Inventarisasi Potensi Wisata Pantai Way Saral Di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat

(1)

ABSTRAK

Inventarisasi Potensi Wisata Pantai Way Saral Di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat

Oleh Endah Gita Cahyani

Abstrak: tujuan peneliti ini untuk mengetahui potensi pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat, khususnya potensi alam dan aksesibilitas.Metode yang digunakan penelitian eksploratif disebabkan karena penelitian ini berbentuk penjelajahan atau belum begitu banyak informasi . Hasil penelitian ini menunjukan : (1) potensi wisata Pantai Way Saral meliputi beberapa indikator seperti ketinggian gelombang, suara gelombang, kelandaian pantai, kejernihan air, keadaan udara pantai, termasuk dalam potensi wisata alam yan cukup indah untuk dijadikan Obyek Wisata. (2) aksesibilitas menuju pantai Way Saral belum mendukung potensi yang ada di Way Saral, hal ini dikarenakan jalan yang rusak serta lokasi jauh/terpencil sehinga sulit untuk dijangkau wisatawan. Kata kunci: potensi, aksesibilitas, way saral


(2)

INVENTORY OF POTENTIAL FOR TOURISM BEACH WAY SARAL DISTRICT IN SOUTH KRUI

WEST COAST DISTRICT

BY

ENDAH GITA CAHYANI

Abstract: The goal of this researchers to determine the potential of beaches Way Krui Saral in District South District of the West Coast, in particular the potential of natural and aksesibilitas.Metode used explorative research due to this study is the exploration or not so much information. These results indicate: (1) potential Beaches Way Saral includes several indicators such as wave height, wave sound, flatness of the beach, water clarity, the state of coastal air, including the potential for nature tourism yan beautiful enough to be Destinations. (2) accessibility to the beach Way Saral not support the potential that exists in the Way Saral, this is because the roads were damaged as well as the location remote / isolated so that it is difficult to reach tourists.


(3)

INVENTARISASI POTENSI WISATA PANTAI WAY SARAL DI KECAMATAN KRUI SELATAN

KABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

Endah Gita Cahyani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Endah Gita Cahyani dilahirkan di Desa Way Napal Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat, pada tanggal 10 Juni 1992. Anak keenam dari enam bersaudara pasangan Bapak Zainudin B dan Ibu Nur Asmara.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar pada tahun 2003 di Sekolah Dasar Negeri 1 Way Napal Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama diselesaikan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Tanjung Jati Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2006. Sekolah Menengah Atas diselesaikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Puncak Rawas Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai Mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB)


(8)

PERSEMBAHAN

Teriring cinta, ketulusan serta tanda bukti dan kasihku kepada:

1. Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa mendo’akan dan tiada lelah menanti keberhasilanku, tiada banyak yang dapat saya berikan untuk kedua orang tuaku hanya sebuah karya kecil dan ukiran prestasi di akhir pendidikanku.

2. Udo Edi Gunawan dan Wo Ratna Ningsih, Wo Eka Bidari dan Atin Setiawan Jaya Ningrat yang selalau memberikan bantuan materi, dukungan, dan kasih sayang.

3. Seluruh keluarga besarku yang selalu menantikan keberhasilanku, kasih sayang kalian mengigatkanku pada sebuah tekad dan ketegaran bahwa hidup akan selalu bergilir pada kemenangan dan kekalahan.

4. Seseorang yang selalu memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seseorang yang kelak ditakdirkan Allah menjadi pedamping hidupku.


(9)

MOTO

“Semangat itu laksana matahari yang menyatakan cintanya” (laa tahzan)

“ Berputus asa ketika masalah menghampiri adalah cermin rasa takut untuk suskses” ( Endah Gita Cahyani)

Jagan pernah bangga dengan apa yang anda gapai

Karena kesuksesan anda saat ini berkat seseorang di belakang anda (Endah Gita Cahyani)


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Terimakasih kepada Bapak Drs. Zulkarnain M.Si, selaku Dosen pembimbing Utama, dan Ibu Rahma Kurnia SU, S.Si., M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Pembantu sekaligus dosen Pembimbing akademik serta Bapak Dedy Miswar S.Si. M.Pd, selaku Dosen Pembahas. Terimakasih atas bimbingannya, semoga ilmu dan amal yang diberikan selama kuliah dan proses bimbingan menjadi amal ibadah dan Alloh SWT menganugerahkan limpahan rahmat, hidayah dan kesehatan lahir dan batin.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin yang telah diberikan sehingga penulis dapat memperoleh ilmu di Fakultas ini.


(11)

2. Bapak Dr. Abdurrahman selaku Wakil Dekan bidang Akademik dan Kerjasama, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

4. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak Ibu yang ada di Kantor Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

8. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti -hentinya menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.

9. Kakak-kakakku Udo Edi Gunawan dan Wo Ratna Ningsih, Atin Setiawan Jaya Ningrat

dan Wo Eka Bidari, Ngah Evia Delima, Ngah Eva Mulya, Ngah Evi Gustina, dan Dongah Engky Wahyu terima kasih atas do’a dan motivasinya.

10. Keponakan-keponakan ku tercinta Dafa Alvarizi, Salatin Zaim Jaya Ningrat, Syarif Hidayatullah Jaya Ningrat, Oliv, Nazwa, Albet Waldinata, Evan Bagasa, Shella Rifana, Zaira, Dedek Baim terima kasih atas kecerian yang slalu kalian berikan.


(12)

11. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Universitas Lampung kelas ganjil dan kelas genap, terimakasih atas kebersamaannya dalam menuntut ilmu dan menggapai impian.

12. Rio Ristayudi yang selalu memberi semangat dalam hidupku engkau mengajarkan bahwa

kesuksesan berawal dari kemauan diri sendiri.

13. Sahabat-sahabatku Bety, Eka, Lusi, Try, Yeyen, Ina, Lia,Yosep, Galing, Erik, Dodi, Roy, Puti, keluarga kecilku di samping kosan, terima kasih atas do’a dan dukungan selama ini.

14. Seseorang yang kelak ditakdirkan Allah menjadi pendamping hidupku.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. Pendahuluan A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Tujuan peneliti ... 4

D. Kegunaan peneliti ... 4

E. Ruang lingkup peneliti ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan pustaka ... 7

1. Pegertian Geografi ... 7

2. Pegertian Pariwisata ... 8

3. Potensi Wisata ... 10

4. Potensi Wisata Pantai ... 12

4.1Ketingian Gelombang ... 12

4.2Suara Gelombang ... 15

4.3Gerakan Gelombang ... 16

4.4Kelandaian Pantai ... 17

4.5Kejernihan Air Laut ... 18

4.6Keadaan Udara Dipantai ... 19

5. Aksesibilitas ... 19

5.1Jarak Tempuh ... 21

5.2Waktu Tempuh ... 21

5.3Kondisi Jalan ... 21

5.4Frekuensi Kendaraan ... 22

5.5Jaringan Transportasi ... 22

5.6Lokasi Obyek Wisata ... 22

5.7Biaya Yang Dikeluarkan ... 23


(14)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 26

B. Subjek penelitian ... 26

C. Variabel Penelitian ... 27

D. Definisi Oprasional variabel Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

1. Observasi ... 30

2. Dokmentasi ... 31

3. Wawancara ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

1. Analisis Klasifikasi ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34

1. Sejarah Kecamatan Krui Selatan ... 34

2. Kondisi Geografi Kecamatan Krui Selatan ... 36

2.1Letak Astronomis, Batas dan Luas Kecamatan Krui Selatan ... 37

3. Keadaan Topografi ... 41

4. Iklim ... 42

5. Kondisi Sosial ... 44

5.1Keadaan Penduduk Kecamatan Krui Selatan ... 44

5.2Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 44

5.3Komposisi Penduduk ... 45

5.4Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 46

5.5Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 47

5.6Komposisi Menurut Mata Pencarian ... 48

B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 49

1. Kondisi Fisik ... 49

1.1Daya Tarik ... 49

1.1.1 Ketinggian Gelombang ... 51

1.1.2 Suara Gelombang ... 53

1.1.3 Gerakan Gelombang ... 53

1.1.4 Kelandaian pantai ... 54

1.1.5 Kejernihan Air ... 56

1.1.6 Keadaan Udara di Pantai ... 57

2. Aksesibilitas ... 58

3. Penilaian Potensi Wisata ... 60


(15)

