POLA PERTANIAN ORANG JAWA DI DESA MUARA AMAN KECAMATAN BUKIT KEMUNING KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2013

ABSTRAK

POLA PERTANIAN ORANG JAWA DI DESA MUARA AMAN
KECAMATAN BUKIT KEMUNING KABUPATEN
LAMPUNG UTARA TAHUN 2013
Oleh
Yudi Putra Ardiansyah

Desa Muara Aman merupakan desa yang dihuni oleh penduduk Semendo yang
merupakan penduduk asli. Kemudian tahun 1965 orang Jawa mulai memasuki
desa ini. Awal kedatangan, orang Jawa telah diterima dengan baik dan hubungan
kedua suku ini sangat harmonis walaupun ada beberapa perbedaan diantara
keduanya. Salah satu perbedaannya yakni dalam bidang mengelola pertanian.
Sejak dahulu kala masyarakat Semendo memiliki sistem pertanian yang unik
dikarenakan mereka menerapkan pola pertanian tertutup yakni ketika lahan telah
digarap satu kali, maka mereka akan menanaminya dengan tanaman keras dan
berpindah ke lahan yang baru. Berbeda halnya dengan pertanian orang Jawa yang
pola pertaniannya terbuka. Pola pertanian terbuka yakni memanfaatkan lahan
secara terus menerus dengan tanaman sayuran atau palawija. Adanya perbedaan
seperti inilah orang Jawa melakukan usaha-usaha adaptasi pertaniannya.
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana usaha-usaha adaptasi pertanian

orang Jawa di desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten
Lampung Utara. Metode yang digunakan adalah metode struktural fungsional.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, kepustakaan dan
teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis
data kualitatif.
Berdasarkan penelitian penulis dengan melakukan pengumpulan dokumen dan
wawancara kepada tokoh masyarakat, maka hasil yang diperoleh dari usaha-usaha
adaptasi pertanian orang Jawa di Desa Muara Aman adalah dengan cara
melakukan komunikasi langsung berupa saling menyapa dengan masyarakat
Semendo bila bertemu di jalan atau ketika bertamu. Selain itu adanya interaksi
sosial dengan masyarakat Semendo berupa saling membutuhkan satu sama lain
seperti dalam hal gotong royong atau dalam acara pernikahan seperti pernikahan
antara orang Jawa dengan orang Semendo dan orang Jawa juga mempelajari pola
pertanian tertutup masyarakat Semendo. Usaha adaptasi lainnya yang dilakukan
orang Jawa yakni dengan cara mengikuti kegiatan pengajian mingguan yang
merupakan organisasi informal. Tiga hal ini menjadi usaha adaptasi karena dapat
menimbulkan pembicaraan yang berkaitan dengan masalah pertanian.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAII
UNIVERSITAS LAMPT.NYG

F'AKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Prof. Dr. Ir. Soemantri Broionegoro No. I Bandar Lampung Telp. (0721) 704624
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah

l.

2.
3.
4.

5.

Nama
NPM
Program Studi
Jurusan

Alamat


:

Yudi Putra Ardiansyah
0913033070
Pendidikan Sejarah
Pendidikan IPS
Sukarame, Bandar Lampung

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul "Pola Pertanian Orang Jawa di
Desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Uara
Tahun 2013" bukan hasil dari penjiplakan atau dibuatkan orang lain. Apabila
dikemudian hari ditemukan kecurangan dalam pembuatan skripsi ini, maka saya
bersedia menerima sanksi (gelar akademik yang telah saya peroleh, bersedia untuk
dicabut).

ini saya buat dengan sebenarnya dan agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Demikian surat pernyataan


Bandar Lampung,

NPM 0913033070

Desember 2013

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. LatarBelakangMasalah ......................................................................... 1
B. AnalisisMasalah.................................................................................... 5
1. IdentifikasiMasalah ........................................................................ 5
2. PembatasanMasalah........................................................................ 6
3. RumusanMasalah............................................................................ 6

C. TujuanPenelitian ................................................................................... 6
D. KegunaanPenelitian .............................................................................. 6
E. RuangLingkupPenelitian ...................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. TinjauanPustaka.................................................................................... 9
1. KonsepAdaptasi .............................................................................. 9
2. KonsepPolaPertanian ..................................................................... 14
3. KonsepPolaPertanianSemendo ...................................................... 16
4. KonsepOrang Jawa ........................................................................ 14
B. KerangkaPikir ...................................................................................... 17
C. Paradigma ............................................................................................ 21
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 23
A. Metode Yang Digunakan ................................................................... 23
B. Lokasi penelitian ................................................................................ 25
C. Variabel penelitian ............................................................................. 25
D. Sumber Data ....................................................................................... 26
1. Informan ....................................................................................... 26
2. DokumendanArsip ....................................................................... 27
E. TeknikPengumpulan Data .................................................................. 27

1. Wawancara ................................................................................... 28
2. Dokumentasi ................................................................................ 29
3. Kepustakaan ................................................................................. 30

F. TeknikAnalisis Data ........................................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34
A. HASIL .............................................................................................. 34
1. SejarahSingkatDesaMuaraAman ................................................ 34
2. Letakdan Batas-Batas Wilayah DesaMuaraAman ..................... 36
3. Luas Wilayah DesaMuaraAman ................................................. 37
4. Kependudukan ............................................................................ 38
5. Usaha-Usaha AdaptasiPertanian Orang Jawadi Desa
MuaraAman ................................................................................ 41
a. Komunikasi ........................................................................... 41
b. InteraksiSosial ...................................................................... 45
c. Organisasi ............................................................................. 57
B. PEMBAHASAN .............................................................................. 59
1. Usaha-usahaAdaptasiPertanianMasyarakatJawa di Desa
MuaraAmanKecamatan Bukit KemuningKabupaten
Lampung Utara ........................................................................... 59


V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 65
A. SIMPULAN ...................................................................................... 65
B. SARAN .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan
penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Penting disini berarti bahwa
kehidupan ekonomi rakyatnya sangat bergantung pada hasil pertanian. Hal ini
dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau
bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari

pertanian.Mubyarto menjelaskan bahwa pertanian di Indonesia merupakan
pertanian tropika karena sebagian daerahnya berada di daerah tropik yang
langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa yang memotong Indonesia menjadi
dua (Mubyarto, 1989: 6).

