ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT MODAL KERJA PADA BANK BUMN DI PROVINSI LAMPUNG (PERIODE 2005:Q2-2014:Q4)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT MODAL KERJA PADA BANK BUMN DI

PROVINSI LAMPUNG (PERIODE 2005:Q2-2014:Q4)

Oleh

Matdalena Voria Rajagukguk

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memepengaruhi pertintaan kredit modal kerja pada Bank BUMN di Provinsi Lampung dengan variabel bebas suku bunga kredit modal kerja, inflasi Provinsi Lampung, dan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan data time series periode 2005Q2-2014Q4. Alat analisis yang digunakan adalah alat regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suku bunga kredit modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan, variabel laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung berpengaruh positif dan signifikan, dan variabel inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertintaan kredit modal kerja pada Bank BUMN di Provinsi Lampung.

Kata Kunci: permintaan kredit modal kerja, suku bunga kredit modal kerja, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE FACTORS THAT AFFECT DEMAND FOR WORKING CAPITAL LOANS TO STATE-OWNED BANKS IN THE

PROVINCE OF LAMPUNG (PERIOD 2005:Q2-2014:Q4)

By

Matdalena Voria Rajagukguk

This study aimed to analyze the factors that influence the demand for working capital loans at state-owned banks in the province of Lampung with independent variabels interest rates on working capital loans, inflation in Lampung Province, and the rate of economic growth in the province of Lampung. This study uses time series data period 2005:Q2-2014:Q4. Analysis tools used are multiple regression tool Ordinary Least Square (OLS). The result of this study indicate that the variable interest rates on working capital loans and a significant negative effect, the variable rate of economic growth in the Province of Lampung positive and significant impact, and variable inflation positive but not significant on the demand for working capital loans at State-owned Bank in Province of Lampung.

Key words: demand for working capital loans, interest rates on working capital loans, inflation, and rate of economic growth.


(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT MODAL KERJA PADA BANK BUMN DI

PROVINSI LAMPUNG PERIODE 2005:Q2 – 2014:Q4

Oleh

Matdalena Voria Rajagukguk

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI

pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Matdalena Voria Rajagukguk, penulis dilahirkan pada tanggal 12 Maret 1994 di Liwa, Kabupaten Lampung Barat. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Hizkia Thurman Rajagukguk dan Josita Ermina Simamora.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Tanjung Raya-Sukau pada tahun 2005, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 02 Liwa pada tahun 2008 dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 01 Liwa pada tahun 2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas lampung jurusan ekonomi pembangunan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Undangan (SNMPTN) Undangan. Pada tahun 2013 penulis melakukan kuliah kunjungan lapangan (KKL) ke Bank Indonesia, Kementrian Koperasi dan UKM, dan Badan Kebijakan Fiskal. Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Kota Batu, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur dan puji-pujian kepada Allah Bapa melalui Tuhan Yesus Kristus dan suka cita yang luar biasa, kupersembahkan karya yang sederhana ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kepada:

Ayah dan Ibuku tercinta Hizkia Thurman Rajagukguk dan Josita Ermina Simamora yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan dukungan,

serta mendoakan keselamatan dan kesehatan yang selalu menyertai setiap langkahku.

Ketiga adikku Jimmy Arton Rajagukguk, Reka Bonita Rajagukguk, dan Van Hiz Man Rajagukguk yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan doa.

Dan

Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(9)

MOTO

For My thoughts are not your thoughts, neither are your ways My ways, declares the LORD

(Isaiah 55:8)

If you don’t learn You don’t change If you don’t change

You will DIE

(Matdalena Voria Rajagukguk)

Succesful people don’t fear failure but understand that it’s necessary to learn and grow from

(Robert Kiyosaki)

Success is most often achieved by those who don’t know that failure is invitable


(10)

SANWACANA

Dengan mengucap puji syukur atas segala berkat, kasih karunia dan damai sejahtera yang diberikan Allah Bapa kepada setiap langkah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank BUMN di Provinsi Lampung (Periode 2005:Q2-2014:Q4)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Lampung beserta jajarannya;

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P, selaku ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E, selaku sekretaris jurusan Ekonomi Pembangunan;

3. Bapak Yournie Atmadja, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, saran dan kritik, dukungan, dan selalu meluangkan waktunya untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini; 4. Ibu Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si selaku Dosen Penguji atas

kesediaannya meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(11)

penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang luar biasa dan yang kusayangi, bapakku Hizkia Thurman Rajagukguk dan mamaku Josita Ermina Simamora yang telah merawat, membimbing, mendidik, mendoakan dan menyayangiku, serta memenuhi semua kebutuhanku dari dalam kandungan sampai kapanpun agar dapat menggapai sukses di dunia tanpa meninggalkan dan melupakan Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat;

8. Spesial untuk adik-adikku Jimmy Arton Rajagukguk, Reka Bonita Rajagukguk, dan Van Hiz Man Rajagukguk yang selalu memberikan dukungan penuh agar penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan baik; 9. Seseorang yang begitu berarti Try Gilbert Hutagalung, S.H, yang telah

memberikan warna dalam hidup, yang selalu sabar menemani kesana kemari, memberikan motivasi, dan menjadi tempat berbagi keluh kesah dan kebahagiaan;

10. Sahabatku sejak kecil Nur Farida Marbun, Sartini Roma Dame Nainggolan, dan Yanna Kristina Nainggolan terimakasih atas persahabatan yang telah menjadi persaudaraan ini;

11. Sahabat-sahabat di masa kuliah Cahya Permata, Enny Nadia Simanjorang, Iin Noviyanti, Nila Ayu, dan Nina Theresia Sitinjak terimakasih atas kebersamaan kita selama ini, semoga kita sukses di masa mendatang;


(12)

Richard, Thariq, Yustinus, Yaser, Rio dan semua teman-teman EP angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta skripsi-mate ku Rosya Arifia, S.E;

13. Teman-teman satu atapku di kost Wisma Dorothy Indah Julita Hasibuan, S.Sos., Lidia Widiarti, Jessica, Ria, Kak Debora, dan semua teman kosan, serta teman-teman KKN di Desa Kotabatu Kec. Bengkunat Pesisir Barat: Cahya, Gilbert, Rifa, Ryan, Wahyu, Wayan, Widya, Yandi, Yesi, Yuda, dan Yunika;

14. Seluruh teman-teman di Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (PKMK FEB) Universitas Lampung;

15. Untuk almamater tercinta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Semoga Tuhan Allah dalam nama Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberikan damai sejahtera, sukacita, berkat dan kasih karunia kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, 02 Mei 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 9

C. Tujuan ... ... 10

D. Kerangka berfikir ... ... 10

E. Hipotesis ... ... 13

F. Sistematika Penulisan ... ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Tinjauan Teori ... ... 15

1. Teori Permintaan ... ... 15

2. Teori yang Berkaitan dengan Permintaan Kredit ... ... 16

3. Tinjauan Umum Kredit ... ... 20

4. Tinjauan Umum Kredit Modal Kerja ... ... 27

5. Teori Suku Bunga ... ... 30

6. Teori Inflasi ... ... 35

7. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... ... 41

B. Tinjauan Empirik ... ... 45

III. METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis dan Sumber Data ... ... 50

B. Batasan Variabel ... ... 51

C. Metode Analisis Data ... ... 52

D. Spesifikasi Model Ekonomi ... ... 52

E. Prosedur Alat Analisis ... ... 53

1. Ordinary Least Square (OLS) ... 53

2. Uji Asumsi Klasik ... 55


(14)

2.2.Uji Multikolinearitas ... 55

2.3.Uji Heteroskedastisitas ... 56

2.4.Uji Autokorelasi ... 57

3. Uji Hipotesis ... 57

3.1.Uji F ... 58

3.2.Uji t ... 58

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Perhitungan Regresi (OLS) ... 60

B.Hasil Uji Asumsi Klasik ... 63

1. Hasil Uji Normalitas ... 63

2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 64

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 65

4. Hasil Uji Autokorelasi ... 66

C. Hasil Uji Hipotesis ... 66

1. Hasil Uji F ... 66

2. Hasil Uji t ... 67

D. Penafsiran Koefisien Determinasi ... 69

E. Pembahasan dan Interpretasi Hasil Penelitian ... 69

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Perkembangan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Suku Bunga KMK

pada bank umum di Provinsi Lampung Periode 2005 – 2014 ... 3

2. Ringkasan penelitianDeterminan Permintaan dan Penawaran Kredit di Indonesia ... 45

3. Ringkasan penelitian Determinan Permintaan Kredit Masyarakat pada Bank Umum di Provinsi Lampung. ... 46

4. Ringkasan penelitian Analisis Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2009 ... 46

5. Ringkasan Penelitian Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja Usaha Kecil di Kota Semarang (Studi Kasus Permintaan Modal Kerja Usaha Kecil Sektor Perdagangan Dari BMT) ... 47

6. Ringkasan penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, DPK, Tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap Posisi Kredit Modal Kerja (Studi kasus Bank Persero) ... 48

7. Ringkasan penelitianAnalisis Permintaan Kredit Konsumsi Bank Umum di Indonesia Periode 2001-2006 ... 49

8. Deskripsi Data Input ... 50

9. Hasil perhitungan regresi berganda (OLS) ... 60

10. Hasil Uji Normalitas ... 63

11. Hasil Uji Multikolinearitas ... 64

12. Hasil uji heteroskedastisitas Cross Term ... 65

13. Hasil uji heteroskedastisitas No Cross Term ... 65


(16)

