FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERCAPAINYA TARGET PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

THE CAUSAL FACTORS OF NOT ACHIEVING THE TARGET OF RECEIVING PARKING RETRIBUTION IN BANDAR LAMPUNG

By

MIRANTI ANDINI

Parking service is the provision of a special parking place is provided by the local government. The success of the implementation of parking in the era of regional autonomy can be seen in the regions ability to take advantage of broad authority, real, and responsible professionals in exploring sources of local revenue. The number of owners of two-wheelers and four wheelers in Bandar Lampung city of approximately 3.5 million units, with details of motor vehicles as much as 3.4 million units and vehicle car as much as approximately 27 thousand units. Therefore, the more extended the parking area there are 93 points recorded parking locations in 20 territories, in fact, parking fees revenue target is not reached.

The purpose of the research is that to analyze the causal factors of not achieving the target of receiving parking retribution based on the study by Transportation Department of Bandar Lampung. The method used in the research is qualitative method which describes or illustrates about the causal factors of not achieving the target of receiving parking retribution in Transportation Department of Bandar Lampung city every year.

Based on the result of the research referring to the theory of Josep R Kaho, the factors which influence the receiving of retribution are: (1) the factor of knowledge of organization, in organizational knowledge factors remain employees of the Department of Transportation understand the purpose of the collection of parking fees, but the parking attendants do not know the purpose of the main parking fees. This is due to the lack of socialization manager of the parking attendants.


(2)

(3) the factor of supervision, factor supervision is the most dominant factor, due to weak supervision by head of department and head of sub-section UPT. Weak direct supervision, resulting in illegal parking attendants are not depositing revenue to UPT. The difference between the deposit imposed far UPT to the manager, and from the manager to the parking attendants. These three factors are used by the writer as the indicators in the research, then, the implementation is analyzed in affecting the receiving of parking retribution which has never achieved the target in Bandar Lampung.


(3)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERCAPAINYA TARGET PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh Miranti Andini

Pelayanan parkir merupakan penyediaan tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah. Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah dapat terlihat pada kemampuan daerah dalam memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jumlah pemilik kendaraan roda dua dan empat di Kota Bandar Lampung sebanyak kurang lebih 3,5 juta unit dengan rincian kendaraan bermotor sebanyak kurang lebih 3,4 juta unit dan kendaraan mobil sebanyak kurang lebih 27 ribu unit. Oleh sebab itu semakin diperluasnya lahan parkir yakni tercatat terdapat 93 titik lokasi parkir dalam 20 wilayah, pada kenyataannya target penerimaan retribusi parkir tidak tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir dengan studi pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai faktor-faktor penyebab penerimaan retribusi parkir pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung yang tidak mencapai target pertahunnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk pada teori Josef R. Kaho, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi yaitu: (1) faktor pengetahuan organisasi, di dalam faktor pengetahuan organisasi pegawai-pegawai tetap Dinas Perhubungan memahami tujuan pemungutan retribusi parkir, tetapi juru parkir tidak mengetahui tujuan retribusi parkir. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pengelola kepada juru parkir.


(4)

pengawasan, faktor pengawasan merupakan faktor paling dominan, karena masih lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh kepala dinas maupun kasubag UPT. Lemahnya pengawasan secara langsung mengakibatkan adanya juru parkir liar yang tidak menyetorkan pendapatannya kepada UPT, lalu adanya perbedaan yang jauh antara setoran yang diberlakukan UPT kepada pengelola, dan dari pengelola kepada juru parkir. Ketiga faktor ini yang mempengaruhi tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung.


(5)

Oleh

Miranti Andini

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(6)

(Skripsi)

Oleh

Miranti Andini

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(7)

iv

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 36

2. Struktur Organisasi Dishub... 62

3. Struktur Organisasi UPT ...63


(8)

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR...iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Retribusi ... 12

1. Pengertian Retribusi... 12

2. Ciri-Ciri Retribusi... 14

3. Jenis Retribusi... 15

4. Objek Retribusi... 17

5. Subjek Retribusi... 18

6. Besarnya Retribusi yang Terutang Dan Tarif Retribusi ... 18

7. Dampak Pungutan Retribusi ... 19

8. Pemanfaatan Retribusi ... 19

9. Beberapa Kelemahan Retribusi ... 20

B. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Penyebab Retribusi ... 21

1. Pengetahuan Tentang Asas Organisasi ... 21

2. Disiplin Kerja Pegawai ... 22

3. Pengawasan Yang Efektif ... 22

C. Tinjauan Tentang Retribusi Parkir... 24

1. Pengertian parkir... 24

2. Fasilitas Parkir ... 25

3. Parkir Menurut Status ... 26

4. Pengelolaan Retribusi Parkir ... 27

D. Tinjauan Tentang Perda Dan Perwali ... 28


(9)

C. Lokasi Dan Waktu... 41

D. Informan ... 41

E. Jenis Data ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data... 43

G. Teknik Pengolahan Data ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 47

IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

1. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan ... 50

2. Visi dan Misi Dinas Perhubungan ... 52

3. Tujuan Dinas Perhubungan ... 53

4. Sasaran Dinas Perhubungan ... 54

5. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan ... 55

B. Tugas Pokok Dan Fungsi ... 56

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Jalan Pemuda ... 61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Pengetahuan Organisasi ... 70

1. Pengetahuan Tentang Tujuan Pemungutan Retribusi Parkir ... 71

2. Pengetahuan Tentang Pembagian Tugas ... 76

B. Faktor Disiplin Kerja Pegawai ... 82

C. Faktor Pengawasan ... 89

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

iii

Tabel Halaman

1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya ... 5

2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Retribusi Parkir ... 7

3. Informan Penelitian ... ...42

4. Pertanyaan Pemahaman Tujuan Pemungutan Retribusi Parkir ...75

5. Pertanyaan Pemahaman Pembagian Kerja... 80


(11)

(12)

(13)

(14)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah

(Thomas Alva Edison)

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit .

(Ali Bin Abi Thalib)

Kunci Kesuksesan utama berasal dari berbakti kepada kedua orang tua (Papa)

Jangan sia-siakan kesempatan yang datang hanya untuk berfikir terlalu lama, karena kesempatan datang tidak untuk menunggu

(Meiza Fery Ferdian)

Kebaikan yang nyata tidak perlu diumbar, cukup diam dan biarkan skenario Tuhan yang berjalan


(15)

Dengan syukur yang tiada hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat, rahmat dan karunia yang tak terhingga, kupersembahkan sebuah karya sederhana ini untuk :

Papaku, Midianto. Lelaki terhebat dihidupku yang mengajarkan tentang banyak hal. Terimakasih pa atas kasih sayang, tetesan keringat, semangat yang tiada henti, dan doa yang tak pernah putus untuk kesuksesan anak-anaknya. Papa satu-satunya lelaki yang tak akan pernah tergantikan oleh laki-laki manapun.

Mamaku, Rosmita. Wanita yang mempunyai rasa cinta tulus yang luar bisa. Mama sosok wanita yang tak pernah lelah mendengarkan keluhan dari anak-anaknya. Terimakasih ma atas cintanya, kasih sayangnya, dan pengorbanannya, serta doa mama yang tak pernah putus untuk mendoakan kesuksesan kami.

Terimakasih pa, ma.. atas dukungan, semangat, kasih sayang yang nyata serta doa yang tak pernah berhenti untuk menanti sedikit keberhasilan anak perempuan satu-satunya papa dan mama ini untuk meraih gelar sarjana. Semua pengorbanan mama dan papa tidak akan pernah terbalaskan, tetapi izinkan saya menggoreskan sedikit senyum kebahagiaan dan mungkin kebanggaan untuk papa dan mama atas gelar sarjana ini. Doakan agar nantinya mama dan papa dapat menikmati masa tua dengan senyum kebahagiaan. Aamiin...

Abang Adyitia Riswanto, dan adikku Febriandi. Terimakasih atas semangat dan doa dalam diamnya. Karena saya yakin ada semangat dan harapan yang luar biasa juga yang di nanti oleh abang dan andi atas gelar sarjana ini.

Almamater Tercinta, terimakasih telah mewariskan ilmu yang bermanfaat untukku.


