KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH

(1)

ABSTRACT

PERFORMANCE OF THE DEPARTMENT OF YOUTH SPORTS CULTURE AND TOURISM IN CENTRAL LAMPUNG REGENCY IN YOUTH

EMPOWERMENT IN CENTRAL LAMPUNG By

MERARI DEFRI PRHAMATHANA

The lack of training of youth as well as the means provided by the Department of Youth, Sport, Culture and Tourism Central Lampung Regency make youth in Central Lampung do not have sufficient expertise to compete with the other youth who come from other regency in getting a job. Apart from the lack of special skills possessed by the youth in Central Lampung, drugs became one of the factors that make a lot of youth in Central Lampung involved in crime cases.

Performance is an achievement of the work of an individual or group within an organization in terms of quality and quantity in performing their duties and responsibilities given to him. Department of Youth Sports Culture and Tourism Central Lampung Regency is a government agency that has the task of coaching and execution of tasks in the field of youth sports, culture and tourism. Youth empowerment it self is a very important factor in public awareness or youth to understand that the ability of the individual is very important in order to compete with youth from other regency/city. This objective research is to determine the


(2)

performance of the Department of Youth Sports Culture and Tourism Central Lampung regency in youth empowerment. The method used in this research is descriptive qualitative method. Data collecting techniques used were interviews and documentation. Source informants are employees of Department of Youth Sport Culture and Tourism of Central Lampung regency and member of the National Committee of Indonesian Youth Central Lampung Regency.

The performance of the Department of Youth Sports Culture and Tourism Central Lampung regency in youth empowerment when measured from the aspect productivity, responsiveness and accountability. Shows the performance of productivity has not been fullest, activities are not made in accordance with what is the youth need, and a form of accountability of activities that made have seen thus increasing the confidence of youth. Youth empowerment form of the Department of Youth, Sport, Culture and Tourism of Central Lampung regency includes training Paskibraka.


(3)

ABSTRAK

KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM

PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH Oleh

MERARI DEFRI PRHAMATHANA

Minimnya pelatihan-pelatihan kepemudaaan serta sarana yang disediakan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah membuat pemuda di Lampung Tengah tidak memiliki keahlian yang cukup untuk bersaing dengan pemuda-pemuda yang berasal dari kabupaten lain dalam mendapatkan pekerjaan. Selain karena minimnya keahlian-keahlian khusus yang dimiliki oleh pemuda di Lampung Tengah, narkoba menjadi salah satu faktor yang membuat banyak pemuda di Lampung Tengah terlibat kasus kriminalitas.

Kinerja adalah suatu pencapaian kerja seseorang atau kelompok dalam sebuah organisasi secara kualitas dan kuantitas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah merupakan instansi pemerintah yang mempunyai tugas pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemuda olahraga, kebudayaan dan pariwisata. Pemberdayaan pemuda sendiri merupakan faktor yang sangat penting dalam penyadaran masyarakat atau pemuda untuk memahami bahwa kemampuan individu sangat penting agar mampu bersaing dengan pemuda


(4)

dari kabupaten/kota lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Sumber informan yaitu pegawai Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dan anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Lampung Tengah.

Kinerja dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda bila diukur dari aspek produktivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Memperlihatkan produktivitas kinerja yang belum maksimal, Kegiatan yang dibuat belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan pemuda, dan bentuk pertanggung jawaban dari kegiatan yang dibuat sudah terlihat sehingga meningkatnya kepercayaan pemuda. Bentuk pemberdayaan pemuda dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah meliputi Pelatihan Paskibraka.


(5)

KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM

PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH

Oleh

MERARI DEFRI PRHAMATHANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM

PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

MERARI DEFRI PRHAMATHANA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kinerja ... 14

1. Pengertian Kinerja ... 14

2. Manajemen Kinerja ... 16

3. Indikator Kinerja ... 18

4. Penilaian Kinerja ... 24

B. Tinjauan Tentang Pemberdayaan ... 28

1. Pengertian Pemberdayaan ... 28

2. Tujuan Pemberdayaan ... 31

3. Tahap-Tahap Pemberdayaan ... 32

4. Pemberdayaan Pemuda ... 34

C. Kerangka Pikir ... 36

III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Jenis Penelitian ... 40

B. Fokus Penelitian ... 42

C. Lokasi Penelitian ... 43

D. Jenis Data ... 43

E. Teknik Penentuan Informan ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data... 46

G. Teknik Pengolahan Data ... 47


(9)

IV.GAMBARAN UMUM

A. Kabupaten Lampung Tengah ... 50

B. Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata ... 53

C. Bidang Pemuda dan Olahraga ... 54

D. Bidang Seni Budaya ... 55

E. Bidang Pariwisata ... 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Kualitas Pemuda dalam Keorganisasian dan Kewirausahaan ... 58

2. Perlunya Pemberdayaan Pemuda ... 59

3. Produktivitas ... 63

4. Responsivitas ... 65

5. Akuntabilitas ... 67

B. Pembahasan … ... 69

1. Produktivitas ... 69

a. Produktivitas Tahapan Penyadaran ... 70

b. Produktivitas Tahapan Transformasi ... 73

c. Produktivitas Tahapan Peningkatan Intelektual ... 75

2. Responsivitas ... 81

a. Responsivitas Tahapan Penyadaran ... 83

b. Responsivitas Tahapan Transformasi ... 85

c. Responsivitas Tahapan Peningkatan Intelektual ... 87

3. Akuntabilitas ... 90

a. Akuntabilitas Tahapan Penyadaran ... 91

b. Akuntabilitas Tahapan Transformasi ... 93

c. Akuntabilitas Tahapan Peningkatan Intelektual ... 94

VI.PENUTUP A. Simpulan ... 98

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... 4 2. Jumlah Kasus Kriminalitas di Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun

2012, 2013 dan 2014 ... 8 3. Jumlah Pelaku Kejahatan Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten

Lampung Tengah pada Tahun 2009, 2010 2011 dan 2012 ... 10 4. Data Rencana Kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013, 2014 dan


(11)

(12)

(13)

(14)

MOTO

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali

tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita

telah berhasil melakukannya dengan baik.”

(Evelyn Underhill)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini

dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan

saat mereka menyerah.” (Thomas Alva

Edison)

“Berusahalah hingga titik terakhir, dan

yakinlah bawha usaha keras takkan pernah


(15)

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini kepada orang-orang yang saya sayangi dan menyayangiku.

Pama dan Mamaku yang tercinta Muhammad Hasan dan Farida yang sangat penting dalam hidupku tanpa kalian aku tidak akan pernah bisa seperti saat ini, kalian adalah harta yang sangat berharga dalam

kehidupan ku, dan tidak ternilai harganya. Terima kasih.

Adikku yang tersayang, Merari Ricky Dwiputra, terima kasih atas dukungan dan semangat selama ini.

Untuk seseorang yang selalu menemaniku, terimakasih untuk semangat, dukungan dan doanya hingga skripsi yang saya tulis selesai.

Yusnia Sari (Yunda), Terima Kasih. You are the best.

Teman, sahabat, saudara seperjuangan, terima kasih untuk semangatnya, terima kasih untuk semua tawa, semua obrolan sehatnya,

dan dukungannya yang tidak kalah hebat.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra pasangan Bapak Muhammad Hasan dan Ibu Farida.

Jenjang pendidikan penulis diawali pada tahun 1997, dimana penulis belajar dan bermain di TK Kesuma Bandar Lampung. Kemudian dilanjutkan dengan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Teluk Dalem yang diselesaikan pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Gunung Sugih dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar dan diselesaikan pada tahun 2010.

Pendidikan dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan mengikuti Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur UML pada tahun 2011, dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.


