Pengaruh Perencanaan Dan Pengawasan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Aceh Utara Dengan Partisipasi Anggaran Sebagai Variabel Moderating

(1)

PENGARUH PERENCANAAN DAN PENGAWASAN ANGGARAN

TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SKPD KABUPATEN

ACEH UTARA DENGAN PARTISIPASI ANGGARAN

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

TESIS

Oleh

ROSMAWATI

087017115/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

S E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

PENGARUH PERENCANAAN DAN PENGAWASAN ANGGARAN

TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SKPD KABUPATEN

ACEH UTARA DENGAN PARTISIPASI ANGGARAN

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSMAWATI

087017115/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERENCANAAN DAN

PENGAWASAN ANGGARAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL PADA SKPD

KABUPATEN ACEH UTARA DENGAN

PARTISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Nama Mahasiswa : Rosmawaty

Nomor Pokok : 087017115

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Erlina, SE., M.Si., Ak) (Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 20 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak

Anggota : 1. Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh

Perencanaan dan Pengawasan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara dengan Partisipasi Anggaran sebagai Variabel Moderating.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2011

Yang membuat pernyataan,


(6)

PENGARUH PERENCANAAN DAN PENGAWASAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SKPD KABUPATEN

ACEH UTARA DENGAN PARITISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Rosmawaty, Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak dan Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis perencanaan anggaran dan pengawasan anggaran sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan partisipasi anggaran sebagai variabel moderating di Kabupaten Aceh Utara.

Populasi penelitian adalah para karyawan di lingkungan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai salah satu pengguna sekaligus penyusun laporan keuangan SKPD. Jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang yang terdiri dari kepala badan, kepala dinas dan kepala bagian di SKPD Kabupaten Aceh Utara. Namun kuisioner yang kembali dalam penelitian ini berjumlah 48, dengan 44 kuisioner yang baik dan layak digunakan, sedangkan 4 kuisioner lagi kembali dalam kondisi tidak dapat digunakan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda setelah dilakukan uji asumsi klasik dan uji kualitas data terhadap data sampel.

Hasil menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan pengawasan anggaran, secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial di pemerintahan Kabupaten Aceh Utara dengan variabel pemoderasi berupa partisipasi anggaran yang memperkuat variabel perencanaan dan pengawasan anggaran.

Kata Kunci: Pengawasan Anggaran, Perencanaan Anggaran, Partisipasi Anggaran Kinerja Manajerial.


(7)

THE INFLUENCE OF PLANNING AND BUDGET CONTROL TO MANAGERIAL PERFORMANCE IN SKPD KABUPATEN ACEH UTARA WITH BUDGET

PARTICIPATION AS A MODERATING VARIABLE

Rosmawaty, Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak and Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec

ABSTRACT

The purpose of this research is to obtain empirical evidence and analyze the budget planning and budget control as factors that influence managerial performance with budget participation as a moderating variable in the government Kabupaten Aceh Utara. The study population were employees within SKPD (regional work units) in Aceh Utara regency as one of the users of financial statements SKPD-author.

The population and sample in this study amounted to 54 people, including heads of agencies, agency heads and chief of the government Kabupaten Aceh Utara. However questionnaires returned in this study amounted to 48, with 44 questionnaires is good and fit for use, while 4 more questionnaires returned in unusable condition. Hypothesis testing is done by multiple regression analysis after the classic assumption test and quality test data against sample data.

The results showed that the budget planning and budget control, partially and simultaneously significant effect on managerial performance in the government Kabupaten Aceh Utara, while the participation of the budget is not a moderating variable that strengthen the influence of planning and budget control variables on managerial performance in the government Kabupaten Aceh Utara.

Keywords: Budget Control, Budget Planning, Budget Participation Managerial Performance.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah azza jalla rabb semesta alam, serta shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah ke haribaan Rasulullah S.A.W, keluarga dan para sahabatnya. Berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul Pengaruh Perencanaan dan

Pengawasan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD Kabupaten

Aceh Utara dengan Partisipasi Anggaran sebagai Variabel Moderating”.

Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan kendala, namun penulis menyadari tugas ini dapat diselesaikan atas bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H. M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus


(9)

sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

6. Bapak Drs. Lian Dalimunthe, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini. 8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

9. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran yang berarti bagi penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan saran maupun perhatiannya sehingga penulisan tesis ini terselesaikan.

Jasa mereka semua tidak ternilai, penulis tidak dapat membalasnya, dan dengan ketulusan serta keikhlasan do’a yang penulis panjatkan semoga Allah


(10)

Subhanahu Wa Ta’ala memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala

perhatian dan bantuan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang sangat terbatas, penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta berbagai pihak yang memerlukan.

Medan, Januari 2011

Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Rosmawati

2. Tempat/Tanggal Lahir : Desa Meuria, 15 Juli 1979

3. Alamat : Jl. Lurah No. 3, Banda Sakti Lhokseumawe

4. Agama : Islam

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Pekerjaan : PNS

7. Status : Belum Menikah

8. No. Telepon/HP : 085277088727

9. Pendidikan :

a. Lulus SD Negeri 1 Teupin Jaloh Matangkuli tahun 1992. b. Lulus SMP Negeri 1 Matangkuli tahun 1995.

c. Lulus SMA Negeri 1 Matangkuli tahun 1998. d. Lulus Diploma (D3) Sekretaris Unimal tahun 2002. e. Lulus Sarjana Ekonomi tahun 2006.

10. Riwayat Pekerjaan :


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah. ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Originalitas Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Perencanaan... 9

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan ... 12


(13)

2.1.4 Jenis-jenis Pengawasan ... 16

2.1.5 Partisipasi Anggaran ... 19

2.1.6 Kinerja Manajerial ... 27

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 35

3.1 Kerangka Konseptual ... 35

3.2 Hipotesis ... 37

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 38

4.1 Jenis Penelitian ... 38

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4.3 Populasi dan Sampel ... 38

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41

4.6 Model Analisis Data ... 43

4.7 Uji Kualitas Data ... 44

4.7.1 Uji Validitas ... 45

4.7.2 Uji Reliabilitas ... 46

4.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 46

4.8.1 Uji Normalitas ... 46

4.8.2 Uji Multikolinearitas ... 47

4.8.3 Uji Heteroskedastisitas ... 48


(14)

4.9.1 Uji F ... 49

4.9.2 Uji t (Uji Individual) ... 50

4.9.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 51

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

5.1 Hasil Penelitian ... 52

5.1.1 Karakteristik Responden ... 52

5.2 Uji Kualitas Data ... 55

5.3 Analisis Statistik Deskriptif ... 58

5.4 Uji Asumsi Klasik ... 59

5.4.1 Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ... 59

5.4.1.1 Pengujian normalitas ... 59

5.4.1.2 Pengujian multikolonieritas ... 61

5.4.1.3 Pengujian heterokedastisitas ... 61

5.4.2 Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... 63

5.4.2.1 Pengujian normalitas ... 63

5.4.2.2 Pengujian multikolonieritas ... 64

5.4.2.3 Pengujian heterokedastisitas ... 65

5.5 Pengujian Hipotesis ... 66

5.5.1 Pengujian Hipotesis Pertama ... 66

5.5.2 Pengujian Hipotesis Kedua ... 68


(15)

5.6.1 Pengaruh Perencanaan Anggaran terhadap Kinerja

Manajerial ... 71

5.6.2 Pengaruh Pengawasan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial ... 72

5.6.3 Partisipasi Anggaran Memoderasi Pengaruh Perencanaan dan Pengawasan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial ... 74

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

6.1 Kesimpulan ... 76

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 77

6.3 Saran ... 78


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33

4.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

4.2 Definisi Operasional Penelitian... 42

5.1 Distribusi Kuesioner ... 52

5.2 Demografi Responden ... 53

5.3 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Perencanaan Anggaran (X1) ... 55

5.4 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Pengawasan Anggaran (X2) ... 56

5.5 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Partisipasi Anggaran (X3) ... 57

5.6 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja Manajerial (Y) 57 5.7 Deskriptif Statistik ... 58