Pada Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan orde baru dan perhatian lebih
ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan
ekonomi dan sosial, dan juga pertumbuhan ekonomi yang berdasarkan sistem
ekonomi terbuka sehingga dengan hasil yang baik membuat kepercayaan pihak
barat terhadap prospek ekonomi Indonesia. Sebelum rencana pembangunan
melalui Repelita dimulai, terlebih dahulu dilakukan pemulihan stabilitas ekonomi,
social, dan politik serta rehabilitasi ekonomi di dalam negeri. Selain itu,
pemerintah juga menyusun Repelita secara bertahap dengan target yang jelas.

2

Dampak Repelita terhadap perekonomian Indonesia cukup baik, terutama pada
tingkat makro, pembangunan berjalan sangat cepat dengan laju pertumbuhan ratarata pertahun yang relatiftinggi.

Keadaan rakyat jelata pada tahun 1970-an dan 1980-an lebih baik dari pada

selama masa demokrasi terpimpin atau zaman penjajahan Belanda yang rata-rata
kesejahteraan bangsa Indonesia mungkin lebih memberi harapan dari pada tingkat
kesejahteraan yang dicapai sejak abad ke-18 ( M..C Ricklefs, 1992: 433).

Keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia pada dekade 1970-an
disebabkan oleh kemampuan kabinet yang dipimpin presiden dalam menyusun
rencana, strategi dan kebijakan ekonomi, tetapi juga berkat penghasilan ekspor
yang sangat besar dari minyak tahun 1973 atau 1974, juga pinjaman luar negeri
dan peranan PMA terhadap proses pembangunan ekonomi Indonesia semakin
besar (Anonim dalam http://purnama110393.wordpress.com/2011/04/18/sistemekonomi-orde-baru-zaman-soeharto, diakses tanggal 12 Februari 2013 pukul
18.25 Wib).

Masa Orde Baru memegang peranan penting yakni sebagai penggerak roda
pembangunan dalam kurun waktu lebih dari seperempat abad terakhir. Dalam hal
ini pembangunan ekonomi mendapat prioritas perhatian pemerintah Orde Baru
karena pada pemerintah sebelumnya, bidang ini banyak mengalami kemerosotan
yang serius.Dalam kerangka itulah pembangunan ekonomi dikedepankan dan
merupakan bagian penting dari pembangunan nasional yang dimulai sejak Pelita
pertama tahun 1969 yang lalu, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan
atau pendapatan masyarakat. Pelita I berlangsung dari tahun 1969-1974, Pelita II


3

dari tahun 1974-1979, Pelita III dari tahun 1979-1984, Pelita IV dari tahun 19841989, Pelita V dari tahun 1989-1994, Pelita VI dari tahun 1994-1999.

Dawam Raharjo mengatakan dari semua Pelita memiliki tujuan yang sama yakni
pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat dengan
menekankan pada sektor ekonomi, industri dan pertanian (Dawam Rahardjo,
1997: 21).

Banyak sekali kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan Pembangunan Lima
Tahun tersebut karena banyak dari petani yang sulit beradaptasi dengan
lingkungan sekitar terutama masyarakat transmigrasi.Pola kehidupan pertanian di
Jawa berbeda dengan di luar pulau Jawa karena perbedaan perbandingan antara
jumlah petani dengan tanah yang tersedia untuk kehidupannya. Pembagian
penduduk tani yang tidak seimbang antara Jawa dan luar Jawa menimbulkan
corak kehidupan pertanian yang sangat berbeda. Dalam hal ini penduduk Jawa
lebih menggunakan sebagian besar lahan pertaniannya untuk memproduksi bahan
makanan seperti padi, jagung dan ketela. Sementara itu, penduduk luar Jawa
seperti Sumatra menyisihkan sebagian besar lahannya untuk tanaman-tanaman

perdagangan seperti karet, sawit, lada dan kopi. Ketika pertama kali migrasi di
Lampung, pada umumnya masyarakat Jawa lebih bergantung pada pertanian tanah
basah seperti menanam padi dan sayuran untuk kehidupan sendiri.

Seperti yang terdapat di Desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning
Lampung Utara, daerah ini merupakan kawasan pertanian dengan kondisi lahan
kering. Desa Muara Aman sendiri merupakan Desa yang dikenal sebagai Desa

4

dengan penghasilan Kopi dan Lada terbesar di Kecamatan Bukit Kemuning
karena banyak dari penduduknya saat ini berprofesi sebagai petani ladang.

Pada mulanya, Desa ini hanya dihuni oleh orang-orang yang berasal dari Sumatra
Selatan (Semendo). Kedatangan penduduk Jawayang bermigrasi di tahun 1965-an
diterima baik oleh masyarakat setempat.Kedatangan penduduk Jawa sendiri
bertujuan untuk mengadu nasib.Kehidupan mereka di tanah Jawa yang hanya
sebagai buruh tani tidak mampu menopang kebutuhan mereka menyebabkan
mereka melakukan migrasi ke desa Muara Aman.

Awalnya penduduk Jawa kurang mampu beradaptasi dengan baik, namun dalam
kurun waktu beberapa tahun berjalan, mereka dapat menyesuaikan diri dengan
baik.Salah satu bukti bahwa penduduk Jawatelah beradaptasi dan berinteraksi
dengan penduduk Semendo yakni dengan adanya pernikahan antara penduduk
Jawa dan penduduk setempat yang apabila mempelai wanita berasal dari
penduduk Jawa maka pernikahan diselenggarakan dengan adat Jawa, sedangkan
apabila mempelai wanita berasal dari penduduk setempat, maka adat yang
digunakan adalah adat setempat.

