Pengetahuan Lansia Tentang Andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

(1)

Skripsi

Oleh

SURYA ADI DARMA

111121089

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN T.A. 2013


(2)

(3)

Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengetahuan Lansia Tentang Andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat . Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat rintangan, namun berkat Rahmat-Nya serta bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga rintangan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit,

S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II, Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III.

3. Bapak Ismayadi, S.Kp.Ns sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini, Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku penguji 1 dan Ibu Eryunita Lubis, S.Kep. Ns selaku penguji 2 yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns. M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang

telah banyak membantu penulis selama mengikuti pendidikan.

5. Ayahanda & Ibunda yang selalu memberikan doa, dukungan moril dan materil, serta cinta kasih.


(4)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kriktik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Februari 2013

Surya Adi Darma


(5)

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1 . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pengetahuan ... 6

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 6

2.1.2.Tingkat Pengetahuan ... 7

2.1.3. Fungsi Pengetahuan ... 9

2.1.4. Sumber Pengetahuan ... 9

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan………... 11

2.2. Lansia ... 12

2.2.1. Definisi Lansia………. ... 12

2.2.2. Batasan Usia Lanjut………. ... 13

2.2.3. Klasifikasi Usia Lanjut………. ... 13

2.3. Andropause……… .. 14

2.3.1. Definisi Andropause………. .. 14

2.3.2. Penyebab Andropause……….. ... 15

2.3.3. Fisiologi Andropause……… .. 17

2.3.4. Gejala & Tanda Andropause……… ... 19

2.3.5. Dampak Andropause……… ... 20

2.3.6. Terapi & Pencegahan Andropause……….. .... 21

2.3.7. Manfaat Pengobatan Terapi Hormon Testosteron………. ... 23

BAB 3. KERANGKAN PENELITIAN ... 24

3.1. Kerangka Konsep ... 24

3.2. Defenisi Operasional ... 25

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

4.1. Desain Penelitian ... 28

4.2. Populasi dan Sampel ... 28

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 29

4.5. Instrumen Penelitian ... 29

4.6. Aspek Pengukuran……… ... 30

4.6. Pengumpulan Data ... 31

4.7. Analisa Data ... 32


(6)

5.3. Data Pengetahuan Responden……… 38

5.4. Pembahasan………... 39

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN………... 43

6.1. Kesimpulan………... 43

6.2. Saran………... 43 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuesioner Penelitian

3. Surat Izin Survey Awal dari Fakultas Keperawatan USU

4. Surat Izin Balasan Survey Awal dari Kepala Desa Alur Gadung 5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

6. Surat Izin Balasan Penelitian dari Kepala Desa Alur Gadung 7. Surat Izin Validitas

8. Hasil Reliabilitas

9. Hasil Tabulasi Data penelitian 10. Jadwal Penelitian


(7)

(8)

Andropause……… 25 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Bedasarkan Data Demografi Lansia Tentang

Andropause………..………. 35 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Bedasarkan Hasil Penilaian Lansia Tentang

Andropause………...………. ……….. 36 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Bedasarkan Pengetahuan Lansia Tentang


(9)

Jurusan : Ilmu Keperawatan Ekstensi Tahun : 2013

ABSTRAK

Andropause adalah kondisi pria diatas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda, dan keluhan mirip menopause pada wanita. Penurunan kadar testosteron yang terus menurun bertahap, seiring usia yang terus menua dapat menyebabkan kondisi fisik dan performa seksual laki-laki perlahan merosot. Andropause bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor organik dan faktor psikogenik. Penurunan kadar hormon testosterone dapat menimbulkan berbagai gejala dan keluhan. Dampak dari andropause dapat menyebabkan osteoporosis, kanker prostat, penyakit jantung dan angina pektoris. Terapi andropause dapat dilakukan secara ilmiah, kombinasi diet dan olahraga dengan tidur yang cukup dan tingkat stress yang rendah membantu memperkuat produksi testosterone. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan lansia dalam meghadapi andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September s/d November 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun keatas yang berjumlah 57 orang dan sampel penelitian ini sebanyak 57 orang dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang pengetahuan baik sebanyak 2 orang (3,5%), pengetahuan cukup sebanyak 38 (66,7%) dan pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (29,8%). Untuk itu agar dapat memiliki pengetahuan yang baik maka lansia diharapkan mencari informasi yang lengkap dan benar dari sumber yang dapat dipercaya atau pihak yang berkompeten misalnya tenaga kesehatan sehingga dapat bagi para lansia bersikap positif dalam menhadapi andropause. Keluarga lansia juga di harapkan agar lebih peduli dan perhatian kepada lansia dan dapat membantu lansia dalam hal melakukan pencegahan andropause seperti membantu melakukan terapi kepada lansia.


(10)

NIM : 111121089

Jurusan : Ilmu Keperawatan Ekstensi Tahun : 2013

ABSTRAK

Andropause adalah kondisi pria diatas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda, dan keluhan mirip menopause pada wanita. Penurunan kadar testosteron yang terus menurun bertahap, seiring usia yang terus menua dapat menyebabkan kondisi fisik dan performa seksual laki-laki perlahan merosot. Andropause bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor organik dan faktor psikogenik. Penurunan kadar hormon testosterone dapat menimbulkan berbagai gejala dan keluhan. Dampak dari andropause dapat menyebabkan osteoporosis, kanker prostat, penyakit jantung dan angina pektoris. Terapi andropause dapat dilakukan secara ilmiah, kombinasi diet dan olahraga dengan tidur yang cukup dan tingkat stress yang rendah membantu memperkuat produksi testosterone. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan lansia dalam meghadapi andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September s/d November 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun keatas yang berjumlah 57 orang dan sampel penelitian ini sebanyak 57 orang dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang pengetahuan baik sebanyak 2 orang (3,5%), pengetahuan cukup sebanyak 38 (66,7%) dan pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (29,8%). Untuk itu agar dapat memiliki pengetahuan yang baik maka lansia diharapkan mencari informasi yang lengkap dan benar dari sumber yang dapat dipercaya atau pihak yang berkompeten misalnya tenaga kesehatan sehingga dapat bagi para lansia bersikap positif dalam menhadapi andropause. Keluarga lansia juga di harapkan agar lebih peduli dan perhatian kepada lansia dan dapat membantu lansia dalam hal melakukan pencegahan andropause seperti membantu melakukan terapi kepada lansia.


(11)

1.1.Latar Belakang

Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa dan pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia di proyeksikan sebesar 7,28 % dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34 % (BPS, 1992). Penelitian di negara-negara barat menunjukkan bahwa 10-15% pria mulai mengalami andropause pada usia 60 tahun sedangkan 54% pria menunjukkan gejala andropause pada kelompok umur 60-90 tahun, dengan bertambahnya angka harapan hidup, maka jumlah penderita gejala andropause akan meningkat dengan pesat. Pangkahila (2007) menambahkan pada tahap usia transisi (35 - 45 tahun) dimana testosteron

turun sampai 25%, gejala andropause mulai muncul dengan nyata, namun trend

yang terjadi usia penurunan produksi testostron ini mengalami percepatan oleh karena adanya faktor eksternal seperti polusi yang berlebih, obesitas, diabetes, serta konsumsi alkohol (Muller, 2003).

Andropause seperti juga menopause pada perempuan usia senja, pada kaum laki- laki juga ada istilah andropause yang belum populer di kalangan masyarakat. Secara harfiah andropause diartikan sebagai kejantanan (andro), istirahat (pause), secara awam boleh diartikan mulai istirahatnya kelaki-lakian seseorang laki-laki usia senja, sedangkan secara umum diartikan sebagai berkurangnya produksi hormon laki-laki (testosteron), ada yang memberi istialah andropause sebagai klimakteriaum laki-laki. Seorang laki-laki sedang berada pada tingkat kritis fase kehidupannya, dimana terjadi perubahan fisik, hormon, dan psikis, serta penurunan aktifitas seksual. Di Inggris publikasi tentang andropause sudah ada


(12)

sejak tahun 1952. Dalam publikasi ini disebutkan bahwa andropause terjadi secara alami dan laki-laki yang andropause akan mengalami penurunan kemampuan fisik dan gairah seksual (Yatim, 2002).