15. Hasil uji F dengan tingkat kepercayaan 95% ... 67 16. Hasil Uji t dengan tingkat kepercayaan 95% ... 68


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Variabel ... L-1 2. Hasil Regresi OLS ... L-2 3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... L-3 4. Tabel Chi-Square ... L-4 5. Tabel F ... L-5 6. Tabel t ... L-6


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Hubungan antara Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank Persero di Provinsi Lampung dan Tingkat Suku Bunga Kredit

Modal Kerja Periode 2005Q2- 2014Q4 ... 6

2. Grafik Hubungan Pergerakan Permintaan Kredit Modal Kerja dan Inflasi yang Terjadi di Provinsi Lampung Periode 2005Q2-2014Q4 ... 7

3. Grafik Perkembangan Permintaan KMK dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung periode 2005Q2-2014Q4 ... 8

4. Kerangka Pemikiran ... 13

5. Kurva Tarikan Permintaan ... 37

6. Kurva Desakan Biaya ... 39

7. Kurva Inflasi Diimpor dan Stagflasi ... 40


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permintaan pinjaman bank atau kredit di Indonesia senantiasa mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal itu sangat wajar mengingat Indonesia sebagai Negara berkembang memerlukan pembangunan di segala bidang yang ada di masyarakat. Sebagian besar masyarakat memiliki uang yang terbatas sehingga mendorong mereka untuk melakukan pinjaman uang dalam bentuk kredit guna memenuhi kebutuhan financial masyarakat ataupun pengusaha dalam kegiatan ekonomi.

Pinjaman atau kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja


(20)

tidak kembali) sebagai contoh, dalam memberikan kredit bank harus

mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character

(kepribadian),Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan Condition of Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (panca C).

Kredit yang di berikan oleh bank ada bermacam jenisnya,sesuai dengan

kebutuhan nasabah dalam pemilihan kredit yang akan di gunakan nasabah untuk menggunakan dana dari bank sebagai modal untuk usaha, modal kerja, investasi, maupun digunakan untuk konsumsi pribadi.

Kredit yang cukup banyak menarik nasabah di Provinsi Lampung adalah kredit modal kerja (KMK), karena kredit jenis ini digunakan untuk dijadikan modal awal dalam bekerja.Kredit Modal Kerja (KMK) adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 tahun. Agunan utama adalah usaha yang dibiayai. Debitur menyerahkan agunan tambahan jika menurut penilaian Bank diperlukan.

Kredit modal kerja (KMK) yang di miliki oleh bank adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dan atau kebutuhan modal kerja yang bersifat khusus seperti untuk membiayai inventory / piutang / proyek atau kebutuhan khusus lainnya.


(21)

Provinsi Lampung sebagai provinsi yang berada di ujung Pulau Sumatera dan merupakan pintu gerbang perekonomian sumatera mulai meningkatkan kegiatan ekonominya di berbagai sektor baik industri, perdagangan, perhotelan, pertokoan, maupun jenis sektor usaha lainnya. Oleh karena itu, peningkatan kegiatan

ekonomi ini juga diimbangi dengan berbagai kemajuan dalam kegiatan usaha-usaha sektornya salah satu caranya adalah masyarakat yang terbatas modal dalam mendirikan usaha maupun melanjutkan usaha yang telah dijalaninya dengan meminjam uang atau modal di bank yaitu pinjaman berupa kredit modal kerja.

Tabel 1. Perkembangan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Suku Bunga KMK pada bank BUMN di Provinsi Lampung Periode 2005 – 2014

Tahun Kredit Modal Kerja (Juta)

Pertumbuhan (%)

Suku Bunga KMK (Rata-rata)

2005 1.678.149 - 15,71

2006 2.371.515 41,31 15,36

2007 3.466.042 46,15 13,47

2008 4.618.109 33,23 14,61

2009 5.107.099 10,58 14,18

2010 5.119.056 0,23 13.29

2011 8.104.094 58,30 12.29

2012 9.573.184 18,12 12.03

2013 10.386.135 8,50 11,79

2014 11.380.872 9,58 12,32

Sumber: Bank Indonesia (Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah - Indikator Ekonomi Regional Terpilih Provinsi Lampung 2005-2014)

Pada Tabel 1, terlihat bahwa pada tahun 2006 pertumbuhan jumlah kredit modal kerja sangat tinggi yaitu sebesar 41,31% peningkatan jumlah kredit modal kerja dari tahun sebelumnya sangat signifikan hal ini terjadi beriringan dengan turunnya suku bunga kredit modal kerja dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan permintaan terhadap kredit modal kerjanya meningkat.Pada tahun 2007 permintaan kredit modal kerja mengalami peningkatan kembali dari tahun


(22)

sebelumnya dan pertumbuhannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya, sama halnya dengan tahun 2006, pada tahun 2007 suku bunga kredit modal kerja kembali mengalami penurunan. Hal inilah yang mengasumsikan penyebab tingginya permintaan kredit modal kerja pada tanun 2007 (Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional: 2011).

Pada tahun 2008 jumlah permintaan kredit modal kerja meningkat dari tahun sebelumnya tetapi pertumbuhannya lebih rendah dari tahun sebelumnya. Suku bunga kredit modal kerja pada tahun 2008 meningkat cukup tinggi dari tahun sebelumya, hal ini terjadi dikarenakan pada tahun 2008 perekonomian Indonesia mengalami gejolak, terjadi inflasi yang tinggi yang menyebabkan suku bunga kredit mengalami peningkatan. Namun, walaupun tingkat suku bunga kredit tinggi hal ini tidak menurunkan permintaan terhadap kredit menurun, Bank Indonesia mencatat bahwa keadaan perbankan di Provinsi Lampung pada tahun 2008 tetap stabil, total aset juga terus bertambah, tetapi gejolak perekonomian yang terjadi ini juga menyebabkan kredit bermasalah meningkat (Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional: 2011).

Pada tahun 2009 permintaan terhadap kredit modal kerja meningkat dari tahun sebelumnya tetapi pertumbuhannya kembali mengalami penurunan sama seperti pada tahun 2008 dimana pertumbuhannya juga menurun dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 tingkat suku bunga kredit modal kerja menurun dari tahun 2008 tetapi tidak berdampak pada peningkatan pertumbuhan yang signifikan. Kinerja perbankan di Propinsi Lampung pada tahun 2009 cenderung menurun. Indikator-indikator perbankan seperti aset, kredit yang disalurkan, serta DPK yang berhasil


(23)

dihimpun perbankan terjadi penurunan. Di sisi lain, kredit bermasalah menurun. Pencabutan izin usaha salah satu BPR di Lampung turut menyumbang penurunan indikator-indikator kinerja Perbankan di Lampung (Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Reginal: 2009).

Pada tahun 2010 pertumbuhan permintaan kredit modal kerja mengalami penurunan yang sangat signifikan, pertumbuhannya hanya 0,23% hal ini

sedangkan tingkat suku bunga kredit modal kerja menalami penurunan dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 terjadi peningkatan pertumbuhan permintaan kredit modal kerja yang sangat signifikan lebih dari 50% yaitu sebesar 58,3% hal ini juga diimbangi oleh tingkat suku bunga yang turun sekitar 1% dari tahun sebelumnya. Kinerja perbankan Lampung pada tahun 2011 secara umum juga menunjukkan perkembangan yang baik. Aset perbankan mengalami pertumbuhan sebesar 19,11%. Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan sebesar 18,12%. Sedangkan penyaluran kredit/pembiayaan menunjukkan pertumbuhan sebesar 23,81% (Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional: 2011).

Tahun 2012, 2013 dan 2014 pertumbuhan permintaan kredit modal kerja tidak terlalu signifikan hanya berkisar diantara 8-12% dengan rata-rata suku bunga kredit modal kerjanya 11-12%. Pertumbuhan di ketiga tahun ini tidak seperti pada tahun 2011 yang pertumbuhannya mencapai diatas 50% (Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional: 2011).


(24)

Sumber: Badan Pusat Statistika dan Bank Indonesia (Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah - Indikator Ekonomi Regional Terpilih Provinsi Lampung 2005-2014)

Gambar 1. Grafik Hubungan antara PermintaanKredit Modal Kerja pada Bank BUMN di Provinsi Lampung dan Tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja Periode 2005Q2- 2014Q4

Pada grafik di atas terlihat sepanjang tahun 2005-2014 terjadi adanya

ketidaksamaan pergerakan permintaan kredit modal kerja dan tingkat suku bunga kredit modal kerja, hubungan keduanya berbanding negatif dimana saat suku bunga KMK menurun maka permintaan KMK akan meningkat. Grafik 1 mendukung hasil pengamatan Muhammad Shirot Raddhaniar (2008), Fischa Syafira Ayu (2011), dan Nresna Iqlima (2010).

Kadangkala para pengelola usaha masih enggan mengajukan kredit ke bank. Hal ini disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah tingkat suku bunga kredit yang diberikan bank. Menurut Rasidah Armaini (2007) mengemukakan bahwa suku bunga adalah balas jasa kepada orang yang menanggung atau balas jasa yang diterima oleh bank apabila bank memberikan kredit. Jika suku bunga kredit tinggi, ada kecenderungan permintaan kredit ke bank sedikit. Sebaliknya, jika suku bunga kredit rendah, maka semakin banyak jumlah permintaan kredit ke bank.