(16)

Penulis bernama lengkap Miranti Andini, lahir di Bandar Lampung pada tanggal 19 Mei 1993. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang dilahirkan dari pasangan bapak Midianto dan ibu Rosmita. Penulis mempunyai kakak bernama Adyitia Riswanto dan adik yang bernama Febriandi.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Amalia Bandar Lampung pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Al-Azhar I Bandar Lampung pada tahun 1999-2005. Penulis melanjutkan Sekolah Tingkat Pertama Negeri 19 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008. Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat pertama, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011 penulis berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung melalui jalur undangan dan menjadi mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selama menimba ilmu di FISIP UNILA, penulis turut mengikuti organisasi kemahasiswaan, yaitu Tim Kerja Sekretaris Umum HMJ Ilmu Pemerintahan, Garda Muda BEM FISIP UNILA, dan Anggota Muda Himpunan Mahasiswa Islam. Pada tahun 2014 peneliti mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan oleh UNILA di desa Tulung Kakan Kecamatan Bumi Ratu Nuban selama 40hari.


(17)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat yang tak terhitung banyaknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Tidak Tercapainya Target Penerimaan Retribusi Parkir Di Kota Bandar Lampung ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu sosial Dan Ilmu politik Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M. Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik;

2. Bapak Denden Kurnia Drajat, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan;

3. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis;

4. Bapak Drs. Ismono Hadi, M.Si, selaku dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing penulis selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;


(18)

menyempurnakan skripsi ini;

6. Seluruh dosen dan staff Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah bersedia untuk membimbing penulis dalam proses ajar-mengajar

7. Segenap informan penelitian : Bapak Andi Saat selaku Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan, Bapak Jamhuriyanto selaku Kasubag Keuangan Dinas Perhubungan, Bapak Barizi, S.E, selaku Kasubag TU UPT Perparkiran, Bapak A. Junaidi selaku pengelola di Jalan Diponegoro, Bapak Yusuf selaku pengelola di Jalan Pemuda, dan juru parkir serta masyarakat yang telah bersedia penulis wawancarai;

8. Keluargaku tercinta, Papa, Mama, Abang, dan Andi semoga ini menjadi langkah awal bagi penulis untuk maju sebagai individu yang kelak akan membahagiakan kalian. Terimakasih yang tak terhingga atas doa, semangat, dan dukungannya selama ini. Insya Allah, penulis akan terus berusaha untuk menjadi kebanggaan kalian;

9. Meiza Fery Ferdian, laki-laki baru yang hadir dikehidupan penulis semenjak 5 tahun ini. Laki-laki yang pernah pergi namun kembali entah untuk pergi lagi atau menetap dikemudian hari. Sosok yang tak pernah luput penulis temui ketika lelah mengerjakan skripsi, sosok yang tak pernah lelah mendengarkan keluhan dan masih bersedia berada disamping penulis hingga saat ini. Terimakasih untuk semangat dan dukungan yang tiada henti hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan meraih gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan. Tetaplah bersedia untuk memberikan pundak untuk disandarkan. Semangat untuk meraih gelar yang sama; 10. Restia Permatasari, S.IP dan Indah Permatasari, S.IP. Terimakasih

pertemanan yang telah kita jalani hingga saat ini. Tetaplah menjadi sosok wanita yang kuat semoga kita masih dipertemukan sebagai seorang sahabat bahkan saudara dikemudian hari;


(19)

kondisi apapun;

12. Fitria Zainubi, pertemanan yang tanpa ada batasan. Terimakasih selalu ada untuk menjadi pendengar yang baik dalam kondisi apapun, semoga pertemanan kita terus berlanjut hingga nanti;

13. Panggih Gotam Vivi Ditia dan Nurdiana, Terimakasih atas ketersediaannya direpotkan untuk mensukseskan seminar satu penulis. Yuanita dan Leni Olandari terimakasih semangatnya;

14. Nadia Anissa, terimakasih pertemanan yang sudah menginjak tahun ke-6. Teman seperjuangan nyata yang kembali lagi dipertemukan dari perpisahan SMA hingga wisuda nanti di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung;

15. Teman-teman angkatan 2011, Meyliza, Genta, Zakiyah, Yuyun, Dian, Feby, Riyadhi, Endah, Randy, Putri Dian, Dwiky, Redo, Hazi, Bram, Anbeja, Trio dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih kekompakkannya kurang lebih selama 4 tahun; 16. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan

skripsi ini tanpa terkecuali yang tidak dapat ditulis satu persatu. Terimakasih atas dukungan dan doanya.

Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis dirahmati Allah SWT dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2016 Penulis


(20)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuat Indonesia menganut sistem desentralisasi. Desentralisasi menurut Supriatna (1993:1) merupakan penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah daerah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri.

Penyelenggaraan otonomi daerah membuat setiap daerah mempunyai hak-hak dalam pelaksanaan otonomi tersebut. Hak-hak tersebut antara lain mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, memilih pemimpin daerah, mengelola aparatur daerah, mengelola kekayaan daerah, memungut pajak dan retribusi daerah, mendapat bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta mendapat hak lainnya.


(21)

Diberikannya hak kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan pihak lain adalah sangat tepat karena dengan demikian sudah memiliki kekuatan hukum untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan daerahnya, meskipun pada dasarnya tetap di koordinir oleh pemeritah pusat. Pemberian hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri diharapkan pemerintah mampu mengelola dengan baik daerahnya untuk menunjang pembangunan daerah tersebut.

Untuk melaksanakan otonomi daerah, maka daerah/kota lebih dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya seperti: pajak, retribusi atau pungutan yang merupakan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. Pemberian otonomi daerah dimaksud untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mengatur dan mengurus daerahnya sendiri, terutama dalam membiayai pembangunan pada masa sekarang.

Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan produktivitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara berupa sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya dapat dikatakan usaha untuk mengubah masa lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih baik untuk mewariskan masa depan kepada generasi yang akan datang.


(22)

Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional pada hakekatnya diharuskan untuk mengembangkan kemandirian tiap-tiap daerah sesuai potensi sumber daya yang dimilikinya dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan merata dan terpadu.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Yani (2008:51) merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberi keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Peningkatan PAD merupakan salah satu usaha untuk mengatasi pembiayaan urusan penyelenggaraan pemerintah. Untuk meningkatkan pendapatan daerah, sektor retribusi daerah merupakan sektor yang sangat besar untuk digali dan diperluas pengelolaannya, karena retribusi daerah dipungut atas balas jasa yang disediakan pemerintah.

Retribusi daerah menurut Yani (2008:63) merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan. Retribusi daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Retribusi di bagi menjadi tiga golongan menurut Siahaan (2013:620), yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Retribusi jasa


(23)

umum dibagi menjadi 10 bagian, retribusi jasa usaha terdapat 13 bagian, dan retribusi perizinan tertentu dibagi kedalam 4 bagian. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai retribusi jasa umum yang salah satunya yaitu retribusi parkir tepi jalan umum.

Pelayanan parkir merupakan penyediaan tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah. Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah dapat terlihat pada kemampuan daerah dalam memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber PAD.

Pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung adalah salah satu dari pelaksanaan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah merupakan upaya pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah dalam rangka untuk memperoleh dana sehubungan dengan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Hal ini terlihat dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat setiap tahunnya. Sampai tahun 2014 jumlah kendaraan di Bandar Lampung yaitu ± 3.488.195 unit dengan rincin kendaraan bermotor sebanyak ± 3.460.708 unit dan Kendaraan mobil sebanyak ± 27.487 unit.

(http://digilib.unila.ac.id/6660/14/BAB%201.pdf dengan judul kontribusi retribusi parkir terhadap PAD di Kota Bandar Lampung diakses pada tanggal 10 maret 2015, pukul 21:14 WIB)

Selanjutnya berikut penulis sajikan penelitian terdahulu terkait retribusi parkir. Adapun penelitian terdahulu tersebut, yaitu:


(24)

Tabel 1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya No. Nama

Peneliti Judul Metode Teori Hasil

1. Beti arvita Analisis Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir Di Kota Padang

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komponen utama, yaitu teknik yang digunakan untuk menyederhanakan suat data secara linier sehingga terbentuk sistem koordinat baru dengan varians maksimum. Setelah dianalisa diharapkan hasilnya bisa menjadi hipotesa untuk penelitian berikutnya.

