PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013

(1)

PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013

(Skripsi)

Oleh

AGUSTIA WIRANDIKA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI

oleh

AGUSTIA WIRANDIKA

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor keuangan ( ukuran perusahaan (size), profitabilitas, likuiditas, leverage ) dan non-keuangan ( jaminan (secure), reputasi auditor ) terhadap peringkat obligasi. Hipotesis yang diajukan (1) ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap peringkat obligasi, (2) profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi, (3) likuiditas berpengaruh terhadap

peringkat obligasi, (4) leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi, (5) jaminan (secure) berpengaruh terhadap peringkat obligasi (6) reputasi auditor berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Penelitian ini menggunakan 56 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI 2010-2013. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi logistik.

Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis regresi logistik menunjukkan bahwa likuiditas dan reutasi auditor berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Sedangkan ukuran perusahaan (size), profitabilitas, leverage, jaminan (secure) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Kata kunci : ukuran perusahaan (size), profitabilitas, likuiditas, leverage, jaminan (secure),


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FINANCIAL FACTORS AND NON FINANCIAL ON THE RATINGS OF BONDS

By

AGUSTIA WIRANDIKA

This research aims to test the influence of financial factors ( the size of the company (size) , profitability, liquidity, leverage and non-financial secure , the reputation of auditors for bond rating. Hypothesis advanced by (1) the size of the company ( size ) impact on bond rating, (2) profitability impact on bond rating, (3) liquidity impact on bond rating, (4) leverage effect on bond rating, (5) secure impact on bond rating, (6) the reputation of auditors impact on bond rating.

This study used 56 non-financial companies listed on the BEI 2010 to 2013. Data was collected by using a purposive sampling method towards non-financial companies listed in the Indonesia Stock Exchange. The research data were analyzed with logistic regression analysis.

The result of this research based on logistic regression analysis shows that liquidity and the reputation of auditors impact on bond rating .While the size of the company (size) , profitability , leverage , secure no impact on bond rating .

Keywords: size company (size) , profitability, liquidity, leverage, secure, the reputation of auditors , bond rating


(4)

PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013

Oleh

AGUSTIA WIRANDIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 07 agustus 1992, sebagai anak ketiga dari Bapak Drs. Izmir Hasan dan Ibu Suarni.

Penulis menyelesaikan pendidikan kanak-kanak di TK KARTIKA 2 tahun 1998, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD 2 Sumur Batu Bandarlampung dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 23 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMK Negeri 4 Bandarlampung hingga lulus pada tahun 2010.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2010.


(9)

MOTO


(10)

PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini kupersembahkan kepada:

Ibu dan ayah tercinta suarni dan Drs. Izmir Hasan

Untuk ketiga kakak tersayang like okta wijaya, almar,

dan ahmad dwi okta

Keponakan terkasih raihan dan fatin

Kawan-

kawan DKDSBH’10

dan akutansi 2010

Special untuk Lady Usa Simpati yang selalu suport

Serta, universitas lampung

khususnya fakultas ekonomi dan bisnis

s1 akuntansi 2010


(11)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh faktor keuangan dan non-keuangan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2010-2013”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, bantuan, dan kerja sama semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaiannya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;


(12)

4. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni S.E.,M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberi saran, kritik, bimbingan, dan nasihatnya dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Bapak Lego Waspodo, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah banyak membantu dalam memberikan masukan, bimbingan, perhatian, kesabaran, dan kesediaan meluangkan waktu selama proses penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan saran-saran yang membangun dan bermanfaat;

7. Bapak Usep Syaipudin, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik; 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat selama penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung;

9. Bapak Sobari, Mas Yana, Mas Leman, Mbak Sri, Mpok, dan Mas Yono serta Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, atas bantuannya selama penulis bergabung bersama civitas akademika Universitas Lampung;

10.Kedua Orang Tuaku, Ayahanda Drs. Izmir Hasan dan Ibunda Suarni sebagai motivator terbesar dalam menyelesaikan pendidikanku.

11.kakakku, Like okta wijaya, Almar, Ahmad Dwi Okta yang telah banyak bersabar, memaklumi dan memberi dukungan selama ini;

12.Sahabat-sahabat terbaikku, DKDSBH’10 Apri fajar, Dicky andika, Erlian fitrah bramatala, Este Debol, Ferindo saputra, Frassyda pratama, M. wanhar A.P, M. firas zakki, Irfan roza, Ramdan rossy, dan Rifky


(13)

yusnandar yang selalu memberikan motivasi, dorongan, selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan, menemani, menghibur, dan selalu menjadi penyemangat;

13.Teman-teman seperjuangan akuntansi 2010, Dianti, Echa, Mei Rizky, Arlenti, Rere, Iqbal, Egha, Devri, Santo, Eka, Surya, Anas, Teja, Satria, Mahmut, Sela, Jeni, Feny, Feby, Latifa, Marlina, Ira, Dwi, Rossy, Mareta, Fery, Ben, Rika, Rizal, Wahyu, Topik, Hendrik, dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini, merupakan suatu kebanggaan bertemu dengan kalian semua. Semoga sukses dan keberkahan meliputi kita;

14.Serta kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan pihak-pihak lainnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandarlampung, 22 April 2015 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... .... 1

1.2 Rumusan Masalah ... .... 7

1.3 Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian ... .... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... .... 8

1.3.2 Manfaat penelitian ... .... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... .... 10

2.1.1 Teori Keagenan (agency Theory) ... .... 10

2.1.2 Teori pensinyalan ... … 12

2.1.3 Peringkat Obligasi . ... ... 13

2.1.4 Proses Pemeringkatan Obligasi (PT PEFINDO) ... .... 15

2.1.5 Ukuran perusahaan (size) ... .... 21

2.1.6 Profitabilitas ... .... 24

2.1.7 Likuiditas ... .... 26

2.1.8 Leverage ... .... 27

2.1.9 Jaminan (secure) ... .... 28

2.2 Reputasi Auditor ... .... 30

2.3 Penelitian Terdahulu ... .... 31


(15)

2.5 Pengembangan Hipotesis ... .... 34

2.5.1 Pengaruh size Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi ... .... 34

2.5.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi ... .... 35

2.5.3 Pengaruh likuiditas terhadap Peringkat Obligasi ... .... 36

2.5.4 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Obligasi ... .... 37

2.5.5 Pengaruh Jaminan (secure) terhadap Peringkat Obligasi ... .... 38

2.5.6 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Peringkat Obligasi ... .... 39

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data ... .... 41

3.1.1 Jenis Data ... .... 41

3.1.2 Sumber Data ... .... 41

3.1.3 Metode Pengumpulan Data ... .... 41

3.1.4 Populasi dan Sample ... .... 42

3.1.4.1 Populasi ... .... 42

3.1.4.2 Sample ... .... 42

3.2 Pengukuran Variabel ... .... 43

3.2.1 Variabel Dependen ... .... 43

3.2.2 Variabel Independen ... .... 44

3.2.2.1 Ukuran Perusahaan (size) ... .... 44

3.2.2.2 Profitabilitas ... .... 45

3.2.2.3 Likuiditas ... .... 45

3.2.2.4 Leverage ... .... 46

3.2.2.5 Jaminan (secure) ... .... 46

3.2.2.6 Reputasi Auditor ... .... 47

3.3 Metode Analisis Data ... .... 47

3.3.1 Analisis Deskriptif ... .... 47

3.3.2 Uji Asumsi Klasik ... .... 48

3.3.2.1 Uji Multikolinearitas ... .... 48

3.3.3 Uji Hipotesis ... .... 49

3.3.3.1 Menilai Kelayakan Model Regresi ... .... 50


(16)

