Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
i SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
DIAN PRANDANA
100503010
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
i
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Desember 2013 Yang membuat pernyataan,
NIM : 100503010 Dian Prandana
(3)
ii ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 18.0 dengan menggunakan uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, produktivitas, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan secara simultan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Secara parsial leverage dan umur obligasi
(maturity bond) lebih memiliki kemampuan daripada rasio likuiditas,
profitabilitas, produktivitas, dan reputasi auditor dalam mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdafftar di BEI.
Kata kunci: Peringkat Obligasi, Rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Produktivitas, Umur Obligasi, Reputasi Auditor.
(4)
iii ABSTRACT
THE ANALYS EFFECT OF FINANCIAL AND UNFINANCIAL RATIO TO THE BONDS RATING OF
MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine whether the financial and unfinancial ratio impact to the bonds rating of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 16 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2012.
Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on
and www.pefindo.com
The result of this study indicate that the liquidity ratio, leverage, profitability, produktivity, maturity bonds, auditor reputation simultaneously effect to the bonds rating of manufacturing companies listed in IDX . Partially leverage and maturity bonds has more ability than the liquidity, profitability, produktivity, and auditor reputation in influencing the bonds rating of manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange.
. Analysis model used in this study is multiple linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 18.0 with use t test and F test.
Keywords : Bonds Rating, Liquidity Ratio, Leverage, Profitability, Produktivity, Maturity Bonds, Auditor Reputation.
(5)
iv KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta
‘alla atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Non Keuangan
Terhadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran,
motivasi serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa
untuk kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, Sujoto dan
Dasinem yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasehat serta
semangat yang tulus hingga saat ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi
S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Rina br Bukit, SE, M.Si., Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing saya
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
(6)
v
5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM., Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah
membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Yang sangat saya cintai kakak dan adik saya Dedi Darmadi, Marlina, Pendi
Syahputra, Jeni Priandi, Mila Eka Lestari, dan Poppy Nurmayanti yang selalu
memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini.
Teman-teman angkatan 2010 teristimewa Fandi Arya Pratama, Soviatu Zahara,
Andespa Wendri, Susanti Louis, Septia Widi dan Yusnita serta semua keluarga
dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Desember 2013
Penulis,
NIM : 100503010 Dian Prandana
(7)
vi DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Batasan Masalah ... 7
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.4.2 Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.2.1 Aspek Teoritis ... 8
1.4.2.2 Aspek Empirik ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ... 10
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) ... 10
2.1.2 Pasar Modal ... 11
2.1.3 Investasi ... 12
2.1.4 Obligasi... 14
2.1.4.1 Pengertian Obligasi... 13
2.1.4.2 Manfaat Obligasi ... 14
2.1.4.3 Kelemahan Obligasi ... 15
2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi ... 16
2.1.4.5 Penerbit Obligasi ... 17
2.1.4.6 Peringkat Obligasi ... 18
2.1.4.7 Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi ... 20
2.1.5 PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia)... 21
2.1.6 Rasio Keuangan ... 22
2.1.6.1 Pengertian Rasio Keuangan ... 22
2.1.6.2 Kelebihan dan Kelemahan Rasio Keuangan ... 23
2.1.6.2.1 Kelebihan Rasio Keuangan ... 24
2.1.6.2.2 Kelemahan Rasio Keuangan ... 24
2.1.6.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 25
2.1.6.4 Rasio Likuiditas ... 25
2.1.6.5 Rasio Leverage ... 26
2.1.6.6 Rasio Profitabilitas ... 27
(8)
vii
2.1.7 Rasio Non Keuangan ... 28
2.1.7.1 Umur Obligasi ... 28
2.1.7.2 Reputasi Auditor ... 29
2.1.8 Penelitian Terdahulu... 30
2.2Kerangka Konseptual ... 35
2.3Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 41
3.2Populasi dan Sampel ... 41
3.2.1 Populasi ... 41
3.2.2 Sampel... 42
3.3Jenis dan Sumber Data... 43
3.3.1 Jenis Data ... 43
3.3.2 Sumber Data ... 44
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.5Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 44
3.5.1 Variabel Penelitian ... 44
3.5.1.1 Variabel Dependen (Y) ... 45
3.5.1.2 Variabel Independen ... 45
3.5.1.2.1 Rasio Likuiditas (X1 3.5.1.2.2 Rasio Leverage (X ) ... 45
2 3.5.1.2.3 Rasio Profitabilitas (X ) ... 46
3 3.5.1.2.4 Rasio Produktivitas (X ) ... 46
4 3.5.1.2.5 Umur Obligasi (X ) ... 46
5 3.5.1.2.6 Reputasi Auditor (X ) ... 47
6 3.5.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian. ... 47
)... 47
3.6Metode Analisis Data ... 48
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 48
3.6.1.1Uji normalitas ... 49
3.6.1.2Uji Multikolinieritas ... 50
3.6.1.3Heterokedastisitas ... 51
3.6.1.4Uji Autokorelasi ... 52
3.6.2 Uji Hipotesa ... 52
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 54
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 54
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 59
4.4 Hasil Uji Hipotesa ... 66
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 76
(9)
viii
5.3 Saran ... 81
5.3.1 Aspek Teoritis ... 81
5.3.2 Aspek Praktis ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
(10)
ix DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rating Obligasi Berdasarkan PEFINDO ... 19
Tabel 2.2 Review Penelitian Terdahulu... 34
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 43
Tabel 3.2 Konversi Rating Obligasi ... 45
Tabel 3.3 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 45
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 55
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov ... 61
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolienaritas ... 62
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 65
Tabel 4.5 Hasil Uji t ... 66
Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 73
(11)
x DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 36
Gambar 4.1 Uji Normalitas (1) : Histogram ... 59
Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots ... 60
(12)
xi DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang listed di PEFINDO (2010-2012) ... 86
Lampiran 2 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEI ... 94
Lampiran 3 Daftar Sampel Penelitian ... 99
Lampiran 4 Rasio Likuiditas ... 100
Lampiran 5 Rasio Leverage ... 100
Lampiran 6 Rasio Profitabilitas ... 101
Lampiran 7 Rasio Produktivitas ... 101
Lampiran 8 Umur Obligasi ... 102
Lampiran 9 Reputasi Auditor ... 102
Lampiran 10 Peringkat Obligasi ... 103
Lampiran 11 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 103
Lampiran 12 Hasil Uji Normalitas ... 104
Lampiran 13 Hasil Uji Multikolienaritas ... 105
Lampiran 14 Hasil Uji Heterokedastisitas... 105
Lampiran 15 Hasil Uji Autokorelasi ... 106
Lampiran 16 Hasil Uji Hipotesis ... 106
(13)
ii ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 18.0 dengan menggunakan uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, produktivitas, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan secara simultan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Secara parsial leverage dan umur obligasi
(maturity bond) lebih memiliki kemampuan daripada rasio likuiditas,
profitabilitas, produktivitas, dan reputasi auditor dalam mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdafftar di BEI.