Faktor-faktor yang menjadi acuan yaitu :  Sosialisasi

 Regulasi  Sikap juru parkir  Pengelolaan  Pengawasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penyebab masih rendahnya retribusi parkir di Kota Padang adalah: bencana alam gempa bumi tahun 2009, pengalihfungsian lahan pedagang kaki lima, space parkir yang tetap (tidak berubah), tidak relevan antara setoran penerimaan retribusi parkir dengan karcis yang terjual, pengelolaan parkir yang terjadi menggunakan sistem kontrak lahan parkir dan tarif retribusi parkir yang tidak merata.

2. Sheila Ratna Dewi

Peranan Retribusi Parkir Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang

Kualitatif Dengan meilhat penetapan tarif retribusi parkir, yaitu ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan lahan parkir, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Besarnya retribusi yang harus dibayar dihitung dari perkalian antara tarif dan tingkat penggunaan jasa parkir.

Retribusi parkir tidak memiliki peran yang tidak terlalu besar bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang dibandingkan dengan pajak daerah atau retribusi daerah lainnya. Tetapi, walaupun peranannya kecil, retribusi parkir mampu melebihi target setiap tahunnya. Hal tersebut dapat membantu peningkatan PAD di Kota Magelang.

3. Heru Prasetyo

Analisis Penerimaan Retribusi Parkir Terhadap PAD

Kualitatif Teori yang di gunakan yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas merupakan hubungan

potensi retribusi parkir belum digali secara optimal, hal ini dapat dilihat pada presentase realisasi penerimaan retribusi parkir dengan potensi retribusi parkir masih rendah, yaitu rata-rata 30% setiap


(25)

Kota Yogyakarta antar keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Maka, yang dimaksud dengan efektivitas retribusi parkir yaitu menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan retribusi parkir yang ditrencanakan dibandingkan dengan target retribusi parkir yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi merupakan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi dengan keluaran yang dihasilkan. Maka definisi efisiensi retribusi parkir adalah menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan retribusi parkir dengan realisasi penerimaan retribusi parkir yang diterima.

tahunnya. Sistem perencanaan, pengelolaan dan peran serta manejemen keuangan pemerintah daerah dalam kaitannya dengan peningkatan penerimaan retribusi parkir, belum dilaksanakan sepenuhnya. Pemanfaatan sistem dan prosedur administrasi dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah belum dilaksanakan sepenuhnya, baik itu dalam sistem pemungutan maupun dalam pelaporan, sehingga kemungkinan melakukan kesalahan semakin besar.


(26)

Maka dapat disimpulkan dari ketiga penelitian sebelumnya teori yang digunakan berbeda dengan teori yang penulis akan teliti dalam penelitian ini. Penulis menggunakan teori Josef R. Kaho yaitu terdapat 3 faktor yakni pengetahuan asas organisasi, faktor disiplin kerja pegawai dan yang terakhir faktor pengawasan.

Penulis ingin melihat masalah terkait retribusi parkir tepi jalan umum yang ada di Kota Bandar Lampung, karena berdasarkan pra-riset yang telah dilakukan pada 11 Maret 2015 data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa realisasi penerimaan retribusi parkir tidak pernah mencapai target setiap tahunnya, padahal dari data yang penulis dapatkan titik lokasi parkir yang ada di Kota Bandar Lampung cukup banyak.

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pendapatan Daerah menunjukkan data terkait laporan realisasi anggaran PAD bidang retribusi parkir tepi jalan umum yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Bidang Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum

TAHUN APBD-P REALISASI %

2010 Rp. 1.630.000.000,00 Rp. 1.520.247.000,00 93,26% 2011 Rp. 4.000.000.000,00 Rp. 2.277.058.500,00 56,92% 2012 Rp. 5.400.000.000,00 Rp. 3.890.489.000,00 72,00% 2013 Rp. 6.000.000.000,00 Rp. 4.200.000.000,00 70,00%

2014 Rp. 6.600.000.000,00 Rp. 4.925.028.400,00 74,62% Sumber : Laporan Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung


(27)

Berdasarkan tabel 2 realisasi pendapatan retribusi daerah khususnya retibusi pakir di tepi jalan umum dari tahun ke tahun tidak pernah mencapai target. Padahal jika kita melihat di jalanan jumlah kendaraan terus meningkat yakni terhitung pada tahun 2014 sekitar ± 3.488.195 unit dengan rincin kendaraan bermotor sebanyak ± 3.460.708 unit dan kendaraan mobil sebanyak ± 27.487 unit. (http://digilib.unila.ac.id/6660/14/BAB%201.pdf), ini terlihat dengan seringnya terjadi kemacetan di beberapa titik di Kota Bandar Lampung. Jumlah kendaraan yang terus meningkat seharusnya PAD dari sektor retribusi parkir dapat mencapai target. Hal tersebut diperkuat dengan informasi yang di beritakan oleh media pelita nusantara, yaitu sebagai berikut:

“Penyebab gagalnya pencapaian tersebut yakni akibat faktor cuaca yang sering hujan deras serta banyaknya hari libur di tahun 2014 sehingga jumlah kendaraan baik roda dua maupun empat yang parkir ditepi pertokoan menjadi berkurang,” papar Rifa’i selaku kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar lampung. (http://pelitanusantara.com/news/2015/01/85-dishub-belum-capai-target.html. diakses pada tanggal 24/03/2015)

Selain karena faktor cuaca, masalah terkait penyebab tidak tercapainya target yaitu adanya juru parkir liar yang tidak mau menyetorkan pendapatannya di beberapa titik di Kota Bandar Lampung, lalu adanya pembangunan fly over yang mengakibatkan tutupnya pertokoan dibawah fly over yang berdampak pula pada juru parkir yang kehilangan lahan parkir.

Pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung terdapat 93 titik dalam 20 wilayah. Pembagian wilayah parkir terdapat dua zona yaitu zona 1 dan zona 2. Pembagian wilayah zona 1 maksudnya yaitu kawasan wilayah yang paling ramai dikunjungi, misalnya wilayah tersebut terdapat pasar tradisional


(28)

maupun pasar swalayan. Maka tarif yang diberlakukan di zona ini lebih besar daripada di zona 2.

Pembagian wilayah parkir pada zona 2, merupakan kawasan yang tidak terlalu ramai tetapi tidak juga terlalu sepi, karena didaerah tersebut hanya berdiri pertokoan-pertokoan saja. Tarif yang diberlakukan di zona 2, maka tidak sebesar tarif yang diberlakukan di zona 1. Bedanya kurang lebih Rp. 500,- antara area parkir zona 1 dan zona 2.

Banyaknya titik lokasi yang tersebar di seluruh sudut Kota Bandar Lampung khususnya lokasi yang berada di tepi jalan umum yang dapat dijadikan lahan parkir. Sangat banyaknya kawasan yang potensial di Kota Bandar lampung maka sudah sewajarnya jika penerimaan dari sektor retribusi parkir dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung dalam menunjang peningkatan PAD.

Setelah diberlakukannya karcis yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan, sesuai dengan Peraturan Walikota Bandar Lampung, berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 1 Maret 2015 ketika memasuki jalan pangkal pinang di Tanjung Karang terdapat beberapa pegawai dari Dinas Perhubungan yang menyerahkan karcis masuk, di karcis tersebut tertulis Rp. 1.500,- jika melihat zona yang diberlakukan Pangkal Pinang termasuk dalam zona 1, yaitu zona yang paling ramai dikunjungi maka besarnya tarif untuk kendaraan bermotor sebesar Rp. 1.500,-, lalu tarif yang diberlakukan untuk kendaraan roda empat yaitu sebesar Rp. 2.500,-.


(29)

Ketika penulis berada di dalam jalan pangkal pinang terdapat beberapa juru parkir yang membantu untuk memarkirkan motor. Tetapi ketika keluar dari jalan pangkal pinang, semua yang memasuki jalan pangkal pinang dikenakan tarif kembali sebesar Rp. 1.000,-, bahkan terkadang ketika memberikan Rp. 2.000,- tidak dikembalikan. Kesimpulannya sekali masuk di jalan pangkal pinang saja masyarakat dikenakan tarif Rp. 2.500,- bahkan bisa Rp. 3.500,-untuk kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat sekali masuk kedalam jalan Pangkal Pinang maka dikenakan tarif Rp. 4.500,-.

