry.org/sites/treedbs/treedatabases.asp pada 13
Maret 2015.
Peter, T., D. Padmavathi., R.J. Sajini and Sarala, A. 2011. Syzygium
Samarangense: A Review On Morphology, Phytochemistry &
Pharmacological Aspects. Asian J. of Biochemical and Pharmaceutical
Research 1(4):155-163.
Prastowo, N., J.M. Roshetko. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan
Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) dan
Winrock International. Bogor. Indonesia.
Pujawati, E. D., 2009. Pertumbuhan Setek Jeruk Lemon (Citrus medica) dengan
Pemberian Urin Sapi pada Berbagai Konsentrasi dan Lama Perendaman.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 26, Edisi Juni 2009. Fakultas
Kehutanan Unlam, Banjarbaru.
Purdyaningsih, E. 2012. Kajian Pengaruh Pemberian ZPT Terhadap Pertumbuhan
Setek Nilam. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan.
Jakarta.
Rebin. 2013. Teknik Perbanyakan Jambu Air Citra Melalui Setek Cabang. Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika. Sumatera Barat. Padang.

Universitas Sumatera Utara

Sudarmi, 2008. Kajian Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Setek Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Agrobisnis
Univet Bantara Sukoharjo.
Sukmadi, R. B. 2012. Aktivitas Fitohormon Indole-3-Acetic Acid (IAA) dari
Beberapa Isolat Bakteri Rizosfer dan Endofit. J. Sains dan Teknologi
Indonesia Vol. 14, No. 3, Desember 2012 Hlm. 221-227.
Sulastri, Y.S. 2004. Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Lama
Perendaman Terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Jambu Air (Syzygium
samarangense Burn. F. Alst.). J. Penelitian Bidang Ilmu Pertanian
2(3):25-34.
Suprapto, A. 2004. Auksin : Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu
Setek Tanaman. J. Penelitian Vol. 21, No. 1 Februari – Maret 2014
(Tahun ke 11): 81-90.
Suyanti, Mukarlina, dan Rizalinda. 2013. Respon Pertumbuhan Setek Pucuk Keji
Beling (Strobilanthes crispus Bl.) dengan Pemberian IBA (Indole Butyric
Acid). J. Protobiont Vol 2 (2): 26 – 31.
Tim Peneliti. 2012. Usulan Pendaftaran Varietas. Jambu Air Varietas Madu Deli
(Asal Kota Binjai). UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Tohari. 1992. Fisiologi Budidaya Tanaman Tropik, Cetakan kedua. Fakultas
Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut
pada bulan Agustus sampai Oktober 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain bahan tanam cabang
sekunder dari jambu air deli hijau dengan pucuk dan tanpa pucuk, top soil dan
kompos sebagai campuran media tanam, IBA (Indole Butyric Acid) sebagai
perangsang pertumbuhan, fungisida Dithane M-45, air untuk menyiram setek,
polibag ukuran 15 x 20 cm (+ 1 kg tanah) sebagai wadah tanam, paranet 65 %
sebagai naungan, bambu sebagai kerangka naungan dan rumah plastik, plastik
bening sebagai atap rumah plastik, label sebagai penanda perlakuan.
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain gunting setek sebagai
alat menggunting bahan setek, cangkul untuk mengaduk media tanam, ayakan
untuk mengayak media tanam, meteran sebagai alat untuk mengukur luas lahan,
mistar untuk mengukur panjang tunas, timbangan analitik sebagai alat untuk
menimbang kebutuhan IBA, handsprayer sebagai alat untuk menyemprotkan
fungisida dan menyiram tanaman, gelas ukur sebagai alat untuk menghitung
volume akar, beaker glass sebagai wadah IBA dan alat-alat tulis.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Bahan Tanam Setek (T) terdiri atas 2 taraf, yaitu :
T1 = Cabang sekunder dengan pucuk
T2 = Cabang sekunder tanpa pucuk
Faktor II : Konsentrasi IBA (K) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :
K0 = 0 ppm
K1 = 50 ppm
K2 = 100 ppm
K3 = 150 ppm
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 8 kombinasi, yaitu :
T1K0

