Penentuan Kadar Amoniak Pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis Secara Spektrofotometri

(1)

(2)

Lampiran 2. Keputusan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 april 2010

PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM Lampiran : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal : 19 april 2010

I. PARAMETER WAJIB

NO Jenis Parameter Satuan Kadar

Maksimum yang diperbolehkan 1. Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per 100 ml sampel

0 2) Total bakteri Koliform Jumlah per 100

ml sampel

0 b. Kimia Anorganik

1) Arsen mg/l 0,01

2) Fluorida mg/l 1,5

3) Total Kromium mg/l 0,05

4) Kadmium mg/l 0,003

5) Nitrit, (sebagai NO2-) mg/l 3 6) Nitrat, (sebagai NO3-) mg/l 50

7) Sianida mg/l 0,07

8) Selenium mg/l 0,01

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik

1) Bau Tidak Berbau

2) Warna TCU 15

3) Total Zat Padat terlarut mg/l 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak Berasa

6) Suhu ̊ C Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1) Aluminium mg/l 0,2

2) Besi mg/l 0,3

3) Kesadahan mg/l 500

4) pH mg/l 6,5 - 8,5


(3)

6) Sulfat mg/l 250

7) Tembaga mg/l 2

8) Amonia mg/l 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN

NO. Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1. KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg/l 0,001

Antimon mg/l 0,02

Barium mg/l 0,7

Boron mg/l 0,5

Molybdenum mg/l 0,07

Nikel mg/l 0,07

Sodium mg/l 200

Timbal mg/l 0,01

Uranium mg/l 0,015

b. Bahan Organik

Zat organik (KMnO4) mg/l 10

Deterjen mg/l 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg/l 0,004

Dichloromethane mg/l 0,02

1,2- Dichloroethane mg/l 0,05

Chlorinated ethenes

1,2- Dichloroethane mg/l 0,05

Tetrachloroethene mg/l 0,04

Aromatic Hydrocarbons

Benzene mg/l 0,01

Toluene mg/l 0,7

Xylenes mg/l 0,5

Ethylbenzene mg/l 0,3

Styrene mg/l 0,02

Chlorinated Benzenes

1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/l 1 1,4- Dichlorobenzene (1,4DCB) mg/l 0,3 Lain – lain

Di(2-ethylexyl) phthalate mg/l 0,008

Acrylamide mg/l 0,0005

Epichlorohydrin mg/l 0,0004

Hexachlorobutadine mg/l 0,0006

Ethylenediaminetetraasetic acid mg/l O,6

Nitrilotriacetic acid mg/l 0,2

c. Pestisida

Alachlor mg/l 0,02

Aldicarb mg/l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg/l 0,00003


(4)

Carbofuran mg/l 0,007

Chlordane mg/l 0,0002

Chlorotoluron mg/l 0,03

NO Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang Diperbolehkan 1,2-Dibromo-3-chloropropane mg/l 0,001 2,4-Dichlorophenoxyasetic acid mg/l 0,03

1,2-Dichloropropane mg/l 0,04

Isoproturon mg/l 0,009

Lindane mg/l 0,002

MCPA mg/l 0,002

Methoxychlor mg/l 0,02

Metolachlor mg/l 0,01

Molinate mg/l 0,006

Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0,009

Permethrin mg/l 0,3

Simazine mg/l 0,002

Trifluralin mg/l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg/l 0,090

Dichlorprop mg/l 0,10

Fenoprop mg/l 0,009

Mecoprop mg/l 0,001

2,4,5-Trichloropenoxyasetic acid mg/l 0,009 d. Desinfektan dan hasil sampingnya

Desinfektan

Chlorine mg/l 5

Hasil sampingan

Bromate mg/l 0,01

Chlorate mg/l 0,7

Chlorite mg/l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6-TCP)

mg/l 0,2

Bromoform mg/l 0,1

Dibromochloromethane mg/l 0,1 Bromodichloromethane mg/l 0,06

Chloroform mg/l 0,3

Chlorinated asetic acids

Dichloroasetic acid mg/l 0,05

Trichloroasetic acid mg/l 0,02

Chloral Hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg/l 0,02

Dibromoacetonitrile mg/l 0,07

Cyanogen chloride (sebagai CN) mg/l 0,07 2. RADIOAKTIFITAS


(5)

Gross beta activity Bg/l 1

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstrack v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran x

Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2 1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Air 4 2.2. Sumber Air 5 2.2.1. Air Hujan 6 2.2.2. Air Permukaan 6

2.2.3. Air Tanah 7 2.3. Parameter Kualitas Air 8

2.3.1. Parameter Fisika 9 2.3.2. Parameter Kimia 12

2.4. Proses Pengolahan Air 17

2.5. Amoniak 18

2.6. Air Reservoir 21

2.7. Spektrofotometer 22

Bab 3. Bahan dan Metode 3.1. Peralatan 26

3.2. Bahan - Bahan 26

3.3. Prosedur 26 Bab 4. Hasil dan Pembahasan


(6)