5.8 Hasil Uji Multikolonieritas Hipotesis Pertama ... 61

5.9 Hasil Uji Multikolonieritas Hipotesis Kedua ... 64

5.10 Pengujian Hipotesis Hipotesis Pertama ... 66

5.11 Ringkasan Pengujian Hipotesis Kedua (Model 1) ... 69


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 35

5.1 Pengujian Normalitas Data Hipotesis Pertama ... 60

5.2 Pengujian Normalitas Data Hipotesis Pertama ... 60

5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ... 62

5.4 Pengujian Normalitas Data Hipotesis Kedua ... 63

5.5 Pengujian Normalitas Data Hipotesis Kedua ... 64


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 82

2 Data Hasil Kuesioner ... 88

3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 90

4 Demografi Responden ... 91

5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel (X1) 92

6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel (X2) 93

7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel (X3) 94

8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel (Y) .. 95

9 Deskriptif Statistik ... 96

10 Pengujian Normalitas Data Hipotesis Pertama ... 96

11 Hasil Uji Gejala Multikolonieritas Hipotesis Pertama ... 97

12 Uji Heterokedastisitas Hipotesis Pertama ... 97

13 Pengujian Normalitas Data Hipotesis Kedua ... 98

14 Hasil Uji Gejala Multikolonieritas Hipotesis Kedua ... 98

15 Uji Heterokedastisitas Hipotesis Kedua ... 99

16 Pengujian Hipotesis Pertama ... 99

17 Pengujian Hipotesis Kedua (Model 1) ... 101


(19)

PENGARUH PERENCANAAN DAN PENGAWASAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SKPD KABUPATEN

ACEH UTARA DENGAN PARITISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Rosmawaty, Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak dan Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis perencanaan anggaran dan pengawasan anggaran sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan partisipasi anggaran sebagai variabel moderating di Kabupaten Aceh Utara.

Populasi penelitian adalah para karyawan di lingkungan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai salah satu pengguna sekaligus penyusun laporan keuangan SKPD. Jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang yang terdiri dari kepala badan, kepala dinas dan kepala bagian di SKPD Kabupaten Aceh Utara. Namun kuisioner yang kembali dalam penelitian ini berjumlah 48, dengan 44 kuisioner yang baik dan layak digunakan, sedangkan 4 kuisioner lagi kembali dalam kondisi tidak dapat digunakan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda setelah dilakukan uji asumsi klasik dan uji kualitas data terhadap data sampel.

Hasil menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan pengawasan anggaran, secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial di pemerintahan Kabupaten Aceh Utara dengan variabel pemoderasi berupa partisipasi anggaran yang memperkuat variabel perencanaan dan pengawasan anggaran.

Kata Kunci: Pengawasan Anggaran, Perencanaan Anggaran, Partisipasi Anggaran Kinerja Manajerial.


(20)

THE INFLUENCE OF PLANNING AND BUDGET CONTROL TO MANAGERIAL PERFORMANCE IN SKPD KABUPATEN ACEH UTARA WITH BUDGET

PARTICIPATION AS A MODERATING VARIABLE

Rosmawaty, Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak and Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec

ABSTRACT

The purpose of this research is to obtain empirical evidence and analyze the budget planning and budget control as factors that influence managerial performance with budget participation as a moderating variable in the government Kabupaten Aceh Utara. The study population were employees within SKPD (regional work units) in Aceh Utara regency as one of the users of financial statements SKPD-author.

The population and sample in this study amounted to 54 people, including heads of agencies, agency heads and chief of the government Kabupaten Aceh Utara. However questionnaires returned in this study amounted to 48, with 44 questionnaires is good and fit for use, while 4 more questionnaires returned in unusable condition. Hypothesis testing is done by multiple regression analysis after the classic assumption test and quality test data against sample data.

The results showed that the budget planning and budget control, partially and simultaneously significant effect on managerial performance in the government Kabupaten Aceh Utara, while the participation of the budget is not a moderating variable that strengthen the influence of planning and budget control variables on managerial performance in the government Kabupaten Aceh Utara.

Keywords: Budget Control, Budget Planning, Budget Participation Managerial Performance.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kinerja telah menjadi salah satu kata kunci yang banyak dibicarakan diberbagai organisasi mulai dari organisasi perusahaan, pemerintahan, dan juga perguruan tinggi. Demikian juga kinerja masuk dalam setiap aspek sosial ekonomi kemasyarakatan. Kondisi ini terlihat dari banyak organisasi yang memasukkan kata kinerja dalam visi dan misinya. Pencapaian kinerja tidak hanya diharapkan pada karyawan saja melainkan dalam jangka panjang diharapkan mampu meningkatkan kinerja kelembagaan.

Kinerja menjadi gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategi perencanaan suatu organisasi. Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi tentang efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan output yang berkualitas, membandingkan hasil kerja dengan rencana kerja, serta menunjuk efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Dalam meningkatkan kinerja organisasi tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Banyak faktor yang turut menentukan suatu organisasi sukses dalam meningkatkan kinerja, baik yang telah dibuktikan secara empiris oleh peneliti-peneliti terdahulu, maupun faktor-faktor yang belum dimasukkan dalam


(22)

penelitian. Mardiasmo (2002) menunjuk variabel anggaran sebagai alat penilaian kinerja. Kinerja dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Pada umumnya karyawan akan menerima reward bila mampu memenuhi sasaran anggaran atau melebihi target anggaran. Sebaliknya akan mendapatkan punishment bila tidak mampu memenuhi target anggaran.

Penganggaran merupakan suatu proses yang cukup rumit pada organisasi sektor publik dibandingkan dengan penganggaran pada sektor swasta. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, 2005). Penganggaran dalam sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk masing-masing program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menyebabkan kegagalan pada perencanaan kerja yang telah disusun.

Penganggaran dalam organisasi sektor publik terutama pada pemerintah daerah merupakan suatu proses politik. Dalam hal ini anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa anggaran publik menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas penyelenggaraan tugas dan wewenang pemerintah daerah.


(23)

Dahulu penganggaran dilakukan dengan sistem top-down, di mana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan/pemegang kuasa anggaran, sehingga bawahan/pelaksana anggaran hanya melaksanakan program sesuai yang telah disusun. Penerapan sistem anggaran seperti ini mengakibatkan kinerja bawahan/pelaksana anggaran menjadi tidak efektif karena target yang ditetapkan adakalanya tidak sesuai dengan realita yang seharusnya terjadi. Misalnya target yang ditetapkan terlalu tinggi padahal sumberdaya yang diberikan tidak mencukupi untuk mencapai target tersebut.

Mengetahui bahwa penganggaran dengan sistem top-down kurang maksimal dalam meningkatkan kinerja, maka dalam perkembangan sekarang ini pemerintah daerah mulai menyusun model perencanaan yang lebih partisipatif, di mana dengan sistem anggaran seperti ini memungkinkan serapan aspirasi dari seluruh komponen Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terutama pada setiap unit kerja dapat berpartisipasi dalam penyusunan anggaran.

Masalah yang berkaitan dengan hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja telah diteliti secara luas, namun kebanyakan bukti-bukti empiris menunjukkan hasil yang variatif dan tidak konsisten. Misalnya; Kenis, (1979); Brownell, (1982); Brownell dan Mc.Innes, (1986); Frucot dan Shearon, (1991); Indriantoro, (1995) dan beberapa peneliti lain menemukan bahwa partisipasi anggaran dan kinerja memiliki hubungan yang sangat positif. Di lain pihak menemukan hasil sebaliknya seperti penelitian Sterdy, (1960); Bryan dan Locke, (1967); Chenhall dan Brownell, (1988);


(24)

Milani, (1975), dan beberapa penelitian lain yang menemukan partisipasi anggaran tidak berhubungan dengan kinerja organisasi.

Dalam rangka meningkatkan kinerja sumber daya manusia pada organisasi pemerintahan tidak terlepas dari fungsi manajemen. Menurut Ruslan (1998) fungsi manajemen yang umum digunakan dalam suatu organisasi terdiri dari: perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengarahan, dan pelaksanaan. Keselarasan antara fungsi-fungsi manajemen terutama menyangkut perencanaan, pengawasan, pengorganisasian yang baik akan mendorong efektivitas dalam bekerja setiap pegawai negara. Tanpa adanya penerapan fungsi manajemen dalam suatu organisasi dapat saja berdampak buruk bagi produktivitas organisasi dan juga berbagai dampak buruk lainnya.

