Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Efektivitas Kerja Tim Sebagai Variabel Mediasi, Pada SKPD Kota Bandarlampung

ABSTRAK

Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Efektivitas Kerja Tim
Sebagai Variabel Mediasi, Pada SKPD Kota Bandarlampung

Oleh
Sri Risma Yenny

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh partisipasi anggaran
terhadap peningkatan kinerja manajerial melalui efektivitas kerja tim sebagai variabel
mediasi. Penelitian ini dilakukan pada SKPD (Satuan Kerja Pengelola Daerah) Kota
Bandarlampung. Responden pada penelitian ini sebanyak 108 orang, dan data diolah dengan
menggunakan alat uji Structural Equation Modeling (SEM), smartPLS dan uji jalur.
Peneliti menemukan bahwa partisipasi anggaran dapat meningkatkan kinerja manajerial, baik
secara langsung ataupun tidak langsung melalui efektivitas kerja tim. Namun demikian,
efektivitas kerja tim memberikan peranan yang lebih baik untuk meningkatkan kinerja
manajerial. Penelitian ini mengungkapkan bahwa efektivitas kerja tim di SKPD,
memungkinkan untuk meningkatkan kinerja manajerial dengan melibatkan semua pihak yang
terkait dalam penyusunan anggaran.

Kata Kunci: Partisipasi Anggaran, Kinerja Manajerial, dan Efektivitas Kerja Tim


i

ABSTRACT

The Effect of Managerial Performance Against Budget Participation:
Teamwork Effectiveness as Mediation Variable at SKPD Bandarlampung

by
Sri Risma Yenny

This research aims to find empirical evidence of the effect of budget participation on
managerial performance improvement through teamwork effectiveness. This research was
conducted at SKPD (Regional Unit business) Bandarlampung. Respondents in this research
were 108 people, and the data processed by Structural Equation Modeling (SEM), smartPLS
and Path analysis.
The researcher found that budgetary participation can improve managerial performance,
either directly or indirectly through teamwork effectiveness. How ever, the effectiveness of
teamwork provide a better role to improve managerial performance. This study revealed that
the effectiveness of teamwork in SKPD, enable to improve managerial performance by

involving all stakeholders in the preparation of the budget.

Keywords: Budget Participation, Managerial Performance, and Teamwork
Effectiveness

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 18 Juni 1973 yang merupakan
anak keempat dari lima bersaudara pasangan Bpk. Hamid Arofie dan Ibu Hupiah
(alm).

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 1 Palapa Bandarlampung pada tahun 1980, dan diselesaikan pada tahun
1986. Masih pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendididkan pada
Sekolah Menemgah Pertama Negeri (SMPN) 2 Bandarlampung yang diselesaikan
pada tahun 1989, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Bandarlampung
yang diselesaikan pada tahun 1992. Lulus dari SMAN 2, penulis diterima di
Fakultas Hukum Universitas Lampung (FH Unila) melalui jalur PMDK. Namun
hanya dijalani selama satu tahun, karena pada tahun 1993 melanjutkan studi ke
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Program studi Pendidikan Akuntansi

melalui jalur UMPTN, yang diselesaikan pada tahun 1998. Selang beberapa tahun
kemudian, yaitu pada tahun 2004 peneulis melanjutkan studi pada Universitas
Teknologi Yogyakarta (UTY) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, lulus
pada tahun 2006.

Selama masa studi, penulis aktif dalam berbagai kegiatan, diantaranya aktif dalam
kegiatan Senat Mahasiswa, dan HMI. Penulis juga mempunyai pengalaman kerja,
mulai dari sebagai tentor pada sebuah bimbingan belajar, guru SMA, tenaga
administrasi dan keuangan, serta staf accounting pada salah satu perusahaan
nasional. Sejak bulan Agustus 2011, penulis bekerja pada Sekolah Tinggi Ilmu
ekonomi (STIE) Prasetiya Mandiri Lampung. Pada bulan November 2011November 2013 diberi amanah untuk menjabat sebagai Kaprodi Akuntansi.
Hingga saat ini penulis masih aktif bekerja sebagai Dosen Tetap Akuntansi di
Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi (STIE) Prasetiya Mandiri Lampung.

Karya sederhana ini dengan penuh kerendahan hati dan ketulusan
hati kupersembahkan untuk :

Papa dan Mamaku tersayang yang selalu memotivasi dan selalu
memberikan doanya dengan penuh kasih sayang untuk kebahagian
dan keberhasilan pada setiap langkahku.


Suamiku tercinta: Misrun, Drs., M.M tercinta , yang tidak mengenal
lelah untuk terus membantu, selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat untuk menuju keberhasilanku.

Seluruh Keluargaku yang selalu mendoakan untuk kesuksesanku, dan
sahabat-sahabatku yang selalu selalu membangkitkan dan
menularkan semangatnya disaat aku merasa lelah.

Almamaterku, yang selalu kubanggakan, dengan-dosennya yang
telah memberikan banyak ilmu, dan bimbingan yang sangat
bermanfaat.

MOTO

Man jadda wajada
Man Saaro’ Aladdarbi washola
Barangsiapa yang berusaha dengan sungsuh-sungguh akan mendapat apa
yang diusahakannya.
Barangsiapa yang berjalan pada lintasan atau trek yang benar, maka dia

akan sampai di tujuan.
(Peribahasa Arab)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap.
Q.S. Asy-Syarh (94): 5-8)

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Q.S. Al-Mujaadilah : 11)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis dengan judul ”Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Individu:
Efektivitas


Kerja

Tim

Sebagai

Variabel

Mediasi

Pada

SKPD

Kota

Bandarlampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
Akuntansi pada Program Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.


Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2.

Ibu Susi Sarumpaet, Ph.D.,Akt selaku Ketua Program Magister Ilmu
Akuntansi Universitas Lampung.

3.

Bapak Yuliansyah, Ph.D., Akt selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan dukungan, saran, dan waktunya selama penyusunan tesis.

4.

Bapak Pigo Nauli, S.E.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

telah memberikan dukungan, saran, dan waktunya selama penyusunan tesis.

