THE MODELLING AND NOISE LEVEL ANALYSIS IN ENVIRONMENT OF LAMPUNG UNIVERSITY TOWARDS THE POSITION IN THE FORM OF SOUND TOPOGRAPHY PEMODELAN DAN ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN SUARA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG TERHADAP POSISI DALAM BENTUK SOUND TOPOGRAPH

ABSTRACT
THE MODELLING AND NOISE LEVEL ANALYSIS IN ENVIRONMENT
OF LAMPUNG UNIVERSITY TOWARDS THE POSITION
IN THE FORM OF SOUND TOPOGRAPHY

by
Khany Nuristian

It has been done to measure the level of noise in Lampung University (Unila) area.
The research was carried out with matric model at the Unila map with 25 points of
measurement. The measuring instruments of noise are sound level meter type 4011
Lutron and android smartphone as comparator. The determinations of the coordinate
area was carried out with Global Positioning System (GPS) and android smartphone.
The coordinate data that was obtained from the measurements of the latitude
longitude coordinate afterwards was changed into the Universal Transverse Mecator
coordinate (UTM) used the application of Microsoft Excel that was drafted by Steve
Dutch from University of Wisconsin-Green Bay. The temperature of the environment
of the grating point was measured by thermometer. The whole data was gathered and
than convert to the distribution map of noise in form of the map sound topography
used Software Golden Surfer. Results of the research showed the noise level in the
area still in the safe level according to employment and transmigration ministers

regulation in a big manner noise was measured 64-84 dB.

Keywords: measurement, sound level meters, GPS, android smartphone, sound
topography.

ii

ABSTRAK

PEMODELAN DAN ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN SUARA
DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG TERHADAP POSISI
DALAM BENTUK SOUND TOPOGRAPHY

Oleh
Khany Nuristian, Warsito, Gurum Ahmad Pauzi

Telah dilakukan penelitian untuk mengukur tingkat kebisingan suara di
lingkungan Universitas Lampung (Unila). Penelitian dilakukan dengan mematrik-an peta Unila dan mengambil 25 titik untuk diukur nilai kebisingannya.
Alat ukur kebisingan yang digunakan adalah sound level meter tipe Lutron 4011
dan smartphone android sebagai pembanding. Penentuan koordinat area

dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan
smartphone android. Data koordinat yang didapatkan dari pengukuran koordinat
berbentuk koordinat bujur-lintang kemudian diubah menjadi koordinat Universal
Transverse Mecator (UTM) menggunakan aplikasi Microsoft Excel yang
dirancang oleh Steve Dutch dari University of Wisconsin-Green Bay. Suhu
lingkungan titik pengukuran diukur menggunakan thermometer. Data keseluruhan
kemudian dikumpulkan untuk dibuat peta sebaran kebisingan dalam bentuk peta
sound topography menggunakan Software Golden Surfer. Hasil penelitian
menunjukan bahwa tingkat kebisingan di area masih dalam taraf aman menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan besar kebisingan
terukur 64-84 dB.
Kata Kunci : Pengukuran, sound level meter , GPS, smartphone android , sound
topography.

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis


yang

bernama

lengkap

Khany

Nuristian,

dilahirkan di Bandar Lampung, 10 Februari 1991. Buah
hati dari Bapak Khairullah Abbas Baladiah dan Ibu
Marlina yang merupakan anak keempat dari lima
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Dasar di SDN 2 Palapa Inti Bandar Lampung pada tahun
2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 23 Bandar Lampung
pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Arjuna pada tahun 2009.

Khany Nuristian, terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Lampung melalui SNMPTN pada tahun 2009. Penulis mengambil

jurusan KBK Instrumentasi pada jurusan Fisika. Selama menempuh pendidikan,
penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) periode
2010/2011. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum Fisika Dasar
I.

vii

MOTO

Kebanggaan terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita terjatuh

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri (QS Ar Ra’d : 11)

ix

Bismillahirrahmanirrahiim


Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Kedua orang tuaku,
Papah dan Mamah yang telah memberikan cinta kasih dan
sayang serta doa untukku. Terima Kasih,
kalianlah inspirasi untuk masa depanku
Kakakku yang selalu menjadi penyemangatku
adikku terkasih.
Seluruh sahabat terbaikku
dan Almamater tercinta

viii

SANWACANA

Puji syukur bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan nikmatnya,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga
selalu terucap kepada suri teladan umat, Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.


Alhamdulillah

penulis

dapat

menyelesaikan

skripsi

yang

berjudul

:

“PEMODELAN DAN ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN SUARA DI
LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG TERHADAP POSISI DALAM
BENTUK SOUND TOPOGRAPHY”.
Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Fisika di

Universitas Lampung. Dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan skripsi,
penulis telah banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr.

Warsito, S.Si., DEA, selaku Pembimbing pertama atas

perhatian, arahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat kepada penulis
serta tetap sabar dalam membimbing penulis hingga selesainya penulisan
skripsi ini.

2. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T, selaku Pembimbing kedua atas
segenap masukan, saran, bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat
kepada penulis.
3. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si, selaku Penguji yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran demi perbaikan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Yanti Yulianti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
5. Ibu Surprihatin, S.Si., M.Si, selaku Pembimbing akademik dan seluruh Dosen

serta Staf di Jurusan Fisika FMIPA Unila.
6. Bapak Prof. Suharso, PhD selaku dekan FMIPA Unila.
7. Papah dan Mamah atas segala doa, pengorbanan, motivasi dan cinta kasih
yang tulus iklas mendampingi perjuanganku.
8. Kakak-kakakku tercinta Kharlin Nurma Puspita, Khary Nurrizky, Khervin
Ratu Novilia, dan adik ku Felin Khasanah atas kebersamaan, perhatian, cinta
dan senyum yang tercipta.
9. Eko Sariyanto dan Deka yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman Fisika angkatan 2009 ; Urfha, Dini, Melia, Ajeng, Sari, Bery,
Reni, Taqim dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Terima kasih.

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN MENGESAHKAN .................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
SANWACANA .............................................................................................. xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang ..........................................................................................

