RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT UNTUK TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae) DENGAN MEDIA TANAM COCOPEAT

(1)

ABSTRAK

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT UNTUK TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae) DENGAN MEDIA

TANAM COCOPEAT

Oleh Handy Ramadhan

Hidroponik pasang surut pada umumnya memiliki kuantitas tanam yang sedikit dan harga pembuatan yang mahal. Hal ini menjadikan sistem hidroponik pasang surut kurang diminati oleh petani. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem hidroponik pasang surut dengan kuantitas tanam yang banyak dan harga pembuatan yang terjangkau. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Prosedur penelitian ini mencakup beberapa tahap , di antaranya adalah tahap perancangan, tahap perakitan, tahap pengujian hasil perancangan, tahap pengamatan dan tahap analisis data. Sistem hidroponik pasang surut dirancang bangun dengan spesifikasi panjang 200 cm, lebar 150 cm, dan tinggi 285 cm yang dilengkapi dengan atap yang bermodelkan multi-span dan dinding yang ditutupi dengan kasa strimin. Bak tanam memiliki 13 alur tanam dengan dimensi panjang, lebar dan kedalaman alur yaitu 200 cm, 15 cm, dan 15 cm dan terdapat 9 lubang tanam pada setiap alur sehingga total ada 117 lubang tanam. Biaya pembuatan sistem hidroponik pasang surut ini lebih murah daripada hiroponik kit di pasaran. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban menunjukkan bahwa suhu greenhouse lebih rendah daripada suhu lingkungan dengan selisih suhu 1,58 °C dan kelembaban

greenhouse lebih tinggi daripada kelembaban lingkungan dengan selisih sebesar 4,3%. Hasil uji budidaya tanaman baby kailan pada media tanam cocopeat juga menunjukkan tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan rata-rata berat segar per tanaman adalah 35,75 gram.

Kata kunci: rancang bangun, sistem hidroponik pasang surut, baby kailan, serbuk serabut kelapa, dan media tanam


(2)

ABSTRACT

DESIGN OF EBB AND FLOW HYDROPONICS SYSTEM FOR BABY KAILAN (Brassica oleracea) WITH COCOPEAT AS GROWING MEDIA

By

HANDY RAMADHAN

Ebb and flow hydroponics system generally has little quantity of plants and expensive construction cost. The purpose of this research was to design an ebb and flow hydroponics system with many quantity of plants but low in manufacturing cost and to test its performance. This research was conducted at the Laboratory of Agricultural Engineering, Agricultural Engineering Department, University of Lampung. The research prosedures included several stages : design, assembly, testing, observation and data analysis. The ebb and flow hydroponics system was designed with the spesification of 200 cm length, 150 cm width, and 285 cm height and equipped with multi-span roof and screen wall. The planting tray has 13 furrows with 200 cm length, 15 cm width and 15 cm depth and 9 holes of planting aech row, so there are 117 plants on the tray. The manufacturing cost of ebb and flow hydroponics system was lower than hydroponics kits available in market. The obsevations showed that temperature inside greenhouse was lower than outside with a difference of 1,58 °C. Humidity inside greenhouse was higher than outside with a difference of 4,3%. Cultivation testing using baby kailan with cocopeat as growing media resulted in fresh weight 35,75 gram each plant harvested.

Key words : design, ebb and flow hydroponics system, baby kailan, cocopeat and growing media.


(3)

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT UNTUK TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleracea) DENGAN MEDIA

TANAM COCOPEAT

Oleh

Handy Ramadhan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu 03 Maret 1994, sebagai putra sulung dari pasangan Bapak Dody Hendarto dan Ibu Sohana.

Pendidikan taman kanak-anak di TK Islam KH. Gholib yang diselesaikan tahun 1999, Sekolah Dasar Negeri 01 Surabaya Ilir diselesaikan tahun 2005, Sekolah

Menengah Pertama Negeri 04 Pringsewu diselesaikan pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Pringsewu. diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Undangan. Penulis juga terdaftar sebagai penerima dana bantuan beasiswa Bidik Misi angkatan 2011. Semasa kuliah penulis pernah menjadi Asisten Dosen untuk Mata Kuliah Matematika Teknik. Penulis juga aktif dalam organisasi PIK-M RAYA Universitas Lampung dan Perhimpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP).


(8)

Kupersembahkan Karya Tulisanku Ini Untuk:

Ibuku dan Ayahku Tercinta

Serta

Adik-adikku Tersayang

Terimakasih atas segala kasih sayang, perhatian, cinta,

do’a, dan dukungan baik

moril, maupun materil yang telah kalian berikan kepadaku selama ini. Tiada

yang lebih indah selain kasih sayang yang kurasakan dalam keluargaku tercinta

ini. Aku bersyukur telah menjadi bagian dari keluarga yang indah ini. Semoga

Allah SWT selalu menjaga kebahagiaan ini. Amiin.

Dan

Terimakasih untuk teman-temanku yang telah mendukungku

Serta


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah S.W.T. karena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang Surut Untuk Tanaman Baby Kailan (Brassica oleracea) Dengan Media Tanam Cocopeat merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Pertanian di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian; 3. Bapak Ahmad Tusi S.TP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Pembimbing Utama dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam karena telah memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan kesabaran selama penelitian ini;

4. Bapak Dr. Diding Suhandy, S.TP., M.Agr., selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(10)

5. Bapak Ir. Iskandar Zulkarnain, M. Si., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terimakasih atas masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu;

6. Seluruh Dosen dan Karyawan Teknik Pertanian Universitas Lampung; 7. Sahabat-sahabat saya A. Junaidi, Nugroho, Fathia, Karunia, Eka, Diana, Dea,

Dian, dan Fat’hul. Terimakasih untuk dukungannya selama ini;

8. Rekan –rekan PU saya di Kusuma Agrowisata, Hendrik, Vero dan teman-teman dari universitas lain. Terimakasih untuk pengalaman selama di Malang;

9. Teman-teman Teknik Pertanian 2011, made, riwanto, ribut , yurica, zaini, Ning, Ani, rere, rita, yulinda, iwan, nadzir, nando, nanda, ramadhan, dan erma. Terimakasih atas keceriaannya selama ini;

10. Kelompok KKN Desa Setia Negara.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Masalah ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Sistem Hidroponik ... 6

2.1.1 Hidroponik Ebb and Flow ... 7

2.2 Tanaman Baby Kailan (Brassica oleraceae) ... 8

2.2.1 Morfologi Tanaman Baby Kailan ... 9

2.2.2 Manfaat Tanaman Baby Kailan ... 9

2.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Baby Kailan ... 10

2.2.4 Budidaya Tanaman Baby Kailan Secara Hidroponik ... 11

2.3 Media Tanam Cocopeat ... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 13


(12)