Kata kunci: Peringkat Obligasi, Rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Produktivitas, Umur Obligasi, Reputasi Auditor.
(14)
iii ABSTRACT
THE ANALYS EFFECT OF FINANCIAL AND UNFINANCIAL RATIO TO THE BONDS RATING OF
MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine whether the financial and unfinancial ratio impact to the bonds rating of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 16 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2012.
Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on
and www.pefindo.com
The result of this study indicate that the liquidity ratio, leverage, profitability, produktivity, maturity bonds, auditor reputation simultaneously effect to the bonds rating of manufacturing companies listed in IDX . Partially leverage and maturity bonds has more ability than the liquidity, profitability, produktivity, and auditor reputation in influencing the bonds rating of manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange.
. Analysis model used in this study is multiple linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 18.0 with use t test and F test.
Keywords : Bonds Rating, Liquidity Ratio, Leverage, Profitability, Produktivity, Maturity Bonds, Auditor Reputation.
(15)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal (capital market) adalah pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan
pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan
akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan (Latumaerissa, 2011:314). Pasar
modal sebagai pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang
yang dapat diperjualbelikan, menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan yang
dapat menunjang sekaligus menjadi salah satu indikator terpenting dalam
mendukung kemajuan perekonomian suatu negara. Dalam melaksanakan
fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang mempunyai
kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dalam
tranksaksi pemindahan dana. Bagi investor, pasar modal dapat memberikan
alternatif investasi yang lebih variatif sehingga memberikan peluang untuk meraih
keuntungan yang lebih besar. Bagi emiten, pasar modal dapat memberikan sumber
pendanaan lain untuk melakukan kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha
selain kredit perbankan. Modal yang diperjualbelikan dalam pasar modal terbagi
menjadi dua, yaitu Debt Capital atau modal hutang dan Equity Capital atau modal ekuitas (Gitosudarmo dan Basri, 2002:239).
Obligasi merupakan salah satu jenis modal hutang yang diperjualbelikan
(16)
2
dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok
hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut
(Latumaerissa, 2011:353). Obligasi menarik bagi investor dikarenakan kelebihan
dalam hal keamanannya bila dibandingkan dengan saham, yaitu (1) volatilitas
saham lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi sehingga daya tarik saham
berkurang, dan (2) obligasi menawarkan tingkat return yang positif dan memberikan pendapatan yang tetap.
Investor yang rasional dalam membuat keputusan investasi membutuhkan
informasi. Investor seringkali menggunakan informasi yang diumumkan kepada
publik karena informasi tersebut mempunyai sinyal mengenai prospek perusahaan
di masa yang akan datang. Investor obligasi memerlukan informasi yang dapat
dijadikan acuan dalam mengkomunikasikan keputusan investasinya, sehingga
informasi keuangan suatu entitas bisnis yang berkualitas sangat diperlukan
sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan dana yang ditanamkan. Seorang
investor yang akan membeli obligasi hendaknya tetap memperhatikan default risk, yaitu peluang dimana emiten akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi
kewajiban keuangannya (gagal bayar). Menurut Manurung dkk. (2008)
menyatakan bahwa “obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, biasanya
mendapatkan peringkat obligasi investment grade (level A), dikarenakan pemerintah dianggap akan mampu untuk melunasi kupon dan pokok hutang saat
obligasi jatuh tempo. Namun obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan (corporate
(17)
3
perusahaan emiten”. Untuk menghindari risiko tersebut, investor harus
memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi (bond rating) perusahaan emiten.
Informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan
kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor
karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak
untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat risikonya. Peringkat obligasi
juga penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan
sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat hutang juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif para
investor institutional seperti bank, perusahaan-perusahaan asuransi dan dana
pension. Kualitas suatu obligasi dapat dimonitor dari informasi peringkatnya.
Proses pemeringkatan obligasi nantinya akan berguna untuk menilai kinerja
perusahaan dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan informasi keuangan suatu perusahaan. Di Indonesia, terdapat
dua lembaga pemeringkat sekuritas hutang, yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat
Obligasi Indonesia) dan PT. Kasnic Rating Indonesia. Namun dalam penelitian ini lebih mengacu pada PT. PEFINDO, dikarenakan perusahaan-perusahaan lebih
banyak menggunakan PT. PEFINDO sebagai agen pemeringkat obligasi
perusahaan mereka dibandingkan PT. Kasnic Rating Indonesia. Berdasarkan informasi peringkat obligasi, investor dapat mengetahui return yang akan diperoleh sesuai dengan risiko yang dimiliki obligasi tersebut. Peringkat obligasi
(18)
4
investment grade (AAA, AA, A, dan BBB) dan non investment grade (BB,B,
CCC, dan D). Peringkat obligasi tersebut, dapat dijadikan sebagai penilaian bagi
investor yang dapat dipercaya, objektif dan bersifat independen serta memberikan
tingkat keamanan dan kredibilitas obligasi yang tinggi.
Akan tetapi, terdapat beberapa kejadian yang menimbulkan suatu
pertanyaan apakah selamanya peringkat obligasi yang dinilai oleh agen
pemeringkat di Indonesia tersebut akurat dan dapat diandalkan. Beberapa
diantaranya terjadi pada kasus peringkat obligasi Bank Global yang diberikan oleh
PT Kasnic Credit Rating Indonesia (Kasnic). Pada Juli 2003, Kasnic memberikan peringkat A- untuk obligasi subordinasi (subordinat) Bank Global (sebesar 400
miliar rupiah). Namun setelah BI mengumumkan secara resmi tentang status Bank
Global pada 8 Desember 2004, Kasnic langsung menurunkan peringkat obligasi
subordinasi tersebut menjadi BBB-. Kemudian, atas pengumuman BI mengenai
pembekuan izin Bank Global pada 13 Desember 2004, Kasnic menurunkan
peringkat obligasi subordinasi secara drastis menjadi D (default).
Fenomena peringkat obligasi dapat dilihat juga pada kasus salah satu
emiten (Mobile 8 Telekom Tbk) dimana pada tahun 2010 perusahaan ini telah
gagal memenuhi kewajiban membayar bunga ke-12 serta bunga dan denda ke-9
untuk obligasi Mobile 8 yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun,
sehingga menyebabkan perusahaan tersebut tidak memiliki dana yang cukup
untuk membayar obligasinya. Masalah gagal bayar obligasi ini bukan pertama kali
yang terjadi, pada Maret 2009 BEI juga melakukan suspense saham FREN maupun obligasinya seiring perusahaan tersebut tidak membayar bunga
(19)
5
obligasinya sebesar Rp. 675 milyar. Dengan adanya gagal bayar tersebut,
PEFINDO menurunkan peringkat obligasi perusahaan tersebut menjadi ‘D’ dari
‘CC’.