T1K1

T1K2

T1K3

T2K0

T2K1

T2K2

T2K3

Jumlah ulangan (Blok)

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 24 plot

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Jumlah tanaman/plot

: 10 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 240 tanaman

Jumlah sampel/plot

: 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 120 tanaman

Universitas Sumatera Utara

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model
linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3

j = 1,2

k = 1,2,3,4

Dimana:
Yijk

: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan bahan tanam (T) taraf ke-j
dan perlakuan konsentrasi IBA (K) ke-k dan pada ulangan ke-i

µ

: Nilai tengah

ρi

: Efek dari blok ke-i

αj

: Efek perlakuan bahan tanam pada taraf ke-j

βk

: Efek perlakuan konsentrasi IBA pada taraf ke-k

(αβ)jk

: Interaksi antara perlakuan bahan tanam taraf ke-j dan perlakuan lama
konsentrasi IBA taraf ke-k

εijk

: Galat dari blok ke-i, perlakuan bahan tanam taraf ke-j dan perlakuan konsentrasi
IBA taraf ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, dilakukan

analisis lanjutan dengan

menggunakan Uji Beda Rataan Duncan Berjarak Ganda dengan taraf 5 %
(Bangun, 1991).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembuatan plot, naungan dan rumah plastik.
Areal lahan dibersihkan dari gulma kemudian lahan diukur dan dilakukan
pembuatan plot dengan ukuran plot setiap perlakuan 150 x 60 cm dengan jarak
antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Naungan dibuat dari paranet hitam
65 % dan bambu sebagai tiang, dengan tinggi 2 m, panjang 7 m dan lebar 6 m.
Rumah plastik dibuat dari plastik bening dan bambu sebagai tiang.
Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan adalah top soil : kompos (2:1). Media yang telah
dibersihkan diayak terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penghomogenan. Media
disterilkan dengan mencampurkan larutan Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/l
air yang diaplikasikan 1 minggu sebelum setek disemaikan. Polibag yang
digunakan ukuran 15 x 20 cm (+ 1 kg tanah). Media tanam diisi hingga 5 cm dari
permukaan polibag.
Pembuatan Bahan Setek
Bahan setek yang digunakan berasal dari cabang sekunder yang dibedakan
menjadi 2 bahan tanam yaitu cabang sekunder dengan pucuk dan cabang sekunder
tanpa pucuk, dengan panjang setek + 20 cm terdiri atas 4 mata tunas. Ukuran
besar cabang yang diambil sebesar kelingking, diameter sekitar 1 cm dengan
warna daun hijau tua. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata
tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh 1 cm dari mata tunas
yang paling atas. Bagian atas setek yang lebih muda ditandai dengan potongan

Universitas Sumatera Utara

miring untuk menghindari genangan air pada bagian atas setek sedangkan bagian
bawah setek dipotong mendatar.
Pemberian Larutan Stok IBA
Setelah pemotongan bahan setek berdasarkan kriteria, dilakukan
pemberian larutan stok IBA. Pemberian larutan stok IBA dilakukan dengan cara
perendaman. Sebelum perendaman bagian bawah setek dipotong miring kemudian
diikat sesuai perlakuan lalu direndam pada wadah berisi larutan IBA sesuai taraf
perlakuan yaitu konsentrasi IBA 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan direndam selama
2 jam dengan pangkal stek yang terendam sedalam 2 cm, kecuali pada perlakuan
konsentrasi IBA 0 ppm hanya direndam air.
Penanaman Setek
Setelah dilakukan perendaman pada larutan stok IBA, bahan tanam setek
langsung ditanam kedalam media tanam yang telah dilubangi secara tugal dengan
kedalaman 5 cm, bagian pangkal setek dimasukkan ke dalam lubang tanam dan
media tanam sekitar pangkal setek ditekan agar menjadi lebih padat, kemudian
disiram dengan air dan ditempatkan didalam rumah plastik dibawah naungan.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau
disesuaikan dengan kondisi media tanam dan kondisi lingkungan. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan alat berupa handsprayer.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan jika diperlukan, disesuaikan dengan keadaan
pertanaman. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut rumput