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 SBKmk kmk


(25)

Permasalahan terjadi ketika suku bunga kredit dan tingkat laju inflasi meningkat maka terjadi peningkatan pula pada total kredit modal kerja yang ada. Sedangkan jika di tinjau kembali, bahwa peningkatan total kredit modal kerja akan didorong oleh turunnya tingkat suku bunga kredit yang ada.

Hubungan tingkat suku bunga kredit pada bank dapat dikaji berdasarkan teori mengenai transmisi kebijakan moneter melalui jalur uang atau suku bunga (Money/interest rate channel). Dalam teori ini, peran bank dalam transmisi moneter ke sektor riil dilakukan disisi liabilitasnya, yaitu melalui kemampuannya menciptakan uang beredardalam bentuk deposit/giro.

Sumber:Bank Indonesia (Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah - Indikator Ekonomi Regional Terpilih Provinsi Lampung 2005-2014)

Gambar 2. Grafik Hubungan Pergerakan Permintaan KMK dan Inflasi yang Terjadi di Provinsi Lampung Periode 2005Q2-2014Q4

Pada grafik 2 diatas terjadi hubungan yang negatif antara permintaan KMK dan tingkat inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka akan semakin rendah jumlah permintaan KMK dan sebaliknya saat inflasi turun maka jumlah KMK yang di minta akan meningkat. Inflasi mengalami fluktuasi dan hampir tak pernah stabil,

0

2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

INFLASI kmk


(26)

hal ini disebabkan oleh keadaan perekonomian Indonesia tidak stabil yang

menyebabkan harga-harga dalam negeri menjadi tidak stabil pula.Tekanan inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifkan terutama dipicu oleh kenaikan harga BBM dan dampak lanjutannya seperti kenaikan tarif transportasi. Tekanan terhadap inflasi tersebut menjadi lebih tinggi seiring dengan faktor musiman menyambut hari raya Idul Fitri.

Sumber:Bank Indonesia (Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah - Indikator Ekonomi Regional Terpilih Provinsi Lampung 2005-2014)

Gambar 3. Grafik Perkembangan Permintaan KMK dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung periode 2005Q2-2014Q4

Pada grafik 3 terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung tidak konstan, pertumbuhannya mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan karena sektor utama perekonomian di Provinsi Lampung adalah berasal dari sektor pertanian yang mencapai diatas 30% (Bank Indonesia: Kajian Ekonomi Regional). Hasil pertanian sangat ditentukan oleh pola musim, sehingga apabila produksi hasil pertanian rendah maka secara tidak langsung perekonomian akan melambat.

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 20 05 Q2 20 05Q4 20 06Q2 20 06Q4 20 07Q2 20 07Q4 20 08Q2 20 08Q4 20 09Q2 20 09Q4 20 10Q2 20 10Q4 20 11Q2 20 11 Q4 20 12Q2 20 12Q4 20 13Q2 20 13Q4 20 14Q2 20 14Q4 PEL kmk


(27)

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung merupakan suatu indikator keberhasilan pembangunan di Provinsi Lampung. Pertumbuhan ekonomi mendorong naiknya pendapatan perkapita, sehingga menaikkan pendapatan riil dan Marginal Propensity to Saving (MPS) masyarakat. Dengan pendapatan rill masyarakat yang besar maka akan dapat mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Ini berarti peluang mendapatkan keuntungan yang besar dalam membuka usaha yang berarti modal yang diperlukan semakin besar akibat permintaan konsumsi semakin tinggi untuk memenuhinya maka output semakin tinggi, hal ini mendorong pengusaha melakukan permintaan kredit modal kerja sehingga permintaan kredit modal kerja juga ikut meningkat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka mendorong penulis untuk membuat penelitian berbentuk skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT MODAL KERJA PADA BANK BUMN DI PROVINSI LAMPUNG (PERIODE 2005:Q2 – 2014:Q4)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka didapatlah permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh dari tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank BUMN di Provinsi Lampung 2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap permintaan Kredit Modal Kerja pada


(28)

3. Bagaimana pengaruh laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung terhadap permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank BUMN di Provinsi Lampung? 4. Variabel mana yang paling dominan mempengaruhi permintaan Kredit Modal

Kerja pada Bank BUMN di Propinsi Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh dari tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap permintaan Kredit Modal Kerja (KMK) pada Bank BUMN di Provinsi Lampung.

2. Untuk menganalisis pengaruh dari tingkat Inflasi terhadap permintaan Kredit Modal Kerja (KMK) pada Bank BUMN di Provinsi Lampung.

3. Untuk menganalisis pengaruh dari Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung terhadap permintaan Kredit Modal Kerja (KMK) pada Bank BUMN di Provinsi Lampung.

4. Untuk menganalisis Variabel apa yang paling dominan mempengaruhi

permintaan kredit modal kerja (KMK) pada Bank BUMN di Provinsi Lampung

D. Kerangka Pemikiran

Seperti perusahaan lainnya perbankan memiliki tujuan dalam memaksimumkan keuntungan. Namun bank juga memiliki fungsi sebagai lembaga keuangan dalam menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus spending unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit spending unit), fungsi ini


(29)

disebut intermediasi. Intermediasi pada bank umum dapat dilakukan pemenuhan permintaan akan kredit modal kerja kepada masyarakat/pembisnis, dimana pihak masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan dana (deficit spending unit) dan Bank sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus spending unit). Secara umum permintaan kredit modal kerja dipengaruhi oleh beberapa variabel.

Khususnya dari sisi permintaan, dimana suku bunga kredit dari Bank akan memberikan dampak negatif terhadap permintaan kredit, yang mana semakin tinggi suku bunga kredit modal kerja akan menurunkan permintaan kredit modal kerja, ini disebabkan oleh semakin tingginya suku bunga maka pengembalian untuk membayar pokok pinjaman ditambah dengan penggunaan waktu akan semakin tinggi atau dalam arti kata lebih mahal biaya untuk melaksanakan usaha. Sebaliknya apabila suku bunga rendah maka akan meningkatkan permintaan kredit modal kerja. Ini disebabkan apabila nilai suku bunga rendah maka tingkat pengembalian modal pokok ditambah dengan biaya waktu penggunaan modal tersebut tidak terlalu tinggi atau dalam kata lain biaya melakukan usaha tidak mahal.

Inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit modal kerja. Inflasi yang stabil dapat mengindikasi kondisi yang sehat dalam melakukan usaha di dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi yang tinggi akan memberikan penjelasan bahwa kondisi perekonomian sedang dalam keadaan yang tidak baik untuk melakukan usaha, terdapat ketidakpastian dan memiliki resiko yang tinggi dalam pelaksanaan pembukaan usaha baru menurun ini berarti keperluan modal


(30)

tambahan kerja akan menurun. Akibatnya hal ini akan direspon dengan menurunnya tingkat permintaan kredit modal kerja.

Pertumbuhan ekonomi mencerminkan PDRB yang secara sederhana dapat

diartikan sebagai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit kegiatan ekonomi yang berada diwilayah bersangkutan. Apabila PDRB meningkat maka

pertumbuhan ekonomi juga meningkat, ini berarti daya beli masyarakat ikut meningkat sehingga konsumsi masyarakat juga ikut meningkat. Ini berarti peluang mendapatkan keuntungan yang besar dalam membuka usaha yang berarti modal yang diperlukan semakin besar akibat permintaan konsumsi semakin tinggi untuk memenuhinya maka output semakin tinggi, hal ini mendorong pengusaha

melakukan permintaan kredit modal kerja sehingga permintaan kredit modal kerja juga ikut meningkat.

Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh secara positif terhadap permintaan kredit modal kerja. Artinya semakin tinggi pendapatan maka permintaan kredit akan semakin meningkat. Ini mengindikasi bahwa apabila keadaan ekonomi yang baik akan tercermin pada peningkatan pendapatan regional sehingga permintaan kredit akan direspon dengan memiliki peningkatan.


(31)

Gambar 4. Kerangka pemikiran E. Hipotesis

1. Suku Bunga Kredit Modal Kerja (X1) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap permintaan kredit modal kerja (KMK) pada Bank BUMN di Provinsi Lampung

2. Diduga Inflasi (X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja (KMK) pada Bank BUMN di Provinsi Lampung

3. Diduga Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja (KMK) pada Bank BUMN di Provinsi Lampung

4. Diduga variabel Suku Bunga Kredit Modal Kerja (X1) merupakan variabel yang

paling dominan mempengaruhi permintaan Kredit Modal Kerja (KMK) pada Bank BUMN di Provinsi Lampung

PERMINTAAN KREDIT MODAL KERJA PADA BANK BUMN DI PROV.

LAMPUNG SUKU BUNGA KREDIT

MODALKERJA (-)

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG

(+)

INFLASI PROV. LAMPUNG


(32)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari:

Bab I. Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan.

Bab II. Tinjauan pustaka. Berisikan teori-teori yang sesuai dengan kredit khususnya kredit modal kerja (KMK) di perbankan dan variabel-variabel yang mempengaruhinya serta rujukan dari penelitian terdahulu.

Bab III. Metodelogi penelitian. Berisikan tahapan-tahapan penelitian, data dan sumber data, batasan variabel, alat analisis serta pengujian hipotesis. Bab IV. Hasil perhitungan dan pembahasan. Berisikan analisis hasil

perhitungan secara kuantitatif dan kualitatif. Bab V. Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Teori Permintaan

Banyak teori yang membahas tentang teori permintaan, karena permintaan sangat mempengaruhi jumlah output yang akan dihasilkan ketika harga bersifat kaku. Karena permintaan ini dapat mempengaruhi perekonomian jangka pendek. Para ahli ekonomi mempelajari teori permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, yang berguna dalam menstabilkan perekonomian jangka pendek (Mankiw, 2003).