Menurut Chan dan Jagadeesh (1999 dalam Linandarini, 2010:18)
menyatakan bahwa “salah satu alasan mengapa pemeringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias karena agen pemeringkat tidak
melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari. Dengan demikian
agen pemeringkat hanya dapat menilai setelah terjadinya suatu peristiwa yang
menyebabkan perubahan peringkat”. Selain itu, tidak terdapat penjelasan lebih
lanjut dari agen pemeringkat bagaimana informasi keuangan dan non keuangan
dapat digunakan dalam mempengaruhi peringkat obligasi perusahaan di
Indonesia.
Penelitian mengenai rasio keuangan dan non keuangan di Indonesia masih
banyak dihubungkan dengan harga saham ataupun kinerja perusahaan. Sejumlah
penelitian yang meneliti pengaruh peringkat obligasi di Indonesia masih jarang
dilakukan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan data obligasi serta pengetahuan
para investor terhadap obligasi. Wansley et al. (1992 dalam Linandarini, 2010:19) menyatakan bahwa “sebagian besar perdagangan obligasi dilakukan
melalui pasar negosiasi (over the counter market) dan secara historis tidak terdapat informasi harga yang tersedia pada saat penerbitan atau saat penjualan.
Dengan tidak tersedianya informasi tersebut membuat pasar obligasi menjadi
(20)
6
Hingga saat ini masih belum ada kepastian dari lembaga-lembaga
pemeringkat yang ada mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pemeringkatan sebuah obligasi. Beberapa penelitian mengenai peringkat obligasi
telah dilakukan dan memiliki hasil yang beragam seperti penelitian yang
dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010), Maharti
(2011), Adrian (2011), Yohanes (2012) dan Onji (2013). Ketidakkonsistenan pada
faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi inilah yang mendorong
peneliti untuk melakukan verifikasi ulang mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Penelitian ini nantinya akan membahas seberapa besar pengaruh rasio
keuangan dan non keuangan terhadap peringkat obligasi pada
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
menggunakan objek penelitian terbaru dari tahun 2010-2012. Peneliti memilih
industri manufaktur dikarenakan industri ini merupakan industri yang
mendominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dimana lebih dari 40% perusahaan yang listed di BEI adalah industri manufaktur. Dengan demikian, industri ini menjadi salah satu pelaku terpenting
dalam mendukung perekonomian sebuah negara. Penelitian ini nantinya akan
menguji beberapa variabel rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas dengan
proksi yaitu Quick Ratio (QR) dengan rumus (Current Asset-inventory)/Current Liabilities, rasio leverage dengan proksi yaitu Debt to Asset Ratio (DAR) dengan rumus Total Liabilities/Total Asset, rasio profitabilitas dengan proksi yaitu Net
(21)
7
rasio produktivitas dengan proksi yaitu Sales/Total Asset. Dan variabel rasio non keuangan yang meliputi umur obligasi (maturity bond) dan reputasi auditor.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti
tertarik mengadakan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah variabel-variabel rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
rasio leverage, dan rasio produktivitas) dan rasio non keuangan (maturity dan reputasi auditor) secara parsial berpengaruh terhadap peringkat obligasi?
2. Apakah variabel-variabel rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
rasio leverage, dan rasio produktivitas) dan rasio non keuangan (maturity dan reputasi auditor) secara simultan berpengaruh terhadap peringkat obligasi?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini terfokus pada topik yang dipilih, maka penulis
memberi batasan masalah sebagai berikut :
1. Obyek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang menggunakan jasa PT.
PEFINDO dalam memberi peringkat atas obligasi yang beredar di masyarakat.
2. Variabel independen yang digunakan hanya berupa rasio keuangan seperti
rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, dan produktivitas sedangkan rasio non keuangan yang digunakan hanya meliputi umur obligasi dan reputasi auditor.
(22)
8 1.4 Tujuan dan kegunaan penelitian
1.4.1 Tujuan penelitian:
Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh rasio keuangan dan non
keuangan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI baik secara parsial maupun secara simultan (bersama-sama). Dengan
menguji sejumlah variabel-variabel rasio keuangan seperti rasio leverage, likuiditas, profitabilitas, produktivitas dan variabel rasio non keuangan seperti
umur obligasi (maturity) dan reputasi auditor yang didasarkan pada data laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang mendaftarkan obligasinya pada agen
pemeringkat obligasi PT PEFINDO.
1.4.2 Kegunaan penelitian:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan mencakup:
1.4.2.1 Aspek Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
penambahan atau masukan baru bagi bidang akuntansi keuangan
mengenai peringkat obligasi perusahaan di Indonesia yang
didasarkan pada analisis laporan keuangan.
2. Memberikan rangsangan dan gambaran awal untuk diadakan
penelitian lanjutan mengenai peringkat obligasi, serta hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai kualitas obligasi
(23)
9 1.4.2.2 Aspek Empirik
1. Meningkatkan eksistensi dan konsistensi pengetahuan tentang
rasio keuangan dan non keuangan sebagai sumber yang dapat
digunakan didalam mempengaruhi peringkat obligasi.
2. Mengembangkan dan memperkuat hasil penelitian sebelumnya.
3. Bagi peneliti yang ingin melakukan kajian di bidang yang sama,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan
(24)
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Konsep teori sinyal dan asimetri informasi sangat berkaitan erat dimana
teori asimetri informasi terjadi ketika pihak-pihak yang berkaitan dengan
perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko
perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan
dengan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik
dibandingkan dengan pihak luar seperti investor. Sehingga terjadi asimetri
informasi antara manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai
informasi sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan
kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap
sebagai sinyal oleh pihak luar (investor). Kurangnya informasi pihak luar
mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan
harga yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan
bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk investor”.
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
(25)
11
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan
diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan hutang yang dimiliki.
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal (capital market) menurut Latumaerissa (2011:353) adalah “pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif
panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan
memperbanyak alat-alat produksi dan akhirnya meningkatkan keuntungan
perusahaan”. Pasar modal merupakan pasar yang menjadi penghubung antara
pihak yang memiliki dana (pemodal atau investor) dengan pengguna dana (emiten atau perusahaan go public). Didalam pasar modal dikenal dengan istilah efek, yaitu setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right (bukti right), warrant, opsi atau setiap
derivative dari efek dan istrumen lainnya.
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dapat memberikan manfaat
yang cukup besar terkhusus bagi kalangan investor (pemodal), bidang usaha
maupun lembaga-lembaga penunjang pasar modal lainnya. Melalui pasar modal,
para pemodal atau investor akan dapat melakukan investasi melalui pembelian
instrumen pasar modal seperti saham, obligasi, atau sekuritas kredit lainnya.
Investor dapat bebas dan leluasa untuk memilih berbagai efek yang diinginkan,
apakah dalam bentuk saham, obligasi atau sekuritas kredit. Investor akan dapat
(26)
12
yang mengambang bagi pemegang
investasi dalam beberapa
bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat memberikan keuntungan yang
besar terutama dalam hal peningkatan solvability perusahaan serta meningkatkan keuntungan atau profitabilitas perusahaan dimasa yang akan datang. Sementara
pasar modal juga memberikan manfaat terhadap lembaga-lembaga penunjang
pasar modal terkhusus lembaga pemeringkat utang (PT PEFINDO). Dimana
dengan adanya pasar modal maka akan memberikan peluang bagi
lembaga-lembaga penilai khususnya lembaga-lembaga pemeringkat utang untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan bidang dan profesionalismenya.