Rumusan Masalah .....................................................................................
Batasan Masalah .......................................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Manfaat Penelitian ....................................................................................

1
3
3
4
4

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terkait ....................................................................................... 5
B. Perbedaan Dengan Penelitian Lain ............................................................ 7
C. Teori Dasar ................................................................................................ 7
1. Gelombang ......................................................................................... 7
2. Bunyi ................................................................................................. 10
3. Daya Dengar Manusia ....................................................................... 11
4. Intensitas Bunyi ................................................................................. 12
5. Getaran ............................................................................................... 13

6. Temperatur ......................................................................................... 15

xiii

7. GPS ....................................................................................................
8. Topography ........................................................................................
9. Sound Level Meter Lutron SL-4011 ...................................................
10. Surfer Golden Software .....................................................................
11. Baku Nilai Bising di Indonesia ..........................................................
12. Koordinat Peta ...................................................................................

16
18
19
22
27
28

III. METODE PENELITIAN

A.
B.
C.
D.
E.

Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 31
Alat dan Bahan ......................................................................................... 31
Prosedur Penelitian ................................................................................... 32
Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 33
Data Hasil Pengukuran ............................................................................. 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Metode dan Hasil Pengukuran ................................................................... 36
B. Analisis Konversi Koordinat Bujur ke UTM ............................................ 38
C. Analisis Waktu Pengukuran Terhadap Kebisingan ................................... 39
1. Pengukuran Kebisingan Pagi Hari ........................................................ 39
2. Pengukuran Kebisingan Siang Hari ...................................................... 43
3. Pengukuran Kebisingan Sore Hari ........................................................ 48
D. Analisis Tingkat Kebisingan Berdasarkan Koordinat HP ........................ 52
E. Analisis Perubahan Suhu .......................................................................... 55
F. Analisis Perubahan Ketinggian ................................................................. 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 60
B. Saran .......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
2.1 Hasil pengukuran bising diarea Bandara Ahmad Yani.............................. 5
2.2 Kelajuan Bunyi diberbagai materi pada suhu 20°C ................................... 10
2.3 Tingkat intensitas bunyi ............................................................................. 13
2.4 Spesifikasi dasar sound level meter Lutron SL-4011................................. 21
2.5 Baku nilai bising KepMenLH No 48 Tahun 1996 .................................... 27
2.6 Baku nilai bising Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi ....................... 28
3.1 Data penelitian yang akan didapatkan ....................................................... 34

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
2.1 Ilustrasi bagian gelombang transversal dan longitudinal ............................. 8
2.2 Ilustrasi bagian-bagian gelombang ................................................................ 9
2.3 Fenomena layangan ....................................................................................... 11
2.4 Daya dengar telinga manusia ......................................................................... 12
2.5 Gerak harmonik sederhana............................................................................. 14
2.6 Gerak harmonik teredam ............................................................................... 14
2.7 Bagian-bagian sistem GPS ............................................................................ 16
2.8 Peta GPS kontrol ........................................................................................... 17
2.9 Penggambaran prinsip kerja GPS ................................................................. 17
2.10 Proses penentuan informasi dari suatu tempat ............................................ 18
2.11 Penggambaran medan dengan garis kontur ................................................ 19
2.12 Sound level meter model SL-4011 ............................................................. 22
2.13 Tampilan perangkat lunak surfer dan bagian-bagiannya ............................ 23
2.14 Bentuk base map ......................................................................................... 24
2.15 Bentuk contour map ................................................................................... 25
2.16 Bentuk Post map dan classed post map ..................................................... 25
2.17 Bentuk Shaded relief map ........................................................................... 25

2.18 Bentuk Watershed map ............................................................................... 26
2.19 Bentuk 3D surface ...................................................................................... 26
2.20 Sistem koordinat bujur-lintang ................................................................... 29
2.21 Sistem koordinat UTM ............................................................................... 30
3.1 Diagram alir penelitian .................................................................................. 33
4.1 Peta matriks pengambilan data ..................................................................... 37
4.2 Sebaran tingkat kebisingan waktu pagi dengan sound level meter dalam
koordinat bujur .............................................................................................. 39
4.3 Sebaran tingkat kebisingan waktu pagi dengan smartphone android dalam
koordinat bujur .............................................................................................. 40
4.4 Sebaran tingkat kebisingan waktu pagi dengan sound level meter dalam
koordinat UTM.............................................................................................. 42
4.5 Sebaran tingkat kebisingan waktu pagi dengan smartphone android dalam
koordinat UTM.............................................................................................. 43
4.6 Sebaran tingkat kebisingan waktu siang dengan sound level meter dalam
koordinat bujur .............................................................................................. 44
4.7 Sebaran tingkat kebisingan waktu siang dengan smartphone android dalam
koordinat bujur ..............................................................................................45
4.8 Sebaran tingkat kebisingan waktu siang dengan sound level meter dalam
koordinat UTM ..............................................................................................46
4.9 Sebaran tingkat kebisingan waktu siang dengan smartphone android dalam
koordinat UTM ..............................................................................................47
4.10 Sebaran tingkat kebisingan waktu sore dengan sound level meter dalam
koordinat bujur ............................................................................................48
4.11 Sebaran tingkat kebisingan waktu sore dengan smartphone android dalam
koordinat bujur ............................................................................................49
4.12 Sebaran tingkat kebisingan waktu sore dengan sound level meter dalam
koordinat UTM ............................................................................................50
4.13 Sebaran tingkat kebisingan waktu sore dengan smartphone android dalam
koordinat UTM ............................................................................................51

4.14 Sebaran tingkat kebisingan waktu pagi dengan sound level meter dalam
koordinat bujur ............................................................................................53
4.15 Sebaran tingkat kebisingan waktu siang dengan sound level meter dalam
koordinat bujur ............................................................................................54
4.16 Peta sebaran suhu di area Universitas Lampung pada pagi hari...................55
4.17 Peta sebaran suhu di area Universitas Lampung pada siang hari.................56
4.18 Pola ketinggian di area Universitas Lampung dengan menggunakan
koordinat UTM GPS ...................................................................................58
4.19 Sebaran tingkat kebisingan waktu pagi dengan sound level dalam koordinat
bujur dengan model grid .............................................................................59