Teori permintaan menjelaskan bagaimana sifat permintaan para pembeli dalam membeli barang dan jasa. Menurut Tragakes (2011), hukum permintaan menjelaskan tentang hubungan negatif antara harga barang dan permintaan di periode tertentu; citeris paribus. Tragaker (2011) juga menjelaskan terdapat faktor selain harga yang dapat mempengaruhi permintaan, yaitu pendapatan (dalam kasus-kasus barang inferior dan barang normal), selera, harga barang lain (dalam kasus-kasus subtitusi dan komplementer) dan perubahan demografis.

Alan Glanville dan Jacob Glanville (2011) juga berpendapat sama, mereka menjelaskan persamaan pada fungsi permintaan. Mereka mengasumsikan kuantitas pemintaan suatu barang dan jasa sebagai variabel terikat dipengaruhi


(34)

beberapa variabel bebas yaitu harga produk itu sendiri, harga produk yang merupakan substitusi atas barang yang diminta, harga produk yang merupakan komplementer dari produk yang diminta, pendapatan rumah tangga, selera, jumlah penduduk, iklan, ekspektasi dan lain-lain.

Menurut Mankiw (2000), keynes menyatakan bahwa konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan sekarang, akan tetapi ada studi terbaru yang menyatakan konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan sekarang tetapi juga dipengaruhi oleh kekayaan, pendapatan masa depan yang diduga dan tingkat bunga.

2. Teori yang Berhubungan dengan Permintaan Kredit 2.1. Teori kuantitas uang : Irving Fisher

Teori permintaan uang yang dikembangkan atas dasar pemikiran aliran klasik atau lebih dikenal dengan Teori Kuantitas Uang menjelaskan peranan uang terhadap perekonomian secara umum yang pertama kali dijelaskan oleh Irving Fisher pada tahun 1911 melalui The Quantity Theory of Money yang termuat dalam bukunya berjudul The Purchasing Power of Money.

Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan

pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan monetarist (Milton Friedman) bahwa inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya, selalu merupakan sebuah fenomena


(35)

hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi.

Jika kita mengacu pada teori kuantitas uang tersebut, maka penyebab utama dari satu-satunya yang memungkinkan inflasi muncul adalah terjadinya kelebihan uang sebagai akibat penambahan jumlah uang beredar di masyrakat. inflasi hanya semata-mata merupakan gejala moneter. Artinya, perubahan indeks harga umum hanya diakibatkan oleh perubahan jumlah uang beredar. Jika bank Sentral ingin mencapai dan memelihara tingkat inflasi yang rendah dan stabil, maka yang harus dilakukan adalah mengendalikan atau mengontrol jumlah uang beredar.

2.2. Teori Kuantitas Modern

Teori ini menganggap bahwa permintaan uang sama hal nya dengan permintaan uang untuk kekayaan finansial atau fisik yang lain.dalam teori konsumsi

permintaan barang-barang ditentukan oleh harga barang itu sendiri dan juga faktor faktor lain. demikian juga dalam pemilihaan kekayaan yangn di pegang

ditentukan oleh karakteristik masing masing termasuk didalamnya hasil yang di dapat berkaitan dengan kekayaan tersebut , alternatif pilihan bagi pemegang kekayaan dibatasi oleh kendala kekayaan (Wealthconstraint).

Menurut Friedman (1956) uang dapat di anggap sebagai salah satu dari lima cara pemegang kekayaan yaitu : Uang, Obligasi, Saham, Barang Barang Fisik Dan Kekayaan Humani. Masing masing mempunyai karakteristik yang berbeda dan menawarkan hasil yang berbeda pada peserta resiko masing-masing. Secara singkat permintaan uang friedman dapat di tuliskan sebagai berikut :


(36)

Perumusan teori kuantitas modern banyak dipengaruhi oleh analisis liquidity preference yang menekankan pada pemilihan portofolio subtitusi uang dengan obligasi,saham dan lain lainnya.

2.3. Teori Cambridge (Marshall-Pigou)

Teori ini seperti halnya teori Fisher dan teori-teori klasik lainnya, berpangkal pokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (means of 25 exchange). Karena itu, teori-teori Klasik melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk tujuan transaksi. Perbedaan utama antara teori ini dengan Fisher, terletak pada tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge pada perilaku individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara berbagai kemungkinan bentuk kekayaan, yang salah satunya berbentuk uang. Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang.

Teori Cambridge lebih menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor

kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan/harapan dari masyarakat mengenai masa mendatang.

2.4. Teori Keynes

Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori yang bersumber dari teori Cambridge, tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan


(37)

teori moneter tradisi klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian dikenal dengan nama teori Liquidity Preference.

2.4.1. Motif Transaksi dan Berjaga-jaga

Orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksinya, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk tujuan transaksi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi ini pun tidak merupakan suatu proporsi yang selalu konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Hanya saja faktor tingkat bunga untuk permintaan transaksi untuk uang ini tidak ditekankan oleh Keynes, akan tetapi tingkat bunga ditekankan pada permintaan uang untuk tujuan spekulasi.

2.4.2. Motif Spekulasi

Sesuai dengan namanya, motif dari memegang uang ini adalah terutama untuk tujuan memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan benar. Pada teori Cambridge faktor ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa mempengaruhi permintaan akan uang dari pemilik kekayaan tersebut. Namun sayangnya teori ini tidak pernah membakukan faktor-faktor ini ke dalam perumusan teori moneter mereka. (Kita lihat bahwa bentuk permintaan dari teori Cambridge tidak berbeda dengan Fisher, dan faktor-faktor


(38)

ini hanya masuk analisa secara kualitatif). Perumusan permintaan uang untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan langkah “formalisasi” dari faktor-faktor ini ke dalam teori moneter.

3. Tinjauan Umum Kredit

Salah satu usaha dari bank adalah memberikan fasilitas kredit kepada nasabah. Bagian yang terbesar dari aktiva produktif atau aktiva yang dimiliki oleh suatu bank adalah kredit yang diberikan, hal ini disebabkan, pertama salah satu tugas pokok perbankan adalah menyalurkan dana-dana yang dikumpulkan dari masyarakat dalam bentuk kredit, kedua bahwa dari pemberian kredit kepada masyarakat bank akan mendapatkan keuntungan berupa bunga, provisi komisi dan biaya adminstrasi yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan penanaman dalam bentuk aktiva lainnya.

Dalam bahasa Yunani, kredit adalah „credere‟ yang bearti kepercayaan, oleh sebab itulah dasar dari kredit adalah kepercayaan (Moh. Tjoekam, 1999 : 1). Sehingga dapat dikatakan seorang yang mendapatkan kredit adalah seseorang yang mendapatkan kepercayaan. Sedangkan dalam bahasa Latin, kredit adalah „creditum‟ yang bearti kepercayaan akan kebenaran (Thomas Suyatno, 1993 : 12). Selanjutnya beberapa ahli pun mendefinisikan kredit, salah satunya Anwar

(2002:14) dalam bukunya yang berjudul praktek perbankan, kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang yang disertai dengan kontraprestasi (balas jasa) yang berupa uang.


(39)

Kredit menurut Hasibuan (2001:87) dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar perbankan, kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Kredit menurut Rivai (2007:4) dalam bukunya yang berjudulcredit mangement handbook,kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. Kredit menurut Muljono (1993), kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau melakukan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Adapun beberapa devinisi kredit menurut Undang-Undang Perbankan di Indonesia antara lain menurut Undang-Undang Perbankan No. 14 Tahun 1967, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.


(40)

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun1998, kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Ryan Kiryanto, berdasarkan hasil pengamatan lembaga perbankan, permintaan kredit selalu berubah. Perubahan itu diakibatkan oleh perubahan suku bunga dari tahun ke tahun sebagai indikasi perubahan konsumtif, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Perubahan pola konsumtif ini akan berdampak pada perubahan harga.

Keuntungan terbesar yang diperoleh bank berasal dari pinjaman (kredit). Menurut Mishkin (2008:294) kredit merupakan kewajiban individu atau perusahaan yang menerimanya, tetapi merupakan aset bagi bank, karena kredit tersebut dapat memberikan laba bagi bank. Kredit memiliki sifat kurang likuid daripada aset lain yang dimiliki bank karena dana kridit tidak dapat dialihkan menjadi tunai hingga jatuh tempo pembayaran. Selain itu kredit dinilai lebih berisiko dari pada aset lain yang dimiliki bank karena memiliki kemungkinan gagal bayar yang lebih tinggi. Dikarenakan kredit memiliki sifat kurang likuit dan memiliki reiko tinggi sehingga bank mendapatkan imbal hasil yang lebih besar dari kredit dibandingkan aset lainnya.

3.1. Tujuan Kredit

Pemberian kredit dimaksutkan untuk mendapatkan keuntungan (Thomas Suyatno, 2004:15). Sehingga jika bank merasa yakin kepada nasabahnya dapat


(41)

mengembalikan pinjamannya dengan tambahan bunga yang ditentukan maka bank tersebut akan memberikan pinjaman kepada nasabahnya dalam bentuk kredit. Kredit memiliki tujuan yang saling berkaitan apabila berhubungan dengan

pemberian kreditnya menurut Sinungan (1995) yaitu profitabilitas (pemberi kredit memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diterima dari pemungutan bunga) dan Safety (terjaminnya keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan, sehingga tidak ada hambatan dalam mencapai profitabilitas yang dituju).

