PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA SWASTA METHODIST 12 MEDAN.

(1)

(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Eriko Silaban. NIM. 8146122012. Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk menghasilkan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan, (2) untuk mengetahui keefektifan pengembangan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific, (3) untuk mengetahui hasil belajar yang efektif terhadap video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan produk Borg and Gall yang dipadu dengan model desain pembelajaran dari Dick and Carey. Metode penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yang mana pada tahap pertama merupakan tahap uji coba produk yang terdiri dari: (1) validasi ahli materi pelajaran, (2) validasi ahli desain pembelajaran, (3) validasi ahli media pembelajaran, (4) uji coba perorangan, (5) uji coba kelompok kecil, dan (6) uji coba lapangan terbatas; adapun pada tahap kedua merupakan uji efektifitas produk dengan cara: (1) menguji normalitas data penelitian, (2) menguji homogenitas data penelitian, (3) menguji hipotesis penelitian, dan (4) menghitung nilai efektifitas video yang dikembangkan.

Subjek uji coba produk dalam penelitian ini terdiri dari dua ahli materi pelajaran Biologi, dua ahli desain pembelajaran, dua ahli media pembelajaran, tiga orang peserta didik untuk uji coba perorangan, sembilan peserta didik untuk uji coba kelompok kecil, dan tiga puluh orang peserta didik untuk uji coba lapangan terbatas. Data-data tentang kualitas produk pengembangan ini dikumpulkan melalui angket dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) uji ahli materi berada pada kualifikasi sangat baik (94,11%), (2) uji ahli desain pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik (85,26%), (3) uji ahli media pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik (86 %), (4) uji coba perorangan berada pada kualifikasi sangat baik (82,74%), (5) uji coba kelompok kecil berada pada kualifikasi sangat baik (86,66%), dan (6) uji coba pada lapangan terbatas berada pada kualifikasi sangat baik (86,78%).

Produk akhir dari pengembangan video ini dilanjutkan dengan uji keefektifan produk. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas XI SMA Swasta Methodist 12 Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 60 peserta didik yang terdiri dari 30 peserta didik sebagai kelas eksperimen yang diajar menggunakan video, dan 30 peserta didik lainnya sebagai kelas kontrol yang diajarakan tanpa menggunakan media video.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan menggunakan video dengan hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan tanpa menggunakan video. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh thitung = 8,81  ttabel = 1,83, dengan dk = (n1 + n2 – 2) pada taraf signifikansi  0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan video sebesar 87,33% lebih tinggi dari pada peserta didik yang dibelajarkan tanpa menggunakan video sebesar 73,13%.


(5)

ABSTRACT

Eriko Silaban. NIM. 8146122012. Development Of Video-Based Learning Media Scientific Approach in Biology For Class XI SMA Swasta Methodist 12 Medan. Thesis. Graduate Program, State University Of Medan. 2016.

This study aims to: (1) produce video media based learning scientific approach to the study of biology at Private High School Methodist 12 Medan based on criteria such as quality of learning proper media used, (2) determine the effectiveness of the development of video-based learning media scientific approach, (3) determine the learning outcomes that are effective against a video-based learning in the scientific approach in high school biology Private Methodist 12 Medan. This type of research is the development of research that uses product development model by Borg and Gall combined with instructional design model of Dick and Carey. This study method consisted of two phases, in which the first stage was the stage of product trials consisting of: (1) validation of subject matter experts, (2) validation of instructional design experts, (3) validation of learning media experts, (4) individual trial, (5) a small group trial, and (6) a limited field trial; while in the second stage was a test of the effectiveness of the product by means of: (1) examine the normality of research data, (2) test the homogeneity of research data, (3) test the hypotheses of the study, and (4) calculate the value of the effectiveness of video developed.

Subject test product in this study consisted of two biology subject matter experts, two wxperts of instructional design, two learning media experts, three students for individual testing, nine students for small group trial, and thirty students for field trial limited. The data about the quality of the product development was collected through questionnaires and analyzed using quantitative descriptive. The results showed: (1) the rating result of the material experts is at a very good qualifying (94,11%), (2) the rating of the instructional design experts is on excellent qualifications (85,26%), (3) the rating of the learning media experts is in excellent qualifications (86%), (4) individual testing is at a very good qualifying (82,74%), (5) the testing of small groups are at a very good qualifying (86,66%), and (6) limited field trials is the excellent qualifications (86,78%).

The final product of this development of video continued with the test of effectiveness of the product. The study was conducted in class XI SMA Swasta Methodist 12 Medan. The method used in this study was quasi-experimental method. The sample were 60 students consisting of 30 students as an experimental class taught by using video, and 30 other students as control class were taught by using the textbook no video.

Hypothesis testing result indicated that there was significant differences between student learning outcome that learned with using the video with the learning outcome of students that learned with using textbook. This was shown by the data processing obtained thitung = 8,81  ttable = 1,83, with dk = (n1 + n2 – 2) at significance level  = 0.05. From these results it can be concluded that student learning outcome that learned with using the video for 87,33% higher than the students that learned with not using video at 73,13%.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan, Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Adapun judul tests ini adalah Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Effendi Napitupulu, M.Pd, selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar dan benar memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktunya kepada penulis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Medan Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Bapak

Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd., selaku Ketua Prodi Teknologi Pendidikan, dan Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd. selaku sekretaris Program Studi beserta staf.

2. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd., Dr. R. Mursid, M.Pd, dan Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M. Si, selaku nara sumber yang telah memberikan masukan pada tests ini, serta seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.


(7)

3. Ibu Dra. Chaterine Sitorus, M.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak Drs. Tunggul Sitorus, M.Pd selaku Yayasan SMA Swasta Methodist 12 Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian pada Sekolah yang dipimpinnya. Bapak/Ibu Guru SMA Swasta Methodist 12 Medan dan peserta didik kelas XI Tahun Pelajaran 2015/2016 yang menjadi populasi serta sampel dalam penelitian ini.

4. Ayahanda Samuel Silaban dan Ibunda Dermi Hasugian sebagai orang tua yang selalu memberikan do'a restu dan selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk selalu menuntut ilmu kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Istri saya, serta seluruh keluarga tercinta dan kerabat yang memberikan dukungan moral kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan Magister di Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Rekan-rekan kuliah seperjuangan khususnya Prodi Teknologi Pendidikan kelas B-1 angkatan XXIV yang banyak membantu penulis dengan memberikan masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan menjadi kawan diskusi yang baik dan benar.

Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amal kebajikan. Akhirnya penulis berharap, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia Teknologi Pendidikan pada umumnya di Indonesia.