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di daerah padat penduduk seperti pada daerah perkotaan, bising merupakan salah
satu masalah yang harus dihadapi masyarakat setiap hari. Kebisingan adalah
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan (KepMen LH 48, 1996). Kebisingan tersebut dapat berasal dari
kendaraan bermotor, pabrik, pemukiman padat penduduk, dan beberapa faktor
lainnya yang dapat menimbulkan bunyi. Secara umum, kebisingan dapat
berdampak pada gangguan pendengaran, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
memicu stres. Dalam kehidupan sehari-hari, tingkat pendengaran normal manusia
saat melakukan pembicaraan merupakan keadaan nyaman. Besarnya taraf
intensitas pembicaraan ini sebesar 60 dB (Fraden,1996). Normalnya, nilai ambang
batas paparan kebisingan maksimal atau ambang sakit pendengaran manusia
sebesar 120 dB (Tipler, 1998).

Pabrik, bandara, jalan raya dan area pertambangan merupakan contoh daerah yang
memiliki tingkat kebisingan tinggi. Pengukuran besar kebisingan di area tersebut
telah banyak dilakukan, diantaranya analisis pengukuran kebisingan di jalan raya
(Susanti, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar kebisingan di

2

jalan raya masih dalam taraf aman bagi telinga atau tidak. Alat ukur yang di
gunakan pada penelitian ini hanya alat ukur kebisingan yang disebut sound level
meter. Penelitian ini telah dapat mengukur besar kebisingan di jalan raya. Akan
tetapi, penelitian ini dirasa kurang efektif karena dalam proses analisis besar
bising hanya berdasarkan pada jumlah kendaraan, berat kendaraan, kecepatan dan
permukaan jalan. Pengukuran kebisingan hanya dengan menggunakan alat sound
level meter juga pernah dilakukan (Ninda dan Rudy, 2011). Kebisingan yang
diukur yakni aktifitas pesawat di bandara Juanda Surabaya. Penelitian di daerah
sumber bising selanjutnya adalah penelitian untuk mengetahui besar kebisingan di
daerah penambangan batu (Syarief dkk, 2012). Alat ukur yang digunakan adalah
sound level meter, stopwatch dan Global Positioning System (GPS). Proses
pengambilan data dilakukan pada siang dan malam hari, namun dalam penelitian
ini masih memiliki kekurangan karena hasil pengukuran dari GPS tidak
ditampilkan dan dibahas.

Dari penelitian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengukuran besar kebisingan terhadap posisi. Untuk mempermudah proses
pengambilan data, alat ukur yang digunakan bukan berupa alat melainkan sudah
berupa software yang sudah dapat di-download dan di-instal dalam sebuah
aplikasi sistem yang disebut android, sehingga dalam proses pengambilan data
cukup menggunakan satu alat tersebut. Dalam android tersebut akan diinstal
software sound level meter untuk mengukur tingkat kebisingan dan software GPS
untuk menentukan koordinat dan tinggi suatu wilayah. Hasil penelitian nantinya
berupa analisis hubungan antara besar kebisingan terhadap posisi yang kemudian
akan dibuat dalam bentuk “sound topography”.

3

B. Rumusan Masalah

Pada penelitian yang akan dilakukan, terdapat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut.
1.

Bagaimana menentukan koordinat dan tinggi suatu area menggunakan GPS
dan smartphone android ?

2.

Bagaimana mengukur tingkat kebisingan suara pada suatu area menggunakan
alat sound level meter dan software sound level meter ?

3.

Bagaimana menganalisis hubungan kebisingan terhadap posisi dalam bentuk
“sound topography”?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Pengukuran menggunakan smartphone android dan software pengukuran
yang bebas di akses di google playstore.

2.

Kalibrasi smartphone dilakukan secara langsung dengan sound level type
Lutron 4011.

3.

Pengukuran dilakukan di lingkungan Universitas Lampung.

4.

Proses pengukuran dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari dengan
mengambil sampel sebanyak 25 titik dengan jangka waktu tidak lebih dari 2
jam.

4

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan pemaparan rumusan masalah antara lain.
1.

Menentukan koordinat dan tinggi suatu area menggunakan GPS dan
smartphone android.

2.

Mengukur tingkat kebisingan di suatu area menggunakan alat sound level
meter dan software sound level meter.

3.

Menganalisis

hubungan

kebisingan

terhadap

posisi

bentuk

“sound

topography”.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai rujukan untuk mengetahui tingkat kebisingan
pada suatu daerah sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terkait

Penelitian tentang analisis kebisingan telah banyak dilakukan. Salah satunya
adalah kajian kebisingan di Bandara Ahmad Yani Semarang (Chaeran, 2008),
pengaruh kebisingan di kawasan PT.PLN sektor Barito (Octavia dkk, 2013) dan
analisis kebisingan jalan raya (Susanti, 2010).

Kajian kebisingan akibat aktifitas bandara Ahmad Yani Semarang (Chaeran,
2008), menggunakan alat ukur kebisingan sound level meter NA 20 yang
memiliki range pengukuran 30-130 dBA untuk mengukur bising dan weather
portable untuk mengukur unsur cuaca di lokasi. Lokasi kebisngan yang diukur
adalah lokasi apron, landasan pacu barat, landasan pacu timur area parkir bandara.
Di lokasi tersebut diukur nilai bising saat keadaan normal (tanpa pesawat), saat
pesawat take off dan saat pesawat landing. Dari pengukuran, didapatkan data
seperti Tabel 2.1.

No
1
2
3
4

Tabel 2.1. Hasil pengukuran bising di area bandara Ahmad Yani
Lokasi
Intensitas Bising
Pengukuran
Normal (dB)
Take off (dB)
Landing (dB)
Apron
42-47,6
77,7-90,0
76,0-91,2
Landas pacu barat
47-55,1
73,5-95,2
78,7-94,3
Landas pacu timur
33,0-54,3
71,2-85,3
70,3
Area parkir
48,7-57,5
61,9-84,3
64,6-78,8

6

Dari Tabel 2.1 dapat diambil nilai rata-rata bising di lokasi apron 80,05 dB,
landas pacu barat 77,43 dB, landas pacu timur 70,70 dB dan area parkir sebesar
51,60 dB. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas
bising di area bandara Ahmad Yani Semarang masih sesuai dengan baku mutu
tingkat kebisingan keputusan menteri tenaga kerja yaitu dibawah 85 dB.

