Penentuan Kadar CaO pada Kapur pada Pengolahan Air Di PDAM Tirtanadi Delitua

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Komposisi Kapur. http://core.ac.uk/download.pdf. [8 Juni 2015] Ansari. 2014. Kalsium Oksida. http://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014 /04/22kalsium-oksida-kapur-tohor-fungsi-aplikasi. [20 Juni 2015]

Chandra,B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

Dhika,C. 2011. Analisis Kadar CaO MgO Free Lime dan 19. http://dhikachorteseblogspot.com/2011/11/analisiskadar-cao-mgo-free-lime-dan-19-html. [24 Juni2015]

Hanum, F. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai untuk air minum. http://library.usu.ac/download/fmipa/fkimia-farida.pdf. [12 Juni 2015] Mulia, R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Graha Ilmu. Jakarta Barat Nainggolan, H. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air

Gambut Menjadi Air Bersih. USU Press. Medan

Notoatmodjo, J.S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penebar Swadaya. Jakarta Santoso, B. 2000. Kapur. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/bahan

_kontruksi/bab2_kapur.pdf. [12 Juni 2015]

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta


(2)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3. 1. Alat

 Analitical Balance  Hotplate

 Erlenmeyer pyrex 500 ml

 Botol timbang

 Pipet volume pyrex 25 ml

 Buret

 Statif dan Klem  Bola Karet  Spatula

3.2. Bahan

 Sampel kapur  HCL 1 N  NaOH 1 N  Indikator PP


(3)

3.3. Prosedur kerja yang dilakukan di laboratorium

Menghitung Kadar CaO

a. Timbang 0,5 gr duplo kapur powder b. Tambah HCl 1 N 25 ml

c. Panaskan diatas hotplate sampai mendidih d. Didinginkan

e. Tambahkan 3 tetes indikator PP dan titrasi dengan NaOH 1 N hingga terjadi perubahan warna ( dari tidak berwarna menjadi warna merah jambu)

f. Hasil titrasi NaOH dinyatakan sebagai y ml

Menghitung ml blanko

a. Pipet 25 ml HCl 1 N

b. Tambah 3 tetes indikator PP

c. Titrasi dengan NaOH 1 N sampai terjadi perubahan warna d. Hasil titrasi dinyatakan sebagai x ml


(4)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan percobaan pada kapur yang datang pada bulan Januari.

Tabel 4.1. Kadar CaO dalam kapur

No Tanggal Percobaan Berat (g) Volume NaOH (ml) Kadar CaO (%) 1. 28 Januari2015 0,56 12,5 65,16% 2. 29 Januari 2015 0,54 13 64,97% 3. 30 Januari 2015 0,50 14 64,56% 4. 2 Februari 2015 0,57 12,5 64,01% 5. 3 Februari 2015 0,55 13 63,79%

4.2. Perhitungan

Kadar Kalsium Oksida (CaO) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

= x ml – y ml x N NaOH x 28 x 100%


(5)

Keterangan :

x : ml blanko

y: ml NaOH

Data yang diambil pada Bulan Januari

1. Kadar CaO = x ml – y ml x N NaOH x 28 x 100%

Berat sampel (mg)

= 25,5 -12,5 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,56

= 13 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,56

= 65,16 %

2. Kadar CaO = x ml – y ml x N NaOH x 28 x 100%

Berat sampel (mg)

= 25,5 -13 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,54

= 12,5 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,54


(6)

3. Kadar CaO = x ml – y ml x N NaOH x 28 x 100%

Berat sampel (mg)

= 25,5 – 14 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,50

= 11,5 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,5

= 64,56 %

4. Kadar CaO = x ml – y ml x N NaOH x 28 x 100%

Berat sampel (mg)

= 25,5 – 12,5 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,57

= 13 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,57

= 64,01 %

5. Kadar CaO = x ml – y ml x N NaOH x 28 x 100%

Berat sampel (mg)

= 25,5 -13 x 1,0025 x 28 x 100 %


(7)

= 12,5 x 1,0025 x 28 x 100 %

0,55

= 63,79 %

4.3. Pembahasan

Kadar CaO minimum menurut teori 60 - 70% sedangkan pada saat praktik dilakukan kadar CaO yang didapat yaitu 65,16%; 64,97%; 64,56%; 64,01%; 63,79% diatas kadar minimum menurut teori sehingga kadar kapur yang diperoleh memenuhi standar yang ditentukan oleh perusahaan dan SNI. Faktor dominan yang teridentifikasi sebagai penyebab ketidaksesuaian kadar CaO berupa ukuran batu kapur dan jenis bahan bakar yang dipergunakan pada saat pembuatan kapur. Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap respon persentase kadar CaO pada percobaan utama adalah jenis bahan bakar berupa campuran kayu dan batubara, ukuran batu kapur yang dibakar dengan ukuran kecil, interaksi antara jenis batu kapur putih dan ukuran batu kapur, interaksi antara jenis batu kapur putih dan jenis bahan bakar . Kadar CaO yang menurun disebabkan karbon dioksida keluar pada saat pemanasan dan yang tertinggal hanya CaO.