3.3.3.3 Nilai Nagel Karke (R2)... .... 51

3.3.3.4 Menguji koefisien regresi ... .... 51

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif ... .... 52

4.2 Uji Asumsi Klasik ... .... 56

4.2.1 Uji Multikolinearitas ... .... 56

4.3 Pengujian Hipotesis ... .... 47

4.3.1 Menilai Kelayakan Model Regresi ... .... 50

4.3.2 Menilai Keseluruhan Model (overal model fit) ... .... 50

4.3.3 Nilai Nagel Karke (R2) ... .... 51

4.3.4 Menguji koefisien regresi ... .... 51

4.3.4.1 Uji Hipotesis 1 ... .... 60

4.3.4.2 Uji Hipotesis 2 ... .... 61

4.3.4.3 Uji Hipotesis 3 ... .... 62

4.3.4.4 Uji Hipotesis 4 ... .... 63

4.3.4.5 Uji Hipotesis 5 ... .... 65

4.3.4.6 Uji Hipotesis 6 ... .... 66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... .... 68

5.2 Keterbatasan Penelitian ... .... 70

5.3 Saran ... .... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proses Rating………... 16

Tabel 2.2 Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO..………... 19

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu………... 31

Tabel 3.1 Proses seleksi sample penelitian………... 43

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif atas Variabel Penelitian..………... 52

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas .………. 56

Tabel 4.3 Menilai Kelayakan Model Regresi ……….……. 57

Tabel 4.4 Menilai Keseluruhan Model (overal model fit)..……….… 57

Tabel 4.5 Nilai Nagel Karke R2………..……….… 58


(18)

DAFTAR GAMBAR


(19)

DAFTAR GAMBAR


(20)

DAFTAR GAMBAR


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Kode dan Nama Perusahaan Lampiran 2. Tabulasi data penelitian tahun 2010-2013 Lampiran 3. Data Olah SPSS Statistics 21 Tahun 2010-2013 Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Lampiran 5. Hasil Uji Multikolinieritas

Lampiran 5. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Lampiran 6. Hasil Uji Keseluruhan Model Awal Lampiran 7. Hasil Uji Keseluruhan Model Akhir Lampiran 8. Hasil Uji Nilai Nagel Karke R2 Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Obligasi adalah utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Obligasi sering dipandang sebagai investasi yang relatif aman, tetapi tidak tertutup kemungkinan investor mengalami kerugian baik yang berasal dari faktor diluar kinerja perusahaan maupun faktor internal perusahaan, misalnya risiko dana jatuh tempo tidak terbayar tepat waktu (Brigham,Gapenski, dan Daves., 1999).

Fenomena di Indonesia terjadi beberapa emiten yang mengalami gagal bayar (default) kebetulan memiliki peringkat layak investasi (investment-grade). Tahun 2009,

obligasi gagal bayar (default risk) terjadi pada perusahaan yang cukup populer bagi masyarakat. PT. Mobile-8 Telecom Tbk. yang menerbitkan Bond I Year 2007, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 Miliar yang jatuh tempo Maret 2012 (Kompas, 9 Februari 2010). Per Juni 2008 dan 2009, peringkat obligasi PT. Mobile-8 Telecom Tbk. pada Indonesia Bond Market Directory adalah idBBB+. Per Juni 2010, peringkatnya diturunkan menjadi idD.

Selanjutnya ada Davomas International Finance Company Pte. Ltd., anak usaha PT. Davomas Abadi Tbk. produsen kakao dan bubuk coklat terbesar di Indonesia, gagal membayar kupon obligasi bernama Guaranteed Senior Secured Notes periode 8


(23)

2

Mei 2009 sebesar 13,09 juta dolar yang jatuh tempo 2011 sebesar 238 juta dolar. Ada lagi obligasi Blue Ocean Resources Pte. Ltd., anak usaha PT. Central Proteinprima Tbk.-produsen dan pengolah udang terbesar di Indonesia, gagal membayar kupon bunga periode 28 Desember 2009 sebesar 17,9 juta dolar yang jatuh tempo tanggal 28 Juni 2012 senilai 325 juta dolar. Pemeringkat Fitch Rating menurunkan obligasinya dari CC menjadi C, akibat anjloknya keuangan tahun 2009. Alasannya ditengarai karena serangan virus, krisis finansial global, tuduhan transhipmen, dan alasan lain. Kisruh di PT. Central Proteinprima Tbk. juga menyangkut gagal bayar obligasi tukar berjaminan (secure convertible) Red Dragon, salah satu pemegang saham PT. Central Proteinprima Tbk., senilai 200 juta dolar yang terbit pada Juni 2007 dengan wali amanat The Bank of New York Mellon.

Menurut Chan dan Jagadeesh (1999), salah satu alasan mengapa peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias karena agen pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari. Agen pemeringkat hanya dapat menilai setelah terjadinya suatu peristiwa yang menyebabkan. perubahan peringkat sehingga menyebabkan para pelaku pasar lebih memperhatikan informasi yang dimiliki perusahaan secara langsung sebagai dasar keputusan investasi obligasi.

Obligasi-obligasi sebelum ditawarkan, harus diperingkat oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat obligasi (Rating Agency) yang menerbitkan peringkat obligasi. Peringkat obligasi menyatakan skala risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan. Peringkat obligasi merupakan sarana pengawasan aktivitas manajemen (Foster, 1986: 501). Peraturan di Bursa Efek Indonesia menyebutkan bahwa emiten


(24)

3

yang akan melakukan pencatatan efek bersifat utang di bursa wajib memenuhi salah satu ketentuan yaitu: hasil pemeringkatan efek dari lembaga pemeringkat efek yang terdaftar di BAPEPAM sekurang-kurangnya BBB- (investment grade).

Menurut Winardi. (2013) Saat ini terdapat dua lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bursa Efek Indonesia, yaitu PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Fitch Ratings Indonesia. Dari kedua lembaga pemeringkat tersebut, PT PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat yang menerbitkan peringkat obligasi terbanyak. Sehingga penelitian ini menggunakan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT PEFINDO.

Analisis laporan keuangan yang berupa analisis rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat dipergunakan untuk mendeteksi under or overvalued suatu sekuritas (Kaplan dan Urwitz, 1979). Penelitian terhadap rasio keuangan di Indonesia banyak dihubungkan dengan harga saham ataupun kinerja perusahaan. Sejumlah penelitian yang meneliti peringkat obligasi di Indonesia masih relatif jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan data obligasi serta pengetahuan para investor terhadap obligasi. Wansley et al. (1992) menyatakan pula bahwa sebagian besar perdagangan obligasi dilakukan melalui pasar negosiasi (over the counter market) dan secara historis tidak terdapat informasi harga yang tersedia pada saat penerbitan atau saat penjualan.

Pemilihan variabel-variabel yang diduga dapat mempengaruhi peringkat obligasi mengacu pada beberapa model penelitian terdahulu yang hasilnya tidak konsisten.


(25)

4

Nurhasanah (2003) menghasilkan variabel yang signifikan secara statistik dengan menggunakan MDA ( Multiple Discriminant Analysis ) adalah profitabilitas,

leverage, likuiditas, solvensi, produktivitas sedangkan dengan regresi logistik hanya rasio leverage dan solvensi yang signifikan. Adrian (2011) yang menyimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada peringkat obligasi dan penelitian Manurung, dkk. (2008) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif pada peringkat obligasi. Variabel lainnya dalam penelitian Yasa (2007), Adrian (2011) dan Manurung, dkk. (2008) menyimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh positif pada peringkat obligasi, sedangkan leverage tidak berpengaruh pada peringkat obligasi.

Penelitian ini menggunakan faktor keuangan dan faktor non keuangan untuk

mengukur apakah faktor-faktor ini berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi diantaranya adalah faktor keuangan yang terdiri dari ( ukuran perusahaan (size), profitabilitas, likuiditas, dan leverage) sedangkan faktor non-keuangan terdiri dari (jaminan (secure) dan reputasi auditor).

