Hukum Adat 002

PENDAHULUAN
Istilah kebiasaan merupakan istilah yang umum dipakai dlam kehidupan
masyarakat. Selain itu juga ada istilah adat yang juga mempunyai persamaan dan
perbedaan dengan kebiasaan. Di dalam makalah ini akan membahas mengenai
landasan-landasan hukum adat. Tetapi sebelum terjun pada pokok pembahasan,
haruslah sedikit membahas apa yang dimaksud dengan hukum adat itu sendiri.
Hukum adat terdiri dari dua kata, yaitu hukum dan adat. Hukum adalah
keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam satu kehidupan
bersama : keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu
kehidupan bersama, yang dapat di paksakan pelaksanaanya dengan suatu sanksi.1
Sedangkan adat/kebiasaan merupakan tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap
dan lazim dalam masyarakat atau pergaulan hidup tertentu.2
Jadi Hukum Adat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh rakyat dan
diberlakukan untuk rakyat itu sendiri dengan adanya suatu sanksi oleh ketua adat
apabila aturan tersebut dilanggar. Hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis
yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan dalam pergaulan hidup
pada suatu daerah tertentu.
Landasan yang biasanya disebut dengan dasar, di dalam hukum adat terdapat
berbagai macam landasan, di mana landasan tersebut membahas bagaimana hukum
adat bisa berlaku di tengah-tengah masyarakat. Landasan yang akan kami bahas lebih
lanjut dalam makalah ini yaitu, Landasan Filosofis, Yuridis, Historis dan Sosiologis.

Semoga pemaparan ini bermanfaat untuk teman-teman semua, khususnya bagi
pembaca dan tentunya bagi kami sebagai penulis.

1Sudikno Mertkusumo, Mengenal hukum suatu pengantar, cet. Ke-5, (Yogyakarta:
Liberty, 2008), hal. 40.
2Sudikno Mertkusumo, Mengenal hukum suatu pengantar…, hal. 104.

Landasan-landasan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia | 1

PEMBAHASAN
1.

Landasan Filosofis
Dari kata filosofis, tentunya landasan filosofis berdasarkan pada filsafat. Jadi
untuk mengetahui landasan filosofis hukum adat, perlu adanya filsafat hukum.
Manfaat filsafat hukum yaitu untuk mengembangkan wawasan pengetahuan dan
pemahaman hukum.3
Hukum Adat yang sebenarnya sangat identik dan bahkan sudah terkandung
dalam butir-butir Pancasila. seperti religio magis, gotong royong, musyawarah
mufakat dan keadilan. Dengan demikian Pancasila merupakan kristalisasi dari

Hukum Adat. Dan inilah yang merupakan filosofi berlakunya hukum adat.
Berdasarkan penjelasan dalam pembukaan UUD 1945, terkandung
pengakuan hukum Tuhan, hukum kodrat, hukum etis serta hukum filosofis.
Dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 mengandung asas kerohanian
(Pancasila) yang biasa disebut hukum filosofis. Beritik tolak dari realisasi
pelaksanaan hukum dalam sistem Indonesia dikongkretsasikan kedalam hukum
positif Indonesia.4
Hukum adat yang hidup, tumbuh dan berkembang di Indonesia sesuai
dengan perkembangan zaman yang berfiat luwes, fleksibel sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. UUD
1945 hanya menciptakan pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan
dari UUD RI. Pokok-pokok pikiran tersebut menjiwai cita-cita hukum meliputi
hukum negara baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam pembukaan
UUD 1945 pokok-pokok pikiran yang menjiwai perwujudan cita-cita hukum
3 Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 11.
4 Zainuddin Ali, Filsafat Hukum…, hal. 110.

Landasan-landasan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia | 2

dasar negara adalah Pancasila. Dengan demikian hukum adat secara filosofis

merupakan hukum yang berlaku sesuai Pancasila sebagai pandangan hidup atau
falsafah hidup bangsa Indonesia.5
Hukum mempunyai kekuatan berlaku secara filosofis apabila kaidah hukum
tersebut sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi seperti
Pancasila, yaitu Masyarakat Adil makmur karena Hukum Adat berkembang dari
kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri.
2.