4.1. Hasil 28

4.2. Pembahasan 29

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 31


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1. Klasifikasi Padatan diperairan 11


(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1. Proses Amonifikasi dan Nitrifikasi 19

2.2. Proses Dinitrifikasi 19

2.3. Persamaan Reaksi Gas Amoniak dan Gas Ammonium 19


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lamp

1. Gambar Spektrofotometer DR 2800 33

2. Keputusan Menteri Kesehatan

No.429/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 april 2010 34


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1984. Metoda penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional

Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan VIII. Jakarta : Mutiara Sumber Widya

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius

http://pengolahanair-oke.blogspot.com/2013/03/instalasi-pengolahan-air bersih.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/20807/4/Chapter%20II.pdf Khopkar, S. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI- PRESS

Mulja, H. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press Sutrisno, T. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta

Vogel, A. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC


(11)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Peralatan

a. Spektrofotometer Hach DR 2800 b. Kuvet 25 ml

c. Pipet Volume 1 ml & 25 ml d. Bola karet

3.2. Bahan-bahan a. Mineral stabilizer

b. Polyviny Alcohol Dispersing Agent c. Larutan Nessler

d. Sampel air reservoir e. Aquadest

3.3. Prosedur

a. Dipastikan analis telah memakai masker dan sarung tangan b. Ditekan power pada alat spectrophotometer DR 2800 c. Ditekan Hach program 380

d. Ditekan start, layar akan menunjukkan mg/l NH3 – N

e. Diisi cell pertama dengan 25 ml sampel air ( sebagai sampel ) f. Diisi cell kedua dengan 25 ml aquadest ( sebagai blanko )


(12)

g. Ditambahkan 3 tetes mineral stabilizer kedalam masing-masing cell, tutup dan aduk beberapa saat hingga larutan homogen, tambahkan 3 tetes polyvinyl alcohol dispersing agent kedalam masing-masing cell, tutup dan aduk hingga homogen

h. Ditambahkan 1 ml larutan Nessler kedalam masing-masing cell, tutup dan aduk hingga homogen

i. Ditekan tanda waktu, 1 menit masa reaksi akan dimulai, setelah waktu tercapai layar akan menampilkan mg/l NH3-N

j. Dimasukkan botol blanko pada dudukan cell, tutup

k. Ditekan zero, pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/L NH3-N

l. Dimasukkan persiapan contoh pada dudukan cell, kemudian tutup m. Ditekan read, catat hasil analisa NH3-N yang ditunjukkan pada layar.


(13)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan sampel air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis pada tanggal 4 Februari - 28 Februari 2013.

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar Amoniak pada Air Reservoir Tanggal Kadar Amoniak Pagi

(mg/l)

Kadar Amoniak Sore (mg/l)

4-Feb-2013 0,00 0,01

5-Feb-2013 0,01 0,02

6-Feb-2013 0,00 0,00

7-Feb-2013 0,00 0,00

8-Feb-2013 0,00 0,00

11-Feb-2013 0,05 0,01

12-Feb-2013 0,05 0,01

13-Feb-2013 0,03 0,00

14-Feb-2013 0,02 0,03

15-Feb-2013 0,17 0,00

18-Feb-2013 0,11 0,00

19-Feb-2013 0,09 0,04

20-Feb-2013 0,12 0,00

21-Feb-2013 0,01 0,02

22-Feb-2013 0,00 0,00

25-Feb-2013 0,00 0,00

26-Feb-2013 0,00 0,00

27-Feb-2013 0,07 0,02

28-Feb-2013 0,05 0,02

Rata-rata 0,04 0,01

Rata -rata/ hari


(14)

4.2. Pembahasan

Dari hasil analisa yang dilakukan pada air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis diperoleh perbedaan kadar amoniak yang cukup besar pada tanggal 15 Februari 2013 yaitu pada pagi sebesar 0,17 mg/l dan sore sebesar 0,00 mg/l. Pada air reservoir pagi tanggal 15 Februari 2013 kadar amoniak paling tinggi, ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menunjukkan adanya pencemaran pada sumber air, sehingga perlu dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar amoniaknya. Faktor tersebut adalah adanya peternakan disekitar sumber air, adanya aktivitas metabolisme biota aquatik dalam air sungai (sumber air) seperti ikan yang dapat mencemarkan air sungai melalui urin atau tinjanya, adanya limbah domestik (limbah rumah tangga) dari penduduk yang bermukim disekitar sumber air, adanya tanah disekitar sumber air yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Pada ai reservoir sore tanggal 15 Februari 2013 kadar amoniak sangat rendah, ini disebabkan karena pada air reservoir sebelumnya telah melewati berbagai proses yang mengakibatkan berkurangnya kadar amoniak. Proses - proses tersebut adalah proses pengendapan yaitu dengan cara mengendapkan partikel - partikel padat dari air baku dengan gaya grafitasi, proses filtrasi yang berfungsi untuk menyaring benda - benda kasar, bahan - bahan melayang dan juga bakteri - bakteri, proses pembubuhan koagulan yaitu dengan membubuhkan koagulan secara teratur sesuai dengan kebutuhan (dengan dosis yang tepat), dimana koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel - partikel kecil yang tak dapat mengendapkan dengan sendirinya (secara grafimetris), contoh koagulan yang