5.

Ibu Dr. Lindrianasari,S.E.,M.Si.,Akt selaku Penguji Utama yang telah
memberikan dukungan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan tesis.

6.

Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang
sangat bermanfaat selama penulis berada di Magister Ilmu Akuntansi

7.

Papa dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moril serta senantiasa
mendoakanku dalam setiap zikir dan sujudnya.

8.

Suamiku tercinta “Drs. Misrun., M.M” yang selalu memberikan semangat,

menghibur, memotivasi, memberikan dukungan moril dan material bagi
penulis untuk menyelesaikan studi ini.

9.

Kakak-kakakku, dan adikku, serta seluruh keluarga besarku, terimakasih atas
doa dan dukungannya.

10. Sahabat-sahabat terbaikku di MIA angkatan 2012 Diana Marlina, Tri
Dharma, Eha Nugraha, Deni Syahrudin, Sri Mawarni, dan rekan-rekan MIA
lainnya yang menjadi teman diskusi terbaik selama penulis menjalankan studi
11. Keluarga besar Perguruan Tinggi Prasetiya Mandiri Lampung yang telah
memberikan dukungan, pengertian, dan doa selama penulis menjalankan
studi.
12. Pengelola dan karyawan serta karyawati Magister Ilmu Akuntansi yang ikut
membantu kelancaran perkuliahan.
13. Terimakasih untuk orang yang sudah terlibat dalam penelitian ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, tetapi memiliki arti yang sama
pentingnya bagi kehidupan saya.


Semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan semoga Allah memberikan
rahmat, hidayah dan ridho-Nya kepada kita semua.

Bandarlampung, Oktober 2014
Penulis,

Sri Risma Yenny

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................

1

1.1


Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2

Perumusan Masalah ................................................................................................. 4

1.3

Batasan Masalah ......................................................................................................

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

4

1.4.1 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Penelitian ...................................................................................................

5

BAB II ................................................................................................................................

7

2.1

Landasan Teori ........................................................................................................

7

2.1.1 Teori Penetapan Tujuan .........................................................................................

7

2.1.2 Teori Kebijakan Publik ..........................................................................................

8

2.1.3 Teori Organisasi Modern ....................................................................................... . 9
2.1.4 Partisipasi Anggaran .............................................................................................. 10
2.1.5 Efektivitas Kerja Tim ............................................................................................ 11
2.1.6 Kinerja Manajerial ................................................................................................. 14

ii

2.2

Pengembangan Hipotesis ....................................................................................... 15

2.2.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Efektivitas Kerja Tim .......................... 15
2.2.2 Pengaruh Efektivitas Kerja Tim Terhadap Kinerja Manajerial ............................. 16
2.2.3 Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial .............................. 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 20
3.1

Populasi dan sampel .............................................................................................

20

3.2

Proses Pengumpulan Data ....................................................................................

20

3.3

Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................................................

20

3.4

Pengukuran Instrumen ..........................................................................................

21

3.4.1 Partisipasi Anggaran ............................................................................................. 21
3.4.2 Efektivitas Kerja Tim ...........................................................................................

21

3.4.3 Kinerja Manajerial ................................................................................................

22

3.5

Analisis Data ........................................................................................................

22

3.5.1 Measurement Model ............................................................................................

23

3.5.2 Uji Hipotesis .........................................................................................................

24

3.5.3 Analisis Jalur (Path Analysis) ..............................................................................

24

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................

26

4.1

Deskripsi Data dan Responden ............................................................................. 26

4.2

Demografi Responden ..........................................................................................

4.3

Deskripsi Statistik ................................................................................................. 28

4.4

Analisis Data ......................................................................................................... 33

4.4.1 Model Pengukuran (Measurement Model) ...........................................................

26

33

4.4.1.1 Uji Validitas .......................................................................................................... 33
4.4.1.2 Uji Reliabilitas ......................................................................................................

35

4.4.1.3 Pengukuran Struktural (Measurement Structural Model) ...................................

36

4.4.1.4 Coefficient of Determination (R2) ........................................................................

36

4.5

Pengujian Hipotesis ..............................................................................................

37

4.5.1 Hipotesis 1 ............................................................................................................

37

4.5.2 Hipotesis 2 ............................................................................................................

38

4.5.3 Hipotesis 3 ............................................................................................................

39

Analisis Jalur (Path Analysis) ..............................................................................

39

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................................

41

5.1

Simpulan .............................................................................................................

41

5.2

Keterbatasan dan Saran ......................................................................................

42

4.6

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Perbedaan antara Kelompok dengan Tim

12

Tabel 2.

Karakteristik Tim yang Mengalami Disfungsi dan Tim yang Baik

13

Tabel 3.

Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

26

Tabel 4.

Informasi Umum Responden

27

Tabel 5.

Hasil Kuesioner: Partisipasi Anggaran dalam Persentase

29

Tabel 6.

Hasil Kuesioner : Efektivitas Kerja Tim dalam Persentase ( % )

30

Tabel 7.

Hasil Kuesioner : Kinerja manajerial pada SKPD dalam Persentase (%)

32

Tabel 8.

Model Pengukuran Data Menggunakan PLS

33

Tabel 9.

Quality Creteria ( AVE )

33

Tabel 10.

Cross Loadings (Discriminant Validity)

34

Tabel 11.

Latent Variable Correlations

35

Tabel 12.

Quality Creteria (Cronbachs Alpha dan Composite Reliability)

35

Tabel 13.

Pengukuran Struktural Model

36

Tabel 14.

Rangkuman Hasil Hipotesis

40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran:

Judul Lampiran:

Lampiran 1

Kuesioner

Lampiran 2

Rangkuman Isian Kuesioner

Lampiran 3

Daftar Sebaran Kuesioner

Lampiran 4

Frekuensi dari masing-masing variabel

Lampiran 5

Descriptive Statistic

Lampiran 6

Model Pengukuran Berikut Indikator Sebelum Booth Straping

Lampiran 7

Model Pengukuran Berikut Indikator Sesudah Booth Straping

Lampiran 8

Hasil Olahan PLS

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Model Penelitian.............................................................................................