Medan, Juli 2016 Penulis,

ERIKO SILABAN NIM. 8146122012


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....……… 1

B. Identifikasi Masalah....……… 19

C. Batasan Masalah ...……….. 19

D. Rumusan Masalah...……… 20

E. Tujuan Penelitian.……….... 20

F. Manfaat Penelitian ...………. 20

BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... ……… 22

1. Hakikat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific a. Hakikat Belajar... ... 22

b. Hakikat Hasil Belajar ... 24

2. Hakikat Pendekatan Pembelajaran ... 25

3. Hakikat Pendekatan Scientific... 26

a. Karakteristik Pendekatan Scientific... 28 b. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific 29


(9)

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan

Pendekatan Scientific ... 29

d. Langkah-langkah Pendekatan Scientific... 30

e. Pendekatan Scentific pada Pembelajaran Biologi . 49 4. Teori yang Mendukung Pendekatan Scientific... 54

5. Hakikat Kurikulum... 56

6. Hakikat Strategi Pembelajaran... 65

7. Hakikat Teknologi Pembelajaran... 67

8. Hakikat Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 72

a. Hakikat Media Pembelajaran... 72

b. Hakikat Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... ... 75

c. Hakikat Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan... 78

d. Prosedur Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... . 84

a. Karakter Video... 92

b. Fungsi Video dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 93

c. Format Video Pembelajaran... 93

d. Ketentuan Kriteria Teknis VideoPembelajaran 96 e. Prosedur Produksi Program Video... 97


(10)

f. Pembelajaran dengan Media Komputer... 102

g. Penggunaan Program Software... 105

B. Penelitian yang Relevan...………. 108

C. Kerangka Berpikir……… ... 112

D. Hipotesis…...………... 113

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 114

B. Model Pengembangan... .... 114

C. Prosedur Pengembangan ... 117

D. Tahap Uji Coba Produk ... 119

E. Teknik Pengumpulan Data... ... 126

F. Teknik Analisis Data... 128

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan Produk... 130

1. Deskripsi Produk Awal... 130

2. Deskripsi Data Hasil Uji Coba Produk... 137

a. Data Hasil Validasi Ahli Materi... 137

b. Data Hasil Validasi Ahli Desain Pembelajaran... 139

c. Data Hasil Validasi Ahli Media Pembelajaran... 140

d. Data Hasil Uji Coba Perorangan... 142

e. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil... 145

f. Data Hasil Uji Coba Lapangan... 148

3. Analisis Data... 151

a. Analisis Data Penilaian Ahli Materi... 151


(11)

c. Analisis Data Penilaian Ahli Media... 154

d. Analisis Data Hasil Uji Coba Perorangan... 155

e. Analisis Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil... 155

f. Analisis Data Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas... 156

4. Revisi Produk... 157

B. Hasil Penelitian Uji Keefektifan Produk... 160

1. Deskripsi Data Penelitian... 160

a. Data Hasil Belajar Peserta Didik dengan Menggunakan Media video Pembelajaran... 160

b. Data Hasil Belajar Peserta Didik Tanpa Menggunakan Media Video Pembelajaran... 161

2. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 163

3. Pengujian Hipotesis... 164

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 166

1. Pembahasan Hasil Pengembangan Produk... 166

2. Pengembangan Hasil Penelitian Uji Coba Kelayakan Produk... 168

3. Pembahasan Hasil Penelitian Uji Keefektifan Produk... 169

D. Keterbatasan Masalah Penelitian... 170

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan... 171

B. Implikasi... 174

C. Saran... 176

DAFTAR PUSTAKA... 177 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Belajar... 6 Tabel 2.1 Langkah Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan

Scientific... 47 Tabel 2.2 Perbandingan Kegiatan Belajar dalam Setiap Langkah Pendekatan

Scientific Menurut Permendikbud... 50 Tabel 3.2 Pedoman dan Kriteria Penilaian... 123 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Penelitian Tentang Kualitas Materi

Pembelajaran Untuk Ahli Materi... 123 Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Validitas Penelitian tentang Kualitas Desain

Informasi, Desain Interaksi, dan Desain Persentase untuk Ahli

Desain Pembelajaran... 124 Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Validasi Penelitian Kualitas Video dan Desain

Grafis Untuk Ahli Media... 125 Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Validasi Penelitian Kualitas Materi

Pembelajaran dan Kualitas Tampilan untuk Pengajar... 125 Tabel 3.7 Format Observasi atau Pengamatan Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Scientific... 127 Tabel 4.1 Data Analisis Kebutuhan Awal... 131 Tabel 4.3 Skor Penilaian dan Tanggapan Instrumen Validasi Penelitian

tentang Kualitas Materi Pembelajaran, Sistem Penyampaian,

dan Kualitas Strategi Pembelajaran Oleh Ahli Materi... 138 Tabel 4.4 Skor Penilaian dan tanggapan Instrumen Validasi Penelitian Tentang

Kualitas Desain Informasi, Desain Interaksi, dan Desain Presentasi

untuk Ahli Desain Pembelajaran... 148 Tabel 4.5 Skor Penialaian Instrumen Validasi Penelitian Kualitas Video dan


(13)

Tabel 4.6 Skor Hasil Uji Coba Perorangan Terhadap Video Pembelajaran

Berbasi Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi... 143

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil Terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi SMA... 146

Tabel 4.8 Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi SMA... 149

Tabel 4.9 Persentase Rata-rata Hasil Penialaian Ahli Materi terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi SMA... 152

Tabel 4.10 Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Ahli Desain pembelajaran Terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi SMA... 153

Tabel 4.11 Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Ahli Media Pembelajaran terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi SMA... 154

Tabel 4.12 Persentase Skor Uji Coba Perorangan Terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi Untuk SMA Kelas XI... 155

Tabel 4.13 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Kelompok Kecil Terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi untuk SMA Kelas XI... 156

Tabel 4.14 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Lapangan Terbatas terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi SMA Kelas XI... 157

Tabel 4.15 Data Hasil Revisi pada Topik oleh Ahli Materi... 158

Tabel 4.16 Data Hasil Revisi Oleh Ahli Desain Pembelajaran... 158

Tabel 4.17 Data Hasil Revisi oleh Ahli Media Pembelajaran... 158 Tabel 4.18 Deskripsi Data Hasil Belajar Biologi Diajarkan Dengan Menggunakan


(14)

Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 160 Tabel 4.19 Deskripsi Data Hasil Belajar Biologi pada Sistem Pertahanan

Tubuh yang diajarkan Tanpa Menggunakan Media Video

Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 161 Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Kelayakan Produk Berdasarkan Ahli Materi,


(15)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.3 Diagram Rancangan Pembelajaran Pengembangan

Model Dick & Carey... 23 Tabel 2.4 Skema Prosedur Pengembangan Media Video Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Scientific... 85 Tabel 2.5 Pengklasifikasian Media... 91 Tabel 2.6 Prosedur Produksi Program Video... 101 Tabel 3.1 Skema Prosedur Pengembangan Hasil Adaptasi dari Prosedur

Pengembangan Borg & Gall... 115 Tabel 4.2 Tahap-tahap Uji Coba Pengembangan Media Video Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi Di

