RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT OTOMATIS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN CABAIRANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT OTOMATIS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN CABAI

(1)

ABSTRACT

DESIGN OF EBB AND FLOW AUTOMATIC HYDROPONIC SYSTEM FOR CHILLI CULTIVATION

By BUTI DELYA

Ebb and flow hydroponic system generally used a timer to control nutrient addition. The use of the timer, however has major disadvantage including inefficiency of nutrient usage. This research aimed at designing of ebb and flow automatic hydroponic system which able to turn on/off the pump based on the moisture content using microcontroller.

The research was conducted at Greenhouse Facility of the Integrated Field Lab of Agriculture School, the University of Lampung from April - June 2014. The procedure begins with the manufacture of instrument, calibration, system design tool, the power supply circuit, equipment test and field test.

The results showed that has been successfully realized automatic ebb and flow hydroponic system working based on the moisture content. The value of setting point obtained for controling water content for turning on the pump was ≤ 34.95% and turning off the pump was ≥ 69.83%. Cultivation test using chilli pepper resulted that automatic ebb and flow hydroponic system was significally better than manually system one, in terms of plant height and number of leaves.


(2)

ABSTRAK

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT OTOMATIS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN CABAI

Oleh BUTI DELYA

Sistem hidroponik pasang surut pada umumnya menggunakan pengatur waktu (timer) untuk proses pemberian larutan nutrisi. Penggunaan timer memiliki beberapa kekurangan salah satunya adalah pemberian larutan nutrisi yang tidak efisien/boros. Penelitian ini bertujuan merancang sistem hidroponik pasang surut otomatis untuk menghidupkan dan mematikan pompa pemberian nutrisi berdasarkan kadar air media tanam dengan mikrokontroler.

Penelitian dilakukan di Greenhouse Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April – Juni 2014. Prosedur pembuatan alat diawali dengan kalibrasi alat, perancangan sistem alat, rangkaian catu daya, uji kinerja alat dan uji tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terealisasi rancangan sistem hidroponik pasang surut otomatis berdasarkan kadar air media tanam. Nilai kendali kadar air untuk pompa hidup pada ≤ 34,95% dan pompa mati pada ≥ 69,83%. Uji budidaya tanaman cabai pada sistem hidroponik pasang surut otomatis lebih baik daripada pada sistem manual, terlihat dari hasil tinggi tanaman dan jumlah daun.


(3)

(4)

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT OTOMATIS UNTUK BUDIDAYA

TANAMAN CABAI

(Skripsi)

Oleh BUTI DELYA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Ku persembahkan karya ini untuk


(10)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T. karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang Surut Otomatis Untuk Budidaya Tanaman Cabai” merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Teknik Pertanian di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian; 3. Bapak Ahmad Tusi, S.TP., M.Si., selaku Pembimbing Utama atas

ketersediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku Pembimbing Kedua atas ketersediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Ir. Iskandar Zulkarnain, M.Si., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu; 6. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung;


(11)

7. Teman-teman seperjuangan TETA ’10dan teman-teman Teknik Elektro. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Bandar Lampung,

Penulis Buti Delya


(12)

(13)

422.

Pe;rtgtpian Tanaman

5*t- Ifesimpulaa

5.3- Saran '":l:..";...:.;...,,..,,,i.ri.itt.r,...i-...;.;;.;;.;.".i"...""..."... 52

DAFTAR PUSTAKA

Tahct

I -

14

Garnbmr 3 I -'33':;;;:l;;.;.;..;";":.;-..;.."i;;:;::;.;;;..."...-...-...-"."..".".!;"..". 59 51

53


(14)

DAFTAR TABEL

lbbet

Teks

Halarrart

l.

Bagian-bagian Mi*rokontroler Arduino Uno

...

...- 1l

2. Spesifikasi soil *loiish.re scl*s#

'3, AlatdanBatmn

15

t7 4. Hasil pengukran sulur pada sealrer LM35 dan

temrorneter

...-.28

5. .ktalksilIklibrasiSeirsorKadarAir

***

."....30

6. Dat&lusil pensujia$ sistern

fasevegetdif

...,..16

7. Perbedam pemberian a*.@atanama*ko*tool dan sistem

etmatis

---.---.-3:l

8-

Hasilnjitaaaman

---;---

...'...38

Ianrpirut

9.

Penguiiansisempadafasevegetatif

...."56

10. Ildatanamas pad& sis*grl ttltroemit pasang

smt


(15)

DAtr'[.A& GA]I/BA&

Gsrnbar 'Teks flalannn

l. Bagian-bagian Mikrokoktroler Arduino Uno

...

... l1

2; Konfigtrrasi pin mikrokontmLfI. irrrrrrrrrrrii;j;i;.;i;;;i;.i;.i;'4i,'i;i'.iiii;rrrrr,rrr,,r,rrrrr,l? '3. Pin dan typtcal opplieation sensor suhu

LM35

...14

4. Flowehart prosdur lcerja ':;;;;;;o;i.;;:;::::;.;;:.;;..;;;;:i;...;..;.;.i;...:;;:;;:;i:::;;;:;;;;;.';.: .19

5. Closed-loop Control System

...

...20 6r Diagram penenggngan kgsglurr*r*rr sistgm *.tzii..ti7iit.e..iizttL.iti.Lii..ti-...22."rr;r.z.ztt7l

7.

Flowclnrtprogrcmkendalikadarair

...