2.1.3 Investasi
Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih
dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi dimasa yang akan datang atau dalam
jangka waktu yang panjang. Investasi menurut Jogiyanto (1998:5) adalah sebagai
berikut:
Investasi merupakan suatu penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu. Investasi terbagi menjadi dua yaitu: investasi langsung dan investasi tak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain, sedangkan investasi tak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Pengertian investasi menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah
meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun dimasa yang akan
(27)
13
(risk-aderse), yaitu apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan investasi
yang mempunyai risiko tinggi maka para investor tersebut akan mensyaratkan
tingkat keuntungan yang lebih besar. Semakin tinggi risiko suatu kesempatan
investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
investor. Konsep ini juga berlaku pada investasi dalam saham maupun obligasi.
2.1.4 Obligasi
2.1.4.1 Pengertian Obligasi
Menurut Sjahrial (2007: 45) mendefenisikan “obligasi sebagai surat hutang
(pada umumnya berjangka panjang) yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau
pemerintah dimana obligasi ini disebut surat berharga karena pemegang obligasi
memiliki klaim terhadap pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah
ditetapkan”. Obligasi adalah surat tanda meminjamkan uang yang mempunyai
jangka waktu tertentu, biasanya lebih dari satu tahun. Dimana pada hakikatnya
obligasi adalah surat tagihan uang atas beban/tanggungan pihak yang menerbitkan
atau mengeluarkan obligasi (Gitosudarmo dan Basri, 2002:266).
Karateristik obligasi menurut Latumaerissa (2011:236) antara lain sebagai
berikut:
a. Nilai nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut telah jatuh tempo.
b. Kupon (interest rate) adalah nilai bunga yang diterima oleh pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual presentation.
c. Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga
(28)
14
risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, makin panjang jatuh tempo suatu obligasi, makin tinggi nilai kupon/bunganya.
d. Penerbit/emiten (issuer), mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan investasi obligasi ritel. Mengukur risiko/kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
2.1.4.2 Manfaat Obligasi
Menurut Sunariyah (2004) menyatakan bahwa “manfaat utama obligasi
yaitu tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga
pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan
diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak
yang akan diterima pemegang obligasi”. Apabila dibandingkan dengan saham,
return saham sangat bervariasi, karena dividen saham sangat tergantung pada laba perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga turun, dan
sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka
pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik,
dibandingkan dengan portofolio saham.
Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi mempunyai urutan lebih
diutamakan daripada saham untuk mendapatkan haknya apabila perusahaan
melakukan likuidasi. Urutannya adalah pajak pemerintah, hutang jangka pendek,
obligasi (hutang jangka panjang), kemudian preffered stock dan yang terakhir adalah common stock (Keown dkk, 2011:236). Sehingga pemegang obligasi lebih dipentingkan daripada pemegang saham perusahaan publik apabila menuntut hak
(29)
15
pembayaran pada saat perusahaan mengalami pailit. Setelah hak pemegang
obligasi terpenuhi maka baru dipenuhi hak pemegang preffered stock dan common stock.
2.1.4.3 Kelemahan Obligasi
Berbagai bentuk kelemahan obligasi sangat bervariasi, tergantung pada
stabilitas suatu perekonomian negara. Ada beberapa kelemahan dari obligasi
menurut Sunariyah (2004) antara lain sebagai berikut:
a) Tingkat bunga. Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Sehingga, pemodal harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.
b) Obligasi merupakan instrumen keuangan yang sangat konservatif, sehingga menghasilkan yield yang cukup baik,dengan risiko rendah. Misalnya, obligasi yang diterbitkan pemerintah lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta. Risiko obligasi pemerintah relatif sangat rendah dibandingkan dengan obligasi perusahaan swasta. Dalam kasus tersebut, pemodal yang ingin mengoptimalkan keuntungan lebih baik melakukan investasi dalam instrumen ini, meskipun risiko cukup tinggi.
c) Tingkat likuidasi obligasi rendah. Hal ini dikarenakan pergerakan harga obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun. Dalam kasus tersebut pemegang obligasi akan menahan obligasinya, dan berspekulasi bahwa masa yang akan datang obligasi akan naik kembali.
d) Risiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi (yang disebut refunding). Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.
e) Risiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian, karena perusahaan akhirnya tidak dapat menepati janjinya.
(30)
16 2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi
Jenis-jenis obligasi menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:266) adalah sebagai berikut:
1. Obligasi atas dasar emiten (penerbitnya)
a. Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bond), adalah sekuritas pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam hutang pemerintah (obligasi RI tahun 1950).
b. Obligasi Badan Usaha Milik Negara (State Owned Company Bond), adalah obligasi yang diterbitkan oleh BUMN untuk pendanaan (obligasi Jasa Marga, BAFINDO).
c. Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds), adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemilik obligasi, selama jangka waktu tertentu. Obligasi ini terdiri dari:
1) Participating Bonds, Pemilik obligasi selain memperoleh
bunga yang tetap juga memperoleh pembagian keuntungan yang diperoleh perusahaan.
2) Client Bonds, obligasi yang diberikan kepada langganan
perusahaan dalam rangka mengembangkan pemilikan efek kepada masyarakat.
3) Debenture Bonds, obligasi yang tidak dijamin atau tanpa suatu
jaminan.
2. Obligasi atas dasar tingkat bunga. Obligasi yang tingkat bunganya berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:
a. Fixed Coupon Rate, obligasi yang memberikan bunga yang tetap
jumlahnya kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga ditangguhkan, obligasi dengan premi, obligasi indeks.
b. Floating/variable coupon rate,obligasi yang menawarkan suku
bunga mengambang (tidak tetap) kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga variabel, obligasi indeks.
c. Zero coupon bond,obligasi dengan tingkat bunga nol artinya
obligasi ini dijual dengan diskon pada awal periode dan kemudian dilunasi sesuai nominal pada akhir periode.
3. Obligasi atas dasar jaminan, terdiri dari:
a. Secured Bonds, obligasi yang dikeluarkan dengan jaminan.
Contohnya: obligasi dengan garansi, obligasi dengan jaminan aset, obligasi dengan klausal hipotek negatif.
b. Unsecured Bonds, obligasi yang tidak disertai jaminan apapun.
Contohnya: debenture bonds.
(31)
17
a. Obligasi dengan jangka waktu terbatas (Limited Bonds), obligasi yang memiliki jangka waktu jatuh tempo untuk pengambilan hutang-hutangnya.
b. Obligasi dengan jangka waktu tidak terbatas (Unlimited Bonds), obligasi yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu untuk pengambilan hutangnya.