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Prosedur Penelitian ... 14

3.3.1 Pendekatan Desain ... 15

3.3.2 Proses Budidaya Tanaman ... 20

3.3.4 Pengukuran Kadar Air Cocopeat ... 21

3.3.5 Uji Kinerja ... 21

3.3.6 Pengamatan ... 22

3.3.7 Analisis ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Sistem Hidroponik Pasang Surut ... 24

4.1.1. Kerangka Sistem Hidroponik Pasang Surut ... 25

4.1.2. Instalasi Pipa dan Kinerja Sistem Hidroponik Pasang Surut ... 27

4.2 Pengamatan Lingkungan ... 29

4.2.1 Suhu ... 29

4.2.2 Kelembaban Relatif (RH) ... 33

4.2.3 Intensitas Cahaya ... 36

4.2 Pengamatan Larutan Nutrisi... 38

4.2.1 Suhu Larutan Nutrisi ... 39

4.2.2 Nilai Electrical Conduktivity (EC)... 39

4.2.3 Nilai Derajat Keasaman (pH)... 41

4.2.4 Data Evapotranspirasi ... 43

4.3 Pertumbuhan Tanaman ... 44

4.3.1 Pertumbuhan Vegetatif ... 44


(13)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(14)

vi

DAFTAR TABEL

2. Unsur makro yang terkandung dalam cocopeat. ... 11 3. Tabel pengukuran kadar air cocopeat ... 28

Lampiran

4. Rincian anggaran biaya pembuatan kerangka sistem hidroponik pasang surut. ... 61 5. Data suhu dan kelembaban harian di dalam dan di luar greenhouse

pagi hari. ... 62 6. Data suhu dan kelembaban harian di dalam dan di luar greenhouse

pukul 12.00. ... 63 7. Data suhu dan kelembaban harian di dalam dan di luar greenhouse

jam 13.00WIB. ... 64 8. Data suhu dan kelembaban harian di dalam dan di luar greenhouse

sore hari. ... 65 9. Data intensitas cahaya harian (Lux). ... 66 10. Data nilai electrical conductivity (EC), derajat keasaman (pH),

dan suhu larutan nutrisi yang digunakan. ... 68 11. Data nilai evapotranspirasi. ... 70 12. Data tinggi tanaman baby kailan pada setiap minggu pengamatan

untuk setiap sampel tanaman yang diamati. ... 71 13. Data jumlah daun tanaman baby kailanpada setiap minggu pengamatan

untuk setiap sampel tanaman yang diamati. ... 72 14. Data berat tanaman baby kailan pada setiap minggu pengamatan untuk

setiap sampel tanaman yang diamati. ... 73 15. Data kadar air cocopeat pada penjemuran hari ke-1 sampai hari ke-5. ... 74

Tabel Halaman


(15)

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka hidroponik pasang surut dengan menggunakan paralon. ... 3

2. Sistem hidroponik pasang surut dengan kerangka dari paralon dan menggunakan pot tanam. ... 3

3. Paket hidroponik kit yang dijual di pasaran. ... 3

4. Skema dari sistem hidroponik pasang surut pada saat pompa hidup (kiri) dan pada saat pompa mati (kanan). ... 7

5. Tanaman baby kailan. ... 8

6. Diagram alir penelitian. ... 14

7. Desain kerangka bangunan sistem hidroponik pasang surut yang dibuat. ... 16

8. Dimensi dari kerangka sistem hidroponik yang dibuat (satuan cm) ... 16

9. Desain bak tanam dan instalasi pipa pada sistem hidroponik pasang surut yang dibuat. ... 17

10 Sistem hidroponik pasang surut. ... 24

11. Gambar kolom. ... 25

12. Bak tanam dari sistem hidroponik pasang surut. ... 26

13. Atap greenhouse a) paranet; b) ventilasi atap. ... 26

14. Lokasi titik pengukuran suhu a) titik media tanam; b) titik 30 cm dari media tanam; dan c) titik pada dasar atap. ... 29

15. Grafik suhu harian ... 30

16. Grafik selisih penurunan suhu di dalam greenhouse sebelum pengaplikasian shading dan sesudah pengaplikasian shading. ... 32

17. Grafik kelembaban relatif harian. ... 34


(17)

19. Suhu larutan nutrisi harian. ... 39

20. Nilai EC larutan nutrisi harian. ... 40

21. Perbedaan nilai EC pada tandon, media tanam, dan bak tanam pada saat penyiraman. ... 40

22. Perubahan nilai pH harian. ... 41

23. Perbedaan nilai pH pada media tanam, tandon, dan bak tanam. ... 42

24. Evapotranspirasi kumulatif. ... 43

25. Grafik rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman pada setiap minggu pengamatan di setiap alur tanam. ... 45

26. Grafik rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman pada setiap minggu pengamatan di setiap alur tanam. ... 46

27. Rata-rata berat segar tanaman pada setiap alur tanam. ... 47

28.Bak tanam dan sistem instalasi pipa pada sistem hidroponik pasang surut yang dibuat. ... 54

29. Dimensi dari kerangka sistem hidroponik yang dibuat (satuan cm). ... 54

30. Bak tanam dari sistem hidroponik pasang surut. ... 55

31. Skema pembasahan media tanam... 56

32. Skema pembebanan yang terjadi pada kerangka bak tanam. ... 58

33. Sistem hidroponik pasang surut. ... 60

34. Sistem hidroponik pasang surut (a) dan pompa yang digunakan (b). ... 75

35. Saluran pipa dari tandan ke bak tanam. ... 75 36. Foto bibit tanaman kailan yang akan dipindah tanam.

40. Tanaman yang terkena penyakit a). terkena rebah semai dan b). terkena busuk basah. ... 78

39. Tanaman baby kailan dengan berbagai berat a). Tanaman dengan berat antara 15 – 24 gram, b). Tanaman dengan berat antara 59 – 105 gram, c). Tanaman dengam berat antara 3 – 10 gram. ... 77

38. Foto tanaman di bak tanam. ... 76

37. Bibit yang telah dipindahkan ke alur tanam dengan umur 2 minggu setelah semai. ... 76


(18)

41. Foto alat ukur yang digunakan dalam penelitian : a). Lux meter; b). EC dan pH meter; c). Alat pengukur suhu dan kelembaban; d). Weather


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan media inert seperti pasir, peat, atau sawdust dengan memberikan larutan hara yang mengandung semua unsur esensial yang dibutuhkan oleh tanaman (Susila, 2013). Teknik budidaya tanaman secara hidroponik telah banyak digunakan oleh petani di Indonesia khususnya untuk membudidayakan tanaman sayur. Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan seperti : (1) tidak membutuhkan lahan yang besar dan perawatan lebih praktis sehingga membutuhkan sedikit tenaga kerja, (2) pemakaian pupuk lebih efisien, (3) tanaman tumbuh lebih pesat dan kebersihan terjamin, (4) penanaman dapat dilakukan terus menerus tanpa tergantung musim, (5) dapat dilakukan penjadwalan pemanenan sehingga dapat memproduksi tanaman secara kontinyu, serta (6) harga jual sayuran hidroponik lebih mahal (Lingga, 2005). Selama berbudidaya tanaman secara hidroponik ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seperti jenis tanaman yang akan dibudidayakan, jenis media tanam, dan jenis sistem budidaya hidroponik yang akan digunakan. Jenis tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik adalah jenis tanaman dengan nilai ekonomi yang tinggi.