Universitas Sumatera Utara

didalam polibek dan pada plot tanaman.
Pengamatan Parameter
Waktu Muncul Tunas (HST)
Waktu muncul tunas dilakukan dengan mengamati secara visual tunas
yang muncul dari seluruh perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga
75 % setek bertunas kemudian dirata - ratakan.
Persentase Setek Bertunas (%)
Persentase setek bertunas dihitung dengan membandingkan antara jumlah
setek yang menghasilkan tunas dan akar normal dengan jumlah setek yang
ditanam. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian.
Persentase Setek Bertunas =

Jumlah stek tumbuh

x 100%

Jumlah stek yang ditanam
Panjang Tunas (cm)
Pengukuran panjang tunas diukur mulai dari pangkal tunas yang telah
diberi tanda sampai titik tumbuh dengan menggunakan penggaris lalu dirata ratakan. Data parameter panjang tunas diambil pada akhir penelitian pada tiga
sampel destruktif di setiap perlakuan.
Jumlah Akar (helai)
Jumlah akar dihitung per helaian akar yang tumbuh pada tiga sampel
destruktif dari setiap perlakuan, pengambilan data dilakukan pada akhir
penelitian.
Panjang Akar (cm)
Panjang akar dihitung dari akar terpanjang dengan menggunakan
penggaris, pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada tiga sampel
destruktif di setiap perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

Volume Akar (ml)
Volume akar dihitung dengan terlebih dahulu mengeluarkan tanaman dari
polibag dengan cara memasukkan polibag ke dalam ember berisi air, kemudian
mengoyak polibag dan membersihkan perakaran tanaman dari sisa media tanam
secara perlahan dengan menggunakan air mengalir, lalu memotong bagian akar
tanaman kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi air. Volume akar
merupakan selisih volume air setelah akar dimasukkan dengan volume air
sebelum akar dimasukkan. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada
tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Volume akar diperoleh dengan rumus :
Volume akar (ml) = Volume2 (ml) – Volume1 (ml)
dengan :
Volume1 = Volume sebelum akar dimasukkan kedalam air
Volume2 = Volume setelah akar dimasukkan kedalam air
Bobot Kering Tunas (g)
Pengamatan bobot kering tunas dilakukan setelah kegiatan pengamatan
parameter yang lain berakhir dengan memisahkan bagian tunas sesuai perlakuan
kemudian dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 650C selama 24 jam lalu
ditimbang dengan timbangan analitik. Pengambilan data dilakukan pada akhir
penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.
Bobot Kering Akar (g)
Pengamatan bobot kering akar dilakukan setelah kegiatan pengamatan
parameter yang lain berakhir dengan memisahkan bagian akar sesuai perlakuan
kemudian dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 650C selama 24 jam lalu