Menurut Elton (1995), size (ukuran perusahaan) juga dapat mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Horrigan (1966), size perusahaan diproyeksikan dengan total assets. Perusahaan-perusahaan besar kurang berisiko dibandingkan Perusahaan-perusahaan-Perusahaan-perusahaan kecil karena


(26)

5

perusahaan kecil memiliki risiko yang lebih besar. Perusahaan-perusahaan yang mempunyai aset lebih besar cenderung memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan- perusahaan yang memiliki aset kecil.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Menurut Kamstra et al., (2001), rasio profitabilitas yang diukur dengan return on assets (ROA) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan laba karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Ketika laba perusahaan tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Burton et al. (1998) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.

Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang dalam membiayai

investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100% (Wisnu, 37 : 2012 ). Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah.


(27)

6

Jaminan adalah Tingkat risiko yang terkandung dalam sebuah obligasi salah satunya dipengaruhi oleh jaminan. Brister et al. (1994) menyatakan bahwa investor akan menyukai obligasi yang dijamin dibanding obligasi yang tidak dijamin. Sedangkan Dominick (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi aset yang dijaminkan untuk obligasi maka peringkatpun akan membaik sehingga obligasi tersebut aman untuk diinvestasikan.

Argumentasi yang mendasari dimasukkannya Reputasi Auditor adalah semakin tinggi reputasi auditor maka akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya sehingga kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan (Sejati, 2010). Menurut Nuryaman (2008) dalam Prasetiyo (2010) peran auditor eksternal yaitu memberikan penilaian secara independen dan profesional atas keandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas, Peringkat Obligasi sangat penting bagi para investor. Dimana dari penelitian terdahulu terdapat hasil penelitian yang belum konklusif. Maka, judul penitian ini adalah ”pengaruh faktor keuangan dan non-keuangan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non-non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

Menurut Pertiwi (2013) Peneliti memilih sektor non-keuangan karena merupakan sektor yang paling dominan di Indonesia dan paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan berdasarkan fenomena yang terjadi diatas dapat diasumsuikan bahwa


(28)

7

perusahaan sektor non-keuangan lebih berpotensi gagal bayar dibandingkan perusahaan-perusahaan sektor keuangan.

1.2Rumusan Masalah

Pada saat investor ingin membeli obligasi memerlukan informasi keuangan dari lembaga pemeringkat obligasi. Hal tersebut menjadi dasar pertimbangan apakah obligasi perusahaan tersebut dikategorikan baik atau tidak. Namun ada beberapa emiten yang mengalami gagal bayar meskipun peringkat obligasinya dikatakan baik oleh lembaga pemeringkat obligasi. Untuk mengetahui peringkat obligasi seuatu .perusahaan memerlukan pengukuran dari faktor keuangan dan non-keuangan. Berdasarkan pada hal tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apakah Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi.

2. Apakah Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi.

3. Apakah Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. 4. Apakah leverage berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. 5. Apakah jaminan (secure) berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat

obligasi.

6. Apakah Reputasi Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi.


(29)

8

1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menguji pengaruh faktor keuangan Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif signifikan dalam memprediksi peringkat obligasi yang terdaftar di BEI.

2. Menguji pengaruh faktor keuangan Profitabiltas berpengaruh positif signifikan dalam memprediksi peringkat obligasi yang terdaftar di BEI. 3. Menguji pengaruh faktor keuangan Likuiditas berpengaruh positif signifikan

dalam memprediksi peringkat obligasi yang terdaftar di BEI.

4. Menguji pengaruh faktor keuangan Leverage berpengaruh positif signifikan dalam memprediksi peringkat obligasi yang terdaftar di BEI.

5. Menguji pengaruh faktor non-keuangan jaminan (secure) berpengaruh positif signifikan dalam memprediksi peringkat obligasi yang terdaftar di BEI. 6. Menguji pengaruh faktor non-keuangan reputasi auditor berpengaruh positif

signifikan dalam memprediksi peringkat obligasi yang terdaftar di BEI. 1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh pengaruh faktor keuangan dan


(30)

9

non-keuangan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesian Tahun 2010-2013.

2. Bagi investor, untuk mengetahui peringkat Obligasi pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI

3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat untuk menambah wawasan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi kelangsungan


(31)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling, 1976 yang menyatakan bahwa teori keagenan merupakan teori ketidaksamaan kepentingan antara prinsipal dan agen. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham atau pemilik serta manajemen atau manajer. Menurut teori ini, hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan.

Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi

kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost).

Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d)


(32)

11

Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua (Eisenhardt dan Bourgeois,1989), yaitu positive agency research dan principal agent research. Positve agent research memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen. Secara ekslusif, kelompok ini hanya memperhatikan konflik tujuan antara pemilik (stockholder) dengan manajer. Sementara itu principal agent research memfokuskan pada kontrak optimal antara perilaku dan hasilnya, secara garis besar penekanan pada hubungan principal dan agent.

Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (prinsipal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada kondisi

ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk

memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agen dapat

mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.


(33)

12

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.

2.1.2 Teori Pensinyalan

Teori pensiyalan menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi tertentu. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai inisiatif dan dorongan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal (Tearney et al, 2000).

Teori pensinyalan menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi kepada publik (Wolk et al., 2001:308). Informasi tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi

akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan


(34)

13

perubahan dalam volume perdagangan saham.

Teori pensinyalan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa manajemen perusahaan sebagai pihak yang memberikan sinyal berupa laporan keuangan perusahaan dan informasi non keuangan kepada lembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat obligasi ini melakukan proses pemeringkatan sehingga dapat menerbitkan peringkat obligasi bagi perusahaan penerbit obligasi ini. Peringkat obligasi ini memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan pembayaran utang sebuah perusahaan.

2.1.3 Peringkat Obligasi.

Peringkat obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang diperdagangkan

(Berdasarkan Keputusan BAPEPAM dan Lembaga keuangan Ke151/BL/2009). Informasi peringkat tersebut diharapkan dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi. Dengan demikian investor dapat melakukan strategi apakah akan membeli obligasi atau tidak. Bagi emiten, peringkat bermanfaat untuk mengetahui struktur obligasi dan mengetahui posisi kinerjanya dibanding perusahaan lain (Raharjo, 2003). Jika perusahaan mendapatkan peringkat yang baik, maka dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi dan meningkatkan

kepercayaan investor (Robert, 1997). Hal tersebut dikarenakan perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar obligasi dengan baik. Dengan demikian pemodal yang berinvestasi pada obligasi perusahaan tersebut semakin banyak dan sumber dana yang diperoleh juga semakin besar.


(35)

14

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor: 135/BL/2006 Tentang “Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang” menyatakan bahwa emiten yang akan menerbitkan obligasi wajib memperoleh hasil

pemeringkatan obligasi. Hasil pemeringkatan tersebut diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang telah mendapat izin usaha sebagai lembaga pemeringkat dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Lembaga

pemeringkat memberikan peringkat obligasi setiap satu tahun sekali selama obligasi tersebut belum lunas. Pemeringkatan antara perusahaan satu dan lainnya tidak dilakukan serentak seluruh perusahaan melainkan secara terpisah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati masing-masing perusahaan dengan lembaga rating. Proses pemeringkatan obligasi dilakukan dengan menunjuk salah satu lembaga pemeringkat. Setelah ada kesepakatan antara emiten dan lembaga rating, pihak manajemen menyerahkan data yang dibutuhkan untuk proses

pemeringkatan. Kemudian survei dan wawancara akan dilakukan terhadap pihak manajemen. Lama pengumpulan data dan analisis memakan waktu lebih dari 1 bulan (Raharjo, 2003).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis obligasi, yaitu (Raharjo, 2003):

1. Kinerja Industri

Mencakup persaingan industri, prospek dan pangsa pasar, ketersediaan bahan baku, struktur industri, pengaruh kebijakan pemerintah, dan kebijakan ekonomi lainnya.