(17)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada

Allah SWT, Tuhan Maha Pencipta, Maha Menguasai Ilmu Pengetahuan, Maha Penyayang dan Maha Pemberi Nikmat yang luar biasa atas berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang sangat berarti ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga serta pengikutnya.

Penulisan skripsi yang berjudul “Kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam

Pemberdayaan Pemuda di Lampung Tengah” ini merupakan salah satu syarat

dalam rangka mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. Segala kemampuan telah penulis curahkan untuk menyelesaikan skripsi ini, namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan, baik yang menyangkut isi maupun tulisan. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari, bahwa tanpa bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak dalam hal materiil maupun spiritual, penulisan skripsi ini tidak


(18)

akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan segala hormat mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang selalu memberikan motovasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Darmawan Purba, S.IP. M.IP selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Pembantu yang selalu bersedia membimbing dan memberikan semangat.

5. Bapak Budiharjo, S.Sos. M.IP selaku Dosen Pembahas penulis yang telah bersedia untuk membimbing dan memberikan arahan, masukan, serta saran kepada penulis.

6. Seluruh jajaran Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA, seluruh staff Tata Usaha dan pegawai di FISIP dan Jurusan Ilmu Pemerintahan. 7. Seluruh jajaran Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Lampung Tengah.

8. Seluruh jajaran Pengurusan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Lampung Tengah.


(19)

9. Papa dan Mama tercinta terimakasih atas segala perhatian, rasa cinta dan kasih sayang serta doa tulus yang tiada henti-hentinya selalu diberikan untukku. Kalian mengajarkanku bagaimana sangat pentingnya arti sebuah perjuangan dengan selalu mengingat Allah SWT, terimakasih atas tetesan keringat yang kalian curahkan untuk membuatku bisa sampai sejauh ini. 10. Adik Kandungku, Merari Ricky Dwiputra. Terima kasih atas semangat,

tawa, tangis dan pertengkaran kecil yang membuatku bersyukur dan bangga memiliki adik kandung sepertimu.

11. Seseorang Spesial, Yusnia Sari. Terima kasih atas dukungan, doa dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat The Predatorz, Agus Pratama.S, Ariken Saidina Ali Lubis, Dani Aji Nugraha, Devris Dwi Februaris, Mahmud Rianto, Rizal Syafi’i, Roni Aziz Syaifullah, Muhammad Ali Syamsudin dan Junior Prakoso. Terimakasih untuk 4 tahun bersama-sama dalam suka duka di bawah satu atap di perantauan.

13. Teman Sepermainan Ilmu Pemerintahan 2011, Dwiky Caprinara, Indra Rinaldi Silalahi, Marendra Ramadhani, Randy Mase Bustami, Redo Putra Ramadhan, Rinaldo Sinaga dan Yandi Darma Wijaya, selama empat tahun kita mengenal arti lain dari sebuah persahabatan.

14. Sahabat Skripsi, Genta Rizkiansyah, Pertiwi Agustina RA dan Yuyun Dyah Anggraeni, memberi semangat, saling menolong, dan mendoakan dengan cara yang berbeda.

15. Pemerintahan Angkatan 2011, Aan, Adel, Anbeja, Dian, Endah, Feby, Hazi, Indah, Meyliza, Miranti, Nadia, Nurdiana, Panggih, Restia, Riyadhi,


(20)

Rizky, Santy, Shedy, Siti, Trio, Ulil, Wilanda, Winda, Wirda, Yuanita, Zakiyah dan semua teman-teman angkatan 2011.

16. All Crew The Jakmania Lampung, Adit, Agil, Andre, Ari (Kuncoro), Aryo, Bulloh, Dion, Fathur, Fery, Ion, Pepri, Rama, Ricky, Rizky (Gemblong), Romi, Uwiek dan Yogi, kita disatukan karena satu kecintaan yaitu Persija Jakarta.

17. Keluarga Ayam, Anita, Dera, Hidayat, Novi dan Riza, kalian telah membuktikan bahwa dengan waktu yang singkat saya dapat memiliki sahabat yang luar biasa.

Demikianlah kata pengantar ini disusun. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Mohon maaf atas semua kekurangannya dan semoga skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan oleh berbagai pihak, selamat membaca dan terimakasih.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,


(21)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan merupakan instansi pemerintah daerah yang berada di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota, yang memiliki tugas dan fungsi untuk membina serta mengembangkan bidang kepemudaan, keolahragaan, kebudayaan dan pariwisata di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Ketentuan di atas sejalan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah. Peraturan daerah tersebut mengatur bahwa Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah memiliki tugas pokok dan fungsi: (1) Perumusan kebijakan teknis Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah, (2) Penyelenggara sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, (3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, (4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati di bidang Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, dan (5) Pelayanan administratif.


(22)

2

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah diperkuat dengan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung pada pasal 8 ayat 1 yang mengatur bahwa Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata memiliki tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Provinsi di bidang kepemudaan dan keolahragaan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, dalam melaksanakan tugas yang telah ditentukan seperti yang dikemukakan di atas, maka Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata memiliki fungsi yaitu: (1) Perumusan kebijakan teknis operasional bidang kepemudaan dan keolahragaan, (2) Penyediaan bantuan atau dukungan pengadaan sarana dan prasarana kepemudaan dan keolahragaan, (3) Mendukung atau memfasilitasi organisasi kepemudaan dan keolahragaan, (4) Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi, dan (5) Pelayanan administratif.

Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah memiliki tanggung jawab untuk melakukan pembinaan serta pelatihan-pelatihan kepemudaan sebagai wujud dari pemberdayaan pemuda. Hal tersebut telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang


(23)

3

Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Selanjutnya dalam pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tersebut menjelaskan bahwa pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Kemudian, dengan begitu pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah memiliki tanggung jawab untuk dapat memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda dalam bentuk mengadakan program-program guna meningkatkan kapasitas pemuda serta menyediakan sarana dan prasarana kepemudaan di Kabupaten Lampung Tengah.

Proses pemberdayaan pemuda diharapkan dapat membuat pemuda menjadi generasi yang tangguh dan siap untuk melanjutkan tongkat estafet dalam melanjutkan pembangunan daerah. Pemuda tentu memiliki tanggung jawab yang sangat berat agar dapat meneruskan perjuangan generasi sebelumnya dalam membangun daerah. Pemerintah daerah melalui Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah diharapkan dapat melakukan pembinaan-pembinaan kepada pemuda mengingat pemuda merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu negara. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan menjelaskan bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.


(24)

4

Lampung Tengah adalah kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk sebesar 1.214.720 jiwa. Diikuti oleh Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah penduduk sebesar 988.277 jiwa dan Kabupaten Lampung Selatan berada di urutan ketiga dengan jumlah penduduk sebesar 950.844 jiwa. Selanjutnya, pada tabel 1 berikut diperlihatkan secara rinci persebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah menurut jenis kelamin dan kelompok umur tahun 2013.