...22

8. Raegk3iryl*atu da5la ';:;;;:;;;;;;i;.;i:;;.;;;:;;iii;;i;;.;;;ii;i;i:;;;ii;i;i;;i;;;;;;;;,';;:;i;;;;;';;.j,;;43

9. Skema hidroponik pasang surut

...

...24

l0:

Ra'ngkaien $istem kendeli hidroponik

Wng

$BrEt ,,,.,,., zit,'tiiiib-ciGtiL.,r,,r,r,,,Z6

11. Program

DipTrace

...27

12 Skema FCB sebagai antar muka sistem kendali pasangsurut .;;u..-;.,.-,-,n.n..,.21f

13. Proses pembuatan

PCB

...27

14. Termometer yang digunakan sebagai pembanding .*...28

15. Kalibrasi serisor kadar

air

...

... 30 I 6 Grafk-ka'tibr'asi sgrxor-kadarair ';.i.i.."ii...i.;....o...!;...,..r.!!!.i..,....'r!.!;!i'ri!.!;...:iirrii:.}l

17. Input nrmus hasil kalibrasi ke dalam program

Arduino

...31 18. Program ur&rk LeD yang akan diunggah ke milaokeintreiler ..."...33

19. Tarrpilan pada LCD l6vZ

...

... 33


(16)

20. Perangkat sistem kendati hidroponikpasang surut

...

.-...34

21. SisternhidreponikFsang surut otornatis

...

...34

22"

Grafikkadarair

..."..4A 23. Grafik suhu sekitar penanaman ...41

24. Grafik lama'dan waktu

pompahidup

...43

25. Keseltrruhan uji

tanarnan

...45

26. Gnfiktinggi

tanaman

...47

27. Pengukuran tinggi tanaman

kontrol

...48

28. Grafikjumlah daun

...,..

.-...-...-.49

29. Jumlahbunga pada sistem hidroponik ... O, 30. Perbedaan pertumbuhan

tanaman

...50

Lampiran 31. Grafikkadar air fase

generatif

...59

32. MikrokontrolerArduinoUno

...

...61

33. Time

scltedule

...69


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hidroponik yang juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Hidroponik dalam bentuk sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang diberikan dalam pasokan airnya, bukan melalui tanah yang juga sering disebut “Dirtless gardening / Berkebun tanpa kotoran” (Karsono, 2013).

Teknik Ebb and Flow(pasang surut) merupakan salah satu teknik hidroponik yang banyak digunakan. Sistem ini bekerja dengan memenuhi media pertumbuhan dengan larutan nutrisi dan larutan nutrisi yang tidak terserap kembali ke bak penampung. Ketika inlet terbuka dan larutan nutrisi dipompa memenuhi media pertumbuhan hingga akarpun terendam sampai ketinggian tertentu. Setelah larutan nutrisi terserap oleh media tanam selang beberapa waktu, outlet terbuka dan larutan nutrisi kembali ke bak penampung. Selanjutnya larutan nutrisi kembali memenuhi media pertumbuhan ketika waktunya tiba dan begitulah seterusnya.

Waktu pasang surut dapat diatursesuai dengan interval waktu berdasarkan frekuensi penyiraman dengan menggunakan timer. Namun, penggunaan timer ini


(18)

2

memiliki beberapa kekurangan yaitu dari segi penggunaan litrik dan pemberian larutan nutrisi yang tidak efisien/boros.

Salah satu upaya mengatur pemberian nutrisi yang sesuai dengankebutuhan tanaman adalah dengan rancang bangun sistem hidroponik pasang surutotomatis dengan menggunakan alat berbasis mikrokontroller ArduinoUno untuk mengontrol sistem penyiraman sesuai dengan kebutuhan tanaman, terutama untuk budidaya tanaman cabai. Pada saat ketika kadar air mencapai critical water contentsistem akan melakukan penyiraman otomatis dengan menghidupkan pompa dan mematikan pompa ketika kadar air mencapai field capacity.

1.2.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1) Membuat rancang bangun sistem hidroponik pasang surut otomatis untuk mengatur waktu menghidupkan dan mematikan pompa berdasarkan kadar air media tanam dengan mikrontroler arduino.

2) Uji kinerja sistem hidroponik pasang surut otomatis hasil rancangan terhadaptanaman cabai.

1.3.Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini akan ditemukan permasalahan, yaitu:

1) Dibutuhkan alat sistem hidroponik pasang surut otomatis alternatif untuk menghemat penggunaan listrik.


(19)

3

2) Dibutuhkan kontrol untuk mengefisiensikan pemberian larutan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam melakukan aktifitas penyiraman tanaman secara otomatis sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga lebih efektif dan efisien bagi pengguna sistem hidroponik pasang surut terutama untuk budidaya tanaman cabai.

1.5. Batasan Masalah

Permasalahan yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah dimana keseluruhan kerja sistem dapat digunakan pada saat listrik menyala.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Hidroponik

Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting bagi masyarakat Indonesia sebagai penunjang ketersediaan pangan bagi rakyat. Seiring dengan perkembangan teknologi, sektor pertanian juga mengalami perkembangan. Salah satu perkembangannya adalah pola cocok tanam tanpa media tanah. Hidroponik (soilless culture) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam yang umumnya juga disebut “berkebun tanpa tanah”, termasuk bercocok tanam dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan lainnya seperti kerikil, pasir kali, pecahan genting, gabus putih, dan lain-lain (Lingga, 2004). Menurut Karsono (2013), hidroponik dalam bentuk sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang diberikan dalam pasokan airnya, bukan melalui tanah yang juga sering disebut “Dirtless gardening

/ Berkebun tanpa kotoran”.