(36)

15

2. Kinerja Keuangan

Meliputi aspek kualitas aset, rasio profitabilitas, pengelolaan aset dan pasiva, rasio kecukupan modal, tingkat pengelolaan utang, dan rasio kecukupan pembayaran bunga.

3. Kinerja Non Keuangan

Terdiri dari aspek manajemen, reputasi perusahaan, serta perjanjian indenture (meliputi sinking fund, debt test, dividend test, merger, dan sale of asset).

Selain itu untuk kelengkapan prosedur pemeringkatan, beberapa data yang diperlukan antara lain:

1. Akte perusahaan atau izin perusahaan.

2. Laporan keuangan yang diaudit selama 5 tahun terakhir.

3. Proyeksi laporan keuangan untuk 3 tahun ke depan atau selama masa penerbitan surat utang tersebut.

4. Info memo tentang proses penerbitan surat utang.

5. Informasi pihak ketiga (pemberi garansi atau bank garansi). 6. Daftar pemegang saham selama lima tahun terakhir.

7. Daftar riwayat hidup komisaris/manajemen perusahaan.

8. Struktur organisasi perusahaan dan keterangan detail tugas dan tanggung jawab.

9. Informasi tentang grup, afiliasi, dan holding dari perusahaan.

2.1.4 Proses Pemeringkatan Obligasi (PT PEFINDO)

PT PEFINDO didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993 atas ijin Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Bank Indonesia. Pada tanggal


(37)

16

13 Agustus 1994, PT PEFINDO memperoleh lisensi dari BAPEPAM

(No.39/PM-PI/1994) dan menjadi salah satu institusi pendukung di pasar modal Indonesia. Lembaga ini berafiliasi dengan Standard & Poor’s, yang merupakan agen pemeringkat internasional. Jenis pemeringkatan dilakukan berdasarkan dua jenis yaitu pemeringkatan terhadap perusahaan atau emiten (corporate rating) dan pemeringkatan terhadap produk efek yang akan dikeluarkan perusahaan

(securities rating). Tahapan pemeringkatan obligasi PT PEFINDO dapat dilihat pada Tabel 2.1 proses Rating berawal dari permintaan resmi dari perusahaan yang membutuhkan rating. PEFINDO akan menjawab permintaan tersebut dengan mengirimkan draft kontrak dan daftar persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan umum terdiri dari laporan keuangan yang diaudit 3-5 tahun, pertanyaan rinci beberapa data operasional yang tercantum dalam kuesioner standar PEFINDO, dan beberapa dokumen lainnya seperti prospektus, memo, dll. Draft kontrak mengatur hak dan tanggung jawab kedua belah pihak, sedangkan pertanyaan kuesioner tergantung dari sektor perusahaan.

Proses peringkat akan resmi dilakukan setelah PEFINDO menerima kontrak yang ditandatangani dan semua persyaratan terpenuhi. Tugas peringkat tersebut akan selesai dalam 30 hari kerja setelah kontrak resmi kedua pihak. PEFINDO akan menetapkan tim analis yang biasanya terdiri dari 2 analis yang memiliki keahlian sesuai dengan industri atau sektor perusahaan. Selama proses analisis, analisis situs perusahaan diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bisnis perusahaan. Selain itu, analis juga dimungkinkan melakukan


(38)

17

pencarian data dan informasi dari sumber-sumber lain yang terpercaya.

Setelah dilakukan analisis situs, tim analis akan mengatur “rapat

manajemen” dengan manajemen perusahaan dan beberapa orang penting yang terkait untuk mendapatkan pandangan lebih baik tentang kebijakan dan rencana strategis perusahaan. Untuk pertemuan ini tim analis akan disertai oleh satu atau beberapa dewan direksi PEFINDO. Rapat manajemen dilakukan untuk memperoleh penilaian kualitatif terutama tentang pengetahuan manajemen, kompetensi, komitmen, dan kebijakan yang diberlakukan pada perusahaan.

Setelah proses analisis selesai, tim analis ditugaskan mengadakan “rapat komite rating” untuk menyajikan dan mengusulkan hasil penilaian pada anggota komite rating yang terdiri dari dewan direksi PEFINDO dan sebagian besar analis.

Setiap anggota komite berhak untuk bertanya dan menentang tim analis sebelum memberikan suara rating yang diusulkan. Peringkat akhir yang diberikan perusahaan berdasarkan mayoritas suara anggota komite.

Hasil peringkat akan diberitahukan tim analis kepada perusahaan (issuer). Peringkat yang dihasilkan dalam bentuk laporan yang berisi alasan pemberian peringkat (simbol). Simbol yang diberikan PEFINDO dapat dilihat pada Tabel 2 Peringkat Obligasi. Perusahaan dapat menyatakan ketidaksetujuan hasil peringkat pada PEFINDO dengan memberikan sejumlah data atau informasi. Peringkat dapat diubah jika perusahaan memberikan data tambahan yang mendukung. Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor: 135/BL/2006


(39)

18

Tentang “Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang” menyatakan data diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sejak adanya fakta baru. Namun tidak ada jaminan bahwa dengan informasi baru akan mengubah keputusan komite rating sebelumnya. Peringkat akan dipublikasikan atau tidak tergantung dari perjanjian

perusahaan dengan PEFINDO. Bagi perusahaan yang setuju, peringkat akan dipublikasikan pada websitePEFINDO. Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-156/BL/2009 tentang “Publikasi oleh Perusahaan Pemeringkat Efek” menyebutkan bahwa Publikasi tersebut wajib diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah pemeringkatan berakhir.

Tabel 2.1 Proses Rating PEFINDO

Permintaan rating

Kelengkapan administrasi

Pembetukan tim analis

Proses analisis

Pelitian pustaka, mereview informasi terbaru, mengunjungi website, rapat menejemen, persiapan presentasi laporan penelitian

Pertimbangan putusan informasi

Informasi tambahan

Komite rating Pemberitahuan pada issuer

Penerbitan rating

Tidak dipublikasi kan


(40)

19

Sumber : PEFINDO (1996)

Seorang investor yang tertarik membeli obligasi sebaiknya memperhatikan peringkat obligasi (credit rating). Menurut Kuljeet dan Rajinder (2011:1) peringkat obligasi merupakan sebuah simbol indikator dari opini agen pemeringkat mengenai

kemampuan relatif dari penerbit surat utang untuk melaksanakan kewajiban sesuai kontrak. Peringkat obligasi mengukur tingkat risiko kegagalan dari obligasi, yaitu peluang terjadinya emiten tidak mampu membayar pokok hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo. Semakin tinggi peringkat maka semakin rendah tingkat risiko kegagalan obligasi.

Berdasarkan definisi Peringkat PEFINDO adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Peringkat Obligasi Berdasarkan PEFINDO

Peringkat Keterangan

AAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan beresiko paling rendah yang didukung oleh

kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi

kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian.

AA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi, didukung oleh


(41)

20

kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Dan tidak mudah

dipengaruhi oleh perubahan keadaan.

A Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk

memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.

BBB Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB Efek utang yang menunjukkan dukungan

kemampuan obligor yang agak lemah relatif disbanding entitas Indonesia lainnya untuk


(42)

21

sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.

B Efek utang yang menunjukkan parameter

perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan

perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban financialnya.

CCC Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban financialnya serta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.

D Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti berusaha.

Sumber : (PEFINDO,1996)

2.1.5 Ukuran Perusahaan (size)

Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum


(43)

22

pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001).

Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory cotrolability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan

menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan (Mukhlasin, 2002).

Sedangkan menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto, 2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.

Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak

manajemen akan melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif dan efisien.