(15)

umum digunakan pada proses pengolahan air adalah aluminium sulfat, proses aerasi yang bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO) dalam air baku. Peningkatan kadar oksigen terlarut ini berguna untuk menurunkan kadar besi, mangan, bahan organik, amoniak, dan sebagainya. Dimana proses ini berlangsung terus menerus, sehingga pada air reservoir sore kadar amoniaknya sudah jauh lebih rendah dibandingkan pada air reservoir pagi. Faktor lain yang menyebabkan air reservoir pada sore lebih rendah adalah sinar matahari, kecepatan angin dan suhu yang menyebabkan kadar amoniak pada air baku berkurang akibat menguap ke udara.

Amoniak merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum adalah menyangkut perubahan fisik dari air tersebut yang akan mempengaruhi penerimaan masyarakat.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kadar amoniak pada air reservoir sudah cukup baik, yaitu 0,03 mg/l. Ini di sesuaikan dengan standar mutu air menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 april 2010 yaitu 1,5 mg/l. Maka air tersebut tidak melampaui kadar maksimum standar mutu yang ditetapkan sehingga air tersebut mempunyai kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.


(16)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terhadap air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis diperoleh kadar amoniak 0,03 mg/l.

2. Kadar amoniak yang diperoleh jauh dari ambang batas standar mutu air yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 april 2010, maka air tersebut masih memenuhi persyaratan dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam menganalisa kadar amoniak pada uji kualitas air selanjutnya, hendaknya menggunakan metode - metode yang lebih bervariasi lagi, lebih akurat, lebih teliti, menggunakan alat yang lain selain spektrofotometer DR 2800, dan mengetahui prinsip kerja yang benar dari alat tersebut.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan (Sutrisno, 2006).

Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

Syarat - Syarat Air Minum, dari segi kualitas : a. Syarat Fisik

Adapun syarat fisik dari air adalah air tak boleh berwarna, air tak boleh berasa, air tak boleh berbau, suhu air hendaknya dibawah ± 25 ̊C, dan air harus jernih (Sutrisno, 2006).


(18)

b. Syarat Kimia

Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat - zat kimia ataupun mineral, terutama oleh zat - zat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat di dalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut (Azwar, 1996).

c. Syarat Bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri - bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak mengandung bakteri - bakteri golongan Coli melebihi batas - batas yang ditentukannya yaitu 1 Coli / 100 ml air. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2006).

2.2. Sumber Air

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan - batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain :

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. c. Tidak berasa dan tidak berbau.


(19)

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI.

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan - bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri. Air yang berada di- permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air hujan, air permukaan dan air tanah (Chandra, 2007).

2.2.1. Air Hujan

Air hujan merupakan sumber utama air bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh debu, mikroorganisme dan gas misalnya karbondioksida, nitrogen dan amoniak (Chandra, 2007).

Untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum, hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dilakukan saat awal hujan turun, karena mengandung banyak kotoran. Selain itu hujan mempunyai sifat agresif terutama pada pipa - pipa penyalur maupun bak - bak reservoir, karena dapat mempercepat terjadinya korosi (perkaratan) dan air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga menyebabkan pemborosan terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 2006).

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan meliputi badan - badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar dari air hujan yang jatuh


(20)

kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya (Chandra, 2007).

Pada umumnya air permukaan ini akan mendapatkan pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang - batang kayu, daun - daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam, yaitu :

a. Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umunya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air Rawa / Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat - zat organis yang telah membusuk. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan juga kelarutan O2

kurang sekali (anaerob), maka unsur - unsur Fe dan Mn ini akan larut. Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu ditengah - tengah agar endapan - endapan Fe dan Mn tak terbawa (Sutrisno, 2006).

2.2.3. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi yang kemudian mengalami penyerapan dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses - proses yang telah dialami air hujan tersebut, didalam perjalanan ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.


(21)

Air tanah memiliki kelebihan dibandingkan sumber air lainnya. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekali pun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian dan kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat - zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dan zat - zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air keatas permukaan, diperlukan pompa (Chandra, 2007).

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

1) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2) Golongan B, yaitu golongan air yang dapat diguanakan sebagai air baku pada air minum.

3) Golongan C, yaitu air yang dapat diguanakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003).

2.3. Parameter Kualitas Air

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dihubungkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian, kualitas air yang


(22)

diinginkan akan tergantung pada proses kegiatan itu sendiri, sebagai contoh: kualitas air untuk kebutuhan air minum akan berbeda dengan kualitas air untuk kebutuhan industri. Secara umum kualitas air berhubungan dengan kandungan bahan terlarut didalamnya. Tingkat kandungan dari bahan tersebut akan menentukan kelayakannya.