Bedasarkan penelitian bahwa gejala andropause mulai dapat terjadi pada laki-laki saat memasuki usia 40 tahun. Penurunan kadar testosteron yang terus menurun bertahap seiring usia yang terus menua. Kadar testosteron yang terus menurun tersebut dapat menyebabkan kondisi fisik dan performa seksual laki-laki perlahan merosot. Hal ini akhirnya diikuti dengan keluhan psikis, meski tidak khas gejala fisik misalnya mudah letih dan mengantuk berlebihan, rasa sakit atau kaku pada otot, persendian dan tulang, penis mengecil, penurunan tenaga, kekuatan otot, pertumbuhan kumis, janggut berkurang, dan penurunan frekuensi ereksi pagi hari sehingga menurunnya gairah seksual, akibatnya laki-laki mudah marah, depresi, panik, tegang, gelisah, sulit tidur juga merasa tertekan (Setiawan, 2008).

Di seluruh dunia pada tahun 2000 jumlah pria yang masuk dalam kategori usia andropause mencapai 1,5 miliar, dimana yang 1 miliar berada di negara berkembang seperti Indonesia. Diperkirakan negara maju 15% pria yang berusia 40 - 60 tahun serta 5% pria muda 30 tahunan tercatat menderita andropause dan dari penelitian Profesor Susilo ditahun 2002 kira-kira 288 orang yang mengalami andropause mulai sadar memeriksakan dirinya (Hutapea, 2002). Di Indonesia pada tahun 2000 jumlah pria yang berusia 55 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia andropause adalah sebesar 14,25 juta orang pada tahun 2020 diperkirakan jumlah laki-laki andropause akan mencapai 24,7 juta (Prawirohardjo, 2004).


(13)

mempunyai kadar testosteon 300 mg/dl darah (batas ambang kadar testosteron normal). Sayang sekali laki-laki yang mengalami penurunan gairah seksual akibat penurunan hormon testosterone kebanyakan bersifat pasif (Yatim, 2004).

Prevalensi andropause dapat di duga berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Jumlah pria yang mengalami andropause di Indonesia belum ada data resmi. Di Amerika data menyebutkan bahwa sindroma andropause dialami oleh sekitar 15% pria usia 40-60 tahun tetapi hanya sekitar 5% yang mendapat pengobatan (Pangkahila, 2007). Sebagian pria bahkan telah mengalami sindroma andropause sejak usia tiga puluhan tetapi dengan jumlah yang relative kecil yaitu kurang lebih 5% (Wibowo, 2002). Jika dilakukan deduksi berdasarkan kenyataan dan fakta bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya andropause lebih banyak ditemui di Indonesia, antara lain: polusi lingkungan kerja, beban lingkungan kerja dan gaya hidup maka sangatlah mungkin andropause lebih banyak diderita oleh pria di Indonesia dibandingkan negara barat (Wibowo, 2002).

Bedasarkan fenomena tersebut perlu di lakukan penelitian mengenai pengetahuan lansia tentang andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.


(14)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pengetahuan Lansia Tentang Andropause Di Desa Alur gadung di Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat "

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui secara langsung tentang pengetahuan lansia tentang andropause di Desa Alur Gadung di Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

1.4.Manfaat penelitian

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi praktek keperawatan sebagai bahan masukan bagi perawat dan tim kesehatan lainnya untuk mengetahui sejauh mana lansia mengetahui tentang andropause sehingga diharapkan perawat lebih meningkatkan pengetahuan lansia tentang andropause. Hasil penelitian ini dijadikan bahan bacaan bagi yang memerlukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang.

b. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi lansia sebagai bahan

sumber informasi masyarakat di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dampak serta pencegahan andropause

c. Bagi Peneliti

Diharapkan mahasiswa mampu mensintesa ilmu pengetahuan, penerapan proses keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan


(15)

keperawatan professional, baik kepada individu, keluarga, masyarakat, mampu melakukan manajemen keperawatan, juga mampu melakukan menejemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan - kegiatan keperawatan secara efektif & efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan serta menambah pengalaman dan pengetahuan dalam penelitian selanjutnya.

d. Bagi Keluarga / masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya selama masa andropause


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

2.1.1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang telah dikenali atau diketahui dan kesimpulan yang ditarik dari hal yang dikenali manusia. Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan hal (Muliono dkk, 1988). Berkenaan dengan hal yang dikenali atau diketahui seseorang dapat memahami dan mungkin melakukan tentang pengetahuan tersebut dalam situasi tertentu.

Menurut penelitian Rogers (1974) sebelum orang mengadopsi prilaku baru

dalam ciri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu: Awareness

(kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek), Interest (merasa tertarik) terhadap suatu stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebab dari pengetahuan dan penelitian ternyata prilakunya yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan merupakan


(17)

hasil perkembangan dan pendidikan maka semakin tinggi perkembangan dan pendidikan perawat maka semakin kompleks bahasa yang dipakai dalam proses komunikasi sehingga dapat menjembatani proses komunikasi yang baik antara perawat dan pasiennya (Potter & Perry, 2002).

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu: indra penglihatan, indra pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007)

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2007)

2.1.2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang diterima


(18)

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek tersebut harus bisa menjelaskan, menyimpulkan dan menyebutkan terhadap materi yang sudah diterima.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari terhadap suatu situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam kompenen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja: menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya

5. Sintesis

Sintesis menunjukan suatu kemampuan meletakan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulir baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. Penilaian tersebut bedasarkan suatu krikteria yang ditentukan sendiri ataupun menggunakan krikteria yang ada


(19)

2.1.3. Fungsi Pengetahuan

Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur yang tidak konsisiten dengan apa yang diketahui individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu consistent (Notoatmodjo, 2003)

2.1.4. Sumber Pengetahuan

Menurut Setyosari (2010) ada beberapa sumber pengetahuan diantaranya : 1. Pengalaman (Experience)

Pengalaman pribadi setiap orang sangat beragam dan berbeda. Kadang kala dengan berbekal pengalaman pribadi ini atau pengalaman yang diperoleh melalui orang lain seseorang memperoleh manfaat darinya. Namun demikian tidak semua bentuk pengalaman sesuai untuk mengatasi masalah yang kita hadapi. Untuk mencari jawaban persoalan yang bersifat sederhana atau mudah pemecahannya juaga sederhana dan tidak telalu kompleks.

2. Kewenangan (Authority)

Wewenang atau otoritas dimiliki oleh seseorang yang sudah memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Wewenang ini juga sering dipakai sebagai pegangan oleh seseorang dalam suatu usaha untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. 3. Berfikir Deduktif (Deductive Thinking)

Berfikir deduktif ini merupakan proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu. Cara berfikir ini dilandasi dengan suatu system penyusunan fakta yang sudah diketahui terlebih dahulu untuk sampai pada kesimpulan yang benar.