Menurut Riyanto (1995), suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang


(44)

23

dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

Francis (1986), Elton (1995) serta Fama dan French (1995) dalam Panjaitan, dkk (2004) berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan kecil hanya memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, perusahaan yang berskala kecil mempunyai risiko yang lebih besar daripada perusahaan besar. Perusahaan yang mempunyai risiko yang besar biasanya menawarkan return yang besar untuk menarik investor.

Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar.


(45)

24

Selain itu McKeown et al. (1991) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, menyebabkan auditor mungkin menjadi ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar.

Tetapi adal hal ini Mutcler et al. (1997) menyatakan bahwa dalam penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung tikar terdapat bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern.

2.1.6 Profitabilitas

Menurut Budianas (2013) Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.

Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Laporan keuangan


(46)

25

seperti neraca, laporan rugi-laba dan cash flow dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dengan kebutuhan analis. Alat analisis keuangan antara lain : analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perbandingan, analisis trend, analisis Lavarege, analisis break even, analisis rasio keuangan dan lain-lain.

Rasio merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan perusahaan berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio atas dasar analisis kuantitatif, yang menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan rugi-laba dan neraca. Di samping itu juga, dipergunakan rasio-rasio finansial

perusahaan yang memungkinkan untuk membandingkan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rasio rata-rata industri.

Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Suad dan Enny (1998 : 74), rasio profitabilitas yaitu, margin laba atas penjualan, hasil pengembalian modal, dan hasil pengembalian modal sendiri.

Menurut Sartono (2002:120), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannnya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Sedangkan menurut Mamduh dan Halim (2000:83) rasio profitabilitas

adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Investasi dalam bentuk obligasi secara langsung sebenarnya tidak terpengaruh oleh

profitabilitas perusahaan, karena berapapun besarnya profit yang mampu dihasilkan oleh perusahaan, pemegang obligasi tetap menerima sebesar tingkat bunga yang telah


(47)

26

ditentukan. Akan tetapi para analis tetap tertarik terhadap profitabilitas perusahaan karena profitabilitas mungkin merupakan satu-satunya indikator yang paling baik mengenai kesehatan keuangan perusahaan (Tandelilin (1991:76)).

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.

2.1.7 Likuiditas

Likuiditas perusahan, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang paling kurang liquid dibanding dengan yang lainnya. Semakin tinggi rasio likuditas ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek

(Sartono, 2005). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carson dan Scott (1997) serta Bouzoita dan Young (1998) dalam Purnomo (2005) menemukan adanya hubungan antara likuiditas dengan cerdit rating. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut. rasio likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimilikinya.


(48)

27

Menurut Mamduh dan Halim (2000:77), rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Analis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh tempo ( Tandelilin (1991:74)).

Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar (current ratio). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban

keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya (Almalia, 2007).

2.1.8 Leverage

Rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi (Kasmir, 2009:112). Menurut Brigham dan Houston (2009:101) rasio leverage memiliki tiga implikasi penting, yaitu:


(49)

28

1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.

2) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang

diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang harus dihadapi kreditor.

3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau “diungkit” (leveraged). Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan menggunakan debt to equity ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.

Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan.

2.1.9 Jaminan (secure)

Tingkat resiko yang terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Berdasarkan obligasi tersebut, obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin.


(50)

29

Menurut Widya (2005) debenture atau unsecured bond adalah suatu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbitnya secara umum. Sedangkan corporate bond mempunyai klaim umum atas asset bisnis dari perusahaan, asset penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas aset spesifik dari penerbit. Apabila obligasi dijamin dengan asset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik.

Sedangkan menurut Efraim (1997:26) juga mengatakan bahwa utang obligasi bisa merupakan obligasi dengan jaminan atau obligasi tanpa jaminan. Obligasi dengan jaminan yaitu obligasi yang harus disertai dengan jaminan aktiva tertentu, misalnya mortage bond yang dijamin dengan bangunan atau aktiva lain atau collateral bond yang dijamin dengan surat-surat berharga milik perusahaan lain yang dimiliki. Jenis obligasi tanpa jaminan adalah junk bond yaitu obligasi yang memiliki tingkat bunga sebab memiliki tingkat resiko kredit yang besar.

Sedangkan Dominick (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa asset yang dijaminkan untuk obligasi maka ratingpun akan membaik sehingga obligasi tersebut aman untuk diinvestasikan. Berdasarkan jaminan, obligasi dikelompokkan menjadi obligasi yang dijamin dan obligasi yang tidak dijamin (debenture).

Menurut Brister et al. (1994) dalam Widya, (2005) menyatakan bahwa investor lebih menyukai obligasi yang aman dibanding debenture. Investor lebih menyukai obligasi dengan jaminan dikarenakan untuk mengurangi risiko default obligasi.


(51)

30

2.2 Reputasi Auditor

Argumentasi yang mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi reputasi auditor maka semakin tinggi pula tingkat kepastian suatu perusahaan sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan.

Allen (1994) melakukan pengujian mengenai persepsi agen pemeringkat atas manfaat informasi akuntansi yang dinilai dengan pengujian hubungan antara informasi

akuntansi dan bond ratings. Dalam hal ini pengguna informasi keuangan merasa bahwa auditor big 8 menyediakan kualitas audit yang lebih baik untuk perusahaan dan pemerintah daerah (municipal). Analisis empiris mendukung hipotesis bahwa audit big 8 berhubungan dengan kemampuan informasi akuntansi untuk memprediksi secara akurat keputusan bond rating municipal. Hasilnya mengindikasikan bahwa informasi akuntansi berhubungan dengan audit non big 8 yang tidak dapat untuk memprediksi keputusan bond rating municipal lebih baik daripada random. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.

Allen (1994) menyatakan bahwa pengguna informasi keuangan merasa bahwa auditor big 8 menyediakan kualitas kredit yang lebih baik untuk perusahaan dan pemerintah daerah. Dengan reputasi auditor yang baik maka akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya. Sementara di Indonesia emiten yang diaudit oleh auditor big 4 akan mempunyai obligasi yang investment grade karena semakin baik reputasi auditor maka akan mempengaruhi peringkat obligasi.


(52)

31

Menurut Nuryaman (2008) dalam Prasetiyo (2010) peran auditor eksternal yaitu memberikan penilaian secara independen dan profesional atas keandalan dan

kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar dapat menyajikan informasi keuangan secara andal dan terbebas dari praktek kecurangan akuntansi.

Velury (2003) dalam Susilowati dan Sumarto (2010) menyatakan dari semua perusahaan yang menerbitkan obligasi, hampir semuanya diaudit oleh KAP big 4, sehingga laporan keuangan yang diaudit oleh KAP big 4 lebih berkualitas. Dengan begitu investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya. yang berdampak pada obligasi yang aman untuk diinvestasikan sehingga peringkat obligasi perusahaan dapat meningkat.

2.3 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Hasil Penelitian 1 Almilia dan devi

(2007)

Penelitian ini menemukan bahwa pada teknik analisis data menggunakan analisisi regresi logistik. Variabel yang secara statistik signifikan dalam model ini dan merupakan variabel yang paling dominan untuk memprediksi peringkat obligasi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta adalah variabel Likuiditas berpengaruh negatif yang diukur dengan rasio lancar (current ratio)


(53)

32

2 Magreta dan Nurmayanti (2009)

Penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan dan jaminan (scure) yang berpengaruh negatif signifikan dalam

menentukan peringkat obligasi.

3 Susilowati dan Sumarto (2010)

Dari hasil penelitian Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi.

4 Adrian (2011) Penelitian ini menghasilkan bahwa likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di perusahaan BEI.

5 Yuliana dkk. (2011) Peneliti menemukan bahwa profitability berpengaruh positif signifikan sedangkan size, Jaminan (scure), Reputasi Auditor secara bersama-sama berpengaruh negative signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI.