SMA Swasta Methodist 12 Medan... 136 Tabel 4.19 Histogram Hasil Belajar Peserta Didik yang Dibelajarkan

Menggunakan Media Video Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Scientific... 161 Tabel 4.21 Histogram Hasil Belajar Peserta Didik yang Dibelajarkan

Tanpa Menggunakan Media Video Pembelajaran


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Silabus Pelajaran Biologi Kurikulum 2013 Kelas XI

Semester II SMA Swasta Methodist 12 Medan... 181

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013... 184

Lampiran 3. Angket Analisis Kebutuhan... 189

Lampiran 3. Angket Analisis Kebutuhan... 189

Lampiran 4. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Materi Pelajaran Biologi... 195

Lampiran 4. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Materi Pelajaran Biologi... 195

Lampiran 5. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Desain Pembelajaran.. 198

Lampiran 5. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Desain Pembelajaran... 198

Lampiran 6. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Media Pembelajaran.... 200

Lampiran 6. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Media Pembelajaran.... 200

Lampiran 7. Angket Uji Coba Produk Perorangan untuk Peserta Didik SMA Swasta Methodist Kelas XI... 203

Lampiran 8. Angket Uji Coba Kelompok Kecil untuk Peserta Didik SMA Swasta Methodist Kelas XI... 207

Lampiran 9. Angket Uji Coba Lapangan Terbatas untuk Peserta Didik SMA Swasta Methodist Kelas XI... 210

Lampiran 10. Data Induk Penelitian Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 213

Lampiran 11. Uji Normalitas denga Uji Liliefors... 219

Lampiran 12. Uji Homogenitas Data... 221

Lampiran 13. Uji Hipotesis... 222


(17)

Lampiran 15. Tabel t... 225

Lampiran 16. Tabel Distribusi Normal Baku (Z)... 226

Lampiran 17. Flowcart... 227

Lampiran 18. Story Board... 228

Lampiran 19. Dokumentasi (DVD)... 243

Lampiran 20. Surat Keputusan Pembimbing Tesis Program Studi Teknologi Pendidikan... 246

Lampiran 21. Undangan Seminar Proposal... 247

Lampiran 22. Surat Ijin Melakukan Penelitian Lapangan dari Pascasarjana Universitas Negeri Medan... 248

Lampiran 23. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 249


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen yang disahkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2005, telah mengangkat jabatan guru menjadi profesi yang kedudukannya sejajar dengan profesi lainnya. dengan dikeluarkannya Undang-Undang dimaksud yang dicatat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 157 tahun 2005, menciptakan reaksi positif di masyarakat, sehingga minat masyarakat terhadap profesi guru dan dosen semakin meningkat. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengemukakan seiring dengan perubahan paradigma pembelajaran, maka keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas tidak hanya ditentukan oleh faktor pendidik, melainkan sangat dipengaruhi oleh keaktifan peserta didik dengan pendidik sebagai sumber belajar pada lingkungan belajar. Dengan demikian, peserta didik seharunya tidak belajar dari pendidik saja, tetapi dapat juga belajar dari berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya.

Pendidikan merupakan suatu kegitan universal pada kehidupan manusia untuk menjadikan manusia yang berkualitas. Salah satu upaya pembangunan pendidikan untuk menciptakan manusia yang berkompeten adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan menunjukkan pada upaya peningkatan kualitas proses dari hasil pemebelajaran. Sistem pendidikan disebut bermutu dari segi proses adalah jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna dan ditunjang oleh berbagai jenis sumber belajar. Keefektifan pembelajaran digambarkan oleh prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik.


(19)

Kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang begitu pesat, menggugah para pendidik untuk dapat merangsang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah dan fokus terhadap hasil yang optimal agar dapat menunjang kegiatan peserta didik sehari-hari dalam proses pembelajaran. Untuk kepentingan dan tantangan masa depan Indonesia maka mutu pendidikan harus ditingkatkan. Pendidikan merupakan rangkaian kompleks antara manusia yang berkaitan dengan upaya pembinaan manusia, sehingga keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan berhasilnya pendidikan adalah pelaksana pendidikan yaitu guru. Gurulah ujung tombak pendidikan, sebab gurulah secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi, guru dituntut memiliki kemampuan yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia harus ditingkatkan. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains dan teknologi, kreativitas sumber daya manusia (SDM) merupakan syarat mutlak yang perlu ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia ini adalah melalui pendidikan.

Kurikulum 2013 (K’13) mengindikasikan bahwa seorang peserta didik dapat menjadikan dirinya sebagai sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dan keterampilan yang tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif serta mampu bekerjasama secara efektif dan efisien. Inilah kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap individu peserta didik dimana merupakan pernyataan minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang terefleksi pada kebiasaan berpikir dan bertindak. Sebagai guru dituntut harus menguasai bahan ajar yang


(20)

diajarkan, paham dengan strategi pembelajaran yang digunakan serta terampil dalam mengajarkannya. Cara mengajar guru tercermin dalam proses mengajar belajarnya. Kenyataannya selama ini guru mendominasi dalam belajar sehingga peserta didik dalam proses pembelajaran sangat kurang aktif.

Perubahan kurikulum di Indonesia sudah setua negeri ini yang selalu berubah, walaupun itu dikatakan sebagai jawaban perubahan zaman dan perkembangan IPTEK. Tak lebih lama dari dua tahun sejak kemerdekaan diproklamasikan, pemerintah mengungkapkan yang pada waktu itu disebut sebagai Leer Plan (Rentjana Pelajaran) 1947. Sejak itu, sebelum sampai pada Kurikulum 2013, Indonesia telah melewati beberapa penyempurnaan dan penggantian kurikulum. Ada Rentjana Pelajaran Terurai 1957, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 alias Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Kurikulum 2013 (K’13). Berarti selama hampir 70 tahun kemerdekaan, pendidikan di Indonesia telah mengalami puluhan jenis kurikulum. Tentu dengan tingkat perubahan atau penyempurnaan yang berbeda-beda. Tercatat sepuluh kali perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka. Yakni, kurikulum 1947, 1964, 1968 (pembaruan 1964), 1975, 1984, 1994, 1997 (revisi 1994), 2004 (KBK), 2006 (KTSP), dan 2013 (K13). Sepanjang sejarah perubahan kurikulum tersebut, yang paling heboh dan

kontroversial adalah perubahan K13 yang di-launching pada akhir periode

pemerintahan. (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan), Anies Baswedan melalui surat elektronik nomor:179342/MPK/KR/2014 memutuskan, sekolah yang baru menerapkan satu semester untuk kembali ke kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sedangkan sekolah yang sudah


(21)

menerapkan tiga semester tetap meneruskan K’13, hingga pada waktu yang ditentukan akan menerapkan K’13 secara nasional.