Petugas Dinas perhubungan yang melihat tidak ada satu petugas pun yang berani menegur aksi pungutan liar tersebut. Jika pungutan liar itu dimaksudkan untuk membantu menaikkan PAD dari sektor retribusi parkir seharusnya dari tahun ke tahun besarnya realisasi selalu mencapai target, tetapi pada kenyataannya kontribusi dari retribusi parkir tidak pernah mencapai target.

Besarnya tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat pemerintah diharapkan untuk pendapatan asli daerah di Bandar Lampung mencapai target, tetapi nyatanya sumber pendapatan asli daerah dari sektor retribusi parkir tidak pernah mencapai target pertahunnya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu “menggali” sumber-sumber keuangan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya.

Tujuan pembangunan daerah adalah sama dengan pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Berdasarkan


(30)

permasalahan yang telah di paparkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Tidak Tercapainya Target Penerimaan Retribusi Parkir Di Kota Bandar Lampung”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung tidak pernah mencapai target.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis penelitian ini yaitu:

Secara teoritis, memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keuangan daerah khususnya retribusi daerah.

2. Kegunaan praktis penelitian ini yaitu :

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi praktisi pemerintahan, kepala daerah, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, dan stakeholder terkait dalam mengelola retribusi parkir.


(31)

A. Tinjauan Tentang Retribusi

1. Pengertian Retribusi

Pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, sudah barang tentu daerah harus mampu menyediakan dana yang diperlukan yang berasal dari sumber pembiayaan yang dimiliki, utamanya dari sumber PAD.

Menurut Munawir dalam Adisasmita (2011:85) Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah dia tidak akan dikenakan iuran itu.

Retribusi Daerah menurut Mardiasmo (2002:100) merupakan Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Retribusi daerah menurut Yani (2008:63) merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus


(32)

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Jadi Retribusi daerah merupakan pembayaran atas jasa yang telah diberikan oleh badan kepada masyarakat yang telah menggunakan jasa yang telah disediakan oleh pemerintah.

Tingkat penggunaan jasa menurut Zuraida (2012:196) merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan. Apabila tingkat penggunaan jasa sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. Rumus tersebut harus mencerminkan beban yang dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggaakan jasa tersebut.

Tarif Retribusi menurut Zuraida (2012:197) merupakan nilai rupiah atau presentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang terutang. Tarif retribusi dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi.

Menurut Zuraida (2012:197) Prinsip Penetapan Struktur dan Tarif Retibusi ditetapkan dengan memperhatikan:

a. Biaya penyediaan jasa yang bersangkutan b. Kemampuan masyarakat

c. Aspek keadilan

d. Efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut

Selanjutnya, prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Keuntungan yang layak merupakan keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien.


(33)

2. Ciri-Ciri Retribusi

Adapun ciri-ciri retribusi menurut Haritz dalam buku Adisasmita (2011:86) yaitu sebagai berikut :

a. Pelaksanaan bersifat ekonomis

b. Ada imbalan langsung kepada yang membayar retribusi

c. Iurannya memenuhi persyaratan yaitu persyaratan formal dan material d. Retribusi Daerah merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya

tidak menonjol

e. Dalam hal-hal tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dibukakan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat.

Menurut Siahaan (2013:6) beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah

c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggrakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan

e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Upaya untuk meningkatkan PAD perlu dikaji pengelolaannya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efesiensinya. Peningkatan retribusi daerah yang memiliki potensi yang baik akan meningkatkan pula PAD.


(34)

3. Jenis Retribusi Daerah

Kaitannya dengan usaha menata kembali beberapa sumber PAD agar lebih memberikan bobot otonomi yang lebih besar kepada pemerintah daerah, beberapa jenis retribusi yang pada hakekatnya bersifat pajak diubah statusnya menjadi pajak daerah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Jenis retribusi daerah menurut Mardiasmo (2002:100) terdiri dari 3 macam yaitu :

3.1. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu;

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi;

e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;

f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan

g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah: a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

c. Retribusi Pelayanan Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum f. Retribusi Pelayanan Pasar


(35)

g. Retribusi Pengujuian Kendaraan Bermotor h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

j. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan

3.2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Retribusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan

b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Pasar Grosir da/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir; f. Retribusi Tempat Penginapan; g. Retribusi Penyedotan Kakus; h. Retribusi Rumah Potong Hewan; i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal; j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; k. Retribusi Penyebrangan di Atas Air; l. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; m. Retribusi Penjualan Produksi Daerah. 3.3. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi perizinan tertentu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;

b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan


(36)

c. Biaya yang menjadi bebena daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dari biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

Jenis Retribusi PerizinanTertentu adalah: a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

b. Retribusi Tempat Penjuaalan Minuman Berakohol c. Retribusi Izin Gangguan

d. Retribusi Izin Trayek

Penetapan jenis retribusi ke dalam retribusi jasa umum dan jasa usaha dibuat dengan peraturan pemerintah agar tercipta ketertiban dalam penerapannya sehingga dapat memberikan kepastian pada masyarakat serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan nyata di daerah yang bersangkuatan.

4. Objek Retribusi Daerah

Objek retribusi daerah menurut Yani (2008:64) merupakan berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi.

Menurut Mardiasmo (2002:103) terdapat 3 Objek Retribusi daerah:

a. Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Jasa Usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial

c. Perizinan Tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya


(37)

alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

5. Subjek Retribusi Daerah

Subjek Retribusi Daerah yaitu sebagai berikut:

a. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. b. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. c. Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang

memperoleh izin tertentu.

6. Besarnya Retribusi Yang Terutang dan Tarif Retribusi Daerah

Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalihkan tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Dengan demikian, daerah mempunyai kewenangan untuk menetapkan prinsip dan sasaran yang akan dicapai dalam menetapkan tarif retribusi jasa umum, seperti untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan dan membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.


(38)

7. Dampak Pungutan Retribusi

Retribusi dapat dipungut dengan sistem yang sifatnya progresif atau regresif berdasarkan potensi kemampuan membayar retribusi. Retribusi hanya akan berpengaruh pada kesediaan menggunakan atau permintaan terhadap jasa atau pelayanan maupun produk yang dihasilkan oleh pemerintah, karena itu retribusi tidak seperti halnya dengan pajak, retribusi hanya akan mengurangi konsumsi, akan tetapi tidak mengurangi kemampuan atau kemauan untuk bekerja, menabung dan berinvestasi, tetapi tidak akan signifikan sifatnya, sehingga tidak akan mempunyai dampak yang terlalu besar dalam perekonomian daerah.

Retribusi dapat berpengaruh dalam hal distribusi pendapatan, karena retribusi dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melindungi yang lemah dalam perekonomian dan membagikan beban masyarakat itu kepada kelompok berpenghasilan tinggi di daerah yang sama. Sistem retribusi yang progresif dapat bermanfaat untuk retribusi pendapatan dalam masyarakat di daerah.

8. Pemanfaatan Retribusi

Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan. Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah.


(39)

9. Beberapa Kelemahan Retribusi Daerah

Disamping pajak daerah, sumber PAD yang cukup besar peranannya dalam menyumbang pada PAD adalah retribusi daerah. Retribusi daerah tersebut langsung dapat ditunjuk, misalnya retribusi jalan, karena kendaraan tertentu memang melalui jalan di mana retribusi jalan tersebut dipungut.

Demikian juga retribusi parkir, karena ada pemakaian ruang tertentu oleh si pemakai tempat parkir, jadi sesungguhnya dalam hal iuran retribusi itu dianut asas manfaat yang diterima oleh si penerima manfaat dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah. Pungutan retribusi daerah yang berkembang selama ini didasarkan pada undang-undang nomor 12 tahun 1957 tentang peraturan retribusi daerah, yang ternyata menunjukkan beberapa kelemahan,diantaranya:

a. Hasilnya kurang memadai bila dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa oleh pemerintah daerah

b. Biaya pemungutannya terlalu tinggi kurang kuatnya prinsip dasar retribusi terutama dalam hal pengenaan, penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi

c. Ada beberapa jenis retribusi yang pada hakikatnya bersifat sebagai pajak karena pemungutannya tidak dikaitkan langsung dengan balas jasa atau pelayanan pemerintah daerah yang diterima oleh pembayar retribusi Ada jenis retribusi perizinan yang tidak efektif dalam kaitannya dengan usaha untuk melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan.