(20)

2

Baby kailan merupakan salah satu jenis tanaman holtikultura dengan nilai

ekonomi yang tinggi, terbukti dari tread market yang dipasarkan untuk kalangan menengah ke atas, serta banyaknya resto bertaraf internasional, hotel dan restoran berbintang yang menyajikan menu masakan dari baby kailan(Samadi, 2013). Baby kailan banyak mengandung vitamin A, vitamin C, dan thiamin yang baik untuk kesehatan tubuh manusia. Selain itu, karotenoid (senyawa anti kanker) yang terkandung di dalam baby kailan menjadikannya banyak dimanfaatkan untuk terapi kesehatan beberapa penyakit. Berdasarkan hal di atas maka baby kailan sangat cocok jika ditanaman secara hidroponik karena memiliki prospek yang baik di Indonesia.

Terdapat beberapa media tanam yang dapat digunakan dalam sistem hidroponik, salah satunya adalah cocopeat. Cocopeat adalah media tanam hidroponik yang terbuat dari serabut kelapa yang telah dihancurkan menjadi serbuk. Cocopeat

mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman di antaranya adalah kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan natrium yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanam cocopeat banyak tersedia di Indonesia karena banyak tanaman kelapa di sekitar kita. Selain itu, media tanam ini juga dapat mengikat air hingga tujuh kali lipat sehingga akan cocok jika digunakan sebagai media tanam yang dapat memelihara kelembaban di zona perakaran untuk sistem hidroponik (Hasirani dkk, 2014).

Di Indonesia kerangka hidroponik khususnya sistem hidroponik pasang surut biasanya dibuat dengan menggunakan bahan-bahan seperti pipa paralon, corong air, talang, dan juga pot-pot untuk tanaman seperti pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3.


(21)

3

Gambar 1. Kerangka hidroponik pasang surut dengan menggunakan paralon. (Sumber : https://dpi302arief.wordpress.com/tanaman-hidroponik/)

Gambar 2. Sistem hidroponik pasang surut dengan kerangka dari paralon dan menggunakan pot tanam.

(Sumber : http://www.tabloidrumah.com/2013/11/19/hidroponik-jaga-selalu-ketersediaan-airnya/)

Gambar 3. Paket hidroponik kit yang dijual di pasaran. (Sumber : http://www.parungfarm.com/kit-hidroponik/)


(22)

4

Pembuatan kerangka hidroponik dengan menggunakan bahan-bahan di atas tentu saja membutuhkan biaya investasi yang banyak misalnya saja pada Gambar 3 yang merupakan paket hidroponik kit yang dijual di pasaran dengan harga

Rp.3.500.000,00 dengan 60 lubang tanam. Harga di atas tentu sangat mahal bagi petani, terlebih lagi petani masih harus membuat greenhouse supaya tanaman budidaya mereka tidak rusak karena serangan hama. Berdasarkan hal di atas, maka sistem hidroponik ini tidak dapat dinikmati oleh semua kalangan petani. Selain itu desain dari sistem hidroponik di atas juga kurang sesuai sehingga produktivitas dari tanaman hanya sedikit. Oleh karena itu, diperlukan alternatif desain mengenai sistem hidroponik pasang surut sehingga tercipta sistem

hidroponik pasang surut yang mampu memproduksi tanaman dalam jumlah besar dengan biaya investasi yang relatif murah bagi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Sistem hidroponik pasang surut yang ada di Indonesia saat ini masih memiliki kekurangan seperti biaya pembuatan yang mahal dan rendahnya produktivitas karena model yang kurang sesuai. Masalah-masalah tersebut menjadikan sistem hidroponik pasang surut kurang diminati oleh petani di Indonesia. Padahal tanaman yang budidayakan dengan hidroponik jenis ini dapat tumbuh lebih subur dan sehat. Perancangan sistem hidroponik pasang surut dengan model yang baru untuk dapat memproduksi tanaman dengan hasil yang lebih banyak tanpa

meninggalkan prinsip dasarnya namun dengan biaya pembuatan yang lebih terjangkau, diharapkan dapat menarik minat petani untuk menggunakan sistem hidroponik jenis ini.


(23)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain.

1) Membuat alternatif desain rancang bangun sistem hidroponik pasang surut yang mampu memproduksi tanaman dengan jumlah yang banyak namun dengan biaya pembuatan yang lebih terjangkau.

2) Uji kinerja sistem hidroponik pasang surut terhadap tanaman baby kailan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam pembuatan sistem hidroponik pasang surut yang lebih efisien dan dapat memproduksi tanaman dengan jumlah banyak namun dengan biaya yang terjangkau terutama untuk budidaya tanaman baby kailan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dari permasalahan di atas hanya pada rancang bangun desain dari sistem hidroponik pasang surut.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Hidroponik

Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam yang digunakan adalah media yang dapat menyerap nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman (Lingga, 2005). Menurut Karsono (2013), hidroponik adalah proses budidaya tanaman dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman langsung ke dalam pasokan airnya.

Larutan nutrisi yang diberikan mengandung semua unsur makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur makro yang terdiri dari Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S), serta unsur mikro yang terdiri dari unsur Mangan (Mn), Cuprum (Cu), Molibdenum (Mo), Zincum (Zn) dan Ferrum (Fe). Ada beberapa keuntungan bertanam secara hidroponik yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu, keuntungan lainnya yaitu: a. Perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol. b. Pemakaian pupuk lebih efisien.

c. Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru. d. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan keadaan yang bersih.


(25)

7

e. Tidak membutuhkan banyak tenaga.

f. Hasil produksi lebih kontinyu dan lebih tinggi dibandingkan penanaman konvensional.

g. Harga jual produk hidroponik lebih tinggi.

h. Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, keringan atau ketergantungan pada kondisi alam.

i. Penanaman dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas (Lingga, 2005).

2.1.1 Hidroponik Ebb and Flow

Sistem pasang surut (Ebb and Flow) merupakan salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan agregat. Agregat yang digunkan dapat berupa rockwool, arang sekam, cocopeat dan lainnya. Sistem ini bekerja dengan pompa yang secara berkala membanjiri bak tanam dengan larutan nutrisi dan kemudian mengalirkan kembali ke reservoir (Mugundhan et.al., 2011). Saat larutan nurisi dialirkan kembali ke dalam reservoir udara masuk ke dalam media tanam (Suhardiyanto, 2009). Gambar dari sistem hidroponik pasang surut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 1. Skema dari sistem hidroponik pasang surut pada saat pompa hidup (kiri) dan pada saat pompa mati (kanan).

(Sumber : http://tatakebun.blogspot.com/2014/10/cara-menanam-tanaman-hidroponik.html).