Pengukuran kebisingan selanjutnya yaitu pengukuran bising di area PT.PLN
sektor Barito Banjarmasin (Octavia dkk, 2013). Penelitian tersebut menggunakan
alat ukur sound level meter mode 308 aproval 2G-2256. Pengukuran dilakukan di
6 titik pada bagian pemeliharaan mesin dan 6 titik dibagian operator. Hasil
pengukuran didapatkan nilai bising rata-rata pada bagian pemeliharaan mesin
diatas nilai ambang batas kebisingan (85 dB) yaitu sebesar 104 dB dengan
kebisingan terendah 96 dB dan kebisingan tertinggi 113 dB. Sedangkan untuk
bagian operator, diperoleh nilai bising dibawah ambang batas kebisingan yaitu
rata-rata 75 dB dengan nilai bising terendah 69 dB dan bising tertinggi 80 dB. Hal
ini disebabkan kerena bagian operator terdapat di lantai 2 dan terdapat sekat
pemisah antara mesin produksi dan ruang operator.

Analisis kebisingan di persimpangan jalan raya juga pernah dilakukan (Susanti,
2010). Persimpangan jalan yang diukur merupakan daerah perniagaan, dimana
menurut peraturan Menteri Lingkungan Hidup nilai bising di kawasan perniagaan
harus tidak melebihi 70 dB. Alat ukur yang digunakan adalah sound level meter,
sedangkan koreksi kebisingan terletak pada jumlah kendaraan, kecepatan
kendaraan, permukaan jalan dan jarak kendaraan dari tempat pengukuran. Hasil

7

penelitian tersebut adalah bahwa bising di persimpangan jalan raya masih dalam
batas aman bagi daerah perniagaan yaitu 67,615 dB

B. Perbedaan dengan Penelitian Lain

Pada penelitian kebisingan yang pernah dilakukan, proses pengukuran bising
hanya menggunakan alat sound level meter. Analisis bising hanya terletak pada
jarak yang diukur dari sumber bising, jumlah kendaraan dan arah angin. Dalam
penelitian ini, akan dilakukan analisis kebisingan terhadap koordinat, ketinggian
dan suhu lingkungan. Proses pengukuran koordinat dan kebisingan dilakukan
dengan menggunakan dua jenis alat sebagai pembanding, yaitu GPS dan
smartphone android untuk menentukan koordinat dan tinggi area, dan sound level
meter serta

smartphone android untuk mengukur besar bising. Data hasil

pengukuran nantinya akan dibuat peta kontur dalam bentuk sound topographie.

C. Teori Dasar

1. Gelombang

Gelombang merupakan sebuah fenomena fisik. Secara fisika, gelombang
diartikan sebagai sebuah gangguan berirama yang membawa energi tanpa adanya
perpindahan materi. Gelombang dalam melakukan perpindahan membutuhkan
perantara. Gelombang ini disebut gelombang mekanik dan perantara yang
digunakan disebut medium. Medium dapat berupa benda padat, cair dan gas
(Wolinsky, 2005). Gelombang mekanik terbagi atas dua buah gelombang, yakni
gelombang transversal dan longitudinal.

Gelombang transversal merupakan

8

gelombang dimana arah getarannya tegak lurus terhadap arah perambatannya.
Sedangkan gelombang longitudinal merupakan gelombang dimana arah
getarannya searah dengan arah perambatannya (Bueche dan Eugene, 1997).
Penggambaran gelombang transversal terlihat pada Gambar 2.1a dan gelombang
longitudinal pada Gambar 2.1b.

Gambar 2.1 Ilustrasi (a) Gelombang transversal (b) Gelombang
Longitudinal (Nowikow dan Heimbecker, 2001)

Dari gambar terlihat bagian rapatan dan regangan. Rapatan adalah daerah dimana
kumparan-kumparan mendekat selama sesaat, sedangkan regangan merupakan
daerah dimana kumparan-kumparan merenggang selama sesaat. Dalam sebuah
gelombang memiliki sebuah panjang gelombang (λ), lembah dan bukit. Panjang
gelombang merupakan sebuah ukuran yang menyatakan sebuah jarak yang
dibentuk dari satu bukit dan satu lembah, atau perhatikan pada Gambar 2.2.
Dalam penggambaran sebuah gelombang dikenal istilah periode (T) yang dapat
didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu siklus.

9

λ

amplitudo

Gambar 2.2 Ilustrasi bagian-bagian gelombang

Periode memiliki hubungan terhadap frekuensi. Frekuensi merupakan banyaknya
getaran yang dilakukan dalam perdetik. Hubungan ini dapat diuraikan dalam
Persamaan 2.1

dimana

dalam Hz (1/s1) dan T dalam satuan detik. Amplitudo merupakan

sebuah simpangan terjauh dalam sebuah gelombang (Bueche dan Hecht, 1997).

Ada dua jenis kecepatan gelombang :
a. Kecepatan osilasi yaitu kecepatan gelombang bolak-balik disekitar titik
setimbang.
b. Kecepatan gelombang untuk menjalar atau cepat rambat gelombang yang
dirumuskan dengan Persamaan 2.2.
....................................................... (2.2)
dimana

merupakan kecepatan gelombang suara,

merupakan periode (Ishaq, 2007).

panjang gelombang dan

10

2. Bunyi

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat merambat di
dalam benda padat, benda cair dan gas (Halliday, 1998). Gelombang suara terjadi
karena energi membuat partikel udara merapat dan merenggang secara bergantian
(Ishaq, 2007). Kecepatan bunyi di udara berbeda tergantung jenis medium dan
suhu medium. Kecepatan bunyi pada berbagai materi terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kelajuan bunyi di berbagai materi pada suhu 27°C
No
Jenis Medium
Kelajuan Bunyi (m/s)
1
Udara
343
2
Udara 0°C
331
3
Helium
1005
4
Hidrogen
1300
5
Air
1440
6
Air laut
1560
7
Besi dan Baja
5000
8
Kaca
4500
9
Aluminium
5100
10
Kayu keras
4000

Terlihat pada Tabel 2.2 kelajuan bunyi pada saat kita berbicara adalah sekitar 343
m/s (Giancoli, 1999). Kecepatan rambat gelombang suara di udara dirumuskan
dengan Persamaan 2.3.
√ .................................................... (2.3)

Dimana K merupakan modulus Bulk dan

merupakan massa jenis udara (Tipler,

1998).

