Kajian Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Sumberdaya Pertanian Untuk Pengolahan Tanah Pada Lahan Sawah

LAMPIRAN
Lampiran 1. Flowchart Penelitian

Mulai

Penyiapan lahan sawah
( 12 petak; 10m x 10m)

Pengolahan tanah
dengan tenaga manusia pada pagi hari

Pengolahan tanah
dengan tenaga mesin pada pagi hari

Pengolahan tanah
dengan tenaga manusia pada sore hari

Pengolahan tanah
dengan tenaga mesin pada sore hari

-


Pengamatan parameter
Kapasitas lapang efektif
Efisiensi traktor
Konsumsi bahan bakar
Analisis ekonomi/biaya pengolahan

Analisis data

Selesai

38
Universitas Sumatera Utara

39

Lampiran 2. Kapasitas Lapang Efektif (Ha/jam)
Perlakuan

I


II

III

Total

Rataan

T1P1

0,052

0,057

0,060

0,170

0,056


T1P2

0,073

0,080

0,090

0,245

0,081

T2P1

0,706

0,815

0,840


2,362

0,787

T2P2

1,142

1,181

1,121

3,445

1,148

Total

1,975


2,134

2,113

6,223

Rataan

0,493

0,533

0,528

0,518

Analisis Sidik Ragam Kapasitas Lapang Efektif
SK


DB

JK

KT

Fhit

F 5%

F 1%

Ket.

Ulangan

2

0,004


0,001

1,34

5,14

10,92

tn

Perlakuan

3

2,619

0,872

627,08


4,26

9,78

**

T

1

2,422

2,422

1740,10

5,99

13,74


**

P

1

0,112

0,111

80,32

5,99

13,74

**

TxP


1

0,085

0,084

60,83

5,99

13,74

**

Galat

6

0,008


0,001

Total

11

2,631

FK

= 3,228

**

= Sangat nyata

*

= Nyata

tn

= Tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

40

Lampiran 3. Efisiensi Tenaga Mesin (%)
Luas Lahan(m2)

Lebar Alat(m)

Kecepatan(m/s)

KLT(Ha/jam)

100

0,33

1,4

1,283

Efisiensi Tenaga Mesin (%)
Perlakuan

I

II

III

Total

Rataan

T2P1

55,068

63,523

65,480

184,072

61,357

T2P2

89,053

92,033

87,389

268,476

89,492

Total

144,122

155,557

152,869

452,549

Rataan

72,061

77,778

76,434

75,424

Analisis Sidik Ragam Efisiensi Tenaga Mesin
SK

DB

JK

KT

Fhit

F 5%

F 1%

Ket.

Ulangan

2

35,750

17,875

0,977

5,14

10,92

tn

Perlakuan

1

64,939

5,99

13,74

**

Galat

2

36,567

Total

5

1259,663

1187,345 1187,345

FK

= 34133,550

**

= Sangat nyata

*

= Nyata

tn

= Tidak nyata

18,283

Universitas Sumatera Utara

41

Lampiran 4. Konsumsi Bahan Bakar (Liter/jam)
Perlakuan

I

II

III

Total

Rataan

T2P1

1,060

1,222

0,840

3,123

1,041

T2P2

1,714

1,181

1,121

4,016

1,338

Total

2,774

2,403

1,961

7,140

Rataan

1,387

1,201

0,980

1,190

Analisis Sidik Ragam Konsumsi Bahan Bakar
SK

DB

JK

KT

Fhit

F 5%

F 1%

Ket.

Ulangan

2

0,165

0,082

1,364

5,14

10,92

tn

Perlakuan

1

0,133

0,133

2,194

5,99

13,74

tn

Galat

2

0,121

0,060

Total

5

0,419

FK

= 8,496

**

= Sangat nyata

*

= Nyata

tn

= Tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

42

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Cangkul

Mengolah/mencangkul

Universitas Sumatera Utara

43

Lahan ulangan I

Lahan ulangan II

Universitas Sumatera Utara

44

Lahan ulangan III

Lahan ulangan IV

Universitas Sumatera Utara

45

Lahan ulangan V

Lahan ulangan VI

Universitas Sumatera Utara

46

Hand Tractor

Bajak Singkal

Universitas Sumatera Utara

47

Mengisi penuh tangki BBM Traktor

Lahan ulangan VII

Universitas Sumatera Utara

48

Mengukur kebutuhan BBM

Lahan ulangan VIII

Universitas Sumatera Utara

49

Lahan ulangan IX

Lahan ulangan X

Universitas Sumatera Utara

50

Lahan ulangan XI

Lahan ulangan XII

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.
Burton, L.D., 1997. Agriscience & Techonology. Delmal Publisher, New York.
Dakung, S., S. Galba, S.S.S. Utomo, F.N.M. Wahyuningsih, R. Darnys, 1989.
Teknologi Pertanian Tradisional Sebagai Tanggapan Aktif Masyarakat
Terhadap Lingkungan Di Daerah Pekalongan. Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan Press, Jakarta.
Darun., 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian
USU, Medan.
Daywin, F.j., R.G. Sitompul, I. Hidayat, 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian
di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Hardjosentono, M., Wijanto, E. Rachlan, I.W. Badra, R.D. Tarmana, 2000.
Mesin-Mesin Pertanian. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Hardjowigeno, S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia Publishing,
Malang.
Herbs, J.H. 1980. Farm Management Principles, Budget and Plans, Fifth Revised
Edition. Stipes Publishing Company, Illnois.
Jones, F.R., 1996. Farm Gas Engines and Tractors. McGraw-Hill Book
Company, Inc. New York.
Noor, M., 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pudjosumartono, M., 1998. Evaluasi Proyek, Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi
Brawijaya, Malang.
Purba, R. 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. Rineka Cipta, Jakarta.
Rajamuddin, U.A., 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan
Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah. Vol.45, ISSN : 0854 – 641X.
Rasyid, D., 1991. Peralatan Produksi Tradisional & Pengembangannya di Daerah
Sulawesi Selatan. Depdikbud, Jakarta.
Reijntjes, C., B. Havekort dan A. Waters-Bayer., 1999. Pertanian Masa Depan.
Penerbit Kanisius,Yogyakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press, Jakarta.
36
Universitas Sumatera Utara

37

Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor.
Smith, H.P., dan L.H. Wilkes, 1990. Mesin Dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Sugeng, H.R., 1998. Bercocok Tanaman Padi. Aneka Ilmu, Semarang.
Wartawan, A.L., 1997. Bahan Bakar Bensin Otomotif. Universitas Tri Sakti,
Jakarta.
Yunus, Y., 2004. Tanah dan Pengolahannya. Alfabeta, Bandung.