Sedangkan menurut Kasmir (2001 : 16) tujuan pemberian kredit adalah mencari keuntungan, membantu usaha nasabah dan embantu poemerintas dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3.2. Fungsi Kredit

Pada dasarnya, fungsi pokok kredit adalah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumen yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia (Rachmat Firdaus 2003:13). Menurut kasmir (2002:107) bahwa fungsi kredit yaitu untuk meningkatkan daya guna uang, untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, untuk meningkatkan daya guna barang, meningkatkan peredaran barang, sebagai alat stabilitas ekonomi, untuk

meningkatkan kegairahan berusaha, untuk meningkatkan pemerataan pendapatan dan untuk meningkatkan hubungan internasional.


(42)

3.3.Unsur-Unsur Kredit

Kepercayaan adalah dasar suatu lembaga kredit dalam memberikan kredit kepada nasabahnya, oleh sebab itu maka pemberian kredit sama artinya dengan

pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa lembaga kredit tidak akan memberikan kredit kepada nasabahnya apabila lembaga tersebut tidak memiliki keyakinan bahwa peminjam akan mengembalikan hutangnya sesuai dengan waktu dan bunga yang ditetapkan.

Menurut Kasmir ( 2002:94 ),unsur-unsur kredit yaitu kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, resiko an balas jasa. Menurut Rachmat Firdaus ( 2004:3 ), kredit akan dapat dilakukan apabila terpenuhinya unsur-unsur seperti di bawah ini yaitu: - adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang, atau jasa yang bersedia

untuk meminjamkan kepada pihak lain (kreditur)

- adanya pihak yang membutuhkan uang, barang, atau jasa (debitur) - adanya kepercayaan dari kreditur kepada debitur

- adanya janji dan kesanggupan untuk membayar kembali dari debitur kepada kreditur

- adanya perbedaan waktu antara penyerahan uang, barang atau jasa oleh kreditur dan saat pembayaran kembali daridebitur

- adanya resiko sebagai akibat perbedaan waktu ( waktu sekarang dan waktu yang akan datang )

3.4. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Aryanti ( 2004:10 ). Jenis-jenis kredit didasarkan atas :


(43)

1. Kredit ditinjau Penggunaanya.

a. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung terhadap kebutuhan manusia. Misalnya : Kredit untuk membeli kebutuhan seperti bahan makanan, pakaian, rumah dan sebagainya. b. Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan

produktif dalam arti dapat meningkatkan utility (daya guna). Kredit Produktif ini terbagi menjadi 3 bagian :

1. Kredit Investasi, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang untuk modal tetap dan tahan lama.

Misalnya : membeli gedung, tanah, kendaraan, mesin-mesin baru dan alat-alat produksi lainnya.

2. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit yang ditujukan untuk keperluan modal kerja yang habis dalam satu atau beberapa kali produksi. Misalnya : untuk membeli bahan-bahan mentah gaji/upah, sewa gedung/kantor, pembelian barang-barang dagangan dan lainnya. 3. Kredit Likuiditas, yaitu kredit yang tidak mempunyai tujuan konsumtif

secara langsung tidak pula bertujuan produktif melainkan mempunyai tujuan untuk membantu perusahaan yang sedang ada dalam kesulitan likuiditas dalam rangka pemeliharaan kebutuhan minimalnya.

2. Kredit di tinjau dari segimateri yang dialihkannya.

a. Kredit dalam bentuk uang (Money Credit) adalahkredit

yangpadaumumnya diberikan oleh bank dalam bentuk uang dan pengembaliannya dalam bentuk uang juga


(44)

b. Kredit dalam bentuk bukan uang (Non Money Credit) adalah kredit berupa barang-barang atau jasa, yang biasanya diberikan oleh perusahaan dagang dan sebagainya.

3. Kredit ditinjau dari cara penggunaanya.

a. Kredit Tunai (Cash Credit) yaitu kredit yang penguangannya dilakukan tunai atau pembukuan kedalam rekening debitur atau rekening yang ditunjukan debitur.

b. Kredit bukan/tidak Tunai (Non Cash Credit) yaitu kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat perjanjian ditandatangani melainkan diperlukan adanya tenggang waktu sesuai yang dipersyaratkan. 4. Kredit Menurut Jangka Waktunya

a. Kredit Jangka Pendek yaitu kredit yang berjangka waktu maksimal 1 (satu) tahun. Biasanya kredit jangka pendek ini cocok untuk membiayai kebutuhan modal kerja.

b. Kredit Jangka Menengah yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun. Kredit jangka menengah ini biasanya berupa kredit modal kerja, atau kredit investasi yang relative tidak terlalu besar

jumlahnya. Misalnya untuk pembelian.

c. Kredit Jangka Panjang yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun. Kredit macam ini biasanya cocok untuk kredit investasi seperti pembelian mesin-mesin berat, pembangunan gedung, pabrik, perkebunan, kredit pembelian rumah (KPR) dan lain sebagainya.


(45)

4. Tinjauan Umum Tentang Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai perputaran suatu usaha kredit modal kerja pada umumnya berjangka pendek yang dapat bersifat tetap selama jangka waktu kredit atau menurun sesuai dengan kondisi perputaran usaha nasabah.

Dalam pemberian kredit modal kerja harus diyakini bahwa dilunasi oleh nasabah sesuai dengan jangka waktu yang dijanjikan namun demikian apabila berdasarkan analisis dan berbagai pertimbangan yang dilakukan oleh pejabat kredit dapat dimungkinkan untuk diperpanjang jangka waktunya atau diberikan suplesi.

Sektor-sektor ekonomi yang dapat dibiayai oleh kredit modal kerja yaitu: a. Sektor Pertanian

Yakni untuk membiayai semua jenis kegiatan yang sangat tergantung dan menunjang hasil usaha bercock tanam sepeti pengecer pupuk atau obat-obatan pengusaha kecil yang mengumpulkan segala hasil pertanian, perikanan,pertenakan atau perkebunan dan memasarkan kembali dengan atau tanpa proses lebih lanjut.

b. Sektor Perindustrian

Yakni untuk pembiayaan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah barang jadi

c. Sektor perdagangan

Yakni untuk pembiayaan dan penjualan atau pemasaran barang dagangan, misalnya perdagangan sembilan bahan pokok untuk keperluan sehari-hari. Material bangunan, batik atau kain, minyak tanah dan lain sebagainya


(46)

d. Sektor Jasa lainnya

Yakni untuk pembiayaan usaha yang besifat pelayanan jasa kepada umum, misalnya pengbengkelan, salin, penjahit, dsb.

e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap

Merupakan kredit yang digunakan untuk pembiayaan yang habis pakai,yang bukan merupakan pembelian harta berwujud, pembiyaan tersebut semata-mata hanya merupakan biaya, dan tidak mengahsilkan sesuatu yang berbentuk fisik.

Kredit modal kerja jenis ini dibagi menjadi dua yaitu yang sifatnya konsumtif dan non konsumtif.

1. Kredit modal kerja golongan berpenghasilan tetap yang sifatnya konsumtif yaitu,kredit modal kerja yang digunakan untuk pembiayaan yang habis pakai yang tidak secara langsung memberikan banyak dampak perbaikan taraf hidup peminjam, misalnya, biaya pesta perkawinan, biaya khitanan, biaya RS/pengobatan dan lain-lain. 2. Kredit modal kerja golongan berpenghasilan tetap yang bersifat non

konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk pembiayaan

keperluan yang dapat menunjang dan menaikan taraf hidup peminjam misalnya biaya perbaikan rumah, biaya sekolah maupun kuliah. Menurut Syahyunan (2004:40) faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah:

1. Volume penjualan

1. Besar kecilnya skala usaha perusahaan 2. Aktivitas perusahaan


(47)

3. Perkembangan teknologi

4. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas.

Lembaga keuangan yang memberikan kredit menurut saluran-saluran formal adalah bank, dimana bank mempunyai dua tugas pokok yang utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan melepaskan kembali dana itu kepada masyarakat dalam bentuk kredit, dengan demikian setiap kita berbicara mengenai kredit,tidak akan terlepas dari kegiatan dan fungsi bank.

Berdasarkan uraian diatas, maka kredit modal kerja merupakan salah satu jenis kredit yang diberikan bank kepada nasabahnya untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan barang maupun proses produksi sampai barang tersebut terjual. Pengertian kredit modal kerja menurut

Dendawijaya (2001:27) adalah: “kredit yang diberikan bank kepada nasabah (debitur) untuk memenuhi kebutuhan modal kerja debitur”. Prinsip dari modal kerja ini adalah penggunaan modal yang akan habis dalam satu siklus usaha yaitu dimulai dari perolehan uang tunai dari kredit bank kemudian digunakan untuk membeli barang dagangan atau bahan-bahan baku kemudian diproses menjadi barang jadi lalu dijual baik secara tunai atau kredit selanjutnya memperoleh uang tunai kembali. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan

membutuhkan dana yang cukup untuk menjamin kelangsungan operasinya tersebut.