Saat kapur tohor disiram dengan air, terjadi reaksi sebagai berikut :

CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(aq)

Reaksi kapur tohor dengan air yang memberikan energi berupa panas, telah lama diketahui dan dimanfaatkan untuk memasak dengan biaya yang murah.


(8)

Air yang dipakai untuk proses ini secara teoritis diperlukan hanya 32% berat kapur, akan tetapi karena faktor-faktor antara lain pembakaran, jenis kapur dan sebagainya kadang-kadang air yang diperlukan sampai 2 atau 3 kali volume

kapur. Proses ini disebut “slaking” adapun sebagai hasilnya yaitu kalsium

hidroksida disebut “slakedlime atau hydrated lime”. Bila kalsium hidrat ini


(9)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Kadar CaO dalam kapur yang digunakan sebagai penetralisir air di PDAM Tirtanadi adalah 64,57% - 63,97% sesuai dengan standar yang ada di perusahaan.

2. Kadar CaO dalam kapur yang diperoleh perusahaan sesuai dengan standar Kadar CaO menurut standar SNI yaitu 60 – 70 %.

5.2. Saran

Sebaiknya pada pengamatan selanjutnya dilakukan pengamatan mengenai pengaruh kadar CaO dalam penjernihan air dan penaikan pH.


(10)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65 % dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia mengandung banyak air, antara lain, otak 74%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6% dan darah 83& (Chandra, 2007).

Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk keperluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari


(11)

berkisar antar 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra,2007).

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap tempat berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat didaerah tersebut. Penduduk yang tinggal didaerah dataran rendah dan berawa seperti Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut adalah air sungai yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih.

Air sungai mengandung senyawa organik terlarut yang menyebabkan air menjadi berwarna coklat dan bersifat asam, sehingga perlu pengolahan khusus sebelum siap untuk dikonsumsi. Senyawa organik tersebut adalah asam humus yang terdiri dari asam humat, asam vulvat dan humin. Asam humus adalah senyawa organik dengan berat molekul tinggi dan berwarna coklat sampai kehitaman, terbentuk karena pembusukan tanaman dan hewan, sangat tahan terhadap mikroorganisme dalam waktu yang cukup lama (Nainggolan,2011).

2.2. Kualitas Air

Air dialam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni telah mengalami reaksi dan gas-gas diudara dalam perjalannya turun kebumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir


(12)

diatas permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air merupakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup tiga karakteristik, yaitu fisik, kimia, fisik kimia dan biologi.

a. Karakteristik fisik

Karakteristik fisik yang terpenting yang mempengaruhi kualitas air ditentukan oleh:

 Bahan padat keseluruhan. Koloid mempengaruhi kualitas air dalam proses koagulasi dan filtrasi. Material layang dapat diukur dengan melakukan penyaringan, sedangkan material terlarut dapat diukur dengan penguapan.  Pengaruh kandungan sendimen dalam air terhadap pertanian bergantung pada

sifat-sifat dan asal usul bahan sedimen yang berasal dari erosi lahan yang subur akan mempersubur dan memperbaiki tekstur tahan tempat yang mengendap. Sebaiknya sedimen yang berasal dari erosi lahan tandus akan memiskinkan lahan yang akan diendapinya. Untuk keperluan air minum, kandungan sedimen akan mempengaruhi biaya pengolahan. Kandungan sedimen yang tinggi pada air akan mempercepat pendangkalan saluran, sungai, waduk, bahan-bahan air lainnya. Sementara itu tahan dan air yang berasal dari waduk kurang mengandung sedimen kurang baik untuk irigasi, tapi lebih menguntungkan sumber air minum.

 Kekeruhan. Air yang mengandung material kasat mata dalam larutan disebut keruh. Kekeruhan dalam air terdiri dari lempung, liat, dan bahan organik, dan


(13)

mikroorganisme. Kekeruhan terutama disebabkan oleh terjadinya erosi tanah di DAS maupun disaluran / sungai. Air sungai biasanya lebih keruh pada saat terjadi hujan lebat dibandingkan pada kondisi normal. Kekeruhan tergantung pada konsentrasi partikel-partikel padat yang ada di dalam air. Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat yang disebut turbidimeter, kekeruhan untuk air minum dibatasi tidak lebih dari 10mg/lt ( skala silika), lebih baik kalau tidak melebihi 5mg/lt

 Warna. Air murni tidak berwarna. Warna dalam air diakibat oleh adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi atau mineral. Air yang mengalir melewati rawa atau tanah yang mengandung mineral dimungkinkan untuk mengambil warna material tersebut. Batas intensitas warna yang dapat diterima adalah 5mg/L. Sinar matahari secara alamia mempunyai sifat disenfeksi dan menggelantang pada bahan pewarna air, tetapi pengaruhnya hanya kedalaman beberapa cm dari permukaan air keruh. Untuk air yang jernih, pengaruh penggelantangan dapat mencapai kedalam 1,5m.

 Bau dan rasa. Air murni tidak berbau dan tidak berasa, tetapi air minum idealnya tidak berbau boleh berasa. Rasa dalam air biasanya adanya garam-garam terlarut. Bau dan rasa yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut, dan bahan-bahan organik. Polusi dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki. Untuk menghilangkan bau dan rasa dapat dilakukan dengan aerasi, pemakaian potasium permanganat, pemakaian karbon aktif, koagulasi, sedimentasi dan filtrasi.


