Sejarah hukum adat 002

Sejarah Hukum Adat
Posted on October 19, 2012 by henry.arianto

SEJARAH HUKUM ADAT
Keberadaan Bangsa Indonesia saat ini, tentu tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan Bangsa Indonesia pada masa lampau. Kebesaran bangsa Indonesia
saat ini sebenarnya telah dapat terlihat sejak masa lampau. Dimulai dari
masuknya agama Hindhu ke Bumi Nusantara, menjadikan agama Hindhu adalah
agama yang pertama kali dianut oleh bumiputra. Hingga saat ini, kebudayaan
Hindhu sedikit banyak masih mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia,
sekalipun dia bukan beragama Hindhu. Misalnya, dalam agama Hindhu, cara
beribadahnya pada umumnya dengan membakar dupa yang konon baunya
dupa tersebut dapat mengantarkan doa yang di panjatkan kepada Shang Yang
Jagad Dewa Batara. Saat ini kita melihat bagaimana seorang muslim, di daerah
Jawa khususnya, dalam berdoa terkadang juga dengan membakar dupa atau
menyan. Sehingga dikenal dengan istilah Islam Kejawen. Berikut ini adalah
masa-masa kerajaan yang pernah berkuasa di Bumi Nusantara:
1. ZAMAN HINDU
Terkenal juga dengan istilah Zaman Melayu Polinesia, terjadi pada Th.1500 SM –
300 SM. Pada masa ini terjadi perpindahan penduduk dari daratan Asia menuju
Indonesia. Dimana perpindahan penduduk ini terbagi menjadi dua gelombang.

Gelombang I dikenal dengan gelombang Proto Malaio (Melayu Tua). Pada masa
ini perilaku budaya masyarakatnya masih sangat dipengaruhi kesaktian. Hingga
saat ini, masalah Magis Religius masih kental berada di kalangan masyarakat
Indonesia, seperti santet, pelet, ngepet dan sejenisnya. Gelombang II dikenal
dengan gelombang Deutoro Malaio (Melayu Muda). Pada masa ini perilaku
budaya masyarakatnya dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Kong Hu Cu.
2. ZAMAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya berpusat di Palembang, kerajaan ini hidup di Abad VII s.d.
Abad XIII. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya diketahui dari Prasasti – prasasti,
seperti:
1)

Prasasti Raja Sanjaya (732M) yang isinya menceritakan tentang Agama

yang dianut masyarakat pada masa itu, kegiatan perekonomian pada masa itu,
dan kegiatan pertambangan rakyat pada masa itu.

2)

Prasasti Raja Dewasimha (760M) yang isinya menceritakan tentang Agama


dan Kekaryaan masyarakat kerajaan Sriwijaya pada masa itu.
3)

Prasasti Raja Tulodong (784M) yang isinya menceritakan tentang masalah-

masalah pertanahan dan Pengairan.
4)

Prasasti Bulai dari Rakai Garung (860M) yang isinya menceritakan tentang

Perkara Perdata.
3. ZAMAN MATARAM I
Kerajaan Mataram dapat diketahui keberadaannya dari Prasasti Guntur (907 M)
yang isinya tentang Peradilan oleh Hakim Pu Gawel mengenai keputusan
tentang Hutang Keluarga. Putusannya dikenal dengan nama Javapatra. Lalu dari
Prasasti Raja Mpu Sindok (927 M) yang menceritakan tentang Hutang Piutang
dan Waris. Dan juga ada Prasasti Raja Dharmawangsa (991 M) yang isinya
tentang Perintah Pembuatan Kitab Perundang-undangan Purwadigama
(Syiwasyana) dan penerjemahan Mahabharata.

4. ZAMAN MAJAPAHIT
Selama kekuasaan Hayam Wuruk dan Gajah Mada dalam syair “Negara
Kertagama” terlihat peraturan hukum tentang:
1.

Pemerintahan Umum seperti masalah Pertanahan, Pajak, Wajib Militer,
Tentara dan Kepolisian.

2.

Kehakiman dan Peradilan.