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

(1) (2) (3) (4) (5)

0 – 4 60.258 57.666 117.924 9.71% 5 – 9 56.195 53.058 109.253 8.99% 10 – 14 56.054 52.939 108.993 8.97% 15 – 19 53.916 49.761 103.677 8.54% 20 – 24 48.413 47.678 96.091 7.91% 25 – 29 49.695 49.224 98.919 8.14% 30 – 34 51.653 51.265 102.918 8.47% 35 – 39 50.855 49.100 99.955 8.23% 40 – 44 44.435 42.597 87.032 7.16% 45 – 49 39.471 37.501 76.972 6.34% 50 – 54 32.520 30.452 62.972 5.18% 55 – 59 25.271 21.955 47.226 3.89% 60 – 64 17.280 16.141 33.421 2.75% 65 – 69 11.866 12.936 24.802 2.04% 70 – 74 9.876 10.371 20.247 1.67% 75 + 11.331 12.987 24.318 2.00%

Jumlah 619.089 595.631 1.214.720 100%

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Tengah, Tahun 2013


(25)

5

Jika mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan, mengenai batas usia yang masuk dalam kategori pemuda adalah masyarakat yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun, maka dapat dilihat pada tabel 1 tersebut pada kelompok usia 15-19, 20-24 dan 25-29 tahun di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013 berjumlah 298.687 jiwa. Kemudian, dengan jumlah pemuda di Kabupaten Lampung Tengah yang sangat besar yang mencapai 24,59% dari jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah, tentu angka tersebut bukan angka yang kecil dan selayaknya hal ini menjadi perhatian khusus bagi Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah agar dapat melakukan pembinaan kepada pemuda dengan mengadakan program-program pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas para pemuda dan mengarahkan pemuda di Kabupaten Lampung Tengah kearah yang lebih positif. Selain memikul beban yang sangat besar bahwa pemuda adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat melanjutkan pembangunan, para pemuda juga dihadapkan dengan persoalan-persoalan sulitnya mendapatkan pekerjaan. Proses penerimaan pegawai instansi pemerintah serta perusahaan-perusahaan kini menerapkan standar pendidikan yang tinggi serta dituntut untuk memiliki kemampuan khusus. Hal ini membuat pemuda semakin sulit untuk bersaing dalam mencari pekerjaan. Kemudian, dengan adanya pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah diharapkan dapat mengembangkan keahlian dan kemampuan pemuda untuk bersaing dalam dunia kerja.


(26)

Program-6

program pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat berbentuk pelatihan kepemimpinan dan organisasi serta pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang dapat meningkatkan kemampuan para pemuda di Lampung Tengah.

Selain minimnya pelatihan-pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan yang diadakan oleh Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah, jumlah sarana yang dapat menunjang pelatihan kepemudaan di Lampung Tengah juga masih sangat sedikit. Maka, dengan minimnya pelatihan-pelatihan kepemudaaan serta sarana yang disediakan oleh Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah membuat pemuda di Lampung Tengah tidak memiliki keahlian yang cukup untuk bersaing dengan pemuda-pemuda yang berasal dari kabupaten lain dalam mendapatkan pekerjaan. Minimnya keahlian khusus yang dimiliki pemuda di Kabupaten Lampung Tengah untuk mendapatkan pekerjaan, hal tersebut mendorong mereka untuk melakukan tindak kejahatan demi memenuhi kebutuhan.

Angka kriminalitas yang melibatkan kalangan pemuda di Lampung Tengah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir cukup tinggi, tindak kriminalitas yang marak dilakukan oleh kalangan pemuda di Lampung Tengah adalah kasus pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, pemerasan, hingga kasus senjata api ilegal.

Seperti yang dikutip dari media online Lampung Post, Polres Lampung Tengah mengamankan 20 orang dalam operasi gabungan yang digelar selama Januari 2015. Enam pelaku terjerat kasus pencurian kendaraan bermotor, delapan tersangka pengedar narkoba, dan enam pengguna


(27)

7

narkoba. Dalam ekspos yang digelar di halaman Mapolres Lampung Tengah, Senin (2/2/2015), Kasatreskrim Polres Lamteng AKP Harto Agung mengatakan enam tersangka pencuri diamankan dalam operasi gabungan Polres, Polsek Padangratu, Polsek Seputihbanyak, dan Polsek Seputihraman. Kasatreskrim Polres Lamteng AKP Harto Agung mengatakan enam tersangka pencuri diamankan dalam operasi gabungan Polres Lampung Tengah. Modus yang digunakan beberapa pelaku curanmor adalah melakukan pencurian di tempat hiburan, kata dia, adalah menunggu pemilik kendaraan lengah atau menunggu pemilik kendaraan melintas di tempat sepi. "Ada di antara mereka yang beroperasi dengan menggunakan senjata tajam," terangnya. Dia menambahkan para pelaku adalah Atem Prawoto (22 tahun), Ys (17 tahun), Sujarno (19 tahun), Suci Alvian (20 tahun), Sutrimo, dan Wagyman akan diancam pasal 363 KUHP dengan ancaman tujuh tahun, dan pasal 365 KUHP dengan ancaman 12 tahun penjara. Sebagai barang bukti, polisi mengamankan beberapa senjata tajam, dan tiga motor. (http://lampost.co/berita/polres-lamteng-tangkap-20-tersangka-kasus-begal-dan-narkoba- : diakses pada tanggal 10 Februari 2015 Pukul 13.35 WIB). Sedangkan dalam kasus yang berbeda, Selama periode operasi narkoba Januari 2015, Satnarkoba Polres Lampung Tengah (Lamteng), amankan 2,5 gram sabu-sabu dan10 paket kecil ganja kering. Menurut Kasatnarkoba AKP Talen Hapis, selain itu, pihaknya juga mengamankan barang bukti seperti timbangan elektrik, alat hisapnarkoba, sembilan amunisi aktif, 5 handpone, dan dua unit motor. "Untuk pelaku, kita amankan total 14 orang. Masing-masing 6 sebagai pelaku dan 8 sebagai bandar. Mereka kita tangkap di lokasi seperti Bandarjaya, Gunungsugih, dan Terusannunyai," ungkap Talen Hapis, Senin (2/2/2015).

(http://lampung.tribunnews.com/2015/02/02/10-paket-kecil-ganja-ini-berhasil-yang-diamankan-polres-bulan-lalu : diakses pada tanggal 11 Mei 2015 Pukul 14.06 WIB).

Berdasarkan berita yang di kutip dari media online di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar pelaku berada dalam kategori usia pemuda, yaitu usia enam belas (16) sampai tiga puluh (30) tahun. Maraknya tindak kriminalitas serta penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh para pemuda di Lampung Tengah adalah fenomena yang sedang marak terjadi di Indonesia. Selanjutnya untuk menggambarkan secara rinci tentang jumlah kasus kriminalitas yang terjadi di Lampung Tengah selama tahun 2012, 2013 dan tahun 2014, penulis menggambarkannya dengan tabel. Tabel yang dimaksud yaitu tabel tentang


(28)

8

jumlah kasus kriminalitas di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2012, 2013 dan 2014.

Tabel 2. Jumlah kasus kriminalitas di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2012, 2013 dan 2014.

NO KASUS TAHUN

2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Pembunuhan 2 4 6

2 Aniaya Berat 35 40 39

3 Pencurian dengan Kekerasan 78 54 49

4 Pencurian dengan Pemberatan 108 85 81

5 Pencurian Kendaraan Bermotor 130 100 166

6 Pemerkosaan 6 10 8

7 Perbuatan Cabul/Zinah 37 55 39

8 Senjata Api 7 6 11

9 Perjudian 33 90 62

10 Penipuan 43 58 61

11 Pemerasan 11 16 9

12 Penggelapan 24 44 24

13 Curi Ringan 16 22 22

14 Lain-Lain 114 168 117

JUMLAH 644 752 694

Sumber: Satuan Reserse dan Kriminal Polres Lampung Tengah tahun 2012, 2013 dan 2014.

Berdasarkan tabel 2 tersebut, maka diketahui bahwa jumlah keseluruhan kasus kriminalitas di Lampung Tengah pada tiga tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Seperti contoh pada kasus pencurian kendaraan bermotor, pada tahun 2012 terjadi 130 kasus, tahun 2013 ada 100 kasus, dan pada tahun 2014 terjadi 166 kasus. Maka, dengan begitu pada kasus pencurian kendaraan bermotor mengalami kenaikan dan penurunan. Pada kasus pencurian dengan pemberatan,


(29)

9

dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Sedangkan jumlah pelaku kriminal dari kalangan pemuda dalam tiga tahun terakhir terdapat 221 kasus. Pada tahun 2012 terdapat 78 pelaku, tahun 2013 ada 68 pelaku, dan pada tahun 2014 terdapat 75 pelaku.