16

iv

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Suatu organisasi dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, serta
dapat mengaktualisasikan visi dan misinya agar dapat bertahan hidup dan mampu
bersaing dengan kompetitor. Terlebih lagi pada era global saat ini, persaingan
sangat ketat hanya organisasi yang mampu merespon dan beradaptasi dengan
cepat terhadap perubahan, fleksibel dan berbasis pengetahuan yang akan sukses
dibandingkan pesaingnya. Menurut Scott dan Tiessen (1999) salah satu metode
yang dapat dikembangkan untuk dapat mewujudkan kondisi di atas adalah
dengan melakukan kerja tim. Hal ini dikarenakan bekerja secara tim dapat
meningkatkan kecepatan organisasi dan kualitas dalam merespon lingkungan.

Mahama (2006) melakukan studi dengan mengkaji hubungan antara sistem
pengukuran kinerja dan proses sosialisasi, dan kerjasama. Hasil studi ini
menunjukkan hubungan positif antara sistem pengukuran kinerja dengan tiga
dimensi kerjasama (berbagi informasi, pemecahan masalah dan kemauan untuk
beradaptasi dengan perubahan). Selain itu, Mahama menemukan bahwa sistem
pengukuran kinerja tidak hanya dapat meningkatkan kerjasama, tetapi juga dapat
berperan sebagai fasilitator dalam proses sosialisasi, yang pada akhirnya kedua
unsur tersebut meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian mengenai hubungan

2

antara partisipasi anggaran dengan kinerja sudah banyak dilakukan pada sektor
swasta. Hansen dan Mowen (2000) bahwa menyatakan bahwa proses penyusunan
anggaran memotivasi manajer/ pimpinan untuk mengembangkan arah bagi
organisasi, memprediksi ancaman yang akan dihadapi, dan mengembangkan
kebijakan masa depan.

Pada sektor publik, anggaran mempunyai 8 fungsi yaitu sebagai alat perencanaan,
alat pengendalian, alat kebijakan fiskal, alat politik, alat koordinasi dan
komunikasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, serta alat menciptakan ruang
publik. Anggaran sebagai fungsi perencanaan berisi program kerja yang akan
dilaksanakan yang dituangkan dalam bentuk nominal. Anggaran dapat disusun
dan terlaksana dengan baik, apabila individu dan kelompok yang terlibat di
dalamnya dapat bekerja bersama dan mengkoordinasikan aktivitas mereka guna
mewujudkan tujuan. Tugas-tugas yang dikerjakan dalam suatu organisai biasanya
saling tergantung satu sama lain (interdependent). Hal ini berarti bahwa individu
dan departemen mengandalkan individu dan departemen lain untuk mendapatkan
informasi dan sumber daya yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan
mereka. Oleh karena itu, kerja tim adalah suatu keharusan dalam mencapai tujuan
organisasi.

Efektifitas kerja tim dapat terjadi apabila antar anggota tim saling menghargai,
memahami perbedaan masing-masing, fokus pada tujuan yang jelas, dan
memahami peran, serta tanggung jawab masing-masing. Pada akhirnya efektifitas
kerja tim akan meningkatkan kinerja manajer yang terlibat. Hal di atas sejalan

3

dengan penelitian Mahama (2006) berindikasi pentingnya kerjasama dalam tim
untuk meningkatkan kinerja. Hal ini dikarenakan kinerja tim terbentuk dari
adanya kerjasama yang baik, termasuk dalam pembuatan anggaran. Anggaran
dapat tersusun dengan baik dan terealisasi dengan baik, apabila didukung dengan
kerja tim yang baik.

Pemerintah Kota Bandarlampung salah satu contoh pemerintahan daerah yang
berhasil dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, terbukti
berhasil mendapat opini WTP empat kali berturut-turut. Pemerintah Kota
Bandarlampung sejak tanggal 2 Januari 2014, dipercaya untuk menyelenggarakan
on the job training (OJT) pengelolaan keuangan berbasis akrual (accrual basic),
selain pemerintah kota Semarang yang sudah lebih dahulu melakukannya. Semua
prestasi yang berhasil diraih pemerintah kota Bandarlampung berkat adanya kerja
tim yang baik di Pemerintahan Kota Bandarlampung.

Terlepas dari prestasi yang sudah berhasil diraih, terkadang dibeberapa surat kabar
masih mempublikasikan adanya indikasi penyimpangan penggunaan dana
anggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Menurut penulis hal ini dapat diminimalisasi dengan mengoptimalkan fungsi
pengendalian/ pengawasan, serta fungsi koordinasi dan komunikasi, baik secara
horizontal maupun vertikal. Kedua fungsi di atas dapat berjalan dengan baik
apabila adanya keterbukaan dan kerja tim yang berjalan dengan baik, sehingga
satu sama lain dapat saling mengontrol/ mengingatkan, dan memperbaiki ketika

4

tejadi hal-hal yang keliru sehingga anggaran dapat terealisasi dengan baik, dan
sekaligus akan meningkatkan kinerja manajerial.
Penulis belum banyak menemukan studi yang mengkaji hubungan partisipasi
anggaran dengan efektivitas kerja tim. Penelitian mengenai partisipasi anggaran
banyak yang berorientasi pada kerjasama individu daripada kerja tim. Hal ini
didukung oleh Frow (2005) yang menyatakan pengalokasian akuntabilitas
eksklusif dalam sistem anggaran tradisional tetap menjadi masalah terutama jika
digunakan secara luas dalam organisasi yang mempunyai tim proyek multifungsi
dan jaringan internal. Kegiatan dengan rentang batas cenderung mengaburkan
tanggung jawab dan akuntabilitas, serta sulit bersikap mandiri/ independen
disebabkan serangkaian faktor yang dikontrol oleh satu orang. Oleh karena itu
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh partisipasi
anggaran terhadap peningkatan kinerja manajerial melalui efektivitas kerja tim.

1.2 Perumasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap efektivitas kerja tim?
2. Apakah efektivitas kerja tim berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial?
3. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial?