(26)

8

Sistem pasang surut tergolong mudah dikelola pada skala kecil. Beberapa

peralatan yang digunkan untuk sistem ini yaitu pompa, pengatur waktu yang telah diatur aktif pada interval yang ditetapkan dan tempat larutan nutrisi (bak

penampungan). Beberapa kelebihan sistem ini antara lain: tanaman mendapat suplai air, oksigen dan nutrisi secara berkala, pertukaran oksigen lebih baik karena terbawa air pasang surut, serta mempermudah dalam perawatan tanaman. Adapun kekurangan dari sistem ini adalah pH akan naik turun dan apabila dibiarkan akan menyebabkan terganggunya penyerapan hara oleh tanaman. Sehingga perlu dilakukan pengontrolan pH secara rutin agar tanaman dapat berkembang secara baik. Jenis media tanam yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan akar mengering dengan cepat ketika siklus air terganggu (Purbarani, 2011).

2.2 Tanaman Baby Kailan (Brassica oleraceae)

Baby kailan (Brassica oleraceae) merupakan kailan yang dipanen pada saat masih muda yaitu berkisar 20-30 hari setelah tanam. Gambar dari tanaman baby kailan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 2. Tanaman baby kailan.

(Sumber : http://up-your-toot.blogspot.com/2012/07/shiso-and-sparaxis-on-13th-floor.html.)


(27)

9

2.2.1 Morfologi Tanaman Baby Kailan

Baby kailanmemiliki daun yang tebal dengan permukaan halus, berbentuk bulat memanjang dengan ujung runcing, berukuran besar dan lebar dengan tangkai panjang, dan berwarna hijau tua. Batang baby kailan berbentuk bulat pendek dan merupakan batang sejati, tidak keras, tegak, beruas-ruas dengan diameter antara 3-4 cm serta berwarna hijau muda (Samadi, 2013). Baby kailan memiliki perakaran yang panjang yaitu akar serabut bisa mencapai 21 cm (Krisnawati, 2014).

2.2.2 Manfaat Tanaman Baby Kailan

Baby kailan merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia karena mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk

sumber energi, pertumbuhan, dan kesehatan. Kandungan gizi yang terdapat dalam baby kailan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Kandungan gizi kailan per 67 gram dari bagian yang dapat dimakan

Unsur gizi Jumlah kandungan gizi

Energi (Kalori) Protein total Lemak total Karbohidrat total Serat Kalsium (Ca) Fosfor (P) Besi (Fe) Vitamin A

Vitamin B1 (Thiamin) Vitamin B2 (Ribofilamin) Vitamin B3 (Niacin) Vitamin C

Air

33,50 Kal 2,20 g 0,50 g 6,80 g 1,30 g 90,50 mg 37,50 mg 1,10 mg 10302,00 IU 0,10 mg 0,10 mg 0,70 mg 80,40 mg 56,60 g Sumber : Anonim, 2015b.


(28)

10

Berdasarkan data kandungan gizi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa baby kailan merupakan sumber utama vitamin dan mineral yang berguna untuk memelihara kesehatan tulang dan gigi, pembentukan sel darah merah

(hemoglobin) dan memelihara kesehatan mata. Protein yang terkandung dalam baby kailan bermanfaat untuk pembentukan jaringan tubuh. Baby kailan juga mengandung karotenoid sebagai senyawa anti kanker. Selain itu, baby kailan juga bermanfaat untuk memperbaiki sistem syaraf, memperlancar sistem pencernaan, dan mengobati prostad (Samadi, 2013).

2.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Baby Kailan

Baby kailan cocok ditanam pada dataran medium hingga dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 300 - 1.900 m di atas permukaan laut (dpl) (Samadi, 2013). Suhu rata-rata harian yang dikehendaki tanaman baby kailan adalah 15°C - 25°C. Namun berdasarkan penelitian Krisnawati (2014), baby kailan masih dapat tumbuh dengan baik pada suhu 34°C - 37°C. Pada suhu yang terlalu rendah, tanaman menunjukan gejala nekrosa pada jaringan daun dan akhirnya tanaman mati. Pada suhu terlalu tinggi tanaman mengalami kelayuan karena proses penguapan yang terlalu besar. Kelembaban udara yang baik bagi tanaman baby kailanyaitu 60 - 90%. Baby kailanmenghendaki struktur media tanam yang remah, mengandung bahan organik, dan mampu mengikat air atau porous. Nilai pH yang sesuai untuk tanaman baby kailan adalah antara 5,5 - 6,5. Intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman kailan adalah 1200 foot candle


(29)

11

2.2.4 Budidaya Tanaman Baby Kailan Secara Hidroponik

Menurut Purbarani (2011), frekuensi penggenangan nutrisi dua hari sekali dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, diameter batang dan berat kering per tanaman baby kailan secara hidroponik ebb and flow. Menurut penelitian Krisnawati (2014) penggunaan aerasi di dalam greenhouse meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman pada tinggi tanaman dan jumlah daun.

Penggunaan nutrisi goodplant memberikan hasil yang sangat baik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat total tanaman selada (Siregar, 2015).

2.3 Media Tanam Cocopeat

Cocopeat merupakan serbuk halus serabut kelapa yang diperoleh dari

penghancuran serabut kelapa. Cocopeat sangat bagus jika digunakan sebagai media tanam karena dapat menyerap air dan unsur kimia pupuk, menunjang pertumbuhan akar (Fahmi, 2014). Berdasarkan penelitian Hasirani dkk (2014),

cocopeat memiliki kapasitas simpan air hingga tujuh kali lipat dengan bobot isi media kering hanya 0,08 g/cm3. Selain itu, kandungan hara yang terkandung dalam cocopeat cukup lengkap karena mengandung unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman seperti pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Unsur makro yang terkandung dalam cocopeat.

Total nutrisi Nilai (%)

Total N 0,39

P 0,41

K+ 2,39

Ca2+ 0,18

Mg2+ 0,11


(30)

12

Cocopeat juga memiliki pH yang netral yaitu 6,6 dan juga memiliki kandungan

electrical conductivity sebesar 160 µS/cm (Awang dkk, 2009). Oleh karena itu,


(31)

1

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah mesin pemotong besi, las listrik, bor listrik, gerinda, palu, gergaji, pemotong pipa, obeng , penggaris, jangka sorong, penggaris, timbangan, electrical conductivity (EC) meter, lux meter, pH meter, termometer, drum wadah air (reservoir), kamera digital, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu besi siku jenis BC 3 cm x3 cm, besi behel, proheks tipis dan tebal, paku ripet, rel Al, kabel tie, triplek 5 mm, pipa paralon 1 inchi, pipa L, besi plat, elektroda, lem pipa paralon, kabel, pompa air, plastik UV, paranet, benih kailan, cocopeat sebagai media tanam, air, kasa strimin, cat, tiner, lem aibon, lem pipa, besi plat, papan kayu dan pupuk hidroponik goodplant.