Larutan nutrisi mengandung semua unsur makro dan unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur makro yang terdiri dari unsur Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S), serta unsur mikro yang terdiri dari unsur Mangan (Mn), Cuprum (Cu), Molibdenum (Mo), Zincum (Zn) dan Ferrum (Fe)(Lingga, 2004).


(21)

5

Selanjutnya menurut (Lingga, 2004) keuntungan bertanam secara hidroponik yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu, keuntungan lainnya yaitu:

a. Perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol. b. Pemakaian pupuk lebih efisien.

c. Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman baru. d. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan keadaan yang bersih. e. Tidak membutuhkan banyak tenaga.

f. Hasil produksi lebih kontinu dan lebih tinggi dibanding penanaman di tanah. g. Harga jual produk hidroponik lebih tinggi.

h. Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan atau ketergantungan pada kondisi alam.

i. Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas. Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow) merupakan salah satu teknik sistem hidroponik, dimana sistem yang dapat digunakan dengan berbagai macam media tanam. Sistem ini bekerja secara berkala menggenangi/memenuhi media tanam dengan larutan nutrisi danlarutan nutrisi yang tidak terserap akan kembali ke reservoir. Hal ini dilakukan dengan pompa dalam air yang terhubung dengan timer. Ketika timer menggerakkan pompa, larutan nutrisi dipompakan ke media tanam dan ketika timer menghentikan pompa, larutan akan mengalir kembali ke reservoir. Timer telah ditentukan untuk bekerja beberapa kali dalam sehari (Karsono, 2013).

Pemberian lautan nutrisi dalam budidaya hidroponik dilakukan dengan sistem sirkulasi dengan prinsip menyalurkan kembali larutan nutisi ke dalam bak


(22)

6

penampungan, kemudian dialirkan kembali ke media pertanaman berulang-ulang yang telah diatur secara terkendali.Sistem pasang surut tergolong mudah dikelola pada skala kecil. Beberapa peralatan seperti pompa, pengatur waktu yang telah diatur aktif pada interval yang ditetapkan dan tempat larutan nutrisi (bak penampungan) yang digunakan untuk sistem ini. Beberapa kelebihan sistem hidroponik pasang surut antara lain: tanaman mendapat suplai air, oksigen dan nutrisi secara terus menerus, pertukaran oksigen lebih baik karena terbawa air pasang surut, serta mempermudah dalam perawatan tanaman(Purbarani, 2011). Selanjutnya menurut Purbarani (2011) kekurangan dari sistem ini yaitu pH akan naik-turun dan apabila dibiarkan akan menyebabkan terganggunya penyerapan hara oleh tanaman. Sehingga perlu dilakukan pengontrolan pH secara rutin agar tanaman dapat berkembang dengan baik. Jenis media tanam yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan akar mengering dengan cepat ketika siklus air terganggu. Media tanam yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan media tanam yang dapat mempertahankan banyak air seperti rockwool, sabut kelapa, arang sekam, akar pakis dan vermiculite. Hal ini dikarenakan media tanam tersebut memiliki kemampuan menyimpan air dan nutrisi yang tinggi, aerasi optimal, kemampuan menyangga pH tinggi, lebih ringan dan sangat cocok untuk perkembangan perakaran.

2.2. Tanaman Cabai

Tanaman cabai (Capsicum annum L.) adalah tumbuhan perdu yang berkayu dengan buah berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Di


(23)

7

Indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga ketinggian 1400 m di atas permukaan laut (Sumarni dan Muharam, 2005)

Tanaman ini peka terhadap dingin dan memerlukan panas yang cukup serta periode tumbuh yang panjang untuk mencapai produktif. Tanaman cabai memiliki sistem perakaran yang cukup luas dengan akar tunggang yang dapat menembus tanah hingga kedalaman lebih dari 1 m.Umumnya cabai tahan akan kekeringan, namun kekeringan yang berkepanjangan menyebabkan pertumbuhan tidak maksimum dan ukuran buah tidak optimal. Sedangkan tanaman yang tergenang cenderung mengalami kerontokan daun dan terserang penyakit akar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Untuk pertumbuhan optimal, tanaman cabai memerlukan intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya 10-12 jam untuk proses fotosintesis, pembentukan buahdan bunga. Kelembaban relatif yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah sekitar 80%, sedangkan suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih cabai adalah 25 - 30°C dan untuk pertumbuhannya adalah 24 - 28°C. Jika suhu lingkungan terlalu rendah atau sebaliknya maka dapat menyebabkan pertumbuhan serta perkembangan bunga dan buah menjadi kurang sempurna (Alek, 2013).

Budidaya tanaman cabai dengan menggunakan sistem hidroponik tergolong sederhana. Persemaian dan pembibitan dilakukan dengan menggunakan wadah berisikan kerikil dan disiram dengan air hingga lembab. Setiap wadah diisi


(24)

8

dengan 1– 2 benih cabai. Dilakukan penyiraman rutin untuk menjaga kelembaban. Apabila benih telah berkecambah dan telah mempunyai beberapa helai daun, bibit dapat dipindahkan ke media tanam hidroponik (Prihmantoro dan Indriani,1999).