Penduduk Semendoumumnya bekerja sehari-hari dikebun miliknya dengan
menanam tanaman komoditas yang berorientasi pada pasar seperti kopi, lada, dan
cengkeh. Sementara itu penduduk Jawa lebih mengorientasikan pertaniannya pada
tanaman pangan seperti padi, kacang-kacangan, jagung dan sayur-sayuran yang
umumnya untuk dikonsumsi sendiri.Oleh sebab itu nampak terlihat perbedaan
antara pola pertanian masyarakat Semendo dengan pola pertanian yang dijalankan
oleh orang-orang Jawa yang bermigrasi ke desa Muara Aman.

5

Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan hidup para orang Jawa di Desa
Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara mengalami
peningkatan. Hasil pertanian mereka dengan basis tanaman pangan mulai tidak
mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lahan pertanian mengalami
kemerosotan kesuburan dikarenakan penanaman dilakukan sepanjang tahun tanpa
adanya pengistirahatan.

Kondisi demikian membuat orang Jawa mulai melakukan adaptasi pertanian
denganpertanian masyarakat Semendo. Akhirnya penduduk Jawa di Desa Muara
Aman Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara mulai beralih dari
pola pertanian tanaman pangan ke pola pertanian tanaman perkebunan.Berkenaan
dengan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti usahausahaadaptasi pola pertanian yang terjadi pada masyarakat Jawa di Desa Muara
Aman Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara.

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat di atas,
maka penulis melakukan pengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1.

Proses Masuknya Orang Jawa ke Desa Muara Aman Kecamatan Bukit
Kemuning Kabupaten Lampung Utara.

2.

Usaha-usaha Adaptasi pertanian Orang Jawadi Desa Muara Aman
Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara.

6

3.

Pengaruh Pertanian Masyarakat Semendo terhadap Kedatangan Orang
Jawadi Desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten
Lampung Utara.

2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak terlalu meluas, maka penelitian ini difokuskan pada usahausaha adaptasi pertanian Orang Jawadi Desa Muara Aman Kecamatan Bukit
Kemuning Kabupaten Lampung Utara.

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalahBagaimana usaha-usaha adaptasi pertanian Orang Jawa di Desa Muara
Aman Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara?

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
oleh penulis dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dengan jelas,usaha-usaha
adaptasi pertanian Orang Jawadi Desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning
Kabupaten Lampung Utara.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua
orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun
kegunaan dari penelitian ini adalah:

7

a. Secara teoritis, adalah menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya
mengenai kehidupan ekonomi pertanian masyarakat Jawa di Lampung
dengan segala macam bentuk perubahannya.
b. Secara praktis, dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam
rangka pengambilan kebijakan dan penyusunan program pembangunan
pedesaan khususnya di daerah yang nantinya dapat menghasilkan suatu
kebijakan yang lebih merakyat dan berdaya guna.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat masalah di atas cukup umum dalam penelitian, maka untuk
menghindari kesalahpahaman, dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan
tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup Subjek Penelitian yakni
Orang Jawa di Desa Muara Aman, Objek Penelitian yakni Kehidupan
masyarakat dengan usaha-usaha adaptasipola pertaniannya, Tempat Penelitian
yakni Desa Muara Aman Kecamatan BukitKemuning Kabupaten Lampung
Utara, Waktu Penelitian yakni Tahun 2013 dan Bidang Ilmu dalam penelitian
ini adalah Sosial Budaya.

8

REFERENSI

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3S. Halaman 6.

M.C.Ricklefs. 1992. Sejarah Indonesia Modern, (Terjemahan), Yogyakarta:
UGM Press.Halaman 433.
Anonim dalam http://purnama110393.wordpress.com/2011/04/18/sistem-ekonomi-

orde-baru-zaman-soeharto, diakses tanggal 12 Februari 2013 pukul 18.25
Wib.
M. DawamRahardjo. 1997. Reformasi Politik. Jakarta: PT. Intermasa. 306
Halaman 21.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Adaptasi

Adaptasi adalah penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan dan pelajaran (Tim
Penyusun KBBI, 1997: 6). Menurut Eko A. Meinarno dkk, adaptasi adalah proses
penyesuaian diri terhadap lingkungan dan keadaan sekitar (Eko A. Meinarno dkk,
2011: 66). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adaptasi sosial berarti proses
perubahan dan akibatnya pada seseorang dalam suatu kelompok sosial sehingga
orang itu dapat hidup atau berfungsi lebih baik dalam lingkungannya. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa adaptasi adalah proses penyesuaian
diri terhadap lingkungan sekitar yang bertujuan untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik dalam lingkungannya. Berdasarkan pengertian di atas, maka
adaptasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antar
individu, antara kelompok, maupun antara individu dengan kelompok (Soerjono
Soekanto, 2009: 62).Thibaut dan Kelley mengatakan bahwa interaksi sosial
sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih

10

hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi
satu sama lain (Soerjono Soekanto, 1984: 4). Ada dua syarat terjadinya interaksi
sosial yakni:
1. Adanya kontak sosial yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu
antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok.
Selain itu suatu kontak dapat pula bersifat langsung atau tidak langsung.
2. Adanya komunikasi, yakni seseorang memberi arti pada perilaku orang
lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut (Soerjono Soekanto, 2009:
62).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan
yang saling mempengaruhi antar individu, antara individu dengan kelompok atau
antar individu yang menciptakan satu sama lain. Dalam kaitannya dengan adaptasi
orang Jawa di desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten
Lampung Utara, penduduk Jawa memodifikasi pola hidupnya yang semula hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi untuk kebutuhan masa
depan yang lebih panjang dengan perubahan sistem pertanian mereka.