(32)

14

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini mencakup beberapa tahapan, diantaranya adalah tahap perancangan, tahap perakitan, tahap budidaya, tahap pengujian, tahap

pengamatan, dan tahap analisis data. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Tahap pembuatan dan perakitan Tahap pengumpulan alat dan bahan

Tahap perancangan Parameter desain Analisis kekuatan bahan

penentuan dimensi

faktor ergonomika

Ya

Tidak

Tahap pengujian Tahap modifikasi

kriteria desain Penetapan waktu menyala

pompa sampai media tanam jenuh

Tahap pengamatan dan analisi data

Selesai Penanaman

Gambar 1. Diagram alir penelitian.


(33)

15

3.3.1 Pendekatan Desain

3.3.1.1 Kriteria Desain

Kriteria desain rancang bangun sistem hidroponik adalah penetapan waktu menyala pompa sampai media tanam jenuh. Parameter desain yang akan diterapkan dalam perancangan sistem hidroponik pasang surut adalah faktor ergonomika, faktor kekuatan bahan dan dimensi bak.

3.3.1.2 Rancangan Struktural

Proses perancangan terdiri dari beberapa tahap, yaitu pemilihan bentuk, penentuan dimensi, dan bahan yang akan digunakan. Hal ini merupakan bagian yang sangat penting karena berdampak langsung pada kinerja alat yang akan dirancang. Sistem hidroponik pasang surut ini terbagi atas rangka utama dan instalasi pipa yang berfungsi sebagai inlet dan outlet larutan nutrisi yang dipompa dari reservoir

serta saluran spillway atau pengatur ketinggian muka air.

Rangka utama sistem hidroponik pasang surut terdiri dari atap, bak tempat penanaman, dan drum penampung larutan nutrisi. Bak tempat penanaman secara umum dibuat dengan menyatukan besi siku dengan pengelasan. Alas bak

penanaman dan bagian tepi bak diberi triplek. Selanjutnya, alas tersebut di lapisi dengan plastik UV. Inlet dibuat tepat di dasar bak tanam yang terhubung dengan pompa pada bak penyimpanan nutrisi, sementara saluran spillway terletak di bak tanam dengan ketinggingan 5 cm dari dasar bak. Desain struktur sistem


(34)

16

Tinggi kolom dan bak tanam adalah 95 cm, lebih rendah dari siku lelaki dewasa sehingga kegiatan budidaya dapat lebih mudah. Lebar bak tanam adalah 150 cm yang dapat diakses dari sisi kiri dan kanan bangunan sehingga jangkauan yang dibutuhkan hanya 75 cm. Panjang tangan lelaki dewasa adalah 68 cm dengan jarak bahu ke siku adalah 20 cm, dengan demikian diharapkan tidak ada kendala Gambar 2. Desain kerangka bangunan sistem hidroponik pasang surut yang

dibuat.


(35)

17

mengenai daya jangkau pada bak tanam. Tinggi kerangka utama dari lantai hingga dasar atap adalah 180 cm. Ketinggian ini tidak akan mengganggu kinerja pengamat karena tinggi maksimum laki-laki dewasa adalah 167,8 cm (Suprapto dan komariah, 2011). Jarak tanam dibuat 15 cm x 15 cm sesuai dengan jarak tanam yang dianjurkan untuk tanaman sayur. Bak tanam dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.

1. Atap

Atap bangunan dibuat model multi-span. Model atap multi-span merupakan model atap yang cocok untuk daerah tropis karena memungkinkan udara panas yang ada di dalam bangunan bergerak ke atas kemudian keluar. Rangka atap dibuat dengan menyatukan besi siku dengan dimensi panjang alas dan lebar 200 cm x 150 cm pada bagian alas. Tinggi atap dari bak adalah 100 cm, selanjutnya atap akan ditutup dengan plastik UV. Pada dasar atap akan diberi naungan

Gambar 4. Desain bak tanam dan instalasi pipa pada sistem hidroponik pasang surut yang dibuat.


(36)

18

dengan menggunakan paranet yang dapat dibuka dan ditutup. Berdasarkan penelitian Mansyur (2013), pemberian naungan selama 0,84 jam pada pukul 12.00-13.00 WIB memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman.

2. Bak Tanam

Rangka bak tanam berdimensi 200 x 150 x 15 cm dan jarak tanam 15 x 15 cm yang dibuat dengan besi siku. Berdasarkan penelitian Vidianto dkk (2012) panjang talang 200 cm dengan jarak tanam 15 x 15 cm dapat meningkatkan jumlah daun, dan bobot segar tanaman kailan pada sistem hidroponik NFT. Alas bak diberi tripleks dan ditutupi dengan plastik UV. Pada bagian atas bak diberi besi behel, wadah media tanam dibuat dari kasa strimin. Bak tanam memiliki kapasitas tanam sebanyak 117 tanaman. Tinggi bak tanam dari lantai adalah 95 cm, dinding antara bak tanam dan atap akan ditutup dengan menggunakan insect net agar udara dapat bersirkulasi dan cahaya dapat masuk dengan baik serta tanaman terhindar dari serangan hama sehingga produksi tanaman dapat lebih meningkat (Rosliani dan Sumarni, 2005).

3. Drum Penampung Larutan Nutrisi

Drum penampung larutan nutrisi adalah drum yang dibeli di pasar dengan

kapasitas tampung sebanyak 200 liter. Drum akan dihubungkan dengan pipa inlet

dan outlet yang tersambung langsung dengan pompa, dan juga tersambung dengan pipa spillway.


(37)

19

4. Pipa Inlet, Outlet dan Pipa Spillway

Pipa inlet dan outlet dibuat dengan menggunakan pipa PVC. Pipa inlet dan outlet

terletak dibagian dasar dari bak tanam yang terhubung dengan pompa merek aquaman tipe AM-104 yang memiliki daya maksimum 2000 liter/jam dengan power 38 watt dan ketinggian maksimumnya mencapai 2 meter. Pipa spillway

memiliki tinggi 5 cm dari dasar bak tanam, dan akan terhubung dengan bak penampung air.

3.3.1.3 Rancangan Fungsional

Sistem hidroponik pasang surut secara umum berfungsi sebagai sebuah sistem yang memberikan air yang telah mengandung nutrisi dengan mekanisme pasang surut. Setiap komponen dari sistem ini memiliki fungsi yang penting seperti.

1. Atap

Atap berfungsi sebagai pelindung tanaman dari tetesan hujan secara langsung dan juga sebagai pelindung tanaman dari pengaruh buruk sinar ultraviolet.

2. Bak Tanam

Bak tanam berfungsi sebagai tempat penanaman.

3. Drum Penampung Larutan Nutrisi

Drum penampung larutan nutrisi (reservoir) berfungsi sebagi tempat


(38)

20

4. Pipa Inlet dan Pipa Spillway

Pipa inlet berfungsi sebagai saluran untuk masuknya larutan nutrisi ke bak tanam dan juga berfungsi sebagai saluran outlet pada saat pompa mati. Pipa inlet

terhubung dengan pompa yang berfungsi untuk memompa larutan nutrisi dari tandon ke bak tanam. Pipa spillway berfungsi sebagai saluran keluar air dan juga sebagai pipa yang menjaga ketinggian larutan nutrisi pada bak tanam.