Pelaku tindak kriminal dari kalangan pemuda di Lampung Tengah cukup besar, yaitu 10.57% dari jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2012 hingga tahun 2014. Angka ini cukup mencengangkan dan menggugah rasa penasaran apa yang menyebabkan hal ini dapat terjadi. Maraknya tindak kriminal yang melibatkan pemuda tentu bukan hanya permasalahan kriminal murni, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan sehingga banyak pemuda di Kabupaten Lampung Tengah yang melakukan tindak kriminalitas.

Penyalahgunaan narkoba menjadi salah satu faktor yang membuat banyak pemuda di Kabupaten Lampung Tengah terlibat kasus kriminalitas. Terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba dan tidak memiliki pekerjaan, keadaan ini tentu menggiring para pemuda untuk mencari uang secara cepat dan mudah yaitu dengan melakukan tindak kejahatan. Faktor lain yang menyebabkan tingginya angka kriminalitas di kalangan pemuda di Kabupaten Lampung Tengah adalah minimnya tingkat pendidikan para pelaku kejahatan. Pendidikan tentu menjadi salah satu faktor pendukung tingginya angka kriminalitas yang melibatkan pemuda. Selanjutnya untuk menggambarkan secara rinci tentang jumlah pelaku kejahatan menurut pendidikan yang terjadi di Kabupaten Lampung Tengah selama tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012, penulis menggambarkannya dengan tabel. Tabel yang dimaksud yaitu tabel jumlah pelaku kejahatan menurut


(30)

10

pendidikan yang terjadi di Kabupaten Lampung Tengah selama tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012.

Tabel 3. Jumlah pelaku kejahatan berdasarkan pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2009, 2010 2011 dan 2012.

No Jenis Pendidikan 2009 2010 2011 2012 Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6)

1 SD ke bawah 114 129 186 276 705

2 Sekolah Menengah 78 116 156 397 747

3 Perguruan Tinggi 4 1 15 7 27

Jumlah

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Tengah, Tahun 2013 Jika melihat data tersebut dapat dilihat bahwa pelaku tindak kejahatan di Kabupaten Lampung Tengah banyak yang berasal dari pendidikan SD kebawah dan Sekolah Menengah. Fakta tersebut menguatkan pendapat penulis bahwa faktor pendidikan juga menjadi salah satu faktor pendukung tindak kriminalitas yang dilakukan oleh pemuda yang berada di Kabupaten Lampung Tengah. Terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba dan rendahnya tingkat penididikan pemuda yang melakukan tindak kejahatan merupakan beberapa faktor yang menyebabkan banyak pemuda di Kabupaten Lampung Tengah melakukan tindak kejahatan. Dalam kasus ini ada beberapa instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Nasional, Dinas Tenaga Kerja dan Kepolisian. Namun faktor rendahnya pendidikan dapat diatasi dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah. Melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan tersebut diharapkan dapat membuat pemuda di Kabupaten Lampung Tengah menjadi lebih


(31)

11

mandiri dan memiliki kemampuan khusus dalam menghadapi dunia kerja, serta dapat mengarahkan pemuda ke arah yang lebih positif.

Hal ini merupakan tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, terutama Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah agar dapat mengadakan program-program pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah karena maraknya tindak kejahatan yang terjadi di Kabupaten Lampung Tengah 10.57% dari jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2012 hingga tahun 2014 dilakukan oleh kelompok usia pemuda, sedangkan pemerintah pusat telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat melakukan pembinaan serta pemberdayaan terhadap pemuda di Lampung Tengah agar dapat mandiri serta memiliki keahlian kewirausahaan.

Peraturan pemerintah tersebut diturunkan melalui peraturan daerah provinsi maupun peraturan daerah kabupaten yang mengatur bahwa Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata memiliki tugas pokok dan fungsi melakukan pembinaan terhadap pemuda dan dapat menyediakan sarana dan prasarana guna mendukung kegiatan kepemudaan. Jika dilihat lebih mendalam maka muncul sebuah hipotesis awal bahwa adanya permasalahan kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam melakukan pembinaan serta pemberdayaan pemuda.


(32)

12

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian skripsi dengan judul “Kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam Pemberdayaan Pemuda di Lampung Tengah”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam Pemberdayaan Pemuda di Lampung Tengah?”

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini sebagai salah satu kajian Ilmu Pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam proses pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang penerapan tugas pemerintahan khususnya di bidang pemberdayaan


(33)

13

kepemudaan serta memberikan sumbangsih baik sebagai literatur maupun referensi bagi peneliti lainnya yang tertarik pada penelitian ilmiah yang berhubungan dengan kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan kepemudaan. 2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam melakukan pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah pada masa yang akan datang.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Sebagai wujud pelayanan publik, pemerintah memiliki fungsi pelayanan dan pemberdayaan kepada masyarakat yang ditunjukkan dalam bentuk kinerja. Prawirosentono mendefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Sinambela, 2012:5). Sedangkan LAN-RI merumuskan kinerja adalah gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi (Pasolong, 2014:175).

Lebih lanjut, Widodo mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan (Pasolong, 2014:175). Sedangkan Gibson mengatakan bahwa kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan. Dikatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh interaksi antara kemampuan dan motivasi. Timpe


(35)

15

(1998) mengatakan, kinerja adalah prestasi kerja, yang ditentukan oleh faktor lingkungan dan perilaku manajemen. Hasil penelitian Timpe menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat kinerja pegawai yang paling efektif dan produktif dalam interaksi sosial organisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bawahan terhadap atasan dan sebaliknya (Pasolong, 2014:176).

Robbins and Coulter (2007) menjelaskan “Performance is the end result of an activity, managers are concerned with organizational performance the

accumulated end results of all the organization’s work activities” yang artinya kinerja adalah hasil akhir dari suatu kegiatan, manajer prihatin dengan hasil akhir kinerja organisasi akumulasi dari aktivitas kerja semua organisasi. Sedangkan Steers & Mowday sebagaimana dikutip oleh Jackofsky (1984) mengemukakan bahwa kinerja merupakan hal yang sangat relevan untuk dibahas karena (1) keseluruhan efektivitas organisasi tergantung daripadanya dan (2) individu itu sendiri, dalam hal agar dipekerjakan, dipertahankan dalam pekerjaannya, dan berbagai imbalan yang akan diterima terkait dengan kinerjanya (Christine, 2010:123).

Sedangkan Sinambela mendefinisikan kinerja pegawai sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu dengan keahlian tertentu. Hal senada dikemukakan oleh Stephen Robbins, bahwa kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Pasolong, 2014:176).


(36)

16

Setelah paparan pendapat para ahli di atas maka penulis memilih konsep kinerja yang dirumuskan oleh LAN-RI menjadi konsep utama dalam penelitian ini, penulis menilai bahwa konsep kinerja yang dirumuskan oleh LAN-RI paling relevan untuk digunakan sebagai acuan mengenai definisi kinerja dalam penelitian ini. LAN-RI merumuskan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi (Pasolong, 2014:175). Berdasarkan pengertian kinerja di atas maka kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam melaksanakan kegiatan, program-program pemberdayaan pemuda dapat dilihat apakah sudah mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi atau belum.

2. Manajemen Kinerja

Manajemen kinerja kinerja merupakan strategi yang digunakan oleh pimpinan untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam sebuah organisasi guna tercapainya tujuan organisasi. Amstrong dan Baron (1998) berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan dalam organisasi dengan memperbaiki kinerja staf dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu. Selain itu, manajemen kinerja dimulai dengan menentukan visi dan misi organisasi, maksud dan tujuan organisasi (Torang, 2014:189). Sedangkan Shiri (2001) mendefinisikan manajemen kinerja sebagai proses sistematis, dimana organisasi melibatkan karyawannya, sebagai individu dan anggota grup, dalam


(37)

17

meningkatkan efektivitas organisasi untuk mencapai misi dan tujuan organisasi (M. Harahap, 2013:23).