(20)

4. Berfikir Induktif (Inductive Thinking)

Cara berfikir induktif pada pokoknya bertolak dari dasar pemikiran bahwa suatu kebenaran tidaklah selalu berasal dari otoritas atau kewenangan belaka. Dalam berfikir induktif seseorang harus melakukan pengamatan sendiri, mencari fakta untuk mencapai generalisasi. Cara berfikir induktif berbeda dengan deduktif yang mendasarkan pada dasar pikiran harus diketahui terlebih dahulu sebelum mencapai pada kesimpulan yang benar. Dalam berfikir secara induktif, kesimpulan akan tercapai dengan mengamati contoh, fakta, gejala atau objeknya. 5. Berfikir Ilmiah (Scientific Thinking)

Proses berfikir ilmiah adalah proses melakukan penalaran terhadap suatu hal sesuai dengan prosedur ilmiah. Sesuatu disebut ilmiah apabila bias ditangkap dengan rasio (piker), dengan demikian sesuatu itu dikatakan rasioanal apabila cara pemikirannya dilandasi oleh prosedur ilmiah. Sesuatu yang dikatakan ilmiah apabila bias diterima oleh akal artinya menurut pertimbangan akal atau pikiran yang sehat (Setyosari, 2010)

Kepercayaan bedasarkan tradisi merupakan pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan yang menunjukan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mewarisi apa saja yang ada dalam diri seseorang dan umumnya berlaku dalam kehidupan masyarakat, adat, nilai, kebiasaan dan kehidupan dalam beragama dengan kata lain pengetahuan diperoleh bedasarkan pemahaman atas sesuatu situasi baru yang berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan (Aisyah, 2006)


(21)

2.1.5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007), ada beberapa factor yang mempengaruhi pengetahuaan diantaranya :

a. Umur

Umur adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat semakin berulang. Semakin cukup umum, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat.

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang baik. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperolah dengan memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

2.2. Lansia

2.2.1. Definisi Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Siti Maryam, 2008). Sedangkan menurut UU No. 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat (2), (3), (4) tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Usia lanjut


(22)

menurut (Noorkasiani, 2008) adalah seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun, yang selanjutnya terbagi ke dalam usia 70 - 75 tahun (young old), 75 - 80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun di katakan (very old).

Menurut (Arisman, 2010) usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Sedangkan menurut (Nugroho, 2008). Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi). dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

2.2.2. Batasan Usia Lanjut

Menurut organisasi Kesehatan Dunia, Usia pertengahan (middle age)

ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara 76 sampai 90 tahun, usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2.2.3. Klasifikasi Lansia

Menurut (Rosidawati, 2008) terdapat 5 klasifikasi pada lansia diantaranya: 1. Pralansia (Prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun 2. Lansia


(23)

3. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

4. Lansia potensial

Menghasilkan barang/jasa. Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.3. Andropause

2.3.1. Definisi Andropause

Andropause adalah kondisi pria di atas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda, dan keluhan mirip menopause pada wanita. Karena itu istilah andropause sering disebut sebagai menopause pada pria. Akan tetapi istilah andropause merupakan istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan kondisi keluhan-keluhan tersebut. Pada andropause meskipun keluhannya mirip keluhan menopause tetapi hal ini tidak berarti bahwa kondisi dan keluhannya akan sama persis dengan wanita. Pada wanita menopause, produksi sel telur, hormon estrogen, dan siklus haid akan terhenti secara nyata. Sedangkan pria di atas umur tengah baya produksi spermatozoa dan hormon testosteron turun secara perlahan/bertahap (Susilo, 1998).

Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, andro artinya pria

sedangkan pause artinya penghentian, jadi secara harfiah andropause adalah


(24)

menopause dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan berhenti dengan cara yang relatif tiba-tiba, pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormone lainnya terjadi secara perlahan dan bertahap (Setiawan, 2006).

Andropause seperti juga menopause pada perempuan usia senja, pada kaum laki- laki juga ada istilah andropause yang belum populer di kalangan masyarakat. Secara harfiah andropause diartikan sebagai andro: kejantanan, pause: istirahat, secara awam boleh diartikan mulai istirahatnya kelaki-lakian seseorang laki-laki usia senja, sedangkan secara umum diartikan sebagai berkurangnya produksi hormon laki-laki (testosteron), ada yang memberi istialah andropause sebagai klimakteriaum laki-laki. Seorang laki-laki sedang berada pada tingkat kritis fase kehidupannya, dimana terjadi perubahan fisik, hormon, dan psikis, serta penurunan aktifitas seksual. Selama proses penuaan normal pada pria, terdapat penurunan 3 sistem hormonal, yaitu hormon testosteron, dehydroephyandrosteron (DHEA)/DHEA Sulfat (DHEAS), serta Insulin Growth Factor (IGF) dan Growth Hormon (GH). Menurut (Saryono, 2010) yang menyebut andropause dengan sebutan lain seperti: klimaterium pada pria, Partial Androgen Deficiency in Aging Male (PADAM), Partial Testosteron Deficiency in Aging Male (PTDAM), Adrenopause (defisiensi DHEA), Somatopause, Viropause

2.3.2. Penyebab Andropause

Andropause dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang berperan dalam terjadinya andropause ialah adanya pencemaran lingkungan yang bersifat kimia, psikis, dan faktor diet atau makanan.


(25)

Faktor yang bersifat kimia yaitu pengaruh bahan kimia yang bersifat estrogenic. Bahan kimia tersebut antara lain: asam sulfur, difocol, pestisida, insektisida, herbisida, dan pupuk kimia. Efek estrogenic yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan penurunan hormon testosteron. Sedangkan faktor psikis yang berperan yaitu kebisingan, ketidaknyamanan, dan keamanan tempat tinggal (Susilo, 1998).

2. Faktor Organik

Faktor organik yang berperan dalam terjadinya andropause yaitu adanya perubahan hormonal. Pada pria yang telah mengalami penuaan, perubahan hormonal yang terjadi antara lain:

a. Hormon Testosteron

Testosteron adalah zat androgen utama yang tidak hanya diproduksi oleh testis, tapi juga oleh ovarium pada wanita dan kelenjar adrenal (Tan, 2001). Dalam keadaan normal, kira-kira hanya 2% hormone testosteron berada dalam bentuk bebas (tidak terikat), sisanya terikat pada Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), dan hanya sedikit yang terikat pada albumin serta cortisolbinding globulin. Sedangkan yang menunjukkan bioavailabilitas testosteron ialah yang memiliki bentuk bebas dan terikat pada albumin, bukan yang terikat pada SHBG.

b. Hormon dehydroepiandrosteron (DHEA) dan dehydroepiandrosteron

sulphate (DHEAS)

Merupakan hormone yang berbentuk steroid C-19 dan merupakan steroid

terbesar dalam tubuh manusia. Hormon ini terutama disekresi oleh zona reticularis

kelenjar adrenal. Dalam darah, hormon ini terutama berbentuk ikatan dengan


(26)

DHEAS dalam darah kira-kira 300-500 kali konsentrasi konsentrasi DHEA. Sekresi DHEAS selain oleh kelenjar adrenal, sebagian kecil berasal dari konversi

DHEA jaringan perifer. Hormon DHEAS, terutama akan dimetabolisir menjadi

DHEA, kemudian berubah lagi menjadi σ5-androstenedion, kemudian akhirnya

menjadi testosterone, Sisanya sebagian kecil akan dimetabolisir menjadi σ5 -androstenediol sulfat tanpa kehilangan gugus sulfatnya dan atau sebaliknya. DHEA dalam sirkulasi kebanyakan berasal dari DHEAS dan sebagian kecil berasal dari kelenjar adrenal. DHEA yang berasal dalam sirkulasi sebagian besar terikat albumin, sisanya pada SHBG dan dalam bentuk bebas.Puncak kadar DHEA/DHEAS ialah pada umur 20-30 tahun. Berikutnya mulai terjadi penurunan secara perlahan-lahan dengan kecepatan kira-kira 2% per tahun.

3. Faktor Psikogenik

Faktor-faktor psikogenik yang sering dianggap dapat mendorong timbulnya keluhan adropause antara lain:

a. Pensiun,

b. Penolakkan terhadap kemunduran c. Stress tubuh/fisik.

2.3.3. Fisiologis Andropause

Walaupun istilah andropause ditujukan untuk pria usia lanjut, tetapi gejala yang sama juga terjadi pada pria berusia lebih muda yang mengalami kekurangan hormon androgen.. Testosteron merupakan hormon seks pria yang paling penting (Pangkahila, 2006). Testosteron disekresikan oleh sel-sel interstisial leydig di dalam testis. Testis mensekresi beberapa hormon kelamin pria, yang secara bersamaan disebut dengan androgen, termasuk testosteron, dihidrotestosteron, dan


(27)

androstenedion. Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lain sehingga dapat dianggap sebagai hormon testicular terpenting, walaupun sebagian besar

testosteron diubah menjadi hormone dihidrotestosteron yang lebih aktif pada

jaringan target (Guyton dan Hall, 1997).