3.3.2 Proses Budidaya Tanaman

3.3.2.1 Persemaian Tanaman

Persemaian dilakukan dengan menggunakan benih kailan yang terlebih dahulu direndam dalam air hangat 50°C - 60°C. Benih kemudian disemaikan pada nampan plastik menggunakan campuran media tanam halus dan kompos halus dengan perbandingan 1:1 yang dilakukan selama 2 minggu dengan dilakukan penyiraman menggunkan larutan nutrisi dengan EC 1000 µS/cm.

3.3.2.2. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit ke dalam lubang tanam dengan posisi tegak.

3.3.2.3 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan supaya bibit yang telah ditanam pada sistem dapat tumbuh dengan optimal. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi memantau nilai electrical conduktivity (EC), pH dan menjaga tanaman dari organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dilakukan sampai pemanenan.


(39)

21

3.3.4 Pengukuran Kadar Air Cocopeat

Pengukuran kadar air cocopeat bertujuan untuk mengetahui besarnya kapasitas simpan air dan juga untuk mentukan interval waktu penyiraman dengan acuan θ = 60%. Pengukuran dilakukan dengan metode gravimetrik dengan rumus sebagai berikut.

Kadar air cocopeat dihitung dengan persamaan 1 :

Kadar air cocopeat basis massa (%) = ... (1) Keterangan :

BK : Bobot Kering cocopeat setelah dikeringkan di dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam (g).

BB : Bobot cocopeat sebelum di oven (g).

3.3.5 Uji Kinerja

Uji kinerja dilakukan untuk mengetahui performa dari alat yang dirancang.

Pengujian dilakukan dengan dua cara yaitu uji kinerja alat dan uji tanaman dengan penjelasan sebagai berikut.

1) Uji kinerja alat dilakukan untuk mengetahui keseragaman pembasahan pada media tanam, pegaruhnya pada pH, suhu, RH, intensitas cahaya, EC, dan mengetahui besarnya evaporasi harian yang terjadi.

2) Uji tanaman dilakukan dengan menguji pertumbuhan tanaman baby kailan dengan cara mengukur tinggi tanaman baby kailan, jumlah daun, berat total tanaman.


(40)

22

3.3.6 Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan terkait dengan pengujian yang dilakukan. Pengamatan dilakukan dalam tiga cara yaitu pengamatan harian, pengamatan mingguan, dan pengamatan pada saat panen dengan rincian kegiatan sebagai berikut.

1. Adapun parameter pengamatan yang diamati setiap hari adalah sebagai berikut.

a. Pegukuran evapotranspirasi harian yang diukur dengan cara meletakkan penggaris pada drum nutrisi dan diamati penuruan muka airnya.

b. Pengukuran keseragaman pembasahan pada media tanam dan lama waktu yang diperlukan sampai keseragaman pembasahan terjadi.

c. Pengukuran pH dan EC pada reservoir dilakukan 3 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00, dan pengukuran pada media tanam dan bak tanam dilakukan pada saat penyiraman.

d. Pengukuran intensitas cahaya yang dilakukan pada 4 bagian bangunan yaitu bagian kiri, tengah dan kanan, serta pada luar bangunan yang dilakukan 4 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, 13.00 dan 16.00.

e. Pengukuran suhu dan RH dilakukan pada daerah sekitar tanaman, pada

ketinggian 30 cm dari bak tanam, pada bagian dasar atap dan di luar bangunan yang dilakukan pada pukul 08.00, 12.00, 13.00 dan 16.00.

2. Pengukuran mingguan meliputi pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman baby kailan.


(41)

23

3.3.7 Analisis

Ada beberapa analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Analisis gaya-gaya.

Analisis gaya-gaya dilakukan untuk memengetahui dimensi dari besi siku yang digunakan dalam perancangan desain sistem hidroponik pasang surut dengan memperhitungkan beban yang diterima oleh besi siku tersebut. Adapun perhitungan yang saya lakukan terlampir pada lampiran.

2) Analisis terhadap data suhu dan RH, intensitas cahaya harian, tinggi tanaman dan jumlah daun.

Semua data dianalisis dengan menggunakan Ms.Exel dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk grafik.

3) Analsis data pH, EC, ETc, dan berat segar tanaman.

Data-data di atas dianalisis dengan menggunakan MS.Excel dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk diagram.

4) Analisis biaya.

Biaya yang digunakan dalam pembuatan kerangka sistem hidroponik pasang surut selanjutnya akan direkapitulasi dan hasilnya akan dijadikan sebagai pembanding terhadap harga hidroponik kit yang ada di pasaran. Harga pembuatan kerangka sistem hidroponik pasang surut hanya meliputi biaya pembelian alat dan bahan pembuatan kerangka dan biaya tukang. Adapun hasil rekapitulasi biaya pembuatan kerangka sistem hidroponik pasang surut terlampir pada lampiran.


(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terciptanya sistem hidroponik pasang surut dengan kuantitas tanam sebanyak 117 tanaman dengan jarak tanam 15 x 15 cm.

2. Berat rata-rata tanaman segar yaitu sebesar 35,75 gram/tanaman.

3. Biaya pembuatan hidroponik pasang surut yaitu sebesar Rp. 1.655.000,00.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah interval penyiraman jangan kurang dari tiga hari sekali, karena dapat menyebabkan media tanam cocopeat menjadi terlalu basah sehingga

menyebabkan tanaman terserang cendawan. Cocopeat yang digunakan sebaiknya disterilisasikan dengan cara dicuci karena penjemuran kurang efektif untuk menghilangkan zat tanin dan patogen yang terkandung dalam cocopeat. Penggunan cocopeat sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan arang sekam ataupun media tanam lainnya yang mampu menambah ruang pori dari cocopeat. Atap greenhouse sebaiknya dirancang ulang dengan tinggi 50 cm dan ventilasi setinggi 20 cm supaya lebih proporsional.


(43)

1

DAFTAR PUSTAKA

A, Asiah., M. Razi. 1., M. Khanif. Y., Marziah. M., and Shaharuddin. M. 2004. Physical and Chemical Properties of Coconut Coir and Oil Palm Empty Fruit Bunch and The Growth of Hybrid Heat Tolerant Caulifower Plant.

Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 27(2): 121-131.

Abad, M., P. Noguera. R. Puchades. A. Maquieira. and V. Noguera. 2002. Phyco-Chemical Properties of Some Coconut Coir Dust for Use as a Peat Subtitute Containerised Ornamental Plants. Bioresource Tech. 82: 241-245.

Alahudin, M. 2013. Kondisi Termal Bangunan Greenhouse dan Screenhouse pada Fakultas Pertanian Universitas Musamus Marauke. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha. 2 (1) : 16-27.