(14)

 Temperatur. Tempereatur air merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya. Temperatur air tergantung pada sumbernya. Temperatur normal air dialam ( tropis) sekitar 200c -300c. Untuk sistem air bersih, temperatur ideal berkisar antara 50C sampai 100C.

b. Karakteristik kimia

Air yang baru turun dari langit dalam bentuk hujan dan salju relatif murni. Begitu air mencapai dan mengalir diatas permukaan bumi yang berupa lahan pertanian, permukiman, hutan dan sebagainya, atau meresap dan mengalir dibawah muka tanah, air melarutkan dan membawa serta bahan-bahan yang mudah larut tempat-tempat yang dilaluinya.

Kandungan bahan-bahan kimia yang ada dalam air berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion, dan kesadahan

 pH. Sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan nilai pH, yang didefenisikan sebagai logaritma dari pulang baliknya konsentrai ion hidrogen dalam moles per liter. Air murni pada 24 ditimbang berkenaan dengan ion-ion H+ dan ion-ion OH- masing-masing mempuyai kandungan 10-7 moles per liter. Dengan demikian pH air murni adalah 7. Air dengan pH di atas 7 bersifat asam, dan pH dibawah 7 bersifat basa. Nilai pH air dapat diukur dengan potosintesis, yang mengukur

 Alkalinitas. Kebanyakan air bersifat alkalin karena garam-garam alkaline sangat umum berada ditanah. Ketidakmurnian air ini akibat adanya Karbonat dan Bikarbonat dari kalsium, sodium, dan magnesium. Alkalinitas dinyatakan


(15)

dalam mg/liter ekivalen Kalsium Karbonat. Keasaman air disebabkan adanya Karbon dioksida dalam air. Hal ini diukur berdasar banyaknya kalsium karbonat yang diperlukan untuk menetralkan asam karbonat dan dinyatakan dalam mg/lt.

 Kesadahan. Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan air bersih. Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum berbentuk busa.

c. Karakteristik Biologi Air

Air permukaan biasanya mengandung berbagai macam organisme hidup, sedangkan air tanah biasanya lebih bersih, karena jenis penyaringan oleh akifer. Jenis-jenis organisme hidup yang mungkin terdapat dalam air meliputi makroskopik, mikroskopik, dan bakteri. Spesies organisme makroskopik dapat dibedakan dengan mata telanjang sedangkan organisme mikroskopik memerlukan alat bantu mikriskop untuk membedakan spesiesnya. Bakteri adalah organisme hidup yang sangat kecil dimana spesiesnya tidak dapat diidentifikasi sekalipun dengan alat bantu mikroskop (Suripin,2002).

2.3. Manfaat Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahkluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55-60% berat


(16)

badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%.

Di dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zuat yang diperlukan tubuh.oksigen juga perlu dilarutkan sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Begitu juga zat-zat makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut didalam cairan yang meliput selaput ledir usus. Air juga ikut mempertahankan suhu tubuh dengan cara penguapan keringat pada tubuh manusia. Disamping itu juga, transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Sehingga dapat disimpulakan bahwa air sangat memegang peranan penting dalam setiap aktivitas manusia.

Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas dan kualitasnya.di Indonesia, umumnya sumber air minum berasal dari air permukaan (surface water), air tanah (ground water), dan air hujan. Termasuk air permukaan adalah air sungai dan air danau, sedangkan air tanah dapat berupa air sumur dangkal, air sumur dalam maupun mata air. Perbedaan sumber air minum akan menyebabkan perbedaan kompisisi air yang dihasilkannya.sebagai contoh, air tanah dapat melarutkan mineral-mineral bahan induk dari tanah yang dilewatinya. Disamping itu juga, pada air tanah terjadi penyaringan sebagian besar mikroorganisme sewaktu air meresap dalam tanah. Sedangkan pada air permukaan tidak terjadi penyaringan mikroorganisme yang terdapat di dalamnya.


(17)

2.4. Pengolahan air

Menurut Kusnaedi (2002), tujuan pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih dan sehat sesuai dengan standar mutu air. Proses pengolahan air merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan. Pada dasarnya, pengolahan air dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan.

Penjernihan air dapat dilakukan dengan penambahan tawas, gas klor dan kapur. a. Tawas

Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidti air (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbiditi air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut.

b. Gas Klor

Gas klor adalah desinfektan yang bisa digunakan pada pengolahan air. Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih.

c. Kapur

Bahan dasar kapur ialah batu kapur. Batu kapur mengandung kalsium karbonat. Dengan pemanasan kira-kira 9800C karbon oksidanya keluar dan tinggal kapurnya saja (CaO). Susunan kimia maupun sifat bahan dasar yang mengandung


(18)

kapur ini berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan dalam satu tempat pun belum tentu sama. Kalsium oksida yang diperoleh ini biasa disebut quicklime.

Sifat-sifat fisik dan kimia kapur :  Bentuk kristal, powder.

 Warna, sebagian besar umumnya berwarna putih dan pada tinhkat tinggi dapat berwarna abu-abu.