Devas dan Anne (1999) menambahkan bahwa dalam fungsi perencanaan telah termasuk di dalamnya meramalkan, mengevaluasi dan komunikasi. Dalam fungsi pengorganisasian sangat tergantung dari pimpinan dalam memberikan perintah, arahan dan komunikasi antara atasan dengan bawahan. Pengawasan memerlukan instrumen-instrumen terukur dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan oleh karyawan.

Namun yang selama ini kita lihat tidak seperti yang kita harapkan dikarenakan rendahnya pengawasan sehingga yang aktif makin aktif dan yang malas makin malas, jadi di mana peran dan fungsi dari kepala dinas dalam meningkatkan efektivitas kerja pegawai di sini pemerintah mengambil suatu kebijakan untuk mengoptimalkan kinerja dari pada staf itu sendiri dengan memberi teguran secara langsung.


(25)

Dalam kegiatan pengawasan tadi terlibat unsur yang paling pokok yaitu unsur manusia di dalamnya. Unsur manusia yang memegang peranan sebagai pengawas, ibarat mata dengan telinga bagi seorang pemimpin puncak (top management). Departemen pengawasan sebagai “mata” dan “telinga” pemimpin. Sebagai mata dan

telinga tentu saja tidak dapat berbuat banyak selain melihat dan mendengar, jadi ia hanya sebagai perekam fakta tetapi fakta atau kenyataan yang sebenarnya yang ia lihat dan ia dengar itu tidak untuk didiamkan saja melainkan untuk diterjemahkan dan diteruskan kepada pihak pimpinan yang lebih tinggi atau kepada orang yang menugaskannya sebagai bahan untuk menentukan kebijaksanaan bila ditemukan kesalahan administratif ataupun tehnik fungsionalnya (Sugianto, 1993).

Di samping itu masih kurangnya implementasi terhadap kebijakan yang diambil oleh pimpinan dan juga tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran bagi pegawai yang telah melalaikan tugasnya berakibat pada kurang disiplinnya para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.

Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam meningkatkan efektivitas kerja pegawai bila dihubungkan dengan penerapan fungsi manajemen pada Dinas-dinas dalam lingkungan pemerintahan Kabupaten Aceh Utara masih banyak dijumpai terutama menyangkut tentang fungsi perencanaan, fungsi pengawasan, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengorganisasian pegawai.

Dalam hal perencanaan peningkatan kinerja sumber daya manusia, melibatkan unsur-unsur kepemimpinan dan hubungan antara pegawai dengan atasannya yang merencanakan karir seorang pegawai. Pada fungsi pengawasan mengindikasikan


(26)

bahwa bila kurang tegasnya pimpinan dalam memberikan sanksi pada pegawai yang melanggar aturan dapat menyebabkan semakin meningkatnya ketidakdisiplinan pegawai. Demikian halnya dalam pelaksanaan, pelaksanaan setiap program kerja dari dinas masih kurang disosialisasikan kepada setiap pegawai, sehingga dalam membentuk arah dan kebijakan kerja sulit dicapai. Masalah yang muncul dari fungsi pengorganisasian berhubungan dengan tata kelola organisasi dan penerapan manajemen kepegawaian yang memadai. Pada akhirnya dari masalah-masalah yang muncul dalam penerapan fungsi manajemen ini akan berdampak pada kinerja organisasi dan efektivitas kerja pegawai akan semakin menurun.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan kajian lebih mendalam tentang kinerja manajerial pada pemerintah daerah dalam sebuah tesis dengan judul: “Pengaruh Perencanaan dan Pengawasan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara dengan Partisipasi Anggaran Sebagai Variabel Moderating”.

1.2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan adanya uraian pada latar belakang sebelumnya, maka penulis merumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah perencanaan dan pengawasan anggaran secara parsial dan simultan


(27)

2. Apakah perencanaan dan pengawasan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara dengan partisipasi anggaran sebagai variabel moderating?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan dan pengawasan anggaran secara parsial dan simultan terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan dan pengawasan anggaran terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara dengan partisipasi anggaran sebagai variabel moderating.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat, yaitu:

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman terkait dengan kinerja manajerial pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah.

2. Bagi kepala daerah Kabupaten Aceh Utara penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan kinerja manajerial bawahannya.


(28)

3. Bagi pihak lain atau pembaca, memberikan sumbangan wawasan terhadap penelitian akuntansi yang berhubungan dengan partisipasi perencanaan dan penyusunan anggaran, maupun kinerja manajerial.

4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan yang berkaitan dengan objek pembahasan maupun variabel-variabel yang digunakan.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian Noor (2007). Variabel yang diadopsi meliputi partisipasi anggaran, kinerja manajerial. Juga dari penelitian Nurlaila (2008) dengan mengadopsi variabel perencanaan dan pengawasan anggaran.

Sebagai penelitian replikasi tentu saja banyak dijumpai kesamaan terutama menyangkut dengan pemilihan variabel, namun demikian ada beberapa hal yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu menyangkut dengan: 1. Variabel yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa penelitian

terdahulu, sebagian besar penelitian terdahulu kurang dalam membahas pengaruh perencanaan dan pengawasan anggaran terhadap kinerja manajerial, juga dalam hal penempatan variabel partisipasi anggaran sebagai variabel moderating;

2. Objek dan sumber data penelitian terdahulu pada umumnya menyangkut dengan partisipasi anggaran yang dilaksanakan pada perusahaan, sedangkan penelitian ini mengkaji objek pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah;


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai perencanaan, pengawasan dan partisipasi anggaran dan hal-hal yang mempengaruhi kinerja manajerial SKPD. Menjabarkan teori-teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama penelitian.

2.1.1. Perencanaan

Salah satu alat manajemen dalam memprediksikan kegiatan usaha di masa mendatang adalah melalui suatu proses perencanaan yang di dalamnya memuat berbagai rumusan tentang sesuatu yang akan dilakukan sekarang dan di masa yang akan datang sesuai dengan kebijakan manajemen dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.

Banyak sekali pengertian dan definisi tentang perencanaan yang diberikan oleh para ahli ekonomi perusahaan maupun praktisi bisnis. Menurut Matz dan Usry (1992: 4) Perencanaan merupakan proses “perabaan” atas peluang dan ancaman dari

luar, penetapan atas tujuan yang diinginkan, dan pemanfaatan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan, kebijaksanaan utamanya, penentuan waktu dalam tahapan besar dan faktor-faktor lain yang kaitannya dengan rencana jangka panjang.


(30)

Heckert (1994: 6) memberikan pengertian perencanaan (planning) sebagai berikut: “Perencanaan merupakan suatu proses kontinu untuk menetapkan kejadian

dan kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan”.

Dari kedua pengertian perencanaan yang dirumuskan di atas, bahwa perencanaan merupakan suatu proses pembuatan terlebih dahulu tentang kegiatan yang dilakukan di masa yang akan datang untuk menghadapi berbagai ketidakpastian dan alternatif yang mungkin terjadi dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara ekonomis dan usaha pencapaian tujuan.

Ditinjau dari segi waktu, suatu perencanaan dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu: Perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang. Lamanya waktu perencanaan suatu perusahaan dengan perusahaan lain sangat tergantung pada jenis usaha serta aktivitas yang ada dalam perusahaan.

Biasanya perencanaan jangka pendek dituangkan dalam bentuk anggaran (budget). Menurut Munandar (1991: 1) anggaran adalah: “Suatu rencana yang

disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang”.

Biasanya pembuatan anggaran memainkan peranan yang penting dalam mengoperasikan aktivitas perusahaan supaya dapat meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatannya. Adapun manfaat utama anggaran menurut Hongren (1991: 186):


(31)

1. Memberikan tanggung jawab kepada manajer atas segala perencanaan, maka penganggaran akan memaksa manajer untuk berpikir jauh ke depan.

2. Memberikan harapan yang pasti, yang merupakan kerangka kerja terbaik untuk bisa menilai prestasi kerja.

3. Membantu para manajer untuk mengkoordinasikan segala upayanya, agar sasaran perusahaan secara keseluruhannya berjalan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh bagian-bagiannya.

Kesibukan dalam pekerjaan sehari-hari sering kali memadamkan gairah para manajer untuk memikirkan hal yang sangat berat. Dengan adanya anggaran para manajer dapat mudah menilai apakah sasaran yang dituju sudah mengalami kemajuan atau belum. Penganggaran secara tidak langsung akan memaksa manajer untuk bersiap-siap menghadapi kondisi yang berubah.