6 Sari dkk. (2011) Hasil penelitian menemukan bahwa ukuran perusahaan (size), jaminan (secure) dan reputasi auditor berpengaruh positif sedangkan likuiditas berpengaruh negative terhadap peringkat obligasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(54)

33

7 Pertiwi (2013) Hasil penelitin ini menemukan bahwa leverage jaminan (secure) berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

8 Winardi (2013) Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi sedangkan reputasi auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi.

9 Nurhidayati (2013) Penelitian ni menemukan bahwa likuiditas dan reputasi auditor berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi sedangkan ukuran perusahaan (size) berpengaruh negative terhadap peringkat obligasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

10 Septyawanti (2013) Hasil penelitian menemukan bahwa profitabilitas dan leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi yang terdaftar di BEI.


(55)

34

2.4 Model Penelitian

2.5 Pengembangan Hipotesis

2.5.1 Pengaruh Size Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi

Menurut Elton (1995) perusahaan-perusahaan besar kurang beresiko dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan kecil memiliki resiko yang lebih besar. Apabila semakin besar perusahaan, potensi mendiversifikasikan resiko non systematic-nya juga semakin besar sehingga membuat resiko obligasi perusahaan tersebut menurun.

Ogden (1987) dalam Widya (2005) berpendapat bahwa karena total utang dan ukuran perusahaan mempunyai korelasi yang kuat dan positif, ukuran perusahaan juga bisa digunakan sebagai proksi untuk mengukur likuiditas. Pada umumnya perusahaan yang besar akan memberikan peringkat yang baik (investment grade) Disamping itu,

Keuangan: 1. Size

2. Profitabilitas 3. Likuiditas

4. leverage PERINGKAT OBLIGASI

dan Nonkeuangan : 1. jaminan


(56)

35

ukuran perusahaan juga bisa mempunyai korelasi terhadap tingkat resiko kebangkrutan atau kegagalan sehingga dapat mempengaruhi rating obligasi.

Menurut Nurhidayati (2013) perusahaan dengan aset yang besar sebagian besar berasal dari hutang sehingga kondisi demikian akan memberatkan perusahaan dengan meningkatnya beban pembiayaan perusahaan terhadap hutang tersebut. Hal ini akan menurunkan rating obligasi perusahaan.

Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H1 : Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan

2.5.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi

Menurut Sartono (2002:120), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannnya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Menurut Bouzoita & Young (1998) menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default)

semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kie, Lina (2010), profitabilitas secara signifikan dapat


(57)

36

Menurut Putri (2010) pada hasil penelitiannya mengatakan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan secara signifikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H2: Profitability berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan

2.5.3 Pengaruh Likuiditas Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi

Pengaruh Likuiditas Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi. Menurut Sartono (2002:116), likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya.

Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar (current ratio). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban

keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya (Almalia, 2007).

Burton et al (2000) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan

menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara financial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.

Maharti (2011) berdasarkan hasil penelitiannya mengatakan bahwa faktor keungan tidak berpengaruh secara signifikan terdap peringkat obligaasi perusahaan


(58)

37

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H3 : Likuiditas berpengaruh positif signifikan pada peringkat obligasi Perusahaan

2.5.4 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Obligasi

Rasio leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil aktiva didanai dengan utang dan semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya (yuliana dkk., 2011:6).

Dengan demikian, semakin rendah leverage perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat yang diberikan pada perusahaan. (Raharja & Sari, 2008) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap rating obligasi. Semakin rendah nilai rasio, maka semakin kecil aktiva yang didanai dengan utang. Tingkat leverage yang tinggi kurang baik karena tanggungan beban bunga utang. Apabila tingkat leverage yang tinggi (extreme leverage) menyebabkan perusahaan tidak mampu melunasi seluruh kewajibannya (termasuk obligasi), maka peringkat obligasi perusahaan menjadi kurang baik.

Menurut Pertiwi (2013) mengatakan bahwa leverage berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi disuatu perusahaan. Dengan demikian, hasil temuan penelitian ini konsisten dengan Damayanti dan Fitriyah (2011). Arah pengaruh DER


(59)

38

bernilai positif yang berarti semakin besar DER berarti semakin baik peringkat obligasi yang diperoleh.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H4: Leverage berpengaruh negatif terhadap prediksi peringkat obligasi.

2.5.5 Pengaruh Jaminan (secure) terhadap Peringkat Obligasi

Tingkat resiko yang terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Berdasarkan obligasi tersebut, obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin.

Menurut Widya (2005) debenture atau unsecured bond adalah suatu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbit nya secara umum. Sedangkan corporate bond mempunyai klaim umum atas asset bisnis dari perusahaan, asset penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas aset spesifik dari penerbit. Apabila obligasi dijamin dengan asset yang bernilai tinggi, maka ratingpun akan membaik.

Sedangkan Dominick (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa asset yang dijaminkan untuk obligasi maka ratingpun akan membaik sehingga obligasi tersebut aman untuk diinvestasikan. Berdasarkan jaminan, obligasi dikelompokkan menjadi obligasi yang dijamin dan obligasi yang tidak dijamin (debenture).


(60)

39

Menurut Brister et al. (1994) dalam Widya, (2005) menyatakan bahwa investor lebih menyukai obligasi yang aman dibanding debenture. Investor lebih menyukai obligasi dengan jaminan dikarenakan untuk mengurangi risiko default obligasi.

Menurut Almilia dan devi (2007) mengatakan bahwa jaminan (secure) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi disuatu perusahaan perlu ada proksi khusus untuk dapat mendapatkan hasil yang signifikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H5 : Jaminan (secure) berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan

2.5.6 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Peringkat Obligasi

Argumentasi yang mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi reputasi auditor maka semakin tinggi pula tingkat kepastian suatu perusahaan sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan.

Menurut Nuryaman (2008) dalam Prasetiyo (2010) peran auditor eksternal yaitu memberikan penilaian secara independen dan profesional atas keandalan dan

kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar dapat menyajikan informasi keuangan secara andal dan terbebas dari praktek kecurangan akuntansi.

Velury (2003) dalam Susilowati dan Sumarto (2010) menyatakan dari semua perusahaan yang menerbitkan obligasi, hampir semuanya diaudit oleh KAP big 4,


(61)

40

sehingga laporan keuangan yang diaudit oleh KAP big 4 lebih berkualitas. Dengan begitu investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya. yang berdampak pada obligasi yang aman untuk diinvestasikan sehingga peringkat obligasi perusahaan dapat meningkat.

Maharti (2011) mengatakan dalam hasil penelitian memaparkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H6 : Reputasi Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan


(62)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data

3.1.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, data sudah dikumpulkan oleh pihak instansi lain ( Supranto,1991). Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber eksternal, yaitu data laporan keuangan perusahaan.

3.1.2 Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari :

1. Laporan keuangan Perusahaan Non-keuangan pada IDX (Indonesia Stock Exchanges) tahun 2010-2013

2. Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pada IDX (Indonesia Stock Exchanges) tahun 2010-2013

3. Lembaga pemeringkat obligasi dari PT. PERINDO

3.1.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data-data yang diperlukan dikumpulkan dengan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan literature, jurnal, maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam penelitian ini. Sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber


(63)

42

data dokumenter seperti laporan keuangan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian.

3.1.4 Populasi dan Sampel

3.1.4.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari sektor Non-keuangan yang terdaftar di BEI tahum 2010-2013.

3.1.4.2 Sampel

Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (Judgement Sampling). Metode ini menurut Indriantoro dan Supomo (1999:131) merupakan bagian dari pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling) yang bagian dari metode pemilihan sampel nonprobabilitas. Adapun pertimbangan peneliti dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:

1. Jumlah perusahaan non-keuangan yang tedaftar di BEI dan menerbitkan obligasi diPefindo th 2010-2013

2. Menyediakan laporan tahunan lengkap selama tahun 2010-2013.

3. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data mengenai Obligasi di Lembaga Pemeringkat PEFINDO tahun 2010-2013.