Menurut Hasratuddin (2002) bahwa salah satu kelemahan metode maupun model pembelajaran yang digunakan guru terlihat dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru di kelas adalah guru lebih aktif dalam memberikan ilmu dan pengetahuan bagi peserta didik. Berarti dalam hal ini peserta didik bukan lagi sebagai subjek melainkan sebagai objek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran berpusat pada guru (teaching centered). Salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan itu adalah proses mengajar belajar (PBM) yang lebih menekankan kepada keterlibatan peserta didik secara optimal. Untuk meningkatkan SDM (sumber daya manusia) diperlukan keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan. Faktor dominan yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan penyelenggaraan pendidikan adalah pembelajarannya. Pembelajaran yang sesuai untuk materi yang diajarkan akan memberikan hasil belajar yang optimal.

Di Indonesia, peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu prioritas utama pogram pendidikan. Belajar merupakan satu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terencana yang mengarah kepada pencapaian tujuan dan hasil dari kegiatan belajar tersebut. Tercapainya tujuan belajar dalam bentuk pencapaian indikator merupakan satu gambaran keberhasilan peserta didik dan keberhasilan guru mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Oleh sebab itu, penetapan indikator keberhasilan belajar sangat diperlukan kejelasan terminologi yang digunakan dalam tujuan pembelajaran yang berfungsi untuk memberikan arah kepada penetapan pengalaman belajar dan menentukan perilaku yang akan dimiliki dan dikuasai peserta didik sebagai bukti telah melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.


(22)

Proses pembelajaran selalu diorientasikan pada pencapaian kompetensi-kompetensi tertentu, baik berkaitan dengan perkembangan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence), intelektual (intelectual intelligence), emosional (emotional intelligence), sosial (social intelligence), maupun kreatifitas (creativity intelligence).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia harus ditingkatkan. Dalam meningkatkan sumber daya manusia tersebut diperlukan keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan, di mana faktor dominan yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan pendidikan adalah proses pembelajarannya. Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari daya serap peserta didik yang diketahui melalui evaluasi hasil belajar. Jika hasil evaluasi baik maka tujuan belajar tercapai sebaliknya jika hasil evaluasi tidak baik maka tujuan belajar tidak tercapai, tetapi pada kenyataannya masih banyak peserta didik belum dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan khususnya pembelajaran Biologi.

Gambaran umum memperlihatkan bahwa masih rendahnya hasil belajar peserta didik SMA Swasta Methodist 12 Medan dalam bidang studi Biologi dikarenakan kebanyakan guru mengajar dengan menggunakan satu metode saja, atau guru kurang memvariasikan model-model pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran seperti ini, guru yang mendominasi proses belajar mengajar, sehingga komunikasi yang terjadi pada proses pembelajaran berlangsung satu arah saja, atau peserta didik kurang diberdayakan dalam upaya memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Ini dapat dilihat dari hasil perolehan peserta didik dalam belajar melalui evaluasi akhir bahwa hasil belajar yang diperoleh peserta didik masih relatif rendah untuk mencapai tujuan standart nasional yang ditentukan, seperti terlihat pada Tabel 1-1 berikut.


(23)

Tabel 1.1 Hasil Belajar UAS Biologi SMA Swasta Methodist 12 Medan

Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi

2012/2013 76 60 75

2013/2014 76 65 75

2014/2015 76 60 80

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMA Swasta Methodist 12 Medan

Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar Biologi masih cenderung kurang memuaskan. Hal ini menyebabkan sebahagian masyarakat merasa dan kurang puas dengan mutu pendidikan. Ketidakpuasan ini disebabkan masih adanya prestasi peserta didik pada pelajaran tertentu yang nilainya masih jauh dari yang diharapkan terutama pada pelajaran Biologi, dan yang paling mendapat sorotan masyarakat tentang pekerjaan guru adalah mutu pendidikan, lebih khusus adalah mutu lulusannya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada guru-guru di SMA Swasta Methodist 12 Medan, dijelaskan kepada peneliti bahwa sekolah tersebut belum menerapkan Kurikulum 2013, untuk itu perlu penambahan dan penguatan pemahaman pengetahuan terkait implementasi Kurikulum 2013, khusus pada guru pada mata pelajaran Biologi, penelitian pengembangan ini sangatlah didukung demi peningkatan kualitas dan pencapaian tujuan standart pendidikan nasional.

Menurut Dahar (2001), sebab-sebab lulusan kurang bermutu atau belum memenuhi harapan adalah : (1) input yang kurang baik kualitasnya, (2) guru dan personal yang kurang tepat, (3) materi yang tidak atau kurang cocok, (4) metode mengajar dan system evaluasi yang kurang memadai, (5) kurangnya sarana penunjang, dan (6) sistem administrasi yang kurang tepat.


(24)

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya dan kurangnya pemahaman peserta didik tentang konsep belajar, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh pengajar. Berkaitan dengan praktik pembelajaran Biologi di sekolah, guru sangat berperan dalam menentukan berhasil tidaknya tujuan pembelajaran. Idealnya dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus dapat melatih peserta didik untuk bertanya, mengamati, menyelidiki, membaca, mencari, dan menemukan jawaban atas pertanyaan baik yang diajukan oleh guru maupun yang mereka ajukan sendiri. Pengetahuan yang disampaikan kepada peserta didik bukan hanya dalam bentuk produk, tetapi juga dalam bentuk proses, artinya dalam proses mengajar, pengenalan, pemahaman, pelatihan metode, dan penalaran peserta didik, merupakan hal yang penting untuk diajarkan (Atmadi dkk, 2000).

Menurut Indrawati (2002) bahwa dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran Biologi yang optimal, para praktisi pendidikan Bilogi telah banyak memperkenalkan dan menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Biologi. Dari beberapa strategi pembelajaran yang dikemukakan pakar pendidikan Biologi, dapat di lihat bahwa pemilihan dan penerapan strategi yang digunakan mengalami pergeseran dari yang mengutamakan pemberian informasi (pemberian konsep-konsep Biologi) menuju kepada strategi pembelajaran yang mengutamakan keterampilan-keterampilan berpikir yang digunakan untuk memperoleh dan menggunakan konsep-konsep Biologi. Adanya pergeseran pemilihan strategi pembelajaran ini otomatis peran guru di kelas berubah, yaitu dari peran yang hanya sebagai penyampai bahan pelajaran (transformator) ke peran sebagai fasilitator atau dari “teacher centered” ke “student centered”. Pergeseran penekanan peran guru-peserta didik dalam proses pembelajaran ini tidak lepas dari tanggung jawab guru yang


(25)

harus memperhatikan aspek-aspek pendidikan, yaitu diantaranya meningkatkan perkembangan kepribadian peserta didik secara keseluruhan.

Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan Scientific yang meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran (Sudarwan, 2013), dalam hal ini dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 di lapangan guru salah satunya harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), karena pendekatan lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional dan merupakan tolak ukur dalam implementasi K13.