 Kepadatan, Kalsium Hydrated lime memiliki tingkat kepadatan kira-kira 2,3 g/gm3.

 Kelarutan, tingkat kelarutan dari kira-kira 1,85 Ca(OH)2/l air pada suhu 00C sampai0,7 g/l pada suhu 1000C.

 Netralisasi asam , Hydrate lime siap bereaksi dengan asam dan gas sehingga tentu saja berkemampuan menetralisasi asam.

 pH, karena kalsium hidroksida adalah termasuk basa kuat, konsentrasi 0,10 g Ca(OH)2/l dapat memberi pH kira-kira 11,3 pada suhu 250C. Pada larutan 250C, kandungan 1,8/l memberikan pH sebesar 12,7.

2.5. Kapur Tohor (CaO)

Kalsium Oksida (CaO), secara umum dikenal sebagai kapur mentah atau kapur bakar, adalah senyawa kimia yang digunakan secara luas. Kalsium oksida merupakan kristal basa, kaustik, zat padat putih pada suhu kamar. Istilah yang luas digunakan “kapur” berkonotasi bahan anorganik yang mengandung kalsium, yang meliputi karbonat, oksida dan hidroksida kalsium, silikon, magnesium,


(19)

aluminium, dan besi mendominasi, seperti batu gamping. Sebaliknya, “kapur mentah” khusus berlaku untuk senyawa kimia tunggal.

Nama IUPAC kapur tohor ialah Kalsium oksida, nama lainnya Kapur mentah, kapur bakar, kapur tohor. Adapun sifat-sifatnya adalah:

 Rumus molekul: CaO

 Berat molekul: 56,0774 gr/mol

 Penampilan: Serbuk putih sampai kuning pucat/coklat

 Bau: Tidak berbau

 Densitas: 3,34 gr/cm3

 Titik lebur: 2613 °C, 2886 K, 4735 °F

 Titik didih: 2850 °C, 3123 K (100 hPa)

 Kelarutan dalam air: 1,19 g/L (25 °C); 0,57 g/L (100 °C); reaksi eksoterm

 Kelarutan dalam asam: Larut (juga dalam gliserol, larutan gula)

 Kelarutan dalam methanol: Tidak larut (juga dalam dietil eter, n-oktanol)

 Keasaman (pKa): 12,8

 Entropi molar standar So298: 40 J·mol−1·K−1

 Entalpi pembentukan standar ΔfHo298: −635 kJ·mol−1

 Titik nyala: Tidak terbakar

Kadar CaO dalam kapur menurut SNI dibatasi antara 60-70 % (SNI 15-2049-1994).


(20)

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Kapur

Oksida Komposisi (% Berat) CaO

SiO2

Al2O3

Fe2O3

MgO

Na2+K2O

TiO2

P2O5

SO3

60-70

17-25

3-8

0,5-6

0,1-5,5

0,5-1,3

0,1-0,4

0,1-0,2

1,0-3,5

Sumber : SNI 15-2049-1994

Pada tabel diatas terdapat komposisi kimia dimana ditetapkan kadar CaO menurut SNI 15-2049-1994 (Dhika, 2011).


(21)

2.5.1. Pembuatan Kapur Tohor

Kalsium oksida biasanya dibuat melalui dekomposisi termal bahan-bahan seperti batu gamping (limestone), atau cangkang kerang (atau cangkang molluska lainnya), yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3; mineral kalsit) sebagai kapur bakar (lime kiln). Hal ini dilakukan dengan memanaskan material ini di atas 825 °C (1.517 °F), sebuah proses yang disebut kalsinasi atau pembakaran-kapur, untuk membebaskan molekul karbon dioksida (CO2); meninggalkan kapurmentah. Kapur ini tidak stabil dan, ketika didinginkan, secara spontan akan bereaksi dengan CO2 dari udara sampai, setelah cukup waktu, itu akan benar-benar diubah kembali menjadi kalsium karbonat kecuali dipuaskan dengan air untuk ditetapkan sebagai kapur plester.

Produksi tahunan kapur mentah di seluruh dunia sekitar 283 juta metrik ton. Cina sejauh ini adalah produsen terbesar di dunia, dengan total sekitar 170 juta ton per tahun. Amerika Serikat adalah yang terbesar berikutnya, dengan sekitar 20 juta ton per tahun.

2.5.2. Kegunaan Kapur Tohor

Ada beberapa kegunaan kapur tohor diantaranya menghasilkan energi panas, memancarkan cahaya, semen dan basa, industri minyak bumi, industri kertas, plaster, produksi zat kimia atau daya, industri budidaya udang, dan penggunaan senjata.