(64)

43

Tabel 3.1 Proses seleksi sample penelitian

No. Kriteria Jumlah

1. Jumlah perusahaan non-keuangan yang tedaftar di BEI dan menerbitkan obligasi diPefindo th 2010-2013

135

2. Kelengkapan mengenai obligasi yang terdaftar diPefindo dari th 2010-2013

61

3. Annual report yang tercatat tidak aktif selama 4th berturut-turut th 2010-2013

( 5 )

Perusahaan yang dijadikan sample perusahaan 56 Sumber : data diolah

Dari kriteria diatas terdapat 56 perusahaan penerbit obligasi yang akan dijadikan sample penelitian dari kurun waktu 2010-2013.

3.2 Pengukuran Variabel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan angka-angka dalam menghitung proksi-proksi variabel-variabelnya.

3.2.1 Variabel Dependen

Menurut Adrian (2011) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peringkat obligasi. Variabel ini dilihat berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh PEFINDO yang secara umum terbagi menjadi dua yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan non investment grade (BB, B, CCC, D) yang diperkirakan akan


(65)

44

dipengaruhi oleh faktor keuangan berupa size, profitabilitas, likuiditas dan leverage sedangkan faktor non keuangan berupa jaminan (scure) dan reputasi auditor. Variabel ini mengukur tingkat peringkat obligasi perusahaan dan memberi nilai pada masing-masing peringkat dengan mengacu pada penelitian terdahulu disesuaikan dengan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PEFINDO Skala pengukurannya adalah skala nominal.

Dengan skala ini pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk obligasi yang investment grade dan 0 untuk obligasi yang non investment grade karena variabel dependennya merupakan variabel dummy.

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor keuangan berupa size, rasio profitabilitas, rasio likuiditas dan rasio leverage sedangkan faktor non-keuangan berupa jaminan (secure) dan reputasi auditor.

3.2.2.1 Ukuran Perusahaan (size)

Proksi dari variabel ukuran perusahaan (size) ini sesuai dan konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widya. (2005) yaitu dengan menggunakan total asset pada saat mengemisi obligasi, karena pada umumnya untuk melihat peringkat

obligasi dapat dilihat dari segi kemampuan perusahaan dalam melunasi


(66)

45

akses adalah fungsi dari ukuran perusahaan atau ukuran besarnya nilai obligasi yang diterbitkan. Untuk menguji marketabilitas obligasi digunakan variabel total asset pada saat mengemisi obligasi. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio. Adapun dalam penghitungannya sebagai berikut :

Ukuran perusahaan (size) = log (total assets)

3.2.2.2 Profitabilitas

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun laba bagi modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Bouzoita & Young (1998) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default), semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Rasio keuangan aspek profitabilitas diukur dengan menggunakan:

Return on Total Asset (ROA) = Laba Bersih Total Aktiva

3.2.2.3 Likuiditas

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban terhadap hutang jangka pendek. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carson and Scott (1997) serta Bouzoita & Young (1998) menemukan adanya hubungan antara likuiditas dengan


(67)

46

peringkat obligasi. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut. Rasio keuangan aspek likuiditas diukur dengan menggunakan:

Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar 3.2.2.4 Leverage

Pertiwi (2013) Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Menurut Winardi (2013) Menggunakan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil aktiva didanai dengan hutang dan semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Rasio leverage pada penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) yang dirumuskan sebagai berikut:

Debt to equty Ratio (DER) = Total Hutang . Total Ekuitas

3.2.2.5 Jaminan (secure)

Menurut Dominick (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa asset yang dijaminkan untuk obligasi maka ratingpun akan membaik sehingga obligasi tersebut aman untuk diinvestasikan. Berdasarkan jaminannya, obligasi dibedakan atas obligasi


(68)

47

yang dijamin dan tidak dijamin. Skala pengukurannya menggunakan skala nominal karena merupakan variabel dummy. Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika obligasi dijamin dengan aset khusus dan 0 jika obligasi hanya berupa surat utang saja yang tidak dijamin dengan aset khusus.

3.2.2.6 Reputasi Auditor

Velury (2003) dalam Susilowati dan Sumarto (2010) menyatakan dari semua perusahaan yang menerbitkan obligasi, hampir semuanya diaudit oleh KAP big 4, sehingga laporan keuangan yang diaudit oleh KAP big 4 lebih berkualitas.

Dengan reputasi auditor yang baik maka akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya. Sementara emiten yang diaudit oleh auditor big 4 akanmempunyai obligasi yang investment grade karena semakin tinggi reputasi auditormaka semakin tinggi pula tingkat kepastian suatu perusahaan sehingga semakin kecil kemungkinan

perusahaan mengalami kegagalan. Skala pengukurannya menggunakan skala nominal karena merupakan variabel dummy. Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika obligasi diaudit oleh the big 4 dan 0 jika obligasi diaudit oleh selain the big 4.

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel dalam penelitian ini, nilai maksimum,


(69)

48

minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi untuk variabel yang menggunakan skala rasio yaitu ukuran perusahaan (size), profitabilitas, likuiditas, dan leverage. Sedangkan untuk variabel dengan skala nominal, yaitu peringkat obligasi, jaminan (secure), dan reputasi auditor dijelaskan dengan menggunakan frequency table. 3.3.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji multikolinearitas dan

autokorelasi. Uji normalitas tidak digunakan dalam penelitian ini karena menurut Ghozali (2013) logistic regression tidak memerlukan asumsi normalitas pada variabel bebasnya. Asumsi multivariate normal disini tidak dapat dipenuhi karena variabel bebasnya merupakan campuran antara kontinyu (metric) dan kategorikal (non metric). Regresi Logistik tidak memerlukan asumsi normalitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi, dikarenakan variabel terikat yang terdapat pada Regresi Logistik merupakan variabel dummy (0 dan 1) sehingga residualnya, tidak memerlukan ketiga pengujian tersebut. Untuk asumsi multikolinearitas, karena hanya melibatkan

variabel-variabel bebas, maka masih perlu untuk dilakukan pengujian.

Gujarati (1995) dalam Sulistyo (2010) menyatakan bahwa logistic regression juga mengabaikan masalah heteroscedacity, artinya disini variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya.

3.3.2.1 Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2013) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model


(1)

Chan dan Jagadeesh. (1999). Market Based Evaluation fot Model to Predict Bond Ratings and Corporate Bond Trading Strategy. Working Paper. www.google.com

Damayanti, Eka Wahyu dan Fitriyah. 2012. “Pengaruh Corporate Governance Dan Rasio Akuntansi Terhadap Peringkat Obligasi”. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Available on-line at http://www.google.com

Dominick, Joseph R. 2002. The Dynamic Mass Communiaction: Media In The Digital Age 7th Edition. New York: The Mc Graw-Hill Companies.

Efraim Ferdinan Giri 1997:26 “Akuntansi keuangan menengah 1: perspektif IFRS”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. vii, 298 hlm. : tab. ; 28 cm eks

Eisenhardt, K. , & Bourgeois L. J. (1989) Politic of Stategic decision making in high velocity environments: toward a mid-range theory. Academy of menejement journal, 31, 737-770

Elton, Gruber 1995. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis. 5th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Canada.

Estiyanti, Ni Made dan Wirawan Yasa, Gerianta. “Pengaruh Faktor Keuangan dan

Non Keuangan pada Peringkat Obligasi di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal

Universitas Udayana, 2012.

Fama, E.F and K.R. French 1995.”Size and Book-to-Market Factors in Earning and Returns”Jurnal of finance L (1).pp. 1031-1082.