Sejalan dengan penerapan Kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau

scientific aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Yang menjadi latar belakang pentingnya materi ini karena produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-anak bangsa lain. Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi peserta didik agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapakan strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga secara nasional.

Balitbang Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius ini dalam proyek supervisi dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur, Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh Indonesia. Upaya yang dimulai pada tingkat sekolah didasari ini kemudian mendorong penerapan pendekatan belajar aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap kemudian


(26)

diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, kurikulum 1994, dan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan standar isi yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Dalam perencanaan kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan latar belakang pemikiran yang menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar peserta didik aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan dari pada fakta dalam kelas. Produktifitas pembelajaran untuk menghasilkan peserta didik yang terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi madek atau kolep. Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikan secara nasional pada tingkat internasional tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu, memang ini kondisi yang sangat memprihatinkan.

Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai dengan yang seharusnya, yakni sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Acuan dan prinsip penyusunan kurikulum 2013 mengacu pada Pasal 36 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global, dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan pada Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003, yakni: berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(27)

Berlandaskan pada landasan yuridis tersebut, dapat dikategorikan hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas, mulai dari masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggaung jawab . (UU Sisdiknas, 2003). Menyikapi hal demikian pemerintah yakin dengan menciptakan kurikulum K13 dengan pendekatan scientificnya masalah pendidikan yang begitu kompleks akan teratasi.

Pendidikan menjadi ukuran utama suatu bangsa dikatakan sebagai bangsa yang memiliki kesejahteraan tinggi, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral


(28)

dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan yang memiliki kualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu menghadapi tantangan kehidupan dan berkemampuan secara proaktif untuk penyesuaian diri pada perubahan zaman. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah Indonesia banyak melakukan perubahan baik itu berupa sistem pendidikan, yang menyangkut struktur kurikulum dan pola pembelajaran yang dilaksanakan. sebagaimana amanah yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2010-2014 dalam bidang pendidikan yang menyatakan bahwa salah satu substansi inti program bidang pendidikan adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah.

Namun dalam kenyataannya renstra kerja 2010-2014 dalam pendidikan tidak berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil survai yang dilakukan Edication For All

(EFA) bahwa terjadi proses dormansi bahkan penurunan, dalam sistem pendidikan, dimana Indonesia memiliki pringkat 65 dari 128 negara pada tahun 2010 dengan index pengembangan pendidikan sebesar 0,947, sedangkan pada tahun 2011 peringkat Indonesia turun ke peringkat 69 dari 127 Negara yang disurvei dengan nilai indeks

pengembangan pendidikan sebesar 0,934 (EFA, 2011). Sedangkan hasil riset OECD,

menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan sains pada peringkat 60 dengan nilai 383 (OECD, 2012). Berdasarkan hasil survai dan hasil riset diatas menunjukkan bahwa, di Indonesia pendidikan mengalami penurunan terutama dalam pembelajaran sains. Padahal pembelajaran sains memiliki peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu menghadapi globalisasi dalam bidang IPTEK. Sumanto, 2007 yang dikutip Stiatava (2012) mengatakan


(29)

pembelajaran sains merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

Pembelajaran sains yang dimana pembelajaran yang berfungsi untuk setiap individu bisa mempelajari dirinya sendiri dengan menganalisa, mengamati diri sendiri dan lingkungan sehingga mampu membuat formulasi untuk mengembangkan kehidupan yang akan dihadapi, hal tersebut berdasarkan hakikat dari sains. Hakikat sains menurut Suastra (2009) mengatakan bahwa hakikat sains memiliki tiga komponen yaitu komponen produk, proses, dan sikap. Sains sebagai produk memiliki arti sebagai sekumpulan fakta-fakta, konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai proses merupakan suatu rangkaian terstruktur dan sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip, hukum dan gejala alam. Sedangkan sains sebagai sikap diharapkan mampu membentuk karakter.

Berdasarkan hakikat sains ini tersirat jelas bahwa yang diinginkan dalam pembelajaran adalah bagaimana peserta didik mampu bersikap serta mampu menunjukkan karakter yang dimiliki. Hal yang sama juga terjadi pada pembelajaran biologi, yang dimana biologi merupakan bagian dari sains, yang terdiri dari produk dan proses, dimana pembelajaran biologi idealnya harus mampu mengeluarkan out put

yang memiliki karakter, dikarenakan biologi sebagai produk terdiri dari konsep, fakta, teori, hukum yang berkaitan tentang mahluk hidup, sedangkan biologi sebagai proses terdiri dari kelompok keterampilan proses yang meliputi, mengamati, membuat pertanyaan, mengunakan alat, menggolongkan atau mengelompokkan, menerapkan konsep dan melakukan percobaan. pembelajaran biologi pada dasarnya harus mampu membekali peserta didik bagaimana cara mengetahui konsep, fakta secara mendalam, serta harus mampu memberikan kepuasan intelektual terutama dalam membangun


(30)

kemampuan berpikir. Karena kemampuan berpikir ini akan berimplikasi terhadap pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), keterampilan (pisikomotor), tiga komponen tersebut merupakan out put atau hasil yang harus diperoleh setelah belajar sains biologi yang disebut dengan hasil belajar.

Namun kenyataan di lapangan bahwa pembelajaran sains pada umumnya dan khususnya biologi tidak diberlakukan atau diajarkan sesuai dengan hakikat yang dimiliki, tetapi lebih kepada bagaimana mentransfer pengetahuan saja. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kesenjangan ataupun ketimpangan yang terjadi dalam pendidikan sains, sehingga hasil yang diinginkan sesuai harapan, yang dimana hasil dari pembelajaran sains menghasilkan pendidikan sains yang kurang memuaskan bahkan memiliki nilai yang menurun, sehingga tingkat sumber daya manusia menjadi menurun. Karena pembelajaran sains tidak dibelajarkan sesuai hakikat sains maka hasil belajar menjadi tidak maksimal.

Djamarah (2002) hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun hasil belajar dalam bentuk afektif dan psikomotorik salah satunya adalah kemampuan keterampilan proses sains, hal ini disebabkan karena sains biologi memiliki komponen proses. Kemampuan keterampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan yang terarah (baik kognitif dan psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap adanya penemuan.