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September 2014 di Desa Pelawi
Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan sebagai media
pengolahan, solar sebagai bahan bakar traktor, oli sebagai pelumas mesin traktor,
air sebagai pendingin radiator. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
tape untuk mengukur lahan yang akan diolah, pacak untuk menandai batasan
lahan yang akan diolah, cangkul untuk melakukan pengolahan dengan tenaga
manusia, hand traktor quick vaganza G 1000 untuk melakukan pengolahan
dengan tenaga mesin, bajak singkal sebagai implemen pada hand traktor,
stopwatch untuk

menghitung waktu pengolahan, kalkulator untuk membantu

melakukan penghitungan, alat tulis untuk mencatat data.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan menggunakan metode
rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor, yaitu:
Faktor 1: Jenis tenaga
T1: Tenaga Manusia
T2: Tenaga Mesin
Faktor 2: Waktu Pengolahan
P1: Pagi hari
P2: Sore hari
23
Universitas Sumatera Utara

24

Sehingga didapat 4 kombinasi perlakuan yang terdiri dari 3 ulangan, yaitu:
T1P1

T1P2

T2P1

T2P2

Selanjutnya data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) untuk
setiap parameter yang diukur dan diuji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan
menggunakan Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5% dan
1%.

Prosedur Penelitian
1. Pengolahan dengan tenaga manusia (dilakukan pada pagi hari menghadap
arah timur/menghadap matahari terbit 08.00 WIB)
-

Membagi lahan sebanyak 3 petak (I, II, III) dengan ukuran 10m x 10m.

-

Menggenangi lahan I dengan air setinggi 2cm di atas permukan tanah.

-

Mengolah lahan(mencangkul) dengan kedalaman olah 30cm.

-

Mencatat waktu pengolahan.

-

Mengulangi perlakuan pada lahan I pada lahan II dan III.

2. Pengolahan dengan tenaga manusia (dilakukan pada sore hari menghadap
arah timur/membelakangi matahari terbenam 16.00 WIB)
-

Membagi lahan sebanyak 3 petak (IV, V, VI) dengan ukuran 10m x 10m.

-

Menggenangi lahan IV dengan air setinggi 2cm di atas permukan tanah.

-

Mengolah lahan(mencangkul) dengan kedalaman olah 30cm.

-

Mencatat waktu pengolahan.

-

Mengulangi perlakuan pada lahan IV pada lahan V dan VI.

Universitas Sumatera Utara

25

3. Pengolahan dengan tenaga mesin (hand traktor) (dilakukan pada pagi hari
menghadap arah timur/menghadap matahari terbit 08.00 WIB)
-

Membagi lahan sebanyak 3 petak(VII, VIII, IX) dengan ukuran masingmasing 10m x 10m.

-

Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum menjalankan
traktor.

-

Menggenangi lahan VII dengan air setinggi 5cm di atas permukan tanah.

-

Mengolah lahan(meluku) dengan kedalaman olah 30cm.

-

Mencatat waktu pengolahan.

-

Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume
penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki.

-

Mengulangi perlakuan pada lahan VII pada lahan VIII dan IX.

4. Pengolahan dengan tenaga mesin (hand traktor) (dilakukan pada sore hari
menghadap arah timur/membelakangi matahari terbenam 16.00 WIB)
-

Membagi lahan sebanyak 3 petak(X, XI, XII) dengan ukuran 10m x 10m.

-

Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

-

Menggenangi lahan X dengan air setinggi 5cm di atas permukan tanah.

-

Mengolah lahan(meluku) dengan kedalaman olah 30 cm.

-

Mencatat waktu pengolahan.

-

Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume
penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki.

-

Mengulangi perlakuan pada lahan X pada lahan XI dan XII.

Universitas Sumatera Utara

26

Parameter Penelitian
Kapasitas lapang efektif
Kapasitas lapang efektif diperoleh dari luas olahan yang dikerjakan
dengan tenaga manusia dan tenaga mesin per satuan waktu. Kapasitas lapang
efektif dapat dihitung dengan persamaan (2).
Efisiensi traktor
Efisiensi traktor merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif
terhadap kapasitas lapang teoritis. Efisiensi dinyatakan dalam satuan persen, dan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3).
Konsumsi bahan bakar
Konsumsi bahan bakar yaitu volume bahan bakar yang dibutuhkan untuk
mengolah suatu lahan per satuan waktu. Konsumsi bahan bakar dapat dihitung
dengan rumus:
Konsumsi bahan bakar =

������ ������� ℎ�� ������ (����� )
����� ������� ℎ�� (��� )

Analisis ekonomi/Biaya Pengolahan

Perhitungan biaya pengolahan lahan per hektar dilakukan dengan cara
menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya pokok dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (4).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa pengaruh penggunaan sumber
tenaga dan waktu pengolahan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
parameter-parameter yang diamati. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Data hasil pengamatan

Perlakuan
T1P1
T1P2
T2P1
T2P2

Kapasitas
Lapang Efektif
(Ha/jam)
0,056
0,081
0,787
1,148

Parameter
Konsumsi
Efisiensi
Bahan Bakar
Traktor (%)
(Liter/jam)
61,357
1,041
89,492
1,338

Biaya
(Rp/Ha)
400.000
400.000
183.600
182.600

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pengolahan dengan tenaga mesin yang
dilakukan pada sore hari merupakan perlakuan yang paling tepat untuk mengolah
tanah. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin yang dilakukan pada sore hari
memiliki kapasitas lapang efektif yang paling tinggi dan memiliki biaya
pengolahan paling rendah. Pada penelitian ini pengolahan tanah dilakukan hanya
pada pengolahan tanah I (dibajak/dicangkul).

Kapasitas Lapang Efektif
Dari hasil analisa sidik ragam pada lampiran 2, dapat dilihat bahwa
pengaruh penggunaan sumber tenaga dan waktu pengolahan berpengaruh sangat
nyata terhadap kapasitas lapang efektif. Hasil pengujian Uji Jarak Duncan
(Duncan’s Multiple Range Test) menunjukkan pengaruh penggunaan sumber
tenaga dan waktu pengolahan terhadap kapasitas lapang untuk tiap-tiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 7.

27
Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 7. Uji DMRT efek utama pengaruh penggunaan sumber tenaga dan waktu
pengolahan terhadap kapasitas lapang (Ha/jam).
DMRT
Rataan Kapasitas
F.0.1
Perlakuan
Lapang(Ha/jam)
F.0.5
A
T1P1
0,056
a
A
T1P2
0,081
a
B
T2P1
0,787
b
C
T2P2
1,148
c
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada
taraf 1 %
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa penggunaan sumber tenaga dan waktu
pengolahan lahan satu dengan yang lainnya memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata satu sama lainnya. Kapasitas tertinggi diperoleh pada sumber tenaga mesin
yang diolah pada waktu sore hari yaitu sebesar 1,148 Ha/jam. Pengaruh pola
pengolahan terhadap kapasitas lapang dapat dilihat pada pada Gambar 2.