Universitas Sumatera Utara

ditimbang dengan timbangan analitik. Pengambilan data dilakukan pada akhir
penelitian pada tiga sampel destruktif di setiap perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil dari sidik ragam (Lampiran 5-22) diketahui bahwa
perlakuan bahan tanam setek berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar.
Pemberian konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap parameter volume akar,
jumlah akar, rata – rata panjang akar, dan bobot kering akar. Interaksi antara
bahan tanam setek dan pemberian konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap
parameter jumlah akar dan rata – rata panjang tunas.
Waktu Muncul Tunas (HST)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam waktu muncul tunas bibit jambu
air deli hijau (Lampiran 5 - 7), menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek,
konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap waktu
muncul tunas.
Waktu muncul tunas bibit jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Waktu muncul tunas (HST) setek jambu air deli hijau pada pemberian
IBA dan bahan tanam setek yang berbeda
Konsentrasi IBA (ppm)
Bahan tanam setek
Rataan
K0 (0)
K1 (50)
K2 (100)
K3 (150)
T1 (dengan pucuk)
36,67
29,33
21,67
34,00
30,42
T2 (tanpa pucuk)
33,33
25,67
23,33
32,00
28,58
Rataan
35,00
27,50
22,50
33,00
29,50
Tabel 1. menunjukkan waktu muncul tunas setek jambu air deli hijau
cenderung lebih cepat pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu
28,58 HST yang berbeda tidak nyata dengan bahan tanam setek dengan
pucuk (T1).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. juga menunjukkan waktu muncul tunas jambu air deli hijau
cenderung lebih cepat pada pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 22,50 HST yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Persentase bertunas (%)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam persentase bertunas setek jambu
air deli hijau (Lampiran 8 dan 9), menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam
setek dan konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap persentase bertunas.
Persentase bertunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase bertunas (%) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA
dan bahan tanam setek yang berbeda
Konsentrasi IBA (ppm)
Bahan tanam setek
Rataan
K0 (0)
K1 (50)
K2 (100) K3 (150)
T1 (dengan pucuk)
80,00
83,33
80,00
80,00
80,83
T2 (tanpa pucuk)
73,33
80,00
96,67
86,67
84,17
Rataan
76,67
81,67
88,33
83,33
82,50
Tabel 2. menunjukkan persentase bertunas setek jambu air deli hijau
cenderung lebih tinggi pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2)
yaitu 84,17 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan setek dengan
pucuk (T1).
Tabel 2. juga menunjukkan persentase bertunas setek jambu air deli hijau
cenderung tertinggi pada pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 88,33 % yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Panjang Tunas (cm)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang tunas setek jambu air deli
hijau (lampiran 10 dan 11) menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek dan

Universitas Sumatera Utara

konsentrasi IBA berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tunas,
namun interaksi perlakuan berpengaruh nyata.
Panjang tunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan
tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Panjang tunas (cm) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda
Konsentrasi IBA (ppm)
Bahan tanam setek
Rataan
K0 (0)
K1 (50) K2 (100) K3 (150)
T1 (dengan pucuk)
11,13 ab
11,60 a
8,97 ab
7,79 b
9,87
T2 (tanpa pucuk)
11,19 ab
8,37 ab 11,26 ab 11,21 ab 10,51
Rataan
11,16
9,98
10,11
9,50
10,19
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kelompok baris atau kolom
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan.

Tabel 3. menunjukkan tunas terpanjang setek jambu air deli hijau pada
penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk (T1) tertinggi diperoleh pada
perlakuan konsentrasi IBA 50 ppm (K1) yaitu 11,60 cm yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan K0 dan K2 tetapi berbeda nyata dengan K3.
Tabel 3. juga menunjukkan tunas terpanjang setek jambu air deli hijau
pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) tertinggi diperoleh pada
perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm (K2) yaitu 11,26 cm yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan lainnya.
Kurva respon panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi
IBA pada berbagai bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Kurva respon panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan
konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam
Gambar 1. menunjukkan bahwa hubungan panjang tunas setek jambu air
deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek dengan pucuk
menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA
adalah 125 ppm dengan panjang tunas setek jambu air deli hijau adalah
8.24 cm.
Gambar 1. menunjukkan bahwa hubungan panjang tunas setek jambu air
deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek tanpa pucuk
menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA
adalah 145 ppm dengan panjang tunas setek jambu air deli hijau adalah 16.85 cm.
Jumlah Akar (helai)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah akar setek jambu air deli
hijau (Lampiran 12 dan 13) menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek,
pemberian konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap
jumlah akar.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan
tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah akar (helai) setek jambu air deli hijau pada
bahan tanam setek yang berbeda
Konsentrasi IBA (ppm)
Bahan tanam setek
K0 (0)
K1 (50)
K2 (100)
T1 (dengan pucuk)
8,11 de
11,00 c
15,44 b
T2 (tanpa pucuk)
9,67 cd
14,00 b
22,22 a
Rataan
8,89
12,50
18,83

pemberian IBA dan

K3 (150)
5,11 f
6,11 ef
5,61

Rataan
9,92
13,00
11,46

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan.