1.Kondisi Fisik ... 63

1.1. Ketinggian Gelombang ... 63

1.2. Suara Gelombang ... 63

1.3. Gerakan Gelombang ... 64

1.4. Kelandaian ... 65

1.5. Kejernihan ... 65

1.6. Keadaan Udara Dipantai ... 66

2. Aksesibilitas ... 66

2.1Jarak Tempuh ... 68

2.2Waktu Tempuh ... 68

2.3Kondisi Jalan ... 69

2.4Frekuensi kendaraan ... 70

2.5Jaringan Transportasi ... 71

2.6Lokasi Obyek Wisata... 71

2.7Biaya yang dikeluarkan ... 71

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75


(16)

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman

1. Klasifikasi Gelombang Berdasarkan Periode... 15

2. Klasifikasi Kelandaian pantai Dalam Beberapa Kelas... 17

3. Tabel Perubahan Cahaya... 18

4. Potensi Wisata Pantai Way Saral yang Terdapat di Way Saral... 28

5. Luas Lahan Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat Menurut Pengunaan Lahan... 38

6. Data Curah Hujan Kecamatan Krui Selatan... 42

7. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt Fergusson... 43

8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelemin... 46

9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 48

10.Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencarian... 49

11.Penilaian Potensi Berdasarkan Wawancara... 62

12.Jawaban Responden Tentang Ketinggian Gelombang... 63

13.Jawaban Responden Tentang Suara Gelombang... 64

14.Jawaban Responden Tentang Gerakan Gelombang... 64

15.Jawaban Responden Tentang Kelandaian Pantai... 65

16.Jawaban Responden Tentang Kejernihan Air Laut... 65

17.Jawaban Responden Tentang Keadaan Udara di Pantai... 66


(17)

19.Jawaban responden tetang waktu tempuh... 69

20.Jawaban responden tetang kondisi jalan... 69

21.Jawaban responden tetang frekuensi kendaraan... 69

22.Jawaban responden tetang jaringan transportasi... 70

23.Jawaban responden tetang lokasi obyek wisata... 71


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Gambar Panjang Gelombang... 13

2. Diagram Kerangka Pikir... 25

3. Peta Administrasi... 38

4. Peta Penggunaan Lahan...40

5. Diagram Scermit Ferguson...42

6. Ketinggian gelombang... 49

7. Gerakan Gelombang... 51

8. Kelandaian Pantai... 52


(19)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan (nusantara) yang terdiri dari 17.508 pulau Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri yang berbeda antara satu pulau dengan pulau yang lain, yaitu dilihat dari fisik seperti bentang alam, gunung, lembah dan pantai maupun dari segi budayanya seperti adat istiadat yang berupa pola perkawinan, kesenian daerah dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai modal dasar pembangunan industri pariwisata.

Pariwisata dikatakan sebagai industri karena kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang berorientasi pada produktivitas dan komersial. Dengan adanya kegiatan pariwisata akan timbul hasrat dan keinginan untuk memelihara semua aset wisata. Industri pariwisata juga dikatakan sebagai industri tanpa cerobong asap yang bebas dari polusi dan pencemaran lain yang sifatnya berbahaya. Walaupun kegiatan kepariwisataan banyak dipengaruhi oleh kemajuan tekhnologi, transportasi dan komunikasi, tetapi tempat-tempat yang menjadi pemusatan wisatawan itu selalu menghendaki suasana yang nyaman, bersih, dan aman serta memiliki lingkungan yang terpelihara, sehingga tercipta suasana yang harmonis dan menyenangkan bagi semua pengunjung.


(20)

2

Obyek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya suatu daya tarik disuatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan, jika disuatu daerah terdapat lebih dari satu jenis obyek dan daya tarik wisatawan ( Marfaung, 2002: 78).

Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia dan memiliki potensi objek wisata yang sangat menarik, selain itu penduduk Provinsi Lampung terdiri atas berbagai suku bangsa dan keanekaragaman corak kebudayaan adat istiadat dan agama. Potensi pariwisata yang ada di Provinsi Lampung dapat dijadikan modal untuk pembangunan industri pariwisata, baik wisata alam, wisata budaya maupun wisata historis. Kondisi ini dapat terlihat dengan adanya lautan, sungai, pegunungan, lembah dan hutan yang begitu indah dengan udara yang sejuk.

Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat merupakan kecamatan yang berbatasan dengan Samudra Hindia dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sehingga terdapat banyak potensi wisata. Baik wisata budaya yang berupa adat istiadat dan kebudayaan masyarakat setempat seperti upacara perkawinan dan upacara-upacara adat maupun wisata alam terutama wisata pantai yaitu Pantai Branday karena wisata yang terdapat di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat sebagian besar adalah wisata alam, maka penelitian ini hanya membahas tentang potensi wisata alamnya saja. Batasan lokasi Pantai Way Saral bersebelahan dengan pantai Beranday atau bersebelahan dengan desa Mandiri, Way Suluh dan Padang Haluan, keadaan alam Pantai Way Saral sangat sejuk


(21)

3

karena di sebelah selatan ada pohon-pohon di sepanjang pantai tersebut serta flora dan fauna yang ada di daerah Pantai Way Saral sangat nampak terlihat seperti burung kupu-kupu dan lain-lain, dengan aksesibilitas lumayan jauh jika dari kota Pesisir Barat dapat menempuh perjalanan 15 menit perjalanan dengan kondisi jalan yang bagus.

Dengan adanya potensi wisata terutama wisata alam yang terdapat di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat tersebut, perlu mengkaji untuk selanjutnya merencanakan pengembangan pariwisata sesuai dengan potensi wisata yang ada dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah khususnya yang bisa dirasakan langsung oleh penduduk yaitu dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru, seperti membuka pondok-pondok makanan, penginapan, jasa ojek dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, untuk mendeskripsikan potensi wisata yang ada di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat dan perlu ditinjau dari aspek-aspek geografi yaitu aspek-aspek fisik dan aspek-aspek sosialnya.

Inventarisasi potensi wisata pantai adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menstabilkan atas kebijakan pemerintah agar wisata Pantai Way Saral dapat diketahui dan memperoleh data serta informasi tentang sumberdaya, potensi kekayaan alam Pantai serta lingkungannya secara lengkap. Dalam hal ini jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Barat sudah melakukan ancang-ancang untuk menarik jumlah wisatawan sebanyak mungkin ke daerah ini. Jika selama ini yang menjadi primadona adalah objek wisata pantai, berbagai objek lain akan dipersiapkan dalam bentuk wisata minat khusus, wisata alam, sejarah dan budaya.


(22)

4

Happy Marfaung (2000:79) menyatakan bahwa “hal yang diperlukan diperhatikan

dalam pengembangan daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi evaluasi sebelum wisata dikembangkan. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Hal inilah yang perlu diadakan penelitian lebih lanjut agar potensi yang ada dapat dikembangkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apasajakah potensi wisata alam yang terdapat di Pantai Way Saral

Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

2. Bagaimanakah aksesibilitas menuju obyek wisata Pantai Way Saral yang ada

di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui potensi wisata alam Pantai Way Saral yang ada di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat

2. Untuk mengetahui aksesibilitas menuju obyek wisata Way Saral yang ada di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Hasil penelitian ini sebagai Suplemen mata pelajaran Geografi di SMA Kelas XI Semester II dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004


(23)

5

dengan Kompetensi Dasar memprediksi persebaran lokasi sumber daya alam di Indonesia dan pemanfaatannya dalam materi pokok sumber daya alam.