Sementara jenis-jenis obligasi menurut Keown dkk. (2011:232) terbagi
menjadi enam bahagian besar diantaranya sebagai berikut:
1. Surat hutang, istilah surat hutang (debenture) berlaku untuk semua hutang berjangka tanpa ada jaminan.
2. Obligasi subordinat, merupakan suatu obligasi yang pembayarannya menjadi subordinat atas obligasi lain pada saat perusahaan tidak mampu membayar hutang.
3. Obligasi hipotek, yaitu suatu obligasi yang dijamin dengan hak gadai atas properti riil dimana nilai dari properti riil lebih besar dibandingkan dengan obligasi hipotek yang diterbitkan. Hal ini memberikan para pemegang obligasi hipotek marjin keamanan jika terjadi penurunan atas nilai pasar properti yang dijaminkan.
4. Obligasi Euro, tidak berbeda banyak dengan jenis surat berharga lainnya. Secara sederhana, obligasi jenis ini adalah surat berharga obligasi yang dikeluarkan dinegara yang berbeda mata uangnya yang digunakan untuk menyatakan nilai obligasi tersebut.
5. Obligasi tanpa bunga dan nilai bunga terendah, merupakan suatu obligasi yang diterbitkan dengan diskon substansial atas nilai nominal obligasi tanpa membayar bunga atau membayar bunga yang sangat rendah.
6. Obligasi Junk-Bonds, merupakan hutang yang berisiko tinggi dengan peringkat obligasi yang rendah (non-investment grade).
2.1.4.5 Penerbit Obligasi
Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat
menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara
penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali.
Penggolongan penerbit obligasi antara lain sebagai berikut:
1. Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European
(32)
18
2. Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang
negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang
biasa disebut dengan obligasi internasional (sovereign bond).
3. Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal
sebagai obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN).
4. Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau
agencies.
5. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.
6. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan
khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu
obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.
2.1.4.6 Peringkat Obligasi
Peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan
kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang
dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba mengukur risiko kegagalan,
yaitu peluang emiten atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu
memenuhi kewajiban keuangan (Keown dkk, 2011:237). Informasi peringkat
obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan
penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat
dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan
(33)
19
Peringkat obligasi juga penting karena memberikan pernyataan yang
informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat hutang nantinya akan berfungsi membantu kebijakan publik untuk
membatasi investasi spekulatif para investor institutional seperti bank,
perusahaan-perusahaan asuransi dan dana pension.
Berdasarkan definisi Peringkat PEFINDO adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO
Peringkat Keterangan
IdAAA Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdAA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan rating yang lebih tinggi.
IdBBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, perubahan kondisi ekonomi dianggap dapat melemahkan kapasitas obligor dalam memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya.
IdBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.
IdB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor
(34)
20
Indonesia lainnya. Walaupun obligor kini memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya dapat melemahkan kapasitas atau
willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut.
IdCCC Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat lemah dan rentan untuk tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdD Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default.
Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasi menggunakan notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori peringkat tersebut.
Sumber: PEFINDO
2.1.4.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan resiko
kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten atau penghutang dalam
membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponnya.
Penetapan rating sekuritas lembaga peringkat, seperti halnya agen pemeringkat
internasional Standard & poor’s (S&P) dan Moody’s terdapat kriteria kualitatif dan kuantitatif.
Menurut Keown dkk. (2011:237) menyatakan bahwa “secara umum
peringkat obligasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya, proporsi
modal terhadap hutang perusahaan, tingkat profitabilitas perusahaan,tingkat
kepastian dalam menghasilkan pendapatan, besar kecilnya perusahaan, dan sedikit
(35)
21
Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut
Bringham dan Houston (2006:373) diantaranya sebagai berikut:
1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating obligasi perusahaan.
2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating
akan membaik.
3. Kedudukan obligasi dengan jenis hutang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari hutang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.
7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggungjawab produk.
10.Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.
2.1.5 PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia)
PT. PEFINDO atau PT Pemeringkat Efek Indonesia didirikan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif
(BAPEPAM) dan
memperoleh izin usahanya dengan Nomor. 39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu
lembaga penunjan
menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen, serta
dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutang yang diperdagangkan
kepada masyarakat luas. Disamping melaksanakan kegiatannya dalam melakukan
(36)
22
informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan efek. Publikasi ini terdiri
dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit
acuannya. Pefindo merupakan perseroan terbatas yang sahamnya per Desember
2006 tercatat dimiliki oleh 96 perusahaan domestik, yangterdiri dari dana pensiun,
perbankan, asuransi, Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan sekuriti.
2.1.6 Rasio Keuangan
2.1.6.1 Pengertian Rasio Keuangan
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang telah dilakukan
dituangkan dalam bentuk angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah
maupun mata uang asing. Angka-angka didalam laporan keuangan menjadi
kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja. Artinya hanya dengan melihat
apa adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan
antara satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya adalah dengan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar
laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan posisi
keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat
menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini dikenal
dengan istilah analisis rasio keuangan (analys of finantial ratio).
Menurut Home (2006 dalam Kasmir, 2008:104) menjelaskan bahwa “rasio
keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Dimana rasio
(37)
23
perusahaan sehingga akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan”.
Sementara analisis rasio keuangan menurut Harahap (2011:297) adalah
“angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan
dengan pos-pos lainnya mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
(berarti). Dimana rasio keuangan ini sangat penting dalam melakukan analisis
terhadap kondisi keuangan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan baik bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan”.
Perbedaan perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio keuangan
yang digunakan seperti diantaranya rasio ideal mengenai likuiditas untuk
perusahaan perbankan tidak sama dengan rasio pada perusahaan industri,
manufaktur, perdagangan, atau jasa.
2.1.6.2 Kelebihan dan Kelemahan Rasio Keuangan 2.1.6.2.1 Kelebihan Rasio keuangan
Kelebihan rasio keuangan menurut Harahap (2011:298) antara lain sebagai
berikut:
1. Rasio keuangan merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Rasio keuangan menjadi pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi keuangan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan didalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (terkhusus didalam memprediksi peringkat obligasi).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah membandingkan perusahaan yang satu dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik (time series).
(38)
24
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
2.1.6.2.2 Kelemahan Rasio Keuangan
Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki
fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil
keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100%
kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya
belum tentu terjadi seperti hasil perhitungan yang dibuat. Memang dengan hasil
rasio yang diperoleh, paling tidak dapat diperoleh gambaran yang seolah-olah
sesungguhnya terjadi. Namun, belum dapat dipastikan menjamin kondisi dan
posisi keuangan yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan rasio-rasio keuangan yang
digunakan memiliki banyak kelemahan.
Ada beberapa keterbatasan analisis rasio keuangan menurut Harahap
(2011:298) yaitu sebagai berikut:
1. Kesulitan didalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainnya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung didalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntasi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
(39)
25 2.1.6.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap
rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap
hasil dari rasio yang diukur di interpretasikan sehingga menjadi berarti bagi
pengambilan keputusan. Harahap (2011:299) menyatakan bahwa “jenis-jenis rasio
keuangan perusahaan terdiri atas: rasio likud itas, rasio solvabilitas, rasio
rentabilitas/proftabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, rasio pasar, dan rasio produktivitas”. Didalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil
empat rasio keuangan saja sebagai variabel penelitian yaitu rasio likuiditas,
leverage, profitabilitas dan produktivitas.