(http://bambangpudjiyanto.com/article/12/1022/penyebab-retribusi-parkir.html diakses pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 17.35)

Oleh karena itu maka pada tahun 1997 Pemerintah merasa perlu untuk mengklarifikiasi berbagai pungutan retribusi itu atas dasar kriteria tertentu agar memudahkan penerapan prinsip-prinsip dasar pungutan retribusi


(40)

sehingga mencerminkan hubungan yang jelas antara tarif retribusi dengan pelayanan atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

Otonomi daerah menurut Sunarno (2006:6) merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.

B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Retribusi

Menurut Kaho (2010:180), faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pungutan retribusi yaitu:

1. Pengetahuan tentang asas-asas organisasi

Keberhasilan suatu aktivitas bersama sekelompok orang yang menggunakan organisasi sebagai alat, sangat tergantung pada tingkat pengetahuan anggota-anggotanya dan pimpinannya akan asas-asas (prinsip-prinsip) organisasi. Asas-asas organisasi antara lain:


(41)

a. Perumusan tujuan yang jelas b. Pembagian tugas kerja c. Delegasi kekuasaan d. Tingkat pengawasan e. Rentang kendali f. Kesatuan perintah g. Tanggung jawab

2. Disiplin Kerja Pegawai

Menurut Kaho (2010:182), bahwa disiplin dapat ditegaskan sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku. Pentingnya disiplin dalam setiap organisasi adalah agar setiap peraturan prosedur, dan aturan main yang telah ditentukan dalam organisasi dapat ditegakkan. Hal inilah yang sangat menentukan keberhasilan organisasi.

3. Pengawasan Yang Efektif

Menurut Kaho (2010:184), pengawasan merupakan suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, dan tujuan kebijakan yang ditentukan.


(42)

Untuk melakukan suatu pengawasan yang perlu diperhatikan adalah proses-proses pengawasannya. Sehubungan dengan itu menurut Kaho (2010 : 181) menyatakan bahwa proses pengawasan terdiri dari fase sebagai berikut:

a. Menentukan alat ukur (standard) b. Mengadakan penilaian (evaluate)

c. Mengadakan tindakan perbaikan (corrective action)

Fungsi pengawasan mempunyai peran yang sangat penting dalam menggambarkan pelaksanaan rencana demi tercapainya tujuan suatu organisasi. Besarnya retribusi yang terutang terhitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan tarif retribusi.

Pengawasan dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung:

a. Pengawasan Langsung

Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap obyek yang diawasi. Jika pengawasan langsung ini dilakukan terhadap proyek pembangunan fisik maka yang dimaksud dengan pemeriksaan ditempat atau pemeriksaan setempat itu dapat berupa pemeriksaan administratif atau pemeriksaan fisik di lapangan.

b. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung merupakan pengawasan yang dilakukan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi atau pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh yaitu dari belakang meja. Dokumen yang diperlukan dalam pengawasan tidak langsung antara lain :

• Laporan pelaksanaan pekerjaan baik laporan berkala maupun laporan insidentil;

• Laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari pengawan lain;

• Surat-surat pengaduan;

• Berita atau artikel di mass media;

• Dokumen lain yang terkait.

(http://dedetzelth.blogspot.co.id/2013/03/jenis-jenis-pengawasan.html, diakses pada tanggal 12 Januari 2016, pukul 19.43)


(43)

C. Tinjauan Tentang Retribusi Parkir

1. Pengertian Parkir

Kendaraan yang bergerak suatu saat akan berhenti dan pada saat berhenti dibutuhkan tempat untuk memarkir kendaraan tersebut. Hubungan ini memperjelas bahwa fasilitas parkir menjadi bagian yang sangat penting dalam sistem transportasi.

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2011 Parkir merupakan keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara. Tempat parkir di tepi jalan umum adalah tempat pemberhentian kendaraan di lokasi tertentu di tepi jalan umum di wilayah daerah.

Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum yang selanjutnya dapat disebut retribusi menurut Peraturan Walikota Nomor 83 tahun 2011 merupakan pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan angkutan penumpang, bus, dan kendaraan angkutan barang, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di lingkungan tepi jalan umum yang dimiliki, dikelola oleh pemerintah daerah.

Tempat parkir ditepi jalan umum menurut Peraturan walikota nomor 83 tahun 2011 merupakan tempat-tempat parkir ditepi jalan umum sepanjang daerah pengawasan jalan dan tempat-tempat tertentu yang ditetapkan walikota. Jadi jika melihat perparkiran merupakan tempat pemberhentian kendaraan dalam


(44)

jangka waktu yang sebentar ataupun lama tergantung pada kendaraan maupun kebutuhannya.

2. Fasilitas Parkir

Fasilitas parkir bertujuan untuk memberikan tempat istirahat bagi kendaraan dan untuk menunjang kelancaran arus lalu lintas. Menurut jendral perhubungan darat (http://e-journal.uajy.ac.id (jurnal Sheila Ratna Dewi) diakses pada tanggal 27 Juni 2015 pukul 13:33 WIB) ada dua jenis dan penempatan fasilitas parkir yaitu sebagai berikut:

a. Parkir di Badan Jalan (On street Parking)

Tempat yang biasanya paling jelas dan biasanya paling cocok bagi pengemudi untuk memarkir kendaraannya ialah di tepi jalan.Tetapi parkir seperti ini mempunyai banyak kerugian. Pertama arus lalu lintas sepanjang jalan menjadi terhambat, yang akhirnya akan menimbulkan kemacetan dan kelambatan pada seluruh kendaraan.

Pada kondisi parkir yang berhimpit akan lebih terlihat penurunan kelancaran lalu lintasnya. Parkir di jalan juga mengakibatkan peningkatan jumlah kecelakaan akibat gerakan membuka pintu mobil, tingkah pengendara sepeda motor yang tak menentu dan pejalan kaki yang muncul diantara kendaraan parkir. Meskipun terdapat berbagai kerugian, namun parkir badan jalan masih sangat diperlukan karena banyak tempat (pertokoan, sekolah, tempat ibadah, dll) tidak mempunyai tempat parkir yang memadai.


(45)

b. Parkir di luar Badan Jalan (Off Street Parking)

Di kebanyakan kawasan pusat kota, parkir di pinggir jalan sangat dibatasi sehingga diperlukan penyediaan fasilitas di luar daerah jalan. Ada beberapa klasifikasi parkir di luar daerah jalan yaitu:

1. Pelataran parkir di permukaan tanah, 2. Garasi bertingkat,

3. Garasi bawah tanah, 4. Gabungan,

5. Garasi mekanis.

3. Parkir Menurut Status

Menurut statusnya parkir digolongkan menjadi 3 (http://eprints.undip.ac.id diakses pada tanggal 27 Juni 2015 pukul 13:35) yaitu :

a. Parkir Umum

Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah, jalan-jalan, lapangan yang dimiliki atau dikuasai dan penyelenggaranya dikelola oleh pemerintah daerah.

b. Parkir Khusus

Perparkiran yang menggunakan tanah-tanah yang dikuasai dan pengelolaannya oleh pihak ke-3.

c. Parkir Darurat

Perparkiran di tempat umum, baik yang menggunakan lahan, jalan, lapangan milik, dan penguasaannya oleh pemerintah daerah atau swasta karena kegiatan insentil.

d. Taman Parkir

Suatau area atau bangunan perparkiran yang dilengkapi sarana perparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan oleh pemerintah.


(46)

e. Gedung Parkir

Bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraannya yang penyelenggaraannya oleh pemerintah daerah atau pihak ketiga yang mendapat izin dari pemerintah daerah.

4. Pengelolaan Retribusi Parkir

Pengelolaan retribusi parkir perlu adanya manajemen pengelolaan parkir . Manajemen menurut Halord Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Hasibuan (2011:3) merupakan usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif yang ada. b. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut.


(47)

c. Pengarahan

Pengarahan merupakan mengarahkan semua bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan

d. Pengendalian/pengawasan

Pengendalian merupakan proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan dalam rencana.