Pada awalnya proses interaksi yang dijalankan antara orang Jawa dengan
masyarakat Semendo adalah merujuk pada teori Sosial Exchange yang dicetuskan
oleh Thibaut dan Kelley. Teori ini menyatakan bahwa:
Seseorang akan berinteraksi dengan orang lain oleh karena hal itu
dianggapnya menguntungkan sehingga dia mendapatkan suatu imbalan.
Dalam proses ini sudah tentu ada yang merasa dirugikan atau kecewa.
Kerugian tersebut merupakan biaya yang harus direlakan misalnya
kewajiban, rasa khawatir dan bosan. Kerugian ini bersumber pada perilaku
pihak lain akibat dari dorongan diri sendiri seperti rasa cinta, persahabatan
dan rasa harga diri (Soerjono Soekanto, 1984: 9).

Teori ini memandang suatu hubungan sebagai suatu transaksi dagang, maksudnya
adalah orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk

11

memenuhi kebutuhannya. Teori ini seolah-olah memberikan gambaran ketika
seseorang memasuki suatu kelompok akan memikirkan laba dan rugi yang akan
diterimanya.

Teori lainnya adalah teori yang dikemukakan oleh Malinowski dan Radcliffe
Brown yakni teori fungsional. Teori fungsional yang dikembangkan oleh
Malinowski

berawal

dari ketidaksengajaan.

Malinowski

menggambarkan

hubungan terkait antara sistem Kula pada masyarakat di kepulauan Trobriand.
Etnografi yang ditulis Malinowski mendeskripsikan tentang berbagai kaitan dan
fungsi unsur-unsur kebudayaan sebagai suatu sistem-sistem sosial. Malinowski
juga menekankan terhadap pentingnya menguasai bahasa lokal bagi peneliti agar
mendapatkan pengertian mendalam terhadap gejala sosial yang ditelitinya.
Malinowski menekankan pentingnya pencatatan dari apa yang dilaksanakan oleh
warga masyarakat yang sebenarnya, dalam rangka suatu adat atau pranata, dan
agar tidak puas begitusaja dengan apa yang diterangkan oleh seorang informan
mengenai adat atau pranata yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 2007:166).

Malinowski mengembangkan teori fungsional semakin kompleks dan sampai pada
inti teori bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud
memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia
yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya (Koentjaraningrat, 2007: 171).

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai sistem tukar menukar
yang ada di dalam masyarakat merupakan alat yang mengikat antara satu dengan
yang lain. Dengan adanya sistem menyumbang akan menimbulkan kewajiban

12

seseorang untuk membalasnya. Hal inilah yang mengaktifkan kehidupan
masyarakat di mana Malinowski menyebutnya prinsip timbal balik.

b. Komunikasi
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga peran yang dimaksud dapat dipahami (Tim Penyusun KBBI,
1997: 517). Maka komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau
beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasiagar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.

Riswanto dalam blognya menerangkan bahwa komunikasi menurut prosesnya
terdiri dari:
a. Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara face to
face (tatap muka). Selain itu juga, komunikasi langsung dapat dilakukan
dengan cara melakukannya melalui telepon. Jadi dapat dikatakan bahwa
komunikasi langsung merupakan salah satu cara berinteraksi antara
seseorang dengan orang lain secara langsung.
b. Komunikasi tidak langsung
Komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan biasanya
melalui perantara, biasanya pengirim pesan menyampaikan pesannya
melalui

surat

atau

fax

(Riswanto

dalam

blog

http://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi/ diakses tanggal 13
Maret 2013 pukul 19.30 wib).

13

c. Organisasi

Menurut Stoner dalam wikipedia mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola
hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan
mengejar tujuan bersama.Chester I. Bernard dalam website yang sama
berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang

dilakukan

oleh

dua

orang

atau

lebih

(

Anonim

dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi diakses tanggal 13 Maret 2013 pukul
19.30 Wib). Maka organisasi adalah kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih
baik sengaja atau tidak sengaja yang pada intinya memiliki satu tujuan yang sama.
Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi formal ialah suatu
organisasi yang memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta
tujuan yang ditetapkan secara jelas. Atau organisasi yang memiliki struktur
(bagan yang menggambarkan hubungan-hubungan kerja, kekuasaan, wewenang
dan tanggung jawab antara pejabat dalam suatu organisasi). Atau organisasi yang
dengan sengaja direncanakan dan strukturnya secara jelas disusun. Organisasi
formal harus memiliki tujuan atau sasaran. Tujuan ini merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi struktur organisasi yang akan dibuat. Organisasi Informal
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta
tujuan bersama yang tidak disadari. Keanggotaan pada organisasi-organisasi
informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit
untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut.
Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang

14

bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan
tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan
menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang
dilakukan terstruktur, terumuskan dan terencana dengan matang (Anonim dalam
blog

http://tkampus.blogspot.com/2012/03/organisasi-formal-dan-

informal.htmldiakses tanggal 13 Maret 2013 pukul 19.30 wib).

2. Konsep Pola Pertanian

Menurut tim penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pola berarti cara,
urutan atau bentuk yang tetap. Sedangkan pertanian adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan tanam menanam di tanah. Jadi pola pertanian adalah cara yang
merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk
didalamnya masa pengolahan tanah.

Pola pertanian terbagi menjadi 2 macam yakni pola pertanian monokultur dan
pola pertanian polikultur. Pertanian monokultur adalah pertanian dengan
menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja atau jagung saja.
Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang
lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang
lebih baik. Polikultur terbagi lagi menjadi 5 yakni tumpang sari, tumpang gilir,
tanaman bersisipan, tanaman bergiliran dan tanaman campuran(anonim dalam
www.mentari-dunia.blogspot.com di akses tanggal 13 Februari 2013 pukul 18.15
Wib).