(22)

a. Menghasilkan energi panas

Kapur mentah menghasilkan energi panas dengan pembentukan hidrat, kalsium hidroksida, dengan persamaan sebagai berikut:

CaO (s) + H2O (l) = Ca(OH)2 (aq) (ΔHr = −63.7 kJ/mol CaO)

Seperti hidrat, sebuah hasil reaksi eksotermis dan zat padat membengkak. Hidrat dapat diubah menjadi kapurmentah dengan menghilangkan air dengan memanaskannya sampai kemerahan untuk membalikkan reaksi hidrasi. Satu liter air yang bergabung dengan sekitar 3,1 kilogram (6,8 lb) dari kapur untuk memberikan kalsium hidroksida ditambah 3,54 MJ energi. Proses ini dapat digunakan untuk menyediakan sumber panas portabel nyaman, seperti untuk pemanasan makanan dengan segera dalam tempat pemanasan sendiri.

b. Memancarkan cahaya

Bila kapur mentah dipanaskan sampai 2400 °C (4.350 °F), kapur ini memancarkan cahaya yang intens. Bentuk pencahayaan ini dikenal sebagaicahaya kapur (limelight), dan digunakan secara luas dalam produksi teater sebelum penemuan penerangan listrik.

c. Semen dan Basa

Kalsium oksida merupakan bahan kunci untuk proses pembuatan semen. Kalsium oksida juga digunakan sebagai basa dalam produksi biodiesel.


(23)

d. Industri Minyak Bumi

Pasta pendeteksi air mengandung campuran kalsium oksida dan fenolftalein. Pasta ini harus hadir untuk mengadakan kontak dengan air dalam tangki penyimpanan bahan bakar. CaO bereaksi dengan air untuk membentuk kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida memiliki pH yang cukup tinggi untuk mengubah fenolftalein

menjadi berwarna merah muda – keunguan yang jelas, sehingga menunjukkan keberadaan air tersebut.

e. Industri Kertas

Kalsium oksida digunakan untuk menghasilkan natrium hidroksida dari natrium karbonat dalam perolehan kembali zat kimia di pabrik pulm Kraft.

f. Plaster

Terdapat bukti arkeologi bahwa manusia Neolitik B Pre–Pottery (batang tembikar) menggunakan plester berbasis kapur untuk lantai dan penggunaan lainnya. Lantai abu-kapur tersebut tetap digunakan sampai akhir abad kesembilan belas.

g. Produksi Zat Kimia atau Daya

Semprotan padatan atau bubur kalsium oksida dapat digunakan untuk menghilangkan sulfur dioksida dari knalpot aliran dalam satu proses yang disebut

desulfurisasi gas buang


(24)

h. Industri Budidaya Udang

Dalam industri budidaya udang tiger atau udang kelong, kapur tohor popular digunakan sebagai zat basa untuk mengantisipasi penurunan pH air kolam akibat hujan. Biasanya kapur tohor ditaburkan di lereng tepi kolam udang di musim hujan.

i. Penggunaan senjata

Sejarawan dan filsuf David Hume, dalam bukunya tentang sejarah Inggris, menceritakan bahwa di awal masa pemerintahan Henry III, Angkatan Laut Inggris menghancurkan menyerang armada Perancis dengan membutakan armada musuh dengan kapur:

D’Albiney melakukan tipu-daya melawan mereka, yang dikatakan telah memberikan kontribusi untuk kemenangan: Setelah mendapatkan angin dari Perancis, ia turun kepada mereka dengan kekerasan; dan melemparkan kapur di wajah mereka dalam jumlah besar, yang sengaja ia bawa di kapal, ia begitu membutakan mereka, bahwa mereka tidak berdaya untuk membela diri.

Kapur mentah juga dianggap merupakan komponen dari api Yunani. Pada persentuhannya dengan air, kapur akan meningkatkan suhunya di atas 150 °C dan menyalakan bahan bakar (Ansari, 2014).

2.5.3. Analisa Penentuan Kadar Kapur

Analisa penetuan kadar kapur dilakukan dengan cara menghitung kadar CaO, pertama kapur ditimbang dan ditambahkan HCl 1 N, kemudian dipanaskan


(25)

sampai mendidih, didinginkan, ditambahkan indikator penolpthalein dan dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah jambu. Takaran kapur yang digunakan disesuaikan dengan nilai pH. Keefektifan material kapur tergantung bentuk dan ukuran partikel. Kapur dengan ukuran partikel yang lebih kecil adalah lebih efektif, karena luas permukaan yang lebih besar (Tancung,2002).

2.6. Proses Produksi Air Bersih

Proses produksi air bersih melalui tahapan/tempat sebagai berikut : 1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Belawan yang diambil melalui bendungan dengan panjang 25 meter dan tinggi 4 meter. Pada sisi kanan bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 meter dilengkapi pintu pengatur ketinggian masuk ke intake.

2. Intake

Bendungan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen

(saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknnya kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak electromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.


(26)

3. Raw Water Tank (RWT)

Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel) setiap unit berdimensi 23,3 meter x 20 meter x 5 meter yang dilengkapi dengan sluice gate dan pintu biasa 2 buah, berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur, pasir dan lain-lain yang bersifat sedimen.

4. Raw Water Pump (RWP)

RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke clearator terdiri dari 18 unit pompa air baku dengan kapasitas setiap pompa 110 liter/detik dengan rata-rata head 18 meter memakai motor AC nominal daya 75 KVA.

5. Clearator

Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 5 unit, dengan kapasitas masing-masing 350 liter/detik berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai hasil olahan. Dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalan secara otomatis.

6. Filter

Dari clearator air dialirkan untuk menyaring kekeruhan berupa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clerator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 32 unit menggunakan jenis saringan cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal dengan daya 0,75 KW.