Tabel 4. menunjukkan jumlah akar setek jambu air deli hijau pada
penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk (T1) terbanyak diperoleh pada
perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm (K2) yaitu 15,44 helai yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya.
Tabel 4. juga menunjukkan jumlah akar setek jambu air deli hijau pada
penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) terbanyak diperoleh pada
perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm (K2) yaitu 22,22 helai yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya.
Kurva respon jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi
IBA pada berbagai bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 2.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Kurva respon jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan
konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam
Gambar 2. menunjukkan bahwa hubungan jumlah akar setek jambu air
deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek dengan pucuk
menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi
IBA adalah 75,45 ppm dengan jumlah akar setek jambu air deli hijau adalah
19,64 helai.
Gambar 2. menunjukkan bahwa hubungan jumlah akar setek jambu air
deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek tanpa pucuk
menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi
IBA adalah 72,76 ppm dengan jumlah akar setek jambu air deli hijau adalah
14,17 helai.
Panjang Akar (cm)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang akar setek jambu air deli
hijau (Lampiran 14 dan 15) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi

Universitas Sumatera Utara

IBA berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Perlakuan bahan tanam setek dan
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar.
Panjang akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan
tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Panjang akar (cm) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda
Konsentrasi IBA (ppm)
Bahan tanam setek
Rataan
K0 (0)
K1 (50)
K2 (100) K3 (150)
T1 (dengan pucuk)
8,47
7,88
8,51
9,19
8,51
T2 (tanpa pucuk)
8,37
8,13
11,00
9,01
9,13
Rataan
8,42 b
8,01 b
9,76 a
9,10 ab
8,82
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan.

Tabel 5. menunjukkan akar setek jambu air deli hijau terpanjang pada
perlakuan pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 9,76 cm yang berbeda nyata dengan
perlakuan K0 dan K1, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan K3.
Tabel 5. juga menunjukkan akar setek jambu air deli hijau cenderung lebih
panjang diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu
9,13 cm yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan
pucuk (T1).
Kurva respon panjang akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi
IBA dapat dilihat pada Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Kurva respon panjang akar setek jambu air deli hijau dengan
konsentrasi IBA
Gambar 3. menunjukkan bahwa hubungan panjang akar setek jambu air
deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kubik dimana nilai
optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 108,33 ppm dengan jumlah akar
setek jambu air deli hijau adalah 9,51 cm.
Volume Akar (ml)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam volume akar setek jambu air deli
hijau (Lampiran 16 dan 17) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi
IBA berpengaruh nyata terhadap volume akar. Perlakuan bahan tanam setek dan
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar.
Volume akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan
tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Volume akar (ml) setek jambu air deli hijau pada pemberian
bahan tanam setek yang berbeda
Konsentrasi IBA (ppm)
Bahan tanam setek
K0 (0)
K1 (50) K2 (100)
K3 (150)
T1 (dengan pucuk)
2,22
2,11
2,89
1,89
T2 (tanpa pucuk)
1,89
2,56
3,11
2,00
Rataan
2,06 bc
2,33 b
3,00 a
1,94 c

IBA dan
Rataan
2,28
2,39
2,33

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan.