2.1.6.4 Rasio Likuiditas
Menurut Gill (2006 dalam Kasmir, 2008:130) mendefenisikan bahwa
“rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi
yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran,
tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang)
jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu
memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo. Salah satu alat
yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio cepat
(quick ratio). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat
pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai
(40)
26
Penelitian Linandarini (2010) menemukan hubungan antara likuiditas
dengan peringkat obligasi dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi
peringkat obligasi perusahaan tersebut. Burton et al (2002 dalam Adrian, 2011:40) menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya
kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi”.
2.1.6.5 Rasio Leverage
Rasio leverage menurut Kasmir (2008:151) merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang.
Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingka n
dengan asetnya”. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Sementara
menurut Harahap (2011:306) mengartikan bahwa “rasio leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal
maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh
hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh
modal (equity)”.
Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (Total Liabilities/Total Asset). Semakin besar
leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah
leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan
(41)
27
dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar
aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan
pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Dengan demikian, semakin rendah
leverage perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat yang diberikan pada
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) dan Yohanes
(2012) menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
2.1.6.6 Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
dan pendapatan investasi. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya.
Menurut Brotman dan Young (1998 dalam Adrian, 2011:39) menyatakan
bahwa “semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah
risiko ketidakmampuan membayar (default) atau semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(42)
28
(2012) dan Onji (2013) menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan
dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.
2.1.6.7 Rasio Produktivitas
Rasio produktivitas ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang
tingkat produktivitasnya tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan laba yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat produktivitasnya
rendah. Hal ini juga menunjukkan perusahaan yang tingkat produktivitasnya
tinggi akan lebih mampu memenuhi kewajibanya secara lebih baik. Rasio ini
secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Menurut
Horrigan (1966 dalam Linandarini, 2010:51) menjelaskan bahwa “rasio
produktivitas secara siginifikan berpengaruh positif terhadap credit rating. Semakin tinggi rasio produktivitas maka semakin baik peringkat perusahaan
tersebut”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009)
dan Linandarini (2010) menyatakan bahwa rasio produktivitas berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.7 Rasio Non Keuangan
2.1.7.1 Umur obligasi (maturity)
Umur Obligasi merupakan tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai
dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan
(43)
29
dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5
tahun. Obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai resiko yang
lebih kecil. Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan
umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan yang menggunakan umur
obligasi lebih lama (Latumaerissa, 2011:367). Investor cenderung tidak menyukai
obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga
akan semakin besar. Sehingga umur obligasi yang pendek ternyata menunjukkan
peringkat obligasi investment grade. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) dan Yohanes (2012) menemukan bahwa umur obligasi (maturity) berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.7.2 Reputasi Auditor
Reputasi dalam arti sempit adalah nama baik. Argumen yang mendasari
dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi reputasi auditor didalam
melakukan proses audit maka semakin tinggi pula tingkat kepastian laporan
keuangan perusahaan sehingga semakin kecil tingkat kegagalan perusahaan
tersebut (Almilia & Vieka, 2007). Tambahan pula, Allen (1994 dalam Magreta
dan Nurmayanti, 2009:148) menyatakan bahwa “pengguna informasi keuangan
merasa bahwa auditor big 8 menyediakan kualitas audit yang lebih baik untuk perusahaan dan pemerintah daerah”. Dengan reputasi auditor yang baik maka
akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya. Sementara di Indonesia
emiten yang diaudit oleh auditor big four akan mempunyai investment grade
karena semakin baik reputasi auditor maka akan mempengaruhi peringkat
(44)
30 2.1.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai
pengaruh rasio keuangan maupun non keuangan terhadap peringkat obligasi.
Dimana masing-masing penelitian mempunyai varibel independen yang
berbeda-beda dari tahun ke tahun dan penelitian tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai
dengan kebutuhan sipeneliti (menambah atau mengembangkan penelitian yang
sudah ada sebelumnya dengan objek perusahaan yang berbeda dan periode
penelitian yang berbeda).
Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, diantaranya sebagai berikut:
Magreta dan Nurmayanti (2009) melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada seluruh perusahaan dari sudut
akuntansi dan non akuntansi. Dimana sampel perusahaan yang digunakan adalah
sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang
bergerak di bidang perbankan dan lembaga keuangan lainnnya dari periode
2005-2008. Dari sisi faktor akuntansi yang digunakan adalah size (Log.Total Asset), likuiditas (Current Asset/Current Liabilities), profitabilitas (Operating Income/Investment), leverage (Total Liabilities/Total Equity), dan produktivitas
(Sales/Total Asset), sementara dari faktor non akuntansi yang digunakan adalah
secure, umur obligasi dan reputasi auditor. Metode analisis menggunakan logistic
regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya profitabilitas dan
produktivitas dari sudut akuntansi dan secure (jaminan) dari sudut non akuntansi saja yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sementara rasio
(45)
31
leverage, likuiditas, maturity, ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Linandarini (2010) juga melakukan penelitian yang mengenai kemampuan
rasio keuangan didalam memprediksi peringkat obligasi. Dimana sampel yang
digunakan didalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
PEFINDO kecuali perusahaan perusahaan dibidang perbankan dan lembaga
keuangan lainnya periode 2007-2008. Rasio keuangan yang dijadikan penelitian
ini adalah rasio leverage (Long Term Liability/Total Asset), rasio likuiditas
(Current Asset/Current Liability), rasio solvabilitas (Cash Flow from
Operation/Total Liabilities), rasio profitabilitas (Operating Income/Sales),dan rasio produktivitas (Sales/Total Asset). Penelitian ini menggunakan Multiple
Discriminant Analysis (MDA). Hasil penelitian terdapat tiga variabel rasio
keuangan yang dapat membentuk model prediksi peringkat obligasi. Ketiga
variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
dan rasio produktivitas. Sementara rasio solvabilitas dan leverage tidak dapat dijadikan sebagai prediksi didalam menentukan peringkat obligasi.
Sementara Maharti (2011) juga menguji mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi. Variabel independen yang diuji adalah
profitabilitas (Laba setelah pajak/Total Aset), likuiditas (Aset lancar/Utang
lancar), ukuran perusahaan (Log.Total Asset), leverage (Utang jangka
panjang/Total Asset), dan jaminan (obligasi memberikan jaminan atau tidak).