Sehubungan dengan penelitian ini yang merupakan sumbangan dalam menambah khasanah suplemen bahan ajar mata pelajaran Geografi yaitu pariwisata merupakan salah satu jenis pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, salah satunya adalah potensi wisata yang terdapat di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat, sehingga diharapkan dari hasil penelitian akan diketahui potensi dan persebaran lokasi wisata yang terdapat di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan

bagi pihak dinas pariwisata yang ada di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

4 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

tentang kepariwisataan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

a. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah potensi wisata Pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

b. Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah potensi wisata Pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

c. Ruang lingkup tempat adalah Pantai Way Saral yang ada di Kecamatan Krui

Selatan Kabupaten Pesisir Barat.


(24)

6

e. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Geografi Pariwisata merupakan ilmu yang mempelajari antara geografi dan pariwisata. Segi-segi yang dipelajari dalam pariwisata seperti, perhotelan, rumah makan, cendramata, transportasi, biro perjalanan dan atraksi. Segi geografis seperti iklim, flora dan fauna, keadaan alam adat budaya, perjalanan darat, laut udara, sehingga antara geografi dan pariwisata selalu berkaitan satu sama lain (Ramaini, 1992:3).

Menurut Ramaini (1992:3), Geografi pariwisata merupakan geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata banyak sekali seginya dimana semua kegiatan itu bisa disebut dengan industri pariwisata, termasuk di dalam perhotelan, restoran, toko, cendramata, transportasi, biro jasa di bidang perjalanan, tempat-tempat hiburan, objek wisata atraksi budaya dan lainya. Segi geografi umum yang perlu diketahui wisatawan antara lain iklim, flora faun, keindahan alam, adat istiadat, budaya, perjalanan darat, perjalanan laut, dan udara . Dua segi tersebut yaitu segi industri pariwisata dan segi geografi umum menjadi bahasan dalam geografi pariwisata.

Dalam penelitian di gunakan Geografi Pariwisata sebagai ruang lingkup ilmu kare na sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengkaji potensi wisata yang terdapat di objek Wisata Pantai Way Saral


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Pegertian Geografi

Geografi adalah ilmu pengetahun dan mengambarkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk ,serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dan unsur-unsur bumi dalam ruangan dan waktu (Bintarto 1984: 9). Berdasarkan pegertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa objek wisata sebagai lingkungan alam memiliki hubungan timbal balik dengan manusia, dimana manusia dapat mencari dan mengetahui fungsi dari lingkungan alam serta memanfaatkanya.

Cabang-cabang geografi menurut Nursid (1998:9 52-53) adalah “secara garis besar ilmu geografi terdiri dari geografi fisik dan geografi sosial. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang berisikan ilmu pengetahuan dilihat dari asfek fisika, kimia, dan biotik. Serta geografi yang menjadi latar belakang sumber daya dan lingkungan bagi kehidupan umat manusia, yang temasuk geografi fisikal antara lain adalah Geologi, Geomorfologi, Meteorologi, Klimatologi, Geografi Kelautan, Oseanografi, dan Geografi Sumber Daya. Sedangakan geogarafi sosial merupakan ilmu yang memepelajari seluk beluk peyebaran pertumbuhan, prilaku, perbuatan, tindakan dan permasalahan manusia sebagai penghuni bumi. Geografi


(26)

8

sosial terdiri dari berbagai kajian ilmu geografi seperti Geografi Penduduk, Geografi Politik, Geografi Desa dan Kota, Geografi Pariwisata, Geografi Pemukiman dan lain-lain.

2. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya dengan tujuan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain yaitu sekedar untuk ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Gamal Suswantoro, 1997:3).

Pengertian lain tentang pariwista Menurut Yoeti (1986:109) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat yang lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Dari pengertian di atas, pada dasarnya pariwisata sifatnya hanya untuk sementara dengan tujuan tidak untuk memperoleh hasil atau upah melainkan untuk memperoleh kesenangan, mencari suasana baru dan yang lain sebagainya. Setiap obyek wisata tidak akan memiliki potensi yang sama dengan obyek wisata yang lain. Menurut Karyono (1997:41-43) pariwisata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:


(27)

9

a. Wisata Budaya, adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jelas mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau keluar negeri untuk mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup dan kesenian rakyat.

b. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari, yaitu wisata yang berkaitan dengan kegiatan olahraga air, danau, bengawan, pantai, teluk atau laut, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang dilakukan di daerah-daerah maritim.

c. Wisata Kesehatan, yaitu wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menukar

keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

d. Wisata Cagar Alam, yaitu wisata yang berkaitan dengan cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan, keajaiban hidup binatang dan margasatwa langka, yang kelestarian lingkungannya dilindungi oleh undang-undang, dan masih banyak lagi jenis wisata yang lainnya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis wisata didasarkan pada fungsi atau manfaatnya, suatu daerah dapat menambahkan jenis-jenis wisata sesuai dengan lingkungan yang ada dan sesuai dengan kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan.


(28)

10

3. Potensi Wisata

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990:697) disebut bahwa potensi adalah daya kekuatan, dan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Menurut R.S Damardjati (1992:88) bahwa:

“Potensi wisata adalah segala hal dan keadaan, baik yang nyata dan dapat diraba, maupun yang tidak teraba yang digarap, diatur disediakan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang diperlukan/menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana,kejadian ,benda maupun layanan/jasa-jasa”.

Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160-162) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.

Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata.

Menurut Pendit (1927:11) unsur untuk menunjang perkembangan pariwisata di daerah tujuan diantaranya

1 Objek dan daya tarik wisata

Objek wisata sebagai daya tarik wisata merupakan potensi pendorong, kedatangan wisatawan ke daerah tujuan.

2 Prasarana wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam buatan yang mutlak dibutuhkan wisatawan seperti jalan, air, telekomunikasi, jembatan, bandara dan lain-lain.


(29)

11

3 Sarana wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

4 Tata laksana infrastuktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah.

5 Masyarakat/lingkungan

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan

Berdasarkan pernyataan tersebut, potensi wisata dapat berbentuk segala sesuatu yang terdapat pada wisata baik yang berupa keindahan alam maupun budaya masyarakat sekitar yang dapat mendukung perkembangan wisata sehinga dapat dinikmati oleh wisatawan. Menurut Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990:11), potensi wisata dapat dibagi menjadi

1. Potensi wisata bersifat panorama alam yang berhubungan dengan

cagar alam, suaka alam, termasuk flora dan fauna dengan pemandangan luar biasa dan indah.

2. Potensi wisata bersifat apounturir, yaitu berhubungan dengan perjalanan menuju tempat-tempat dengan berbagai alat transportasi termasuk perjalanan safari, pendaki gunung, olahraga dan slancar.