1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dilakukan untuk menghindari bias dan agar lebih terarah,
sehingga sesuai dengan harapan peneliti. Penelitian ini menggunakan 3 variabel,
yang terdiri dari partisipasi anggaran sebagai variabel independen, kinerja

5

manajerial sebagai variabel dependen, dan efektivitas kerja tim sebagai variabel
mediasi. Penelitian ini dilakukan pada SKPD Kota Bandarlampung, Sampel
diambil dengan metode purposive random sampling, kuesioner ditujukan untuk
responden yang menduduki jabatan eselon II, eselon III, dan eselon IV (Kepala
Seksi/ Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang/ Kepala Bagian, Sekretris, dan Kepala
Badan/ Kepala Dinas).

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1
1.

Tujuan Penelitian ini untuk :

Memberikan bukti empiris berpengaruh positif partisipasi anggaran terhadap
efektivitas kerja tim.

2.

Memberikan bukti empiris pengaruh positif efektivitas kerja tim terhadap
kinerja manajerial.

3.

Memberikan bukti empiris pengaruh positif partisipasi anggaran terhadap
kinerja manajerial.

1.4.2

Manfaat Penelitian:

1. Manfaat Akademis
Penelitian tentang partisipasi anggaran dan kinerja sudah banyak dilakukan
dengan menggunakan berbagai variabel moderating, maupun mediasi. Akan tetapi
masih sedikit sekali penelitian yang membahas patisipasi anggaran dengan
efektivitas kerja tim, dan kinerja manajerial. Oleh karena itu penelitian ini dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu akuntansi manajemen untuk
peningkatan kinerja manajerial yang dikaitkan dengan partisipasi anggaran
melalui efektivitas kerja tim.

6

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan bagi
Pemerintahan Kota Bandarlampung terkait dengan manfaat dari partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial melalui efektivitas kerja tim

7

BAB II
LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori
2.1.1

Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting)

Teori penetapan tujuan adalah proses kognitif membangun tujuan dan merupakan
determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda. Determinan perilaku dibedakan menjadi
dua yaitu :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Menurut Locke (1975), dalam Gibson dkk (1985), seseorang yang memahami
tujuan yang dibuatnya dengan baik, akan menghasilkan tingkat prestasi yang lebih
tinggi. Tujuan yang dibuat dengan jelas dan spesifik dengan mempertimbangkan
tingkat kesukaran tujuan akan mendorong peningkatan prestasi. Tujuan yang
spesifik akan membuahkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tujuan
yang kurang jelas, karena dengan tujuan yang spesifik setiap karyawan akan

8

mendapatkan kejelasan terhadaap apa yang harus ia lakukan. Keberhasilan yang
diraih akan dapat menimbulkan perasaan berprestasi pada diri karyawan,
pengakuan dan komitmen, karena karyawan tersebut dapat membandingkan apa
yang telah ia kerjakan pada masa lalu dengan hasil kerjanya saat ini, atau dalam
hal-hal tertentu dapat membandingkan dengan karyawan lain (Gibson dkk, 1985).

Semakin sulit suatu tujuan yang tetapkan akan memotivasi untuk meningkatkan
prestasi kerja, selama tujuan tersebut telah disepakati bersama (goal acceptance).
Jika dikaitkan dengan isu insentif, akan mempengaruhi tujuan individu dalam
pencapaiannya, sehingga insentif tersebut akan efektif mempengaruhi perilaku
individu tersebut. Namun demikian, penetapan tujuan yang terlalu sulit sehingga
tidak mungkin dicapai secara kognitif akan menyebabkan frustasi bukan motivasi
(Zander & Newcomb, 1967 dalam Gibson dkk, 1985).

Menurut peneliti program kerja yang dituangkan dalam bentuk anggaran
merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan. Penyusunan anggaran yang
melibatkan banyak pihak yang terkait yang bekerja dalam tim yang efektif, akan
semakin memberikan gambaran yang mendekati riil tentang apa yang
sesungguhnya harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan.

2.1.2

Teori Kebijakan Publik

Kebijakan publik (public policy) adalah studi bagaimana mengindentifikasi,
mengembangkan, dan menghasilkan solusi untuk memecahkan permasalahan di
lingkungan sosial masyarakat. Pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator untuk

9

mendorong transformasi secara berkelanjutan, daripada sebagai pengontrol dan
pengatur (Parsons, 2002). Kebijakan publik ini menggambarkan langkah-langkah
yang diambil pemerintah dalam mengatur urusan publik, misalnya dalam
pengelolaan keuangan daerah. Pada pemerintahan daerah, kebijakan yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005.

Penetapan dan pelaksanaan kebijakan publik harus mengikuti alur dari proses
pengambilan keputusan. Proses kebijakan publik ini merupakan kegiatan yang
kompleks, dan antar bagian saling terkait dan tergantung. Karena kebijakan publik
ini melibatkan banyak pihak, maka perlu adanya sistem yang mengatur interaksi,
komunikasi lintas jaringan antar perumus kebijakan, pelaksana dan pihak-pihak
lain yang terkait sehingga tercipta hubungan yang saling memenuhi antar pihak
yang terkait.

2.1.3

Teori Organisasi Modern

Teori Organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi,
teori ini juga mempelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja organisasi tersebut.
Teori organisasi modern merupakan salah satu aliran dari teori organisasi. Teori
Modern sering disebut dengan teori “Analisa Sistem” atau “Teori Terbuka” yang
memadukan antara teori organisasi klasik dan teori organisasi neoklasik.

10

Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu
kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan
sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi
organisasi merupakan sistem terbuka yang berkaitan dengan lingkungan dan
apabila ingin survival atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi
dengan lingkungan. Semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling
ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah
suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi
organisasi merupakan sistem terbuka.