(46)
32
Indonesia. Kriteria sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling. Total sampel yang diambil adalah 45 perusahaan selama tahun
2007-2010. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analysis ordinal regresission
karena variabel terikat berupa skala ordinal (peringkat). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Kemudian, Adrian (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi peringkat obligasi. Penelitian yang digunakan adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar
dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun
2006 hingga tahun 2009. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10
perusahaan manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode
penyampelan bersasaran (purposive sampling), sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Dimana variabel independen yang
digunakan didalam penelitian ini adalah rasio leverage (Total hutang/Total modal), rasio likuiditas (Aset lancar/Hutang lancar), rasio profitablititas (Laba
bersih/ Total aset) dan umur obligasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa
likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat
obligasi. Sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Yohanes (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan
(47)
33
pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria, Obligasi yang diperingkat oleh PT. Pefindo pada April 2012, obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor keuangan (Banking, Finance
Company, dan Securities Company), obligasi yang waktu jatuh temponya
berdasarkan satuan tahun. Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik
purposive sampling, terdapat 117 obligasi yang sesuai dengan kriteria
pengambilan sampel. Analisis data menggunakan regresi berganda. Variabel
independen yang digunakan didalam memprediksi peringkat obligasi adalah rasio
leverage (Total Debt/Total Equity), dan profitabilitas (Net Income/Common
Equity) sedangkan karateristik obligasi yang digunakan adalah maturity dan
subordination. Hasil penelitian menujukkan bahwa rasio leverage, profitability, umur obligasi dan subordination secara simultan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan secara parsial hanya subordination yang tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan.
Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Onji (2013) mengenai
pengaruh faktor-faktor akuntansi dan non akuntansi dalam mempengaruhi
peringkat obligasi pada perusahaan non manufaktur yang terdaftar di BEI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size (log of Total Asset),
profitabilitas (Laba bersih/Total asset), likuiditas (Asset lancar/Utang lancar), leverage (Total hutang/Total ekuitas), maturity, secure,dan reputasi auditor. Sampel penelitian ini adalah perusahaan non manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT.
(48)
34
penelitian ini adalah 10 perusahaan non manufaktur. Teknik pengambilan sampel
ditentukan dalam dengan metode purposive sampling, sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Logistik. Penelitian ini menghasilkan
bahwa size dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan likuiditas, leverage, maturity, secure dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Dengan
demikian, leverage, maturity, secure dan reputasi auditor tidak dapat dijadikan acuan untuk menilai baik buruknya peringkat obligasi pada perusahaan non
manufaktur.
Tabel : 2.2
Review Penelitian Terdahulu Nama, Tahun
dan Judul penelitian
Variabel penelitian Hasil penelitan
Magreta dan Nurmayanti (2009) “Faktor-faktor yang Mempe-ngaruhi Prediksi Peringkat Obli-gasi ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akun-tansi”
Variabel independen: Ukuran perusahaan, rasio likuiditas, profitabilitas,
leverage, produktivitas,
umur obligasi, jaminan obligasi, reputasi auditor Variebel dependen: Peringkat obligasi
Profitabilitas, produktivitas dan jaminan obligasi yang ber-pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. sedangkan rasio likuiditas, leverage, reputasi auditor dan umur obligasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Linandarini (2010) “Kemam-puan Rasio Ke-uangan dalam Memprediksi Peringkat Obli-gasi Perusahaan di Indonesia” Variabel independen: Rasio leverage, liquidity, solvability, profitability, productivity
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Rasio liquidity, profitability
produktivity dapat
mempenga-ruhi prediksi peringkat obligasi sementara solvability, leverage
tidak berpengaruh secara signifikan didalam mempenga-ruhi prediksi peringkat obligasi.
(49)
35 Maharti (2011) “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obli-gasi” Variabel independen: Rasio leverage profita-bilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, Jaminan obli-gasi.
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Andrian (2011) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obli-gasi pada Perusa-haan Manufak-tur yang Terdaf-tar di BEI”
Variabel independen: Rasio leverage, profita-bilitas, likuiditas, umur obligasi
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Rasio leverage, profitabilitas dan umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan hanya rasio likuiditas yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Yohanes (2012) “Pengaruh Rasio Keuangan dan Karakteristik
Obligasi terha-dap Rating Obli-gasi Korporasi di Indonesia”
Variabel independen: Rasio leverage, profita-bility, umur obligasi, dan subordinasi
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Rasio leverage, profitability, umur obligasi dan subordinasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi sedangkan secara parsial hanya subordinasi yang tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Onji (2013)
“Pengaruh
Faktor Akuntansi dan Non Akun-tansi dalam Mempengaruhi Peringkat Obli-gasi pada Perusa-haan Non Manu-faktur yang ter-daftar di BEI”
Variabel independen: Ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, likuiditas,
leverage, umur obligasi,
jaminan obligasi, reputasi auditor
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Size dan
profitabilitasber-pengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan likuiditas, leverage,
maturity, secure dan reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
(50)
36 Rating Obligasi
(Y)
teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan
sebagai tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.
Penelitian ini membahas mengenai rasio keuangan dan non keuangan dalam
mempengaruhi peringkat obligasi dan manakah yang signifikan. Dengan menguji
4 rasio keuangan dan 2 rasio non keuangan yaitu rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, produktivitas, umur obligasi dan reputasi auditor. Berdasarkan
informasi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kerangka konseptual yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Rasio Keuangan
Rasio Non Keuangan
Leverage (X2) Likuiditas (X1)
Profitabilitas (X3)
Umur Obligasi (X5) Produktivitas (X4)
Reputasi Auditor (X6)
H1
H2
H3
H4
H5
H6 H6 H6
(51)
37
Gambar 2.1 mengindikasikan bahwa rasio likuiditas (X1), rasio leverage (X2), rasio profitabilitas (X3), rasio produktivitas (X4), umur obligasi (X5) dan
reputasi auditor (X6
1. Rasio likuiditas
) mempengaruhi rating obligasi (Y), baik secara parsial maupun simultan. Penjelasan detail mengenai pengaruh rasio likuiditas, rasio
leverage, rasio profitabilitas, rasio produktivitas, umur obligasi, dan reputasi
auditor terhadap rating obligasi ialah sebagai berikut:
Penelitian Linandarini (2010) menemukan hubungan antara likuiditas
dengan peringkat obligasi dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi
peringkat obligasi perusahaan tersebut. Lebih jauh lagi, penelitian yang dilakukan
oleh Burton et al (2002 dalam Adrian, 2011:40) menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan
sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi”.
2. Rasio Leverage
Menurut Burton at al (1998 dalam Adrian, 2011:38) menjelaskan bahwa “Semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang
dilakukan oleh Adrian (2011) dan Yohanes (2012) menyatakan bahwa leverage
secara signifikan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
3. Rasio Profitabilitas
Menurut Brotman dan Young (1998 dalam Adrian, 2011:39) menyatakan
(52)
38
risiko ketidakmampuan membayar (default) atau semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Lebih jauh lagi, penelitian yang
dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010), Adrian
(2011), Yohanes (2012) dan Onji (2013) yang menyatakan bahwa rasio
profitabilitas secara signifikan dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.