Gelombang bunyi mengalami interferensi (layangan) ketika melalui udara. Hal ini
terjadi jika dua sumber bunyi hampir sama frekuensinya dan amplitudo yang sama

11

saling berinterferensi dan memiliki tingkat suara naik turun secara bergantian
seperti pada Gambar 2.3.

(a)

periode layangan

(b)

Gambar 2.3. Fenomena layangan (a) dua gelombang bergabung,
(b) hasil penggabungan dua gelombang

Pada Gambar 2.3 digambarkan pergeseran dua gelombang secara terpisah. Kedua
gelombang pada Gambar 2.3 (a) mempunyai amplitudo yang sama, sedangkan
Ganbar 2.3 (b) mempunyai amplitudo yang berubah-ubah. Amplitudo yang
beruba-ubah tersebut menimbulkan variasi kenyaringan yang disebut layangan
(beat) (Halliday, 1998).

3. Daya Dengar Telinga Manusia

Kepekaan telinga manusia sangat tergantung pada frekuensi bunyinya. Manusia
hanya mampu mendengar bunyi yang frekuensinya 20 Hertz sampai 20.000 Hertz,
dan paling peka pada frekuensi 3000 Hertz. Disekitar frekuensi 100 Hertz, sensasi
keras bunyi dapat dikatakan tidak tergantung frekuensinya (Soedojo, 1999). Bila
diukur menggunakan taraf intensitas, batas ambang pendengaran adalah sebesar 0
dB dan ambang sakit sebesar 120 dB (Tipler, 1998) dan telinga normal dapat
membedakan antara intensitas yang perbedaannya hingga 1 dB (Bueche, F. J. dan
Hecht, E., 2006). Keterbatasan telinga manusia membagi frekuensi suara menjadi

12

tida daerah, dimana frekuensi kurang dari 20 Hertz disebut infrasound sedangkan
frekuensi yang lebih dari 20.000 Hertz disebut ultrasound (Priyambodo, 2007).

Gambar 2.4. Daya dengar telinga manusia

4. Intensitas Bunyi (Desibel)

Intensitas dari suatu gelombang adalah energi yang dibawa sebuah gelombang
persatuan waktu melalui persatuan luas dan sebanding dengan kuadrat amplitudo
gelombang. Intensitas memiliki satuan daya persatuan luas atau watt/meter²
(W/m²). Satuan intensitas adalah bel atau desibel (dB) yang merupakan

bel.

Secara matematis, tingkat intensitas (β) diukur melalui Persamaan 2.4.
β = 10 log

dimana

............................................... (2.4)

merupakan intensitas tingkat acuan yang diambil sebagai ambang

pendengaran manusia yaitu
dapat dilihat pada Tabel 2.3.

W/m². Tingkat intensitas untuk sejumlah bunyi

13

Tabel 2.3. Tingkat intensitas bunyi
Tingkat Intensitas
Sumber bunyi
(dB)
Pesawat jet pada jarak 30 m
140
Ambang rasa sakit
120
Konser rock dalam ruangan
120
Sirine pada jarak 30 m
100
Interior mobil
75
Lalu lintas jalan raya
70
Percakapan biasa dengan jarak 50 cm
65
Radio yang pelan
40
Bisikan
20
Gemersik daun
10
Batas pendengaran
0

Intensitas
(W/m²)
100
1
1
1x
3x
1x
3x
1x
1x
1x
1x

Dari Tabel 2.3 terlihat bahwa dalam percakapan biasa dengan jarak 50 cm
memiliki taraf intensitas 65 dB (Giancoli, 1999).

5. Getaran

Gelombang selalu mempunyai getaran sebagai sumbernya. Pada suara, tidak
hanya sumbernya yang bergetar tetapi juga penerimanya. Dalam getaran dikenal
istilah yang sama seperti pada gelombang yaitu simpangan (A), periode (T) dan
(f) frekuensi. Simpangan adalah jarak massa dari titik setimbang, periode adalah
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu siklus, sedangkan frekuensi adalah
jumlah siklus perdetik (Giancoli, 1999).

Dalam fisika, terdapat beberapa jenis getaran, diantaranya :
a. Gerak harmonik sederhana

Gerak ini terjadi karena adanya gaya pemulih yang selalu melawan posisi
benda agar kembali ke titik setimbang. Pada gaya ini tidak terdapat gaya

14

disipatif, seperti gaya gesek dengan udara atau gaya gesek antara komponen
sistem (Ishaq, 2007). Jika digambarkan dalam sebuah grafik simpangan
terhadap waktu maka akan didapatkan Grafik 2.5.

y=A
amplitudo (A)
y=0
T

Gambar 2.5. Gerak harmonik sederhana (Giancoli, 1999)
Ketiadaan gaya disipatif atau gaya gesek mengakibatkan amplitdo grafik
sinus selalu konstan (Ishaq, 2007).

b. Gerak harmonik teredam

Gerak harmonik teredam terjadi akibat adanya redaman yang disebabkan oleh
hambatan udara dan gesekan pada sistem yang bergetar sehingga amplitudo
osilasi berkurang.

x
t

Gambar 2.6. Gerak harmonik teredam (Giancoli, 1999)

15

c. Getaran yang dipaksakan

Ketika benda bergetar maka benda tersebut bergetar dengan frekuensi
alaminya. Namun, benda tersebut bisa mendapat gaya eksternal (frekuensi
eksternal) yang juga mempengaruhinya. Gaya eksternal tersebut yang
dimaksud dengan getaran yang dipaksakan. Pada getaran yang dipaksakan,
amplitudo getaran bergantung pada perbedaan frekuensi eksternal ( f ) dan
frekuensi alami (

). Jika f =

maka amplitudo bisa bertambah sangat besar

(Giancoli, 1999).