15

Pada dasarnya pola pertanian yang dikembangkan yakni orang Jawa pada
dasarnya setelah membuka lahan akan terus menerus menanaminya dengan
tanaman palawija seperti padi dan jagung sehingga dikatakan sebagai pola
pertanian terbuka, sedangkan orang Sumatra bagian selatan (Lampung) umumnya
setelah membuka lahan dan menanam padi dengan satu kali panen, akan
menanaminya dengan tanaman keras seperti lada, kopi dan juga kayu dadap yang
terlihat kesan seperti hutan yang tumbuh kembali sehingga hal ini dikatakan
sebagai pola pertanian tertutup.Clifford Geertz menjelaskan bahwa keadaan
ekologi wilayah sangat berpengaruh terhadap pola pertanian yang dijalankan
masyarakatnya.
Keadaan tanah di Indonesia yang beragam menyebabkan terjadinya
perbedaan pada pertaniannya.Pulau Jawa dan luar Jawa pun memiliki
perbedaan dalam jumlah penduduk sehingga mempengaruhi pada
penggunaan tanahnya. Di Jawa hampir separuh dari tanah pertanian
mendapat irigasi, boleh dikatakan tidak memiliki ladang sama sekali.
Sedangkan di luar Jawa hampir 90 persen lahan pertanian ditanami oleh apa
yang disebut dengan berbagai istilah seperti perladangan, bercocok tanam
berpindah-pindah, pertanian tebang bakar, tanah terbuka, ditanami selama
satu atau dua tahun kemudian diistirahatkan menjadi semak belukar dan
biasanya ditanami kembali (Clifford Geertz, 1983: 12-13).

Artinya penduduk Jawa umumnya berpenduduk padat lebih mengandalkan
pertanian persawahan dan palawija sedangkan luar Jawa yang jarang
penduduknya umumnya lebih pada sistem perladangan.Dalam melakukan
penanaman tanaman, dapat dikerjakan pada lahan baru yakni lahan dari hasil
membuka hutan, atau di lahan yang lama yakni lahan yang dipakai berulang
kali.Tanaman padi ladang biasanya dapat berkembang dengan baik di lahan baru
karena unsur hara yang berasal dari sisa-sisa pembakaran pohon cukup
menyediakan bahan makan yang dibutuhkan bagi tanaman padi. Penanaman di

16

lahan lama dapat dilakukan setelah lahan dibersihkan terlebih dahulu dari
rerumputan maupun tumbuhan lain hingga cukup bersih (Wawancara dengan
Bapak Supadi tanggal 17 April 2013 pukul 19.30 Wib).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pola Pertanian adalah cara yang
merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk
didalamnya masa pengolahan tanah. Pola pertanian terbagi menjadi 2 macam
yakni pola pertanian monokultur dan pola pertanian polikultur.Terdapat
perbedaan antara pola pertanian masyarakat Jawa dan masyarakat Sumatra bagian
selatan yakni masyarakat Jawa umumnya pola pertaniannya terbuka dan
masyarakat Sumatra bagian selatan umumnya pola pertaniannya tertutup.Hal ini
dikarenakan perbedaan ekologi diantara wilayah tersebut sehingga mempengaruhi
pola pertaniannya.

3. Konsep Pola Pertanian Semendo
Suku Semendo merupakan salah satu suku yang ada di Pulau Sumatra tepatnya
berasal dari Suku Semendo berada di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara
Enim, Propinsi Sumatera Selatan.Pola pertanian orang Sumatra bagian selatan
umumnya menerapkan pola pertanian tertutup sedangkan orang Jawa menerapkan
sistem pola pertanian terbuka.Orang Jawa umumnya akan membuat tegalan
(ladang kering) apabila bertempat tinggal di dataran tinggi yang tetap
mengandalkan air sedangkan mereka yang tinggal di dataran rendah atau
pinggiran sungai akan membuat persawahan. Di samping padi, mereka akan
menanam tanaman palawija seperti ketela, kacang, kedelai dan sayuran

17

(Koentjaraningrat, 2004: 334). Inilah yang dikatakan sebagai pola pertanian
terbuka.Pola pertanian orang Sumatra bagian selatan (Lampung):
Dalam membuka lahan awalnya masyarakat Sumatra bagian selatan
(Lampung) akan melalui tahap yakni menerowong, merintis, menebang,
merencek, mepe, membakar dan merumpuk. Setelah itu mereka akan
menanamnya dengan tanaman padi. Menanam padi ini hanyalah sebagai
panen pertama, selanjutnya mereka akan menanam tanaman keras seperti
kopi dan lada. Selain itu mereka akan menanaminya juga dengan kayu
dadap untuk merimbunkan ladang. Oleh sebab itu terlihat kesan seperti
hutan tumbuh kembali sehingga disebut sebagai pola pertanian tertutup
(Sayogyo dan Pudjiwati Sayogyo, 1992: 86-88).

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pola pertanian masyarakat
Semendo yakni suatu cara dan urutan yang dilakukan masyarakat Semendo dalam
mengolah lahan pertaniannya mulai dari tahap awal yakni menerowong hingga ke
tahap akhir yakni berpindah lahan tanpa meninggalkan lahan yang lama dengan
begitu saja. Lahan lama yang akan mereka tinggalkan terlebih dahulu ditanami
dengan tanaman keras atau tanaman komoditas yang nantinya dapat dipetik
hasilnya untuk diperjualbelikan di pasar.

4. Konsep Orang Jawa

Suku Jawa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia, mereka hidup
tinggal di pulau Jawa khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur akan
tetapi mereka juga hidup tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia ini.
Orang Jawa sendiri membedakan dua golongan sosial yaitu wong cilik atau
orang kecil yang terdiri dari sebagian massa petani dan mereka yang
berpendapatan rendah di kota. Golongan kedua adalah kaum priyayi dimana
termasuk para pegawai dan golongan intelektual. Kecuali itu, masih ada
kelompok ketiga yang jumlahnya kecil tetapi mempunyai prestise tinggi
yaitu kaum priyayi tinggi atau ningrat. Di samping lapisan sosial ekonomis
itu, masih dibedakan pula dua kelompok atas dasar keagamaan yang
meskipun secara nominal termasuk agama Islam namun berbeda cara
penghayatannya. Golongan pertama lebih ditentukan oleh tradisi Jawa pra

18

Islam dan disebut Jawa Kejawen, dalam kepustakaan kelompok ini disebut
abangan. Golongan kedua adalah golongan orang-orang Jawa beragama
Islam yang berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam disebut golongan
santri. Namun apapun golongannya mereka semua adalah orang Jawa
dengan ciri-ciri khasnya yang tercermin dalam sikap mereka menghadapi
berbagai macam segi kehidupan ini (Maria A. Sardjono 1995:13-14).