Indrawati 2003 dalam (Trianto, 2008). Untuk memperoleh hasil belajar dan keterampilan proses sains yang maksimal maka diperlukan analisa tentang penyebab


(31)

hasil belajar dan keterampilan proses sains itu rendah, adapun beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hasil belajar rendah adalah, (1) peserta didik kurang bersiap dalam menerima pelajaran, (2) kurangnya pengetahuan guru tentang pembelajaran yang inovatif, (3) guru masih mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Menurut Margaret (2001) yang menyebutkan bahwa (1) dalam pembelajaran peserta didik berusaha sendiri untuk menemukan pemecahan masalah, sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna, (2) Guru lebih mementingkan hasil dari pada proses pembelajaran. Akibatnya, belajar menjadi tidak bermakna, peserta didik akan kesulitan dalam memecahkan masalah yang lebih luas dan di kehidupan sehari-hari, 3) Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih didominasi oleh metode ceramah, latihan dan penugasan-penugasan mengerjakan soal-soal yang sifatnya pengetahuan saja.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Swasta Methodist 12 Medan ditemukan fenomena tidak jauh berbeda dengan yang diatas dimana pelajaran biologi tidak diajarkan sesuai dengan hakikat biologi, dimana pengajar hanya mengajar dengan metode ceramah atau konvensional hal ini yang mengakibatkan hasil belajar peserta didik tidak memuaskan. Sedangkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA Swasta Methodist 12 Medan, mengatakan bahwa guru masih menggunakan paradigma lama dalam mengajar peserta didik sehinga perkembangan kemampuan berpikir tidak bisa diasah, sekolaha masih menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sehingga memungkinkan berakibat terhadap hasil belajar. Lebih lanjut dikatakan, di sekolah rata rata guru lebih banyak mengunakan metode konvensional bahkan ada yang kurang paham tentang inovasi-inovasi pembelajaran serta menggunakannya .


(32)

Pembelajaran konvensional sudah tidak begitu efektif lagi digunakan dalam pembelajaran sekarang, terlihat dari sebagian peserta didik tidak memahami materi sehingga target yang diinginkan sekolah tidak tercapai. Permasalahan yang sama juga ditemukan pada keterampilan yang dimiliki peserta didik khususnya kemampuan keterampilan proses sains, yaitu ketika guru meminta peserta didik melakukan pengamatan dan membuat prediksi, peserta didik masih tidak mengerti tentang apa yang diinginkan guru dan cara menyampaikan hasil laporan. Berdasarkan uraian

permasalahan di atas menunjukkan bahwa tidak adanya balancing antara teori

pembelajaran sains biologi dengan kenyataan atau praktik pengajaran yang dilakukan, sehingga menimbulkan persoalan dalam meningkatkan hasil belajar, baik yang bersifat kognitif, afektif dan pisikomotor. Untuk mengatasi persoalan tersebut maka perlu adanya metode serta pendekatan pembelajaran yang mampu membangkitkan hasil belajar. Agar hasil belajar dan keterampilan proses sains tercapai secara optimal, perlu dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan paradigma dari mengajarkan peserta didik menjadi membelajarkan peserta didik, serta menekankan pada proses belajar peserta. Dalam mengajarkan biologi sehingga dapat menigkatkan hasil belajar maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang mendekati dari hakikat sains biologi, maka pendekatan yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains yang sesuai dengan hakikat sains biologi adalah pembelajaran berpendekatan scientific.

Nurul (2013) menyebutkan pembelajaran berpendekatan scientific merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana peserta didik berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah mengarahkan proses belajar yang dilakukan peserta didik dan memberikan koreksi


(33)

terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan peserta didik. Dari pengertian pembelajaran berpendekatan scientific, maka biologi sebagai produk dan proses, sangat cocok untuk diajarkan menggunakan pembelajaran berpendekatan scientific, pendekatan scientific memiliki hubungan erat dengan pembelajaran sains biologi karena pendekatan pembelajaran ini menekankan pada keaktifan peserta didik dalam belajar, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun konsep dalam pengetahuannya secara mandiri, membiasakan peserta didik dalam merumuskan, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemukan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka pembelajaran berpendekatan scientific mampu meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan poses sains, disebabkan karena pendekatan ini memberikan keterlibatan langsung peserta didik dalam menggali dan menemukan konsep berdasarkan fakta yang mereka temukan.

Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan

ilmiah, di mana peserta didik berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran. Pendekatan scientific memiliki hubungan erat dengan pembelajaran sains biologi karena pendekatan pembelajaran ini menekankan pada keaktifan peserta didik dalam belajar, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun konsep dalam pengetahuannya secara mandiri, membiasakan peserta didik dalam merumuskan, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemukan, pembelajaran sains biologi merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

Secara tidak langsung dengan penerapan pendekatan scientific ini guru telah menerapkan keterampilan proses kepada peserta didik sehingga tujuan mempelajari


(34)

karakteristik mata pelajaran Biologi dapat diperoleh lewat penerapan pembelajaran

pendekatan scientific. Dengan demikian, melalui penerapan pembelajaran pendekatan

scientific, diharapkan akan membangkitkan minat dan motivasi serta hasil peserta didik dalam mempelajari ilmu biologi sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian hasil belajar Biologi peserta didik yang optimal.

Untuk menghasilkan media yang menarik maka video pembelajaran dapat dikemas secara multimedia, yang mana menurut Handoyo (2003) “multimedia merupakan penyajian informasi yang berupa teks, gambar dan suara secara bersamaan (integrated) sehingga menjadi efektif dan efesien”.

Multimedia dapat merangsang indra manusia juga dapat fleksibel menyesuaikan kemampuan kecepatan belajar seseorang, selain itu multimedia dapat mempermudah pembelajar untuk menyerap pesan yang akan disampaikan dan pesan tersebut sampai maknanya dengan jelas.

Mukhtar (2006) menjelaskan bahwa “semakin banyak indra yang terlibat dalam proses belajar, maka proses belajar tersebut akan menjadi lebih efektif”. Oleh karena itu dengan pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran cenderung meningkatkan hasil belajar. Pernyataan lain juga dikemukakan oleh Munir (2008) yang menyatakan bahwa kurang lebih 90 % hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, 5 % diperoleh melalui indera dengar, dan 5 % lagi diperoleh indera lainnya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia sangat bermanfaat sebagai referensi pembelajaran. Multimedia memiliki sifat yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti sehingga materi yang disampaikan dapat cepat diserap melalui indera penglihatan, pendengaran, dan melalui visualisasi gambar dapat merangsang pembelajar untuk bersemangat menerapkan pendekatan scientific pada implementasi kurikulum K13 di tingkat sekolah pertama dan menengah atas sederajat.