Di samping itu manfaat anggaran juga akan memberitahukan kepada karyawan apa yang diharapkan dari mereka, memungkinkan penilaian prestasi kerja dapat dilakukan dan juga dijadikan sarana untuk menghubungkan sasaran dari semua departemen yang akan dipadukan menjadi sasaran keseluruhan.

Menurut Davis (2003: 46) merencanakan, merupakan persiapan suatu perusahaan untuk kondisi bisnis di masa yang akan datang. Sebagai langkah pertama dalam proses perencanaan adalah menetapkan misi, yang menjelaskan tujuan utamanya.


(32)

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan

Setiap perencanaan baik dalam organisasi manajerial maupun organisasi bisnis menyusun perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam setiap perencanaan akan terlihat fungsi dari perencanaan itu sendiri dan juga faktor-faktor yang turut menentukan dalam menentukan perencanaan.

Menurut Davis (2003: 48) fungsi perencanaan ini terbagi atas:

1. Rencana strategis, menggambarkan fokus bisnis utama perusahaan untuk jangka panjang.

2. Perencanaan taktis, merupakan rencana-rencana perusahaan yang berskala lebih kecil yang konsisten dengan rencana strategis.

3. Perencanaan operasional, menyusun metode-metode yang akan segera digunakan. 4. Perencanaan darurat, merupakan rencana-rencana alternatif yang dikembangkan

untuk menghadapi berbagai kondisi bisnis yang mungkin terjadi.

Selanjutnya Heckert (1994: 7) mengemukakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan, yaitu:

1. Tujuan, atau posisi usaha yang diinginkan pada waktu mendatang.

2. Suatu pengakuan atau keyakinan, bahwa tujuan yang dikehendaki dapat dicapai selayaknya dipandang dari sudut kondisi-kondisi ekstern yang mungkin terjadi di masa mendatang, yaitu kondisi lingkungan ekonomi sosial politik yang diharapkan akan terjadi.

3. Suatu keyakinan bahwa tujuan dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia pada perusahaan.


(33)

4. Keyakinan bahwa perusahaan dapat mengarahkan atau mengkoordinasikan atau melaksanakan tindakan-tindakan di masa mendatang, yang direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan (atau menghindari kondisi-kondisi yang merintangi kemajuan).

5. Suatu pengertian atau pengakuan, bahwa perubahan yang tidak ada putusnya, dan perkembangan kondisi yang diharapkan, akan mengharuskan adanya penilaian-penilaian yang berkesinambungan terhadap tujuan, kendala dan rencana tindakan. Dari kedua pendapat ahli di atas terlihat bahwa adanya kesinambungan antara fungsi dari perencanaan dengan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan suatu perencanaan. Dalam melaksanakan perencanaan juga harus diperhatikan ke empat fungsi perencanaan, tentunya dengan prioritas pada fungsi yang sesuai dengan kondisi organisasi.

2.1.3. Pengawasan

Pengawasan, terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi. Dalam hal ini para manajer hendaknya mengukur kinerja dibandingkan dengan standar dan harapan yang mereka tetapkan. Pengawasan dapat dilakukan agar tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana. Dalam hal ini bila terdapat penyimpangan-penyimpangan maka perlu tindakan segera mungkin sehingga pelaksanaan kerja atau proses manajemen dapat berjalan sesuai dengan rencana semula. Dipihak lain mungkin saja penyimpangan tersebut tidak dapat dihindarkan karena secara nyata justru rencana yang tidak sesuai sehingga bukan penyimpangan yang diperbaiki tetapi rencanalah yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.


(34)

Tujuan utama dari pengawasan sebenarnya adalah agar proses pelaksanaan manajemen dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan melaksanakan tindakan perbaikan apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan.

Untuk dapat benar-benar merealisir tujuan utama tersebut maka pengawasan pada tahap pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya baik waktu itu maupun waktu yang akan datang.

Pengawasan merupakan kegiatan manajerial yang kontinual. Dengan mengambil tindakan yang kolektif melalui pengawasan maka dapatlah dinilai pelaksanaan prinsip efisiensi dan efektivitas yang telah dicapai oleh perusahaan. Pengawasan terhadap anggaran sangatlah diperlukan oleh pimpinan agar anggaran yang telah dialokasikan untuk berbagai kegiatan dapat lebih efisien dengan hasil yang maksimal (Harujitu, 2001).

Menurut Hunsen (2001) pengawasan adalah proses penetapan standar, menerima umpan balik dari kinerja aktual dan melakukan tindakan perbaikan ketika kinerja aktual bergeser secara signifikan dari kinerja yang direncanakan. Pengawasan hendaknya jangan disalahartikan untuk mencari-cari kesalahan bawahan tetapi pengawasan dilakukan dengan maksud untuk mendeteksi dan mengontrol apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil sesuai yang telah direncanakan. Pendapat Hunsen ini mendapat dukungan dari Silalahi (2002) yang menyebutkan


(35)

pengawasan merupakan proses pemonitoran kegiatan organisasional untuk mengetahui apakah kinerja aktual sesuai dengan standar dan tujuan organisasional yang diharapkan.

Sedangkan menurut Handoko (2003) pengawasan adalah suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen dapat tercapai. Wibowo dan Arif (2005) menambahkan bahwa pengawasan meliputi semua perencanaan dari suatu organisasi dan semua metode serta prosedur yang ditetapkan oleh manajemen.

Menurut R.J. Mockler (dalam Khairulfitrah, 2010) pengawasan merupakan usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur standar deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien. Dengan demikian pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi telah tercapai.

Muchadarsyah (2000) mendefinisikan pengawasan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi. Bila ternyata ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan segera diambil tindakan koreksi. Agar dapat efektif mencapai tujuannya, maka pengawasan tidak hanya dilakukan hanya pada saat akhir manajemen saja, akan tetapi berada pada setiap tingkatan proses manajemen.


(36)

Lebih lanjut Silalahi (2002) mendefinisikan pengawasan merupakan suatu dari fungsi manajemen dasar dan petunjuk untuk menentukan keberhasilan manajemen untuk mencapai tujuan dengan dan melalui orang lain. Pengawasan dilakukan oleh setiap manajer dalam tiap tingkat manajemen dari puncak hingga yang paling bawah. Pengawasan dilakukan agar setiap kegiatan organisasional untuk mencapai tujuan yang dilakukan sesuai dengan rencana dan cara-cara yang ditetapkan sebelumnya.

Dari berbagai pendapat di atas, maka pengawasan yang dihubungkan dengan pengawasan anggaran dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dalam merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi penggunaan anggaran agar efektif dan efisien pada setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) untuk dapat mendeteksi sedini mungkin kekurangan dan melakukan koreksi perbaikan.

2.1.4. Jenis-jenis Pengawasan

Pengawasan dapat digolongkan dalam beberapa jenis menurut tingkat pengawasan yang dilakukan. Beberapa ahli telah mengklasifikasi pengawasan menurut versi masing-masing. Manulang (1993: 176) mengatakan ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan yang dilakukan oleh atasan dalam menilai hasil kerja bawahan apakah terjadi penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan. Keempat jenis pengawasan tersebut adalah:

1. Waktu pengawasan

Tindakan dilaksanakan berdasarkan waktu, pengawasan dapat berbeda-beda kedalam ciri-ciri yaitu:


(37)

Pengawasan preventif, yaitu suatu tindakan pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya penyelewengan, atau kesalahan. Jadi diadakan tindakan pencegahan agar jangan terjadi kesalahan-kesalahan di kemudian hari. Sedangkan pengawasan represif adalah suatu tindakan pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan itu dilakukan. Wujud nyata dari tindakan itu adalah memperbaiki setiap kesalahan hasil temuan dalam pengawasan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur hasil temuan dengan rencana yang ditetapkan. Dengan demikian dapat dikatakan pengawasan preventif bersifat perbaikan.

2. Objek pengawasan

Tindakan pengawasan dibedakan sesuai subjek pengawasan itu sendiri oleh karea itu subjek pengawasan dapat dibedakan atas pengawasan intern dan ekstern. 3. Subjek pengawasan

Tindakan pengawasan dibedakan sesuai subjek pengawasan itu sendiri, oleh karena itu subjek pengawasan dapat dibedakan atas pengawasan intern dan ekstern.