Nilai rujukan normal testosteron total adalah 300-1100 ng/dl (Sayono, 2010), Richard (2002) menyatakan kadar testosteron pada pria dewasa adalah sebagai berikut: free testosteron sebesar 0,47-2,44 ng/dl atau 1,6% - 2,9%, sedangkan kadar testosteron dan kadar testosteron SHBG (Sex Hormone Binding Globulin) diklasifikasikan berdasarkan usia seperti tabel berikut ini:

Tabel 1. Kadar Testosteron dan Kadar Testosteron SHBG (Sex Hormone Binding Globuli)

Kadar Testosteron Kadar Testosteron HSBG

Usia ng/dl Usia nmol/l

20 – 39 400 - 1080 13 – 15 13 – 63

40 – 59 350 - 890 16 – 18 13 – 71

>60 350 - 720 >19 11 – 54

Testosteron total terdiri dari 60% testosteron terikat globulin (SHBG), 38% testosteron terikat albumin, dan 2% testosteron bebas. Komponen aktif dari testosteron adalah testosteron terikat albumin dan testosteron bebas yang kemudian diubah oleh enzim menjadi estradiol (dengan aromatase) dan dehidrotestosteron (dengan 5 alfa reduktase). Testosteron antara lain bertanggungjawab terhadap berbagai sifat maskulinisasi tubuh. Pengaruh


(28)

testosteron pada perkembangan sifat kelamin primer dan sekunder pada pria dewasa antara lain (Guyton dan Hall, 1997):

1. Sekresi testosteron setelah purbetas menyebabkan skrotum, testis, penis kira - kira membesar delapan kali lipat sampai usia kurang dari 20 tahun

2. Pengaruh pada penyebaran bulu rambut tubuh antara lain diatas pubis, ke

arah sepanjang linea alba kadang-kadang sampai umbilicus dan diatasnya, serta pada wajah dan dada.

3. Menyebabkan hipertropi mukosa laring dan pembesaran laring. Pengaruh

terhadap suara pada awalnya terjadi “suara serak”, tetapi secara bertahap berubah menjadi suara bass maskulin yang khas.

4. Meningkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran

jaringan subkutan.

5. Meningkatkan pembentukan protein dan peningkatan massa otot.

6. Berpengaruh pada pertumbuhan tulang dan retensi kalsium. Testosteron

meningkatkan jumlah total matriks tulang dan menyebabkan retensi kalsium.

7. Testosteron juga berpengaruh penting pada metabolisme basal, produksi sel

darah merah, sistem imun, serta pengaturan elektrolit dan keseimbangan cairan tubuh.

2.3.4. Gejala dan Tanda Andropause

. Menurut (Saryono, 2010) penurunan kadar hormon testosteron pada pria menimbulkan beberapa gejala dan keluhan pada berbagai aspek kehidupan, antara lain :


(29)

1. Gangguan vasomotor yaitu gangguan kenyamanan secara umum, tubuh terasa panas, insomnia, berkeringat, rasa gelisah dan takut terhadap perubahan yang terjadi.

2. Gangguan fungsi kognitif dan suasana hati yaitu Mudah lelah, menurunnya

motivasi terhadap berbagai hal, berkurangnya ketajaman mental, depresi, dan hilangnya kepercayaan diri.

3. Gangguan virilitas yaitu Mudah lelah, berkurangnya tenaga, menurunnya

kekuatan dan massa otot, kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak pada daerah abdomen, dan osteoporosis

4. Gangguan seksual yaitu Menurunnya libido yang berimbas pada menurunnya

minat terhadap aktivitas seksual, kualitas orgasme yang menurun. berkurangnya kemampuan ereksi atau disfungsi ereksi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi.

Khusus mengenai fungsi seksual, terjadi keluhan dan gejala sebagai berikut: Menurunnya dorongan seksual, memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai ereksi penis, memerlukan rangsangan langsung pada penis untuk mencapai ereksi penis, berkurangnya kekakuan pada penis, berkurangnya itensitas enjakulasi. 2.3.5. Dampak Andropause

1. Osteoporosis

Pada pria, testosterone berperan juga dalam menjaga keseimbangan otot dan tulang. Dengan bertambahnya usia dan menurunnya kadar testosterone, kemampuan kembali pembentukan jaringan tulang semakin menurun sehingga menunjukan pola yang mirip dengan osteoporosis.


(30)

2. Kanker Prostat

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat dengan sel kelenjar prostat yang tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali. Ukurannya kecil dan terletak dibawah kandung kemih mengelilingi saluran kencing (uretra). Prostat memegang peranan penting dalam produksi cairan enjakulasi yang fungsinya memproduksi cairan prostatyang menyediakan zat makanan bagi sel sperma. Kanker tersebut terjadi karena proses reduksi terhadap hormone testosterone akibat pengaruh enzim 5 alfa reduktase menjadi hormone dihidrotestosterone. Perubahan yang berlangsung secara bertahap ini menyebabkan makin tingginya kadar dihidrotestosterone sehingga pembesaran prostat pun terjadi.

3. Penyakit Jantung

Resiko pria terkena arterosklerosis cenderung meningkat setelah terjadi andropause. Fenomena ini terjadi dikarenakan menurunnya kadar testosterone sejalan dengan proses penuaan. Kadar testosterone yang rendah akan menyebabkan peningkatan faktor resiko penyakit jantung.

4. Angina Pektoris

Akibat penurunan kadar testosterone juga mengakibatkan terjadinya angina pectoris pada pria.

2.3.6. Terapi dan Pencegahan Andropause

Menurut Saryono (2010) Terapi andropause dapat dilakukan secara ilmiah. Kombinasi diet dan olahraga dengan tidur yang cukup dan tingkat stress yang rendah membantu memperkuat produksi testosterone. Metode lain termasuk mengkonsumsi suplemen ekstra tumbuhan yang dapat membantu dalam


(31)

mengatasi masalah andropause. Terapi testosterone terdapat berbagai sediaan termasuk di temple di kulit (skin patches), kapsul, jel dan injeksi.

1. Skin Patches

Terapi ini yang berisi testosterone di tempelkan di kulit dimana testosterone di lepaskan secara perlahan ke dalam darah untuk mencegah munculnya gejala yang disebabkan oleh kekurangan testosterone. Terapi ini dipasang di daerah yang kering seperti punggung, abdomen, lengan atas atau paha.

2. Gel Testosterone

Terapi ini juga dipakai langsung di kulit misalnya pada lengan. Untuk menghindari kontak dengan orang lain, seseorang yang melakukan terapi gel dianjurkan mencuci tangan sesudah melakukan terapi ini.

3. Kapsul

Terapi dalam bentuk kapsul ini biasanya dikonsumsi 2 kali sehari setelah makan. Pria yang menderita penyakit hati, penyakit jantung, penyakit ginjal atau kelebihan kalsium didalam darah sebaiknya menghindari terapi pemberian kapsul testosterone.

4. Injeksi Testosterone

Terapi injeksi testosterone (testosterone cypionate & testosterone enanthate) diberikan setiap 3 sampai 4 minggu. Efek dari obat ini menyebabkan suasana hati menjadi labil akibat perubahan hormone testosterone. Bagi penderita penyakit jantung, penyakit ginjal, kelebihan kalsium berlebihan dalam darah sebaiknya menghindari terapi testosterone cypionate sedangkan bagi penderita penyakit ginjal sebaiknya mendapat terapi testosterone enanthate. Tetosterone tidak boleh berikan oleh pasien dengan kanker prostat atau payudara.