2.3. Sistem Kontrol

Secara sederhana, sistem kontrol adalah suatu proses pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran/variabel sehingga mencapai suatu range tertentu. Persyaratan umum untuk sistem kontrol adalah harus stabil baik mutlak ataupun relatif serta ketelitian yang baik. Tujuan utama dari sistem pengontrolan yaitu untuk mendapatkan hasil yang optimal dimana hal ini dapat diperoleh berdasarkan fungsi daripada sistem kontrol itu sendiri. Besaran yang tampak pada persoalan optimasi sistem kontrol adalah variabel keadaan, variabel kontrol dan parameter sistem. Umumnya sistem kontrol dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) Manual dan Otomatis

b) Jaringan tertutup (close-loop) dan jaringan terbuka (open-loop) c) Kontinu (analog) dan diskontinu (digital)

d) Servo dan regulator

e) Menurut sumber penggerak (Pakpahan, 1994).

Sistem pengaturan otomatis merupakan suatu sistem kontrol umpan balik dengan masukan atau keluaran yang dikehendaki dapat berupa nilai yang konstan atau berubah secara perlahan. Salah satu contoh sistem pengaturan otomatis diantaranya adalah pengaturan otomatis sistem hidroponik pasang surut. Sistem


(25)

9

hidroponik pasang surut umumnya menggunakan timer, media pertumbuhan digenangi oleh larutan nutrisi dan disurutkan kembali selama selang waktu yang telah ditentukan misalnya 1 – 15 menit agar pompa bekerja sesuai dengan waktu tersebut(Bolton, 2004).

Menurut Bolton (2004) pengontrolan dengan sistem digital salah satunya dengan metode kontrol on-off . Pengontrol merupakan sebuah saklar yang diaktifkan oleh sinyal error dan hanya member sinyal pengoreksi on-off dimana menghasilkan keluaran dua nilai yang mungkin, yang sesuai dengan konsisi on dan off. Oleh karena itu, pengontrol on-offsering dikenal dengan istilah “pengontrol dua

langkah”. Salah satu bentuk pengontrol on-off yang banyak digunakan adalah relai. Arus kecil pada tegangan rendah yang dikenakan pada sebuah selenoide menghasilkan medan magnet, yaitu elektromagnet. Apabila arus cukup tinggi, elektromagnet akan menarik jangkar kearah kutub sehingga mengoperasikan relai (on). Arus yang lebih besar lagi selanjutnya dapat dialirkan. Ketika arus yang mengalir melewati selenoide turun, maka kontak-kontak yang terpasang akan menekan jangkar kembali ke posisi off.

Selanjutnya menurut Bolton (2004) istilah sensor digunakan untuk mendeskripsikan suatu elemen yang mana mengambil keluaran sensor yang kemudian dikonversikan menjadi bentuk yang cocok untuk penampil data. Penampil data merupakan suatu elemen di mana data yang ditampilkan, direkam, atau ditransmisikan ke suatu sistem kontrol.Pemilihan sensor untuk susatu aplikasi tertentu diperlukan beberapa pertimbangan, antara lain:


(26)

10

1) Sifat pengukuran yang dilakukan, yaitu masukan sensor. Ini berarti pertimbangan terhadap variabel yang akan diukur, nilai nominalnya, rentangan nilai, akurasi yang dibutuhkan, serta kondisi lingkungan di mana pengukuran akan dilaksanakan.

2) Sifat keluaran yang diinginkan dari sensor. Hal ini akan menentukan pemrosesan sinyal yang dibutuhkan. Pemilihan sensor tidak dapat dilakukan terpisah dari pertimbangan bentuk keluaran yang diinginkan sistem setelah pemrosesan sinyal, sehingga harus ada kecocokan antara sensor dengan pemrosesan sinyal.

2.4. Mikrokontroler Arduino Uno

Mikrokontroler Arduino Uno merupakan piranti yang dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu rangkaian elektronik, mulai dari yang sederhana hingga kompleks. Arduino Uno ATmega328 adalah sebuah keping atau papan elektronik yang secara fungsional bekerja seperti sebuah komputer (Kadir, 2013). Arduino Uno memiliki sejumlah pin dimana pin 0 hingga 13 digunakan untuk isyarat digital, yang hanya bernilai 0 atau 1. Pin A0-A5 digunakan sebagai isyarat analog. Bagian-bagian dari Arduino Uno seperti yang terlihat pada Gambar 1 serta keterangannya pada Tabel 1 (Artanto, 2012).


(27)

11

Gambar1. Bagian-bagian Mikrokoktroler Arduino Uno Tabel 1. Bagian-bagian Mikrokontroler Arduino Uno

No. Bagian-bagian Mikrokontroler Arduino Uno 1 IC Konverter Serial – USB (FTDI)

2 LED untuk test output pin D13 3 Pin input output digital (D0 – D13) 4 LED indicator catu daya

5 Tombol reset

6 Mikrokontroler ATmega 328 7 Pin input analog (A0 – A5) 8 Pin catu daya (5V , GND) 9 Terminal catu daya (6 – 9V) 10 Port USB

1 2 3

4

5 6

7 8

9 10


(28)

12

2.4.1. Konfigurasi Pin Mikrokontroler

Konfigurasi pin mikrokontroler seperti yang terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan gambar tersebut maka dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin mikrokontroler sebagai berikut:

1. VCC merupakan pin yang berfungsi untuk masukan catu daya. 2. GND merupakan pin ground.

3. Port A (PA0 – PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC. 4. Port B (PB0 – PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu

timer/counter, komparator analog dan SPI.