4. Cara mengumpulkan fakta untuk tindakan pengawasan

Cara ini dapat digolongkan ke dalam empat golongan besar yaitu:

a. Personal observation yaitu suatu tindakan pengawasan yang dilakukan aparat

pengawasan itu sendiri dengan cara melakukan observasi lapangan (mengamati proses pelaksana tugas di lapangan oleh personil itu sendiri). b. Control by exception yaitu suatu tindakan untuk melakukan kontrol terhadap


(38)

c. Written report yaitu suatu tindakan pengawasan yang dilakukan pada akhir

pekerjaan pengawasan dengan cara membuat laporan tertulis terhadap hasil pengawasan.

d. Oral report yaitu suatu tindakan personil pengawasan baik secara formal

maupun informal selalu melaporkan hasil kegiatannya secara lisan sebagai laporan awal.

Menurut Yohannes (2006) ada tiga jenis dasar pengawasan, yaitu: 1. Pengawasan pendahuluan

Pengawasan pendahuluan atau sering disebut steering controls dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan dari standar atau tujuan kegiatan tertentu yang diselesaikan. Jadi pendekatan pengawasan ini lebih efektif dengan mendeteksi masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.

2. Pengawasan concurrent

Pengawasan ini sering disebut pengawasan yang tidak dilakukan dalam suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu atau syarat tertentu yang harus dilanjuti atau menjadi semacam peralatan double check yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

3. Pengawasan umpan balik

Pengawasan umpan balik juga dikenal sebagai alat pengukur untuk mengetahui hasil dari suatu kegiatan yang diselesaikan, sebab-sebab penyimpangan dari


(39)

rencana atau standar ditentukan dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa di masa yang akan datang.

Ketiga jenis pengawasan tersebut sangat berguna diterapkan dalam berbagai aspek manajemen, baik pada perusahaan maupun pemerintah sebagai pedoman melakukan koreksi dari kesalahan-kesalahan dalam penggunaan anggaran. Masing-masing fungsi pengawasan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam mengambil langkah antisipasi masalah dalam hal penggunaan anggaran.

2.1.5. Partisipasi Anggaran

Dalam membahas tentang anggaran tidak terlepas dari beberapa teori yang dikembangkan oleh Hopwood, (1976); Locke dan Schweiger, (1979); Locke dan Latham, (1990); Shield dan Shield, (1998) yang dikutip Sumarno (2005). Teori yang dikembangkan oleh para ahli di atas adalah; (a) Teori ekonomi, teori ini menganggap bahwa individu yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran, dimotivasi oleh dua stimulan yaitu; 1) berbagi informasi (information sharing), dan 2) koordinasi tugas (task coordination). (b) Teori psikologi, teori ini menganggap bahwa partisipasi anggaran menyediakan pertukaran informasi antara atasan atau pemegang kuasa anggaran dan bawahan atau pelaksana anggaran.

Ada dua alasan kuat yang menyebabkan munculnya teori psikologi, yaitu: (1) keterlibatan atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran dalam partisipasi anggaran mendorong pengendalian informasi tidak simetris dan ketidakpastian tugas, (2) melalui partisipasi anggaran individu dapat mengurangi


(40)

tugas dan mendapatkan kepuasan kerja, pada akhirnya dapat mengurangi kesenjangan anggaran.

Secara lebih luas pada dasarnya partisipasi merupakan proses organisasional, dimana para individu terlibat dan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap para individu tersebut. Dalam konteks yang lebih spesifik, partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses di mana para individu yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 1982).

Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Schief dan Lewin, (1970); Welsch, et.al, (1996) dalam Sumarno (2005). Sebagai alat perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu alat untuk melaksanakan tujuan-tujuan organisasi ke dalam dimensi kuantitatif dan waktu, serta mengkomunikasikan kepada manajer-manajer di tingkat bawah sebagai rencana kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk anggaran.


(41)

Proses penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap prilaku manusia (Siegel, 1989), terutama bagi orang yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran. Untuk menghasilkan anggaran yang efektif, manajer membutuhkan kemampuan untuk memprediksi masa depan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti: faktor lingkungan, partisipasi dan gaya penyusunan. Pada saat bawahan memberikan perkiraan yang bias kepada atasan, maka hal ini akan memungkinkan munculnya kesenjangan anggaran (budgetary

slack). Manajer dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi akan memiliki

kecenderungan yang lebih tinggi untuk menciptakan kesenjangan anggaran, yaitu untuk melindungi pekerjaan mereka dan untuk melindungi image mereka dalam jangka pendek (Cyert and March, 1963 dalam Latuheru, 2007).

Menurut Brownell (1982) partisipasi anggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Partisipasi banyak menguntungkan bagi suatu organisasi sebagaimana yang diungkapkan Sord dan Welsch dalam Noor (2007) yang mengemukakan bahwa partisipasi yang lebih tinggi akan menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula.

Partisipasi anggaran memberikan dampak positif terhadap prilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara manajer. Walaupun demikian, bentuk keterlibatan bawahan/pelaksana anggaran di sini dapat bervariasi, dan tidak sama perlakuan yang terjadi pada satu organisasi


(42)

dengan organisasi lainnya. Belum ada keseragaman pandangan mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi (Siegel dan Ramanauskas-Marconi, 1989). Organisasi harus memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi yang akan diterapkan.

Menurut Chong (2002) sebagai proses di mana bawahan/pelaksana anggaran memberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan di kalangan bawahan/pelaksana anggaran. Teoritisi akuntansi keperilakuan pada umumnya berpendapat bahwa partisipasi anggaran akan memotovasi para manajer untuk mengungkapkan informasi pribadi mereka ke dalam anggaran (Schiff and Lewin, 1970 dalam Sumarno, 2005).

Argumen di atas didasarkan pada premis yang menyatakan bahwa partisipasi memungkinkan dilakukannya komunikasi positif antara atasan dan bawahan sehingga dapat mengurangi tekanan dalam kesenjangan anggaran. Menurut Morrow, (1983)

dalam Sumarno (2005) bahwa pada saat komitmen organisasi dan keterlibatan kerja

dihubungkan, menjadi tipe-tipe kerja lebih jelas. Manajer yang memiliki tingkat keterlibatan kerja yang tinggi mengidentifikasi pekerjaan dan memelihara pekerjaan mereka (Kanungo, 1982 dalam Sumarno, 2005).

Nafirin (2000) mengemukakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang disahkan. Kenis


(43)

(1979) mengemukakan bahwa dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran dengan cara mempertimbangkan hal-hal berikut ini: 1. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak

terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.

2. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran.

3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi.

4. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang memungkinkan dapat segera diantisipasi lebih dini.

Dalam beberapa penelitian telah ditunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh secara positif terhadap sikap pegawai, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara manajer. Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislatif dan masyarakat bekerjasama dalam penyusunan anggaran. Anggaran dibuat oleh kepala daerah melalui usulan dari unit-unit kerja yang disampaikan kepada kepala bagian dan diusulkan kepada kepala daerah, dan setelah ini kepala daerah menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku. Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat Pedoman


(44)

Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit kerja.

Proses penyusunan anggaran bisa dilakukan dari atas ke bawah, bisa juga dari bawah ke atas. Penjelasan dari proses penyusunan anggaran adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan dari atas ke bawah (top-down approach)

Dalam pendekatan ini proses penyusunan anggaran dimulai dari manajer puncak. Anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran. Metode ini cocok diterapkan dalam kasus bawahan tidak mampu untuk menyusun anggaran atau dianggap akan terlalu lama selesai jika diserahkan penyusunannya pada bawahan. Biasanya pendekatan ini diterapkan pada perusahaan yang memiliki struktur organisasi sentralistik. Keunggulan dari pendekatan ini adalah adanya dukungan yang kuat dari manajer puncak dalam pengembangan anggaran dan prosesnya menjadi lebih mudah dikendalikan oleh manajer puncak. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bawahan menjadi merasa tertekan oleh pekerjaannya dan berperilaku tidak semestinya.

2. Pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up approach)

Dalam pendekatan ini, anggaran disusun berdasarkan keputusan bawahan. Anggaran disusun dimulai dari bawah sampai ke atas. Bawahan diserahkan sepenuhnya untuk menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. Metode ini tepat dilaksanakan jika bawahan sudah memiliki kemampuan yang memadai untuk menyusun anggaran. Kelebihan pendekatan ini terletak pada


(45)

mekanisme negosiasi yang terjadi antara penyusun anggaran dengan komite anggaran. Kelemahan dari pendekatan ini adalah dengan partisipasi yang terlalu luas sering menimbulkan konflik dan memakan waktu yang panjang dalam prosesnya.

3. Anggaran partisipasi (participative budget)

Pendekatan penganggaran yang melibatkan manajer level menengah dalam pembuatan estimasi anggaran disebut participative budget. Anggaran partisipasi adalah anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua tingkatan. Sejumlah keunggulan yang biasanya diungkapkan atas anggaran partisipasi adalah:

a. Setiap orang pada semua tingkatan diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajer puncak.

b. Orang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan terpenting dalam pembuatan estimasi anggaran.

c. Orang lebih cenderung untuk mencapai anggaran yang dalam penyusunannya melibatkan orang tersebut.

d. Suatu anggaran partisipasi mempunyai sistem kendali sendiri yang unik sehingga jika mereka tidak mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah anggaran partisipasi.

Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat, pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi anggaran. Partisipasi dalam proses penyusunan


(46)

anggaran merupakan suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Di sini partisipasi menjadi salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik di tingkat bawahan sampai ke manajer puncak.

Menurut Siegel dan Marcaroni (1989) penerapan dalam penyusunan anggaran memberikan banyak manfaat antara lain:

1. Partisipan (orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran) menjadi

ego-involved tidak hanya task-ego-involved dalam kerja mereka.

2. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan kerjasama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran.

3. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran.

4. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya manusia diantara bagian-bagian organisasi.

Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat, bukan berarti partisipasi anggaran tidak mempunyai kelemahan dan permasalahan. Menurut Siegel dan Marcaroni (1989) masalah yang berkaitan dengan partisipasi ada tiga hal: 1) adanya kemungkinan manajer membentuk budget slack. Slack merupakan perbedaan (selisih) sumber daya yang sebenarnya diperlukan dalam proses yang efisien, dengan jumlah yang lebih besar yang ditambahkan pada kegiatan tersebut. 2) partisipasi semu, yakni terlihat berpartisipasi padahal dalam kenyataannya tidak, artinya para manajer ini berpartisipasi tetapi tidak diberikan wewenang untuk menentukan anggaran. 3) status


(47)

dan pengaruh di dalam organisasi mengurangi efektivitas partisipasi. Hal ini disebabkan biasanya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam proses penetapan sasaran.

2.1.6. Kinerja Manajerial

Sangat sulit dalam membuat suatu pengertian yang baku tentang kinerja (performance), karena kinerja ini tidak dapat diukur secara pasti. Kinerja hanya dapat diberi batasan secara abstrak dan penjabarannya diperlukan kejelian dan ketelitian yang tinggi. Kesulitan dalam menilai kinerja seseorang terletak pada sudut pandang yang berbeda antara seseorang dengan orang lainnya.

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang di dalam melaksanakan pekerjaan (Frucot dan Shearon, 1991). Pada organisasi yang menggunakan desentralisasi ke unit-unit yang dibentuknya, pencapaian kinerja unit diharapkan dapat mempengaruhi kinerja secara keseluruhan. Dengan asumsi strategi yang diterapkan pada sub unit, sesuai dengan situasi dan kondisi eksternal dan internal di lingkungan organisasi tersebut (Mia dan Clarke, 1998).

Supomo (1998) mendefinisikan kinerja adalah sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Berdasarkan pengertian ini jelaslah bahwa kinerja dapat dilihat dan diukur dari berbagai sudut jika dihubungkan dengan pengertian prestasi yang diperlihatkan. Prestasi kantor dinas pemerintahan dapat dilihat dari tingkat penyelesaian tugas-tugas pengayoman masyarakat.

Jika pekerjaan dan tugas-tugas penting sudah digambarkan, kriteria kinerja dapat dikembangkan. Kriteria adalah dimensi-dimensi pengevaluasian kinerja


(48)

seseorang pemegang jabatan, suatu tim, suatu unit kerja. Secara bersama-sama, dimensi-dimensi itu merupakan harapan kinerja yang berusaha dipenuhi individu dan tim guna mencapai strategi organisasi.

Randall (1999: 11) mengemukakan diperlukan tiga jenis dasar kriteria kinerja yang lazim diketahui untuk dapat menilai kinerja sesorang. Pertama, kriteria berdasarkan sifat. Kriteria ini memusatkan diri pada karakteristik pribadi seorang karyawan loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi dan keterampilan memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai. Jenis kriteria ini memusatkan diri pada bagaimana seseorang, bukan pada apa yang dicapai atau tidak dicapai seseorang dalam pekerjaan.

Meskipun instrumen-instrumen penilaian berdasarkan sifat dapat diciptakan dengan mudah, instrumen-instrumen itu mungkin bukan indikator kinerja pekerjaan yang valid. Menurut penulis yang dinilai sebagai kinerja harus dikaitkan langsung dengan pekerjaan. Hal ini didukung oleh pendapat para ahli yang menyatakan bahwa hubungan antara sifat dan kinerja terlalu lemah, atau paling tidak sulit ditetapkan secara jelas karena sifat sulit didefinisikan. Bagi satu orang, keandalan berarti datang dan pulang dari kantor tepat waktu setiap hari, bagi orang lain bisa berarti bekerja sampai larut bila pimpinan memintanya, bagi orang ketiga, bisa berarti tidak memanfaatkan waktu istirahat. Karena soal itu, ukuran kinerja berdasarkan sifat umumnya tidak dapat diandalkan.

Kedua, kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada bagaimana pekerjaan dilaksanakan. Kriteria semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan


(49)

hubungan antar personal. Karena organisasi berjuang menciptakan suatu budaya dimana keragaman dihargai dan dihormati, kriteria keperilakuan terbukti bermanfaat untuk memantau apakah para pekerja mencurahkan cukup banyak usaha untuk mengembangkan diri. Ketiga, dengan makin ditekankan produktivitas, kriteria berdasarkan hasil semakin populer. Kriteria ini berfokus pada apa saja yang telah berhasil dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu dicapai atau dihasilkan. Kriteria ini sering dikritik karena meninggalkan aspek-aspek kritis pekerjaan yang penting seperti kualitas, yang mungkin sulit dikuantifikasi.

Tanpa memandang tipe kriteria mana yang diukur dalam proses penilaian, sistem manajemen kinerja menjadi strategis sejauh kriteria-kriteria ini dihubungkan secara jelas dengan sasaran organisasi. Hubungan ini hampir selalu membutuhkan lompatan inferensial (bersifat keputusan).

Aspek penting dalam organisasi pemerintah dalam pengukuran kinerja, yang perlu diperhatikan adalah efisiensi, efektif, dan ekonomis. Menurut Mardiasmo (2002), Efisiensi adalah rasio output terhadap input. Efektif merupakan hubungan antara output yang dihasilkan dengan tujuan yang ditetapkan. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan oleh sub unit pada objek unit, maka sub unit tersebut dikatakan efektif. Ekonomis merupakan perbandingan input dengan input

value yang dinyatakan dalam satuan moneter.

Menurut Covin dan Slevin (1988) yang dikutip dari Miah dan Mia (1996), menyatakan bahwa penilaian kinerja dengan menggunakan persepsi atas kinerja dari individu yang terlibat pada aktivitas organisasi dapat berfungsi sebagai substitusi dari


(50)

pengukuran kinerja atas data sebenarnya. Hal ini yang mendasari penggunaan item kuesioner pada penelitian Miah dan Mia (1996).

Tim studi pengembangan sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (AKIP), yang dibentuk Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka membuat panduan tentang penerapan good governance pada organisasi sektor publik di Indonesia, mendefinisikan kinerja sebagai kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi, dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil (LAN dan BPKP, 2000).

Gul (1991), yang dikutip dari buku petunjuk pengukuran kinerja instansi pemerintah, menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission

accomplisment), melalui hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu

proses.