3. Potensi wisata bersifat bisnis/ekonomi, yaitu berhubungan dengan usaha perdagangan, diplomatik dan lain-lainya.


(30)

12

4. Potensi wisata bersifat hiburan, almiah, sosial dan budaya yaitu berhubungan dengan penikmatan nilai-nilai budaya tradisional atau moderen berupa tari-tarian, hasil kerajinan tangan dan produksi setempat serta arsitektur budaya Indonesia.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa potensi wisata dapat dibagi menjadi empat macam yaitu potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang bersifat hiburan, alamiah, sosial dan budaya, potensi yang bersifat apounturir dan potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomi. Berdasarkan ketiga pendapat diatas, maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di objek wisata yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung perkembangan wisata tersebut sehingga dapat dinikmati oleh wisatawan yang ber kunjung, baik berupa pemandangan alam, sosial dan budaya masyarakat, apountur ir, bisnis/ekonomi dan layanan atau jasa seperti, jarak, lokasi, aksesbelitas,fasilitas Dengan demikian perlu diketahui potensi wisata yang terdapat di objek wisata pantai Way Saral yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka pengembangan potensi wisata di objek wisata Way Saral Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

4. Potensi Wisata (Pantai) 4.1 Ketinggian gelombang

Gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan momentum dari suatu titik di dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan (Shala Hutabarat) Gelombang yang ditemukan di permukaan laut pada umumnya terbentuk karena adanya proses alih energi dari permukaan laut, atau pada saat-saat tertentu disebabkan gempa di


(31)

13

dasar laut, gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi tersebut yang kemudian dilepaskanya di pantai dalam bentuk hempasan ombak. gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sendimentasi. Besarnya proses tersebut tergantung pada besarnya energi yang dihempaskan oleh gelombang di pantai.

Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan ketinggian beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Dengan ketinggian gelombang ideal 7 ft. Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi gelombang. Dengan kata lain, semakin pendek panjang gelombang, akan memiliki frekuensi yang besar.

Gambar 1. Pajang Gelombang

Berdasarkan kedalamannya, gelombang yang bergerak mendekati pantai dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu gelombang laut dalam dan gelombang permukaan. Gelombang laut dalam merupakan gelombang yang dibentuk dan dibangun dari bawah kepermukaan. Sedangkan gelombang permukaan merupakan gelombang yang terjadi antara batas dua media seperti batas air dan udara.


(32)

14

Gelombang permukaan terjadi karena adanya pengaruh angin. Peristiwa ini merupakan peristiwa pemindahan energi angin menjadi energi gelombang dipermukaan laut dan gelombang ini sendiri akan meneruskan energinya ke molekul air. Gelombang akan menimbulkan riak di permukaan air dan akhirnya dapat berubah menjadi gelombang yang besar. Gelombang yang bergerak dari zona laut lepas hingga tiba di zona dekat pantai (nearshore beach) akan melewati beberapa zona gelombang yaitu: zona laut dalam (deep water zone), zona refraksi (refraction zone), zona pecah gelombang (surf zone), dan zona pangadukan gelombang (swash zone). Uraian rinci dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

Gelombang mula-mula terbentuk di daerah pembangkit (generated area) selanjutnya gelombang-gelombang tersebut akan bergerak pada zona laut dalam dengan panjang dan periode yang relatif pendek. Setelah masuk ke badan parairan dangkal, gelombang akan mengalami refraksi (pembelokan arah) akibat topografi dasar laut yang menanjak sehingga sebagian kecepatan gelombang menjadi berkurang periodenya semakin lama dan tingginya semakin bertambah, gelombang kemudian akan pecah pada zona surf dengan melepaskan sejumlah energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah beberapa waktu kemudian gelombang akan kembali turun (backswash) yang kecepatannya bergantung pada kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan slope yang tinggi akan lebih cepat memantulkan gelombang, sedangkan pantai dengan slope yang kecil pemantulan gelombangnya relatif lambat. Zona gelombang dibagi atas tiga bagian, yaitu zona pecah gelombang (breaker zone), zona surf (surf zone), dan zona swash (swash zone).


(33)

15

Pada zona surf, terjadi angkutan sedimen karena arus sepanjang pantai terjadi dengan baik. Pada kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan orbitalnya, gelombang akan semakin tinggi dan curam, dan akibatnya mulai pecah. Berikut klasifikasik gelombang berdasarkan periodenya, seperti yang disajikan pada Tabel 1. berikut ini.

Tabel 1 . Klasifikasi Gelombang Berdasarkan Periode

Periode Panjang Gelombang Jenis Gelombang

0 – 0,2 Detik 0,2 – 0,9 Detik

Beberapa centimeter Mencapai 130 meter

Riak (Riplles) Gelombang angin

0,9 -15 Detik Beberapa ratus meter Gelombang besar

(Swell) 15 – 30 Detik

0,5 menit – 1 jam

Ribuan meter Ribuan kilometer

Long Swell Gelombang dengan periode yang panjang

(termasuk Tsunami)

5, 12, 25 jam Beberapa kilometer Pasang surut

Sumber: Oseanografi (bahan ajar). Unila. Bandar Lampung

4.2 Suara gelombang

Kecepatan suara pada air laut tergantung kepada kepadatan air laut, yang mana kepadatan air itu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya salinitas air dan temperatur. Kecepatan suara dalam air dapat berubah-ubah dipengaruhi oleh musim, dengan perobahan temperatur 1°C menyebabkan perubahan kecepatan suara 3,58 meter tiap detik. Perubahan salinitas lebih kecil pengaruhnya terhadap kecepatan suara. Gelombang adalah pergerakan naik dan turunya pergerakan air dengan arah tegak lurus pembentukan air dengan bentuk kurva grafik sinusoidal, (Stewer M. Evan) gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan air laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan agin sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup


(34)

16

menimbulkan riak gelombang. Suara gelombang didaerah pantai atau laut biasanya dengan suara bergemuruh dan tidak bergemuruh .

4.3 Gerakan Gelombang

Berdasarkan kedalamannya, gelombang yang bergerak mendekati pantai dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu gelombang laut dalam dan gelombang permukaan. Gelombang laut dalam merupakan gelombang yang dibentuk dan dibangun dari bawah kepermukaan. Sedangkan gelombang permukaan merupakan gelombang yang terjadi antara batas dua media seperti batas air dan udara.

Gelombang permukaan terjadi karena adanya pengaruh angin. Peristiwa ini merupakan peristiwa pemindahan energi angin menjadi energi gelombang dipermukaan laut dan gelombang ini sendiri akan meneruskan energinya ke molekul air. Gelombang akan menimbulkan riak dipermukaan air dan akhirnya dapat berubah menjadi gelombang yang besar. Gelombang yang bergerak dari zona laut lepas hingga tiba di zona dekat pantai (nearshore beach) akan melewati beberapa zona gelombang yaitu: zona laut dalam (deep water zone), zona refraksi (refraction zone), zona pecah gelombang (surf zone), dan zona pangadukan gelombang (swash zone). Uraian rinci dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :

Gelombang mula-mula terbentuk di daerah pembangkit (generated area) selanjutnya gelombang-gelombang tersebut akan bergerak pada zona laut dalam dengan panjang dan periode yang relatif pendek. Setelah masuk ke badan parairan dangkal, gelombang akan mengalami refraksi (pembelokan arah) akibat topografi dasar laut yang menanjak sehingga sebagian kecepatan gelombang menjadi


(35)

17

berkurang periodenya semakin lama dan tingginya semakin bertambah, gelombang kemudian akan pecah pada zona surf dengan melepaskan sejumlah energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah beberapa waktu kemudian gelombang akan kembali turun (backswash) yang kecepatnnya bergantung pada kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan slope yang tinggi akan lebih cepat memantulkan gelombang, sedangkan pantai dengan slope yang kecil pemantulan gelombangnya relatif lambat. Zona gelombang dibagi atas tiga bagian, yaitu zona pecah gelombang (breaker zone), zona surf (surf zone), dan zona swash (swash zone).

Pada zona surf, terjadi angkutan sedimen karena arus sepanjang pantai terjadi dengan baik. Pada kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan orbitalnya, gelombang akan semakin tinggi dan curam, dan akibatnya mulai pecah.

4.4.Kelandaian Pantai

Kemiringan lahan relativ terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lerengsemuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Berikut klasifikasi kemiringan lereng.

Tabel 2. Klasifikasi Kelandaian Pantai Dalam Beberapa Kelas.