Anonim. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Suhu atau Temperatur Udara. 9 Oktober 2015. Http://adha-westprog.blogspot.in/2012/10/geografi-faktor-yang-mempengaruhi.html.

Anonim. 2015a. Kelembaban Relatif. 9 Oktober 2015.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Kelembaban_relatif?_e_pi_=7%2CPAGE_ID 10%2C2943972743.

Anonim. 2015b. Nutrition Fact for Kale (Raw). Self Nutritiondata. 28 September 2015. Self.com/facts/vegetables-and-vegetable-product/2461/2. html.

Awang, Y., A.S. Shamarom., R.B. Mohamad. and A. Selamat. 2009. Chemical and Physical Characteristic of Cococpeat-Based Media Mixtures and Their Effects on the Growth and Development of Celosia Cristata. American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 4 (1): 63-71.

Fahmi, Z.I. 2013. Media Tanam sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya. 8 hlm.

Hasirani., D.K. Kalsim. dan A. Kusendro. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) Sebagai Media Tanam (Study Of Cocopeat As Planting Media). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. 8 hlm.


(44)

52

Irawan, A. dan H.N. Hidayah. 2014. Kesesuaian Penggunaan Cocopeat sebagai Media Sapih pada Politube dalam Pembibitan Cempaka (Magnolia elegans

(Blume) H. Keng. Jurnal WASIAN. 1(2) : 73-76.

Lesfurd, M., and L. Mc. Cartney. 2014. Naturally Ventilated Augment Cooling Greenhouse. Barbados Interdisciplinary Tropical Studies. Barbados. 3 hlm.

Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hlm.

Karsono, S. 2013. Exploring Classroom Hydoponics. Parung Farm. Bogor. 36 hlm.

Krisnawati, D. 2014. Pengaruh Aerasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Baby Kailan (Brasssica oleracea var. Achepala) pada Teknologi Hidroponik Sistem Terapung Di Dalam Dan Di Luar Greeenhouse. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar lampung.

Mansyur, N.A. 2013. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Sawi (Brassica juncea L.). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Purbarani, D.A. 2011. Kajian Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi pada Budidaya Baby Kailan dengan Hidroponik Ebb and Flow.

Skripsi. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Mugundhan, R.M., M. Soundaria, V. Maheswari, P. Shantakumari, and V. Gopal. 2011. “Hydroponic”- A Novel Alternative for Geoponic Cultivation of Medicinal Plants and Food Crops. International Journal of Pharma and Bio-Sciences. 2(2) : 286-296.

Rosliani, R dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Teknik Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27 hlm.

Samadi, B. 2013. Budidaya Intensif Kailan Secara Organik dan Anorganik.

Pustaka Mina. Jakarta. 107 hlm.

Siregar, J. 2015. Pengujian Beberapa Larutan Nutrisi Hidroponik Pada Selada (Latuca sativa L.) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) Termodifikasi. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(45)

53

Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. IPB. Bogor. 28-40 hlm.

Suprapto. dan A. Komariah. 2011. Antropometri, Volume dan Massa Segmen Tubuh Laki-Laki Etnik Jawa. Universitas Veteran Bangun Nusantara. Sukoharjo. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 28-45 hlm.

Suryawati, S., A. Djunaedy. dan A. Triendari. 2007. Respon Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata, NESS) Akibat Naungan dan Selang Penyiraman Air. EMBRYO. 4 (2) : 146-155.

Susila, A.D. 2013. Modul V Sistem Hidroponik. DepartemeAgronomi dan Holtikultura. IPB. Bogor. 20 hlm.

Vidianto, D. Z., S. Fatimah, dan C. Wasonowati. 2012. Penerapan Panjang Talang dan Jarak Tanam dengan Sistem Hidroponik NFT (Nutrien Film Technique) pada Tanaman Kailan (Brassica oleracea var. albogabra).

AGROVIGOR. 6( 2) : 128-135.

Widiastoety, D dan F.A. Bahar. 1995. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. J.Hort. 5(4) : 72-75.


(1)

3.3.6 Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan terkait dengan pengujian yang dilakukan. Pengamatan dilakukan dalam tiga cara yaitu pengamatan harian, pengamatan mingguan, dan pengamatan pada saat panen dengan rincian kegiatan sebagai berikut.

1. Adapun parameter pengamatan yang diamati setiap hari adalah sebagai berikut.

a. Pegukuran evapotranspirasi harian yang diukur dengan cara meletakkan penggaris pada drum nutrisi dan diamati penuruan muka airnya.

b. Pengukuran keseragaman pembasahan pada media tanam dan lama waktu yang diperlukan sampai keseragaman pembasahan terjadi.

c. Pengukuran pH dan EC pada reservoir dilakukan 3 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00, dan pengukuran pada media tanam dan bak tanam dilakukan pada saat penyiraman.

d. Pengukuran intensitas cahaya yang dilakukan pada 4 bagian bangunan yaitu bagian kiri, tengah dan kanan, serta pada luar bangunan yang dilakukan 4 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, 13.00 dan 16.00.

e. Pengukuran suhu dan RH dilakukan pada daerah sekitar tanaman, pada

ketinggian 30 cm dari bak tanam, pada bagian dasar atap dan di luar bangunan yang dilakukan pada pukul 08.00, 12.00, 13.00 dan 16.00.

2. Pengukuran mingguan meliputi pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman baby kailan.


(2)

23

3.3.7 Analisis

Ada beberapa analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Analisis gaya-gaya.

Analisis gaya-gaya dilakukan untuk memengetahui dimensi dari besi siku yang digunakan dalam perancangan desain sistem hidroponik pasang surut dengan memperhitungkan beban yang diterima oleh besi siku tersebut. Adapun perhitungan yang saya lakukan terlampir pada lampiran.

2) Analisis terhadap data suhu dan RH, intensitas cahaya harian, tinggi tanaman dan jumlah daun.

Semua data dianalisis dengan menggunakan Ms.Exel dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk grafik.

3) Analsis data pH, EC, ETc, dan berat segar tanaman.

Data-data di atas dianalisis dengan menggunakan MS.Excel dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk diagram.

4) Analisis biaya.

Biaya yang digunakan dalam pembuatan kerangka sistem hidroponik pasang surut selanjutnya akan direkapitulasi dan hasilnya akan dijadikan sebagai pembanding terhadap harga hidroponik kit yang ada di pasaran. Harga pembuatan kerangka sistem hidroponik pasang surut hanya meliputi biaya pembelian alat dan bahan pembuatan kerangka dan biaya tukang. Adapun hasil rekapitulasi biaya pembuatan kerangka sistem hidroponik pasang surut terlampir pada lampiran.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terciptanya sistem hidroponik pasang surut dengan kuantitas tanam sebanyak 117 tanaman dengan jarak tanam 15 x 15 cm.