Parameter kualitas air dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Parameter kualitas fisika

2. Parameter kualitas kimia

2.3.1 Parameter Fisika

Parameter - parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total, padatan terlarut, dan padatan tersuspensi.

a. Suhu

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan (Effendi, 2003).

Peningkatan suhu perairan sebesar 10 ̊C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 - 3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003).


(23)

b. Kecerahan dan Kekeruhan

Kecerahan air tegantung pada warna kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan - bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus). Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/l SiO2 (Effendi,

2003). c. Warna

Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan - bahan kimia terlarut, dimana bahan - bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi.Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus dan ion - ion logam ( misalnya besi dan mangan), serta bahan - bahan lainnya (Effendi, 2003). d. Konduktivitas

Konduktivitas ( Daya Hantar Listrik) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam -


(24)

garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai daya hantar listrik (Effendi, 2003).

e. Padatan Total, terlarut, dan tersuspensi

Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Padatan ysng terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1. Klasifikasi Padatan di Perairan

Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (µm)

Ukuran Diameter (mm)

1. Padatan terlarut < 10-3 < 10-6

2. Koloid 10-3 - 1 10-6 - 10-3

3. Padatan tersuspensi > 1 > 10-3

Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air.

Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solid) adalah bahan - bahan terlarut (diameter < 10 - 6 mm) dan koloid ( diameter 10 - 6 mm - 10 - 3 mm) yang berupa senyawa - senyawa kimia dan bahan - bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm (Effendi,2003).


(25)

2.4.2 Parameter Kimia

Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, diperlukan

serangkaian tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut.

Beberapa parameter kimia yang umumnya harus di ketahui, yaitu sebagai berikut :

a. Derajat Keasaman (pH)

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. Dalam penyediaan air, pH merupakan suatu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air dan dalam pencegahan korosi (Sutrisno, 2006).

b. Oksigen Terlarut

Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 mg/l. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003).

c. Alkalinitas

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan sebutan acid netralizing capacity. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida


(26)

dan amonia (NH3) juga memberikan konstribusi terhadap alkalinitas. Namun

pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida. Nilai alkalinitas perairan alami tidak pernah melebihi 500 mg/l CaCO3.

Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi. Nilai alkalinitas berkaitan erat dengan korosivitas logam dan dapat menimbulkan permasalahan kesehatan pada manusia, terutama yang berhubungan dengan iritasi pada sistem pernapasan (gastro intestinal). Jika di didihkan dengan waktu yang lama, perairan dengan nilai alkalinitas yang tinggi akan menghasilakan deposit dan menimbulkan bau yang kurang sedap (Effendi, 2003).

Nilai alkalinitas yang baik berkisar anatara 30 - 500 mg/l CaCO3. Nilai

alkalinitas diperairan berkisar anatara 5 hingga ratusan mg/l CaCO3. Nilai

alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mg/l CaCO3. Perairan dengan nilai

alkalinitas > 40 mg/l CaCO3 disebut perairan sadah (hard water), sedangkan

perairan dengan nilai alkalinitas < 40 mg/l CaCO3 disebut perairan lunak (soft

water). Untuk kepentingan pengolahan air, sebaiknya nilai alkalinitas tidak terlalu bervariasi (Effendi, 2003).

d. Kesadahan

Kesadahan (hardness) adalah gambaran kation logam divalen (valensi dua). Kation - kation ini dapat bereaksi dengansabun membentuk endapan maupun dengan anion - anion yang terdapat didalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam. Pada perairan tawas, kation divalen yang paling berlimpah adalah kalsium dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan


(27)

oleh jumlah kalsium dan magnesium. kalsium dan magnesium berikatan dengan anion penyusun alkalinitas, yaitu bikarbonat dan karbonat.

Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil daripada air tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/l CaCO3 dan lebih dari 500 mg/l CaCO3 dianggap kurang baik bagi peruntukan domestik, pertanian dan industri. Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme dari pada air lunak (Effendi, 2003).

e. Bahan Organik

Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan satu atau lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama sebagai berikut :

1) Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid, selulosa, kanji, gula dan sebagainya.

2) Sintesis, yang meliputi semua bhan organik yang diproses oleh manusia.

3) Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika dan asam yang semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme (Effendi, 2003).

f. Amonia (NH3)

Amonia dan garam -garamnya bersifat larut dalam air. Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium fosfat, amonium nitrat dan amonium sulfat) serta industri bubur kertas dan kertas.

Sumber amonia diperairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur (Effendi, 2003).


(28)

Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga banyak mengeluarkan amonia. Sumber amonia yang lain adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri, dan domestik. amonia yang terdapat dalam mineral masuk kebadan air melalui erosi tanah (Effendi, 2003).

g. Besi

Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri (Effendi, 2003).

Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi atau aerob hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mg/l. Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05 - 0,2 mg/l. Pada air tanah dalam dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10 - 100 mg/l, sedangkan pada perairan laut sekitar 0,01 mg/l. Air hujan mengandung besi sekitar 0,05 mg/l. Kadar besi > 1,0 mg/l dianggap membahayakan kehidupan organisme akuatik. Air yang diperuntukkan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar besi kurang dari 0,3 mg/l dan perairan yang diperuntukkan bagi keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar besi tidak lebih dari 20 mg/l (Effendi, 2003).

h. Mangan

Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/l atau kurang. kadar yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam. Perairan asam dapat mengandung mangan sekitar 10 - 150 mg/l. perairan laut mengandung


(29)

mangan sekitar 0,002 mg/l. Kadar mangan pada perairan tawar sangat bervariasi, antara 0,002 mg/l hingga lebih dari 4,0 mg/l (Effendi, 2003).

Pada air minum, kadar mangan maksimum 0,05 mg/l. perairan yang diperuntukkan bagi irigasi pertanian untuk tanah yang bersifat asam sebaiknya memiliki kadar mangan sekitar 0,2 mg/l, sedangkan tanah yang bersifat netral dan alkalis sekitar 10 mg/l (Effendi, 2003).

i. Aluminium

Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/l. Perairan asam (acidic) memiliki kadar aluminium yang tinggi. Untuk memelihara organisme akuatik kadar aluminium sebaiknya tidak lebih dari 0,005 mg/l bagi perairan dengan pH < 6,5 dan tidak lebih dari 0,1 mg/l bagi perairan dengan pH > 6,5 (Effendi, 2003).

Kadar aluminium pada air laut biasanya sekitar 0,01 mg/l. Perairan bagi keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar aluminium sekitar 5,0 mg/l. Kadar Aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/l. Bagi kepentingan industri, misalnya pembangkit listrik tenaga uap, kadar aluminium perairan yang dianggap baik tidak lebih dari 0,1 mg/l (Effendi, 2003).

j. Fluorida

Perairan alami biasanya memiliki kadar fluorida kurang dari 0,2 mg/l. Pada air tanah dalam, kadar fluorida mencapai 10 mg/l, pada perairan laut sekitar 1,3 mg/l sedangkan pada brine mencapai 600 mg/l. Perairan yang diperuntukkan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar fluorida 0,7 - 1,2 mg/l. Untuk kepentingan pertanian, kadar fluorida yang dianjurkan adalah 10 - 15 mg/l (Effendi, 2003).


(30)

k. CO2 Agresif

CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat

organik. Permukaan air biasanya mengandung CO2 bebas kurang dari 10 mg/l.

CO2 agresif dalam air dapat ditentukan dengan cara grafis dan analitis.

Penyimpangan terhadap standar konsentrasi maksimal CO2 agresif dalam air, akan

menyebabkan terjadinya korosifitas pada pipa - pipa logam (Sutrisno, 2006).

2.4. Proses Pengolahan Air

Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha - usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat - sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum karena dengan adanya pengolahan ini maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan (Sutrisno, 1996).

Proses pengolahan air untuk kepentingan umum terlihat sebagai berikut : 1. Air sungai dialirkan atau dipompa. Tempat pengambilan air disebut intake.

Air diendapkan pada parit - parit lebar dan panjang.

2. Setelah diendapkan beberapa waktu, kemudian air dialirkan ke instalasi penyaringan (melalui pengukuran debit air).

3. Air diendapkan di bak pertama.

4. Kemudian air dialirkan melalui tempat pembubuhan obat kimia berupa zat koagulan, biasanya merupakan aluminium sulfat (tawas) Al2(SO4)3 dan larutan

kapur CaCO3 yang tujuannya untuk membentuk endapan.

5. Agar zat koagulan ini dapat bercampur dengan sempurna maka ada dua cara yang ditempuh, yaitu menerjunkan air dan mengalirkan air melalui parit yang berbelok - belok yang disebut mixing device.


(31)

6. Bila air telah bercampur dengan baik, maka timbul kepingan yang lebih besar. Selanjutnya untuk memberikan kesempatan pengendapan, air dialirkan kedalam bak pengendapan yang kedua yang disebut dortmund tank atau ascelerator. Dalam bak ini terjadi pemisahan antara kotoran dengan air yang sudah bersih.

7. Air yang sudah nampak bersih ini dialirkan melalui saringan pasir yang disebut rapid sand filter. Meskipun air ini sudah tampak bersih tetapi masih terdapat kemungkinan mengandung bakteri.

8. Untuk membunuh bakteri tersebut, air kemudian dialirkan ke sebuah chlironator, di sini dibubuhi zat chlor dengan syarat sisa chlor ialah 0,1 - 0,2 ppm.

9. Air yang sudah bersih ini, selanjutnya ditampung dalam bak penampung air bersih untuk kemudian siap didistribusikan kepada para konsumen (Azwar, 1996).