Proses masuknya masyarakat Jawa ke Lampung ialah dimulai sejak tahun 1905
yang dikenal dengan program kolonisasi. Dikutip dari buku “Masyarakat Desa Di
Indonesia” yang dieditori oleh Koentjaraningrat, Sayogya berpendapat bahwa:
Sejak tahun 1926 desa-desa kolonisisasi diperluas hingga tiga puluh
kilometer ke Barat Pringsewu. Semakin luas wilayah itu, pemandangan
persawahan seperti desa-desa di Jawa, pola kebudayaan dan pola ekologi
terlihat berbeda di tengah-tengah masyarakat Lampung yang berladang dan
berkebun kopi dan lada. Kemudian orang-orang Jawa yang berasal dari
desa-desa kolonisasi lama Gedongtatan dan Pringsewu mulai bergerak ke
utara mencari tanah-tanah baru untuk berkampung dan bertani yang baru.
Izin pun diberikan untuk membuka hutan yang lebar dan luas di sebelah
utara sungai Way Sekampung. Izin ini diperoleh dari kepala marga-marga di
bagian selatan yakni marga Way Semah dan Pogung (Koentjaraningrat,
1984: 337-338).
Kemudian Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo memaparkan bahwa sekitar tahun 1928
penduduk Jawa yang bermukim wilayah Way Sekampung mulai kekurangan air,
sehingga mereka meminta izin kepada pesirah marga Anak Tuha untuk membuka
kampung baru di tengah-tengah hutan yang terletak di sebelah Utara. Karena
marga Anak Tuha sudah bersahabat dengan kolonis Jawa akhirnya izin pun
diberikan (Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo, 1992: 85).

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang Jawa adalah orang
yang berasal dari suku Jawa dan anak keturunan orang Jawa yang tinggal disuatu
tempat yang terikat dengan aturan-aturan yang disepakati bersama sebagai orang
Jawa untuk melangsungkan hidupnya. kedatangan orang Jawa ke wilayah

19

transmigrasi di Lampung diterima baik oleh masyarakat setempat bahkan mereka
juga diberikan lahan untuk mendirikan rumah dan bercocok tanam.

B. Kerangka Pikir

Sejak pertama kali migrasi ke Lampung, orang Jawa di Desa Muara Aman
Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara menggantungkan
hidupnya dari hasil pertanian yang mereka kelola.Umumnya jenis tanaman yang
mereka kelola adalah tanaman pangan yang mereka konsumsi sendiri. Penghasilan
yang mereka peroleh pun tergantung dari apa yang mereka kelola di
ladangnya.Keadaan seperti ini yang disebut pola pertanian terbuka karena lahan
yang mereka garap adalah tanaman pangan yang pemanfaatan lahannya terusmenerus. Sementara untuk penduduk setempat, pertanian yang dijalankan adalah
pola tertutup karena setelah membuka lahan pertama maka selanjutnya akan
menanami lahan dengan tanaman keras yang berbuah.

Kedatangan orang Jawa ke desa Muara Aman bertujuan untuk mendapatkan hidup
yang lebih baik.Oleh sebab itu orang Jawa melakukan usaha-usaha untuk
melakukan adaptasi pertanian masyarakat Semendo.Usaha-usaha tersebut berupa
komunikasi, interaksi sosial dan juga organisasi.Interaksi yang terjadi antara
pendatang (Jawa) dengan masyarakat setempat.Dari interaksi yang terjadi
menyebabkan adanya keterkaitan antara kedua belah pihak. Menurut teori Social
Exchange bahwa Seseorang akan berinteraksi dengan orang lain oleh karena hal
itu dianggapnya menguntungkan sehingga seseorang tersebut mendapatkan suatu
imbalan. Dalam proses ini sudah tentu ada yang merasa dirugikan atau kecewa.

20

Kerugian tersebut merupakan biaya yang harus direlakan misalnya kewajiban,
rasa khawatir dan bosan.Kerugian ini bersumber pada perilaku oranglain akibat
dari dorongan diri sendiri seperti rasa cinta, persahabatan dan rasa harga diri.Hal
ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan Malinowski yakni teori Fungsional
atau timbal balik. Teori ini mengatakan bahwa berbagai sistem tukar menukar
yang ada di dalam masyarakat merupakan alat yang mengikat antara satu dengan
yang lain. Dengan adanya sistem menyumbang akan menimbulkan kewajiban
seseorang untuk membalasnya. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa faktor
interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat dapat mendorong terjadinya
suatu bentuk adaptasi.Interaksi antara pola pertanian terbuka orang Jawa dan pola
pertanian tertutup masyarakat Semendo menyebabkan adanya bentuk adaptasi
pertanian orang Jawa di desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning
Kabupaten Lampung Utara.

Komunikasi, Interaksi sosial dan juga bergabung dengan organisasi-organisasi
kemasyarakatan menjadi usaha-usaha yang dilakukan orang Jawa dalam
melakukan adaptasi pola pertanian orang Jawa di desa Muara Aman Kecamatan
Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara.