Tabel 6. menunjukkan volume akar setek jambu air deli hijau terbesar
diperoleh pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 3,00 ml yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 6. juga menunjukkan volume akar setek jambu air deli hijau
cenderung lebih besar diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk
(T2) yaitu 2,39 ml yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam
setek dengan pucuk (T1).
Kurva respon volume akar setek jambu air deli hijau dengan pemberian
konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 4.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Kurva respon volume akar setek jambu air deli hijau dengan
konsentrasi IBA
Gambar 4. menunjukkan bahwa hubungan volume akar setek jambu air
deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai
optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 103.5 ppm dengan volume akar setek
jambu air deli hijau adalah 3.01 ml.
Bobot Kering Tunas (g)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering tunas setek jambu air
deli hijau (Lampiran 18 - 19), menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek,
konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering tunas.
Bobot kering tunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Bobot kering tunas (g) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA
dan bahan tanam setek yang berbeda
Konsentrasi IBA (ppm)
Bahan tanam setek
Rataan
K0 (0)
K1 (50)
K2 (100) K3 (150)
T1 (dengan pucuk)
0,89
0,77
0,95
0,84
0,86
T2 (tanpa pucuk)
0,89
0,79
1,13
0,76
0,89
Rataan
0,89
0,78
1,04
0,80
0,88
Tabel 7. menunjukkan bobot kering tunas jambu air deli hijau cenderung
lebih besar pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 0,89 g
yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan
pucuk (T1).
Tabel 7. juga menunjukkan bobot kering tunas jambu air deli hijau
cenderung lebih besar pada pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 1,04 g yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Bobot Kering Akar (g)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering akar setek jambu air
deli hijau (Lampiran 20 - 22), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Perlakuan bahan
tanam setek dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering akar.
Bobot kering akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot kering akar (g) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan
bahan tanam setek yang berbeda
Konsentrasi IBA (ppm)
Bahan tanam setek
Rataan
K0 (0)
K1 (50)
K2 (100) K3 (150)
T1 (dengan pucuk)
0,76
0,86
0,94
0,54
0,77
T2 (tanpa pucuk)
0,65
0,79
1,37
0,66
0,87
Rataan
0,70 b
0,82 ab
1,15 a
0,60 b
0,82
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. menunjukkan bobot kering akar setek jambu air deli hijau terbesar
diperoleh pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 1,15 g yang berbeda
tidak nyata dengan K1 tetapi berbeda nyata dengan K0 dan K3.
Tabel 8. juga menunjukkan bobot kering akar setek jambu air deli hijau
cenderung lebih besar diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk
(T2) yaitu 0,87 g yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek
dengan pucuk (T1).
Kurva respon bobot kering akar setek jambu air deli hijau dengan
konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kurva respon bobot kering akar setek jambu air deli hijau dengan
konsentrasi IBA
Gambar 5. menunjukkan bahwa hubungan bobot kering akar setek jambu
air deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kuadratik dimana
nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 72,14 ppm dengan bobot kering
akar setek jambu air deli hijau adalah 24,92 g.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Pengaruh bahan tanam setek terhadap pertumbuhan setek jambu air deli
hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry)
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui, perlakuan bahan tanam setek
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar, dimana jumlah akar tertinggi
terdapat pada perlakuan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 13,00 helai dan
terendah terdapat pada bahan tanam setek dengan pucuk (T1) yaitu 9,92 helai. Hal
ini terjadi karena bahan tanam setek dengan pucuk cenderung lebih cepat muncul
tunasnya karena auksin ditemukan dibagian pucuk tanaman, sehingga bahan
tanam dengan pucuk mempunyai kemampuan menumbuhkan tunas yang lebih
cepat. Hal ini tentu akan berkorelasi positif terhadap parameter jumlah akar
disebabkan oleh kecepatan perkembangan tajuk yang lebih dulu pada bahan tanam
dengan pucuk sehingga berpengaruh terhadap proses perkembangan selanjutnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Tohari (1992) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan tunas dibatasi oleh suatu bagian yang relatif lebih besar (akar), maka
karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis akan digunakan oleh tunas itu sendiri,
dengan akibat berupa pertumbuhan akar secara relatif akan lebih tertekan daripada
perkembangan tunas.
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui, perlakuan bahan tanam setek
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter waktu muncul tunas, persentase
bertunas, panjang tunas, panjang akar, volume akar, bobot kering tunas dan bobot
kering akar tetapi cenderung lebih tinggi pada perlakuan bahan tanam setek tanpa
pucuk (T2). Hal ini disebabkan bahan tanam setek dengan pucuk mempunyai daun
yang lebih luas permukaannya dan masih muda yang menyebabkan proses
transpirasi lebih besar dan respirasi lebih tinggi sehingga mengurangi cadangan