6. Temperatur

Temperatur atau suhu merupakan ukuran panas dinginnya suatu benda. Banyak
sifat zat yang berubah terhadap temperatur, diantaranya zat akan memuai jika
dipanaskan, besi akan menjadi lebih panjang ketika panas dibanding ketika besi
dalam keadaan dingin, hambatan listrik berubah terhadap temperatur, dan
sebagainya Giancoli, 1998). Temperatur juga mempengaruhi kecepatan suara, jika
udara dingin maka kecepatan rambat suara menjadi lambat, sedangkan jika udara
relatif panas maka kecepatan suara menjadi lebih cepat.
Adapun kecepatan rambat suara diudara

yang berhubungan dengan temperatur

dimana temperatur T dipengaruhi oleh massa molekul M dirumuskan Persamaan
2.6.

dimana R adalah konstanta gas dan



............................................................. (2.6)

merupakan konstanta laplace (Tipler, 1998).

16

7. GPS

GPS atau lebih dikenal dengan Global Positioning System merupakan sebuah alat
yang memadai untuk mengambil data lapangan. GPS memungkinkan pengguna
untuk mengetahui lokasi pengguna dengan tepat. Sistem ini pertama kali
diorbitkan pada 22 Februari 1978 dan terakhir diluncurkan pada 9 Oktober 1985.
Secara umum, sistem GPS ini memiliki bagian-bagian seperti pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Bagian-bagian sistem GPS

Berdasarkan Gambar 2.7, Sistem GPS terbagi menjadi tiga sistem yakni bagian
kontrol, bagian satelit dan bagian pengguna. Bagian kontrol merupakan bagian
yang melakukan kontrol terhadap sistem satelit yang mengorbit diluar angkasa,
satelit merupakan bagian yang akan memancarkan sinyal GPS ke permukaan
Bumi, dan user merupakan bagian pengguna sistem GPS.
Beberapa kontrol yang ada di dunia ini dapat dipaparkan pada Gambar 2.8.

17

Gambar 2.8. Peta GPS kontrol (El-Rabbany, 2002).

Prinsip kerja dari GPS untuk mengetahui sebuah tempat menggunakan 4 referensi
atau lebih sinyal GPS yang dipancarkan oleh satelit ke pengguna (Leica,1999).
Penggambaran prinsip kerja GPS terpapar pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Penggambaran prinsip kerja GPS (Manual books. 2000)

Dalam mendapatkan posisi, ketinggian, dan informasi data rute yang dilalui,
sebuah GPS menggunakan perbandingan radius dari titik-titik referensi satelit

18

yang digunakan yang bertumpu pada satu titik pengguna. Penggambaran proses
ini terlihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Proses penentuan informasi dari suatu
tempat (El-Rabbany, 2002).

Dalam menentukan jarak antara satelit ke pengguna, digunakan rumus
Distance = Velocity x Time
dimana distance merupakan jarak satelit ke penerima (Rn), velocity merupakan
cepat rambat gelombang radio sebesar 290,000 km per second /(186,000 miles per
second), dan time merupakan waktu yang dibutuhkan oleh sinyal berjalan dari
pemancar ke penerima (Leica, 1999).

8. Topographi

Peta topografi merupakan peta yang bisa disajikan dengan garis kontur atau
bayangan ketinggian. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik
elevasi yang sama. Untuk perbedaan ketinggian yang curam, garis kontur
biasanya dibuat tebal dan saling berdekatan satu sama lain. Garis kontur
memberikan informasi tentang daerah peta secara detail seperti ketinggian bukit,
lembah, jalan raya dan arah aliran sungai. Sebuah garis kontur di dalam peta tidak
akan pernah berakhir. Garis kontur mulai dan diakhiri pada tepi peta atau menutup
pada dirinya sendiri sehingga membentuk lingkaran atau oval di atas peta.

19

Gambar 2.11. Penggambaran medan dengan garis kontur
(Wirshing dan Wirshing, 1995).

Syarat untuk melakukan pengukuran topograpi adalah titik kontrol yang baik.
Titik kontrol dibagi menjadi dua yaitu titik kontrol horisontal dan titik kontrol
vertikal. Titik kontrol horisontal merupakan dua titik atau lebih di tanah yang
kedudukannya horisontal terhadap jarak dan arah. Sedangkan titik kontrol vertikal
merupakan titik yang dibentuk oleh titik tetap duga pada atau dekat sebidang
tanah yang diukur (Brinker dkk, 1997).

9. Sound Level Meter Lutron SL-4011

Sound level meter merupakan alat ukur untuk menghitung tingkat kebisingan
suara. Dalam pengukuran menggunakan sound level meter, ada beberapa faktor
yang membuat gelombang suara yang terukur dapat bernilai tidak sama dengan
nilai intensitas gelombang suara sebenarnya. Faktor tersebut adalah adanya angin
yang bertiup dari berbagai arah, pengaruh kecepatan angin dan posisi tempat

20

pengukuran yang terbuka menyebabkan nilai yang terukur oleh sound level meter
tidak akurat. Sound level meter SL-4011 mempunyai karakteristik karakteristik
sebagai berikut:
a. Fitur-fitur
Beberapa fitur dasar yang dimiliki oleh alat ini antara lain:

i.

LCD yang besar mempermudah untuk pembacaan.

ii.

Jaringan pembobotan frekuensi dirancang untuk memenuhi standar
IEC 61672 tipe 2.

iii.

Mode pembobotan waktu dinamis karakteristik (cepat/lambat).

iv.

AC/DC keluaran untuk fungsi masukkan perangkat lain

v.

Dibangun dengan adj. (adjust) VR

yang memungkinkan proses

kalibrasi dengan mudah.
vi.