4. Rasio Produktivitas
Menurut Horrigan (1966 dalam Linandarini, 2010:51) menjelaskan bahwa
“rasio produktivitas secara siginifikan berpengaruh positif terhadap credit rating. Semakin tinggi rasio produktivitas maka semakin baik peringkat perusahaan
tersebut”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang dilakukan oleh
Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Linandarini (2010) menyatakan bahwa rasio
produktivitas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
5. Umur Obligasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) menyatakan bahwa
umur obligasi berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi dimana
semakin sedikit umur obligasi maka semakin baik peringkat obligasi yang
diberikan kepada perusahaan tersebut demikian pula sebaliknya. Tambahan pula,
penelitian yang dilakukan oleh Yohanes (2012) dimana umur obligasi (maturity) juga berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
6. Reputasi Auditor
Menurut Allen (1994 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009) menyatakan
bahwa “di Indonesia emiten yang diaudit oleh auditor big 4 akan mempunyai obligasi yang investment grade karena semakin baik reputasi auditor maka akan
(53)
39
mempengaruhi peringkat obligasi”. Tambahan pula, Sari dkk. (2012) juga
melakukan penelitian dimana menemukan bahwa reputasi auditor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang sedang
diteliti. Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah
instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris
(Idrus, 2009:18). Jadi, hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan
adanya hubungan tertentu antardua variabel atau lebih. Hipotesis ini bersifat
sementara, dalam arti dapat diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat dan
lebih benar berdasar pengujian. Ada beberapa persyaratan dalam merumuskan
suatu hipotesis menurut Idrus (2009:53) antara lain sebagai berikut :
1. Dirumuskan dalam kalimat berita.
2. Tidak bermakna ganda dan
3. Dirumuskan secara operasional. Dengan pengertian bahwa hipotesis sebaiknya
ditulis sealur dengan rumusan masalah yang ada, karena hipotesis merupakan
jawaban sementara atas rumusan masalah yang ada diteliti.
Selain itu pendapat lain dalam merumuskan hipotesis yang perlu
diperimbangkan menurut Siregar (2010 : 152) antara lain sebagai berikut :
a. Hipotesis harus mengekspresikan satu fenomena atau mengekspresikan hubungan/pengaruh antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis untuk mengekspresikan hubungan/pengaruh seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variabel untuk dikaji.
b. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada
(1)
102
Lampiran 8
Umur Obligasi (Maturity)
No. Kode Nama Perusahaan 2010 2011 2012
1 JPFA Jafta Comfeed Indonesia Tbk 1 1 1
2 MAIN Mallindo Feedmills Tbk 1 1 1
3 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0 0 0
4 SMSM Selamat Sempur na 1 1 1
5 SERA Serasi Autoraya 1 1 1
6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1 1 1
7 MYOR Mayora Indah Tbk 1 1 1
8 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 1 1 1
9 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk 1 1 1
10 LTLS Lautan Luas Tbk 1 1 1
11 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 1 1 1
12 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 1 1 1
13 CILI Ciliandra Perkasa 1 1 1
14 SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk 1 1 1
15 PPKT Pupuk Kalimantan Timur Tbk 1 1 1
16 BWPT BW Plantation Tbk 1 1 1
Lampiran 9
Reputasi Auditor
No. Kode Nama Perusahaan 2010 2011 2012
1 JPFA Jafta Comfeed Indonesia Tbk 0 0 0
2 MAIN Mallindo Feedmills Tbk 0 0 0
3 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0 0 0
4 SMSM Selamat Sempur na 0 0 0
5 SERA Serasi Autoraya 0 0 0
6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1 1 1
7 MYOR Mayora Indah Tbk 0 0 0
8 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 1 1 1
9 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk 1 1 1
10 LTLS Lautan Luas Tbk 1 1 1
11 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 1 1 1
12 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 0 0 0
13 CILI Ciliandra Perkasa 0 0 0
14 SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk 1 1 1
15 PPKT Pupuk Kalimantan Timur Tbk 0 0 0
(2)
103
Lampiran 10
Peringkat Obligasi
No. Kode Nama Perusahaan 2010 2011 2012
1 JPFA Jafta Comfeed Indonesia Tbk 11 12 12
2 MAIN Mallindo Feedmills Tbk 16 11 11
3 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 9 9 9
4 SMSM Selamat Sempur na 14 14 14
5 SERA Serasi Autoraya 13 13 13
6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 15 16 16
7 MYOR Mayora Indah Tbk 14 14 14
8 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 16 15 15
9 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk 11 12 12
10 LTLS Lautan Luas Tbk 11 11 11
11 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 14 14 14
12 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 11 11 12
13 CILI Ciliandra Perkasa 13 13 14
14 SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk 14 15 15
15 PPKT Pupuk Kalimantan Timur Tbk 15 15 15
16 BWPT BW Plantation Tbk 12 12 11
Lampiran 11
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Likuiditas 48 8,4111 ,2589 8,6700 1,528448 1,3472823 1,815
Leverage 48 ,6300 ,2200 ,8500 ,581667 ,1604294 ,026
Profitabilitas 48 ,4064 ,0190 ,4254 ,134323 ,1135094 ,013
Produktivitas 48 1,9999 ,1088 2,1087 ,922815 ,5554746 ,309
Umur Obligasi 48 1 0 1 ,94 ,245 ,060
Reputasi Auditor 48 1 0 1 ,38 ,489 ,239
Peringkat Obligasi 48 7 9 16 13,00 1,924 3,702
(3)
104
Lampiran 12
(4)
105
Lampiran 13
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Likuiditas ,778 1,285
Leverage ,639 1,566
Profitabilitas ,417 2,400
Produktivitas ,420 2,379
Umur Obligasi ,651 1,535
Reputasi Auditor ,571 1,750
a. Dependent Variable: Peringkat Obligasi
Lampiran 14
(5)
106
Lampiran 15
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
dimensi on0 1 ,762 ,581
a ,520 1,333 1,793
a. Predictors: (Constant), Reputasi Auditor, Profitabilitas, Umur Obligasi, Likuiditas, Leverage, Produktivitas
b. Dependent Variable: Peringkat Obligasi
Lampiran 16
Hasil Uji Hipotesis
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 13,658 1,528 8,938 ,000
Likuiditas ,050 ,164 ,035 ,303 ,764
Leverage -6,420 1,517 -,535 -4,232 ,000
Profitabilitas 1,460 2,654 ,086 ,550 ,585
Produktivitas ,250 ,540 ,072 ,463 ,646
Umur Obligasi 3,583 ,985 ,456 3,638 ,001
Reputasi Auditor ,180 ,526 ,046 ,343 ,734
a. Dependent Variable: Peringkat Obligasi
ANOVA
Model
b
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 101,109 6 16,851 9,479 ,000a
Residual 72,891 41 1,778
Total 174,000 47
a. Predictors: (Constant), Reputasi Auditor, Profitabilitas, Umur Obligasi, Likuiditas, Leverage, Produktivitas
(6)
107
Lampiran 17
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
dimensi on0
1 ,762a ,581 ,520 1,333
a. Predictors: (Constant), Reputasi Auditor, Profitabilitas, Umur Obligasi, Likuiditas, Leverage, Produktivitas