(32)

2.3.7. Manfaat Pengobatan Terapi Hormon Testosterone

Menurut Saryono (2010) ada Beberapa manfaat dari terapi hormone testosterone yaitu:

1. Emosi dan rasa penghargaan diri membaik

2. Energi secara fisik dan mental meningkat

3. Kemarahan, mudah tersinggung, kesedihan, kelelahan, dan rasa gugup

berkurang

4. Kualitas tidur membaik

5. Libido dan kemampuan seksual meningkat

6. Massa tubuh meningkat dan lemak berkurang

7. Kekuatan otot bertambah


(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep penelitian ini tentang Pengetahuan Lansia Tentang Andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut :

Skema 3.1 Pengetahuan Lansia Tentang Andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

Pengertian Andropause Penyebab Andropause Tanda & Gejala Andropause Dampak Andropause

Pencegahan Andropasue Pengetahuan Lansia Tentang

Andropause: - Baik - Cukup - Kurang


(34)

3.2.Tabel

Definisi Operasional NO Variabel

Penelitian

Definisi Operasiaonal

Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1 Pengetahuan

Lansia

Andropause adalah kondisi pria di atas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda, dan keluhan mirip menopause pada wanita Penyebab

Andropause terdiri dari 3 faktor yaitu: faktor lingkungan, faktor organik dan faktor psikogenik. Gejala Andropause terdiri dari: Gangguan Vasomotor (tubuh terasa panas, Kuisioner dengan 15 pernyataan

Ordinal Baik, bila responden mendapat skor 26 - 30 dari 15 pernyataan Cukup, bila responden mendapat skor 21 - 25 dari 15 pernyataan Kurang, bila responden mendapat skor 15-20 dari 15 pernyataan


(35)

berkeringat, rasa gelisah dan takut Gangguan Kognitif (mudah lelah, depresi, kehilangan kepercayaan diri, berkuranganya ketajaman mental) Gangguan Virilitas (kurangnya

bertenaga,

kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak pada daerah perut)

Gangguan seksual (menurunnya libido, menurunnya

aktifitas seksual, kemampuan ereksi berkurang)

Dampak Andropause: Osteoporosis,


(36)

Kanker Prostat, Penyakit jantung, Angina Pektoris Pencegahan

Andropause: Kapsul Skin Patches, gel testosterone, Injeksi testosteron


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka desain penelitian yang digunakan deskriptif untuk mengetahui bagaimana pengetahuan lansia tentang andropause. 4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Notoadmojo, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah keseluruh lansia pria yang berusia 60 tahun keatas, populasi dalam penelitian ini adalah 57 orang yang ada di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah objek yang dianggap mewakili seluruh populasi. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sebagai penelitian populasi, tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih, dalam penelitian ini sampel yang berusia 60 tahun keatas sebanyak 57 orang. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat dengan pertimbangan efisien biaya dan efektifitas waktu karena penelitian ini dilakukan pada masa studi tepatnya bulan September s/d November 2012. Lokasi penelitian ditempat ini dipilih dengan alasan karena didesa tersebut banyak terdapat lansia.


(38)

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan etik pada penelitian ini yaitu peneliti harus memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaannya. Penelitian tidak menimbulkan tekanan bagi responden baik fisik maupun psikologis. Peneliti menanyakan terlebih dahulu apakah calon responden bersedia jadi responden, setelah itu dipersilahkan menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaannya. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Kerahasiaan data responden dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian dan peneliti hanya menggunakan data ini untuk keperluan penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang dikembangkan bedasarkan tinjauan pustaka oleh peneliti dan disusun secara tertutup serta berisikan pernyataan yang harus di jawab oleh responden. Instrumen terdiri dari 2 bagian yaitu: (1) data demografi yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, suku (2) Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan tertutup dengan menggunakan skala guttman dengan dua kemungkinan jawaban yaitu: jawaban “Benar” skor: 2 dan jawaban “Salah” skor: 1. Baik, bila responden menjawab benar dengan skor 26-30 dari 15 pernyataan. Cukup, bila menjawab pernyataa benar dengan skor 21-25 dari 15 pernyataan . Kurang, bila menjawab benar dengan skor 15 - 20 dari 15 pernyataan.

Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan diantaranya 3 pernyataan yang berisi tentang pengertian andropause (pernyataan no 1, 2, 3), 3 pernyataan yang berisi


(39)

tentang penyebab andropause (pernyataan no 4, 5, 6), 3 pernyataan yang berisi tentang tanda dan gejala andropause (pernyataan no 7, 8, 9), 3 pernyataan yang berisi tentang dampak andropause (pernyataan no 10, 11, 12), 3 pernyataan yang berisi tentang pencegahan andropause (pernyataan no 13, 14, 15) dengan pilihan jawaban benar dan salah. Adapun peneliti menggunakan kuisioner dalam bentuk pernyataan dikarenakan peneliti menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban benar 26-30 dikatakan pengetahuan baik, jika jawaban benar 21-25 dikatakan cukup dan jika jawaban benar 15-20 dikatakan pengetahuan kurang

4.6. Aspek Pengukuran

Sebelum menentukan kategori baik, cukup, kurang terlebih dahulu menentukan krikteria (tolak ukur) yang akan dijadikan patokan penelitian yaitu: penelitian yang digunakan tersebut menurut skala guttman (Riduan, 2010). B= kelas Banyak (R) Rentang

1. Menentukan nilai rentang (R)

2. Rentang = skor tertinggi – skor terkecil 30 – 15 = 15

3. Menentukan panjang kelas ( i )

Panjang kelas ( i ) =

kelas Banyak

(R) Rentang

15 : 3 = 5

4. Untuk menentukan kategori pengetahuan adalah sebagai berikut : 4.1. Kategori baik: Jika responden menjawab dengan skor 26-30 4.2. Kategori cukup: Jika responden menjawab dengan skor 21-25


(40)

4.3. Kategori kurang: Jika responden menjawab dengan skor 15-20 4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan kemudian mengirimkan permohonan izin penelitian ke kepala Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat. Kemudian peneliti menentukan calon responden yang memenuhi kriteria, maka dipilih sebagai responden sesuai dengan kriteria penelitian. Pada saat mengambil data peneliti mengumpulkan responden dirumah peneliti sendiri secara bertahap dimana dari 57 responden terbagi menjadi 3 bagian. Setelah mendapatkan responden, peneliti menjelaskan tujuan & manfaat penelitian, kemudian responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia dengan cara memberikan kuesioner dan mewawancarai satu persatu yang berpedoman pada pernyataan yang diberikan. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak mengerti.

4.8. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara komputerisasi. Secara umum data yang diperoleh dari penelitian akan menempuh tiga prosedur penting yaitu: Editing, data yang terkumpul akan disunting (edit) dengan memerikasa kelengkapan data dan apabila terdapat kekeliruan dalam pengisian dapat diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang, Coding, pengkodean data dilakukan untuk mempermudah peneliti pada saat pengitungan data dan penyusunan data dan Tabulating, untuk menyusun atau mengitung hasil data serta mengambil


(41)

kesimpulan, terlebih dahulu data dimasukan kedalam table distribusi frekuensi dan dibuat persentase.

4.9.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 4.9.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2010). Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Kuesioner dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti bedasarkan tinjauan pustaka sehingga dilakukan uji validitas untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas terhadap kuisioner pada penelitian ini dilakukan dengan cara content validity (Validitas isi) dalam hal ini di uji oleh dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas.

4.9.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur memperlihatkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama. Hasil yang relatif sama menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut (Nursalam, 2009).

Uji reliabilitas dilakukan di Desa Kebun Sayur Atas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat dengan uji reliabilitas sebanyak 10 orang


(42)

responden. Setelah dilakukan uji reliabilitas pada panelitian ini hasil yang didapat Crombath Alpha dengan nilai 0,76 (≥0,70).