Menggunakan microphone kondensor untuk akurasi yang tinggi dan
stabilitas jangka panjang.

vii.

Fungsi penahan maksimum untuk menyimpan nilai maksimum
pengukuran.

viii.

Indikator pengingat ketika kelebihan dan kekurangan masukkan.

ix.

LCD menggunakan konsumsi daya rendah dan memiliki tampilan
cerah dalam kondisi cahaya terang ambient (rata-rata).

x.

Dapat digunakan tahan lama, umur komponen lama dan berat ringan
dengan menggunakan casing plastik ABS.

xi.

Pengingat baterai rendah.

21

b. Spesifikasi

Beberapa spesifikasi dasar yang dimiliki sound level meter Lutron SL-4011
terlihat pada Tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4 Spesifikasi dasar sound level meter Lutron SL-4011
18 mm (0,7”) LCD (Liquid Crystal Display), 3 ½ digits
dB (A & C pemilih frekuensi), pemilih waktu (cepat/lambat)
Fungsi
penahan maksimum, AC & DC keluaran
Range pengukuran 3 range, 30 – 130 dB, masukkan hanya berupa sinyal
Resolusi
0,1 dB
Pemilih frekuensi memenuhi IEC 61672 tipe 2, kalibrasi
sinyal masukkan pada 94 dB(31.5 Hz – 8 kHz) dan akurasi
untuk pemilih A mengikuti spesifikasi
31.5 Hz - ±3 dB, 63 Hz - ±2 dB, 125 Hz - ±1,5 dB, 250 Hz ± 1,5 dB, 500 Hz - ±1,5 dB, 1 kHz - ±1,5 dB, 2 kHz - ±2
dB, 4 kHz - ±3 dB, 8 kHz - ±5 dB
Akurasi
31,5 Hz – 8000 Hz
Frekuensi kalibrasi B & K (Bruel & kjaer), multi fungsi kalibrator model 4226
Mikrophon
Microphone kondensator elektris
Ukuran mikrophon ½ inch ukuran standar
30 – 80 dB, 50 -100 dB, 80 – 130 dB, 50 dB pada setiap
langkah, dengan lebih dari & di bawah range indikasi
Range penyeleksi
Cepat t=200 ms, lambat t=500 ms
Range cepat disimulasikan untuk daya respon pemilihan
waktu pendengaran manusia.
Range lambat sangat mudah digunakan untuk mendapatkan
nilai rata-rata dari vibration sound level.
Pemilih waktu
Dibangun dengan kalibrasi uar VR, mudah untuk
Kalibrasi
dikalibrasi degan obeng luar
Keluaran AC – AC 0,5 Vrms berkorespondensi dengan step
pendengaran
Layar

Keluaran DC- DC 0,3-1,3 VDC, 10 mV per dB.
Impedansi keluran – 600 ohm.
3,5 terminal keluaran phone yang disediakan untuk koneksi
Terminal keluaran dengan analyzer, perekam level, dan tape recorder.
Temperatur operasi 0o C hingga 32oC (32oF hingga 122oF)
Kelembapan
operasi
Kurang dari 80 % RH
Power supply
Battery 006P DC 9 V ( heavy duty type)
Konsumsi daya
Approx. DC 6 mA
Ukuran
255 x 70 x 28 mm (10,0 x 2,8 x 1,1 inch)
Berat
Aksesoris standar
Instruksi manual 1 buah
Sinyal keluaran

22

Aksesoris
tambahan

94 dB Sound Calibrator model SC-941
94 dB/114dB Sound Calibrator model SC-942
Kotak pembawa model CA-06

Gambar 2.12 Sound level meter model SL-4011 (Lutron A, 2014).

10. Surfer Golden Software

Surfer merupakan sebuah perangkat lunak yang banyak digunakan dalam
pembuatan kontur, pembuatan grid, pemetaan wilayah oleh orang saintis dan
peneliti guna menghasilkan peta dengan cepat dan mudah. Dalam pemakaiannya,
perangkat lunak ini memiliki beberapa bagian dasar yang dipaparkan pada
Gambar 2.13.

23

Title Bar

Menu Bar

Tabbed Windows
Plot, Worksheet, Grid

Object Manager Property Manager

Status Bar

Tool Bar

Plot Windows

Gambar 2.13. Tampilan perangkat lunak surfer dan bagian-bagiannya

Kegunaan dari bagian-bagian perangkat lunak dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
a. Title Bar merupakan bagian yang menunjukkan halaman yang aktif.
Penamaan halaman yang aktif ditambahkan dengan ekstensi .SRF
b. Menu Bar berisikan baris perintah yang digunakan untuk menjalankan Surfer.
c. Tabbed Document merupakan bagian dimana Surfer dapat mendukung untuk
jenis tabbed document, plot dokumen, lembar kerja, dan editor node
dokumen.

24

d. Toolbar merupakan bagian yang berisikan tombol icon proses dalam surfer.
Pengguna hanya perlu memilih icon yang akan digunakan. Icon ini dapat
diatur melalui menu tool-customize.
e. Status Bar merupakan bagian yang akan menunjukkan status kemajuan,
presentasi penyelesaian dan waktu tersisa.
f. Object Manager berisikan hierarki dari semua objek dalam dokumen yg
ditampilkan dalam tree-view.
g. Desktop merupakan bagian belakan dari worksheet dan grid editor.
h. Border merupakan bagian tepi dari lembar kerja atau worksheet.