2.1.4

Partisipasi Anggaran

Horngren (2000) dalam Munandar (2007), mendefinisikan anggaran sebagai
ekspresi kuantitatif dari rencana tindakan yang diusulkan oleh manajemen untuk
jangka waktu masa depan, dan merupakan alat bantu untuk melakukan koordinasi
dan implementasi dari suatu rencana. Alasan utama pembuatan anggaran dalam
organisasi adalah untuk mengukur rencana organisasi dalam bentuk kuantitatif
pada kurun waktu tertentu, selain itu anggaran berguna juga untuk mengontrol
alur organisasi sehingga tidak menyimpang dari rencana yang telah ditentukan.
Prosedur ini memungkinkan organisasi untuk meningkatkan koordinasi dengan
organisasi lain sepanjang masih dalam kurun waktu tersebut dan untuk mencapai
tujuanyang sudah ditetapkan.

Partisipasi anggaran didefinisikan sebagai proses kerjasama yang melibatkan
karyawan yang terdiri dari dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada

11

pembuatan keputusan di masa yang akan datang (French dkk 1960, dalam
Ardianto, 2008). Berpartisipasi dalam pembuatan anggaran berarti
mengkomunikasikan informasi pribadi tentang kondisi setempat kepada pemilik,
dan laporan-laporan ini mempengaruhi rencana produksi/ kegiatan organisasi
serta kompensasi karyawan (Covaleski dkk, 2007). Karyawan ataupun manajer
yang berpartisipasi dalam pembuatan anggaran akan mendapat kesempatan untuk
mempengaruhi anggaran sebelum selesai. Manajer pada umumnya harus berperan
lebih aktif dalam menyiapkan anggaran partisipatif. Dengan demikian, manajer
menjadi lebih terlibat dalam mempertimbangkan dan mengevaluasi alternatif
tujuan anggaran, sehingga partisipasi dapat meningkatkan upaya manajer untuk
merumuskan dan manajer dapat memfokuskan perhatian pada keputusan dan
perilaku yang dibutuhkan di masa mendatang (Kren, 1992).

2.1.5

Efektivitas Kerja tim

Teori organisasi merupakan teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah
organisasi. Selain itu, teori organisasi juga mempelajari bagaimana sebuah
organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun
lingkungan kerja organisasi tersebut. Untuk memastikan tingkat kerjasama,
pembagian informasi, dan pertukaran materi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dengan baik, maka kerja tim merupakan pendekatan yang
terbaik. Jadi tim merupakan aspek inti dari kehidupan organisasi, dan kemampuan
untuk mengelola tim adalah komponen penting dari kesuksesan pimpinan dan
kesuksesan organisasi.

12

Menurut Scott dan Tiessen (1999), bahwa seseorang yang mencurahkan waktunya
untuk melakukan kegiatan yang melibatkan orang lain yang berasal dari
departemen yang berbeda atau teman yang berasal dari departemen yang sama
merupakan wujud keterlibatan dalam tim. Scott & Tiessen (1999)
mendefinisikan kerja tim sebagai harapan anggota tim dan organisasi terhadap
pencapaian keberhasilan atas kegiatan yang dijalankan bersama. Beaubien dan
Baker (2006) definisi tim sebagai sekelompok orang yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang melakukan beberapa tugas yang berhubungan dengan
pekerjaan, satu sama lain berinteraksi secara dinamis, memiliki masa lalu
bersama, memiliki masa depan bersama, dan saling berbagi. Anggota tim akan
berkerjasama untuk menyelesaikan tugas, dan kerjasama ini akan terwujud dengan
maksimal, jika ada komunikasi yang baik dalam tim. Dengan demikian struktur
komunikasi dalam tim yang merupakan komunikasi horizontal akan
mempengaruhi kinerja tim dan kepuasan karyawan.

Kerja tim berbeda dengan kelompok, Katzenbach dan Smith dalam Daft (2013)
menyebutkan perbedaan antara kelompok dengan tim pada tabel berikut :
Tabel 1. Perbedaan antara Kelompok dengan Tim
Kelompok
o
o
o
o
o
o

o

Memiliki orang yang ditugasi sebagai
pemimpin
Menempatkan tanggung jawab di tangan
individu
Memiliki tujuan yang serupa untuk
kelompok dan organisasi
Memiliki hasil kerja individu
Menjalankan rapat yang efisien
Mengukur keefektifan secara tidak
langsung dengan hal-hal yang
mempengaruhi bisnis (seperti kinerja
keuangan)
Mendiskusikan, memutuskan, dan

Tim
o
o
o
o
o

o
o

Berbagi atau menggilirkan peran
pemimpin
Menetapkan tanggung jawab bersama
pada tim
Menentukan visi dan tujuan spesifik
untuk tim
Memiliki hasil kerja kolektif
Menjalankan rapat yang mendorong
terciptanya diskusi terbuka dan
penyelesaian masalah
Mengukur keefektifan secara langsung
dengan menilai kerja kolektif
Mendiskusikan, memutuskan, dan

13

mendelegasikan kerja pada individu

membagi pekerjaan

Sumber: Daft, Richard L. (2010). Era Baru Manajemen. Hal: 462

Sebuah tim dapat efektif dalam memberikan koordinasi dan pembagian informasi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas mandiri, tetapi tim juga dapat
menjadi dilema bagi sebagian individu, karena harus mengesampingkan
kemandirian mereka, dan terkadang harus berkorban untuk kebaikan tim. Lebih
lanjut Daft (2013), meyebutkan beberapa dilema yang mungkin timbul didalam
tim adalah harus mengesampingkan kemandirian individu. Ketika seseorang
menjadi bagian sebuah tim, kesuksesannya tergantung pada kesuksesan tim.
Anggota tim akan bergantung pada seberapa baik kinerja orang lain, tidak hanya
bergantung pada inisiatif dan tindakannya sendiri. Kerja tim menuntut individu
melalukan pengorbanan untuk kesuksesan kelompok, setiap orang harus
mendahulukan kepentingan tim bahkan jika dalam keadaan tertentu situasi ini
menyakiti individu tersebut.