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan kinerja, yaitu: sebagian organisasi menghubungkan pembayaran dengan kinerja, sebagian lainnya menggunakan informasi kinerja terutama sebagai perangkat manajemen yang digunakan secara kontinyu untuk meningkatkan operasi mereka, dan sebagian lain mengkaitkan pembelanjaan mereka dengan hasilnya. Organisasi yang paling


(51)

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisis perencanaan dan pengawasan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan partisipasi anggaran sebagai variabel moderating. Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan dengan berbagai hasil temuan adalah

Nurlaila, 2008 melakukan penelitian pengaruh perencanaan dan pengawasan anggaran terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Barat. Dari hasil penelitian membuktikan secara parsial pengawasan anggaran memberikan pengaruh yang signifikan dan dominan dalam membentuk kinerja manajerial. Sementara perencanaan anggaran walaupun berkorelasi signifikan namun kurang berdampak langsung terhadap peningkatan kinerja manajerial aparat pemerintahan Kabupaten Aceh Barat.

Brownell, (1986) melakukan penelitian Budgetary Participation, Motivation,

and Managerial Performance. Hasil penelitian Secara langsung partisipasi anggaran

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dan sebaliknya motivasi kerja berkorelasi negatif dengan kinerja manajerial.

Ariadi, (2006) telah melakukan pengujian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial. Dengan hasil penelitian membuktikan bahwa secara langsung anggaran partisipatif memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja manajerial dan terhadap kepuasan kerja memiliki pengaruh positif. Sedangkan secara simultan maupun secara parsial anggaran partisipatif memiliki pengaruh terhadap kinerja


(52)

manajerial dan kepuasan kerja melalui budaya organisasi, gaya manajemen, dan motivasi kerja.

Alfar, (2006) melakukan penelitian Pengaruh Partisipasi Manajer dalam Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Budgetary Slack Sebagai Variabel Intervening. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara signifikan terhadap kinerja manajerial baik secara langsung maupun melalui budgetary slack sebagai variabel intervening.

Noor, (2007) melakukan penelitian Desentralisasi dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial. Dengan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara variabel dependen (kinerja manajerial) dengan variabel independen (partisipasi penyusunan anggaran) dan kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan faktor kontijen (desentralisasi dan gaya kepemimpinan) terhadap kinerja manajerial tidak signifikan.

Manurung, (2008) melakukan penelitian Pengaruh Locus of Control dan Gaya Kepemimpinan terhadap Hubungan Partisipasi Anggaran dan Kesenjangan Anggaran dengan Kinerja Aparat Dinas Pendidikan Nasional Pemerintahan Kabupaten Simalungun. Dengan hasil penelitian bahwa dalam menggunakan variabel moderasi

locus of control maupun tanpa variabel moderating, bahwa secara bersama-sama

partisipasi anggaran dan kesenjangan berpengaruh terhadap kinerja aparat Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Simalungun.


(53)

Ernita, (2010) melakukan penelitian Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Manajerial SKPD pada Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dengan Budaya Paternalistik Sebagai Variabel Moderating. Dengan hasil penelitian bahwa Partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues.

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dimuat dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian

Nurlaila (2008)

Pengaruh

Perencanaan dan Pengawasan

Anggaran terhadap Kinerja Manajerial

pada SKPD

Kabupaten Aceh Barat

Perencanaan Anggaran (X1) Pengawasan Anggaran (X2)

Kinerja Manajerial (Y)

Secara parsial pengawasan anggaran memberikan pengaruh yang signifikan dan dominan dalam membentuk kinerja manajerial. Sementara perencanaan anggaran walaupun berkorelasi signifikan namun kurang berdampak langsung terhadap peningkatan kinerja manajerial aparat pemerintahan Kabupaten Aceh Barat.

Brownell, P dan M. Mc. Innes (1986)

Budgetary Participation, Motivation, and Managerial Performance Budgetary participation (X1) Motivation (X2) Managerial performance (Y)

Secara langsung partisipasi anggaran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Sebaliknya motivasi kerja berkorelasi negatif dengan kinerja manajerial.

Ariadi, D (2006)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial

Anggaran Partisipatif (X1)

Budaya Organisasi (X2)

Gaya Manajemen (X3) Motivasi Kerja (X4) Kinerja Manajerial (Y2)

Kepuasan Kerja (Y2)

Secara langsung anggaran partisipatif memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja manajerial dan terhadap kepuasan kerja memiliki pengaruh positif. Sedangkan secara simultan maupun secara parsial anggaran partisipatif memiliki pengaruh terhadap


(54)

Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian kerja melalui budaya organisasi, gaya manajemen, dan motivasi kerja.

Alfar, R (2006)

Pengaruh Partisipasi Manajer dalam Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan

Budgetary Slack

sebagai Variabel Intervening

Partisipasi Manajer dalam Penganggaran (X1)

Kinerja Manajerial (Y2)

Budgetary Slack (X2,

Y1)

Ada pengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial baik secara langsung maupun melalui budgetary slack sebagai variabel intervening.

Noor, W (2007) Desentralisasi dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Partisipasi

Penyusunan

Anggaran dan Kinerja Manajerial

Partisipasi

Penyusunan Anggaran (X1)

Desentralisasi (X2) Gaya Kepemimpinan (X3)

Kinerja Manajerial (Y)

Ada pengaruh positif signifikan antara variabel dependen (kinerja manajerial) dengan variabel independen (partisipasi penyusunan anggaran) dan kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan faktor kontijen (desentralisasi dan gaya kepemimpinan) terhadap kinerja manajerial tidak signifikan.

Irene S. Manurung, (2008)

Pengaruh Locus of

Control dan Gaya

Kepemimpinan terhadap Hubungan Partisipasi Anggaran dan Kesenjangan Anggaran dengan Kinerja Aparat Dinas Pendidikan Nasional Pemerintahan Kabupaten Simalungun

Partisipasi Anggaran (XPA)

Kesenjangan Anggaran (XKA)

Locus of Control

(XLO)

Gaya Kepemimpinan (XGK)

Kinerja Aparat (YK)

Baik dengan menggunakan variabel moderasi locus of

control maupun tanpa variabel

moderating, bahwa secara bersama-sama partisipasi anggaran dan kesenjangan berpengaruh terhadap kinerja aparat Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Simalungun.

Peni Ernita 2010

Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Komunikasi

Organisasi terhadap Kinerja Manajerial

SKPD pada

Pemerintah

Kabupaten Gayo Lues dengan Paternalistik sebagai Variabel Moderating Partisipasi Penganggaran Budaya Organisasi Komunikasi Paternalistik Kinerja Manajerial

Partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues.


(55)

Perencanaan Anggaran (X1)

Partisipasi Anggaran (X3)

Pengawasan Anggaran (X2)

Kinerja Manajerial (Y)

Independen Variabel

Dependen Variabel

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan rumusan masalah dan didukung dengan landasan teori, maka penulis akan mengembangkan kerangka penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang dibangun dalam Gambar 3.1 di atas menunjukkan arah hubungan pengujian pengaruh; 1) variabel perencanaan anggaran secara parsial terhadap kinerja manajerial; 2) variabel pengawasan anggaran secara parsial terhadap kinerja manajerial; dan juga menunjukkan adanya pengaruh variabel perencanaan anggaran dan pengawasan anggaran secara simultan dengan memasukkan variabel partisipasi anggaran sebagai variabel moderating dan konsep penelitian. Dalam hal ini variabel partisipasi anggaran juga merupakan variabel independen lainnya.


(56)

Perencanaan anggaran merupakan peran aktif aparat pemerintah daerah dalam hal ini kepala dinas, kepala badan, kepala bagian keuangan, maupun kepala sub bagian anggaran dalam merencanakan anggaran pada unit kerjanya. Pengaruh perencanaan anggaran terhadap kinerja manajerial telah pernah dikaji oleh Nurlaila (2008) yang menemukan adanya korelasi positif dan signifikan dalam meningkatkan kinerja manajerial para kepala dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat.

Pengawasan anggaran merupakan bagian penting dalam pengelolaan keuangan daerah. Dalam hal ini pengawasan anggaran adalah tingkat keterlibatan aparat pemerintah yang terlibat dalam pengelolaan keuangan yaitu kepala dinas, kepala badan, kepala bagian keuangan, maupun kepala sub bagian anggaran. Pengaruh pengawasan anggaran terhadap kinerja manajerial juga pernah dikaji oleh Nurlaila (2008) dalam penelitiannya menjumpai pengaruh yang signifikan dan dominan variabel pengawasan terhadap kinerja manajerial para kepala dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa pengawasan yang diterapkan dengan baik secara langsung mengikat para pengambil kebijakan dalam suatu sistem yang dapat langsung meningkatkan kinerja manajerial dari setiap kepala dinas. Hasil penelitian Nurlaila inilah yang kemudian menjadi dasar pertimbangan pemilihan variabel pengawasan anggaran digunakan dalam penelitian ini.