5. Port C (PC0 – PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin khusus yaitu TWI, komparator analog, dan timer oscilator.

6. Port D (PD0 – PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu komparator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrikontroler. 8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan detak eksternal.

9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.


(29)

13

Gambar2. Konfigurasi pin mikrokontroler

2.5. Sensor Suhu LM35

Sensor suhu LM35 merupakan sensor temperatur yang hasilnya cukup linear. LM35 tidak memerlukan kalibrasi eksternal. Sensor ini memiliki karakteristik yang linear yaitu pada +10.0 mV/°C. LM35 dapat mendeteksi suhu pada rentang -55°C hingga 150°C serta dapat dioperasikan pada tegangan 4 hingga 20 volt. Terdapat 3 pin di dalam sensor LM35 Pin Vs+ dari LM35 dihubungkan ke catu daya yang berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari sensor, tegangan referensi yang digunakan menurut Nasrullah (2011) adalah sebesar 5 volt. Pin GND dihubungkan ke ground dan pin Vout- yang merupakan tegangan keluaran


(30)

14

dengan jangkauan kerja dari 0 volt sampai dengan 1,5 volt, pin serta typical aplication dari sensor LM35 seperti yang terlihat pada Gambar 3 (Kadir, 2013).

Gambar3. Pin dan typical application sensor suhu LM35

2.6. Sensor Kadar Air Tanah

Soil Moisture Sensoratau sensor kadar air tanah merupakan sensor untuk mendeteksi kadar air tanah. Sensor ini sederhana, tapi sangat ideal untuk memantau kelembaban atau tingkat air pada tanaman. Sensor terdiri dari dua probe untuk melewatkan arus, kemudian dibaca resistensinya sehingga didapat tingkat kelembaban. Semakin banyak air membuat media tanam lebih mudah menghantarkan listrik (resistensi kecil), sedangkan media tanam yang kering sangat sulit menghantar listrik (resistensi besar). Sensor ini memiliki spesifikasi seperti pada Tabel 2 (Gerai Cerdas, 2014).


(31)

15

Tabel 2. Spesifikasi soil moisture sensor

No. Spesifikasi Keterangan

1 Power supply 3,3 V – 5 V

2 Output voltage signal 0 - 4,2 V

3 Current 35 mA

4 Analog output Blue wire (signal/data)

5 GND Black wire (ground)

6 Power Red wire (VCC 5 V)


(32)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Greenhouse Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April 2014 sampai dengan Juni 2014.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bibit cabai, pot plastik, larutan nutrisi, arang sekam, termometer serta berbagai instrument, komponen, perangkat kerja serta bahan-bahan seperti yang tertera pada Tabel 3.

3.3. Prosedur Pembuatan

3.3.1. Kalibrasi Alat

Kalibrasi alat dilakukan pada sensor kadar air (moisture sensor). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan fungsi linear yang kemudian dimasukkan ke dalam program Arduino. Pengkalibrasian dilakukan dengan mengambil enam sampel arang sekam dengan pengkondisian yang berbeda-beda. Pengkondisian dilakukan sebagai berikut:


(33)

17

Kondisi 1: Sampel kering yang diletakkan di dalam ruangan selama dua hari. Kondisi 2: Sampel kering yang diletakkan di luar ruangan terkena sinar matahari. Kondisi 3: Sampel kering yang diletakkan di dalam ruangan.

Kondisi 4: Sampel jenuh yang diletakkan di dalam ruangan. Kondisi 5: Sampel dalam keadaan kadar air kering udara. Kondisi 6: Sampel dalam keadaan field capacity.

Tabel 1. Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan Kegunaan

1 Sistem Hidroponik Pasang Surut

Sebagai uji utama keseluruhan sistem

2 Mikrokontroler Arduino Uno Pengendali utama sistem

3 Moisture Sensor Sebagai sensor kadar air

4 LM 35 Sebagai sensor suhu

5 LCD 16 x 2 Sebagai display

6 Real Time Clock Sebagai penyimpan data tanggal

dan waktu

7 Bread Board Sebagai uji rangkaian

8 PCB Sebagai media rangkaian

9 Relay Sebagai pengontrol on / off

10 Transistor Sebagai penguat arus dan

switching

11 Terminal Blok Sebagai terminal kabel

12 Solder dan timah Alat bantu memasang komponen

13 Kapasitor Sebagai komponen catu daya

14 Dioda Sebagai komponen catu daya

15 Trafo Sebagai komponen catu daya


(34)

18

3.3.2. Perancangan Sistem Alat

3.3.2.1. Prosedur Kerja

Prosedur kerja perancangan sistem alat dimulai dengan konsep perancangan, perancangan sistem, pemilihan komponen. Jika komponen tersedia dilanjutkan dengan perancangan instrumen, uji coba rangkaian. Menurut Utama (2006), pembuatan hardware dilakukan sebelum membuat program dikarenakan dapat mempermudah penulis dalam melakukan pengecekan apabila terdapat kesalahan dalam melakukan pemrograman. Jika rangkaian bekerja lanjut membuat program, penggabungan software dan hardware. Jika penggabungan bekerja maka lanjut realisasi dan pengujian fungsional instrumen. Keseluruhan instrumen bekerja maka perancangan sistem alat selesai. Gambar 4 merupakan flowchart prosedur kerja.

Mulai

Konsep Perancangan

Perancangan Sistem

Pemilihan Komponen

Komponen tersedia?