(48)

5. Teori Suku Bunga

5.1. Pandangan Klasik.

Pandangan akan perekonomian menurut para ahli ekonomi klasik adalah

:Perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang penuh (Full Employment). Pandangan ini didasarkan atas keyakinan bahwa :

1. Fleksibilitas tingkat bunga akan mewujudkan kesamaan/keseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat dari jumlah

tabungan dan investasi pada kondisi penggunaan tenaga kerja penuh.Tingkat bunga akan menentukan besarnya tabungan rumah tangga maupun investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam perekonomian. Menurut para ahli, tingkat suku bunga akan berubah-ubah sampai mencapai tingkat keseimbangan di mana besarnya tabungan = investasi.

2. Fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan keadaan di mana

permintaan dan penawaran tenaga kerja akan mencapai keseimbangan pada penggunaan tenaga kerja penuh.Para ahli ekonomi klasik

beryakinan apabila terjadi pengangguran, mekanisme pasar akan menciptakan penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar tenaga kerja sehingga pengangguran pada akhirnya dapat dihapuskan. Asumsi yang digunakan para ahli ekonomi klasik antara lain :


(49)

- Keuntungan maksimum akan dicapai pada keadaan di mana upah adalah sama dengan produksi marjinal (biaya untuk memproduksi tambahan produk baru)

5.2. Pandangan Keynes

Teori makroekonomi berkembang setelah J.M. Keynes menunjukkan kelemahan-kelemahan pandangan para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat perekonomian suatu negara yang didasari oleh penggunaan tenaga kerja penuh. Pandangan Keynes yaitu :

- Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian.

Perbedaan pandangan Keynes dan Ekonomi Klasik didasarkan atas perbedaan pendapat yang bersumber dalam persoalan berikut:

1. Faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan dan tingkat investasi dalam perekonomian.

Menurut pandangan ahli ekonomi klasik faktor penentu besarnya tabungan dan investasi adalah tingkat suku bunga. Akan tetapi, menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung pada tinggi rendahnya tingkat suku bunga, tetapi tergantung pada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga. Artinya semakin besar tingkat pendapatan rumah tangga semakin besar pula tabungan dan sebaliknya.


(50)

Dalam pandangan Keynes terhadap besarnya investasi, dia beranggapan bahwa tingkat bunga bukan merupakan satu-satunya komponen utama dalam

menentukan besarnya investasi. Besarnya investasi juga ditentukan oleh faktor lain seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan perkembangan di masa depan, dan tingkat penggunaan dan perkembangan teknologi. Jadi meskipun tingkat bunga tinggi, namun apabila keadaan perekonomian sekarang baik untuk dilakukan investasi dan prospek ke depannya sangat baik, maka kegiatan investasi tetap akan dilakukan.

2. Hubungan antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha.

Para ahli ekonomi klasik beranggapan bahwa dengan asumsi ceteris paribus, penurunan tingkat upah tidak akan mempengaruhi biaya produksi marjinal (biaya untuk memproduksi tambahan produk baru). Akan tetapi menurut Keynes, tidaklah demikian. Dia beranggapan bahwa penurunan tingkat upah akan menurunkan daya beli masyarakat. Turunnya daya beli masyarakat akan menurunkan tingkat pengeluaran dan berakibat pada turunnya tingkat harga barang dan jasa. Turunnya tingkat permintaan terhadap barang dan jasa akibat lemahnya daya beli masyarakat akan berakibat pada penurunan kapasitas produksi yang artinya pengurangan jumlah tenaga kerja. Dengan demikian penurunan tingkat upah tidak dapat menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment).

Karena perbedaan pendapat antara Keynes dengan para ahli ekonomi klasik di atas, Keynes juga mempunyai pandangan tersendiri terhadap faktor yang menjadi


(51)

penentu tingkat kegiatan ekonomi suatu negara. Menurut Keynes, faktor penentu kegiatan ekonomi suatu negara adalah permintaan efektif. Yang dimaksud dengan permintaan efektif adalah permintaan yang disertai kemampuan untuk membayar barang-barang dan jasa-jasa dalam wujud perekonomian.

Dengan bertambah besarnya permintaan efektif dalam perekonomian, bertambah pula tingkat produksi yang akan dicapai oleh sektor perusahaan. Keadaan ini dengan sendirinya akan menyebabkan pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi, penggunaan tenaga kerja dan faktor-faktor produksi.

Dalam analisis Keynes, dia membagi permintaan agregat kepada dua jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman modal oleh pengusaha. Akan tetapi, dalam analisis makro ekonomi, pengeluaran pemerintah dan ekspor juga ikut mempengaruhi pengeluaran agregat. Berikut adalah penjelasan faktor yang mempengaruhi permintaan agregat :

1. Konsumsi dan Investasi.

Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan

mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya.

Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisih antara produksi nasional (dengan asumsi full employment) dengan tingkat konsumsi (penggunaan produk) menjadi semakin besar. Agar mencapai


(52)

penggunaan tenaga kerja penuh, para pengusaha perlu melakukan investasi sebesar selisih antara tingkat konsumsi dan produksi tersebut. Jika besarnya investasi tidak mencapai jumlah tersebut, maka akan terjadi pengangguran. Karena kondisi tersebut dalam kondisi nyata tidak selalu tercapai, maka pengangguran akan selalu ada.

Untuk investasi, seperti yang telah disebutkan di atas, dipengaruhi oleh tingkat bunga dan efisiensi marjinal modal.Tingkat bunga menurut Keynes dipengaruhi oleh jumlah permintaan uang (yaitu keinginan masyarakat untuk memperoleh uang untuk digunakan untuk berbagai keperluan seperti transaksi, tabungan, spekulasi dan atau untuk kebutuhan mendadak) dan jumlah penawaran uang (yaitu uang yang ada dalam perekonomian dan dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa).

Apabila penawaran uang > permintaan uang, maka tingkat suku bunga akan naik untuk menyerap kelebihan dana yang beredar di masyarakat, dan sebaliknya jika penawaran uang < permintaan uang, suku bunga tabungan akan turun agar masyarakat memilih untuk berinvestasi dan mencairkan tabungannya sehingga jumlah penawaran uang akan meningkat.

Efisiensi marjinal modal yaitu tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkan yang dipengaruhi oleh faktor seperti kondisi ekonomi sekarang, penggunaan teknologi dan ramalan prospek ekonomi di masa mendatang. Semakin tinggi tingkat efisiensi modal semakin besar pula investasi dan sebaliknya.


(53)

2. Pengeluaran Pemerintah dan Ekspor

Dalam analisis makroekonomi dan perhitungan pendapatan nasional (dengan pendekatan pengeluaran) pengeluaran pemerintah dan ekspor juga merupakan bentuk pengeluaran.

Besarnya tingkat pengeluaran pemerintah (G) akan mempengaruhi produksi nasional karena pemerintah sendiri merupakan konsumen yang besar. Sehingga konsumsi dari pemerintah juga mencakup sebagian besar dari konsumsi nasional. Ekspor menunjukkan permintaan efektif yang berasal dari luar negeri. Semakin besar ekspor semakin banyak pula produksi nasional yang dikonsumsi.

6. Teori Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab


(54)

meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Secara garis besar, teori inflasi dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 6.1. Teori Kuantitas

Inflasi disebabkan oleh:

1. Jumlah uang beredar. Kenaikan jumlah uang yang beredar akan menimbulkan inflasi

2. Harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang Ada 3 kemungkinan, yaitu :

a) Masyarakat tidak mengharapkan harga-harga naik pada masa mendatang sehingga sebagian uang yang diterimanya disimpan, akibatnya harga-harga tidak naik dan ini merupakan awal munculny inflasi.

b) Masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi sehingga penambahan jumlah uang tidak disimpan melainkan digunakan untuk membeli barang. Hal ini menjadikan kenaikan permintaan sehingga harga-harga akan meningkat.

c) Dalam tahap hyperinflation, orang sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Peredaran uang makin cepat.

6.2. Teori Keynes

Inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya (secara ekonomis). Terjadi perebutan rezeki antar kelompok sosial yang mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia dan menimbulkan celah inflasi atau inflationary gap. Permintaan yang meningkat menyebabkan harga barang naik dan terjadi inflasi.


(55)

6.3. Teori Strukturalis

Ada kekuatan utama dalam perekonomian negara-negara berkembang yang bisa menimbulkan inflasi. Kekuatan ini terdiri dari hal berikut :

1. Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lain.

2. Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan yang tumbuh tidak secepat pertambahan penduduk dan penghasilan per kapita.

Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya disebabkan kepada tiga bentuk (Sadono:2004):

1. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan

menimbulkan inflasi. Gambar 5 dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya inflasi tarikan permintaan.

Gambar 5.Inflasi Tarikan Permintaan

0

AS

Y

AD1

AD2

AD3

P

YF Y2

Y1

P1

PF


(56)

Kurva AS adalah penawaran agregat dalam ekonomi, sedangkan AD1, AD2, dan

AD3 adalah permintaan agregat. Misalkan pada mulanya permintaan agregat

adalah AD1. Maka pendapatan nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah P1.

Perekonomian yang berkembang pesat mendorong kepada kenaikan permintaan agregat, yaitu menjadi AD2. Akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat

kesempatan kerja penuh, yaitu YF dan tingkat harga naik dari P1 ke PF, ini berarti

inflasi telah terjadi. Apabila masyarakat masih tetap menambah pengeluarannya maka permintaan agregat menjadi AD3. Untuk memenuhi permintaan yang

semakin bertambah tersebut, maka perusahaan akan menambah jumlah produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional riil meningkat dari YF

menjadi Y2. Kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh akan

menyebabkan kenaikan harga yang lebih cepat, yaitu dari PF ke P2.