(35)

Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti melihat bahwa pengembangan media video untuk pembelajaran implementasi kurikulum K13 melalui pembelajaran berbasis pendekatan scientific merupakan alternatif yang tepat dalam proses belajar mengajar yang dapat menjadi acuan bagi guru terutama guru biologi SMA Swasta Methodist 12 Medan kelas XI, mengingat keterbatasan pendidikan dan pelatihan-pelatihan serta sosialisasi dari pemerintah Kemendikbud atau instansi yang terkait. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bentuk video yang dilengkapi fitur-fitur gambar yang menarik, iringan lagu yang indah, serta seluruh unsur model yang kompeten, dapat membuat suasana pembelajaran berlangsung dengan menarik sehingga tercipta hasil dari proses pembelajaran, juga tercipta proses pembelajaran yang tidak berkesan monoton hanya menonton dan membosankan, serta mudah dipahami. Selain itu juga dapat membantu daya tangkap peserta didik, para guru biologi terhadap materi yang akan disampaikan, dan tentu saja dapat diaplikasikan langsung tanpa harus menunggu pelatihan maupun sosialisasi dari pemerintah dinas pendidikan atau dari instansi yang terkait. Dengan demikian para guru biologi yang belum paham dan yang perlu penguatan bagaimana penerapan pendekatan scientifik pada kurikulum K13 dapat belajar dan beraktifitas secara mandiri.

Dengan demikian, berdasarkan pemikiran di atas peneliti bermaksud melakukan

Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada


(36)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dipahami bahwa masalah-masalah yang essensial adalah sebagai berikut :

1. Apakah materi pada pendekatan scientific yang disajikan dengan menggunakan

media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific dapat meningkatkan

pemahaman pada guru mata pelajaran biologi?

2. Apakah guru biologi banyak mengalami kesulitan dalam mempelajarai dan

menerapkan pembelajaran berbasis pendekatan scientific?

3. Apakah hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan

pendekatan scientific lebih efektif ?

4. Apakah strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini terlalu

monoton sehingga suasana pembelajaran terlihat membosankan dan tidak menarik?

5. Apakah dengan implementasi pendekatan scienticnya lebih efektif

pembelajarannya?

C. Batasan Masalah

Ditinjau dari identifikasi masalah yang muncul, maka pengembangan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific dibatasi dalam ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Media pembelajaran yang dikembangkan berupa bentuk jenis video

pembelajaran yang akan dibuat merupakan jenis pembelajaran berbasis pendekatan scientific, yaitu penyajian penerapan materi pembelajaran dalam

bentuk step by step secara runtun sebagai panduan dalam menerapkan


(37)

2. Pemahaman peserta didik yang diajarkan melalui pendekatan scientific pada mata pelajaran biologi dibatasi hanya pada respon peserta didik pada mata pelajaran biologi saja.

3. Analisis kebutuhan hanya dilakukan di SMA Swasta Methodist 12 Medan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran biologi

di SMA Swasta Methodist 12 Medan efektif dibelajarkan pada peserta didik Kelas XI SMA Swasta Methodist 12 Medan ?

2. Apakah video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran biologi

di SMA Swasta Methodist 12 Medan layak digunakan untuk peserta didik kelas XI SMA Swasta Methodist 12 Medan ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah :

1. Menghasilkan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada

pelajaran biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan berdasarkan kriteria kualitas media pembelajaran yang layak digunakan.

2. Untuk mengetahui keefektifan pengembangan media video pembelajaran

berbasis pendekatan scientific.

3. Untuk mengetahui hasil belajar yang efektif terhadap video pembelajaran

berbasis pendekatan scientific pada pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan.

F. Manfaat Penelitian


(38)

1. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pengembangan produk media video pembelajaran terutama pada mata pelajaran Biologi SMA.

2. Membangkitkan minat penelitian lanjutan untuk mengkaji pengembangan

media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

3. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti untuk mendesain dan mengembangkan

media pembelajaran guna memecahkan masalah sesuai bidang tuntutan ilmu yang dimiliki yakni ranah kawasan teknologi pendidikan.

Secara praktis manfaat pengembangan ini adalah :

1. Produk video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran biologi dapat direkomendasikan menjadi media dan alternatif bagi guru dalam menerapkan pendekatan scientific pada mata pelajaran biologi.

2. memberikan gambaran bagi guru bologi serta para peneliti lainnya tentang

efektivitas model pembelajaran dengan pendekatan scientific untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

3. membantu guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui

pemanfaatan media video pembelajaran dengan pendekatan scientific yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta tuntutan kementerian pendididkan nasional untuk menggunakan kurikulum K’13 secara nasional sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat lebih efektif.


(39)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pengembangan media video pembelajaran yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengembangan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan dibutuhkan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hasil penelusuruan dari angket yang disebar ditemukan bahwa 100% dari guru dan peserta didik menyatakan membutuhkan media video pembelajaran agar dapat dijadikan sarana pembelajaran secara individual maupun klasikal. Hasil validasi dari ahli materi terhadapa media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangkan menunjukkan bahwa : (1) kelayakan isi materi pembelajaran dinilai dengan sangat baik dengan persentase rata-rata 96,66%, (2) kelayakan penyajian dinilai sangat baik dengan persentase rata-rata 91,66%, (3) kelayakan kebahasaan dinilai dengan sangat baik dengan persentase 93,33%, (4) kelayakan pada aspek kegrafikan dinilai dengan sangat baik dengan skor persentase 95%, sehingga kesimpulannya hasil validasi dari ahli materi terhadap media video pembelajaran yang dikembangkan skor rata-rata persentasenya dalam kriteria sangat baik dengan skor 94,11%. Hasil validasi ahli desain pembelajaran terhadap media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangkan adalah


(40)

(1) aspek kelayakan isi desain pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase rata-rata sebesar 90%, (2) aspek penyajian kualitas desain pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase rata-rata sebesar 85,45%, (3) pada aspek kegrafikan dinilai baik dengan persentase rata-rata sebesar 80%, dengan demikian hasil validasi ahli desain pembelajaran tersebut disimpulkan dalam criteria sangat baik (85.26%). Hasil validasi media video pembelajaran terhadap media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangkan menunjukkan bahwa : (1) pada aspek kelayakan isi media video pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase sebesar 87,50%, (2) pada aspek kegrafikan video pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase sebesar 84,28%. Berdasarkan hasil validasi tersebut disimpulkan bahwa media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangkan dalam criteria sangat baik (86%), sehingga dapat diterima dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Menurut tanggapan peserta didik kelas XI SMA Swasta Methodist 12 Medan pada uji coba perorangan dinyatakan bahwa media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangkan dengan program Pinecel termasuk dalam kategori sangat baik dimana aspek kelayakan tampilan 85,33%, aspek penyajian materi pembelajaran sebesar 88,57%, dalam kategori sangat baik, dan aspek kemanfaatan media sebesar 90% dakam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil uji coba perorangan tersebut disimpulkan bahwa media video pembelajaran yang dikembangkan termasuk dalam criteria sangat baik dengan skor rata-rata


(41)

persentase 82,74%, sehingga layak digunakan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran

3. Menurut tanggapan peserta didik SMA Swasta Methodist 12 Medan pada uji coba kelompok kecil dinyatakan bahwa media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangan dengan program Pinecel, xillsoft termasuk dalam kategori sangat baik dimana aspek kelayakan tampilan 92.44%, aspek penyajian materi pembelajaran sebesar 91,11% dalam kategori sangat baik dan aspek kemanfaatan media sebesar 90,55% dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil tersebut disimpulkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan termasuk dalam criteria sangat baik (86,66%).