KEMIRINGAN ( % ) KLASIFIKASI KELAS

0 – 3 Datar A

3 – 8 Landai Atau Berombak B

8 – 15 Agak Miring C

15 – 30 Miring D

30-45 Agak Curam E

45-65 Curam F

>65 Sangat Curam G

Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1994 dalam Suharsono (1996)


(36)

18

4.5 Kejernihan Air Laut

Tingkat kecerahan air yang ada di daerah sekeliling kita dengan tingkat kecerahan jernih, tidak jernih, sagat jernih, keruh dan sebagainya sehinga dapat dikatakan kejernihan suatu air adalah tingkat kecerahan air tersebut. Obyek wisata Pantai Way Saral dapat dikatakan jernih karna di daerah tersebut belum dikotori oleh sampah. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan persen (%). Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kecerahan dan kekeruhan mempunyai peranan yang penting bagi hewan-hewan yang mencari makan dan melakukan interaksi biotik lainnya secara visual. Untuk mengetahui efek ekologis dari cahaya matahari, yang perlu diperhatikan adalah aspek intensitasnya, kualitasnya serta lamanya penyinaran bila kita menyelam ke lapisan yang lebih dalam, maka pada setiap kedalam terjadi perubahan cahaya di dalam air. Dapat dilihat dibawah ini

Tabel 3. Perubahan Cahaya di Dalam Air

No Berdasarkan kedalaman Perubahan warna

1 a. Kedalam 5 m

b. Kedalaman 10 m

c. Kedalam 20 m

Agak kuning Hijau dan biru Biru dan hijau Sumber: Bahan Ajar Oseanografi

Matahari menyinari energinya kepermukaan air laut, bila berkedudukan di zenith 98% dari energinya mencapai permukaan laut dan tembus ke dalam air, bila matahari ada 10° di atas horizon hanya 65% dari energinya yang menembus air, sisanya direfleksikan oleh permukaan ke atmosfer. Selain penyinaran langsung dari matahari, air juga menerima cahaya difusi dari langit. Kira-kira 95% dari energi sisanya juga masuk ke dalam air. karena air lebih padat dari udara.


(37)

19

4.6 Keadaan Udara di Pantai

Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain.

Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali. Udara yang terdapat di bumi jika tiap naik 1000 m maka suhu yang akan terdapat di udara hanya ± 0, 124°C.

5 Aksesibilitas (Tingkat Keterjangkauan)

Menurut Bintarto (1984:117) Aksesibilitas adalah kemudahan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah, aksesibilitas ini ada kaitannya dengan jarak. Pendapat lain mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan kemampuan untuk mencapai suatu tujuan wisata tertentu, dapat lebih mudah atau sulit untuk menjangkaunya yaitu jarak dari jalan raya dengan penilaian dengan penilaian jarak dibagi menjadi tiga yaitu: aksesibilitas dapat diukur dengan parameter kondisi (keadaan jalan), kemiringan jalan, jaringan transportasi, waktu tempuh, jarak tempuh, tingkat kemudahan lokasi obyek, biaya yang dikeluarkan, dan kesenangan (james J.Spillane, 1997:38).


(38)

20

Sedangkan menurut Hadinoto (1996:121) agar pariwisata bisa berkembang, maka suatu daerah tujuan daerah wisata harus aksesibel (bisa didatangi). Artinya harus memiliki aksesibilitas yang tinggi yaitu seperti:

a. Pengaturan perjalanan harus nyaman, komparatif ekonomi.

b. Apabila jarak menuju pasar wisata melebihi 150 km, maka harus tersedia angkutan nyaman modern, lazimnya angkutan udara maupun kereta api cepat agar daerah wisata tersebut bisa menerima jumlah wisatawan yang cukup besar.

c. Jalan-jalan perlu nyaman dan aman, beraspal tidak berlubang, tidak berdebu, dengan cukup rambu-rambu lalu lintas, sedangkan kendaraan juga harus perlu nyaman dan bersih, layak (digunakan tidak rusak ditengah perjalanan, sopir bertanggung jawab).

d. Langsung dan cepat adalah syarat perjalanan wisatawan.

e. Waktu adalah penentu perjalanan, artinya bagi perjalanan jauh waktu yang diperlukan adalah lebih penting dari pada biaya perjalanan.

Aksesibilitas atau tingkat keterjangkauan merupakan kemampuan dan kemudahan untuk mencapai suatu tempat tujuan wisata tertentu, dapat dengan mudah atau sebaliknya lebih sulit untuk menjangkaunya. Aksesibilitas dapat diklasifikasikan menjadi mudah dijangkau dan sulit dijangkau. Dinyatakan mudah dijangkau jika seluruh indikator yang dijadikan parameter dalam aksesibilitas tersedia, dinyatakan sulit dijangkau jika lebih dari sebagian indikator atau bahkan seluruhnya tidak tersedia dan sulit.


(39)

21

5.1. Jarak Tempuh

Jarak tempuh dikaitkan dengan jauh atau dekatnya suatu tempat. Menurut Sumadi (2003:43) bahwa :

“jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, sekalipun arti pentingnya juga brsifat relatif sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuh kebutuhan atau keperluan pokok (air, tanah, pusat pelayanan), pengankutan barang dan penumpangan. Oleh karena itu jarak tidak hanya dinyatakan dengan ukuran jarak lurus diudara”.

Dari pegertian tersebut dapat disimpulkan bahwa jauh dekatnya suatu tempat selalu dikaitkan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun yang dikeluarkan. Semakin jauh suatu tempat maka semakin lama perjalanan.

5.2. Waktu Tempuh

Waktu tempuh berhubungan erat dengan lama tidaknya wisatawan menuju suatu obyek wisata. Diera teknologi cangih ini waktu tidak menjadi persoalan untuk mengunjungi suatu obyek wisata. Menurut Nyoman (2006:21).

“yang perlu diperhatikan dari mereka berkompeten dalam usaha pembangunan industri pariwisata adalah waktu yang digunakan untuk tiba disuatu obyek wisata seperti, waktu yang dibutuhkan dipelabuhan, waktu yang dibutuhkan untuk berkemas barang-barang, dan lain-lain.”

Dari ketepatan, kecepatan, dan kelancaran tersebut, dapat mengurangi waktu yang digunakan oleh wisatawan.

5.3. Kondisi Jalan

Kondisi jalan adalah baik burukya suatu jalan. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan wisatawan untuk berwisata ke suatu obyek wisata. Biasanya banyak wisatawan enggan mengunjungi suatu obyek wisata apabila kondisi jalan sulit


(40)

22

untuk dilewati, namun sebaliknya jika kondisi jalan baik wisatawan akan sering untuk berkunjung.

Banyaknya faktor yang menyebabkan kondisi jalan suatu obyek wisata kurang baik seperti, banyaknya kendaraan roda empat yang melintas, faktor hujan dan panas, jalan rusak, keadaan tanah dan lain-lain.

5.4. Frekuensi Kendaraan

Frekuensi kendaraan berhubungan erat dengan banyak atau sedikitnya jumlah kendaraan yang melintas. Biasanya frekuensi kendaraan menuju suatu obyek wisata meningkat pada hari-hari tertentu seperti hari raya agama, tahun baru, dan hari libur. Dengan keadaan ini frekuensi kendaraan semakin meningkat sehingga tidak menutup kemunkinan meninmbulkan kemacetan.

5.5 Jaringan Transportasi

Transportasi yang lancar dapat memudahkan wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata, sehinga banyak wisatawan yang berminat untuk mengunjungi obyek wisata tersebut. Sebaliknya, jika transportasi menuju suatu obyek wisata kurang lancar, maka banyak wisatawan yang enggan untuk berwisata ke obyek wisata tersebut. Jaringan transportasi dapat berjalan lancar jika diimbangi prasarana dan jalan yang baik.