Universitas Sumatera Utara

makanan yang ada. Kerusakan akibat respirasi yang tinggi tidak mampu diatasi
hanya dengan adanya auksin endogen pada pucuk tanaman untuk mampu lebih
cepat bertunas dan menumbuhkan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto
(2001) yang menyatakan bahwa setek pucuk adalah bagian tanaman yang muda
sehingga mempunyai proses transpirasi yang besar dan stek mudah kehilangan air
dan menjadi kering/mati.
Pengaruh pemberian konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan setek jambu
air deli hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry)
Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan pemberian konsentrasi

IBA

berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tunas dimana cenderung
lebih besar diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian IBA (K0). Hal ini
disebabkan hormon endogen yang terdapat pada bahan tanam sebenarnya sudah
mampu menumbuhkan tunas, dimana tunas yang lebih dulu tumbuh akan lebih
panjang, sehingga tanpa pemberian IBA tunasnya juga akan cenderung lebih
panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukmadi (2012) yang menyatakan
bahwa secara alamiah tanaman dapat mensintesis sendiri fitohormon auksin untuk
pertumbuhannya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa
pemberian IBA 100 ppm nyata meningkatkan jumlah akar, panjang akar, volume
akar, dan bobot kering akar. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menumbuhkan
akar dibutuhkan tambahan auksin. Auksin biasanya ditemukan pada bagian pucuk
tanaman dan ditranslokasikan ke bagian lain yang membutuhkan. Dalam hal ini
auksin pada bagian pucuk hanya mampu menumbuhkan tunas lebih dulu dan lebih
panjang tetapi jumlah auksin tersebut tidak mencukupi untuk mendorong
pertumbuhan akar sehingga penambahan IBA 100 ppm nyata lebih meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan literatur Irwanto (2001) yang
menyatakan bahwa konsentrasi hormon IBA 100 ppm sangat efektif untuk
mempercepat proses perakaran sehingga stek mempunyai perakaran yang mantap
dalam waktu singkat.
Pengaruh interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA terhadap
pertumbuhan
setek
jambu
air
deli
hijau
(Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry)
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara bahan
tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
akar dan panjang tunas.
Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah akar, dimana jumlah akar tertinggi terdapat pada
kombinasi perlakuan T2K2 yaitu sebesar 22,22 helai dan terendah

pada

kombinasi perlakuan T1K3 sebesar 5,11 helai. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa perlakuan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) dengan pemberian IBA
100 ppm (K2) mampu menghasilkan jumlah akar yang lebih tinggi dibanding
perlakuan lainnya walaupun pemberian IBA bukan merupakan pemberian
konsentrasi terbesar, selain itu dapat pula dilihat bahwa bahan tanam setek tanpa
pucuk mampu menghasilkan jumlah akar tertinggi karena respirasi yang terjadi
tidak terlalu tinggi sehingga cadangan makanan lebih besar yang dapat
diguanakan untuk pembentukan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto
(2001) yang menyatakan bahwa hormon auksin secara alami sudah terdapat dalam
tanaman akan tetapi untuk lebih mempercepat proses perakaran stek maka perlu
ditambahkan dalam jumlah dan konsentrasi tertentu untuk dapat merangsang
perakaran.

Universitas Sumatera Utara

Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata
terhadap parameter panjang tunas, dimana tunas terpanjang terdapat pada
kombinasi perlakuan T1K1 yaitu 11,60 cm dan terendah