Landasan Yuridis
Pada dasarnya Hukum Adat merupakan Hukum Non-Statutair yang dalam
sudut pandangnya jelas belum tertulis maupun tidak tertulis secara hukum
positif.6 Mempelajari segi Yuridis dasar berlakunya Hukum Adat berarti
mempelajari dasar hukum berlakunya Hukum Adat di Indonesia yang
terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Dasar Perundang-Undangan yang mendasari berlakunya Hukum Adat di
lingkungan Tata Hukum positif di Indonesia, yaitu:
a.

Undang-Undang Dasar 1945
Dasar yang dipakai untuk memberlakukan Hukum Adat adalah pasal II

Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan “Segala
Badan Negara dan peraturan yang ada , masih langsung berlaku sebelum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang ini”.

b.

UUDS Tahun 1950.

5 http://cyber-sancay.blogspot.com/2012/09/filosofi-yurisprudensi-dan-sosiologi.html,
diakses pada tanggal 14 Oktober 2014, jam 20:09.
6 Surojo Wignajodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Cet. Ke-6, (Jakarta:

Gunung Agung, 1983), hal. 16.
Landasan-landasan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia | 3

Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 dalam pasal 104 ayat 1
menyatakan “Segala keputusan pengadilan harus berisi alasan-alasannya
dan dalam perkara hukuman menyebut aturan-aturan undang-undang dan
aturan-aturan Hukum Adat yang dijadikan dasar hukuman itu “.
c.


Undang-Undang No. 19 tahun 1964
Menyatakan bahwa “peradilan adalah peradilan Negara. Dengan
demikian tidak ada tempat bagi peradilan swapraja dan peradilan Adat.
Apabila peradilan-peradilan itu masih ada, maka selekas mungkin akan
dihapuskan seperti yang secara berangsur-angsur telah dilaksanakan”.

d.

Undang-Undang No. 14 tahun 1970
Dalam Undang-undang No 14 tahun 1970, tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang merupakan landasan hukum berlakunya
Hukum Adat termuat dalam pasal sebagai berikut :
Pasal 23 (1) yang berbunyi :
“Segala putusan Pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan
dasar-dasar putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu
dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tak
tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili”.
Yang dimaksud dengan “hukum tak tertulis” dalam pasal tersebut adalah
“Hukum Adat”.

Dalam penjelasan umum Undang-undang ini, bagian 7 berbunyi sebagai
berikut:
“ Penegasan, bahwa peradilan adalah peradilan Negara, dimaksud
untuk menutup semua kemungkinan adanya atau akan diadakannya lagi
Peradilan Swapraja atau Peradilan Adat yang dilakukan oleh bukan
peradilan Negara”.
Ketentuan-ketentuan tersebut tidak bermaksud untuk mengingkari
hukum tidak tertulis yang disebut Hukum Adat, melainkan hanya akan
Landasan-landasan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia | 4

mengalihkan perkembangan dan penerapan hukum itu kepada pengadilanpengadilan Negara. Dengan ketentuan bahwa Hakim wajib menggali,
mengikuti

dan

memahami

nilai-nilai

hukum


yang

hidup

dengan

mengintegrasikan diri dalam masyarakat, telah terjamin sepenuhnya bahwa
perkembangan dan penerapan hukum tidak tertulis itu akan berjalan secara
wajar, sehingga turut serta secara aktif merealisasikan penyatuan dan
kesatuan hukum diseluruh Indonesia.
3.

Landasan Historis
a.

Zaman Kolonial
Pada masa ini kedudukan hukum adat mulai terancam karena masa
Hindia-Belanda pada waktu itu mulai memperkenalkan dan menganut
prinsip unifikasi hukum untuk seluruh wilayah jajahannya. Kemudian pada

tahun 1928-1945 peradilan adat dibuka pada tanggal 1 Januari 1938 pada
Raad van Justitie di Batavia yang memiliki tingkat kewenangan mengadili
perkara-perkara hukum perdata adat pada tingkat banding tingkat daerah.
Pada masa ini ulah dihasilkan beberapa peraturan yang secara ystemt ystem
tempat pada hukum adat baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam
bidang peradilan umum dan agama.7

b.