Bacal (1999) menjelaskan bahwa, manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang harus diimplementasikan secara berkesinambungan dalam ruang kemitraan antara staf dengan staf dan antara staf dengan pimpinannya. Proses komunikasi dimaksudkan untuk membangun harapan serta pemahaman yang terkait dengan pekerjaan yang sedang dan akan dilakukan. Proses komunikasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari unit-unit yang saling terkait (link and match) dan setiap unit harus terlibat untuk meningkatkan nilai tambah bagi organisasi, pimpinan, manajer dan staf (Torang, 2014:189).

Pada sisi lain, Amstrong (2004) berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah alat untuk mencapai kinerja yang lebih baik dalam organisasi dengan jalan memahami dan mengelola kinerja yang memiliki tujuan, standar, dan syarat atribut yang telah disepakati bersama. Costello (1994) juga mengatakan bahwa, manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan terhadap semua keputusan organisasi, usaha kerja, dan alokasi sumber daya Amstrong dan Baron (1998) berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan dalam organisasi dengan memperbaiki kinerja staf dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu. Selain itu manajemen kinerja dimulai dengan menentukan visi dan misi organisasi, maksud dan tujuan organisasi (Torang, 2014:190).

Setelah paparan pendapat para ahli di atas maka penulis memilih konsep manajemen kinerja menurut Amstrong dan Baron (1998) menjadi konsep


(38)

18

utama dalam penelitian ini, penulis menilai bahwa konsep manajemen kinerja yang dikemukakan oleh Amstrong dan Baron (1998) paling relevan untuk digunakan sebagai acuan mengenai definisi manajemen kinerja dalam penelitian ini. Amstrong dan Baron (1998) berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan dalam organisasi dengan memperbaiki kinerja staf dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu. Selain itu manajemen kinerja dimulai dengan menentukan visi dan misi organisasi, maksud dan tujuan organisasi (Torang, 2014:189).

3. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah bagian yang terpenting dalam mengukur kinerja organisasi maupun individu. LAN-RI merumuskan bahwa indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator masukan (input) keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefits) dan dampak (impacts) (Pasolong, 2014:177).

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja ini dapat berupa keluaran maupun hasil. Indikator kinerja keluaran (output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai akibat langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan. Indikator kinerja hasil (outcome) adalah


(39)

19

segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Indikator hasil merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat (M. Harahap, 2013:43).

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan indikator kinerja, yaitu:

a. Spesifik dan jelas.

b. Dapat terukur secara objektif baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

c. Dapat menunjukkan pencapaian keluaran, hasil, manfaat dan dampak. d. Harus cukup fleksibel dan sensitif, terhadap perubahan.

e. Efektif, yaitu dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis datanya secara efisien dan efektif (Pasolong, 2014:178).

Holloway (2004), menyebutkan bahwa indikator kinerja dapat berupa akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, dan equity (keadilan). Dijelaskan lebih jauh bahwa ada juga indikator konvensional kinerja yang berupa tingkat profitabilitas, kepuasan stakeholder, dan kepuasan pelanggan. Wibawa (1992), menambahkan bahwa kinerja dapat dinilai dari volume pelayanan, kualitas pelayanan dan kemampuan memeroleh sumber daya bagi pelaksanaan program (Pasolong, 2014:181).

Ada beberapa indikator kinerja yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja suatu organisasi ataupun individu. Dwiyanto (2006), menjelaskan bahwa ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur


(40)

20

kinerja birokrasi publik yang mengacu pada prinsip-prinsip good governance, yaitu:

a. Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan salah satu indikator kinerja yang penting. Sedangkan yang dimaksud dengan produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional, adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini (harus) lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

b. Kualitas Layanan, yaitu: cenderung menjadi dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas. Selanjutnya, dengan demikian menurut Dwiyanto kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dapat dijadikan indikator kinerja birokrasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja birokrasi publik yang mudah dan


(41)

21

murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi indikator untuk menilai kinerja birokrasi publik.

c. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat. Secara singkat resposivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan birokrasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan birokrasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

d. Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijaksanaan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit, Lenvine (Dwiyanto, 2006:51). Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas, yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi politik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya ialah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh


(42)

22

rakyat, dengan sendirinya akan memprioritaskan kepentingan publik. Selanjutnya, dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik itu konsisten dengan kehendak publik. Kinerja birokrasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh birokrasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dilihat dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Suatu kegiatan birokrasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat (Pasolong, 2014:178).

Kumoroto (1996), menggunakan beberapa indikator kinerja untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja birokrasi publik, antara lain:

a. Efisiensi, yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.

b. Efektivitas, yaitu apakah tujuan yang didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan, yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Kedua mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

d. Daya Tanggap, yaitu berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan masyarakat mendesak. Karena itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini (Pasolong, 2014:180).


(43)

23

Berdasarkan beberapa pendapat pakar mengenai indikator pengukuran kinerja di atas, maka penulis memilih untuk menggunakan indikator pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Dwiyanto (2006). Penulis memilih menggunakan indikator tersebut karena dipandang lebih tepat dan sesuai untuk mengukur kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah.

Indikator pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto dalam buku Harbani Pasolong yang berjudul Teori Administrasi Publik memiliki lima indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja, yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas (Pasolong, 2014:178). Merujuk dari kelima indikator yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto penulis memilih untuk menggunakan tiga indikator saja yaitu produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Ketiga indikator ini dipilih karena penulis berpendapat bahwa indikator-indikator tersebut telah mewakili beberapa indikator kinerja yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik.

Dwiyanto menjelaskan bahwa produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektivitas pelayanan. Oleh karena itu, produktivitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja dari dalam organisasi (Pasolong, 2014:178). Selanjutnya, dalam hal ini pemberdayaan pemuda, produktivitas dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata


(44)

24

Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat dari target dan realisasi kegiatan tentang pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah.

Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat (Pasolong, 2014:178). Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah mampu mendiagnosa apa saja yang dibutuhkan oleh pemuda di Lampung Tengah. Selanjutnya Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat menyusun agenda dan mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan pemuda.

Sedangkan konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik itu konsisten dengan kehendak publik. Kinerja birokrasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh birokrasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dilihat dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Pasolong, 2014:178).

4. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses dimana organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian kinerja dinilai kontribusi pegawai kepada organisasi selama periode waktu tertentu. Umpan balik kinerja (performance feedback) memungkinkan pegawai mengetahui seberapa baik mereka bekerja jika dibandingkan dengan standar-standar organisasi. Apabila


(45)

25

penilaian kinerja dilakukan secara benar, para pegawai akan lebih termotivasi untuk bekerja (Sinambela, 2012:47).

Dwiyanto mengatakan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk birokrasi publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh birokrasi itu memenuhi harapan dan memuaskan masyarakat (Pasolong, 2014:182). Penilaian pekerjaan adalah suatu metode membandingkan berbagai pekerjaan dengan menggunakan prosedur-prosedur formal dan sistematis untuk menentukan suatu urutan tingkat pekerjaan-pekerjaan itu (yakni, menentukan kedudukan nisbi atau pekerjaan dibandingkan dengan pekerjaan yang lain), untuk dapat menentukan kinerja seseorang dengan demikian memberikan dasar untuk suatu sistem upah yang adil. Sementara itu, menurut T.V. Rao (1996:1) penilaian kinerja adalah sebuah mekanisme untuk memastikan bahwa orang-orang pada tiap tingkatan mengerjakan tugas-tugas menurut cara yang diinginkan oleh para majikan mereka. Oleh karena itu, para manajer di setiap tingkatan berusaha memperbaiki tingkat prestasi mereka dengan cara menilai kinerja para bawahan mereka dan dengan demikian mereka dapat mengendalikan perilaku mereka (Sinambela, 2012:47).