5.6. Lokasi Obyek Wisata

Lokasi atau letak merupakan konsep utama dalam pembangunan suatu obyek wisata. Lokasi yang strategis memungkinkan banyaknya jumlah wisatawan yang akan berkunjung.


(41)

23

Konsep lokasi dibagi menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. 1. Lokasi Absolut

Lokasi absolut adalah letak atau tempat yang dilihat dari garis lintang dan garis bujur (garis astronomis). Lokasi absolut keadaanya tetap dan tidak dapat berpindah letaknya karena berpedoman pada garis astronomis bumi. Perbedaan garis astronomis menyebabkan perbedaan iklim (garis lintang) dan perbedaan waktu (garis bujur).

2. Lokasi Relatif

Lokasi relatif adalah letak atau tempat yang dilihat dari daerah lain disekitarnya. Lokasi relatif dapat berganti-ganti sesuai dengan obyek yang ada disekitarnya.

Dengan demikian lokasi suatu obyek wisata dapat dilihat dari segi lokasi absolut yang dinyatakan dengan angka, dan lokasi relatif yang berdasarkan persepsi wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut.

5.7. Biaya yang Dikeluarkan

Biaya adalah semua pegorbanan yang dikeluarkan oleh wisatawan yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang. Ditempat atau dinegara-negara lain harga barang-barang atau ongkos yang lebih murah sudah barang-barang tentu mereka akan memilih berbelanja dan pergi ke daerah tersebut.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit dan murah biaya yang dikeluarkan untuk menuju suatu obyek wisata, maka semakin banyak wisatawan yang inggin berkunjung ke obyek wisata tersebut.


(42)

24

B. Kerangka Pikir

Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat merupakan Kecamatan yang memiliki potensi obyek wisata terutama wisata alam, seperti Way Saral tetapi potensi wisata yang ada tidak semuanya diketahui oleh para wisatawan, berdasarkan hal tersebut perlu adanya deskripsi tentang obyek wisata yang ada di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Namun potensi wisata yang ada tersebut belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, sehinga perlu adanya perencanaan yang lebih baik untuk menggali dan mengembangkan potensi-potensi wisata yang ada sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi-potensi wisata yang ada di objek wisata yang ada objek wisata Pantai Way Saral sehinga dapat diketahui mana potensi yang belum dikembangkan secara optimal oleh pengelola maupun pihak pemerintah sehinga dapat dijadikan pertimbangan pengelola dan pemerintah dala m rangka perencanan dan pengembangan objek wisata Pantai Way Saral pada masa yang akan datang.

Selain itu potensi wisata pendukung seperti lokasi, jarak, aksebelitas (tingkat keterjangkauan) fasilitas juga perlu diidentifikasi untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke objek wisata Way Saral Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat sehinga jumlah kunjungan wisatawan akan mengalami peningkatan. Berdas arkan tujuan dalam penelitian ini, maka penulis mencoba menuangkannya dalam kerangka pikir sebagai berikut.


(43)

25

Potensi Wisata Pantai Way Saral

1. Potensi Wisata Alam

a. Ketinggin Gelombang

b. Suara Gelombang

c. Gerakan Gelombang

d. Kelandaian Pantai e. Kejernihan Air Laut f. Keadan Udara di Pantai 2. Aksesibilitas

a. Jarak Tempuh

b. Waktu Tempuh

c. Kondisi Jalan

d. Frekuensi Kendaraan

e. Jaringan Transportasi

f. Lokasi Objek Wisata

g. BiayaYang Dikeluarkan


(44)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian eksploratif yaitu metode yang dipergunakan karena permasalahan belum dirumuskan disebabkan karena penelitian ini berbentuk penjelajahan atau belum begitu banyak informasi ataupun data dan lain sebagainya. Penelitian ini kemudian diinterpretasikan dalam bentuk penulisan deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nawawi (1990 : 64)

“bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan objek penelitian sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.”

Objek penelitian ini adalah Pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Subyek penelitian ini adalah wisatawan, masyarakat dan potensi pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu wawancara kepada pengelola objek wisata sebanyak 10 orang Potensi Wisata Pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan


(45)

27

Kabupaten Pesisir Barat. dan pengunjung sebanyak 20 orang untuk mendapatkan keadaan dan pendapat tentang potensi wisata Pantai Way Saral Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian pengelola objek wisata, masyarakat dan pengunjung sebanyak 20 orang, karena pengunjung tidak menentu maka peneliti mengambil jumlah populasi 20 orang. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini tidak ada pengambilan sampel, dalam arti penelitian ini adalah penelitian populasi. Maka didapat jumlah responden sebanyak 20 orang.

C. Variabel Penelitian

“Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian” (Suharsimi, 2002:96). Variabel dalam penelitian ini adalah potensi, dan aksesibilitas .

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah potensi Wisata Pantai Way Saral Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat tahun 2014, yaitu potensi wisata pantai dengan indikator ketinggian gelombang, suara gelombang, gerakan gelombang kelandaian pantai, kejernihan air, keadaan udara dipantai dan aksesibilitas menuju objek wisata seperti jarak tempuh, waktu tempuh, kondisi jalan, frekuensi kendaraan, jaringan transportasi, lokasi objek wisata, biaya yang dikeluarkan.


(46)

28

Tabel 5. Variabel potensi Objek Wisata Pantai Way Saral

No Potensi Objek

Wisata

Variabel Kriteria Skor

1 2 Daya Tarik Wisata (pantai) Aksesibilitas /Tingkat Keterjangkauan a. Ketingian gelombang b. Suara gelombang c. Gerakan gelombang d. Kelandaian pantai e. Kejernihan air laut f. Kedaan udara pantai

a. Jarak tempuh

b. Waktu tempuh

 Rendah (0-30 m)

 Sedang (100-150 m)

 Tinggi (≥ 500 m)

 Tidak bergemuruh

 Bergemuruh

 Sangat bergemuruh

 Backswash

 swash zone

 surf zone

 Miring (15-30%)

 Landai (3-8%)

 Datar(0-3%)

 Kurang jernih

 Cukup jernih

 Sangat jernih

 Kurang Sejuk

 Cukup sejuk

 Sangat sejuk

 > 2 jam

 10-20 km

 5-10 km

 < 5 km

 Lebih dari 2 jam

 1 Sampai 2 jam

 ½ Sampai 1 jam

 Kurang dari ½ jam

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4


(47)

29

c. Kondisi jalan

d. Frekuensi kendaraan

e. Jaringan transportasi

f. Lokasi objek

wisata

g. Biaya yang

dikeluarkan

Skor tertinggi : 64 Skor terendah : 13

 Jalan tanah

 Jalan aspal sedikit be rlubang

 Jalan aspal kondisi baik

 Jalan aspal kondisi s agat baik

 1 hari sekali

 2 hari sekali

 3 hari sekali

 4 hari sekali

 Tidak lancar

 Kurang lancar

 Cukup lancar

 Sangat lancar

 Lokasi jauh/terpencil

 Lokasi ditepi jalan lo kal

 Lokasi ditepi jalan k olektor

 Lokasi di tepi jalan arteri

 Sedikit/kurang dari

Rp.50.000

 Cukup banyak

Rp.80.000  Sedang/Rp.50.000-100.000  <Rp.50.000Banyak Rp>100.000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4


(48)

30

Sumber : Depertamen Pertanian Direktorad Jendral Kehutan (1983) dalam Syamsul Yusuf (2004:28-29)

Untuk menentukan jumlah interval kelas dapat dicari dengan rumus sturge yang dikutip oleh Mohammad Nazir (1999:445), yaitu:

Dari hasil perhitungan, maka didapatkan skor tertingi =64 dan skor terendah =13 besar interval kelas dapat dicari dengan rumus berikut:=

i= R k i= (64−13)

3 i= 51

3 i= 17

dengan demikian interval kelas aksesibilitasnya adalah: a. Potensi tinggi apabila mempunyai skor =-49 - 66 b. Potensi sedang apabila mempunyai skor = 21 - 48 c. potensi rendah apabila mempunyai skor = 13 - 30

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Teknik observasi ini digunakan untuk mendapatkan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan atau lokasi penelitian dalam rangka untuk mendapatkan data mengenai keadaan atau kondisi lingkungan obyek wisata, seperti letak atau lokasi wisata, jarak, lokasi absolut dan ketinggian obyek wisata dari permukaan laut yang diketahui dengan menggunakan GPS (Global

i= R k


(49)

31

Positioning System), gambar atau obyek wisata yang diambil secara langsung pada saat observasi.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data secara langsung dari tempat penelitian yaitu monografi kecamatan, peta-peta serta data dokumenter lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini, yang bisa didapatkan dari dari pihak pemerintahan Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat ataupun dari dinas terkait.

3. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang membantu dan melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkapkan oleh teknik observasi (Sumaatmadja,1988:106). Dalam penelitian ini, teknik wawancara terstruktur digunakan untuk mendapatkan data primer yang dilakukan secara langsung dengan pengelolaan dan masyarakat sekitar objek wiata Pantai Way Saral.

Teknik wawancara terstruktur ini dilengkapi dengan panduan wawancara yang ditujukan kepada pengelola objek wisata, data yang diambil berupa identitas pengelola, keadaan dan potensi objek wisata program dan rencana pengembangan potensi wisata, dan keadaan fasilitas wisata serta aksesibilitas menuju objek wisata Pantai Way Saral sedangkan kepada masyarakat sekitar, data yang diambil berupa identitas masyarakat sekitar dan pendapat masyarakat sekitar mengenai aksesibilitas menuju wisata Pantai Way Saral.


(50)

32

F. Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul dapat berupa data primer dan data sekunder hasil dari observasi, dokumentasi dan wawancara terstruktur untuk menjawab rumusan masalah 1 dan 2 data yang terkumpul berupa uraian dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif yang menggambarkan, menceritakan, dan menjelaskan potensi aksesibilitas obyek wisata Pantai Way Saral secara sistematis dan mendetail sesuai dengan tujuan dari peneliti.

1. Analisis Klasifikasi

Untuk menilai potensi wisata pantai Way Saral digunakan analisis klasifikasi dalam rangka menentukan klasifikasi tingkat potensi wisata yang dimiliki analisis klasifikasi ini dimulai dengan tahapan:

a. Penilaian terhadap indikator dan variabel potensi wisata.

b. Skoring yaitu memberi skor relatif 1 sampai 4 beberapa variabel penelitian.

c. Total skor dari seluruh variabel yang diukur digunakan untuk untuk menentukan tingkat potensi wisata di dalam tiga kelas yaitu tinggi, sedang, rendah.

Klasifikasi dilakukan dengan mengunakan rumus model struge dengan interval kelasnya sebagai berikut:


(51)

33

�=a−b

u

Keterangan:

a = total skor tertinggi b = total skor terendah c = jumlah kelas

berdasarkan rumus tersebut, didapatkan interval kelas potensi wisata pantai Way Saral sebagai berikut:

�= 64−13

3 = 17

Dengan demikian interval kelas potensinya sebagai berikut:

a. Objek wisata berpotensi tinggi apabila mempunyai skor =49 - 66 b. Objek wisata berpotensi sedang apabila mempunyai skor = 21 – 48 c. Objek wisata berpotensi rendah apabila mempunyai skor = 13-20

Teknik pengumpulan data terdiri dari tiga yaitu, observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang kemudian dibuat tabel kerja. Data primer terdiri dari data: hasil observasi terhadap obyek wisata, sedangkan data sekunder yaitu berupa: Kondisi umum daerah penelitian, peta-peta, administrasi surat-menyurat, keadaan fasilitas, dan data sekunder lainnya.


(52)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Potensi wisata pantai Way Saral Kabupaten Pesisir Barat memiliki kondisi fisik berupa kondisi topografi bertingkat tetapi indah dilihat, memiliki suhu udara rata-rata 30ᶿ pada musim kemarau sehingga udaranya segar dan sejuk, sedangkan daya tarik yang memiliki keindahan lingkungan alam yang cukup menarik dengan tiga variasi pandangan, pantai yang landai dengan kondisi lingkungan pantai bersih dan pasirnya putih, seragam dan halus, dengan kondisi air yang cukup jernih dengan gelombang laut yang cukup tinggi dan besar sehingga untuk olahraga susur pantai, selancar (surfing) berjemur (sun bathing) berperahu dan jalan-jalan keliling pantai. 2. Hasil penilaian potensi objek wisata Pantai Way Saral secara keseluruhan

dengan menggunakan dua variabel ditemukan jumlah nilai/skor 37. Berdasarkan interval kelas potensi wisata yang disiapkan pada analisis klasifikasi maka objek wisata ini memiliki potensi sedang sehingga cukup layak untuk dikembangkan menjadi salah satu objek wisata unggulan yang siap dipandang.

3. aksesibilitas yang cukup lancar menuju objek wisata ini karena lokasinya dekat dengan jalur lintas barat sehinga frekuensi kendaraan yang lewat


(53)

75

banyak, jarak tempuh yang tidak begitu jauh dengan waktu tempuh yang tidak begitu lama, dengan biaya yang dikeluarkan cukup murah yang diantaranya jika dari kecamatan tidak perlu mengeluarkan biaya jika dari ibu kota dapat mengeluarkan biaya Rp.10.000, sampai Rp.20.000, mengunakan jasa ojek, jika dari ibukota provinsi dapat mengeluarkan biaya Rp.50.000, sampai Rp.110.000, mengunakan jasa bus dan jasa trevel, juga kondisi jalan yang sudah diaspal dan tidak berlubang sehingga mudah bagi wisatawan untuk menjangkau objek wisata pantai Way Saral

B. SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan saran penulis adalah sebagai berikut.

1. Perlu adanya perbaikan jalan menuju Obyek Wisata Pantai Way Saral agar

dapat memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke pantai Way Saral 2. Perlu adanya pengelola dan fasilitas-fasilitas yang tersedia agar para

wisatawan merasa nyaman berada di obyek wisata tersebut.

3. kepada pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir

Barat untuk berupaya mendorong dan membantu upaya pelestarian dan pengembangan baik secara materi dan pengelolaan objek-objek wisata yang ada di daerahnya, upaya-upaya tersebut dapat berupa promosi dan publikasi, kelancaran sarana transportasi, bantuan dana melalui APBD,dan kemudahan birokasi sehingga membantu kelancaran perkembangan kepar iwisataan didaerah ini.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus .2014.Monografi Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1990. Prospek dan Problem

Pariwisata. Makalah. Lampung.

Bintarto,1984. Metode Analisa Gografi. Jakarta:LP3ES.

Damardjati,1992.Istilah-Istilah Dunia Pariwisata.Pradnya Paramita, Jakarta. Hadinoto,Kusudianto.1996.Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Jakarata:Universitas Indonesia.

Hurip P. Dan Lilik S.2008.kajian Perariran Pulau Kelapa Untuk Budidaya Rumput Laut.http://www.ut.ac.id.diakses tanggal 4 juni 2014 pukul 15:20 WIB

I Gede Sugiyanta. 2006. Geomorfologi II (Bahan Ajar).Unila.Bandar Lampung James, J. Spillance. 1997. Ekonomi Pariwisata Transpormasi Budaya. Indonesia

Jakarta: PT.Gramedia.

Karyono,1997.Kepariwisataan.Jakarta:PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Marpaung, Happy.2002.Pegetahuan Kepariwisataan,Bandung:Alfabeta

Muhamamad Ali.1985, Penelitian Kependudukan Dasar dan Stategi. Aksara

Bandung.