Selain itu, Daft (2013) menyatakan tidak jarang anggota tim harus berhadapan
dengan pembonceng (free rider). Free rider adalah orang yang mendapat
keuntungan dalam tim tetapi tidak memberikan kontribusi yang sepadan dengan
kerja keseluruhan tim. Free rider ini diuntungkan dari kerja keras tim lainnya.
Free rider ini terkadang disebut social loafing karena ada anggota yang tidak
memberikan usaha yang setara. Selain itu, tim terkadang kehilangan fungsi, tim
yang baik dapat menyalurkan banyak energi dan kreativitas dari karyawannya.

14

Tabel di bawah ini menjabarkan lima disfungsi yang biasa terjadi pada sebuah
tim dan karakteristik yang bertentangan, tetapi bermanfaat untuk dikembangkan
oleh pemimpin tim yang baik.

Tabel 2. Karakteristik Tim yang Mengalami Disfungsi dan Tim yang Baik
DISFUNGSI
1. Kurangnya kepercayaan : Orang-orang
tidak merasa aman untuk menunjukkan
kesalahan, berbagi kekhawatiran atau
menunjukkan ide.
2. Ketakutan akan konflik : Orang-orang
setuju dengan orang lain hanya demi
keharmonisan, tidak menunjukkan opini
yang bertentangan.
3. Kurangnya komitmen : Jika orangorang takut mengungkapkan opini
mereka yang sebenarnya, akan sulit
untuk mendapatkan kesungguhan
komitmen mereka pada keputusan
bersama.
4. Penghindaran akuntabilitas : Orangorang tidak mau bertanggung jawab atas
hasil, saling tunjuk menunjuk ketika ada
hal yang tidak beres.
5. Kurangnya perhatian pada hasil : Para
anggota lebih mendahulukan ambisi atau
kebutuhan sendiri daripada hasil
bersama.

KARAKTERISTIK TIM
YANG BAIK
1. Kepercayaan : Anggota-anggota saling
mempercayai pada tingkat emosi yang
dalam, merasa nyaman dengan menjadi
rapuh bersama orang lain.
2. Konflik yang sehat : Anggota-anggota
merasa nyaman dalam ketidaksepakatan dan
nyaman dalam mendebat orang lain dengan
tujuan untuk menentukan solusi terbaik.
3. Komitmen : Krena semua ide diutarakan,
semua orang dapat mencapai tujuan dan
membuat keputusan.

4. Akuntabilitas : Anggota-anggota saling
bertanggung jawab daripada mengandalkan
manajer sebagai sumber akuntabilitas.

5. Orientasi pada hasil : Anggota-anggota
mengesampingkan agenda pribadi, dan
berfokus pada apa yang terbaik bagi tim.
Hasil kolektif menentukan kesuksesan
Sumber: Daft, Richard L. (2010). Era Baru Manajemen. Hal: 463.

Karateristik penting dari sebuah tim adalah jenis tim, struktur tim, dan komposisi
tim. Karakteristik tim mempengaruhi proses yang ada dalam tim, yang pada
akhirnya akan memengaruhi luaran, kepuasan, dan kontribusi tim pada
adaptabilitas organisasi.

2.1.6 Kinerja Manajerial

15

Byars (1984) dalam Mattola (2012), mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari
usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam
situasi tertentu. Jauh sebelumnya, Mahoney dkk (1965) dalam Hall (2008)
mendefinisikan kinerja manajerial sebagai kecakapan manajer dalam
melaksanakan kegiatan manajerial. Penelitian tentang kinerja dengan
menggunakan gaya manajemen sektor swasta sudah banyak dilakukan sejak
tahun 1970-an di sektor publik, misalnya pengukuran kinerja dengan
menggunakan Balanced Scorecard (BSC). Pengukuran kinerja dengan
menggunakan BSC ini dimaksudkan untuk memberikan tekanan agar pemerintah
meningkatkan kinerjanya (Hoque dan Adams, 2011).

Menurut Niven (2003) pada konteks sektor publik, sistem BSC menyediakan
kerangka pengukuran kinerja untuk berpindah dari fase "memutuskan" ke fase
"melakukan". Namun demikian lebih lanjut Hoque dan Adams (2011)
menyatakan beberapa studi telah meneliti praktik pengukuran kinerja pemerintah
di Eropa, Amerika Serikat dan Selandia Baru, dan Australia sedikit berbeda yang
kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan lingkungan peraturan dan
fremeworks kelembagaan.

Kinerja atau perfomance, biasanya dijadikan tolok ukur dalam melaksanakan
seluruh tugas yang ditargetkan kepada karyawan dan pimpinan, sehingga
penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi merupakan hal penting. Kinerja
suatu organisasi dapat meningkat, apabila kinerja masing-masing individu yang
ada dalam organisasi tersebut baik. Hal ini senada dengan pendapat Ayu (2004),

16

yang mengemukakan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh kinerja manajer.
Kinerja manajer akan memberikan kontribusi pada kinerja organisasi, ini berarti
bahwa perilaku anggota organisasi baik secara individu maupun kelompok akan
memberikan kekuatan atas kinerja organisasi.

Selain itu ada juga individu tertentu yang dapat menjadi fasilitas sosial (social
facilitation) yaitu kehadiran seseorang yang kecendrungan dapat meningkatkan
motivasi dan kinerja orang lain. Dengan berada disekitar orang lain saja sudah
dapat memberikan dampak yang menyebabkan orang lain menjadi lebih
bersemangat (Zajonc, 1965; Erez dan Somech 1996; dalam Daft 2010). Social
facilitation ini tidak dirasakan oleh tim virtual atau tim global karena anggotanya
bekerja jauh dari rekan-rekannya.