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan lansia tentang andropause melalui proses pengumpulan data yang telah dilaksanakan dari bulan September s/d Nopember 2012 sebanyak 57 orang. Penyajian data hasil penelitian meliputi data demografi dan kuesioner pernyataan yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan lansia tentang andropause

5.1Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 57 responden mayoritas responden berada pada kelompok umur 60-62 tahun sebanyak 37 orang (64,9%), dan minoritas pada kelompok umur 63-65 tahun sebanyak 20 orang (35,1%). Sedangkan pendidikan responden mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 20 orang (35,1%) pendidikan SMP 19 orang (33,3%) dan responden yang berpendidikan SD sebanyak 18 orang (31,6%). Sedangkan pekerjaan responden mayoritas sebagai petani sebanyak 31 orang (54,4%), pekerjaan responden sebagai peternak sebanyak 10 orang (17,5%), responden yang sudah pensiun sebanyak 9 orang (15,8%) serta minoritas responden yang sudah pedagang sebanyak 7 orang (12,3%). Sementara itu suku responden mayoritas suku jawa sebanyak 30 orang (52,6%), sedangkan sebagian responden yang suku melayu sebanyak 10 orang (17,5%), responden yang suku batak sebanyak 8 orang (14,0%), responden yang suku minang sebanyak 7 orang (12,3%) dan minoritas suku sunda sebanyak 2 orang (3,5%), (dapat dilihat pada tabel 5.1)


(44)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

Karakteristik Responden Frekuensi % Umur

60 - 62 Tahun 37 64,9 63 - 65 Tahun 20 35,1 Pendidikan

SD 18 31,6

SMP 19 33,3

SMA 20 35,1

Pekerjaan

Petani 31 54,4

Peternak 10 17,5

Pensiun 9 15,8

Pensiun 7 12,3

Suku

Jawa 30 52,6

Batak 8 14,0

Melayu 10 17,5

Minang 7 12,3

Sunda 2 3,5

5.2. Pengetahuan lansia tentang andropause

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab benar sebanyak 25 orang (43,9%) dan minoritas responden sebanyak 22 orang (38,6), sedangkan mayoritas responden menjawab salah sebanyak 38 orang (66,7%) dan minoritas menjawab salah sebanyak 32 orang (56,1%). Dalam hal ini terlihat responden kurang menyadari bahwa seorang pria sama halnya seperti wanita yang mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehingga responden kurang memahaminya (dapat dilihat pada tabel 5.2.1)


(45)

Tabel 5.2.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan lansia tentang andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

No Pernyataan Pengertian Andropause Benar % Salah %

1 kondisi pria di atas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda, dan keluhan mirip menopause pada wanita

25 43,9 32 56,1

2 Menopause tidak hanya terjadi pada wanita tetapi juga terjadi pada pria.

19 33,3 38 66,7 3 Andropause terjadi karena penurunan hormon laki -

laki

22 38,6 35 61,4

Bedasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab benar sebanyak 27 orang (47,4%) dan minoritas responden sebanyak 25 orang (43,9%) sedangkan mayoritas responden menjawab salah sebanyak 32 orang (56,1%) dan minoritas responden sebanyak 30 orang (52,6%). Dari hasil diatas terlihat jelas bahwa pencemaran lingkungan yang bersifat kimia dan stres tubuh sangat mempengaruhi terjadinya penyebab dari andropause (dapat dilihat pada tabel 5.2.2)

Tabel 5.2.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan lansia tentang andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

No Pernyataan Penyebab Andropause Benar % Salah %

4 Andropause (penghentian hormon pria)

disebabkan oleh faktor lingkungan,

26 45,6 31 54,4 5 Pencemaran lingkungan yang bersifat kimia,

psikis dapat menyebabkan terjadinya andropause

27 47,4 30 52,6

6 Stres tubuh dapat menyebabkan terjadinya

andropause

25 43,9 32 56,1

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab benar sebanyak 27 orang (47,4%) dan minoritas responden sebanyak 25 orang (43,9%), sedangkan mayoritas responden yang menjawab salah


(46)

sebanyak 32 orang (56,1%) dan minoritas responden sebanyak 30 orang (52,6%). Dalam hal ini responden masih kurang mengetahui tentang tanda dan gejala andropause dikarenakan kurangnya informasi tentang andropause serta pendidikan yang rendah (dapat dilihat pada tabel 5.2.3)

Tabel 5.2.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan lansia tentang andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

No Pernyataan Tanda dan Gejala Andropause Benar % Salah %

7 Penurunan dorongan seksual terjadi pada

masa andropause

27 47,4 30 52,6

8 Kehilangan buluh pada tubuh, penumpukan

lemak terjadi pada masa andropause

26 45,6 31 54,4

9 Berkurangannya tenaga, kekuatan dan masa

otot terjadi pada masa andropause

25 43,9 32 56,1

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab benar sebanyak 33 orang (57,9%) dan minoritas responden sebanyak 22 orang (38,6%), sedangkan mayoritas responden yang menjawab salah sebanyak 35 orang (61,4%) dan minoritas responden sebanyak 24 orang (42,1%), (dapat dilihat pada tabel 5.2.4)

Tabel 5.2.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan lansia tentang andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

No Pernyataan Dampak Andropause Benar % Salah %

10 Kanker prostat terjadi pada masa andropause 22 38,6 35 61,4 11 Penurunan kepadatan tulang, penyakit

jantung terjadi pada masa andropause

25 43,9 32 56,1

12 Arterosklerosis akan cenderung meningkat

pada masa andropause

33 57,9 24 42,1

Bedasarkan tabel 5.2.5 diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab benar sebanyak 29 orang (50,9%) dan minoritas responden sebanyak 22 orang (38,6%), sedangkan mayoritas responden yang menjawab salah sebanyak 35 orang (61,4%) dan minoritas responden sebanyak 28 orang (29,1%), (dapat dilihat pada tabel 5.2.5)


(47)

Tabel 5.2.5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan lansia tentang andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

No Pernyataan Pencegahan Andropause Benar % Salah %

13 Olahraga yang teratur dapat memperkuat

produksi testosteron

29 50,9 28 29,1

14 Memberikan penyuntikan hormon tambahan

dapat menghambat terjadinya andropause

24 42,1 33 57,9

15 Mengkonsumsi suplemen ekstra tumbuhan

dapat membantu dalam mengatasi masalah andropause

22 38,6 35 61,4

5.3. Pengetahuan Lansia Tentang Andropause

Berdasarkan hasil yang didapat oleh peneliti dapat dilihat bahwa pengetahuan responden mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 38 orang (66,7%), pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (29,8%) dan minoritas pengetahuan baik sebanyak sebanyak 2 orang (3,5%), (dapat dilihat pada tabel 5.3.1)

Tabel 5.3.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat Tahun

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 2 3,5

2 Cukup 38 66,7

3 Kurang 17 29,8

Total 57 100,0

5.4 PEMBAHASAN

5.4.1 Pengetahuan Lansia Tentang Andropause

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 57 responden mayoritas responden berada pada kelompok umur 60 - 62 tahun sebanyak 37 orang (64,9%), dan minoritas pada kelompok umur 63 - 65 tahun sebanyak 20 orang (35,1%). Bedasarkan hasil penelitian pendidikan responden mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 20 orang (35,1%) pendidikan SMP 19 orang (33,3%) dan responden yang berpendidikan SD sebanyak 18 orang (31,6%). Menurut


(48)

Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan secara umum merupakan salah satu upaya yang direncanakan untuk menciptakan perilaku seseorang menjadi kondusif dalam mengatasi masalah. Tingkat pendidikan berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka lansia semakin paham dan menerima keseluruhan perubahan fisik dan psikososial yang terjadi pada lansia.