Kapasitas Lapang (Ha/jam)

1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
T1P1

T1P2

T2P1

T2P2

Gambar 2. Pengaruh sumber tenaga dan waktu pengolahan lahan pengolahan
terhadap kapasitas lapang
Dari gambar 2, dapat dilihat bahwa sumber tenaga dan waktu pengolahan
memberikan hasil yang berbeda terhadap kapasitas lapang. Hal tersebut
dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk mengolah tanah. Penggunaan
sumber tenaga mesin sangat efektif melihat besarnya kapasitas kerja dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

29

penggunaan sumber tenaga manusia. Tenaga mesin jauh lebih baik dibandingkan
dengan tenaga manusia sesuai dengan literatur Herbs (1980) yang menyatakan
bahwa mesin dapat membantu pekerja agar pekerjaan lebih aman dan dengan
tingkat produktifitas tinggi. Semakin besar ukuran dan jumlah mesin, maka
semakin banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan per orangnya. Inilah dasar
untuk meningkatkan produktifitas per orang dalam industri pertanian. Waktu
Pengolahan juga berpengaruh terhadap waktu yang digunakan untuk mengolah
tanah. Waktu Pengolahan pada sore hari lebih cepat dibandingkan pada pagi hari
baik menggunakan sumber tenaga mesin ataupun tenaga manusia.

Efisiensi Tenaga Mesin
Dari hasil analisa sidik ragam pada lampiran 3, dapat dilihat bahwa
pengaruh waktu pengolahan berpengaruh sangat nyata terhadap efisiensi. Hasil
pengujian Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) menunjukkan
pengaruh waktu pengolahan terhadap efisiensi untuk setiap perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji DMRT efek utama pengaruh waktu pengolahan terhadap
efisiensi(%).
DMRT
Rataan Efisiensi
F.0.1
Perlakuan
(%)
F.0.5
A
T2P1
61,357
a
B
T2P2
89,492
b
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada
taraf 1 %
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa penggunaan waktu pengolahan lahan satu
dengan yang lainnya memberikan pengaruh berbeda sangat nyata satu sama
lainnya. Efisiensi tertinggi diperoleh pada sumber tenaga mesin yang diolah pada

Universitas Sumatera Utara

30

waktu sore hari yaitu sebesar 89,492. Pengaruh pola pengolahan terhadap
kapasitas lapang dapat dilihat pada pada Gambar 3.
100

Rataan Efisiensi (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
T2P1

T2P2

Gambar 3. Pengaruh waktu pengolahan lahan pengolahan terhadap efisiensi
Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa waktu pengolahan memberikan hasil
yang berbeda terhadap efisiensi. Menurut Yunus (2004), efisiensi suatu traktor
tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Karena
efisiensi merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan
kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam bentuk persen (%). Kapasitas
lapang efektif itu sendiri dipengaruhi waktu yang digunakan untuk mengolah
tanah. Pada sore hari operator secara psikis merasa ingin lebih cepat mengerjakan
pengolahan tanah karena waktu pengolahan yang tersedia pada sore hari lebih
sedikit daripada pagi hari yang membuat operator yang mengerjakan pengolahan
tanah pada pagi hari lebih bersantai. Pada penelitian ini didapatkan rataan efisiensi
traktor pada pagi hari yaitu sebesar 61,357 % sedangkan pada sore hari sebesar
89,492 %. Konsentrasi dan ketepatan kerja operator, amat mempengaruhi
kerapihan kerja operator tersebut. Konsentrasi kerja yang rendah, dapat

Universitas Sumatera Utara

31

menyebabkan hasil olahan yang kurang baik, sehingga daerah yang sudah diolah
harus diolah kembali karena hasil yang belum sempurna.

Konsumsi Bahan Bakar
Dari hasil analisa sidik ragam pada lampiran 4, dapat dilihat bahwa
pengaruh waktu pengolahan berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi bahan
bakar sehingga tidak dilakukan pengujian Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple
Range Test). Konsumsi bahan bakar untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Konsumsi Bahan Bakar (Liter/jam)
Ulangan
Perlakuan
I
II
T2P1
1,060
1,222
T2P2
1,714
1,181

III
0,840
1,121

Rataan
1,041
1,338

Dari tabel 9, dapat dilihat bahwa rataan konsumsi bahan bakar pada pagi
hari yaitu sebesar 1,041 Liter/jam sedangkan pada sore hari yaitu sebesar 1,338
Liter/jam. Konsumsi bahan bakar amat dipengaruhi oleh lama nya pengerjaan satu
luasan lahan. Semakin lama pengoperasian traktor, maka konsumsi bahan bakar
akan semakin tinggi. Lamanya pengoperasian traktor ini tidak terlepas dari
kapasitas lapang traktor. Faktor lain yang juga mempengaruhi konsumsi bahan
bakar yaitu kedalaman pengolahan dan ketinggian air pengolahan. Semakin dalam
peralatan mengolah tanah, maka beban yang ditarik oleh traktor juga akan
semakin besar. Dalam penelitian ini digunakan kedalaman pembajakan sebesar 30
cm. Ketinggian genangan pengolahan mempengaruhi tingkat kepadatan tanah
yang akan diolah. Air yang cukup akan memperlunak tanah, sehingga beban yang
ditarik oleh traktor semakin berkurang. Ketiadaan genangan pengolahan akan

Universitas Sumatera Utara

32

membuat beban traktor menjadi berat yang dapat memperbesar konsumsi bahan
bakar.

Analisis Ekonomi / Biaya Pengolahan (Rp)
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan pada saat mengolah tanah. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui
berapa besarnya biaya produksi, sehingga keuntungan penggunaan sumber tenaga
dapat diperkirakan. Biaya Pengolahan dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Biaya pengolahan terhadap sumber tenaga yang digunakan.
Perlakuan
Kapasitas lapang Efektif (Ha/jam)
Biaya Pengolahan (Rp/Ha)
T1P1
0,056
400.000
T1P2
0,081
400.000
T2P1
0,787
183.600
T2P2
1,148
182.600
Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa Biaya Pengolahan untuk tenaga
manusia lebih besar daripada tenaga manusia. Hal ini tidak sesuai dengan literatur
Reijntjes dkk.(1999) yang menyebutkan bahwa “masih banyak pula petani yg
masih mengandalkan tenaga hewan ataupun tenaga manusia dalam pengolahan
tanah mengingat harga dan perawatan traktor yang cukup tinggi serta lahan yang
tidak terlalu luas.” Hal ini disebabkan karena traktor yang digunakan pada
penelitian ini merupakan traktor sewaan dari kelompok tani setempat sehingga
tidak ada biaya pembelian traktor dan implemennya ataupun biaya perawatannya.
Analisis ekonomi perlu dilakukan untuk mengetahui biaya yang perlu
dikeluarkan oleh petani sehingga dapat diketahui apakah mengalami keuntungan
ataupun kerugian. Hal ini sesuai dengan literatur Daywin dkk (2008) yang
menyatakan bahwa investasi di bidang mesin/alat dimaksud untuk memperoleh
keuntungan yang wajar, karena itu perlu dilakukan perhitungan biaya produksi.