Dikenal adanya Kutaramanawa (Kitab Undang-Undang) dan Jaksa Penuntut
Umum / Astapada dalam Perkara Pidana. Dimana Mahapatih Gajah Mada
berperan sebagai Astapada.
1.

Politik Luar Negeri.

Pada masa kerajaan Majapahit, Indonesia saat itu telah memiliki negara-negara

sahabat sepertu Siam, Birma, Campa, Kamboja, India & China. Wilayah
Majapahit pada masa itu adalah Indonesia dan Malaysia yang sekarang.
5. ZAMAN ISLAM
1.

Zaman Kerajaan Aceh Darussalam

Pada akhir abad XII, Islam masuk ke Indonesia dari daerah Aceh (Kesultanan
Perlak, Samudra Pasai, Aceh Darussalam). Sehingga hingga saat ini Aceh
terkenal dengan istilah SERAMBI MEKAH, karena dari Aceh inilah ajaran agama
Islam disalurkan dari Mekah ke Indonesia. Dari empat Mazhab yang dikenal
dalam Islam (Mazhab Syafei, Hambali, Maliki dan Suni), Hukum yang berlaku
adalah Hukum Islam berdasarkan ajaran Imam Syafei, dan Hukum Adat yang
berlaku adalah hukum adat yang bersendikan pada Hukum Islam.
Pada masa ini Kerajaan Aceh telah memiliki mata uang, angkatan darat yang
diperkuat pasukan Gajah dan angkatan laut yang dilengkapi bedil & meriam.
Ada juga tentara wanita. Dan untuk memperkuat angkatan perangnya, maka
Kerajaan ini memiliki pabrik senjata sendiri.
Indonesia pada masa ini telah pula melakukan hubungan diplomatik dengan
menerima dan melayani duta negara asing. Di bidang ekonomi ada industri

kecil, kerajinan, pertambangan, bea-cukai. Pada masa ini Ilmu pengetahuan &
agama Islam berkembang pesat. Pada masa ini pula Hak wanita & pria sama
dalam rumah tangga, harta, perdagangan serta olah raga.
Dikenal pula adanya Kitab Hukum Acara Pidana atau Perdata yang dikenal
dengan Kitab “Safinatul Hukkam fi Takhlisul Khassam” (artinya: Bahtera bagi
semua hakim dalam menyelesaikan orang-orang yang berperkara). Terdiri dari:
BAB I = tentang Hukum Perdagangan & Penyelesaian Perkara Perniagaan.
BAB II = tentang Hukum Keluarga, Perkawinan & Perceraian.
BAB III = tentang Hukum Pidana, ancaman hukuman
BAB IV = tentang Kewarisan.
2. Zaman Demak
Sekitar abad XV Demak masih dibawah kekuasaan Majapahit Menurut Babad
Tanah Jawi (ditulis pd th.1625 & 1633), R. Patah, putra Raja Brawijaya,

menundukkan Majapahit th.1478 & mendirikan Bintara Demak yang
kerajaannya berpusat di Masjid Demak. Urusan pemerintahan & hukum
berdasarkan Hukum Islam, namun dalam pelaksanaan peradilan masih
dipengaruhi sistem yang berlaku di zaman Majapahit.
3. Zaman Mataram II
Pada masa ini Sultan yang berpengaruh adalah Mas Rangsang yang bergelar

Panembahan Agung Senopati Ing Alogo Ngabdurahman (Sultan Agung). Sultan
juga merubah tahun Cakra menjadi Tarikh Islam Jawa & Sistem Peradilan
Serambi.
4. Zaman Cirebon & Banten
Pada masa ini dikenal Sistem Peradilan yang lebih baik daripada kerajaankerajaan sebelumnya. Yaitu dengan adanya tiga peradilan dengan tugas dan
tanggungjawab yang berbeda. Adapun ketiga peradilan tersebut adalah:
1) Peradilan Agama
Tugas dan tanggungjawabnya adalah memeriksa perkara yang dapat dijatuhi
hukuman badan / hukuman mati karena sifat kejahatannya membahayakan
negara, mengurus perkara perkawinan, perceraian & pewarisan. Hukum yg
digunakan adl Hukum Islam & pendapat para ahli agama.
2) Peradilan Drigama
Tugas dan tanggungjawabnya mengadili perkara-perkara pelanggaran adat yang
diadili berdasarkan hukum adat jawa kuno dengan memperhatikan hukum adat
yang berlaku setempat.
3) Peradilan Cilaga
Tugas dan tanggung jawabnya memeriksa & mengadili perkara-perkara yang
menyangkut perselisihan perekonomian atau perdagangan. Menggunakan
sistem wasit / penengah.