Bedasarkan hasil penelitian pengetahuan responden tentang andropause menunjukkan bahwa dari 57 responden lebih banyak pengetahuan cukup tentang andropause yaitu: 38 orang (66,7%), kurang 17 orang (29,8%) dan baik 2 orang (3,5%). Responden yang pengetahuannya cukup kemungkinan kurangnya pengetahuan tentang andropause dan informasi tentang andropause. Faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap rendahnya pengetahuan lansia terhadap andropause terutama pendidikan karena rendahnya pendidikan dapat menyebabkan rendahnya pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Diaudin (2009) bahwa pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dimana terlihat semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya harapan hidup dengan status sosial yang cukup jelas terlihat maka masalah kesehatan lansia akan meningkat sehingga diperlukan kesadaran dan pengetahuan tentang andropause dan terapi yang sesuai dengan andropause.

Menurut kondjaraningrat berpendapat bahwa pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan pendidikan yang baik dari orang


(49)

lain maupun dari media dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka akan dapat menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai - nilai baru

Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil jawaban kuesioner responden bahwa responden masih kurang mengetahui tentang penyebab andropause sehingga mereka masih banyak menjawab salah. Jika dilihat dari umur pengetahuan responden sangat bervariasi, tidak bisa dijadikan tolak ukur bahwa umur responden yang terlalu tua atau terlalu muda mempunyai pengetahuan yang baik atau kurang. Jadi umur tidak dapat dijadikan indikator untuk mengetahui tentang penyebab andropause.

Hasil penelitian yang dilakukan Juliana (2009) yang menyatakan bahwa pengetahuan terhadap andropause yaitu berpengetahuan kurang sebanyak 71 orang (53,4%), yang berpengetahuan cukup 56 orang (42,1%) dan yang berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (4,5%). Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan responden juga dipengaruhi oleh pendidikan karena dalam penelitian mayoritas responden latar belakang pendidikan adalah SMA

Pengetahuan lansia yang kurang ini dapat disebabkan karena kurangnya penyuluhan dari tenaga Kesehatan untuk memberikan informasi tentang penyebab andropause itu sendiri. Ini sesuai dengan teori notoadmodjo (2007) yang mengatakan bahwa semakin banyak umur responden semakin banyak pula seseorang menerima respon sehingga pengetahuan bertambah baik.

Bedasarkan hasil penelitian pekerjaan responden mayoritas sebagai petani sebanyak 31 orang (54,4%), pekerjaan responden sebagai peternak sebanyak 10 orang (17,5%), pekerjaan responden sebagai pensiun sebanyak 9 orang (15,8%)


(50)

serta minoritas responden yang sudah pedagang sebanyak 7 orang (12,3%). Suku adalah kelompok tertentu yang memiliki kesamaan latar belakang lebih lanjut dijelaskan bahwa pengertian suku bangsa atau kelompok etnik merupakan orang yang memiliki latar belakang budaya, bahasa, kebiasaan, gaya hidup, dan ciri-ciri fisik yang sama. Sementara itu suku responden mayoritas suku jawa sebanyak 30 orang (53,6%), sedangkan sebagian responden yang suku batak sebanyak 8 orang (14,0%), responden yang suku melayu sebanyak 10 orang (17,5%), responden yang suku minang sebanyak 7 orang (12,3%) dan minoritas suku sunda sebanyak 2 orang (3,5%).


(51)

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 38 orang (66,7%), pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (29,85) dan minoritas pengetahuan baik sebanyak 2 orang (3,5%).

a. Saran

6.2.1.Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi baru yang terkait dengan pengetahuan tentang andropause terutama bagi keperawatan komunitas sebagai bahan bacaan dan refrensi selanjutnya

6.2.2. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada lansia tentang andropause karena selama ini banyak petugas kesehatan yang mengabaikannya. Jika informasi tentang andropause diberikan dengan baik maka diharapkan lansia dapat menikmati hari tuanya tanpa kegelisahan yang sebelumnya mereka ketahui.

6.2.3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas dalam menghadapi perubahan - perubahan yang terjadi dalam dirinya selama masa andropause.


(52)

Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Aubrey, (2010) Menopause Pada Laki - laki. Pustaka pelajar, Jakarta

Baziad A, (2003) Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta BPS Indonesia. (1992). Survei Kesehatan Nasional. dibuka 20 Februari 2009 dari

http://www.menkokestra.go.id

Diamond, (2003). Menopause pada pria (male menopause), Batam Center: Interaksara

Guyton dan Hall, (2006) Text Books Of Medical Physiology Elevant Editional Hutapea, (2002) Sehat dan Ceria di Usia Senja, Edisi 2, Jakarta

Hurlock. B, (1999). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan). Bandung . Airlangga

Juliana, (2009) Pengetahuan Lansia terhadap perubahan fisiologis & psikologis pada masa andropause di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Medan: Perpustakaan Fakultas USU

Maryam, (2008) Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta

Mubarak, (2007) Keperawatan Komunitas 2. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal. (2007), Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses belajar Mengajar, Jakarta: Graha Ilmu.

Muhammad, (2010) Menopause Pada Laki – laki dan Penyakit Pada Lansia, Jakarta

Muller, (2003) Endegenous Sex Hormones in Men Aged 40-80 Years. European Journals of Endocrinology. 149: 582-589

Pangkahila, Wimpie. 2006. Seks yang Membahagiakan. Jakarta: Penerbit Buku Nugroho, (2008) Solusi Atasi Andropause dan Tingakat Stamina, http://

Bkkbn.go.id/ Article, 14 Mei 2012

Notoadmojo, (2005) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya, Jakarta


(53)

Jakarta

Potter & Perry. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Pangkahila, (2006) Seks yang Membahagiakan. Penerbit Buku Kompas, Jakarta Pangkahila, (2007). Anti-Aging Medicine, Memperlambat Penuaan Meningkatkan

Kualitas Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Richard, (2002) Bioavaible Testosteron, Reproductive Endocrinology Journal Rosidawati, (2008) Mengenal lansia dan perawatannya, Salemba Medika,

Jakarta

Sarwono, (2003). Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Susilo W, (2002) Andropause, Pencegahan dan Pengobatan, Semarang

Susilo, (1998). Andropause/PADAM, Pengenalan, Pengobatan dan Pencegahan,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,Indonesia.

Setyosari, (2010) Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Kencana

Jakarta

Sagyono, (2008) Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Jakarta

Setiawan, (2006) Pria dan Andropause, http:// Bkkn.go.id/ Article Detail (15 Mei 2012)

Tan, (2001). Proportion and Acceptance of Andropuse Symtomps Among Elderly Men: A Study in Jakarta. Indones J Intern Med. 37: 82-86

Saryono, (2010) Andropause; Menopause Laki - laki, Nuha Medika, Jakarta Wibowo A, (2007) Disfungsi Ereksi, Pustaka Cendikia Press, Yogyakarta

Wibowo, S (2002). Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan

Peremajaan Pria. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press, Semarang.

Yatim, (2004) Pengobatan Penyakit Lansia, Andropause, Kelenjar Prostat, Jakarta


(54)

(55)

PENGETAHUAN LANSIA TENTANG ANDROPAUSE DI DESA ALUR GADUNG KECAMATAN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT

Saya yang bernama Surya Adi Darma (111121089) adalah mahasiswa program studi S1 keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini diberikan sebagai salah satu kegiatan tugas akhir di program S1 keperawatan Universitas Sumatra Utara. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi Pengetahuan Lansia Tentang Andropause Di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

Saya mengharapkan gambaran/tanggapan yang lansia berikan dengan pendapat lansia tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat lansia. Informasi yang diberikan lansia hanya dipergunakan ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud lain. Partisipasi lansia dalam penelitian ini bersifat suka rela, lansia bebas menerima atau menolak untuk menjadi peserta penelitian tanpa ada sanksi apapun. Jika lansia bersedia menjadi peserta penelitian ini silahkan lansia pria menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti suka rela lansia.