Surfer dapat digunakan untuk pembuatan beberapa peta diantaranya:
1. Base map
Base map merupakan peta yang akan menampilkan batas-batas pada peta dan
berisi kurva, poin, teks, atau gambar. Base map dapat dilapisi dengan peta
lain untuk memberikan rincian seperti jalan, sungai, lokasi kota dan kontur
suatu daerah. Penggambaran base map terlihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14. Bentuk base map
2. Contour map
Contour map merupakan representasi dua dimensi dari tiga buah data. Dalam
peta kontur, untuk nilai z yang sama akan ditarik garis kontur. Garis kontur

25

ini dapat ditampilkan dalam warna atau pola. Contour map merupakan peta
yang digunakan untuk menggambarkan ketinggian dari suatu peta yang
digambarkan kedalam pola warna sebagai petunjuk tingkat ketinggiannya.
Bentuk dari peta kontur terlihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15. Bentuk Contour map
3. Post map dan classed post map
Pots map digunakan untuk menunjukkan lokasi data berada yang
direpresentasikan dengan simbol-simbol. Post map digunakan untuk
menandai suatu lokasi penting yang menjadi titik acuan pada suatu peta.
Bentuk Post map dan classed post map terlihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16. Bentuk Post map dan classed post map
4. Shaded relief map
Shaded relief map merupakan peta arsiran batuan. Pewarnaan peta batuan
didasarkan pada orientasi kemiringan relatif terhadap sumber cahaya. Dalam

26

hal ini orientasi dalam surfer dihitung setiap sel grid dan pemantulan cahaya
sumber pada permukaan grid. Peta shaded relief map menampilkan arsiran
batuan atau tanah dari suatu daerah kedalam bentuk dua dimensi. Bentuk
Shaded relief map terlihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17.Bentuk Shaded relief map
5. Watershed map
Watershed map merupakan peta tampilan aliran air dalam sebuah daerah.
Aplikasi watershed map adalah untuk menggambarkan arah aliran air sungai
pada suatu daerah. Bentuk Watershed map terlihat pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18. Bentuk Watershed map
6. 3D Surface map
3D surface map merupakan sebuah peta dalam bentuk tiga dimensi. Dalam
jenis peta ini akan tampak representasi dari suatu wilayah yang dipetakan.

27

Gambar 2.19. Bentuk 3D surface (User’s Guide, 2012)

11. Baku Nilai Bising di Indonesia

Untuk dapat menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, maka setiap usaha atau kegiatan
perlu melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka ditetapkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup tentang Baku Tingkat Kebisingan (KepMenLh48, 1996).

Tabel 2.5. Baku nilai bising KepMenLh No 48 tahun 1996
Peruntukan Kawasan/Lingkungan
Tingkat Kebisingan (dB)
Kesehatan
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman
55
2. Perdagangan dan Jasa
70
3. Perkantoran dan Perdagangan
65
4. Ruang terbuka hijau
50
5. Industri
70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum
60
7. Rekreasi
70
8. Khusus :
- Bandara udara
- Stasiun kereta api
60
- Pelabuhan laut
70
- Cagar budaya
b. Lingkungan kesehatan
- Rumah sakit atau sejenisnya
- Sekolah atau sejenisnya
- Tempat ibadah atau sejenisnya

55
55
55

28

Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi juga menetapkan nilai ambang faktor
fisika dan faktor kimia di lingkungan kerja dalam rangka perlindungan tenaga
kerja terhadap timbulnya risiko atau bahaya akibat pemaparan faktor bahaya fisika
dan kimia, sekaligus meningkatkan derajat kesehatan kerja di tempat kerja sebagai
bagian dari pemenuhan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Peraturan tersebut diatur dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika
dan faktor kimia di tempat kerja.

Tabel 2.6. Baku nilai bising Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Waktu pemaparan perhari
Intensitas kebisingan (dB)
8
Jam
85
4
88
2
91
1
94
30
15
7,5
3,75
1,88
0,94

Menit

97
100
103
106
109
112

Dari Tabel 2.6 dapat dilihat bahwa intensitas bising dilingkungan kerja dengan
waktu kerja 8 jam tidak boleh lebih dari 85 dB. Intensitas bising yang didengar
juga tidak boleh lebih dari 140 dB walaupun hanya didengar sesaat (PerMTKT,
2011).

12. Koordinat Peta

Koordinat peta merupakan perpotongan antara garis bujur dan garis lintang. Garis
tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan para ahli pembuat peta tentang cara

29

menentukan posisi suatu tempat di permukaan bumi. Saat ini terdapat dua sistem
koordinat yang biasa dugunakan di Indonesia, yaitu sistem koordinat bujur-lintang
dan sistem koordinat Universal Transverse Mecator (UTM). Tidak semua sistem
koordinat cocok dipakai disemua wilayah. Sistem koordinat bujur lintang tidak
cocok digunakan di tempat yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan
menjadi terlalu pendek.

Sistem koordinat bujur-lintang membagi bumi menjadi wilayah barat dan timur
menggunakan garis Prime Meridian, dan wilayah bumi utara dan selatan
menggunakan garis Khatulistiwa (ekuator). Dalam sistem koordinat bujur lintang
terdapat dua komponen garis yang menentukan, yaitu garis dari atas ke bawah
(vertikal) yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi yang disebut
garis lintang (latitude), serta garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis
khatulistiwa yang disebut juga garis bujur (longitude).

Gambar 2.20. Sistem koordinat bujur-lintang

Berbeda dengan sistem koordinat bujur-lintang, sistem koordinat UTM membagi
bumi menajdi 60 zona bujur dan 20 zona lintang. Zona bujur dimulai dari lautan
teduh (pertemuan antara garis 180° BB dan 180° BT), menuju ke timur dan
berakhir kembali di awal zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6°

30

atau sekitar 667 km. Zona lintang memiliki panjang 8° atau sekitar 890 km yang
dimulai dari 80° LS -72° LS dan berakhir pada 72° LU-84° LU.

Gambar 2.21. Sistem koordinat UTM (Rahmat dkk, 2005).

31

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Mei
2014. Proses pengambilan data dilakukan di lingkungan Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Pada penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan untuk mendukung proses
pengambilan data. Pada penelitian ini, alat-alat yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1.

Smartphone android sebagai media untuk menginstal software sound level
meter dan Global Positioning System (GPS).

2.

Headset sebagai inputan suara bising.

3.

Thermometer sebagai media untuk mengukur suhu.

4.

Sound level meter sebagai media pengukur tingkat kebisingan dan
pembanding hasil pengukuran dengan software sound level meter.

5.

GPS sebagai penentu posisi/koordinat tempat pengukuran serta sebagai
pembanding terhadap hasil posisi/koordinat mengggunakan software GPS.

32

6.

Laptop sebagai m