21

C. Paradigma

Komunikasi

Interaksi Sosial

Pola Pertanian Orang
Jawa

Keterangan:
= Garis pengaruh
= Garis Hubung

Organisasi

22

REFERENSI

SoerjonoSoekanto. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Halaman 62.
SoerjonoSoekanto.1984. Teori Sosiologi Tentang Pribadi dalam Masyarakat.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Halaman 4.
SoerjonoSoekanto.2009. Op Cit. Halaman 62.
SoerjonoSoekanto.1984. Teori Sosiologi Tentang Pribadi dalam Masyarakat.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Halaman 9.
Koentjaraningrat.2007. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press. Halaman 166.
Ibid. halaman 171.
Anonim dalam www.mentari-dunia.blogspot.comdi akses tanggal 13 Februari 2013

pukul 18.15 Wib
Koentjaraningrat.2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan. Halaman 334.
Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. 1992. Sosiologi Pedesaan Jilid 2. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Halaman 86-88.
C.Geertz.1983. Involusi Pertanian Proses Perubahan Ekologi di Indonesia,
(Terjemahan), Jakarta: Bhratara KaryaAksara. Halaman 12-13.
SoerjonoSoekanto. 2009. Op Cit. Halaman 22.
Maria A.Sardjono. 1995. Paham Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman
13-14.
Koentjaraningrat.1984. Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI. Halaman 337-338.
Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. 1992. Op Cit. Halaman 85.

23

III.

METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Keberhasilan dalam melakukan penelitian banyak tergantung dari keberhasilan
perundingan yang dilakukan oleh peneliti dengan mereka yang diteliti. Dengan
demikian dimungkinkan munculnya suatu unsur yang penting seperti yang akan
dibicarakan nanti. Relasi informan dengan peneliti terjadi dalam suatu konteks
sosial-kultural yang konkrit yang tak dikuasai sepenuhnya oleh peneliti. Relasi
tersebut mempegaruhi pula ruang gerak peneliti yang memberikan sumber (Danny
Zacharias: 1984: 98-99).

Hal ini berarti bahwa relasi penulis dengan para informan serta mereka yang
diteliti harus dijadikan sasaran studi. Dalam melihat perubahan yang terjadi pada
pola masyarakat Jawa di Desa Muara Aman digunakan jenis metode penelitian
kualitatif dengan metode struktural fungsional. Paradigma yang digunakan dalam
metode penelitian struktural fungsional ini adalah paradigma struktural
fungsional. Metode ini mengatakan bahwa fungsi kebudayaan yang merupakan
segala aktifitas kebudayaan yang bertujuan untuk memuaskan suatu rangkaian
jumlah kebutuhan naluri manusia yang berkaitan dengan kehidupannya. Menurut
Malinowski fungsi adalah kegunaan dari institusi dalam rangka memenuhi
kebutuhan psikologi individu-individu masyarakat. Dalam rangka memenuhi

24

kebutuhan tersebut individu harus bisa menjaga kesinambungan kelompok sosial
(Koentjaraningrat, 2007: 34-49).

Menurut Heddy Shri Ahimsa Putra, dengan paradigma ini (fungsional struktural),
perhatian peneliti tidak lagi ditujukan pada upaya mengetahui asal-usul suatu
pranata atau unsur budaya tertentu, tetapi pada fungsinya dalam konteks
kehidupan masyarakat atau kebudayaan tertentu (Heddy Shri Ahimsa Putra, 2011:
15).

Radcliffe Brown menjelaskan bahwa metode struktural fungsional adalah suatu
cara yang mempunyai fungsi tertentu, yang berfungsi untuk melestarikan suatu
struktur budaya, susunan bagian-bagiannya yang teratur sehingga budaya-budaya
tersebut dapat tetap teratur (R.G. Soekadijo, 1985: 332).Penelitian kebudayaan
tidak terlepas pada fungsional kebudayaan seperti yang diungkapkan oleh
Malinowski, mula-mula ia mengembangkan suatu teori tentang fungsi dari unsurunsur kebudayaan manusia. Inti dari teori tersebut adalah sebenarnya bermaksud
memuaskan suatu rangkaian dari sebuah kebutuhan naluri yang berhubungan
dengan seluruh kehidupannya.

Hal ini berkaitan dengan masalah yang akan dijelaskan peneliti yaitu adaptasi pola
pertanian orang Jawa di Desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning
Kabupaten Lampung Utara dalam hal interaksi sosial yang terjadi antara
pendatang (Jawa) dan masyarakat lama (Semendo). Untuk memperoleh data
dalam

penelitian

ini,

peneliti

melakukan

wawancara

mendalam

serta

menggunakan pedoman wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam
penelitian ini peneliti berusaha memainkan peran antara lain sebagai teman,

25

saudara, keluarga dan tetangga agar tercipta suasana yang santai antara peneliti
dengan subyek yang akan dimintai keterangan.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning
Kabupaten Lampung Utara.Lokasi ini dipilih karena di masyarakat Jawa diDesa
Muara Aman adalah masyarakat Jawa yang melakukan adaptasi pola taninya.

Selain itu pemilihan lokasi penelitian didasari pertimbangan bahwa masyarakat
Jawa diDesa Muara Aman adalah masyarakat Jawa yang telah merubah pola
taninya, disamping itu lokasi penelitian juga tidak jauh dari desa kelahiran penulis
dengan harapan penulis akan dapat lebih mudah melakukan penelitian karena
secara verbal penulis dapat berkomunikasi dengan para informan yang rata-rata
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa.

Desa Muara Aman terdiri dari enam dusun, yaitu Dusun I hingga dusun VI Muara
Aman. Berikut ini data penduduk desa Muara Aman berdasarkan pada data desa
tahun 2012 dan wawancara dengan bapak Zainal Abidin tanggal 4 februari 2013
pukul 15.35 Wib.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan sesuatu yang akan menjadi objek yang akan diteliti
atau dambil datanya dan menjadi penilaian.Hadari Nawawimenjelaskan bahwa
variabel adalah himpunan beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu

26

masalah(Hadari Nawawi, 1996: 49). Dengan demikian variabel adalah sesuatu
yang menjadi objek penelitian terhadap data yang diamati. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni adaptasi pola
pertanian Orang Jawa

di Desa Muara Aman Kecamatan Bukit Kemuning

Kabupaten Lampung Utara.