Masyarakat adat pada masa ini menuntut bahwa hakim harus memiliki sifat-sifat
alam seperti:
1.

Sifat Chandra (bulan), sebagaimana layaknya bulan yang menerangi
kegelapan, hakim pun dituntut untuk dapat memberikan pencerahan bagi
mereka yang jiwanya tersesat, sehingga melakukan penyimpangan dengan
melakukan tindakan kriminal.

2.

Sifat Tirta(air), sebagaimana layaknya air yang membersihkan, maka
hakim pun dituntut untuk dapat membersihkan masyarakat dari sampah
masyarakat.

3.

Sifat Cakra(dewa), masyarakat adat menganggap bahwa hakim
merupakan wakil Tuhan atau Dewa, karena kekuasaan hakim yang dapat
memberikan hukuman mati sekalipun.


4.

Sifat Sari (harum), masyarakat adat menganggap bahwa hakim harus
menjaga perilakunya, janganlah kemudian ada Hakim Yang Mulia tetapi
melakukan perbuatan yang tidak mulia, seperti mencuri, bermain wanita,
berjudi.

5. Zaman Kolonial Belanda
Pada masa kolonial Hukum Adat dibiarkan seperti sediakala. Hukum yg dipakai
dlm pelaksanaan peradilan kejahatan dipakai acuannya adalah Hukum Adat
setempat, apabila di pandang baik. Dasar berlakunya Hukum Adat bagi gol.
Pribumi & Timur Asing adalah Pasal 11 AB. Hukum Adat pernah hendak di
unifikasi karena ada Asas Konkordansi, tetapi akhirnya yang terjadi tetap
dualisme atau pluralisme hukum.
6. Zaman Kemerdekaan
Keberadaan masyarakat adat dengan Hukum Adatnya diakui sebagai Hukum
Indonesia Asli yang tidak tertulis yang disana-sini mengandung unsur agama.
Kodifikasi & Unifikasi hukum dengan menggunakan bahan-bahan dari Hukum
Adat dibatasi pada bidang-bidang dan hal-hal yang sudah mungkin

dilaksanakan.

Peraturan adat istiadat kita ini pada hakikatnya sudah terdapat pada zaman
kuno, zaman Pra-Hindhu. Lambat laun datanglah kultur Islam dan kultur Kristen
yang masing-masing mempengaruhi kultur asli tersebut. Kini hukum Adat yang
hidup pada rakyat adalah merupakan hasil akulturasi antara peraturanperaturan adat-istiadat jaman pra-Hindu dengan peraturan-peraturan kultur
Islam dan kultur Kristen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di Indonesia
berlaku pluralisme hukum. Teori-teori yang berkembang karena adanya
pluralisme hukum tersebut adalah:
Teori Receptio in Complexu (van den Berg)
“Hukum suatu golongan masyarakat itu merupakan resepsi / penerimaan secara
bulat dari agama yang dianut oleh golongan tersebut.”
Teori Receptio (oleh Snouck Hurgronye)
“Hukum agama belum merupakan hukum jika belum diterima oleh Hukum
Adat.”
Teori Receptio A Contrario
Teori ini dikembangkan oleh penulis Islam, dikatakan bahwa “Hukum Adat hanya
dapat berlaku dan dilaksanakan dalam pergaulan hidup masyarakat jika hukum
adat itu tidak bertentangan dengan hukum Islam.”