Nursid,1998.Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruagan, Bandung Nyoman S. Pendit.2006.Ilmu Pariwisata.Bandung: Alfabeta

Oka A. Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Ramaini .1992. Geografi Pariwisata. Jakarta: Gramedia


(55)

77

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung:Alfabeta

Sumadi.2003.Bahan Ajar Filsafat Geografi.Bandar Lampung:Universitas Lampung

Supriharyono.2002.Pelestarian dan Pegelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis ,Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama .

.

Suwantoro, Gamal. 1997,Dasar-Dasar Pariwisata.Yogyakarta: ANDI

Yusuf, Shamsul.2004.Inventarisasi dan Penilaian Potensi Objek Wisata Taman Anggrek Kebun Raya Bogor di Kota Bogor Propinsi Jawa Barat Tahun 2004.Skripsi.FKIP.Bandar Lampung


(1)

F. Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul dapat berupa data primer dan data sekunder hasil dari observasi, dokumentasi dan wawancara terstruktur untuk menjawab rumusan masalah 1 dan 2 data yang terkumpul berupa uraian dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif yang menggambarkan, menceritakan, dan menjelaskan potensi aksesibilitas obyek wisata Pantai Way Saral secara sistematis dan mendetail sesuai dengan tujuan dari peneliti.

1. Analisis Klasifikasi

Untuk menilai potensi wisata pantai Way Saral digunakan analisis klasifikasi dalam rangka menentukan klasifikasi tingkat potensi wisata yang dimiliki analisis klasifikasi ini dimulai dengan tahapan:

a. Penilaian terhadap indikator dan variabel potensi wisata.

b. Skoring yaitu memberi skor relatif 1 sampai 4 beberapa variabel penelitian.

c. Total skor dari seluruh variabel yang diukur digunakan untuk untuk menentukan tingkat potensi wisata di dalam tiga kelas yaitu tinggi, sedang, rendah.

Klasifikasi dilakukan dengan mengunakan rumus model struge dengan interval kelasnya sebagai berikut:


(2)

33

�=a−b u Keterangan:

a = total skor tertinggi b = total skor terendah c = jumlah kelas

berdasarkan rumus tersebut, didapatkan interval kelas potensi wisata pantai Way Saral sebagai berikut:

�= 64−13

3 = 17

Dengan demikian interval kelas potensinya sebagai berikut:

a. Objek wisata berpotensi tinggi apabila mempunyai skor =49 - 66 b. Objek wisata berpotensi sedang apabila mempunyai skor = 21 – 48 c. Objek wisata berpotensi rendah apabila mempunyai skor = 13-20

Teknik pengumpulan data terdiri dari tiga yaitu, observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang kemudian dibuat tabel kerja. Data primer terdiri dari data: hasil observasi terhadap obyek wisata, sedangkan data sekunder yaitu berupa: Kondisi umum daerah penelitian, peta-peta, administrasi surat-menyurat, keadaan fasilitas, dan data sekunder lainnya.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Potensi wisata pantai Way Saral Kabupaten Pesisir Barat memiliki kondisi fisik berupa kondisi topografi bertingkat tetapi indah dilihat, memiliki suhu udara rata-rata 30ᶿ pada musim kemarau sehingga udaranya segar dan sejuk, sedangkan daya tarik yang memiliki keindahan lingkungan alam yang cukup menarik dengan tiga variasi pandangan, pantai yang landai dengan kondisi lingkungan pantai bersih dan pasirnya putih, seragam dan halus, dengan kondisi air yang cukup jernih dengan gelombang laut yang cukup tinggi dan besar sehingga untuk olahraga susur pantai, selancar (surfing) berjemur (sun bathing) berperahu dan jalan-jalan keliling pantai. 2. Hasil penilaian potensi objek wisata Pantai Way Saral secara keseluruhan

dengan menggunakan dua variabel ditemukan jumlah nilai/skor 37. Berdasarkan interval kelas potensi wisata yang disiapkan pada analisis klasifikasi maka objek wisata ini memiliki potensi sedang sehingga cukup layak untuk dikembangkan menjadi salah satu objek wisata unggulan yang siap dipandang.

3. aksesibilitas yang cukup lancar menuju objek wisata ini karena lokasinya dekat dengan jalur lintas barat sehinga frekuensi kendaraan yang lewat


(4)

75

banyak, jarak tempuh yang tidak begitu jauh dengan waktu tempuh yang tidak begitu lama, dengan biaya yang dikeluarkan cukup murah yang diantaranya jika dari kecamatan tidak perlu mengeluarkan biaya jika dari ibu kota dapat mengeluarkan biaya Rp.10.000, sampai Rp.20.000, mengunakan jasa ojek, jika dari ibukota provinsi dapat mengeluarkan biaya Rp.50.000, sampai Rp.110.000, mengunakan jasa bus dan jasa trevel, juga kondisi jalan yang sudah diaspal dan tidak berlubang sehingga mudah bagi wisatawan untuk menjangkau objek wisata pantai Way Saral B. SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan saran penulis adalah sebagai berikut.

1. Perlu adanya perbaikan jalan menuju Obyek Wisata Pantai Way Saral agar dapat memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke pantai Way Saral 2. Perlu adanya pengelola dan fasilitas-fasilitas yang tersedia agar para

wisatawan merasa nyaman berada di obyek wisata tersebut.

3. kepada pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat untuk berupaya mendorong dan membantu upaya pelestarian dan pengembangan baik secara materi dan pengelolaan objek-objek wisata yang ada di daerahnya, upaya-upaya tersebut dapat berupa promosi dan publikasi, kelancaran sarana transportasi, bantuan dana melalui APBD,dan kemudahan birokasi sehingga membantu kelancaran perkembangan kepar iwisataan didaerah ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus .2014.Monografi Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1990. Prospek dan Problem

Pariwisata. Makalah. Lampung.

Bintarto,1984. Metode Analisa Gografi. Jakarta:LP3ES.

Damardjati,1992.Istilah-Istilah Dunia Pariwisata.Pradnya Paramita, Jakarta. Hadinoto,Kusudianto.1996.Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Jakarata:Universitas Indonesia.

Hurip P. Dan Lilik S.2008.kajian Perariran Pulau Kelapa Untuk Budidaya Rumput Laut.http://www.ut.ac.id.diakses tanggal 4 juni 2014 pukul 15:20 WIB

I Gede Sugiyanta. 2006. Geomorfologi II (Bahan Ajar).Unila.Bandar Lampung James, J. Spillance. 1997. Ekonomi Pariwisata Transpormasi Budaya. Indonesia

Jakarta: PT.Gramedia.

Karyono,1997.Kepariwisataan.Jakarta:PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Marpaung, Happy.2002.Pegetahuan Kepariwisataan,Bandung:Alfabeta

Muhamamad Ali.1985, Penelitian Kependudukan Dasar dan Stategi. Aksara Bandung.

Nursid,1998.Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruagan, Bandung Nyoman S. Pendit.2006.Ilmu Pariwisata.Bandung: Alfabeta

Oka A. Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Ramaini .1992. Geografi Pariwisata. Jakarta: Gramedia


(6)

77

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung:Alfabeta

Sumadi.2003.Bahan Ajar Filsafat Geografi.Bandar Lampung:Universitas Lampung

Supriharyono.2002.Pelestarian dan Pegelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis ,Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama .

.

Suwantoro, Gamal. 1997,Dasar-Dasar Pariwisata.Yogyakarta: ANDI

Yusuf, Shamsul.2004.Inventarisasi dan Penilaian Potensi Objek Wisata Taman Anggrek Kebun Raya Bogor di Kota Bogor Propinsi Jawa Barat Tahun 2004.Skripsi.FKIP.Bandar Lampung