Universitas Sumatera Utara

33

Prestasi mesin/alat harus mengimbangi total biaya tetap (fixed cost/owning cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost/operating cost).
Upah buruh tani sebesar Rp 80.000,- per rante lebih tinggi daripada upah
operator traktor sebesar Rp 35.000,- per rante. Hal ini disebabkan karena buruh
tani semakin jarang dipekerjakan yang disebabkan tenaga manusia sudah
digantikan dengan adanya tenaga mesin yang memiliki kapasitas lapang lebih
tinggi. Upah buruh tani terus mengalami kenaikan, Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pada saat penelitian ini dilaksanakan upah buruh tani sebesar
44.833Rp/HOK.
Para petani di Desa Pelawi Utara sudah tergabung dalam kelompok tani
yang menyebabkan para petani lebih mudah berkomunikasi dan melakukan usaha
tani secara bersama-sama termasuk saat pengolahan tanah. Hal ini menunjukkan
sektor pertanian didaerah Pangkalan Berandan sudah memasuki era pertanian
modern. Hal ini sesuai dengan literatur Hardjosentono dkk (2000) yang
menyatakan bahwa terdapatnya traktor dalam suatu desa menunjukkan bahwa
petani di desa tersebut telah memasuki era pertanian modern. Hal ini
mengakibatkan kehidupan petani di desa dengan pertanian modern akan lebih baik
dan lebih maju dibandingkan desa yang pertaniannya masih sederhana dan belum
menerapkan teknologi alsintan (alat dan mesin pertanian).

Universitas Sumatera Utara

34

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sumber daya pengolahan dan waktu pengolahan tanah pada lahan sawah
berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas lapang efektif dan efisiensi
tenaga mesin.
2. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia yang dilakukan pada pagi hari
memiliki rataan kapasitas lapang efektif sebesar 0,056 Ha/jam.
3. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia yang dilakukan pada sore hari
memiliki rataan kapasitas lapang efektif sebesar 0,081 Ha/jam.
4. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin yang dilakukan pada pagi hari
memiliki rataan kapasitas lapang efektif sebesar 0,787 Ha/jam, Efisiensi
sebesar 61,357 %, dan konsumsi bahan bakar sebesar 1,041 Liter/jam.
5. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin yang dilakukan pada sore hari
memiliki rataan kapasitas lapang efektif sebesar 1,148 Ha/jam, Efisiensi
sebesar 89,492 %, dan konsumsi bahan bakar sebesar 1,338 Liter/jam.
6. Biaya pengolahan pada sumber tenaga manusia pada pagi hari dan sore
hari sebesar 2.000.000 Rp/Ha dan pada sumber tenaga mesin pada pagi
hari sebesar 882.300 Rp/Ha dan pada sore hari sebesar 881.400 Rp/Ha.

34
Universitas Sumatera Utara

35

Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian yang
berbeda.
2. Perlu dilakukan percobaan dengan petakan yang lebih luas agar hasil yang
diperoleh lebih akurat, dimana pada penelitian ini petakan sawah
berukuran 10m x 10m.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan Lahan Sawah
Menurut Siregar (1981), areal persawahan menurut pengairannya dapat
dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:
1. Sawah irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari
saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan Departemen
Pekerjaan Umum.
2. Sawah irigasi desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya
dari saluran-saluran/bandar-bandar/parit-parit yang diselenggarakan dan
dipelihara oleh masyarakat desa/petani di suatu daerah tertentu.
3. Sawah tadah hujan, atau di luar Pulau Jawa dan Madura disebut “sawah
berbandar langit”, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya
semata-mata dari curah hujan.
Tanah sawah berbeda dengan tanah lahan kering. Ciri utama tanah sawah
adalah identik dengan genangan air dalam waktu yang lama. Penggenangan tanah
menyebabkan terjadinya perubahan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kondisi
inilah yang membedakan lahan sawah dengan lahan kering (Rajamuddin, 2009).
Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan
tanah secara sempurna seraya petani melakukan penanaman. Mula-mula sawah
dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari, namun beberapa tempat, tanah dibiarkan
sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk
kedua atau ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu, bibit hasil
semaian ditanam (AAK, 1990).

5
Universitas Sumatera Utara

6

Sebelum menanam padi di lahan sawah, maka perlu dilakukan pengolahan
tanah terlebih dahulu. Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah
dipersiapkan dua bulan sebelum penanaman. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan
dengan dua cara yaitu dengan cara tradisonal yaitu pengolahan tanah sawah yang
dilakukan dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang
semuanya dikerjakan oleh manusia atau dibantu oleh hewan misalnya, kerbau atau
sapi. Cara modern yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin,
yaitu dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat bekerja
sendiri (Sugeng, 1998).
Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman padi dapat ditempuh dengan
beberapa cara. Secara manual penyiapan lahan dilakukan menggunakan tangan
dan alat sederhana. Sedangkan secara mekanis menggunakan bajak (ploughing)
dan garu (harrowing). Cara yang banyak digunakan pula adalah secara kimiawi
yaitu dengan herbisida. Namun dapat pula digunakan gabungan dari cara-cara
tersebut (Noor, 1996).