2.2 Pengembangan Hipotesis
Model Penelitian:

Efektivitas Kerja Tim
H1

H2

H3

Partisipasi Anggaran

Kinerja Manajerial

Gambar 1. Model Penelitian

2.2.1

Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Efektivitas Kerja tim

Teori organisasi mempelajari kerja sama pada antar individu, melihat bahwa
semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan.
Organisasi bukanlah suatu sistem tertutup dengan lingkungan yang stabil tetapi

17

merupakan sistem terbuka. Roberts (1991) dalam Frow (2005), menyarankan
untuk melakukan pendekatan alternatif guna memahami bagaimana implementasi
strategi melalui kerja tim, kerjasama, belajar dan berbagi pengetahuan. Keempat
hal di atas dapat dikombinasikan untuk mencapai tujuan bisnis yang telah
ditentukan sebelumnya melalui target anggaran.
Menurut Mardiasmo (2009), penganggaran dalam organisasi sektor publik
merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang
tinggi. Penganggaran pada sektor publik merupakan suatu proses politik, serta
merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
program-program yang dibiaya oleh sektor publik.

Proses pengganggaran dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan
strategik telah selesai dilakukan. Tahap penganggaran menjadi penting, karena
anggaran yang tidak efektif, dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat
menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran merupakan
managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.
Anggaran dapat disusun dan terlaksana dengan baik, apabila individu dan
kelompok yang terlibat di dalamnya dapat bekerja bersama dan
mengkoordinasikan aktivitas mereka guna mewujudkan tujuan. Tugas-tugas yang
dikerjakan dalam suatu organisai biasanya saling tergantung satu sama lain
(interdependent). Hal ini berarti bahwa individu dan departemen mengandalkan
individu dan departemen lain untuk mendapatkan informasi dan sumber daya
yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.

18

Oleh karena itu, kerja tim adalah suatu keharusan dalam mencapai tujuan
organisasi yang program kerjanya tertuang dalam anggaran. Dengan demikian
semakin tinggi partisipasi dalam pembuatan anggaran sesuai dengan bidangnya
masing-masing, akan dapat meningkatkan efektifitas kerja tim.
H1: Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap peningkatan efektivitas
kerja tim.
2.2.2

Pengaruh Efektivitas Kerja Tim Terhadap Kinerja Manajerial

Beaubien, dan Baker (2006) mengatakan bahwa anggota tim harus berinteraksi
antar satu sama lain agar dapat berhasil melakukan tugas tim. Semakin tinggi
anggota organisasi terlibat dalam tim, maka tindakan yang dilakukan bersifat
multidimensional sehingga meningkatkan kinerja secara komprehensif.
Studi yang dilakukan oleh Randel & Jaussi (2003) meneliti dari sisi demografi,
individu, dan latar belakang yang terkait dengan hubungan indentitas sosial yang
dapat menambah wawasan terhadap kinerja manajer dalam tim lintas fungsional,
dengan mempertimbangkan indentitas individu dengan anggota tim yang
minoritas atau mayoritas. Dalam menjelaskan hubungan antara identitas dan
kinerja manajer sebagai anggota lintas fungsional tim minoritas / mayoritas,
secara signifikan berinteraksi dengan identitas. Beberapa tahun sebelumnya
Associates (1995) melaporkan bahwa sekitar 77% perusahaan menggunakan tim
kerja. Anggota tim yang berpartisipasi aktif dapat mengurangi kejenuhan pada
pekerjaan, meningkatkan harga diri individu, dan berkontribusi pada
perkembangan keterampilan karena seluruh anggota terlibat aktif. Dengan
demikian tim kerja yang efektif pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
manajerial.

19

Efektivitas kerja tim dicapai ketika karyawan secara efektif melakukan pertukaran
informasi dan sumber daya secara aktif dengan berkolaborasi, dan menanggapi kebutuhan
dan permintaan anggota tim lain secara yang tepat. Perilaku kerja tim yang efektif ini
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja manajerial. Efektivitas kerja tim ini juga bisa
generalisasi ke konteks berbasis non-tim dimana individu harus bekerja interdependently/
saling tergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan (Welbourne dkk dalam Farh dkk,
2012). Tim yang baik menuntut adanya kerjasama antar individu, saling

menghargai, memperhatikan kebutuhan anggota yang lain, dan saling bertukar
informasi. Hal di atas, sejalan dengan penelitian Mahama (2006) yang berindikasi
pentingnya kerja tim untuk meningkatkan kinerja. Hal ini dikarenakan kerja tim
terbentuk dari adanya kerjasama yang baik antar anggota tim.
H2: Efektivitas kerja tim berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

2.2.3

Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial

Poerwati (2001), melakukan penelitian yang mengaitkan antara tingkat kesesuaian
antara partisipasi anggaran dan buadaya organisasi dengan kinerja manajerial.
Hasil penelitiannya menyimpulkan ada pengaruh tidak langsung antara partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Eker (2008) yang melakukan penelitian pada 500
perusahaan di Turki. Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran
berpengaruh positif terhadap kinerja manajer melalui komitmen organisasi.

Pada setor publik Jermias dan Setiawan (2008) menyelidiki efek moderasi dari
tingkatan dan sistem kontrol antara partisipasi anggaran dan kinerja pemerintahan
di Indonesia. Menurut mereka dampak dari partisipasi anggaran terhadap kinerja

20

mungkin berbeda dengan perusahaan manufaktur yang sudah sering diteliti.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh tiga alasan:
pertama, sebagian besar anggaran di sektor publik dan / atau negara-negara
berkembang yang disiapkan dalam menanggapi tekanan politik ketimbang analisis
yang cermat (Uddin & Hopper, 2001 dalam Jermias dan Setiawan 2008).
Intervensi politik dalam perekrutan staf, persiapan anggaran, dan pelaksanaan
anggaran sangat umum di lingkungan ini (Hoque & Hopper, 1994 dalam Jermias
dan Setiawan 2008). Dengan demikian, manfaat dari partisipasi mungkin tidak
sepenuhnya terwujud.
Kedua, manajemen puncak sering memperlakukan karyawan tidak adil karena
kurangnya pengakuan/ perlindungan hak asasi manusia dan tingkat pengangguran
yang tinggi. Sebagai contoh, karyawan bisa dipecat tanpa hak untuk menantang
keputusan tersebut dan untuk mendapatkan kompensasi dengan benar. Akibatnya
karyawan bisa berpartisipasi dalam proses penganggaran bukan karena mereka
ingin membuat kontribusi yang berarti, tetapi hanya karena ketakutan mereka
dihukum.