(27)

7. Reservoir

Reservoir adalah bangunan beton dengan dimensi panjang 50 m x 40 m x 7m yang berfungsi untuk menampung air minum/ air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas 12000 m3 . Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor untuk proses netralisasi dan dibubuhi larutan kapur jenuh atau soda.

8. Finish Water Pump

FWP berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir distribusi cabang melalui pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur Q1 sampai Q5 dengan kapasitas masing-masing 150 liter/detik dan total head 50 meter yang menggunakan motor AC dengan rata-rata nominal daya 132 KW.

9. Sludge Lagoon

Daur ulang adalah paling tepat dan aman dalam mengatasi dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak 2002 di unit instalasi pengolahan air yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas terpasang 10.800 m3.s (Anonim, 2011).


(28)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dan fungsinya bagi kehidupan manusia tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa air. Manusia memerlukan air untuk kehidupan hayatinya. Hampir semua kegiatan – kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruang tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas – aktivitas lainnya. Air merupakan komponen utama baik pada tanaman, hewan dan manusia. Sebagian besar tubuh semua organisme yang hidup terdiri dari air. Sekitar 70 atau 90 persen bahan organik terdiri dari air. Reaksi kimia yang mendukung kehidupan di semua tumbuhan dan hewan berlangsung di dalam sebuah medium air. Air tidak hanya menyediakan media yang menjadi tempat dimungkinkannya reaksi menyokong kehidupan, tapi air sendiri sering menjadi produk atau reaktan yang penting dari reaksi-reaksi itu. Air hilang dalam berbagai cara evaporasi dari permukaan pernafasan, evaporasi kulit, eliminasi tinja, dan pengeluaran urin (Mulia, 2005).

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap tempat berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat didaerah tersebut. Penduduk yang tinggal didaerah dataran rendah dan berawa seperti Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan


(29)

memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut adalah air sungai yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih.

Air sungai mengandung senyawa organik terlarut yang menyebabkan air menjadi berwarna coklat dan bersifat asam, sehingga perlu pengolahan khusus sebelum siap untuk dikonsumsi. Senyawa organik tersebut adalah asam humus yang terdiri dari asam humat, asam vulvat dan humin. Asam humus adalah senyawa organik dengan berat molekul tinggi dan berwarna coklat sampai kehitaman, terbentuk karena pembusukan tanaman dan hewan, sangat tahan terhadap mikroorganisme dalam waktu yang cukup lama (Notodarmojo,1994).

Air sungai di Indonesia merupakan salah satu sumber daya air yang masih melimpah, kajian Sumber Daya Geologi Dapertemen Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan sampai tahun 2006 sumber daya lahan sungai di Indonesia mencakup luas 26 juta ha yang tersebar di pulau Kalimantan ( 50%) sumatera ( 40%) sedangkan sisanya tersebar di Papua dan pulau-pulau lainnya. Dan untuk lahan sungai Indonesia menempati posisi ke- 4 terluas setelah Canada, Rusia, dan Amerika Serikat (Tjahjono,2007)

Menurut Kusnaedi(2002), tujuan pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih dan sehat sesuai dengan standar mutu air. Proses pengolahan air merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan. Pada dasarnya, pengolahan air dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan.


(30)

Penjernihan air dapat dilakukan dengan penambahan tawas, gas klor dan kapur. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta medah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidti air (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbiditi air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut. Gas klor adalah desinfektan yang bisa digunakan pada pengolahan air. Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Kapur (lime) secara umum terdapat dalam dua bentuk yaitu CaO dan Ca(OH)2. CaO adalah bahan mudah larut dalam air dan menghasilkan Ca(OH)2. Ca(OH)2 bersifat basa dan disertai keluarnya panas yang tinggi. Menurut Tarmiji, 1986, penggunaan dari kapur antara lain dibidang kesehatan lingkungan untuk pengolahan air kotor, air limbah maupun industri lainnya. Pada pengolahan air kotor, kapur dapat mengurangi kandungan bahan-bahan organik. Cara kerjanya adalah kapur ditambahkan untuk mereaksikan alkalibikarbonat serta mengatur pH air sehingga menyebabkan pengendapan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah dengan judul “Penentuan Kadar CaO dalam Kapur Pada Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Delitua”.


(31)

1.2. Permasalahan

1. Berapa kadar CaO dalam kapur yang digunakan sebagai penetralisasi air di PDAM Tirtanadi Delitua.

2. Apakah kadar CaO dalam kapur yang diperoleh perusahaan sesuai dengan standar kadar CaO menurut Standar SNI.

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar CaO dalam kapur yang digunakan sebagai penetralisasi air di PDAM Tirtanadi Delitua.