2. Inflasi Desakan Biaya

Inflasi ini juga berlaku pada masa perekonomian berkembang pesat ketika tingkat pengangguran rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi

permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan jumlah produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.

Inflasi desakan biaya dapat diterangkan menggunakan Gambar 6. Kurva AS1,

AS2, dan AS3 adalah kurva penawaran agregat, sedangkan kurva AD adalah


(57)

demikian keseimbangan ekonomi nasional tercapai pada pendapatan nasional Y1,

yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh, dan tingkat harga adalah P1. Pada tingkat kesempatan kerja yang tinggi perusahaan sangat memerlukan

tenaga kerja, keadaan ini cenderung akan menyebabkan kenaikan upah dan gaji karena:

i. Perusahaan-perusahaan akan berusaha mencegah perpindahan tenaga kerja dengan menaikkan upah dan gaji.

ii. Usaha untuk memperoleh pekerja tambahan hanya akan berhasil apabila perusahaan-perusahaan menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi.

Gambar 6. Inflasi Desakan Biaya

Kenaikan upah akan menaikkan biaya, dan kenaikan biaya akan memindahkan fungsi penawaran agregat keatas yaitu AS1 menjadi AS2. Sebagai akibatnya

tingkat harga naik dari P1 menjadi P2. Harga barang yang tinggi ini mendorong

para pekerja menuntut kenaikan upah lagi, maka biaya produksi akan semakin tinggi. Pada akhirnya ini akan menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser dari AS2 menjadi AS3. Perpindahan ini menaikkan harga dari P2 ke P3. Dalam

proses kenaikan harga yang disebabkan oleh upah dan kenaikan penawaran

P1

P

Y2 YF = Y1

Y3

P2

P3

P4

Y

AD AD1

AD2

AS3

AS2


(58)

agregat ini pendapatan nasional riil terusmengalami penurunan, yaitu dari YF atau

Y1 menjadi Y2 dan Y3. Berarti dari kenaikan upah tersebut kegiatan ekonomi akan

menurun di bawah tingkat kesempatan kerja penuh.

3. Inflasi Diimpor

Inflasi ini bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan produksi perusahaan-perusahaan. Terjadinya inflasi karena impor dapat dijelaskan dari kurva 7. Permintaan agregat dalam ekonomi adalah AD sedangkan pada mulanya penawaran agregat adalah AS1.

Gambar 7. Inflasi Diimpor dan Stagflasi

Dengan demikian pada mulanya pendapatan nasional adalah Y1. Gambar di atas

menunjukkan pendapatan ini dicapai di bawah pendapatan pada kesempatan kerja penuh (YF) maka jumlah pengangguran tinggi. Kenaikan harga barang impor yang

penting artinya di berbagai industri menyebabkan biaya produksi naik, dan ini seterusnya akan mengakibatkan perpindahan kurva penawaran agregat dari AS1

menjadi AS2. Pendapatan menurun dari Y1 ke Y2 sedangkan tingkat harga naik

0

AS2

Y AD

AS1

Y2 Y1 Y

F

P1

P2


(59)

dari P1 ke P2. Ini berarti secara serentak perekonomian menghadapi masalah

inflasi dan pengangguran yang lebih buruk. Ahli-ahli ekonomi masalah seperti ini dengan istilah stagflasi, yaitu istilah yang bersumber dari kata “stagnation” dan

“inflation”. Dengan demikian stagflasi menggambarkan keadaan dimana kegiatan

ekonomi semakin menurun, pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga-harga semakin bertambah cepat.

7. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi

keberhasilan pembangunan ekonomi.

Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan. Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang konsep pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai berikut:

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis


(60)

1.1.Werner Sombart (1863-1947)

Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:

- Masa perekonomian tertutup - Masa kerajinan dan pertukangan - Masa kapitalis

1.2. Friedrich List (1789-1846)

Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:

- Masa berburu dan pengembaraan - Masa beternak dan bertani - Masa bertani dan kerajinan

- Masa kerajinan, industri, perdagangan

1.3. Karl Butcher (1847-1930)

Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut:

7.1.1.1.Masa rumah tangga tertutup 7.1.1.2.Rumah tangga kota

7.1.1.3.Rumah tangga bangsa 7.1.1.4.Rumah tangga dunia

1.4. Walt Whiteman Rostow (1916-1979)

W.W. Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut:


(61)

1. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur pekembangan dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas. Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat dicapai.

2. Masyarakat pra kondisi periode lepas landas (the preconditions for take off) Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang berada dalam proses transisi. Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di bidang industri.

3. Periode Lepas Landas (The take off)

Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk emndobrak

penghalang-penghaang pada pertumbuhan yang berkelanjutan, kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas, tingkat investasi yang efektif dan tingkat produksi dapat meningkat, investasi efektif serta tabungan yang bersifat produktif meningkat atau lebih dari jumlah pendapatan nasional dan industri-industri baru berkembang dengan cepat dan industri-industri yang sudah ada mengalami ekspansi dengan cepat.

2. Teori Klasik dan Neo Klasik 2.1. Teori Klasik

2.1.1. Adam Smith

Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith


(62)

ini tertuang dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.

2.1.2. David Ricardo

Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.

2.2. Teori Neoklasik 2.2.1. Robert Solow

Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.

2.2.2. Harrord Domar

Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja


(63)

B. Tinjauan Empirik

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan topik yang sedang ditulis yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Tabel 2.Ringkasan penelitian Determinan Permintaan dan Penawaran Kredit di Indonesia

Judul Determinan Permintaan dan Penawaran Kredit di Indonesia Penulis Riki Yolanda (Universitas Lampung: 2009)

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kredit perbankan di Indonesia dan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan dan penawaran kredit di Indonesia.

Variabel Jumlah kredit, DPK, Suku Bunga SBI, NPL, Spread Suku Bunga, PDB, Inflasi, Nilai Tukar, dan SBK Bank Umum.

Model Ekonom etrika

KREDt=β0+β1PDBt+β2 SPREADt+β3 KURSt+ β4 INFt + et KREDt= α+ α1DPKt+ α2RCBUt+ α3RSBIt+ α4NPLt +et Dengan metode pendekatan ECM model regresi linier berganda Jenis

Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder Kesimpu

lan

Selama periode observasi dari sisi penawaran tingginya tingkat suku bubnga SBI dan rasio NPL telah menyebabkan penurunan jumlah penawaran kredit oleh pihak perbankan, kemudian peningkatan jumlah dana pihak ketiga serta tingkat suku bunga kredit akan berdampak meningkatnya jumlah kredit yang ditawarkan. Pada sisi permintaan peningkatan pendapatan nasional akan

memberikan dampak pada meningkatnya jumlah permintaan kredit. Tingginya spread suku bunga yang mencerminkan semakin

mahalnya biaya untuk berusaha membuat permintaan kredit menurun. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD dan semakin tingginya inflasi akan menurunkan persepsi pengusaha terhadap prospek iklim usaha di Indonesia sehingga keadaan ini direspon oleh dunia usaha dengan mengurangi permintaan kredit.


(64)

Tabel 3. Ringkasan penelitian Determinan Permintaan Kredit Masyarakat pada Bank Umum di Provinsi Lampung.

Judul Determinan Permintaan Kredit Modal Kerja Masyarakat pada Bank Umum di Provinsi Lampung (Periode 2001-2005) Penulis Rosa Ariesa (Universitas Lampung : 2007)

Tujuan Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga kredit, nilai tukar, dan PDRB terhadap permintaan kredit modal kerja di Provinsi Lampung

Variabel Kredit modal kerja, tingkat suku bunga kredit, nilai tukar, dan PDRB

Model

Ekonometrika

Dk = α + β1Y + β2rr + β3kurs + et

dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda dengan alat SPSS.

Jenis Data Data yang digunakan merupakan jenis data sekunder

Kesimpulan Nilai tukar dan tingkat bunga kredit memiliki pengaruh nyata terhadap permintaan kredit modal kerja, sedangkan variabel PDRB dihilangkan karena memiliki hubungan saling

berpengaruh erat terhadap variabel tingkat bunga kredit modal kerja.

Tabel 4. Ringkasan penelitian Analisis Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2009

Judul Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2009

Penulis Fischa Syafira Ayu (Universitas Lampung : 2011)

Tujuan Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit modal kerja, PDB, dan Inflasi terhadappermintaan kredit modal kerja periode 2004-2009

Variabel Kredit modal kerja, suku bunga kredit modal kerja, PDB, dan Inflasi

Model

Ekonometrika

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik dan dilanjutkan dengan pengujian statistik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tiga variabel bebas

terhadap variabel terikat secara parsial maupun simultan

Jenis Data Data yang digunakan diperoleh dari data yang telah diolah oleh Bank Indonesia (sekunder)


(65)

difference dan suku bunga kredit modal kerja, inflasi dan PDB terhadap permintaan kredit modal kerjaadalah terkointegerasi yang berarti mempunyai hubungan jangka panjang. Hasil uji asumsi klasik menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sedangkan pengujian parsial (uji-t) menunjukkan bahwa secara nyata variabel-variabel bebas yang diamati berpengaruh terhadap permintaan kredit modal kerja yakni variabel suku bunga kredit modal kerja, PDB. Namun, variabel inflasi secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja.