Sumberdaya Di Bidang Pertanian
Sumber daya ada lima sumber-sumber daya untuk melakukan berbagai
jenis pekerjaan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ada lima penggerak
utama yang tersedia bagi petani. ini adalah (1) hewan domestik, (2) angin, (3) air
yang mengalir, (4) listrik, dan (5) mesin panas. Beberapa di antaranya kembali
harus dibatasi penggunaannya, seperti yang akan disebutkan kemudian. Pada
kenyataannya, sampai saat ini hanya dua dari lima yang disebutkan, yaitu, hewan
domestik dan mesin panas, telah terbukti praktis untuk memasok listrik

Universitas Sumatera Utara

7

administratif. angin sejauh ini, air, dan listrik terbatas sepenuhnya bekerja
stasioner (Jones, 1996).
Salah satu unsur yang dapat membedakan antara teknologi maju (modern)
dengan teknologi sederhana (tradisional) adalah terletak pada tenaga yang menjadi
penggerak dari teknologi itu sendiri. Teknologi modern lebih menekankan tenaga
mesin, sedang teknologi tradisional lebih memerlukan tenaga manusia dan atau
tenaga hewan. Sebagai suatu teknologi tradisional maka hubungan antara manusia
dengan sistem peralatan yang dipunyai terasa sangat akrab. Ini tentunya
disebabkan disamping peralatan tersebut diperoleh dengan amat mudah, bahkan
beberapa diantara dibuat sendiri oleh pemiliknya, juga alat tersebut dalam waktu
yang relatif lama berdampingan dengan manusianya (Dakung, dkk., 1989).
Tingkatan paling rendah dari mekanisasi yakni penggunaan binatang
penarik (terutama kerbau atau sapi) untuk pembajakan dan pelumpuran serta
pengangkutan hasil panen dari lahan. Kendala yang ada mungkin seperti
pengerjaan secara manual, yaitu trafficability yang buruk pada lahan berlumpur
dan tingginya energi yang dibutuhkan pada tanah-tanah berliat halus (terutama
Vertisol) sehingga waktu yang tersedia bagi lahan untuk dapat dikerjakan amat
terbatas (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Sumberdaya Manusia
Praktek penggemburan tanah sebelum penanaman telah berlangsung sejak
lama. Dibeberapa daerah penggemburan sangat sulit dilakukan karena kondisi
tanah yang tidak mendukung. Petani telah mengatasi masalah ini dengan
menggunakan alat berat. Dibeberapa daerah yang biaya tenaga kerjanya tidak
terlalu tinggi, banyak lahan digemburkan dengan menggunakan tenaga manusia.

Universitas Sumatera Utara

8

Pada saat mesin pengolah tanah belum tersedia, beberapa kuda digunakan untuk
mengolah lahan. Namun selama pengolahan lahan dengan menggunakan tenaga
kuda, luas olahan yang diperoleh masih terlalu kecil, mesin pengolahan tanah
dapat mengolah lahan dalam ukuran yang lebih luas (Burton, 1997).
Menurut Daywin dkk (2008), daya yang digunakan dalam pengolahan
tanah dapat digolongkan ke dalam daya biologis (manusia , kerbau, sapi) dan daya
motor bakar (motor bensin, diesel). Daya manusia dan ternak dalam mengolah
tanah dan kapasitas kerjanya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Daya tersedia dan kapasitas kerja dalam pengolahan tanah dengan daya
biologis
Sumber tenaga
Daya tersedia
Kapasitas Kerja
Keterangan
kW/Unit
1. Manusia
0,040 per orang
60-80 (HOK/Ha) Tanah sawah 2x
pria
cangkul, siap
tanam
0,5 Ha/musim

2. Sepasang hewan 1,072 (2 ekor
(Kerbau, Sapi)
hewan)

1,5-2,5
(Ha/musim)

-

1 orang pria, 2x
cangkul, tanah
berat, siap tanam

2-3 (Ha/musim)
Tanah sawah 2x
bajak singkal
14-21(har/Ha)

Tanah kering 2x
bajak singkal

Sumberdaya Mesin (Traktor)
Tujuan utama dari penggunaan alat dan mesin pertanian adalah untuk
meningkatkan produktivitas kerja petani dan merubah pekerjaan berat menjadi
lebih ringan dan menarik. Secara historis, kemajuan mekanisasi pertanian selalu
disebabkan kurangnya tenaga kerja di pedesaan karena diserap oleh bidang
industri. Keberhasilan negara-negara maju dalam aplikasi mesin-mesin pertanian
mereka tidaklah terjadi dalam sekejap. Mereka telah melakukan pnelitian-

Universitas Sumatera Utara

9

penelitian baik di laboratorium maupun di lapangan sebelum suatu mesin
diaplikasikan. Sejalan dengan penelitian-penelitian tersebut maka juga telah
membuat suatu program pengembangan yang mantap dengan mempertimbangkan
aspek-aspek teknis, sosial dan ekonomis (Daywin dkk, 2008).
Mesin dapat membantu pekerja agar pekerjaan lebih aman dan dengan
tingkat produktifitas tinggi. Semakin besar ukuran dan jumlah mesin, maka
semakin banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan per orangnya. Inilah dasar
untuk meningkatkan produktifitas per orang dalam industri pertanian. Proses
mekanisasi ini telah berlangsung dan mengalami peningkatan signifikan sejak
1950 (Herbs, 1980).
Pemanfaatan traktor dan mesin-mesin lainnya untuk pengolahan lahan,
penanaman, dan pemanenan serta pemrosesan bergantung pada, dengan sedikit
perkecualian, bahan bakar yang tidak dapat diperbarui lagi. Mekanisasi bisa
memperbaiki hasil panen melalui pengolahan lahan yang baik, penanaman,
pemupukan, dan pemanenan yang lebih efisien hingga akhirnya memperkuat
dampak unsur lain dari paket revolusi hijau (Reijnteis dkk, 1999).
Jumlah penduduk yang semakin bertambah telah dan akan terus
membutuhkan bahan makanan dan serat yang semakin banyak dan kenaikan
produksi pertanian yang terjadi juga telah didorong oleh kemajuan di bidang non
enjinering seperti bibit unggul, pemupukan dan budidaya tanaman yang lebih
baik. Akan tetapi yang paling utama adalah meningkatnya penggunaan mekanis
dan semakin efektifnya penggunaan mesin pertanian (Daywin dkk, 2008).
Banyak koperasi di Zimbabwe yang memandang traktor sebagai salah satu
alat untuk mengangkat pertanian dari teknik-teknik primitif ke suatu sistem

Universitas Sumatera Utara

10

dengan hasil lebih banyak dan karenanya pendapatan lebih baik. Tetapi
mekanisasi menggantikan tenaga kerja dengan sumber daya yang langka dan
mahal, yaitu modal dan manajemen. Pembenarannya adalah bahwa traktor
menyiapkan lahan secara baik dan lebih cepat dan bahwa tanaman yang ditabur
awal pada persemaian yang baik diharapkan menghasilkan pemanenan yang lebih
baik. Namun, setelah itu kemungkinan besar traktor tersebut tidak digunakan lagi
selama musimnya berjalan (Reijnteis dkk, 1999).