pada kombinasi

perlakuan T1K3 sebesar 7,79 cm. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada
perlakuan T1K1 tunas sudah dapat tumbuh tanpa pemberian IBA karena pada
bahan tanam setek dengan pucuk sudah terkandung auksin endogen, sehingga
dengan penambahan IBA 50 ppm sudah mampu memberikan pucuk yang lebih
panjang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jumlah yang sangat kecil
penambahan IBA sudah mampu meningkatkan panjang tunas. Hal ini sesuai
dengan literatur Irwanto (2001) yang menyatakan bahwa hormon auksin secara
alami sudah terdapat dalam tanaman. Didukung oleh Lawalata (2011) yang
menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh aktif dalam konsentrasi rendah yang
merangsang, menghambat atau merubah pertumbuhan serta perkembangan
tanaman secara kuantitatif dan kualitatif.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pertumbuhan setek jambu air deli hijau lebih baik menggunakan bahan tanam
setek tanpa pucuk daripada bahan tanam setek dengan pucuk.
2. Pemberian IBA 100 ppm memberikan pertumbuhan setek jambu air deli hijau
yang lebih baik daripada tanpa pemberian IBA ataupun pemberian IBA
50 ppm dan 150 ppm.
3. Kombinasi perlakuan terbaik untuk pertumbuhan setek jambu air deli hijau
adalah penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk dan pemberian IBA
100 ppm.
Saran
Disarankan penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk dan konsentrasi
100 ppm IBA untuk pertumbuhan setek jambu air deli hijau.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun klasifikasi tanaman jambu air deli hijau adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ; Divisio : Spermatophyta ; Sub Divisio : Angiospermae ;
Kelas : Dycotyledoneae ; Ordo : Myrtales ; Familia : Myrtaceae ;
Genus : Syzygium ; Spesies : Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry
(Merril and Perry, 1938).
Batangnya mempunyai bentuk bulat, berwarna coklat dan mempunyai
tekstur kulit batang yang halus. Percabangan tanaman datar – miring, terlihat
kokoh dan tegar. Tanaman ini mempunyai tinggi 4 – 5 meter dengan lebar tajuk 2
meter dengan bentuk membulat, rimbun, dan relatif pendek (Hartanto, 1998).
Daunnya berbentuk tombak dengan perbandingan panjang dan lebar 3 : 2,
bertepi daun rata dan ujung meruncing. Daunnya mempunyai kedudukan datar
dan menyiku. Permukaan daun atasnya berwarna hijau tua, sedangkan permukaan
daun bawahnya berwarna hijau pupus. Permukaan daunnya mempunyai tekstur
halus dan berlilin tipis (Hartanto, 1998).
Bunga jambu memiliki tipe terminal, bunga muncul pada ketiak daun
dengan jumlah 3-30 bunga, ukuran bunga 3-4 cm, panjang kelopak sampai tabung
sekitar 1,5 cm, panjang daun telinga bunga 3-5 mm, jumlah kelopak 4 berbentuk
bundar seperti spatulat dengan ukuran 10-15 mm, bunga berwarna kuning hingga
putih, terdapat banyak benang sari dengan panjang mencapai 3 cm.
(Orwa et al, 2009).
Buah bertipe buah buni, seperti lonceng seperti buah pir yang melebar,
dengan lekuk atau alur-alur dangkal membujur di sisinya; bermahkota kelopak

Universitas Sumatera Utara

yang melengkung berdaging; besarnya sekitar 3,5-4,5 x 3,5-5,5 cm; di bagian luar
mengkilap seperti lilin; merah, kehijauan atau merah-hijau kecoklatan. Daging
buah putih, banyak berair, dengan bagian dalam seperti spons, aromatik, manis
atau asam manis (Aryo, 2012).

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi ZPT Indole Butyric Acid (IBA) dan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Anggur Vitis vinifera h.)

0 30 77

Pertumbuhan Setek Pucuk Adenium (Adenium Obesum) Dengan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) dan Cara Penyayatan Batang

1 29 81

Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda

8 94 68

PENGARUH INDOLE-3-BUTYRIC ACID (IBA) DAN α-NAPHTHALENE ACETIC ACID (NAA) TERHADAP PENGAKARAN SETEK DAN CANGKOK JAMBU JAMAIKA (Syzygium malaccense (L.) Merr. & Perry)

1 17 64

Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda

0 0 13

Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda

0 0 2

Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda

0 0 4

Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda

0 1 9

Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda

2 9 3

Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda

0 0 12