Tidak

Ya


(35)

19

Gambar 1. Flowchart prosedur kerja

Perancangan Instrumen

Uji Coba Rangkaian

Bekerja

Ya

ACTid Membuat Program

Penggabungan Software dan Hardware

Bekerja

Ya

Tidak Realisasi

Pengujian Fungsional Instrumen

Semua Instrumen

Bekerja?

Selesai Ya

A


(36)

20

3.3.2.2. Diagram Blok

Diagram blok berupa Closed-loop control system pada Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa mikrokontroler dapat mengendalikan pompa berupa on/off pada sistem hidroponik pasang surut. Moisture sensor difungsikan sebagai alat untuk membaca kelembaban media tanam (arang sekam) sehingga dapat diproses oleh mikrokontroler Arduino Uno. Kemudian sensor suhu difungsikan sebagai pembacaan suhu lingkungan yang dapat memberikan informasi pengukuran suhu. Pembacaan kedua sensor ini akan ditampilkan ke LCD.

Perancangan sistem seperti yang terlihat pada Gambar 6 diagram perancangan keseluruhan sistem. Data yang didapat dari sensor suhu dan moisture sensor serta

real time clock (RTC) yang terbaca akan dikirimkan menuju mikrokontroler arduino uno. Power supply digunakan untuk memberikan daya pada rangkaian. Mikrokontroler Arduino Uno akan mengendalikan on/off pompa secara otomatis berdasarkan pembacaan moisture sensor dan kemudian mengumpulkan data agar tersimpan dalam SD card serta ditampilkan di LCD.

Sensor Suhu Sistem Hidroponik Pasang Surut mpa Mikrokontroler Arduino Uno Moisture Sensor

Gambar 2. Closed-loop Control System


(37)

21

3

3.3.2.3. Perancangan Sistem Perangkat Lunak

Software yang digunakan sebagai pemrograman mikrokontroler adalah Arduino (Ver 1.0.5). Pemrograman pada mikrokontroler dilakukan untuk mengubah nilai yang terbaca oleh sensor dalam bentuk besaran analog menjadi besaran digital yang dapat diolah oleh mikrokontroler serta pengendalian keseluruhan sistem. Gambar 7 merupakan flowchart pemrograman kendali kadar air dimana sensor kadar air (moisture sensor) dan sensor suhu sebagai data masukan, namun dalam sistem ini suhu tidak digunakan untuk pengendalian. Setelah data didapat mikrokontroler akan membaca besaran kadar air dan suhu yang dikonversikan dari data analog menjadi data digital oleh ADC mikrokontroler. Mikrokontroler akan memberikan perintah program:

a. Jika kadar air ≤ critical water content (Өc) maka pompa akan on (hidup), kadar air naik hingga mencapai field capacity.

b. Jika kadar air ≥ field capacity (FC) maka pompa akan off (mati), kadar air turun hingga mencapai critical water content.

Gambar 3. Diagram perancangan keseluruhan sistem

Moisture Sensor Mikrokontroler

Arduino Uno Pompa

LCD Sensor Suhu

Real Time Clock

(RTC)

Power Supply


(38)

22

c. Jika critical water content (Өc) < kadar air <field capacity (FC), pada kondisi kadar air naik maka pompa akan hidup dan sebaliknya pada kondisi kadar air turun pompa akan mati.

Baca KA

Tidak

Ya Ya

Hidupkan pompa hingga KA ≥ FC

Matikan pompa hingga KA ≤ Өc

Mulai

Sensor Kadar Air

Umur tanaman ≥ 66 hari

Selesai

Ya

Matikan pompa hingga KA ≤ Өc

Ya

Өc < KA < FC

KA ≥ FC KA ≤ Өc


(39)

23

3.3.3. Rangkaian Catu Daya

Rangkaian catu daya atau power supply merupakan rangkaian yang berfungsi memberikan catu daya pada rangkaian pengendali yang dibuat. Catu daya yang dihasilkan dari rangkaian ini digunakan sebagai supply daya ke arduino dimana tegangan telah diturunkan sesuai dengan daya yang dibutuhkan oleh arduino. Gambar 8 merupakan rangkaian catu daya, dimana tegangan yang masuk sebesar 220 VAC akan diturunkan menjadi 12 VAC, kemudian arus AC disearahkan dengan rangkaian diode bridge menjadi arus DC. Kemudian diturunkan menjadi 5 VDC yang didapat dari regulasi trafo oleh IC penstabil 7805 (LM7805).

Gambar 5. Rangkaian catu daya

3.3.4. Uji Kinerja Alat

Uji kinerja alat dilakukan, dimana mikrokontroler akan mengendalikan seluruh kinerja sistem secara otomatis. Sensor kadar air (moisture sensor) ditanamkan ke media tanam (arang sekam) sistem hidroponik pasang surut sedangkan sensor suhu akan diletakkan di dalam ruang penanaman yang kemudian keduanya dihubungkan ke mikrokotroler.

C = 1000µF + - GNDPo 5 VDC 22 0 V D4 D1

D2 D3

in out GND

12 V


(40)

24

Hasil rancangan yang telah disusun seperti Gambar 9, sistem akan membaca besaran fisis berupa suhu dan kadar air melalui sensor suhu dan sensor kadar air (moisture sensor). Data yang diperoleh akan masuk dan tersimpan ke SD card

dan ditampilkan di LCD, serta data dapat diambil oleh PC.