Klasifikasi Traktor
Traktor berperanan penting sebagai sumber penggerak peralatan pertanian.
Berdasarkan model/tipenya, pembagian traktor dapat dilihat pada gambar 1.
Traktor roda dua tipe standar (standard type)
Tipe unit (integral mounted type)
Traktor Kecil
Tipe gusur (trailing type)
Traktor rantai (crawler)

Tipe kombinasi (combination type)

Traktor

Traktor roda empat (Wheel tractor)
Traktor Besar
Traktor rantai (crawler)
Gambar 1. Klasifikasi traktor (Hardjosentono dkk, 2000)
Menurut

Hardjosentono

(2000),

menurut

cara

penggandengan

peralatannya, maka traktor tangan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a) Integrated

mounted

tractor

(tipe

unit);

peralatannya

langsung

dihubungkan dengan poros (sumbu/as) dengan transmisi gigi. Dalam hal
ini, penerusan tenaganya positif. Atau dengan kata lain efisiensinya tinggi.
Kelemahannya adalah jika peralatan mendapat beban yang berlebihan
(over-loaded), motor atau gigi transmisi akan rusak berat. Berbeda dengan

Universitas Sumatera Utara

11

tipe lain yang penerusan tenaganya menggunakan rantai (chain) atau Vbelt. Jika terjadi kelebihan beban, maka bagian yang rusak adalah rantai
atau V-beltnya (transmisi tali kipas), yang harganya relatif lebih murah
daripada gigi-gigi transmisi atau onderdil lain. Oleh karena itu, sekarang
ini traktor kecil tipe unit sudah jarang dijumpai di Indonesia.
b) Trailing type (tipe gusur); peralatannya digandengkan dengan traktor
hanya dengan bantuan pen (pasak) saja. Jadi bekerjanya berdasarkan
kekuatan tarik maju kedepan dari traktor.
c) Combination type (tipe kombinasi); dapat digunakan sebagai tipe unit

maupun tipe gusur. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai
penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotary
tiller). Pada rantai itu terdapat sebuah mata rantai yang lemah, sehingga
jika traktor kelebihan beban, maka rantai ini yang akan patah/rusak, bukan
susunan gigi transmisi atau motornya. Andai kata kita hendak membajak
tanah, maka cangkul/garu berputar yang terpasang pada unit tadi dapat dilepas
dan traktor bisa dipakai sebagai tipe gusur dengan memasangkan pasak
(draw-bar/hitch).

Traktor Tangan
Traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah
mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain.
Pekerjaan pertanian dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di
bagian belakang mesin. Alat ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan
dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor
roda dua merupakan mesin serba guna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga

Universitas Sumatera Utara

12

penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan
(trailer) dan lain-lain (Hardjosentono dkk, 2000).
Dari banyak hasil penelitian dan pengujian traktor roda 2 dalam
pengolahan tanah berhasil dikumpulkan lebih kurang 15 jenis traktor roda 2 dan
data kapasitas pengolahan tanah yang meliputi tanah sawah dan tanah kering, baik
dengan bajak singkal maupun bajak pisau berputar. Dari data dapat dihasilkan
angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja seperti dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja (Ha/kW, jam) dengan faktor
koreksi ± 10 %.
Pengolahan tanah
Ha/kW.jam
1. Tanah sawah
a. Dengan bajak singkal 2 x
0,0073
b. Dengan bajak pisau beputar 2 x
0,0093
2. Tanah kering siap tanam
a. Dengan bajak singkal 2 x
0,0053
b. Dengan bajak pisau beputar 2 x
0,0080
(Daywin dkk, 2008).

Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi
pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam.
Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala dan
sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat baik dalam metode maupun
peralatan yang dihunakan, tetapi sampai saat ini pengolahan tanah masih belum
dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang tersedia untuk menilai hasil
olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah tanah tertentu (Daywin dkk, 2008).
Tujuan lain dari pada memecahkan gumpalan tanah sampai butir-butir
yang sekecil-kecilnya ialah agar jarak antara dua butir tanah itu sekecil mungkin.

Universitas Sumatera Utara

13

Jika jarak antara kedua butir tanah itu sekecil mungkin, maka pori dalam tanah
dengan sendirinya menjadi kecil pula dan lebih kecil pori dalam tanah lebih baik,
oleh karena pori yang lebih kecil itu akan menghambat air menyusup ke bagian
bawah tanah (Siregar, 1981).
Mengolah tanah pertanian dapat diartikan merubah tanah sedemikian rupa,
sehingga karenanya diperoleh susunan tanah sedemikian rupa, sehingga
karenanya diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya ditinjau dari sudut persediaan
zat makanan, air, udara, dan suhu panas yang akan memberikan kesempatan
sebaik-baiknya guna perkembangan dan peri kehidupan tumbuh-tumbuhan serta
mikroorganisme tanah (Dakung, dkk., 1989).
Evaluasi terhadap mudah tidaknya lahan dikerjakan sangat bergantung
kepada sistem pengelolaan tanah dan air yang digunakan atau direncanakan.
Penyiapan lahan dan pekerjaan lain termasuk penyiangan dan pemanenan dapat
dilakukan secara manual tanpa kendala spesifik pada kebanyakan tipe lahan dan
tanah. Kesulitan dijumpai pada lahan berbatu dan miring, meskipun hanya
sebagian kecil dari daerah lahan sawah aktual dan potensial. Masalah juga
dijumpai pada penyiapan lahan berlumpur yang berdrainase buruk, karena
kemudahan untuk dilewati amat rendah (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Alat Pengolahan Tanah Pertama
Alat pengolah tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali
digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Alat-alat
tersebut ada dikenal beberapa macam, yaitu bajak singkal. bajak piring, bajak
pisau berputar, bajak chisel, bajak subsoil, dan bajak raksasa (Daywin dkk, 2008).

Universitas Sumatera Utara

14

Peralatan yang digunakan oleh petani untuk memecah dan meremahkan
tanah sampai suatu kedalaman dari 6 sampai 36 inci (15,2 sampai 91,4 cm)
dikenal dengan alat pengolah tanah primer, yang mencakup bajak singkal, bajak
piringan, putar, pahat, dan bajak bawah tanah (Smith dan Wilkes, 1990).
Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan banyak tipe tanah dan cocok
sekali untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman. Telapak bajak
secara keseluruhan merupakan hal yang sangat esensial untuk pembajakan yang
baik, pemotongan oleh mata bajak dan sedikit pengangkatan irisan alur,
pengendalian sisi samping, kemantapan bajak, sementara singkal menyelesaikan
pengangkatan, penggemburan, dan pembalikan pemotongan tanah paliran.
Terutama pada singkal-lah tergantung pembajakan yang berhasil. Lengkung dan
panjang singkal menentukan derajat kegemburan yang diberikan kepada tanah
potongan paliran (Smith dan Wilkes, 1990).
Pada saat bergerak maju, maka pisau akan memotong tanah dan
mengarahkan potongan/keratin tersebut ke bagian singkal. Singkal akan menerima
potongan tanah, dan karena kelengkungannya maka potongan tanah akan dibalik
dan dipecah. Kelengkungan singkal ini berbeda untuk kondisi dan jenis tanah
yang berbeda agar diperoleh pembalikan tanah yang baik (Daywin dkk, 2008).