Ketiga, manajemen puncak sering enggan untuk berbagi informasi dengan
bawahan karena takut manipulasi dan salah tafsir informasi oleh bawahan mereka.
Banyak manajer senior adalah politisi dan mereka ingin menjaga jarak kekuasaan
dengan bawahan mereka (Alam 1997, dalam Jermias dan Setiawan 2008).
Mereka sering takut bahwa partisipasi anggaran dapat menciptakan peluang bagi
bawahan mereka untuk menantang keputusan mereka, dan pada gilirannya, dapat
membahayakan reputasi mereka.

21

Penelitian yang dilakukan oleh Jermias dan Setiawan (2008) ini menyimpulkan
bahwa pada level manajemen yang tinggi, partisipasi anggaran memiliki
hubungan positif dengan kinerja dan hubungan ini lebih kuat untuk unit organisasi
yang menggunakan kontrol output daripada yang menggunakan kontrol perilaku.
Tetapi pada level yang rendah partisipasi anggaran memiliki hubungan negatif
terhadap kinerja.
H3: Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial

22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja
Pengelola Daerah (SKPD) Kota Bandarlampung. Sampel diambil dengan metode
purposive random sampling, kuesioner ditujukan untuk responden yang
menduduki jabatan eselon II, eselon III, dan eselon IV (Kepala Seksi/ Kepala Sub
Bagian, Kepala Bidang/ Kepala Bagian, Sekretris, dan Kepala Badan/ Kepala
Dinas).
3.2 Proses Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer, dengan menggunakan survey yang
dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada responden. Setiap item pertanyaan
dalam kuesioner menggunakan skala likert (1 sampai 5). Angka 1 menunjukkan
skala yang sangat rendah, sedangkan 5 menunjukkan skala yang sangat tinggi.

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu partisipasi
anggaran. Partisipasi anggaran pada penelitian ini didefinisikan sebagai proses
kerjasama yang melibatkan karyawan yang terdiri dari dua kelompok atau lebih
yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang (French
dkk, 1960 dalam Ardianto, 2008). Efektivitas kerja tim dalam penelitian ini
sebagai variabel antara/ pemediasi. Efektivitas didefinisikan sebagai kreteria

23

dasar dalam proses internal dan model tujuan yang meliputi perencanaan dan
pencapaian tujuan, produktivitas, efisiensi komunikasi antar manajemen dan
pengendalian stabilitas organisasi (Quinn dan Cameron 1983). Kerja tim
didefinisikan sebagai harapan anggota tim dan organisasi terhadap pencapaian
keberhasilan atas kegiatan yang dijalankan bersama. Scott & Tiessen (1999).
Sedangkan variabel dependen yaitu kinerja manajerial, yang didefinisikan
sebagai kecakapan manajer dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan manajerial
yang berupa perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pemilihan staf,
negosiasi, dan representasi (Manoney dkk, 1965 dalam Hall, 2008).

3.4 Pengukuran Instrumen
3.4.1

Partisipasi Anggaran

Partisipasi anggaran diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert,
angka 1 sangat tidak rendah sampai angka 5 untuk sangat tinggi. Pertanyaan
yang ditujukan kepada responden sebanyak 5 buah pertanyaan dari instrumen
yang dikembangkan oleh Milani (1975).

3.4.2

Efektivitas Kerja Tim

Efektivitas kerja tim dapat tercapai ketika karyawan secara efektif melakukan
pertukaran informasi dan sumber daya secara aktif dengan berkolaborasi dan
menanggapi kebutuhan dan permintaan anggota tim lain dalam cara yang tepat.
Efektivitas kerja tim diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert,
angka 1 sangat rendah sampai angka 5 untuk sangat tinggi. Pertanyaan yang

24

ditujukan kepada responden sebanyak 4 buah pertanyaan dari instrumen yang
dikembangkan oleh Welbourne dkk (1998) dalam Farh dkk (2012).
3.4.3

Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial diukur menggunakan kuesioner dari Mahoney (1963) yang
dikembangkan oleh Hall (2008) melalui 9 item pertanyaan, dengan menggunakan
skala likert dari 1 sampai 5. Kinerja rendah ditunjukkan dengan point 1,
sedangkan point 5 menunjukkan kinerja tinggi.

3.5 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini mengunakan SEM (Structural Equation Model),
dengan menggunakan software PLS. Yamin dan Kurniawan (2009) menjelaskan
alasan yang mendasari digunakannya SEM sebagai berikut:

1. SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antara
variabel yang bersifat multiple relationship. Hubungan ini dibentuk dalam
model struktural (hubungan antara konstrak laten eksogen dan endogen).
2. SEM mempunyai kemampuan untuk menggambarkan pola hubungan
antara konstrak laten (unobserved) dan variabel manifest atau variabel
indikator.
3. SEM mempunyai kemampuan mengukur besarnya pengaruh langsung,
pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total antara konstrak laten (efek
dekomposisi).
Sedangkan alasan menggunakan peranti lunak (software) PLS, karena PLS
memiliki keuanggulan sebagai berikut :
1. Orientasi analisis PLS lebih ke arah prediksi bukan konfirmasi model.

25

2. Pendekatan PLS dianggap powerfull karena tidak mendasarkan pada
berbagai asumsi.
3. PLS mampu mengkonfirmasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

1 60 118

Pengaruh Perencanaan Dan Pengawasan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Aceh Utara Dengan Partisipasi Anggaran Sebagai Variabel Moderating

14 98 101

PENGARUH KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA HUBUNGAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN Pengaruh Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Karyawan ( Survey Pada Karyawan Perpustak

0 0 15

PENGARUH KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA HUBUNGAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN Pengaruh Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Karyawan ( Survey Pada Karyawan Perpustak

0 0 12

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD: DESENTRALISASI SEBAGAI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupat

0 1 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD: DESENTRALISASI SEBAGAI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupat

0 0 15

Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating.

0 0 25

Pengaruh partisipasi anggaran terhadap k

0 0 15

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MELALUI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

0 0 14

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

0 0 14