2. Untuk mengetahui kadar CaO dalam kapur yang diperoleh perusahaan sesuai dengan standar kadar CaO menurut Standar SNI.

1.4. Manfaat

1. Dapat memberikan informasi mengenai Pengolahan air di PDAM Tirtanadi

2. Dapat mengetahui kadar CaO dalam kapur yang digunakan sebagai penetralisasi air di PDAM Tirtanadi Delitua.

3. Dapat mengetahui kadar CaO dalam kapur yang diperoleh perusahaan sesuai dengan standar kadar CaO menurut Standar SNI.


(32)

PENENTUAN KADAR CaO DALAM KAPUR PADA PENGOLAHAN AIR DI PDAM TIRTANADI DELITUA

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar CaO dalam kapur pada pengolahan air di PDAM Tirtanadi Delitua. Kapur yang digunakan pada proses pengolahan air masih mengandung senyawa selain CaO seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, MgO, Na2 + K2O, TiO2, P2O5, SO3. Karena itu dalam penelitian ini akan ditentukan kadar CaO dalam kapur tersebut. Kadar CaO ditentukan dengan metode titrasi dengan larutan standar NaOH dan indikator Penolpthalein. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan yaitu diperoleh kadar CaO 64,57% - 63,97% kadar CaO menurun setiap hari. Dimana kadar yang diperoleh sesuai dengan standar SNI 15-2049-1994 yaitu 60-70 %.


(33)

DETERMINATION OF CaO CONTENT OF THE LIME IN WATER TREATMENT IN THE TAPS TIRTANADI DELITUA

ABSTRACT

Has performed determination of CaO in lime in water treatment in Tirtanadi Delitua taps . Lime used in water treatment processes still contain compounds other than CaO such as SiO2 , Al2O3 , Fe2O3 , MgO , Na2 + K2O , TiO2 , P2O5 , SO3 . Therefore in this study will be determined the levels of CaO in the limestone . CaO content was determined by titration with a standard solution of NaOH and indicators Penolpthalein . Based on observations obtained CaO content of 64.57 % - 63.97 % CaO content decreases every day . Where levels were obtained in accordance with ISO standards 15-2049-1994 is 60-70 %.


(34)

PENETUAN KADAR CaO DALAM KAPUR PADA

PENGOLAHAN AIR DI PDAM TIRTANADI DELITUA

TUGAS AKHIR

HOTMARIA P SIHALOHO

122401081

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(35)

PENETUAN KADAR CaO DALAM KAPUR PADA

PENGOLAHAN AIR DI PDAM TIRTANADI DELITUA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

HOTMARIA P SIHALOHO

122401081

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(36)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar CaO pada Kapur pada Pengolahan Air Di PDAM TIRTANADI DELITUA

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Hotmaria P Sihaloho Nomor Induk Mahasiswa : 122401081

Program studi : Diploma Tiga (D-3) Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Medan, Juni 2015

Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP : 195509181987012001 NIP :197404051999032001

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP : 195408301985032001


(37)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR CaO DALAM KAPUR PADA

PENGOLAHAN AIR DI PDAM TIRTANADI DELITUA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,Mei 2015

HOTMARIA P SIHALOHO 122401081


(38)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan untukmenyelesaikanpendidikan Program Studi D-3 Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dengan judul ” Penentuan Kadar CaO pada Kapur Guna Penetralisasi Bahan Baku Kimia dalam Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Delitua”.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik.Atas bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan tugas akhir ini.

5. Bapak Ir. Amrun selaku Kepala Divisi Public Relation PDAM Tirtanadi Delitua yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan PKL.

6. Ibu Ade Trisna Purba ST selaku Kepala Bagian Pengendalian Mutu yang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis selama PKL di PDAM Tirtanadi Delitua.

7. Seluruh staff dan karyawan PDAM Tirtanadi Delitua yang telah membantu dan memberikan dukungan, semangat dan ilmu baru kepada penulis.

8. Seluruh anggota UKM KMK St. Albertus Magnus USU yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia stambuk 2012 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulis sehingga selesainya tugas akhir ini.


(39)

Terkhusus kepada kedua orangtua penulis , Bapak K. Sihaloho dan Ibu M. Simalango serta adik-adik penulis Novriani, Ira, Chyntia dan Agustinus yang telah memberikan bantuan moril dan materil serta doa restu kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Segala bentuk masukan yang diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terimakasih. Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan,Mei 2015


(40)

PENENTUAN KADAR CaO DALAM KAPUR PADA PENGOLAHAN AIR DI PDAM TIRTANADI DELITUA

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar CaO dalam kapur pada pengolahan air di PDAM Tirtanadi Delitua. Kapur yang digunakan pada proses pengolahan air masih mengandung senyawa selain CaO seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, MgO, Na2 + K2O, TiO2, P2O5, SO3. Karena itu dalam penelitian ini akan ditentukan kadar CaO dalam kapur tersebut. Kadar CaO ditentukan dengan metode titrasi dengan larutan standar NaOH dan indikator Penolpthalein. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan yaitu diperoleh kadar CaO 64,57% - 63,97% kadar CaO menurun setiap hari. Dimana kadar yang diperoleh sesuai dengan standar SNI 15-2049-1994 yaitu 60-70 %.


(41)

DETERMINATION OF CaO CONTENT OF THE LIME IN WATER TREATMENT IN THE TAPS TIRTANADI DELITUA

ABSTRACT

Has performed determination of CaO in lime in water treatment in Tirtanadi Delitua taps . Lime used in water treatment processes still contain compounds other than CaO such as SiO2 , Al2O3 , Fe2O3 , MgO , Na2 + K2O , TiO2 , P2O5 , SO3 . Therefore in this study will be determined the levels of CaO in the limestone . CaO content was determined by titration with a standard solution of NaOH and indicators Penolpthalein . Based on observations obtained CaO content of 64.57 % - 63.97 % CaO content decreases every day . Where levels were obtained in accordance with ISO standards 15-2049-1994 is 60-70 %.