Alat Pengolahan Tanah Kedua
Pengolahan tanah kedua diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk
yang komperatif tidak terlalu dalam. Peralatan pengolahan lahan pertama mungkin
digunakan untuk pengolahan lahan kedua. Bajak satu arah dan beberapa jenis bajak
brujul dapat disesuaikan dengan alat-alat tambahan, sehingga dapat digunakan untuk
pengolahan lahan kedua pada jeluk yang lebih dangkal (Smith dan Wilkes, 1990).

Universitas Sumatera Utara

15

Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan
tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan
tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadangkadang diberikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat
guludan atau alur untuk pertanaman (Daywin dkk, 2008).

Garu adalah peralatan yang digunakan untuk meratakan tanah dan
memecahkan bongkahan-bongkahan tanah, mengaduk tanah, mencegah dan
membinasakan gulma. Di bawah kondisi tertentu, garu dapat digunakan untuk
menutup biji. Ada tiga jenis utama garu, yaitu garu piringan, garu gigi paku dan
garu gigi pegas (Smith dan Wilkes, 1990).

Kedalaman Olah Tanah
Sebagai diketahui lapisan bunga tanah (top soil) tidaklah sama untuk
semua jenis tanah. Ada tanah yang lapisan bunganya tebal dan ada juga tanah
yang lapisan bunganya tipis. Lepas dari tebal tipisnya bunga tanah itu, dalamnya
pengolahan tanah yaitu: dangkal, sedang, atau dalam, akan mempengaruhi hasil
pertanaman. Ini dapat dibuktikan dengan angka-angka sebagai tersebut pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3. Pengaruh dalam nya pengolahan tanah terhadap hasil
Dalamnya pengolahan tanah (cm)
Hasil (gram/rumpun)
8
12.4
12
18.2
16
20.8
20
23.2
24
26.4
28
27.9
32
27.5
Angka-angka yang disajikan menunjukkan bahwa pengolahan tanah yang
terbaik ialah di sekitar 30 cm. Bandingkanlah pengolahan sedalam 28 cm dan 32

Universitas Sumatera Utara

16

cm. Yang ini berarti dalam praktek dengan pencangkulan tanah hampir sama
dengan satu kali saja mengayunkan cangkul yang panjangnya kurang lebih 30 cm
(Siregar, 1981).
Untuk padi sawah, kedalaman pembajakan konvensional sejak adanya
manusia dan tenaga ternak hanya 10 sampai kurang 15 cm saja. Karena itu selalu
ada air irigasi yang cukup untuk tanaman di atas dan di dalam lapisan olah atau
top soil. Petakan sawah harus benar-benar datar dan rata, karena sifat-sifat
permukaan air, sehingga petakan sawah yang dibuat kecil akan mempermudah
pembuatan lapisan olah datar dan rata (Daywin dkk, 2008).
Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul.
Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah.
Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan
lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang
18 cm (IRRI) bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm
(AAK, 1990).

Genangan Air Pengolahan
Adapun kebutuhan tanaman padi akan air itu ditetapkan oleh berbagai
macam faktor, seperti: macam tanah, iklim (basah atau kering), umur tanaman,
dan sebagainya. Sebagai dimaklumi, tanah yang dipergunakan untuk bercocok
tanam padi terdiri dari berbagai macam; ada tanah yang ringan, ada pula yang
sedang, atau berat; ada tanah yang banyak mengandung pasir, dimana air secara
cepat mengalir ke lapisan bawah dari tanah dan menghilang, sehingga tidak
tersedia untuk diserap oleh akar tanaman (Siregar, 1981).

Universitas Sumatera Utara

17

Sebelum dilakukan pencangkulan, terlebih dahulu sawah harus digenangi
air, sambil dilakukan perbaikan pada pematang. Begitu pula bila dilakukan
pembajakan, air harus tergenang di sawah. Ketika penggaruan/penyisiran
dilakukan, genangan air dikurangi dipetakan sawah , yaitu tinggi air sekitar 2 cm
dari permukaan (Rasyid, 1991).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pertanaman padi dimana
tanahnya diolah dengan mempergunakan air dalam jumlah yang cukup banyak
senantiasa lebih tinggi daripada hasil pertanaman dimana tanahnya diolah secara
kering ataupun dengan persediaan air yang serba kurang. Kenyataan ini dapat
dibuktikan dengan angka sebagai dicantumkan di bawah ini.
Tabel 4. Pengaruh pengolahan tanah dengan mempergunakan air yag cukup
banyak dan air yang serba kurang terhadap hasil
Cara Pengolahan Tanah
Penghasilan (kw/ha)
Varietas Mas
Varietas Gajah Raci
Tanah Diolah Dengan
26,9
100%
25 100%
Genangan Air Yang Cukup
Tanah Diolah Dengan
20,7
77%
13,6 54%
Persediaan Air Yang Serba Kurang
(Siregar, 1981).
Untuk wilayah-wilayah dimana sawahnya kekurangan air, air menjadi
mahal dan berhubung dengan itu penggunaannya perlu dihemat. Pada saat-saat
pengolahan tanah dimulai, yaitu dari sejak hari air dimasukkan ke lapangan
sampai tiba saatnya tanah dibajak/diluku untuk pertama kali, kehilangan air oleh
perkolasi, yaitu hilangnya air oleh peresapan melewati lobang/pori dari lapisan
atas kelapisan bawah dari tanah adalah cukup tinggi. Untuk menghindarkan
hilangnya air dengan jalan perkolasi itu, maka perlulah tanah itu, segera sesudah
jenuh dengan air, digaru atau disisir dengan maksud agar tanah setelah dilakukan
pencangkulan/pembajakan pertama masih merupakan bongkal-bongkal besar

Universitas Sumatera Utara

18

dipecahkan menjadi bagian yang sekecil-kecilnya sehingga merupakan lumpur
yang lunak serta halus sekali, jadi merupakan koloid (Siregar, 1981).