2.5. Amoniak

Amoniak dan garam - garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk transisi dari amoniak. Amoniak banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium, fosfat, amonium nitrat, dan amonium nitrat), serta industri bubur kertas dan kertas. Sumber amoniak diperairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh


(32)

mikroba dan jamur. Proses ini dikenal dengan istilah amonifikasi, ditunjukkan dalam persamaan reaksi :

N organik + O2 NH3-N + O2 NO2-N + O2 NO3-N

amonifikasi nitrifikasi

Gambar 2.1. Proses Amonifikasi dan Nitrifikasi

Reduksi nitrat (denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob yang merupakan proses yang biasa terjadi pada pengolahan limbah, juga menghasilkan gas amoniak dan gas - gas lain, misalnya N2O, NO2, NO3, dan N2.

NH3 (gas)

NO3- NO2- (amoniak)

(nitrat) (nitrit) N2 (gas)

N2O (gas) (Dinitrogen oksida)

Gambar 2.2. Proses Dinitrifikasi

Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga banyak mengeluarkan amoniak. Sumber amoniak yang lain adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri, dan domestik. Amoniak yang terdapat dalam mineral masuk ke badan air melalui erosi tanah. Di perairan alami, pada suhu dan tekanan normal amoniak berada dalam bentuk gas dan membentuk kesetimbangan dengan gas ammonium.

Kesetimbangan antara gas amoniak dan gas ammonium ditunjukkan dalam persamaan reaksi :

NH3 + H2O NH4+ + OH-


(33)

Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Amoniak juga dapat terserap ke dalam bahan - bahan tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan.

Kadar amoniak pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l. Kadar amoniak yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri dan limpasan pupuk pertanian. Kadar amoniak yang tinggi juga dapat ditemukan pada dasar danau yang mengalami kondisi tanpa oksigen (Effendi, 2003).

Terdapat amoniak dalam air erat hubungannya dengan siklus pada N di alam ini. Dengan melihat siklus tersebut dapat diketahui bahwa amonia dapat terbentuk dari :

a. Dekomposisi bahan - bahan organik yang mengandung N, baik yang berasal dari hewan oleh bakteri.

b. Hydrolisa urea yang terdapat pada urine hewan.

c. Dekomposisi bahan - bahan organik dari tumbuh - tumbuhan yang mati oleh bakteri.

d. Dari N2 atmosfir, melalui pengubahan menjadi N2O5 oleh loncatan listrik

di udara menjadi HNO3 karena persatuannya dengan air, dan selanjutnya

jatuh di tanah oleh hujan. Dengan melalui pembentukannya menjadi protein organik yang terjadi selanjutnya, dan oleh dekomposisi bakteri akhirnya akan terbentuk amoniak.


(34)

Dari siklus nitrogen tersebut jelas pula bahwa NH4+ bisa terdapat dalam air

melalui tanah maupun langsung terjadi pada air, apabila proses dekomposisi oleh bakteri ataupun hydrolisa terjadi dalam air (Sutrisno, 2006).

Amoniak merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum adalah menyangkut perubahan fisik dari pada air tersebut yang akan mempenharuhi penerimaan masyarakat. Standar kualitas air minum dari Dep. Kes. R.I. tidak memperbolehkan amoniak terdapat pada air minum (Sutrisno, 2006).

2.6. Air Reservoir

Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 3,5 m berfungsi untuk menampung air minum / air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir - reservoir distribusi diberbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/20807/4/Chapter%20II.pdf).

Setelah melalui banyak proses pengolahan, pada proses filter air yang nampak bersih dialirkan melalui saringan pasir lalu untuk membunuh bakterinya dialirkan ke sebuah chlironator yaitu pembubuhan zat chlor dan air yang sudah bersih siap untuk didistribusikan. Sebelum didistribusikan air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat lebih tinggi dari pada tempat- tempat yang menjadi sasaran


(35)

distribusi. Biasanya terletak diatas bukit atau gunung. Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA (Instalasi Pengolahan Air). Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake (Sumber pengambilan air), WTP (penyalur air baku dari pompa intake sampai ke presedimentation), dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pompa dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Setelah dari reservoir air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi (http://pengolahanair-oke..com/2013/03/instalasi-pengolahan-air bersih.html).

2.7. Spektrofotometer

Spektrofotometri UV - Vis adalah anggota analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190 - 380 nm) dan sinar tampak (380 - 780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotmeter. Radiasi ultra violet jauh (100 - 190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah radiasi tersebut di absorpsi oleh udara. Ada kalanya spektrofotometer UV -Vis yang beredar diperdagangkan memberikan rentang pengukuran panjang gelombang 190 - 1100 nm.

Hal ini perlu diperhatikan lebih seksama sebab di atas panjang gelombang 780 nm merupakan daerah radiasi infra merah. Oleh sebab itu pengukuran di atas panjang gelombang 780 nm harus dipakai dengan kualitas sensitif terhadap radiasi infra merah. Spektrofotometri UV - Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV- Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.