Berdasarkan beberapa pengertian para pakar tentang peniliaian kinerja di atas, maka penulis berpendapat bahwa penilaian kinerja adalah metode untuk mengevaluasi pekerjaan dan membandingkan kinerja pegawai. Kemudian, dengan begitu dapat diketahui seberapa baik kinerja mereka. Penilaian kinerja


(46)

26

sangat penting karena untuk menilai kontribusi pegawai terhadap organisasi dalam pencapaian misi organisasi. Untuk birokrasi publik dapat mengetahui seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh birokrasi itu memenuhi harapan dan memuaskan masyarakat.

a. Tujuan Penilaian Kinerja

Locher dan Tell mengatakan bahwa penilaian kinerja bertujuan untuk menentukan kompetensi, perbaikan kinerja, umpan balik, dokumentasi, promosi, pelatihan, mutasi, pemecatan, pemberhentian, penelitian pegawai dan perencanaan tenaga kerja (Pasolong, 2014:185). Sedangkan Murphy and co menggambarkan tiga tujuan penilaian kinerja yang memengaruhi penilaian yaitu:

1. Tujuan penilaian dapat langsung memengaruhi penilaian.

2. Tujuan penilaian tidak langsung memengaruhi penilaian, melalui proses kognitif dasar, termasuk observasi, encoding dan pemanggilan. 3. Tujuan penilaian dapat memengaruhi dimana penilai memasukkan

informasi perilaku yang dinilai ketika membuat judgment (keputusan) tentang kinerjanya (Sinambela, 2012:59).

Donovan dan Jackson mengatakan bahwa ada beberapa tujuan penilaian yaitu:

1. Management development, yaitu memberikan suatu pengembangan pegawai di masa mendatang.

2. Pengukuran kinerja, yaitu memberikan informasi tentang nilai relatif dari kontribusi individu terhadap organisasi.

3. Perbaikan kerja, yaitu mendorong individu bekerja lebih efektif dan produktif.

4. Remunerasi dan benefit, yaitu membantu menemukan imbalan dan benefit yang setimpal berdasarkan sistem merit atau hasil.

5. Identifikasi potensi, yaitu membantu promosi.

6. Feedback, yaitu menggambarkan apa yang diharapkan dari individu. 7. Perencanaan sumber daya manusia, yaitu menilai kualitas SDM yang


(47)

27

8. Komunikasi, yaitu memberikan suatu format dialog antara atasan dan bawahan dan memperbaiki pemahaman tentang tujuan dan masalah-masalah yang dihadapi (Pasolong, 2014:185).

Selanjutnya, L. L. Cummings dan Donald P. Schwab berpendapat bahwa terdapat dua tujuan dari penilaian kinerja yang dinyatakan secara luas adalah untuk mencapai suatu kesimpulan yang evaluatif atau yang memberikan pertimbangan mengenai kinerja pegawai dan untuk pengembangan berbagai karya lewat program (Sinambela, 2012:61).

b. Sasaran Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi pekerjaan (job evaluation). Penilaian kinerja berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan/diberikan. Evaluasi pekerjaan menentukan seberapa tinggi harga sebuah pekerjaan bagi organisasi, dan dengan demikian, pada kisaran berapa gaji sepatutnya diberikan kepada pekerjaan tersebut. Sementara penilaian kinerja mungkin menunjukkan bahwa seseorang adalah pembuat program komputer terbaik yang dimiliki organisasi, evaluasi pekerjaan digunakan untuk memastikan bahwa pembuat program tersebut menerima gaji maksimal untuk posisi programmer komputer sesuai dengan nilai posisi tersebut bagi organisasi (Sinambela, 2012:51).

Konsepsi-konsepsi di luar indikator kinerja seperti, manajemen kinerja, dan penilaian kinerja merupakan satu-kesatuan konsep yang akan penulis gunakan untuk mendukung proses analisis dalam penelitian ini.


(48)

28

B.Tinjauan Tentang Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah kontrol terhadap keadaan sosial serta untuk membantu mendorong serta memotivasi individu agar memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakannya. Istilah pemberdayaan terdengar, bergaung dan digunakan di mana-mana, bahkan untuk benda tidak hidup seringkali diletakkan kata pemberdayaan. Pemberdayaan, akar katanya berasal dari daya atau power. Pemikiran modern tentang power muncul pertama kali dalam tulisan Nicollo Machiavelli dalam The Prince, di awal abad ke-6, dan Thomas Hobbers dalam Leviathan pada pertengahan abad ke-17 (E. Sadan, 2007). Representasi adanya power tampak pada posisi, pengambilan keputusan, dan pengaruh. Dengan power yang dimiliki, seseorang atau sekelompok orang diharapkan dapat mendayagunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengakses informasi, teknologi, modal, mengembangkan keterampilan dalam menemukan solusi atas masalah kehidupan. Selanjutnya, dengan demikian, pemberdayaan berkaitan dengan upaya perubahan dalam struktur sosial masyarakat, karena ada proses sharing power, peningkatan kemampuan, dan penetapan kewenangan (Amanah, 2014:1).

Djohani (2003) mendefinisikan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasan (powerfull) sehingga terjadi keseimbangan. Pengertian pemberdayaan (empowerment) tersebut menekankan pada aspek pendelegasian


(49)

29

kekuasaan, memberi wewenang, atau pengalihan kekuasaan kepada individu atau masyarakat sehingga mampu mengatur diri dan lingkungannya sesuai dengan keinginan, potensi, dan kemampuan yang dimilikinya (M.Anwas, 2014:49).

Menurut Rappaport (1987), pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, dan hak-haknya menurut undang-undang. Mc Ardie (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya,

bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha

mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan (Sedarmayanti, 2012:116).

Onny S. Prijono dan A.M.W Pranaka mengatakan pemberdayaan adalah membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan transfer daya dari lingkungannya (Nugroho, 2012:9).

Secara lebih rinci Slamet (2003), menekankan bahwa hakikat pemberdayaan adalah bagaimana membuat masyarakat mampu membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri. Istilah mampu di sini mengandung makna:


(50)

30

berdaya, paham, termotivasi, memiliki kesempatan, melihat dan memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu sebagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil risiko, mampu mencari dan menangkap informasi, serta mampu bertindak sesuai inisiatif (M.Anwas, 2014:49).

Kata pemberdayaan (empowerment) mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh. Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan yaitu: a. Kecenderungan primer, proses pemberdayaan yang menekankan pada

proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.

b. Kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi agar individu memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog (Sedarmayanti, 2012:117).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penulis berpendapat bahwa definisi pemberdayaan yang dikemukakan oleh Mc Ardie (1989) paling sesuai dengan penelitian ini. Mc Ardie (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan

“keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan

akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan (Sedarmayanti, 2012:116).


(51)

31

Kemudian, dalam penelitian ini Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah adalah pihak yang dapat mengambil keputusan mengenai pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah dan berkonsekuen dalam melaksanakan keputusan tersebut. Pemberdayaan pemuda yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah merupakan sebuah keharusan dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sumber lainnya dalam mencapai tujuan pemuda yang lebih berdaya.

2. Tujuan Pemberdayaan

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu maupun organisasi pasti memiliki tujuan. Tujuan tersebut dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Demikian pula halnya dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat, ia memiliki tujuan antara lain:

1. Tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat hidup manusia, dengan kata lain secara sederhana untuk meningkatkan kualitas hidup. Perbaikan kualitas hidup tersebut bukan semata menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga fisik, mental, politik, keamanan dan sosial budaya.