Pola Pengolahan Tanah
Menurut Hardjosentono dkk (2000), dalam melakukan pengolahan tanah,
perlu menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini
adalah agar lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan pola yang sesuai,
diharapkan waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen
pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin, lahan yang diolah tidak diolah lagi
sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efisien. Hasil
pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang
diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur berikutnya. Sehingga
diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efektif.
Membajak dengan sistem berkeliling dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Putaran keliling sebaiknya berlawanan arah dengan jarum jam.
2. Pada putaran pertama, pembajakan tanah dilakukan pada tepi petakan dan
diusahakan betul-betul rapat dengan pematang. Slice dilemparkan kearah
kiri atau kearah tengah petakan.
3. Pada putaran kedua sampai keempat cara berbelok berpusing kearah lebih
dalam. Slice dilemparkan kearah kanan atau kearah pematang.
4. Pada putaran kelima dan selanjutnya cara berbelok biasa tidak seperti
putaran sebelumnya. Traktor meninggalkan petakan dengan meninggalkan
open furrow/dead furrow (Sugeng, 1998).

Universitas Sumatera Utara

19

Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah
Menurut Yunus (2004), Persamaan untuk menentukan kapasitas lapang
adalah sebagai berikut :
KLT = W . V ........................................................................................ (1)
dimana :
KLT

= Kapasitas lapang teoritis (Ha/jam)

W

= Lebar kerja alat (m)

V

= Kecepatan (m/jam)
L

KLE =

T

............................................................................................... (2)

dimana :
KLE

= Kapasitas lapang efektif (Ha/jam)

L

= Luas lahan (Ha)

T

= Total waktu tempuh (jam)

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinifikan sebagai kemampuan
alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg, Lt) per satuan
waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan
produk per kW per jam, bila alat / mesin itu menggunakan daya penggerak motor.
Jadi, satuan kapasitas kerja menjadi: Ha/kW.Jam (Daywin, dkk., 2008).
Kapasitas lapangan teoritik suatu alat adalah laju mesin dalam
menampilkam fungsi seperti yang dimaksud dari mesin itu jika dioperasikan
secara kontinyu pada lebar rata-ratanya. Kapasitas lapangan teoritik ini
merupakan luas akre sebenarnya yang dapat dikerjakan setiap jamnya. Kehilangan
waktu dan perbaikan tidak diperhitungkan. Kapasitas lapangan efektif suatu alat
adalah laju rata-rata mesin itu mengerjakan lahan yang dinyatakan dalam akre per

Universitas Sumatera Utara

20

jam. Ini mencakup perhitungan kelonggaran untuk kehilangan waktu dalam
berbelok dan perbaikan (Smith dan Wilkes, 1990).
Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua yaitu kapasitas
lapang teoritis atau kemampuan kerja suatu alat di dalam sebidang tanah jika
berjalan maju sepenuhnya, waktunya 100 % dan alat tersebut bekerja dalam lebar
maksimum (100%) serta kapasitas lapang efektif yaitu rata-rata kerja dari alat di
lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah dengan luas lahan yang diolah
dengan waktu kerja total (Darun, 1990).

Efisiensi Traktor
Menurut Yunus (2004), Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas
lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan
perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang
dinyatakan dalam bentuk (%). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui
efisiensi pengolahan tanah adalah sebagai berikut :

Efisiensi =
dimana :

���
���

� 100%................................................................ (3)

KLE

= Kapasitas lapang efektif

KLT

= Kapasitas lapang teoritis

Menurut Daywin dkk. (2008), Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi
hendaknya dilakukan:
1. Pemeliharaan traktor dan alat-alatnya dengan seksama
2. Pemilihan operator/driver yang berpengalaman
3. Pengerjaan dilakukan berdasarkan areal lapangan

Universitas Sumatera Utara

21

Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan
diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu
tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut atau yang
dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu. Semakin luas
tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan
bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi
(Yunus, 2004).

Bahan Bakar
Biaya ini adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada kondisi
kerja per jam. Satuannya adalah lt per jam, sedangkan harga per liter yang
dugunakan adalah harga lokasi. Pemakaian bahan bakar suatu mesin/peralatan
yang tepat (lt/jam), adalah bila ditentukan dengan mengukur rata-rata per jam
pada kondisi kerja yang diberikan. Dari laporan-laporan praktek lapang masalah
mekanisasi pertanian dan dari beberapa hasil pengujian, dapat diperkirakan ratarata pemakaian bahan bakar (solar) lt per-HP perjam seperti pada tabel 3.
Tabel 5. Rata-rata pemakaian bahan bakar solar menurut jenis traktor dan mesin
diesel (lt/Hp-jam)
Jenis traktor dan mesin
Pemakaian b.b solar (lt solar/Hp-jam)
1. Traktor roda 2
0,17
2. Traktor roda 4
0,18
3. Mesin diesel stationer
0,16
4. Traktor rantai
0,10 (light duty)
0,13 (medium duty)
0,18 (heavy duty)
(Daywin dkk, 2008).
Menurut Wartawan (1997), Ditinjau dari segi bahan bakar, dalam hal ini
bahan bakar minyak yang disingkat BBM, yang pertama diingat bahwa kinerja

Universitas Sumatera Utara

22

optimal yang diperoleh seorang pengemudi dari bekerjanya mesin kendaraan
adalah bergantung kepada dua sifat utama BBM, yaitu:
1. Dapat memberikan campuran bahan bakar-udara dalam perbandingan yang
benar (yang biasanya diatur oleh karburator atau injektor).
2. Dapat memberikan pembakaran secara “normal” pada saat yang tepat di
dalam siklusnya.

Analisis Ekonomi
Investasi di bidang mesin/alat dimaksud untuk memperoleh keuntungan
yang wajar, karena itu perlu dilakukan perhitungan biaya produksi. Prestasi
mesin/alat harus mengimbangi total biaya tetap (fixed cost/owning cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost/operating cost) (Daywin dkk, 2008).
Menurut Darun (2002), Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui
besarnya biaya pengoperasian traktor. Dengan begitu, maka dapat dihitung
besarnya keuntungan ataupun kerugian finansial jika menggunakan traktor.
Biaya pokok = �

dimana:

��


+ ���� � � ............................................... (4)

BT

= Total biaya tetap (Rp/thn)

BTT

= Total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x

= Total jam kerja per tahun (jam)

C

= Kapasitas kerja alat (jam/ha)

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar rakyatnya
hidup dari sektor pertanian. Kondisi alam, cuaca, dan budaya masyarakat
Indonesia sangat mendukung sektor pertanian, dengan lahan Indonesia yang
cukup subur dan produktif sehingga pertanian cocok untuk terus dikembangkan,
terutama tanaman padi.
Tanaman padi merupakan tanaman yang sangat penting di Indonesia,
karena merupakan makanan pokok bagi sebagian rakyat Indonesia. Tanaman padi
diusahakan di tanah sawah sehingga amat beralasan jika orang-orang yang
berkecimpung di bidang perta