Penggunaan variabel partisipasi anggaran dalam penelitian ini sebagai variabel pemoderat disebabkan adanya dugaan bahwa partisipasi tidak hanya


(57)

menjelaskan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial, akan tetapi juga turut mempengaruhi dari partisipasi dalam penyusunan anggaran dan partisipasi dalam pengawasan anggaran.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Perencanaan dan pengawasan anggaran secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara.

2. Perencanaan dan pengawasan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara dengan partisipasi anggaran sebagai variabel moderating.


(58)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di sini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (dipengaruhi) (Sugiyono, 2006: 41). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh variabel perencanaan dan pengawasan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan variabel partisipasi anggaran sebagai variabel moderating.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yaitu pada seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan dibatasi pada pejabat yang berkaitan dengan penganggaran SKPD yaitu kepala badan/dinas, kepala bagian dan kepala sub bagian. Adapun rencana waktu penelitian yakni selama 20 minggu (September – Desember).

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006). Penelitian ini akan


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perencanaan dan pengawasan anggaran secara parsial dan simultan terhadap kinerja manajerial SKPD Kabupaten Aceh Utara. Di samping itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui moderasi variabel partisipasi anggaran dalam hubungan antara

perencanaan dan pengawasan anggaran terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara. Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan dan pengawasan anggaran secara parsial dan simultan mempengaruhi kinerja manajerial SKPD Kabupaten Aceh Utara. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikansi perencanaan dan pengawasan anggaran, di mana nilai signifikansi <  (0,05).

2. Partisipasi anggaran bukan merupakan variabel moderasi pengaruh perencanaan dan pengawasan anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD Kabupaten Aceh Utara. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikan AbsRes_1 dan AbsRes_2 yang lebih besar dari nilai (0,05).

3. Perencanaan, pengawasan, dan partisipasi anggaran mempengaruhi kinerja manajerial SKPD di Kabupaten Aceh Utara baik secara parsial maupun simultan.


(2)

Hal ini dapat diketahui di mana nilai signifikan uji t dan uji F lebih kecil dari  (0,05).

4. Penelitian ini mampu menunjukkan bahwa sebesar 30,8% variasi kinerja manajerial SKPD di Kabupaten Aceh Utara dapat dijelaskan oleh perencanaan, pengawasan, dan partisipasi anggaran. Sedangkan sisanya sebesar 69,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dikirimkan oleh peneliti. Peneliti tidak dapat mengontrol secara langsung atas sampel yang diteliti sehingga dimungkinkan timbulnya perbedaan persepsi atas maksud dan tujuan pertanyaan. 2. Peneliti hanya menggunakan tiga variabel penelitian, yaitu perencanaan,

pengawasan, dan partisipasi anggaran, sementara masih ada variabel lain yang diperkirakan akan mempengaruhi kinerja manajerial.

3. Penelitian ini hanya dilakukan pada kepala badan atau dinas di Kabupaten Aceh Utara dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 44 orang. Sehingga generalisasi hasil temuan dari rekomendasi penelitian ini tidak dapat diberlakukan bagi daerah lain di luar Kabupaten Aceh Utara.


(3)

6.3. Saran

Hasil penelitian ini dapat memotivasi penelitian di masa yang akan datang, untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kinerja manajerial. Dengan mempertimbangkan pada keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti menyarankan:

1. Untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi atas pertanyaan dalam instrumen penelitian yang diberikan kepada responden maka perlu dilakukan penjelasan awal terlebih dahulu atas maksud dan tujuan pertanyaan.

2. Kepada Kepala Badan atau Dinas Kabupaten Aceh Utara, untuk mengukur kinerja manajerial dapat diukur dari proses perencanaan, pengawasan, dan partisipasi dalam penganggaran tersebut.

3. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alfar, R. 2006. Pengaruh Partisipasi Manajer dalam Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Budgetary Slack sebagai Variabel Intervening. Tesis. Sekolah Pascasarjana USU. Medan.

Brownell, P. 1982. Participation in Budgeting Process: When it Works and When it Doesn’t. Journal of Accounting Literature. Pp. 124-153.

Brownell, P dan M. Mc.Innnes. 1986. Budgetary Participation, Motivation, and Managerial Performance. The Accounting Review. Vol. LXI (4). October: p.587-600.

Chong, V.K dan Kar Ming Chong. 2002. Budget Goal Commitment and Informational Effects of Budget Participation on Performance: A Structural Equation Modeling Approach. Behavioral Research in Accounting. USA. Davis, Keith dan Jhon W. Newstrom. 1990. Human Behavior at Work. Erlangga.

Jakarta.

Dunk. A.S. 1989. Budgetary Participation, Agreement on Evaluation Criteria and Managerial Performance: A Research Note. Accounting Organization and Society, Vol. 14: 321-324.

Erlina. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 2. USU Press. Medan.

Frucot, J.R.P. dan W.T. Shearon. 1991. Budgetary Participation, Locus of Control, and Mexican Managerial Performance and Job Satisfaction. The Accounting Review, January.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP-Undip. Semarang.

Gul, F. A. 1991. The Effect of Management Accounting Systems and Environmental Uncertainty on Small Business Manager’s Performance. Accounting and Business Research, Vol. 22, No. 85: 57-61.

Harujitu, M. Yayat. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Penerbit Grasindo. Jakarta. Hermawan, Asep. 2006. Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif. Gramedia


(5)

Hunsen, Mowen. 2001. Manajemen Biaya. Salemba Empat. Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 1. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Khairulfitrah. 2010. Pengawasan-Kontroling web: http//khairulfitrah.ngelogs.com diakses tanggal 24 Agustus 2010.

Kenis, L. 1979. The Effect of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitutes and Performance. Accounting Review. October pp. 707-721.

Latuheru, B. Patria. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi Sebagai Moderating (Studi pada Kawasan Industri Maluku). Jurusan Ekonomi Akuntansi. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Manurung, I. Silvia. 2008. Pengaruh Locus of Control dan Gaya Kepemimpinan terhadap Hubungan Partisipasi Anggaran dan Kesenjangan Anggaran dengan Kinerja Aparat Dinas Pendidikan Nasional Pemerintahan Kabupaten Simalungun. Tesis. SPsUSU. Medan.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Mia, L dan Clarke. 1998. Managerial Attitude, Motivation, and Effectiveness of Budget Participation. Accounting Organization and Society, Vol. 13, No. 5: 465-475.

Miah, N. Z. dan Mia, L. 1996. Desentralisation and Accounting Control of Government organization: A New Zealand Empirical Study. Financial Accountability and Management. Vol. 12, No. 3: 173-189.

Muchadarsyah. 2000. Manajemen dan Bank. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Noor, Wahyuddin. 2007. Desentralisasi dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.

Nurlaila. 2008. Pengaruh Perencanaan Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Kepala Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Tesis. PPs-Unsyiah. Banda Aceh.

Shields. M. D. dan S. M. Young. 1973. Antecendent and Consequences of Participative Budgeting: Evidence on the Effects of Asymmetrical Information. Jurnal of Management Accounting Research, Vol. 5: 265-280.


(6)

Siegel, Gary dan H. R. Marconi. 1989. Behavioral Accounting. South-Western Publishing. Ohio.

Silalahi, Ulber. 2002. Pemahaman Praktis Azas-azas Manajemen. Mandar Maju. Bandung.

Wibowo dan Arif Abubakar. 2005. Pengantar Akuntansi I: Ikhtisar Teori dan Soal-soal. PT. Gramedia. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

1 60 118

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survei Pada Rumah Sakit Di Kabupaten Klaten).

0 0 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD: DESENTRALISASI SEBAGAI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupat

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Karanganyar).

0 2 10

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD: DESENTRALISASI SEBAGAI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupat

0 0 15

Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating.

0 0 25

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

0 0 14

Skripsi Pengaruh Kinerja Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran

0 0 15

Pengaruh Kinerja Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran - Unika Repository

0 0 9