2. Untuk mencapai tujuan yang bersifat umum tersebut maka terdapat beberapa tujuan atau sasaran antara lain yaitu:

a. Perbaikan kelembagaan. Hal ini dimaksudkan agar terjalin kerjasama dan kemitraan antar pemangku kepentingan. Melalui perbaikan kelembagaan berbagai inovasi sosial yang dilakukan secara kemitraan antar pemangku kepentingan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat;

b. Perbaikan pendapatan, stabilitas ekonomi, keamanan dan politik yang mutlak diperlukan untuk terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan;

c. Perbaikan lingkungan hidup. Disadari atau tidak dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat melakukan aktivitas yang berakibat terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan ini bukan hanya mengancam kehidupan dirinya, tetapi juga mengancam kehidupan generasi yang akan datang;


(52)

32

d. Perbaikan akses, baik berkenaan dengan akses inovasi teknologi, permodalan/kredit, sarana dan prasarana produksi,peralatan dan mesin serta energy listrik yang sangat diperlukan dalam proses produksi; e. Perbaikan tindakan. Melalui pendidikan, kualitas SDM dapat

ditingkatkan sehingga dari sana diharapkan akan berdampak pada perbaikan sikap dan tindakan yang lebih bermartabat;

f. Perbaikan usaha produktif. Melalui upaya pendidikan dan latihan dan perbaikan kelembagaan serta akses perkreditan, diharapkan usaha-usaha yang bersifat produktif dan lebih maju dan berdaya saing;

g. Perbaikan-perbaikan bidang lainnya, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat (Soleh, 2014:81).

3. Tahap-Tahap Pemberdayaan

Pemberdayaan memiliki beberapa tahapan. Menurut Sumodingningrat, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi (Nugroho, 2012:11).

Sebagaimana disampaikan oleh Ambar Teguh S, bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:

a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

c. Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk menghantarkan pada kemandirian (Nugroho, 2012:11).


(53)

33

Sedangkan Lippit mengemukakan tujuh kegiatan pokok dalam proses pemberdayaan yaitu:

a. Tahap Penyadaran. Pada tahap ini pihak pemberdaya melakukan serangkaian kegiatan untuk menyadarkan masyarakat tentang keberadaannya, baik sebagai individu dan anggota masyarakat maupun sebagai bagian dari lingkungan fisik dan sosial ekonomi dan budaya serta politik. Proses penyadaran dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan, pelatihan maupun penyuluhan;

b. Tahap Penunjukan Adanya Masalah. Orang yang tidak sadar, atau tidak mengerti ia tidak akan tahu apa yang terjadi di sekelilingnya. Ia tidak memahami masalah apa yang sebenarnya mereka hadapi dan juga tidak memahami bagaimana memecahkan masalah tersebut;

c. Tahap Membantu Pemecahan Masalah. Pada dasarnya pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemberdaya agar mereka yang menjadi sasaran pemberdayaan dapat memecahkan masalah mereka sendiri. Tugas fasilitator (pemberdaya) hanyalah membantu mereka agar mampu menganalisa kekuatan dan kelemahan mereka, mampu menganalisa peluang dan tantangan mereka, mampu merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah serta mampu memilih alternatif yang tepat untuk memecahkan masalah;

d. Tahap Menunjukkan akan Pentingnya Perubahan. Hidup adalah sebuah proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari kondisi tertentu ke kondisi yang lain. Direncanakan atau tidak secara alamiah akan terjadi perubahan. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita merencanakan suatu perubahan dari kondisi yang kurang baik menuju kondisi yang lebih baik yang merupakan hakekat pembangunan/pemberdayaan;

e. Tahap Pengujian dan Demonstrasi. Perubahan yang direncanakan memerlukan uji coba, untuk menjawab apakah perubahan yang direncanakan dan dipilih tersebut terbukti mampu menjawab permasalahan yang dihadapi atau tidak;

f. Tahap Memproduksi dan Publikasi Informasi. Hasil uji coba atas suatu inovasi yang berhasil merupakan informasi yang sangat penting untuk dipublikasikan kepada masyarakat sasaran pemberdayaan agar mereka tergugah untuk berani mencoba hasil inovasi tersebut;

g. Tahap Penguatan Kapasitas. Penguatan Kapasitas dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan atau kepercayaan yang lebih luas kepada kelompok sasaran yang diberdayakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kreatif yang mereka pilih baik berkaitan dengan informasi dan permodalan (Soleh, 2014:94).


(54)

34

Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas mengenai tahap-tahap pemberdayaan, maka penulis memilih untuk menggunakan tahap-tahap pemberdayaan yang dikemukakan oleh Ambar Teguh S dalam skripsi (Nugroho, 2012). Terdapat tiga tahapan pemberdayaan yang menurut penulis mampu mengukur proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah, yaitu tahap penyadaran, tahap transformasi, dan tahap peningkatan intelektual.

Tahap pertama adalah tahap penyadaran, menurut Ambar Teguh S (Nugroho, 2012) mengatakan bahwa tahap ini adalah tahapan awal dimana masyarakat dapat sadar dan peduli sehingga merasa perlu meningkatkan kapasitas diri. Tahap kedua adalah tahap transformasi, dimana tahap ini adalah tahapan transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Sedangkan yang ketiga adalah tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk menghantarkan pada kemandirian (Nugroho, 2012:11).

4. Pemberdayaan Pemuda

Pemberdayaan pemuda adalah program yang dapat menumbuhkan berbagai macam potensi yang ada di dalam diri pemuda. Pemberdayaan pemuda dapat dibagi menjadi dua yaitu soft skill (kemampuan dari dalam diri) dan hard skill (kemampuan dari luar diri) dimana pengembangan soft skill dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan kepemimpinan, pelatihan keorganisasian dan


(55)

lain-35

lain. Sedangkan pengembangkan hard skill dapat dilakukan melalui pelatihan kewirausahaan serta pelatihan keahlian khusus seperti mengelas, mekanik mesin dan lain-lain.

Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda, dimana pemuda itu memiliki beragam potensi yang dimiliki oleh individu pemuda itu sendiri. Oleh karena itu, pemuda identik sebagai sosok yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berfikir maju, memiliki moralitas, dan sebagainya. Kelemahan mencolok dari pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik perubahan kultural maupun perubahan sosial dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri (Nugroho, 2012:15).

Sedangkan Undang-Undang Republik Inonesia No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan mengatakan bahwa ada 5 bentuk pemberdayaan pemuda yaitu: 1. Melaksanakan penyadaran.

2. Melakukan pemberdayaan.

3. Pengembangan potensi kepemimpinan. 4. Kewirausahaan.


(56)

36

C.Kerangka Pikir

Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Pemuda memiliki beragam potensi yang dimiliki oleh individu pemuda itu sendiri. Pemuda identik sebagai sosok yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berfikir maju, memiliki moralitas, dan sebagainya. Kelemahan mencolok dari pemuda adalah control diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik perubahan kultural maupun perubahan sosial dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri (Nugroho, 2012:11).

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat melakukan pemberdayaan pemuda dengan melalui tiga tahapan pemberdayaan seperti yang dikemukakan oleh Ambar Teguh S (Nugroho, 2012:11), yaitu: tahap penyadaran, tahap transformasi, dan tahap peningkatan intelektual. Tahap peningkatan kapasitas pemuda dapat dibagi menjadi dua yaitu soft skill dan hard skill dimana pengembangan soft skill dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan kepemimpinan, pelatihan keorganisasian dan lain-lain. Sedangkan pengembangan hard skill dapat dilakukan melalui pelatihan kewirausahaan serta pelatihan keahlian khusus seperti mengelas, mekanik mesin dan lain-lain.