Gambar 6. Skema hidroponik pasang surut

3.3.5. Uji Tanaman

Uji tanaman dilakukan dengan menguji pertumbuhan tanaman cabai yaitu dengan melakukan pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun. Tanaman cabai menggunakan sistem hidroponik pasang surut dan dengan metode gravimetri sebagai kontrol.

Sensor Suhu

Moisture Sensor

Mikrokontroler Arduino Uno

LCD

PC


(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaramya:

1. Telah terealisasikan rancangan sistem hidroponik pasang surut otomatis untuk berdasarkan kadar air media tanam.

2. Rancangan kendali kadar air sistem Ebb and Flow memiliki set point untuk penyalaan pompa pada nilai kadar air ≤ 34,95% dan mematikan pompa pada ≥ 69,83% pada budidaya tanaman cabai serta memiliki nilai error pembacaan suhu sebesar 1 °C dan kadar air 20,85%.

3. Hasil uji tanaman menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik pada sistem hidroponik pasang surut daripada tanaman kontrol, terlihat pada perbedaan tinggi tanaman dan jumlah daun yang signifikan.

4. Konsumsi listrik pada sistem hidroponik pasang surut otomatis hasil rancangan lebih hemat 15,57% daripada sistem pasang surut umumnya dengan selisih konsumsi listrik selama fase vegetatif sebesar 349,5 Wh.


(42)

52

5.2. Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan solar cell atau baterai sebagai catu daya atau sumber energi listrik pada sistem otomatisasi.

2. Sistem ini dapat digunakan untuk aplikasi lain yang memerlukan pengendalian on/off pompa menggunakan nilai kadar air.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Alek. 2013. Kreatif Bertanam Cabai Dalam Pot. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 148 hlm.

Artanto, D. 2012. Interaksi Arduino dan LabVIEW. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 327 hlm.

Bolton, W. 2004. Instrumentation and Control Systems. The Boulevard, Langford Lane Kidlington. England.

Buyung, I. dan M.H. Silalahi. 2012. Automatic Watering Plant Berbasis Mikrokontroler AT89C51. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi Periode III. Yogyakarta.

Gandi, W. 2013. Pengujian Pupuk Organonitrofos Terhadap Respon Tanaman Tomat Rampai (Lycopersicon pimpinellifolium) Dalam Pot (Pot

Experiment).Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 2, No. 1 : 17 – 26. Gerai Cerdas. 2014. Spesifikasi Sensor Kadar Air V2.

http://www.geraicerdas.com/moisture-sensor-v2. Diakses pada 5 Mei 2014. Kadir, A. 2013. Panduan Praktis Mempelajari Aplikasi Mikrokontroler & Pemrogramannya Menggunakan Arduino. CV Andi Offset. Yogyakarta. 282 hlm.

Karsono, S. 2013. Exploring Classroom Hydroponics. Parung Farm. Bogor. 36 hlm.

Lingga, P. 2004. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hlm.

Mechram, S. 2006. Aplikasi Teknik Irigasi Tetes dan Komposisi Media Tanam pada Selada (Lactuca Sativa). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 7, No. 1 : 27 – 36.

Nasrullah, E. 2011. Rancang Bangun Penyiraman Tanaman Secara Otomatis Menggunakan Sensor Suhu LM35 Berbasis Mikrokontroler ATMega 8535.Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. Vol. 5, No. 3 : 182 – 192.


(44)

54

Pakpahan, S. 1994. Kontrol Otomatik, Teori dan Penerapan. Erlangga. Jakarta. Prihmantoro, H., dan Y.H. Indriani . 1999. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk

Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 hlm.

Purbarani, D.A. 2011. Kajian Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi pada Budidaya Baby Kailan dengan Hidroponik Ebb and Flow. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Rubatzky, E., dan M. Yamaguchi. 1997. World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Value. A Division of International Thomson Publishing Inc. 320 pp.

Stevanus dan D. Setiadikarunia. 2013. Alat Pengukur Kelembaban Tanah Berbasis Mikrokontroler PIC 16F84. Jurnal Teknik Elektro. Vol. 3, No. 1 : 36 - 46

Sumarni, N., dan A. Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 34 hlm.

Utami, L. 2010. Rancang Bangun Sistem Penyiraman Tanaman Secara Otomatis Menggunakan Sensor Suhu LM35 Berbasis Mikrokontroler ATMega8535. Skripsi. Universitas Lampung.

Utama, H.S. 2006. Perancangan dan Implementasi Sistem Otomatisasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. Jurnal Teknik Elektro. TESLA. Vol. 8, No. 1 : 1 – 4.


(1)

3.3.3. Rangkaian Catu Daya

Rangkaian catu daya atau power supply merupakan rangkaian yang berfungsi memberikan catu daya pada rangkaian pengendali yang dibuat. Catu daya yang dihasilkan dari rangkaian ini digunakan sebagai supply daya ke arduino dimana tegangan telah diturunkan sesuai dengan daya yang dibutuhkan oleh arduino. Gambar 8 merupakan rangkaian catu daya, dimana tegangan yang masuk sebesar 220 VAC akan diturunkan menjadi 12 VAC, kemudian arus AC disearahkan dengan rangkaian diode bridge menjadi arus DC. Kemudian diturunkan menjadi 5 VDC yang didapat dari regulasi trafo oleh IC penstabil 7805 (LM7805).