Tabel 5. Ringkasan Penelitian Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja Usaha Kecil di Kota Semarang (Studi Kasus Permintaan Modal Kerja Usaha Kecil Sektor Perdagangan Dari BMT)

Judul Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja Usaha Kecil Di Kota Semarang (Studi Kasus Permintaan Modal Kerja Usaha Kecil Sektor Perdagangan Dari Bmt)

Penulis Jumhur

Tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi probabilita permintaan kridit modal kerja usaha kecil dari BMT dan menganalisis apakah faktor nilai asset, tingkat keuntungan, rasio bagi hasil dan tingkat bunga dilembaga keuangan lainnya dapat memprediksi secara signifikan probabilita permintaan kredit modal kerja usaha kecil sektor perdagangan dari BMT di Kota Semarang.

Variabel nilai asset, tingkat keuntungan, rasio bagi hasil dan tingkat bunga

dilembaga keuangan lainnya Model

Ekonometrika

Regresi Logistik Jenis Data Primer dan Sekunder

Kesimpulan Pengujian dengan Regresi Logistik diperoleh variabel total asset dan tingkat bunga dilembaga keuangan lainnya berpengaruh signifikan terhadap probabilita permintaan kredit modal kerja usaha kecil dari BMT, sedangkan faktor keuntungan perbulan dan rasio bagi hasil tidak signifikan terhadap probablilita usaha kecil meminjam modal kerja dari BMT (Y) pada level


(66)

terhadap (Y) karena pada umumnya usaha kecil jarang

menghitung dan memisahkan keuntungan yang diperoleh dari usahanya, karena biasanya tidak ada pemisahan antara aset dagang dengan aset peribadi, akibatnya tidak ada pengaruh yang kuat antara peningkatan keuntungan dengan pemintaan modal kerja. Kemudian rasio bagi hasil tidak signifikan ini lebih disebabkan terutama oleh masih kurangnya pemahaman dari usaha kecil tentang sistem bagi hasil tersebut merupakan biaya dari penggunaan dana yang dipinjam, yang penting bagi pengusaha kecil pelayanan cepat dan tidak bertele-tele. Keberadaan BMT hendaknya mendapat dukungan dari semua pihak, karena BMT dapat membantu usaha kecil dalam bidang permodalan. Pembiayaan yang paling dominan dilakukan BMT adalah dengan prinsip jual beli. Untuk meminimumkan

penyalahgunaan kredit oleh debitur, sebaiknya pihak BMT pada waktu akad kredit ditanda tangani, barang yang menjadi obyek transaksi benarbenar harus ada.

Tabel 6. Ringkasan penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, DPK, Tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap Posisi Kredit Modal Kerja (Studi kasus Bank Persero)

Judul Analisis Pengaruh Inflasi, DPK, Tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap Posisi Kredit Modal Kerja (Studi kasus Bank Persero)

Penulis Nresna Iqlima (2010)

Tujuan Untuk menganalisis pengaruh inflasi, DPK, dan suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja Variabel Inflasi, DPK, dan suku bunga kredit modal kerja Model

Ekonometrika

Model analisis regresi dengan menggunakan uji f dan uji t Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan hasil uji regresi, bahwa variabel

DPK dan suku bunga kredit modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap posisi kredit modal kerja. Sedangkan inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka ditarik yaitu sebagai berikut:

1. Naiknya tingkat suku bunga kredit modal kerja akan menurunkan permintaan kredit modal kerja, ini disebabkan oleh semakin tingginya suku bunga maka pengembalian untuk membayar pokok pinjaman ditambah dengan

penggunaan waktu akan semakin tinggi atau dalam arti kata lebih mahal biaya untuk melaksanakan usaha. Sebaliknya apabila suku bunga rendah maka akan meningkatkan permintaan kredit modal kerja. Ini disebabkan apabila nilai suku bunga rendah maka tingkat pengembalian modal pokok ditambah dengan biaya waktu penggunaan modal tersebut tidak terlalu tinggi atau dalam kata lain biaya melakukan usaha tidak mahal.

2. Inflasi yang terjadi di Provinsi Lampung merupakan inflasi yang diakibatkan oleh adanya desakan biaya (Cost Inflation) dimana inflasi tersebut terjadi karena adanya tambahan biaya produksi yang menyebabkan harga-harga barang meningkat. Dalam pendistribusian barang ke Provinsi Lampung produsen mengalami kendala yaitu infrastruktur jalan yang tidak baik atau rusak sehingga memperlambat pendistribusian barangnya, karena distribusi yang tidak lancar maka menyebabkan adanya biaya tambah yang dikeluarkan


(2)

77

oleh produsen, kemudian produsen membebankan biaya tambah tersebut kepada konsumen dengan cara menaikkan harga-harga barangnya. Sehingga besaran tingkat inflasi yang terjadi di Provinsi Lampung tidak mempengaruhi permintaan kredit modal kerja.

3. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh secara positif terhadap permintaan kredit modal kerja. Artinya semakin tinggi pendapatan maka permintaan kredit akan semakin meningkat. Ini mengindikasi bahwa apabila keadaan ekonomi yang baik akan tercermin pada peningkatan pendapatan regional sehingga permintaan kredit akan direspon dengan memiliki peningkatan. 4. Dari ketiga variabel yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, inflasi

dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung, variabel yang paling dominan mempengaruhi permintaan kredit modal kerja adalah variabel suku bunga kredit modal kerja pada taraf signifikasi 5%.


(3)

78

B. SARAN

1. Sebaiknya bank tidak hanya memandang sisi profit efficiency semata tetapi juga mengaitkan bank dengan fungsi intermediasi, sehingga tingkat suku bunga khususnya kredit modal kerja tidak terlalu tinggi, sesuai dengan keuntungan bank dan sesuai dengan kemampuan pembiayaan usaha mitra dunia usaha sehingga peningkatan diharapkan terjadi terhadap permintaan kredit modal kerja.

2. Disarankan kepada lembaga yang berkaitan dengan penyediaan data-data yang telah diolah agar lebih melengkapi data yang dipublikasikan sehingga dalam penelitian selanjutnya peneliti tidak kesulitan untuk mendapatkan data dan periode data yang di publikasikan sekiranya diperbanyak sehingga dalam penelitian selanjutnya periode yang di teliti lebih banyak dan jumlah

observasinya juga lebih banyak.

3. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan merupakan variabel-variabel makro. Diharapkan pada penelitian selanjutnya penulis selanjutnya

menambahkan variabel-variabel mikro dalam penelitiannya, contohnya menggunakan variabel CAR, ROA, dan dana pihak ketiga serta variabel mikro lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kelima. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Ariesa, Rosa. 2007. Determinan Permintaan Kredit Modal Kerja Masyarakat pada Bank Umum di Provinsi Lampung (Periode 2001-2005), Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Armaini, Rasidah. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit modal kerja di PT. Bank Sumut, Medan: Universitas Negeri Medan. Ayu, Fischa Syafira. 2011. Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank

Umum di Indonesia Periode 2004-2009, Bandar Lampung: Universitas Lampung

Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah. Berbagai Edisi. Lampung

Bank Indonesia. Statistik Ekonomi Moneter Indonesia. Berbagai Edisi. Lampung Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Faizal, Rizki. 2007. Analisis Permintaan Kredit Konsumsi Bank Umum di

Indonesia Periode 2001-2006, Bandar Lampung: Universitas Lampung. Feriyanto, Dwi. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

kredit modal kerja (Studi Kasus di PD. BPR Kabupaten Pati), Skripsi. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Fourt Edition. McGraw Hill

Companies. Inc. New York.

Gujarati, Damonar. 1997. Ekonometrika dasar, Alih Bahasa oleh Sunarmo Zain. Erlangga. Jakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Dasar-dasar Perbankan. Bumi Aksara. Jakarta Insukindro. 1995. Ekonomi Uang dan Bank: Teori dan Pengalaman di Indonesia,


(5)

Iqlima, Nresna. 2010. Analisis Pengaruh Inflasi, DPK, Tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap Posisi Kredit Modal Kerja (Studi kasus Bank Persero), Skripsi.

Irmayanto, Juli, dkk. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Universitas Trisakti.

Jumhur. 2011. Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja Usaha Kecil Di Kota Semarang (Studi Kasus Permintaan Modal Kerja Usaha Kecil Sektor Perdagangan dari BMT), skripsi.

Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Latumaerissa, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan, Surabaya: Salemba Empat.

Mankiw, N Gregory. 2000. Teori Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta

Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian Konteksual Indonesia). Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Mishkin, Frederic. S. 2008. Ekonomi, Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta

Raddhaniar, Muhammad Shirot. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja 2003 – 2007 (Studi Kasus BRI Cabang Bantul, Yogyakarta), skripsi.

Rivai, Veithzal. 2007. Credit Manajemen Handbook. Rajawali Press PT Rajagrafindo Persada. Jakarta

Sukirno, Sadono. 2004. Teori Pengantar Makroekonomi. Jakarta: Rajawali Press PT Rajagrafindo Persada.

Susanto, Arik. 2010. Analisis Pengaruh Penggunaan Kredit Modal Kerja Perbankan Terhadap Kinerja Keungan Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten Jember, Skripsi.

Suyatno, Tomas. Dkk. 2003. Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(6)

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika; Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Penerbit Ekonnesia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta

Yolanda, Riki. 2009. Determinan Permintaan dan Penawaran Kredit di Indonesia, Bandar Lampung: Universitas Lampung.