Namun masih terjadi beberapa masalah dalam proses pemberdayaan pemuda di Kabupaten Lampung Tengah. Masih sangat minimnya program-program pelatihan dan minimnya sarana yang disediakan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah guna meningkatkan kualitas para


(57)

37

pemuda di Lampung Tengah. Hal tersebut membuat pemuda di Lampung Tengah masih belum sanggup bersaing dengan pemuda-pemuda yang berasal dari daerah lain yang berada di Provinsi Lampung. Padahal pemerintah pusat sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Sangat minimnya keahlian yang mereka miliki membuat pemuda di Lampung Tengah cenderung untuk berbuat tindak kriminalitas seperti melakukan pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan pemberatan, bahkan hingga terlibat dalam peredaran senjata api ilegal.

Kemudian, dengan begitu perlunya kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah untuk memberdayakan pemuda-pemuda yang ada di Lampung Tengah. Selanjutnya dalam penyelenggaraan pemberdayaan pemuda tersebut dapat diukur dengan beberapa indikator yang dikemukakan oleh Dwiyanto (Pasolong, 2014:178) diantaranya adalah produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas.

Indikator kinerja yang dikemukakan oleh Dwiyanto (Pasolong, 2014:178) di atas adalah produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Ketiga indikator tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa sub indikator yaitu:

1. Produktivitas

a. Banyaknya jumlah program pemberdayaan pemuda.

b. Program-program pemberdayaan terselenggara dengan baik.

c. Tercapainya target program kerja yang telah ditentukan dalam rencana. d. Meningkatnya jumlah program setiap tahunnya.


(58)

38

2. Responsivitas

a. Program-program pemberdayaan yang diadakan sesuai dengan kebutuhan pemuda.

b. Menyediakan Sarana dan Prasarana Kepemudaan. 3. Akuntabilitas

a. Melakukan pembinaan dibidang pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata.

b. Program-program pemberdayaan yang diadakan memiliki dampak yang nyata bagi pemuda yang mengikuti program pemberdayaan.

Indikator-indikator tersebut dipilih karena penulis menilai bahwa indikator-indikator tersebut paling sesuai dan dapat berfungsi sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah. Melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator tersebut dapat mengetahui kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah.


(59)

39

Agar memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, maka penulis membuat kerangka pikir. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam Pemberdayaan

Pemuda di Lampung Tengah

Prinsip dan Implementasi

Indikator Kinerja: 1. Produktivitas 2. Responsivitas 3. Akuntabilitas

Tahap-Tahap Pemberdayaan 1. Tahap Penyadaran

2. Tahap Transformasi

3. Tahap Peningkatan Intelektual

Memahami Kinerja dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata


(1)

99

Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah masih belum maksimal karena dari dua sub indikator yaitu program yang menjawab kebutuhan pemuda serta penyediaan sarana prasarana masih belum maksimal.

4. Dalam hal akuntabilitas Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah sudah menjalankan tanggung jawabnya sebagai instansi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi melakukan pembinaan di bidang pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata dan sudah maksimal terlihat dari dinas telah melakukan pemberdayaan dan kegiatan tersebut memiliki dampak positif bagi peserta pemberdayaan.

5. Bentuk pemberdayaan pemuda yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah adalah berupa pelatihan paskibraka. Dalam pelatihan ini para paskibraka diberikan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat dan berguna untuk menunjang tugas mereka sebagai petugas pengibar bendera pusaka serta pelatihan dasar kepemimpinan dan lainnya. Pelatihan tersebut diberikan untuk meningkatkan kualitas pemuda di Kabupaten Lampung Tengah yang diselenggarakan melalui pelatihan paskibraka. Pelatihan paskibraka di ikuti oleh siswa-siswi yang berada di Kabupaten Lampung Tengah dan mengikuti seleksi untuk menjadi paskibraka. 6. Faktor penghambat untuk mengadakan program-program pemberdayaan

pemuda adalah masalah minimnya anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah, sehingga membuat Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah hanya memasukkan pelatihan paskibraka saja dalam program pemberdayaan pemuda pada rencana kerja dinas tersebut.


(2)

100

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, pada kesempatan ini penulis menyarankan kepada Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah sebagai berikut:

1. Sebaiknya Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah bekerja sama dengan seluruh komponen termasuk organisasi kepemudaan dan pihak swasta. Hal tersebut sangat bermanfaat untuk mengatasi terbatasnya anggaran yang dimiliki oleh dinas untuk melaksanakan program pemberdayaan pemuda di Kabupaten Lampung Tengah.

2. Melihat dari aspek produktivitas maka sebaiknya Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah tidak hanya berpatokan pada rencana kerja yang sudah ditentukan saja, tetapi juga harus menyelenggarakan program-program pemberdayaan pemuda yang cukup banyak.

3. Melihat dari aspek responsivitas sebaiknya Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat menyelenggarkan program pemberdayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan pemuda di Kabupaten Lampung Tengah. Selain program, seharusnya dinas juga menyediakan sarana dan prasaranya yang dapat menunjang kegiatan pemberdayaan pemuda seperti gedung pemuda atau balai pemberdayaan pemuda.

4. Untuk aspek akuntabilitas selayaknya Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah sebaiknya dapat lebih


(3)

101

meningkatkan lagi kinerjanya sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terutama pemuda di Kabupaten Lampung Tengah dapat semakin meningkat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Amanah, Siti dan Narni Farmayanti. 2014. Pemberdayaan Sosial Petani-Nelayan, Keunikan Agroekosistem, dan Daya Saing. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta. Jakarta

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Salemba Humanika. Jakarta

Milles, Mathew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja dkk. Bandung M.Anwas, Oos. 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Alfabeta.

Bandung

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah). Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Pasolong, Harbani. 2014. Teori Administrasi Publik. Alfabeta. Bandung

Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta

Rudi, M.Harahap. 2013. Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja Sektor Publik. Buletin Informasi dan Teknologi (bit). Jakarta

Sedarmayanti. 2012. Good Governance (Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktivitas Menuju Good Governance). Mandar Maju. Bandung

Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Implikasi. Graha Ilmu. Yogyakarta


(5)

Soleh, Chabib. 2014. Dialektika Pembangunan dengan Pemberdayaan. Fokusmedia. Bandung

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Bumi Aksara. Jakarta

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2011. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Kencana. Jakarta

Torang, Syamsir. 2014. Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan Organisasi). Alfabeta. Bandung

Sumber Jurnal :

Christine W.S., Megawati Oktorina, Indah Mula. 2010. Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studi pada Dual Career Couple di Jabodetabek). Jakarta: The Computer Journal. Volume 12 Nomor 2

Sumber Skripsi :

Nugroho, Dewanto Jati. 2012. “Pemberdayaan Pemuda Melalui Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga Panti Sosial

Pamardi Putra Yogyakarta”. Program Sarjana. Universitas Negeri

Yogyakarta. Yogyakarta

Sumber Dokumen :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah “Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah menurut jenis kelamin dan kelompok umur tahun 2013” Data Kriminalitas Satuan Reserse dan Kriminal Polres Lampung Tengah Tahun

2012, 2013 dan 2014

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung


(6)

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Rencana Kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2013, 2014 dan 2015

Sumber Internet :

http://lampost.co/berita/polres-lamteng-tangkap-20-tersangka-kasus-begal-dan-narkoba- (diakses pada tanggal 10 Februari 2015 Pukul 13.35 WIB)

(http://lampung.tribunnews.com/2015/02/02/10-paket-kecil-ganja-ini-berhasil-yang-diamankan-polres-bulan-lalu : diakses pada tanggal 11 Mei 2015 Pukul 14.06 WIB)

(http://www.lampungtengahkab.go.id/gambaran-umum/sejarah-daerah.html diakses pada tanggal 27 Mei 2015 pada pukul 12.44)