D. Sumber Data

1. Informan
Informan harus jujur, patuh dalam peraturan, suka berbicara, tidak masuk dalam
kelompok yang bertentangan dengan luar penelitian dan mempunyai pandangan
tertentu tentang suatu hal/peristiwa yang terjadi. Moleong mengatakan informan
adalah orang yang dalam latar penelitian, yang dapat dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang suatu penelitian, seorang informan harus memiliki
pengalaman tentang latar belakang penelitian. Menurut J.S Badudu syarat-syarat
informan adalah:
1. Umur informan harus benar-benar dapat mewakili dari suatu masyarakat
bahasa
2. Mutu kebudayaan dan psikologi seorang informan harus luas dan dapat
berbicara secara relevan
3. Informan hendaknya seorang penutur asli dari bahasa dan dialek yang
sedang di pelajari(J.S Badudu, 1985: 55-56)

Berdasarkan pendapat diatas, maka informan dalam penelitian bukan hanya
orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang luas saja, melainkan orang yang
pernah mengalaminya. Jadi Informan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

27

1.
2.
3.
4.

Tokoh masyarakat Jawa yang telah ada pada tahun 1980-sekarang
Informan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.
Dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya.
Orang yang memahami objek yang diteliti tentang perubahan pola tani pada
masyarakat Jawa di desa Muara Aman
5. Informan harus memiliki pengalaman pribadi tentang pertanian

2. Dokumen dan Arsip
Dokumen atau arsip adalah benda-benda dan bahan tertulis yang berhubungan
dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Menurut Imam Suprayogo dan
Tobroni, dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan
suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumen
tertulis seperti data base surat-surat, rekaman, gambar, benda-benda peninggalan
yang berkaitan dengan suatu peristiwa (Imam Suprayogo dan Tobroni, 2001:
164).

Oleh karena itu, dalam penelitian ini dokumen dan arsip-arsip yang menjadi
sumber penelitian ini adalah arsip, dokumen, monografi,dan lain-lain yang
berkaitan dengan pola pertanian masyarakat Jawa di desa Muara Aman kecamatan
Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara tahun 1982-1989.

E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini, untuk mendapatkan data yang sesuai dengan masalah yang penulis
teliti maka, peneliti menggunakan teknik dokumentasi, wawancara dan
kepustakaan.

28

a. Teknik Wawancara
Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti
mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan sumber data,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang sengaja dibuat
untuk keperluan tersebut (Hadari Nawawi, 1993: 95).

Metode wawancara atau metode interview mencakup cara yang dipergunakan
kalau seseorang mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari
seorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut. Dalam hal ini suatu percakapan meminta keterangan yang tidak untuk
bertujuan suatu tugas itu, tetapi yang hanya untuk tujuan beramah-tamah, untuk
tahu saja, atau untuk ngobrol saja, tidak disebut wawancara.

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan
tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian mereka itu
merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 1977:
162)

Melalui teknik ini penulis menggali informasi kepada informan yang didasarkan
pada permasalahan penelitian. Penulis menggali informasi dengan suasana akrab.
Proses penggalian informasi ini dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur.

Wawancara struktur atau wawancara terarah adalah pertanyaan sudah disusun
terlebih dahulu dalam bentuk daftar pertanyaan-pertanyaan. Jawaban yang
diharapkan sudah dibatasi dengan yang relevan saja dan diusahakan agar informan

29

tidak melantur kemana-mana, dengan demikian dibuatlah suatu panduan
wawancara disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun kisi-kisi panduan wawancara untuk memudahkan penyusunan
pertanyaan sehingga sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.
b. Memilih pertanyaan yang relevan. Butir-butir pertanyaan yang tertuang
dalam kisi-kisi, selanjutnya dipilih mana yang diperlukan dan mana yang
tidak, sehingga tidak terjadi tumpang tindih (dan penghamburan waktu
maupun tenaga dalam pelaksanaan)
c. Membuat panduan wawancara yang siap digunakan.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali
dari responden.

Pada wawancara tak terstruktur, hal-hal yang akan ditanyakan belum ditetapkan
secara rinci. Rincian dari topik pertanyaan pada wawancara yang tak terstruktur
disesuaikan dengan pelaksanaan wawancara di lapangan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah salah
satu teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan obrolan secara langsung
terhadap informan guna memperoleh informasi yang menjadi objek penelitian.

b. Teknik Dokumentasi
Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi
dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian,

30

baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah dan lain-lain
(Hadari Nawawi, 1993: 95). Melalui teknik ini penulis mengumpulkan berbagai
bahan baik berupa tulisan maupun gambar-gambar yang berkenaan dengan
masalah penelitian.

c. Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan atau
sumber-sumber data yang diperlukan dari perpustakaan, yaitu dengan cara
mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis
teliti. Oleh karena dalam penelitian ini tidak dapat dilepaskan dari literatureliteratur ilmiah maka kegiatan studi pustaka atau teknik kepustakaan ini menjadi
sangat penting tertutama dalam penelitian kualitatif. (Hadari Nawawi, 1993: 133)

Koentjaraningrat

menyatakan

bahwa

studi

pustaka

merupakan

cara

mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material
yang terdapat diruangan perpustakaan misalnya, Koran, naskah, majalah, catatancatatan, kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.
(Koentjaraningrat, 1977: 420)

Bahan-bahan yang berupa kepustakaan sangat membantu dalam menemukan
jawaban dari masalah yang akan penulis teliti. Dalam perpustakaan terdapat
berbagai macam informasi yang dapat digali dan mengandung berbagai macam
disipli ilmu pengetahuan.

Melalui studi pustaka ini penulis berusaha mengumpulkan berbagai macam
informasi yang menunjang dalam penyelesaian masalah, selain itu melalui studi

31

pustaka ini terdapat teori-teori atau pendapat-pendapat para ahli yang akan dapat
dianalisis oleh penulis dan akan dijadikan landasan penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Se