Zaman Kemerdekaan
Landasan berlakunya Hukum Adat setelah kemerdekaan yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

UUD 1945: Pasal II AP-Psl 131 IS
Konstitusi RIS: Psl 192 (1)-Psl 131 IS, Psl 146 (1)

UUDS 1950: Psl 104 (1), Psl 142 – 131 IS
Dekrit Presiden 5 Juli 1959-UUD 1945L Psl II AP-131 IS
UUD 1945 Amandemen: Psl I ;AP-131 IS, Psl 18B (2)
UU Pokok Kekuasaan Kehakiman Psl 17 tahun 1964 jo Psl 23 (1) UU
No. 14 Tahun 1970 jo Psl 25 (1) No.4 Tahun 2004

7 Ilham Bisri, Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal.
119-121.
Landasan-landasan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia | 5

7) UUPA No. 5 Tahun 1960, Psl 2 (4)
8) UU No. 1 Tahun 1974 Psl 35 dan 36 mengenai Harta Bersama.

4.

Landasan Sosiologis
Dari sudut pandang sosiologi masyarakat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pendasaran Hukum Adat yang bersifat mengikat, yaitu
diantaranya sebagai berikut:
a. Masyarakat

Masyarakat dapat diartikan sebagai manusia yang hidup bersama, yang
secara teoritis berjumlah dua orang dalam ukuran minimalnya. Jadi
masyarakat merupakan suatu sistem, yakni sistem sosial.
Hukum adat terbentuk karena keinginan seluruh masyarakat yang
tinggal di dalam suatu daerah tertentu. Masyarakat tersebut akan membuat
berbagai macam cara agar kepentingan mereka dapat terlindungi.
Maka jika berlakunya hukum adat itu ditinjau dari sosiologis, hukum
tersebut masih berlaku sampai saat ini, di mana seluruh masyarakat telah
mengakui bahwa hal tersebut mempunyai sifat yang memaksa dan
mempunyai kekuatan agar tidak ada seorangpun yang berani melanggarnya.

b.

Kebudayaan
Selo Soemardjan lebih menitikberatkan suatu kemajemukan masyarakat
itu pada “Culture”. Karena kebudayaan dapat menjadi suatu ciri (khas) dari
suatu masyarakat.8
Adat merupakan sesuatu yang memiliki ciri khas tersendiri dari masingmasing adat tertentu. Ciri khas dari adat-adat yang berbeda tersebut memiliki

8 Soejono soekanto dan soleman, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Rajawali, tt), hal. 40.


Landasan-landasan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia | 6

nilai budaya dan seni, sehingga dapat dijadikan kebudayaan apabila adat
tersebut tidak melanggar aturan-aturan Nasional dan Hukum Islam.

Landasan-landasan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia | 7

PENUTUP
Setelah kami memaparkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Hukum adat mempunyai landasan untuk berlaku di dalam suatu masyarakat.
Landasan-landasan tersebut adalah Landasan Filosofis, Yuridis, Historis dan
Sosiologis.
Landasan Filosofis Hukum Adat yang sesuai dengan Pancasila sebagai pandangan
hidup atau falsafah bangsa Indonesia.
Kemudian berdasarkan Landasan Yuridis Hukum Adat, sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan Landasan Historisnya, yang sebenarnya sama-sama membahas
tentang Hukum Adat dalam sejarahnya dan Hukum Adat dalam Peraturan Perundangundangan yang berlaku di Indonesia. Hanya saja dalam Landasan Yuridis lebih
kepada Peraturan Perundang-undangan, sedangkan dalam Landasan Historis dominan
membahas sejarah dari Hukum Adat itu sendiri.
Dalam Landasan Sosiologis, bagaimana Hukum Adat menyatu dalam kehidupan
sosial khususnya masyarakat yang ada dalam adat-adat tertentu, yang telah sepakat
dan sepaham dengan Hukum Adat itu sehingga menghasilkan kebudayaan yang
tentunya memiliki nilai seni.

Landasan-landasan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia | 8