Gambar 5. Rangkaian catu daya

3.3.4. Uji Kinerja Alat

Uji kinerja alat dilakukan, dimana mikrokontroler akan mengendalikan seluruh kinerja sistem secara otomatis. Sensor kadar air (moisture sensor) ditanamkan ke media tanam (arang sekam) sistem hidroponik pasang surut sedangkan sensor suhu akan diletakkan di dalam ruang penanaman yang kemudian keduanya dihubungkan ke mikrokotroler.

C = 1000µF + - GNDPo 5 VDC 22 0 V D4 D1

D2 D3

in out GND 12

V


(2)

24

Hasil rancangan yang telah disusun seperti Gambar 9, sistem akan membaca besaran fisis berupa suhu dan kadar air melalui sensor suhu dan sensor kadar air (moisture sensor). Data yang diperoleh akan masuk dan tersimpan ke SD card dan ditampilkan di LCD, serta data dapat diambil oleh PC.

Gambar 6. Skema hidroponik pasang surut

3.3.5. Uji Tanaman

Uji tanaman dilakukan dengan menguji pertumbuhan tanaman cabai yaitu dengan melakukan pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun. Tanaman cabai menggunakan sistem hidroponik pasang surut dan dengan metode gravimetri sebagai kontrol.

Sensor Suhu

Moisture Sensor

Mikrokontroler Arduino Uno

LCD

PC Sumber : medicalmarijuanablog.com


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaramya:

1. Telah terealisasikan rancangan sistem hidroponik pasang surut otomatis untuk berdasarkan kadar air media tanam.

2. Rancangan kendali kadar air sistem Ebb and Flow memiliki set point untuk

penyalaan pompa pada nilai kadar air ≤ 34,95% dan mematikan pompa pada

≥ 69,83% pada budidaya tanaman cabai serta memiliki nilai error pembacaan suhu sebesar 1 °C dan kadar air 20,85%.

3. Hasil uji tanaman menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik pada sistem hidroponik pasang surut daripada tanaman kontrol, terlihat pada perbedaan tinggi tanaman dan jumlah daun yang signifikan.

4. Konsumsi listrik pada sistem hidroponik pasang surut otomatis hasil rancangan lebih hemat 15,57% daripada sistem pasang surut umumnya dengan selisih konsumsi listrik selama fase vegetatif sebesar 349,5 Wh.


(4)

52

5.2. Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan solar cell atau baterai sebagai catu daya atau sumber energi listrik pada sistem otomatisasi.

2. Sistem ini dapat digunakan untuk aplikasi lain yang memerlukan pengendalian on/off pompa menggunakan nilai kadar air.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alek. 2013. Kreatif Bertanam Cabai Dalam Pot. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 148 hlm.

Artanto, D. 2012. Interaksi Arduino dan LabVIEW. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 327 hlm.

Bolton, W. 2004. Instrumentation and Control Systems. The Boulevard, Langford Lane Kidlington. England.

Buyung, I. dan M.H. Silalahi. 2012. Automatic Watering Plant Berbasis Mikrokontroler AT89C51. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi Periode III. Yogyakarta.

Gandi, W. 2013. Pengujian Pupuk Organonitrofos Terhadap Respon Tanaman Tomat Rampai (Lycopersicon pimpinellifolium) Dalam Pot (Pot

Experiment).Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 2, No. 1 : 17 – 26. Gerai Cerdas. 2014. Spesifikasi Sensor Kadar Air V2.

http://www.geraicerdas.com/moisture-sensor-v2. Diakses pada 5 Mei 2014. Kadir, A. 2013. Panduan Praktis Mempelajari Aplikasi Mikrokontroler & Pemrogramannya Menggunakan Arduino. CV Andi Offset. Yogyakarta. 282 hlm.

Karsono, S. 2013. Exploring Classroom Hydroponics. Parung Farm. Bogor. 36 hlm.

Lingga, P. 2004. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hlm.

Mechram, S. 2006. Aplikasi Teknik Irigasi Tetes dan Komposisi Media Tanam pada Selada (Lactuca Sativa). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 7, No. 1 : 27 – 36.

Nasrullah, E. 2011. Rancang Bangun Penyiraman Tanaman Secara Otomatis Menggunakan Sensor Suhu LM35 Berbasis Mikrokontroler ATMega 8535.Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. Vol. 5, No. 3 : 182 – 192.


(6)

54

Pakpahan, S. 1994. Kontrol Otomatik, Teori dan Penerapan. Erlangga. Jakarta. Prihmantoro, H., dan Y.H. Indriani . 1999. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk

Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 hlm.

Purbarani, D.A. 2011. Kajian Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi pada Budidaya Baby Kailan dengan Hidroponik Ebb and Flow. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Rubatzky, E., dan M. Yamaguchi. 1997. World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Value. A Division of International Thomson Publishing Inc. 320 pp.

Stevanus dan D. Setiadikarunia. 2013. Alat Pengukur Kelembaban Tanah Berbasis Mikrokontroler PIC 16F84. Jurnal Teknik Elektro. Vol. 3, No. 1 : 36 - 46

Sumarni, N., dan A. Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 34 hlm.

Utami, L. 2010. Rancang Bangun Sistem Penyiraman Tanaman Secara Otomatis Menggunakan Sensor Suhu LM35 Berbasis Mikrokontroler ATMega8535. Skripsi. Universitas Lampung.

Utama, H.S. 2006. Perancangan dan Implementasi Sistem Otomatisasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. Jurnal Teknik Elektro. TESLA. Vol. 8, No. 1 : 1 – 4.