(36)

Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer UV - Vis berupa susunan peralatan optik yang terkontruksi sebagai berikut :

Gambar 2.4.Bagan Alat Spektrofotometer Keterangan :

SR : Sumber Radiasi

M : Monokromator

SK : Sampel Kompartemen D : Detektor

A : Amplifier atau penguat VS : Visual display atau meter

Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer UV - Vis memegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait fungsi dan peranannya. Setiap fungsi dan peranan tiap bagian dituntut ketelitian dan ketepatan yang optimal, sehingga akan diperoleh hasil pengukuran yang tinggi tingkat ketelitian dan ketepatannya.

a. Sumber Radiasi

Beberapa macam sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer UV - Vis adalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri. Sumber radiasi deuterium dapat dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm (daerah ultra violet dekat), karena pada rentangan panjang gelombang tersebut sumber radiasi deuterium memberikan spektrum energi radiasi yang lurus. Umur sumber radiasi deuterium sekitar 500 jam pemakaian.


(37)

Sumber radiasi tungstein merupakan campuran dari filamen tungstein dan gas iodin (halogen), oleh sebab itu disebut sebagai sumber radiasi "tungstein - iodin". Sumber radiasi tungstein-iodin ini dipakai pada spektrofotometer UV - Vis sebagai radiasi pada daerah pengukuran sinar tampak dengan rentangan panjang gelombang 380 - 900 nm, karena pada daerah tersebut sumber radiasi tungstein-iodin memberikan energi radiasi sebagai garis lengkung. Umur tungstein-tungstein-iodin sekitar 1000 jam pemakaian.

Sumber radiasi merkuri adalah suatu sumber radiasi mengandung uap merkuri bertekanan rendah dan biasanya sumber radiasi merkuri ini dipakai untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada spektrofotometer UV - Vis pada daerah ultra violet khususnya disekitar panjang gelombang 365 nm dan sekaligus mengecek resolusi dari monokromator.

b. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromator dan sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator pada spektrofotometer UV - Vis biasanya terdiri dari susunan : celah masuk - filter - prisma - kisi - celah keluar.

c. Sel atau kuvet

Sel atau kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari pemakaiannya kuvet ada dua macam yaitu kuvet yang permanen terbuat dari bahan gelas atau silika atau kuvet disposible untuk satu kali pemakaian yang terbuat dari teflon atau plastik.


(38)

d. Detektor

Detektor merupakan salah satu bagian spektrofotometer UV - Vis yang penting. Oleh sebab itu kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV -Vis. Fungsi detektor di dalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal eletronik.

e. Amplifier atau penguat

Amplifier dalam spektrofotometer adalah untuk menguatkan sinyal yang dikeluarkan oleh detektor.

f. Visual display atau meter

Dalam visual spektrofotometer visual display untuk mencatat sinyal yang diberikan oleh amplifier.

Dilihat dari sistem optik spektrofotometer dapat digolongkan dalam tiga macam yaitu :

1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam) 2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam)


(39)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4 - 5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain - lain. Penyakit - penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana - mana (Chandra, 2007).

Reservoir merupakan salah satu unit pengolahan air minum. Air yang terdapat dalam reservoir adalah air yang telah melalui filter dan sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan pada konsumen (Sutrisno, 2006).

Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH

rendah dan disebut dengan ammonium. Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja juga dari oksidasi zat organis secara mikrobiologis, yang berasal dari air alam atau air buangan industri dan penduduk. Kadar amoniak pada air permukaan dan air tanah terdapat dari beberapa mg/l sampai kira - kira 30 mg/l


(40)

pada air buangan. Air tanah hanya mengandung sedikit NH3, karena NH3 dapat

menempel pada butir - butir tanah liat tersebut (Alaerts, 1984).

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2008). Spektrofotometri UV - Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV - Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Mulja, 1995). Prinsip kerja spektrofotometri adalaah berdasarkan pada hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert menyatakan bahwa bila cahaya polikromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan berbanding lurus dengan intensitas cahaya dan hukum Beer menyatakan bahwa intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier (Vogel, 1994).

Berdasarkan hal di atas, maka penulis memilih judul "Penentuan Kadar Amoniak pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis secara Spektrofotometri".

1.2. Permasalahan

1) Berapakah kadar amoniak pada air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis.

2) Apakah air reservoir telah memenuhi syarat kualitas air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/2010 tanggal 19 April 2010.


(41)

1.3. Tujuan

1) Untuk menentukan kadar amoniak yang dilakukan terhadap air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis.

2) Untuk melihat hasil analisa dari air reservoir sesuai atau tidak dengan standar mutu air Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/per/2010 tanggal 19 April 2010.

1.4. Manfaat

Adapun Manfaat Penulisan Karya Ilmiah ini adalah memberikan informasi kepada pembaca tentang cara analisa kadar amoniak yang terdapat pada air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan air Limau Manis.