D. Tinjauan Tentang Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota Mengenai Pemungutan Retribusi Parkir

Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 2011 tentang retribusi jasa umum dan Peraturan Walikota (Perwali) nomor 83 tahun 2011 merupakan peraturan yang mendukung pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung. Adanya peraturan daerah dan peraturan walikota tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi satuan kerja di Dinas Perhubungaan khususnya pada UPT Perparkiran untuk dapat terus “menggali” potensi yang ada pada jasa perparkiran di Kota Bandar Lampung.

Untuk mengukur faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan retribusi parkir yang berkaitan dalam Perda dan Perwali yang ada, maka dapat dilihat dalam 3 indikator yang telah dijelaskan di atas, yaitu sebagai berikut

1. Faktor Pengetahuan Organisasi

Di dalam faktor organisasi terdapat 2 hal yang dianggap dapat mewakili secara keseluruhan mengenai faktor pengetahuan organisasi yakni pemahaman aparat UPT Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung mengenai tujuan pemungutan retribusi parkir, dalam hal ini


(48)

diperkuat dalam pembukaan pada perda nomor 5 tahun 2011 tentang retribusi jasa umum yaitu bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting, guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah.

Pada bab I mengenai ketentuan umum pada Pasal I poin (19) yang berbunyi Parkir merupakan keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, dan pada poin (20) yang berbunyi tempat parkir di tepi jalan umum adalah tempat pemberhentain kendaraan di lokasi tertentu di tepi jalan umum di wilayah daerah, dan yang terakhir yaitu pada poin (21) yaitu jalan umum adalah yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

Selain dalam perda faktor pengetahun organisasi tidak hanya memahami tujuan pemungutan retribusi parkir, tetapi juga pemahaman aparat UPT mengenai pengertian dari retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum seperti halnya yang tertuang pada pembukaan Perwali nomor 83 tahun 2011 tentang tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum pada poin (i) yang isinya yaitu retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan angkutan penumpang, bus, dan kendaraan angkutan barang, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di lingkungan tepi jalan umum yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.


(49)

Pada poin (L) yaitu kendaraan parkir adalah kendaraan yang parkir di tepi jalan umum atau bus angkutan kota dalam provinsi dan angkutan kota antar provinsi yang sedang menunggu jam pemberangkatan, lalu terakhir pada poin (m) yaitu mengenai tempat parkir di tepi jalan umum adalah tempat-tempat parkir di tepi jalan umum sepanjang daerah pengawasan jalan dan tempat-tempat tertentu yang ditetapkan walikota. Ketiga poin di dalam pembukaan Perwali seluruh aparat harus mengetahui maupun memahami tentang asas-asas organisasi tersebut. Pengetahuan yang cukup mengenai hal ini, yang kemudian diikuti dengan penerapannya dalam organisasi akan berpengaruh secara positif terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Lalu yang kedua, didalam faktor pengetahuan organisasi aparat UPT juga harus memahami pembagian kerja, karena di dalam pembagian kerja akan mempermudah pegawai untuk melaksanakan tanggung jawab, agar tidak adanya tumpang tindih tanggung jawab. Pembagian kerja yang jelas sudah tertuang dalam Perwali nomor 83 tahun 2011 tentang tata cara pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum yaitu pada bab I mengenai ketentuan umum pada pasal I yaitu pada poin:

f. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang perparkiran

g. Unit Pelaksana Teknis selanjutnya disebut UPT adalah Unit Pelaksana Teknis parkir di tepi jalan umum

h. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

o. Petugas Pengelola adalah petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar lampung atas usulan kepala UPT Parkir untuk mengelola wilayah tertentu

p. juru Parkir adalah petugas lapangan di wilayah-wilayah parkir yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar lampung atas usulan kepala UPT parkir.


(50)

Memahami pembagian kerja akan memperjelas batas wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban dari masing-masing pegawai. Dengan gambaran diatas maka terlihat bahwa penerapan prinsip-prinsip organisasi ini dalam menentukan keberhasilan organisasi.

2. Disiplin Kerja Pegawai

Disiplin dapat ditegaskan sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan. Pengertian ini unsur manusia akan berkurang apabila tidak disertai dengan ketaatan pada peraturan atau prosedur aturan permainan. Disiplin kerja pegawai sebagaimana yang telah trertuang pada Perwali nomor 83 tahun 2011 tentang tata cara pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum yaitu pada bab V tentang tata cara pemungutan retribusi dengan karcis pasal 7 yaitu pada poin :

3. Juru parkir wajib memberikan karcis kepada wajib retribusi dan menyetorkan hasilnya kepada petugas pengelola wilayah parkir pada hari itu juga.

4. Petugas pengelola wilayah parkir setelah menerima setoran dari juru parkir langsung menyetorkan kepada bendaharawan khusus penerima UPT Parkir dengan menggunakan SSRD dalam waktu 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam kemudian bendaharawan khusus penerima wajib menyetorkan hasil pungutan retribusi tersebut ke rekening kas daerah.

Selanjutnya pada bab VI bagian kedua tentang tata cara pembayaran retribusi pasal 11 yaitu pada poin:

1. Pembayaran retribusi berupa karcis dilakukan secara langsung kepada petugas parkir

2. Pembayaran retribusi berlangganan dilakukan di kas daerah atau tempat lainnya yang ditunjuk sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD.


(51)

3. Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk maka hasil penerimaan retribusi daerah harus disetorkan ke kas daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan walikota

4. Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang telah ditentukan, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% dari nilai retribusi dengan menerbitkan STRD

5. Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas

Menjalankan disiplin kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku akan menentukan keberhasilan UPT Perparkiran dalam tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung

3. Pengawasan Yang Efektif

Melalui pengawasan dapat diketahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana, sesuai instruksi atau asas yang telah ditentukan, dapat diketahui kesulitan dan kelemahan dalam bekerja untuk kemudian diperbaiki dan juga dapat diketahui apakah sesuatu berjalan efisien dan efektif ataukah tidak. Faktor pengawasan merupakan faktor yang sangat penting karena untuk mengetahui bahkan menilai apakah yang telah dikerjakan sudah berjalan sesuai aturan atau perlu evaluasi ulang agar tujuan yang telah direncanakan yakni pencapaian target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung dapat mencapai target.

Pengawasan dilakukan oleh atasan atau yang mempunyai jabatan paling tinggi, ini di perkuat dalam perwali nomor 83 tahun 2011 tentang tata cara pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum yaitu pada bab I mengenai ketentuan umum pasal I pada poin (x) yaitu pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar


(52)

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah, selanjutnya pada bab XI mengenai pemeriksaan retribusi bagian kesatu pasal 17 yaitu :

1. Walikota menugaskan kepala dinas untuk melakukan pemeriksaan retribusi dalam rangka menguji kepatuhan pemeriksaan wajib retribusi 2. Kepala dinas membentuk tim pemeriksa retribusi terdiri dari unsur

dinas/instansi terkait.

Adanya pengawasan dari atasan dapat dilakukan penilaian atas hasil-hasil yang ada berdasarkan peraturan yang diberlakukan. Penilaian merupakan proses pengukuran dan pembandingan dengan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dengan hasil-hasil yang harus tercapai. Seperti halnya dalam pemungutan retribusi parkir, dengan banyaknya lokasi parkir, jika pengawasan dilakukan secara efektif, akan menghindari kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum terkait. Maka sedikit demi sedikit target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung akan mencapai target setiap tahunnya.


(53)

E. Kerangka Pikir

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah, baik pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat salah satunya yaitu pemungutan retribusi parkir.

Retribusi pelayanan parkir tepi jalan umum yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan angkutan penumpang, bus dan kendaraan angkutanan barang, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di lingkungan tepi jalan umum yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.

Salah satu jenis retribusi daerah yang dapat dikatakan potensial ialah retribusi parkir tepi jalan umum, karena semakin banyaknya kendaraan yang ada di Kota Bandar Lampung diharapkan kontribusi dari sektor perparkiran selalu mencapai target. Banyaknya titik parkir di Kota Bandar Lampung akan semakin menambah keuntungaan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD di Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 83 Tahun 2011 Tentang tata cara pelaksanaan pemungutan reribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum bahwa dengan ditetapkannya peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 5


(54)

Tahun 2011 tentang retribusi jasa umum sebagai pelaksana undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi, yang didalamnya terdapat wilayah-wilayah parkir di kota Bandar Lampung, dan juga bentuk, ukuran, warna, isi beserta tarif yang telah diberlakukan.

Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah dapat terlihat pada kemampuan daerah dan memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber PAD. Maka daerah/kota diharapkan dapat mampu menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya seperti Pajak, retribusi atau pungutan yang merupakan sumber-sumber PAD.

Peningkatan PAD merupakan salah satu usaha untuk mengatasi pembiayaan urusan penyelenggaraan pemerintah. Dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah, sektor retribusi daerah merupakan sektor yang sangat besar untuk digali dan diperluas pengelolaannya, karena retribusi daerah dipungut atas balas jasa yang disediakan pemerintah.

Penulis melihat jumlah kendaraan roda dua dan roda empat di Kota Bandar Lampung semakin bertambah, ini terlihat seringnya terjadi kemacetan di beberapa titik dan pemerintah kota telah memiliki 93 titik Parkir Di Tepi Jalan Umum dan juga ini dibuktikan dengan banyaknya tempat umum yang strategis dan dapat dijadikan lahan parkir misalnya pertokoan yang ada di tepi jalan umum Kota Bandar Lampung, seharusnya target pendapatan dari sektor retribusi parkir selalu mencapai target pertahunnya. Lalu penulis ingin melihat faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi penerimaan retribusi


(55)

parkir tidak pernah mencapai target. maka penulis menggunakan teori Josef R Kaho yaitu :

1. Faktor Pengetahuan Organisasi 2. Faktor Disiplin Kerja Pegawai 3. Faktor Pengawasan

Untuk memudahkan penulis melakukan penelitian, maka penulis menggambarkan langkah-langkah penelitian dengan kerangka pikir, sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Faktor-Faktor yang mempengaruhi penerimaan Retribusi (berdasarkan

pendapat Josef R. Kaho)

1. Faktor pengetahuan organisasi

2. Faktor disiplin kerja pegawai

3. Faktor pengawasan

Tidak Tercapainya Target Penerimaan Retribusi Parkir


(56)

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis mengenai faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung, maka tipe penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang didasarkan pada data kualitatif.

Penelitian Kualitatif menurut Moleong (2001:54) merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian Kualitatif menurut Basrowi dan Suwandi (2008:20) merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif.

Jika melihat dua definisi tersebut maka dapat penulis simpulkan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memahami fenomena tentang apa yang dialami dan jenis data yang digunakan berbentuk kata-kata, dokumentasi sebagai penunjang.


(57)

Penelitian deskriptif menurut Basrowi dan Suwandi (2008:28) merupakan metode penelitian untuk merumuskan sebuah gambaran yang tersusun secara sistematis, faktual dan akurat mengenai kejadian nyata, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang akan diteliti yang pada akhirnya dapat mengungkapkan suatu kebenaran.

Melalui metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif diharapkan akan mampu memberikan gambaran mengenai faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan agar lebih mudah disesuaikan apabila dihadapkan dengan kenyataan ganda, selain itu metode penelitian kualitatif membangun hubungan langsung antara peneliti dengan informan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai kinerja instansi pemerintahan dalam melakanakan tugas yang dibebankan dengan mengembangkan informasi yang ada.

Berdasarkan tema yang diajukan maka dapat disimpulkan alasan peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan dan memberikan pemahaman faktor apa saja yang menyebabkan penerimaan retribusi parkir tidak pernah mencapai target melalui proses wawancara mendalam kepada aktor-aktor terkait, serta data-data lainnya yang penulis dapatkan.


(58)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan membatasi masalah yang dibahas dalam penelitian. Straus dan Corbin dalam Moleong (2001:23) menyatakan fokus penelitian bertujuan untuk membatasi penulis sehingga terhindar dan tidak terjebak dalam pengumpulan data pada bidang yang sangat umum atau kurang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang ada dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1. Faktor Pengetahuan Organisasi

Faktor pengetahuan organisasi adalah tingkat pemahaman individu terhadap organisasinya yang meliputi tujuan organisasi, pembagian tugas, delegasi kekuasaan, tingkat pengawasan, rentang kendali, kesatuan perintah, dan tanggung jawab. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) indikator yang dianggap mewakili keseluruhannya yaitu:

a. Pemahaman aparat UPT Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung tentang tujuan pemungutan retribusi parkir

b. Pemahaman aparat UPT Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung tentang pembagian kerja masing-masing pegawai.


(59)

2. Faktor Disiplin Kerja

Faktor disiplin kerja adalah ketaatan para pegawai terhadap peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam suatu organisasi atau kantor dalam melaksanakan tugas pekerjaannya yang dapat dilihat dari :

a. Jam kerja pegawai Dinas Perhubungan khususnya pada UPT Perparkiran dalam hal ini yaitu jam masuk maupun jam pulang kantor; b. Waktu penyetoran dari pengelola kepada UPT;

c. Sanksi tegas apabila tidak mentaati peraturan

3. Faktor Pengawasan

Faktor pengawasan adalah suatu proses penilaian terhadap kinerja organisasi, agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara efektif dan efisien, sesuai dengan rencana yang ditetapkan, meliputi :

a. Kepala Dinas Perhubungan mengawasi seluruh pegawai Dinas Perhubungan

b. Kasubag Keuangan mengawasi bendahara UPT

c. Kasubag TU UPT Perparkiran mengawasi pengelola parkir

d. Pengelola parkir mengawasi juru parkir di wilayah yang menjadi kelolaannya

Berdasarkan teori maka fokus penelitian ini adalah meneliti tentang Faktor-Faktor Penyebab Tidak Tercapainya Penerimaan Retribusi Parkir Di Kota Bandar Lampung.


(60)

C. Lokasi Dan Waktu

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini agar data yang diperoleh sesuai dengan masalah yang diangkat maka penulis mengambil lokasi penelitian pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar lampung untuk mendapatkan data terkait target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung untuk melakukan wawancara terkait masalah yang akan penulis teliti.

Penentuan lapangan penelitian menurut Basrowi dan Suwandi (2008:85) ialah dengan mempertimbangkan teori substantif dengan menjajaki lapangan untuk melihat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan pada pada bulan Maret dan bulan Juli 2015.

D. Informan

Informan berasal dari unsur yang langsung memiliki hubungan keterkaitan antara pengelola retribusi parkir dan penerima laporan realisasi anggaran. Dalam hal ini yang dimaksud ialah Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Purposive sampling menurut Sangadji (2010:188) merupakan metode penetapan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Metode ini digunakan apabila anggota sampel


(61)

yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Berdasarkan permasalahan maka yang menjadi sumber informasi adalah sebagai berikut :

Tabel. 3. Informan Penelitian

No. Nama Usia Pendidikan

Terakhir

Jabatan

1 Rifa’i 50 S2 Kepala Dinas

2 Jamhuriyanto 48 S1 Kasubag Keuangan

3 Barizi 48 S1 Kasubag TU UPT Perparkiran

4 A.Junaidi 37 S1 Pengelola Jalan Diponegoro

5 Yusuf Simin 40 S1 Pengelola Jalan Pemuda

6 Herman 32 SMA Tenaga Sukarela (TKS)

7 Irwan 18 SMP Juru Parkir

8 Edi 30 SMP Juru Parkir

9 Sunardi 53 SD Juru Parkir

10 Hendrik 48 SMP Juru Parkir

E. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer menurut Sangadji (2010:176), yaitu jenis data penelitian yang berupa obyek atau benda-benda fisik, misalnya bangunan atau bagian bangunan, pakaian, buku, dan senjata. Data fisik merupakan benda berwujud yang menjadi bukti keberadaan atau kejadian pada masa lalu. Data fisik dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi dan wawancara. Data primer dalam penelitian ini yaitu gambaran lokasi yang menjadi titik parkir di Kota Bandar Lampung.