Ferry, M.G., dan Jones, W.H. (1979). Determinants of financial structure: A new methodological approach. Journal of Finance, 01 XXXXIV(3).

Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis. Prentice Hall International, Inc

Francis, 1.C.1986. invesment analysis and management. 4thed.New York, N. Y.;McGraw-Hill,Inc.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta

Hosmer, D.W. dan S. Lemeshow, (2000) : Applied Logistic Regression. Second Edition, John Willey & Sons, New York.


(2)

Horrigan, J. 1966. The Determination of Long Term, Credit Standing With Financial ratios, Empirical Research in Accounting: Selected Studies. Supplement to Journal of Accounting Research.

Idx. 2010-2013. Indonesia Bond Market Directory. Indonesia Stock Exchange. Jakarta

Idx. 2010-2013. Indonesia Capital Market Directory. Edisi 21. Indonesia Stock Exchange. Jakarta.

Indriantoro, Nur, dan supomo, Bambang. 1999. Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi dan menejemen, Edisi pertama, Yogyakarta: BPFE.

Jensen and Meckling, 1976 . Center for Research in Government Policy and Business Working Paper no. PPS 76-4, University of Rochester, Rochester, NY (1976) Jogiyanto, HM, 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, BPFE,

Yogyakarta,

Kaplan R. S., dan Urwitz. G. (1979, April). Statistical Models of Bond Rating : A Methodological inquiry. The Journal of Business

Kamstra et al., 2001. Combining Bond Rating Forecasts Using Logit. The Financial Review, May, pp.75-96.

Kie, Lina, 2010. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI”, Skripsi Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kuljeet, Kaur dan Kaur Rajinder, “Credit Rating in India: A Study of Rating Methodology of Rating Agencies”, Global Journal of Management and Business Research, Vol. 11, Issue 12, 2011.

Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.

Kountur, Ronny. (2008). Riset Pemasaran. PPM, Jakarta.

Maharti, Enny Dwi. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang: tidak diterbitkan.


(3)

Mamduh, M. dan Halim, Abdul. (2000). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Manurung, dkk. 2008. Hubungan Rasio-rasio Keuangan dengan Rating Obligasi. Magreta dan Nurmayanti, Poppy. 2009. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prediksi

Peringkat Obligasi ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 11 Nomor 3 hal 143-154.

Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang Dalam Mengontrol Konflik. Keagenan Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,

Vol.20, No.1 : 57 – 69.

McKeown, J.C. et al, “Towards an Explanation of Auditor Failure to Modify the audit Opinions of Bankrupt companies.” Auditing: A Journal of practice and theory, 1991, p.1-13.

Miswanto and Husnan, S. 1999. The Effect of Operating Leverage, Cyclicality and Firm Size on Business Risk. Journal of Business. 1(1).

Mutcler, et al. “The Influence of Contrary Information and Mitigating factors on Audit Opinion Decisions on Bankrupt Companies.” Journal of Accounting research, 1997, p.295-310.

Mukhlasin, 2002. “Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Dan Pengaruhnya Terhadap Earning Price Ratio”. Simposium Nasional Akuntansi V. hal 87-101.

Nurhasanah,. 2003. Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Obligasi Perusahaan Manufaktur: Analisis Diskriminan dan Regresi Logistik. Thesis S-2. Yogyakarta, Universitas Gajah Mada.

Nurhidayati A. Abdullah, 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Peringkat obligasi.Jurnal Q-MAN Vol. 2 No. 7 Maret 2013, Halaman 145-160.

Nuryaman. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi XI.Pontianak.

Ogden, J. P. 1987, Determinants of the Ratings and Yields on Corporate Bonds: Test of the Contingent Claims Model, The Journal of Financial Research 10, Winter, 329-339.


(4)

Panjaitan, dkk. 2004. Analisis Harga Saham, Ukuran Perusahaan dan Risiko terhadap Return yang Diharapkan Investor pada Perusahaan Saham Aktif. Balalnce. Vol 1 hal 56-72.

Pertiwi, Ayyu. 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Jakarta : Universitas Isalam Negeri Syarif Hidayatullah.

Pefindo. 2013. Indonesian Rating Highlight. Dowload www.pefindo.com.

Prasetiyo, Adhi. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi. Skripsi. Semarang, Universitas Diponegoro

Purnomo, H. 2005. Kemampuan rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi peringkat obligasi perusahaan manufaktur. Yogyakarta. Skripsi. UGM. (Tidak diterbitkan).

Raharja dan Sari, Maylia P. 2008. Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi (PT. Kasnic Credit Rating). Dalam Jurnal Maksi, 8/2: 212-232.

Raharjo, Sapto. 2003. “Panduan Investasi Obligasi.” Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Riyanto, Bambang, 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Gajah Mada.

Robert, Ang. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia: Mediasoft Indonesia Sari, Winda Purnama Dkk. 2011.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prediksi

Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi). Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

.

Sejati, Grace Putri. 2010. Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Bisnis dan Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Jan-Apr 2010 hlm.70-78. SEJATI, Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi.

Septyawanti I. Hilda, 2013.Faktor-faktor yang memperngaruhi peringkat obligasi perusahaan. Accounting Analysis Journal. Vol 2, No 3.


(5)

Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news).

Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta. Sujianto. 2001. Dasar-dasar management Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Sulistyo, Basuki. 2010. Metode Penelitian. Jakarta : Penaku.

Supranto, J. 1991. Statistik : Teori dan Aplikasi Jilid 1(cetakan 5). Jakarta: Erlangga Susilowati, Luky dan Sumarto. 2010. Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan

Manufaktur yang Listing di BEI. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis. Vol.1, No.2.

Velury, Uma, John T. Reisch dan Dennis M. O’Reilly. 2003. Institutional Ownership and the Selection of Industry Specialist Auditors. Review of Quantitative Finance and Accounting: 35-48.

Tandelilin, Eduardus, 1991. Investasi Manajemen dan Analisis. Yogyakarta; PAU Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Wansley et al. 1992. Institutional Bond Pricing and Information Arrival: The Case of Bond Rating Changes. Journal of Business Finance and Accounting: 733-750. Wisnu Arif, Bramasta. “Pengaruh Manajemen Laba dan Rasio Keuangan

Terhadap Peringkat Obligasi”. Skripsi Universitas Diponegoro. 2012. Winardi D. Rachmat, 2013. Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi Yang

Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi. Jakarta : Universitas Isalam Negeri Syarif Hidayatullah.

Wolk et. al. 2000. Accounting Theory: A Conceptual Institusional Approach. Fifth Edition. South-Western College Publishing.

Tearney M. G., et. al. 2000. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing.

Wydia, Andry. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi. Jurnal Buletin Ekonomi dan Moneter dan Perbankan.


(6)

www.lipsus.kompas.com, Kasus PT. Mobile-8 Telecom Tbk, diakses oleh Sartika Siregar, tanggal 9 februari 2010.

Yasa, Gerianta Wirawan. 2007. ”Manajemen Laba Sebelum Pemeringkatan Obligasi Perdana: Bukti Empiris Dari Pasar Modal Indonesia” (disertasi). Yogyakarta : UGM.

Yuliana, Rika, Dkk. 2011 .bond, bond rating, accounting factor, non-accounting factor. Jurnal dan Prosiding SNA - Simposium Nasional Akuntansi. Tersedia di PDEB.vol.14


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

18 426 121

FAKTOR PENGARUH KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA

0 7 78

ANALISIS PENGARUH KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI Analisis Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2012 - 2014.

1 4 17

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI Analisis Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2012

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2012 - 2014.

0 2 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 15

PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN PADA PERINGKAT OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 91

PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN PADA PERINGKAT OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 91

PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN PADA PERINGKAT OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI DI TINJAU DARI ANALISIS KEUANGAN DAN NON KEUANGAN PADA PERUSAHAAN NON PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 18