Tanda Tangan Hormat Saya


(56)

PENGETAHUAN LANSIA TENTANG ANDROPAUSE DI DESA ALUR GADUNG KECAMATAN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT 1. PETUNJUK PENGISIAN

1.1. Bacalah pernyataan dengan baik dan teliti

1.2. Pilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (√) untuk jawaban yang menurut anda benar

1.3. Kuesioner ini setelah diisi dengan lengkap mohon dikembalikan kepada peneliti

I.4. Terima kasih banyak dan selamat bekerja

2. IDENTITAS RESPONDEN Umur :

Pendidikan : Pekerjaan : Suku :


(57)

1 kondisi pria di atas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda, dan keluhan mirip menopause pada wanita

2 Menopause tidak hanya terjadi pada wanita tetapi juga terjadi pada pria.

3 Andropause terjadi karena penurunan hormon laki-laki (testosteron).

Penyebab Andropause

4 Andropause (penghentian hormon pria)

disebabkan oleh faktor lingkungan,

5 Pencemaran lingkungan yang bersifat kimia,

psikis dapat menyebabkan mempercepat andropause

6 Stres tubuh/fisik dapat menyebabkan

mempercepat andropause

Gejala Andropause

7 Penurunan dorongan seksual terjadi pada masa

andropause (penghentian hormon pria)

8 Kehilangan bulu - bulu pada tubuh, penumpukan

lemak diperut terjadi pada masa andropause

9 Berkurangnya tenaga, kekuatan dan masa otot,

terjadi pada masa andropause Dampak Andropause

10 Kanker prostat sering terjadi pada masa andropause

11 Penurunan kepadatan tulang, penyakit jantung, merupakan dampak dari andropause


(58)

andropause

Pencegahan Andropause

13 Olahraga yang teratur dapat membantu

memperkuat produksi testosterone (hormon laki - laki)

14 Memberikan penyuntikan hormon tambahan dapat menghambat terjadinya andropasue

15 Mengkonsumsi suplemen ekstra tumbuhan dapat membantu dalam mengatasi masalah andropause


(59)

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE

/SUMMARY=TOTAL.

Reliability

[DataSet1] C:\Users\com\Documents\ccc.sav

Scale: ALL VARIABLES

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.759 15

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 1.60 .516 10

p2 1.50 .527 10 p3 1.70 .483 10

p4 1.50 .527 10 p5 1.60 .516 10

p6 1.60 .516 10 p7 1.60 .516 10

p8 1.60 .516 10 p9 1.60 .516 10

p10 1.60 .516 10 p11 1.60 .516 10

p12 1.60 .516 10 p13 1.60 .516 10

p14 1.60 .516 10 p15 1.70 .483 10


(60)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 22.40 11.600 .480 .734 p2 22.50 10.944 .669 .715 p3 22.30 12.678 .187 .761

p4 22.50 14.278 -.251 .800 p5 22.40 10.711 .763 .706

p6 22.40 10.711 .763 .706

p7 22.40 13.600 -.082 .785 p8 22.40 12.933 .096 .770 p9 22.40 13.822 -.139 .790

p10 22.40 11.378 .549 .728 p11 22.40 10.711 .763 .706

p12 22.40 10.933 .690 .714

p13 22.40 10.711 .763 .706 p14 22.40 10.711 .763 .706 p15 22.30 14.456 -.309 .800

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(61)

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\com\AppData\Local\Temp\Rar$DIa0.225\Revisi Data.sav

Statistics

Umur Pendidikan Pekerjaan Suku

N Valid 57 57 57 57

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 60 18 31.6 31.6 31.6

61 10 17.5 17.5 49.1

62 9 15.8 15.8 64.9

63 6 10.5 10.5 75.4

64 7 12.3 12.3 87.7

65 7 12.3 12.3 100.0


(62)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 18 31.6 31,6 35.1

SMP 19 33.3 33.3 68.4

SMA 20 35.1 35,1 100.0

Total 57 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Petani 31 54.4 54.4 54.4

Peternak 10 17.5 17.5 71.9

Pensiun 9 15.8 15.8 87.7

pedagang 7 12.3 12.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 30 52.6 52.6 52.6

Batak 8 14.0 14.0 66.7

Melayu 10 17.5 17.5 84.2

Minang 7 12.3 12.3 96.5

Sunda 2 3.5 3.5 100.0


(63)

RECODE Skorpengetahuan (26 thru 30=1) (21 thru 25=2) (15 thru 20=3) INTO

kategori.

VARIABLE LABELS kategori '3'.

EXECUTE.

FREQUENCIES VARIABLES=kategori

/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\com\AppData\Local\Temp\Rar$DIa0.225\Revisi Data.sav

Statistics

3

N Valid 57

Missing 0 Mean 2.2632

Median 2.0000 Minimum 1.00

Maximum 3.00

3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 2 3.5 3.5 3.5

2 38 66.7 66.7 70.2

3 17 29.8 29.8 100.0


(64)

/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\com\AppData\Local\Temp\Rar$DIa0.225\Revisi Data.sav Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 32 56.1 56.1 56.1

2 25 43.9 43.9 100.0

Total 57 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 38 66.7 66.7 66.7

2 19 33.3 33.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 35 61.4 61.4 61.4

2 22 38.6 38.6 100.0


(65)

Valid 1 31 54.4 54.4 54.4

2 26 45.6 45.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 30 52.6 52.6 52.6

2 27 47.4 47.4 100.0

Total 57 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 32 56.1 56.1 56.1

2 25 43.9 43.9 100.0

Total 57 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 30 52.6 52.6 52.6

2 27 47.4 47.4 100.0

Total 57 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 31 54.4 54.4 54.4

2 26 45.6 45.6 100.0


(66)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 32 56.1 56.1 56.1

2 25 43.9 43.9 100.0

Total 57 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 35 61.4 61.4 61.4

2 22 38.6 38.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 32 56.1 56.1 56.1

2 25 43.9 43.9 100.0

Total 57 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 24 42.1 42.1 42.1

2 33 57.9 57.9 100.0


(67)

Valid 1 28 49.1 49.1 49.1

2 29 50.9 50.9 100.0

Total 57 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 33 57.9 57.9 57.9

2 24 42.1 42.1 100.0

Total 57 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 35 61.4 61.4 61.4

2 22 38.6 38.6 100.0


(68)

(69)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul

penelitian

3 Menyusun Bab 1

4 Menyusun Bab 2

5 Menyesun Bab 3

6 Menyusun Bab 4

7 Menyerahkan

proposal penelitian

8 Mengajukan

sidang proposal

9 Sidang proposal

10 Revisi proposal

penelitian

11 Mengajukan izin

penelitian

12 Pengumpulan

data

13 Analisa data

14 Penyusunan

laporan/skripsi

15 Pengajuan sidang

skripsi

16 Ujian sidang

17 Revisi


(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(1)

JADWAL DEFENITIF PENELITIAN

No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian

3 Menyusun Bab 1

4 Menyusun Bab 2

5 Menyesun Bab 3

6 Menyusun Bab 4

7 Menyerahkan proposal penelitian

8 Mengajukan sidang proposal

9 Sidang proposal

10 Revisi proposal penelitian

11 Mengajukan izin penelitian

12 Pengumpulan data

13 Analisa data

14 Penyusunan laporan/skripsi

15 Pengajuan sidang skripsi

16 Ujian sidang

17 Revisi

18 Mengumpulkan skripsi


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Muda di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

2 94 114

Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

20 192 114

Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Masyarakat Kabupaten Langkat Kecamatan Secanggang Desa Cinta Raja Dusun Ii Emplasemen PT. Buana Estate Tentang Faktor Risiko Terjadinya Penyakit Jantung Koroner (Pjk)

4 88 83

Solidaritas Kekerabatan Pada Masyarakat Jawa Perantauan (Studi Deskriptif Di Kelurahan Sawit Seberang, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat)

20 108 98

KONTRIBUSI KEGIATAN KARANG TARUNA DALAM MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA REMAJA DI DESA ALURGADUNG KECAMATAN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT.

1 5 19

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERNIKAHAN USIA MUDA DI KELURAHAN SAWIT SEBERANG KECAMATAN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT

0 0 13

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWIT SEBERANG KECAMATAN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT

0 1 15

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 0 9

Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 1 18

Pengetahuan Lansia Tentang Andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 0 21