G. Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Secara sederhana penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dapat dirumuskan menjadi dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Penyebab
eksternal timbulnya kekerasan dalam rumah tangga berkaitan dengan hubungan kekuasaan suami isteri dan diskriminasi gender di kalangan masyarakat. Kekuasaan
dalam perkawinan diekspresikan dalam dua area. Area pertama, dalam hal pengambilan keputusan dan kontrol atau pengaruh. Area kedua, dalam bentuk ketegangan, konflik,
dan penganiayaan. Struktur kekuasaan keluarga berada dalam tiga komponen: individu yang memiliki otoritas, yaitu orang yang diberikan hak legitimasi memutuskan menurut
budaya dan norma sosial; kemudian individu pembuat keputusan; dan individu yang mampu menunjukkan pengaruh dan kekuasaan. Dalam kebanyakan masyarakat, suami
adalah orang yang memiliki kekuasaan dan menjadi kepala keluarga. Artinya, suamilah yang yang memiliki otoritas, pembuat keputusan, dan memiliki pengaruh terhadap isteri
dan anggota keluarga lainnya Djannah, 2002. Ada beberapa faktor sosial yang melestarikan adanya kekerasan dalam rumah
tangga. Pertama, dan yang utama adalah adanya ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan; baik di rumah tangga maupun dalam kehidupan publik. Ketimpangan ini
memaksa perempuan dan laki-laki untuk mengambil peran-peran gender tertentu, yang akhirnya berujung pada kekerasan. Kedua, ketergantungan isteri terhadap suami secara
penuh terutama dalam masalah ekonomi. Ketiga, sikap masyarakat yang cenderung mengabaikan peristiwa kekerasan dalam rumah tangga karena dianggap sebagai wilayah
domestik seseorang yang tidak selayaknya dicampuri. Keempat, keyakinan-keyakinan
yang berkembang dalam masyarakat termasuk yang mungkin berasal dari tafsir agama Kodir Mukarnawati, 2008.
Secara internal, menurut Langley dan Levy 1987 kekerasan terhadap perempuan terjadi karena sakit mental, pecandu alkohol dan obat bius, penerimaan masyarakat
terhadap kekerasan, kurangnya komunikasi, penyelewengan seksual, citra diri yang rendah, dan frustrasi.
H. Buku Panduan Keluarga Adil Gender Untuk Mencegah KDRT