(42)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstack vi

Daftar Isi vii

Bab 1. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Perumusan Masalah 4 1.3.Tujuan 4

1.4.Manfaat 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Air 5

2.2. Kualitas Air 6

2.3. Manfaat Air 10

2.4. Pengolahan Air 12

2.5. Kapur Tohor (CaO) 14

2.5.1. Pembuatan Kapur Tohor 16 2.5.2. Kegunaan Kapur Tohor 16 2.5.3. Analisa Penentuan Kadar Kapur 19

2.6. Proses Produksi 20

Bab 3. Metode Percobaan

3.1.Alat-alat 23

3.2.Bahan-bahan 23

3.2.Prosedur 24

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Data Pengamatan 25

4.2. Perhitungan 25

4.4. Pembahasan 28

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 29

5.2. Saran 29


(43)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Komposisi Kimia Kapur 15 Tabel 4.1. Kadar CaO dalam Kapur pada Bulan Januari 25


(1)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan untukmenyelesaikanpendidikan Program Studi D-3 Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dengan judul ” Penentuan Kadar CaO pada Kapur Guna Penetralisasi Bahan Baku Kimia dalam Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Delitua”.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik.Atas bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan tugas akhir ini.

5. Bapak Ir. Amrun selaku Kepala Divisi Public Relation PDAM Tirtanadi Delitua yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan PKL.

6. Ibu Ade Trisna Purba ST selaku Kepala Bagian Pengendalian Mutu yang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis selama PKL di PDAM Tirtanadi Delitua.

7. Seluruh staff dan karyawan PDAM Tirtanadi Delitua yang telah membantu dan memberikan dukungan, semangat dan ilmu baru kepada penulis.

8. Seluruh anggota UKM KMK St. Albertus Magnus USU yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia stambuk 2012 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulis sehingga selesainya tugas akhir ini.


(2)

Terkhusus kepada kedua orangtua penulis , Bapak K. Sihaloho dan Ibu M. Simalango serta adik-adik penulis Novriani, Ira, Chyntia dan Agustinus yang telah memberikan bantuan moril dan materil serta doa restu kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Segala bentuk masukan yang diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terimakasih. Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan,Mei 2015


(3)

PENENTUAN KADAR CaO DALAM KAPUR PADA PENGOLAHAN AIR DI PDAM TIRTANADI DELITUA

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar CaO dalam kapur pada pengolahan air di PDAM Tirtanadi Delitua. Kapur yang digunakan pada proses pengolahan air masih mengandung senyawa selain CaO seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, MgO, Na2 +

K2O, TiO2, P2O5, SO3. Karena itu dalam penelitian ini akan ditentukan kadar CaO

dalam kapur tersebut. Kadar CaO ditentukan dengan metode titrasi dengan larutan standar NaOH dan indikator Penolpthalein. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan yaitu diperoleh kadar CaO 64,57% - 63,97% kadar CaO menurun setiap hari. Dimana kadar yang diperoleh sesuai dengan standar SNI 15-2049-1994 yaitu 60-70 %.

Kata Kunci : Kapur, Kadar CaO, Titrasi Alkalimetri


(4)

DETERMINATION OF CaO CONTENT OF THE LIME IN WATER TREATMENT IN THE TAPS TIRTANADI DELITUA

ABSTRACT

Has performed determination of CaO in lime in water treatment in Tirtanadi Delitua taps . Lime used in water treatment processes still contain compounds other than CaO such as SiO2 , Al2O3 , Fe2O3 , MgO , Na2 + K2O , TiO2 , P2O5 ,

SO3 . Therefore in this study will be determined the levels of CaO in the limestone

. CaO content was determined by titration with a standard solution of NaOH and indicators Penolpthalein . Based on observations obtained CaO content of 64.57 % - 63.97 % CaO content decreases every day . Where levels were obtained in accordance with ISO standards 15-2049-1994 is 60-70 %.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstack vi

Daftar Isi vii

Bab 1. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Perumusan Masalah 4 1.3.Tujuan 4

1.4.Manfaat 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Air 5

2.2. Kualitas Air 6

2.3. Manfaat Air 10

2.4. Pengolahan Air 12

2.5. Kapur Tohor (CaO) 14

2.5.1. Pembuatan Kapur Tohor 16

2.5.2. Kegunaan Kapur Tohor 16

2.5.3. Analisa Penentuan Kadar Kapur 19

2.6. Proses Produksi 20

Bab 3. Metode Percobaan

3.1.Alat-alat 23

3.2.Bahan-bahan 23

3.2.Prosedur 24

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Data Pengamatan 25

4.2. Perhitungan 25

4.4. Pembahasan 28

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 29

5.2. Saran 29

Daftar Pustaka 30


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Kapur 15

Tabel 4.1. Kadar CaO dalam Kapur pada Bulan Januari 25