Data primer dalam penelitian ini berupa objek yang akan diteliti, ialah lokasi yang menjadi salah satu fokus dalam penelitian ini yaitu di jalan Pemuda Tanjung Karang Kota Bandar lampung dan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Dalam konteks ini, data yang diperoleh merupakan hasil wawancara dengan menggunakan panduan wawancara


(62)

dan observasi langsung ke lokasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder menurut Sangadji (2010:176) , yaitu jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat, notulen, hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlihat dalam suatu kejadian. Data dokumenter dalam suatu penelitian dapat menjadi bahan atau dasar analisis data kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen yang dikenal dengan kontent analisis.

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu laporan realisasi anggaran pendapatan daerah, Peraturan walikota Bandar Lampung nomor 8 tahun 2008 tentang tugas, fungsi, dan tata kerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, peraturan daerah nomor 05 tahun 2011 tentang retribusi jasa umum, dan peraturan walikota nomor 83 tahun 2011 tentang tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan parkir tepi jalan umum, dan profil Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini didasarkan pada data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian di lapangan, termasuk wawancara dengan pegawai Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, secara langsung baik terhadap lembaga/institusi maupun individu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka terhadap pendapat para ahli terkait


(63)

masalah penyebab rendahnya realisasi penerimaan retribusi parkir. Selain itu bahan sekunder juga didapatkan dari literatur-literatur seperti surat kabar, seminar, internet dan lain sebagainya. Untuk memperoleh data yang benar dan akurat penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara menurut Moelong (2001:135) menjelaskan bahwa wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu, pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan atas jawaban yang ditanyakan. Wawancara dibagi menjadi dua bagian, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur menurut Basrowi dan Suwandi (2008:130) merupakan wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

Wawancara ini bertujuan mencari jawaban hipotesis, untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun secara ketat. Pokok-pokok yang dijadikan dasar pertanyaan diatur secara sangat terstruktur. Keuntungan wawancara terstruktur adalah jarang mengadakan pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan yang diwawancarai agar jangan sampai berdusta.

Sedangakan wawancara tidak terstruktur menurut Basrowi dan Suwandi (2008:130) merupakan wawancara yang berbeda dengan wawancara terstruktur. Wawancara seperti ini digunakan untuk menemukan informasi


(1)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa :

a. Faktor Pengetahuan Organisasi

Seluruh pegawai di UPT Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung memiliki pengetahuan mengenai tujuan pemungutan retribusi parkir, aturan mengenai pembagian tugas, dan pengetahuan mengenai tarif retribusi parkir. Sedangkan juru parkir tidak mengetahui tujuan dari pemungutan retribusi parkir, dan pengetahuan mengenai tarif yang diberlakukan. Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman juru parkir mengenai peranan mereka yang sangat besar dalam meningkatkan pendapatan dari retribusi parkir, lalu pengetahuan tentang tarif yang berdampak pada kerugian bagi juru parkir. Keberhasilan dari pencapaian target retribusi parkir, sangat tergantung pada tingkat pengetahuan anggotanya yang dalam hal ini yaitu pegawai-pegawai di UPT Perparkiran dan juru parkir yang bertugas dilapangan.


(2)

100

b. Faktor Disiplin Kerja Pegawai

Kedisiplinan dalam waktu bekerja belum terlaksana dengan baik, yang diakibatkan karena pemimpin tidak bertindak tegas terhadap pegawai yang kurang disiplin dalam hal jam kerja. Pentingnya disiplin dalam jam kerja akan menumbuhkan rasa kesadaran dari dalam diri pegawai untuk selalu tepat waktu dalam mengerjakan tugasnya tanpa menunda yang akan membuat tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.

c. Faktor Pengawasan

Faktor pengawasan belum terlaksana dengan baik, karena masih terjadinya pungutan liar dan adanya juru parkir liar. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya pengawasan secara langsung yang dilakukan oleh kasubag TU UPT Perparkiran dan bukan hanya menerima laporan yang masuk dari pengelola saja.

d. Faktor Lain

Adanya lahan parkir yang hilang akibat pembangunan fly over di 3 titik wilayah di Kota Bandar Lampung. Akibat dari pembangunan 3 fly over tersebut yaitu hilangnya kantong parkir di beberapa titik wilayah pertokoan yang ikut tutup.


(3)

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

a. Perlu direncanakan dan dianggarkan untuk sosialisasi dari UPT Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung kepada juru parkir mengenai tujuan pemungutan retribusi parkir, agar seluruh juru parkir mengetahui tujuan pemungutan retribusi parkir maupun pengetahuan mengenai tarif resmi agar dapat menumbuhkan rasa motivasi yang kuat baginya dalam melakukan pekerjaan.

b. Pemimpin harus lebih tegas dalam hal disiplin kerja khususnya dalam hal jam masuk maupun jam pulang kantor, seperti halnya pemberlakuanfinger print agar setiap bulan dapat dievaluasi pegawai-pegawai yang tidak disiplin dalam hal jam kerja kantor. Selain itu kepala UPT harus lebih tegas untuk menetapkan sanksi untuk pegawai-pegawai yang melakukan kecurangan dalam hal pemungutan setoran maupun pemungutan retribusi parkir di parkir taman.

c. Perlu dilakukannya pengawasan secara langsung, agar tidak terjadi lagi pemungutan ganda di Jalan Pemuda dan sekitarnya dengan cara diberlakukannya parkir elektronik seperti di mall, yaitu ketika memasuki wilayah parkir taman, pengguna layanan parkir diberikan karcis yang berisi jam masuk pertama, lalu ketika keluar maka mereka harus membayar sesuai berapa lama mereka menggunakan parkir. Pemberlakuan


(4)

102

rompi maupun id card untuk juru parkir akan mengurangi jumlah juru parkir liar yang ada di Kota Bandar Lampung.

d. Perlu penambahan lokasi parkir yang telah hilang akibat pembangunan fly over di 3 titik di Kota Bandar Lampung untuk mengganti kantong parkir yang hilang akibat pertokoan tepi jalan yang ikut tutup.


(5)

Adisasmita, Rahardjo.2008.”Manajemen Pemerintahan Daerah”. Yogyakarta : Garaha Ilmu

Adisasmita, Rahardjo. 2011. “Pembiayaan Pembangunan Daerah”. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Basrowi, Suwandi. 2008. “Memahami Penelitian Kualitatif”. Jakarta: Rineka Cipta

Hasibuan, Malayu S.P. 2011. “Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah”. Jakarta: Bumi Aksara

Husaini, Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. 2009. “Metodologi Penelitian

Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Kaho, Josef Riwu. 2010. “Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik

Indonesia”.Jakarta: PT. Raja Grafindo

Mardiasmo. 2002. “Perpajakan”. Yogyakarta: Andi

Moleong, Lexy. J. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muluk, Khairul. 2006. “Desentralisasi Dan Pemerintahan Daerah”. Surabaya:

ITS Pres

Sangadji, Etta Mamang. Sopiah. 2010. “Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dalam Penelitian”. Yogyakarta: ANDI

Siahaan, Marihot Pahala. 2013. “Pajak daerah Dan Retribusi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah”. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta


(6)

Supriatna, Tjahya. 1993. “Sistem Administrasi Pemerintahan Di Daerah”. Jakarta: Bumi Aksara

Yani, Ahmad. 2008. “Hubungan Keuanagan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di Indonesia”. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Zuraida, Ida. 2012. “Teknik Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Pajak

Daerah Dan Retribusi Daerah”. Jakarta: Sinar Grafika Sumber Lain:

Format Penulisan Karya Ilmiah”.Universitas Lampung. Lampung

Dokumen-Dokumen:

Laporan Realisasi dan Target Anggaran Pendapatan Daerah 2009-2014 oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

Laporan Pendapatan Asli Daerah kota Bandar lampung 2009-2014 oleh Dinas Pendpatan Daerah Kota Bandar Lampung

Peraturan Daerah No. 05 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum

Peraturan walikota Bandar Lampung nomor 8 tahun 2008 tentang tugas, fungsi, dan tata kerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 83 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Reribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Website:

http://bambangpudjiyanto.com/article/12/1022/penyebab-retribusi-parkir.html http://digilib.unila.ac.id/6660/14/BAB%201.pdf)

http://pelitanusantara.com/news/2015/01/85-dishub-belum-capai-target.html. diakses pada tanggal 24/03/2015

e-journal.uajy.ac.id http://e-journal.uajy.ac.id