(42)

PENENTUAN KADAR AMONIAK PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI IPA LIMAU MANIS SECARA

SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Telah dilakukan penentukan kadar amoniak pada air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis dengan menggunakan metode spektrofotometri. Sampel ditambahkan mineral stabilizer, polivinyl alcohol dispersing agent dan reagent nessler dan diukur kadar amoniaknya dengan menggunakan spektrofotometer DR 2800 pada panjang gelombang 380 nm. Dari hasil pemeriksaan diperoleh kadar amoniak rata - rata adalah 0,03 mg/l. Kadar amoniak ini masih memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 April 2010 yaitu 1,5 mg/l.


(43)

DETERMINATION OF AMMONIA IN THE WATER RESERVOIR IN PDAM TIRTANADI IPA LIMAU MANIS

BY SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Determination of ammonia in the water reservoir in PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis by spectrophotometry have done. Sample was added mineral stabilizer, polyvinyl alcohol dispersing agent and nessler reagent and quantified content of ammonia using DR 2800 spectrophotometer at wavelength of 380 nm. From the results obtained average ammonia contents is 0,03 mg / l. The ammonia contents still meet water quality requirements according to the Decision of the Minister of Health No.492/Menkes/Per/IV/2010 date April 19, 2010 is 1,5 mg / l.


(44)

PENENTUAN KADAR AMONIAK PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMAU MANIS

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

ANGGI RAHMADHANI LUBIS 102401024

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(45)

PENENTUAN KADAR AMONIAK PADA AIR RESERVOIR

DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMAU MANIS SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ANGGI RAHMADHANI LUBIS 102401024

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(46)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Amoniak Pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air

Limau Manis Secara Spektrofotometri

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Anggi Rahmadhani Lubis

Nomor Induk Mahasiswa : 102401024

Program Studi : D-3 Kimia Analis

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2013

Disetujui Oleh

Program Studi D-3 Kimia Analis Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP. 195512181987012001 NIP. 197404051999032001

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, M.S NIP. 195408301985032001


(47)

PERNYATAAN

PENENENTUAN KADAR AMONIAK PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMAU MANIS

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Saya mengaku bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing - masing disebutkan sumbernya

.

Medan, Agustus 2013

ANGGI RAHMADHANI LUBIS 102401024


(48)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Tugas akhir ini dengan judul Penentuan Kadar Amoniak Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis Secara Spektrofotometri.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Cut Fatimah Zuhra,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih kepada Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA -USU Medan, Dekan dan pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh staff dan dosen Kimia FMIPA USU, pegawai FMIPA USU, Terimaksih kepada Pimpinan dan seluruh Staf Pegawai Tirtanadi Limau Manis yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan rekan - rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan terimakasih kepada Kedua Orang tua dan keluarga yang selama ini telah mendidik, mendoakan dan memberikan dukungan moril dan material. Semoga Allah SWT akan membalasnya.


(1)

DETERMINATION OF AMMONIA IN THE WATER RESERVOIR IN PDAM TIRTANADI IPA LIMAU MANIS

BY SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Determination of ammonia in the water reservoir in PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis by spectrophotometry have done. Sample was added mineral stabilizer, polyvinyl alcohol dispersing agent and nessler reagent and quantified content of ammonia using DR 2800 spectrophotometer at wavelength of 380 nm. From the results obtained average ammonia contents is 0,03 mg / l. The ammonia contents still meet water quality requirements according to the Decision of the Minister of Health No.492/Menkes/Per/IV/2010 date April 19, 2010 is 1,5 mg / l.


(2)

PENENTUAN KADAR AMONIAK PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMAU MANIS

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

ANGGI RAHMADHANI LUBIS 102401024

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

PENENTUAN KADAR AMONIAK PADA AIR RESERVOIR

DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMAU MANIS SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ANGGI RAHMADHANI LUBIS 102401024

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(4)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Amoniak Pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air

Limau Manis Secara Spektrofotometri Kategori : Tugas Akhir

Nama : Anggi Rahmadhani Lubis Nomor Induk Mahasiswa : 102401024

Program Studi : D-3 Kimia Analis Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2013

Disetujui Oleh

Program Studi D-3 Kimia Analis Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP. 195512181987012001 NIP. 197404051999032001

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, M.S NIP. 195408301985032001


(5)

PERNYATAAN

PENENENTUAN KADAR AMONIAK PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMAU MANIS

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Saya mengaku bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing - masing disebutkan sumbernya

.

Medan, Agustus 2013

ANGGI RAHMADHANI LUBIS 102401024


(6)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Tugas akhir ini dengan judul Penentuan Kadar Amoniak Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis Secara Spektrofotometri.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Cut Fatimah Zuhra,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih kepada Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA -USU Medan, Dekan dan pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh staff dan dosen Kimia FMIPA USU, pegawai FMIPA USU, Terimaksih kepada Pimpinan dan seluruh Staf Pegawai Tirtanadi Limau Manis yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan rekan - rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan terimakasih kepada Kedua Orang tua dan keluarga yang selama ini telah mendidik, mendoakan dan memberikan dukungan moril dan material. Semoga Allah SWT akan membalasnya.