2. Berat rata-rata tanaman segar yaitu sebesar 35,75 gram/tanaman.

3. Biaya pembuatan hidroponik pasang surut yaitu sebesar Rp. 1.655.000,00.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah interval penyiraman jangan kurang dari tiga hari sekali, karena dapat menyebabkan media tanam cocopeat menjadi terlalu basah sehingga

menyebabkan tanaman terserang cendawan. Cocopeat yang digunakan sebaiknya disterilisasikan dengan cara dicuci karena penjemuran kurang efektif untuk menghilangkan zat tanin dan patogen yang terkandung dalam cocopeat. Penggunan cocopeat sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan arang sekam ataupun media tanam lainnya yang mampu menambah ruang pori dari cocopeat. Atap greenhouse sebaiknya dirancang ulang dengan tinggi 50 cm dan ventilasi setinggi 20 cm supaya lebih proporsional.


(4)

1

DAFTAR PUSTAKA

A, Asiah., M. Razi. 1., M. Khanif. Y., Marziah. M., and Shaharuddin. M. 2004. Physical and Chemical Properties of Coconut Coir and Oil Palm Empty Fruit Bunch and The Growth of Hybrid Heat Tolerant Caulifower Plant. Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 27(2): 121-131.

Abad, M., P. Noguera. R. Puchades. A. Maquieira. and V. Noguera. 2002. Phyco-Chemical Properties of Some Coconut Coir Dust for Use as a Peat Subtitute Containerised Ornamental Plants. Bioresource Tech. 82: 241-245.

Alahudin, M. 2013. Kondisi Termal Bangunan Greenhouse dan Screenhouse pada Fakultas Pertanian Universitas Musamus Marauke. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha. 2 (1) : 16-27.

Anonim. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Suhu atau Temperatur Udara. 9 Oktober 2015. Http://adha-westprog.blogspot.in/2012/10/geografi-faktor-yang-mempengaruhi.html.

Anonim. 2015a. Kelembaban Relatif. 9 Oktober 2015.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Kelembaban_relatif?_e_pi_=7%2CPAGE_ID 10%2C2943972743.

Anonim. 2015b. Nutrition Fact for Kale (Raw). Self Nutritiondata. 28 September 2015. Self.com/facts/vegetables-and-vegetable-product/2461/2. html.

Awang, Y., A.S. Shamarom., R.B. Mohamad. and A. Selamat. 2009. Chemical and Physical Characteristic of Cococpeat-Based Media Mixtures and Their Effects on the Growth and Development of Celosia Cristata. American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 4 (1): 63-71.

Fahmi, Z.I. 2013. Media Tanam sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya. 8 hlm.

Hasirani., D.K. Kalsim. dan A. Kusendro. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) Sebagai Media Tanam (Study Of Cocopeat As Planting Media). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. 8 hlm.


(5)

Irawan, A. dan H.N. Hidayah. 2014. Kesesuaian Penggunaan Cocopeat sebagai Media Sapih pada Politube dalam Pembibitan Cempaka (Magnolia elegans (Blume) H. Keng. Jurnal WASIAN. 1(2) : 73-76.

Lesfurd, M., and L. Mc. Cartney. 2014. Naturally Ventilated Augment Cooling Greenhouse. Barbados Interdisciplinary Tropical Studies. Barbados. 3 hlm.

Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hlm.

Karsono, S. 2013. Exploring Classroom Hydoponics. Parung Farm. Bogor. 36 hlm.

Krisnawati, D. 2014. Pengaruh Aerasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Baby Kailan (Brasssica oleracea var. Achepala) pada Teknologi Hidroponik Sistem Terapung Di Dalam Dan Di Luar Greeenhouse. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar lampung.

Mansyur, N.A. 2013. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Sawi (Brassica juncea L.). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Purbarani, D.A. 2011. Kajian Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi pada Budidaya Baby Kailan dengan Hidroponik Ebb and Flow. Skripsi. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Mugundhan, R.M., M. Soundaria, V. Maheswari, P. Shantakumari, and V. Gopal. 2011. “Hydroponic”- A Novel Alternative for Geoponic Cultivation of Medicinal Plants and Food Crops. International Journal of Pharma and Bio-Sciences. 2(2) : 286-296.

Rosliani, R dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Teknik Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27 hlm.

Samadi, B. 2013. Budidaya Intensif Kailan Secara Organik dan Anorganik. Pustaka Mina. Jakarta. 107 hlm.

Siregar, J. 2015. Pengujian Beberapa Larutan Nutrisi Hidroponik Pada Selada (Latuca sativa L.) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) Termodifikasi. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

53

Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. IPB. Bogor. 28-40 hlm.

Suprapto. dan A. Komariah. 2011. Antropometri, Volume dan Massa Segmen Tubuh Laki-Laki Etnik Jawa. Universitas Veteran Bangun Nusantara. Sukoharjo. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 28-45 hlm.

Suryawati, S., A. Djunaedy. dan A. Triendari. 2007. Respon Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata, NESS) Akibat Naungan dan Selang Penyiraman Air. EMBRYO. 4 (2) : 146-155.

Susila, A.D. 2013. Modul V Sistem Hidroponik. DepartemeAgronomi dan Holtikultura. IPB. Bogor. 20 hlm.

Vidianto, D. Z., S. Fatimah, dan C. Wasonowati. 2012. Penerapan Panjang Talang dan Jarak Tanam dengan Sistem Hidroponik NFT (Nutrien Film Technique) pada Tanaman Kailan (Brassica oleracea var. albogabra). AGROVIGOR. 6( 2) : 128-135.

Widiastoety, D dan F.A. Bahar. 1995. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. J.Hort. 5(4) : 72-75.


Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Dan Produksi Kailan (Brassica Oleraceae Var. Acephala) Pada Berbagai Media Tanam Dan Pemberian Pupuk

6 84 72

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT OTOMATIS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN CABAI

2 33 42

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT OTOMATIS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN CABAI

4 36 44

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT OTOMATIS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN CABAIRANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT OTOMATIS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN CABAI

2 12 44

PENGARUH AERASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. Achepala) PADA TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG DI DALAM DAN DI LUAR GREENHOUSE

7 42 52

PENGARUH AERASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. Achepala) PADA TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG DI DALAM DAN DI LUAR GREENHOUSE

6 68 52

PENGARUH JARAK LAMPU NEON TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae) DENGAN SISTEM HIDROPONIK SUMBU (Wick System) DI DALAM RUANGAN (Indoor)

13 102 57

KAJIAN KOMPOSISI BAHAN DASAR DAN KEPEKATAN LARUTAN NUTRISI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra) DENGAN SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT

13 44 50

KAJIAN FREKUENSI DAN TINGGI PENGGENANGAN LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra) DENGAN HIDROPONIK EBB AND FLOW

1 4 47

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT UNTUK TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae) DENGAN MEDIA TANAM SERBUK SERABUT KELAPA DESIGN OF EBB AND FLOW HYDROPONICS SYSTEM FOR BABY KAILAN (Brassica oleracea) WITH COCOPEAT AS GROWING MEDIA

0 0 12