4. Menurut tanggapan SMA Swasta Methodist 12 Medan pada uji coba lapangan dinyatakan bahwa media video pembelajaran yang dikembangan dengan program Pinecel, xillsoft termasuk dalam kategori sangat baik dimana aspek kelayakan tampilan 91,33%, aspek penyajian materi pembelajaran sebesar 92,38% dan aspek kemanfaatan media sebesar 93%. Berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas tersebut disimpulkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan termasuk dalam criteria sangat baik (86,78%).

5. Media video pembelajaran yang dikembangkan peneliti layak untuk digunakan sebagai media video pembelajaran untuk peserta didik SMA Swasta Methodist 12 Medan, karena memiliki rata-rata (87,33%) yang lebih tinggi dari pada nilai hasil belajar tanpa menggunakan video (73,13).


(42)

6. Media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific memiliki keefektifan sebesar (87,33%) lebih tinggi dari keefektifan tanpa menggunakan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific 73,13%.

B. Implikasi

Untuk mendapatkan sebuah produk pengembangan media yang baik maka hal pertama yang perlu dilakukan analisis terhadap beberapa aspek, yaitu analisis referensi pengembangan. Pendapat yang direkomendasikan oleh ahli saat proses validasi dipadukan untuk memperbaiki dan melengkapi media yang diproduksi. Berdasarkan hasil validasi dan uji coba terhadap media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada mata pelajaran biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan yang dikembangkan terdapat beberapa kondisi lingkungan belajar yang dapat mendukung pencapaian hasil belajar yang baik dengan dukungan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yaitu hasil memiliki sarana dan fasilitas yang mendukung pengoperasian media seperti : listrik, computer, perangkat sound system, LCD, dan ruangan yang proporsional, media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific hanya dapat digunakan dengan baik dan lancar jika guru dan peserta didik telah memiliki kemampuan untuk mengoperasikan perangkat elektronik.

Disamping itu, guru harus mampu mendesain pesan yang diterjemahkan dalam bentuk visualisasi yang pada akhinya akan menjadi pesan pembelajaran. Guru juga harus memiliki karakteristik dalam menguasi substansi pembelajaran, mulai dari kemampuan menganalisa standar isi sampai kepada proses


(43)

pembelajaran di dalam kelas agar media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang digunakan dapat bermakna bagi peserta didik.

Peserta didik perlu dilibatkan untuk membantu guru dalam mengefektifkan waktu pembelajaran serta memberi kesempatan untuk terlibat secara harmoni dalam proses pembelajaran. Hal ini juga ditujukan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk menangkap pesan sehingga peserta didik dapat beraktifitas dan memecahkan masalah dalam pembelajaran melalui media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific.

Media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific ini sangat memberikan sumbangan positif dan praktis terutama dalam pelaksanan proses pembelajaran bagi guru dan peserta didik dimana media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific dapat membuat ketertarikan peserta didik pada mata pelajaran ini sehingga dapat menggali daya kreaktifitas dan inovasi peserta didik.

Pesan yang terkandung dalam media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific mencerminkan pengalaman konseptual peserta didik. Pesan yang berupa

tayangan langkah-langkah penerapan pembelajaran berbasis pendekatan scientific akan dapat diterjemahkan dan menginspirasikan peserta didik jika diterjemahkan oleh guru dalam bentuk pesan-pesan pembelajaran. Peserta didik juga dapat mendalami materi pembelajaran dengan menggunakan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific ini dengan melihat tayangan langkah-langkah penerapan scientific yang berbentuk CD pembelajaran dan dapat dibawa peserta didik untuk mengulang kembali pembelajaran, sehingga mempermudah peserta didik dalam mengingat kembali pembelajaran sebelumnya.


(44)

C. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan dan impilkasi hasil penelitian, berikut ini diajukan beberapa saran yaitu:

1. Pembelajaran berbasis pendekatan Scientific merupakan syarat salah satu yang harus dikuasai seorang guru dalam mengimplementasi kurikulum 2013 sesuai yang dianjurkan pemerintah, maka sebaiknya para guru terutama guru di sumatera utara supaya mendalami pembelajaran berbasis pendekatan scientific serta pada setiap mata pelajaran agar melengkapi keperluan fasilitas seperti ruang praktek yang memadai, perlengkapan dan peralatan praktek serta sumber-sumber yang diperlukan sehingga dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik.

2. Media video pembelajaran ini adalah salah satu alat untuk membantu dalam proses penyampaian pembelajaran, keberadaan guru serta kemampuan guru dalam menggunakan media video pembelajaran sangat diperlukan sebagai fasilitator sehingga peserta didik dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

3. Agar hasil produk lebih maksimal dan layak digunakan lebih jauh lagi, maka diperlukan hal-hal yang mendukung pengembangan produk yang terdiri dari : ahli pembelajaran, ahli bidang studi dan ahli materi professional, ahli media video, dukungan dan prasarana serta waktu yang tersedia.

4. Dengan alasan keterbatasan waktu bagi peneliti, sehingga masih banyak beberapa pengaruh-pengaruh yang belum terkontrol, maka perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih representatif.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Design Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT. Refika Aditama.

AECT. 1977. The Defenition of Education Technology. Washington: Association for Educational Communication and Technology.

Anderson & David. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Anderson, R. H. 1983. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka dan Pusat antar Universitas Universitas Terbuka.

Ansyar, Muhammad. 1988. Dasar-dasar Pengembangan, bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Yogyakarta:

Bumi Aksara

Arsyard, Azhar. 2011 . Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada.

Borg, W . R .& Gall , M .D. 1983 .Education Research : an instrucduction . New york : longman Tnc.

Arends, R.I. 2012. Learning To Teach Ninth Edition. New York: The McGraw Hill Companies.

Bretz, Rudi. A. 1971. Taxonomy of Communication Media, Educational Technology Publications. Englewood, New Jersey.

Borg, W.R & M.D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction, New York: Longman, Inc.

Bertran Russel. 1974. History of Western Philoshopy. George Allen & Ulwin. 1974

Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Kesebelas. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.

Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Chambers, J.A. dan Sprecher, J.W. 1983. Komputer Assisted Instruction It’s Use in The Classroom. Inc, New Jersey, Prentice Hall.

Dick, W & Carey, L. 2005. Systematic Design of Instructional (5 th ed). New York: Addison-Wesley Educational Publisher Educational Technology Publicational, Inc.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.


(46)

Dick, Walter, etc.2001. The Systematic Design of Instruction. Fifth Edition. Wesley Educational Publishers Inc..

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dhakaa, Armita. 2012. Biological Science Inquiry Model and Biology Teaching. Bookman International Journal of Accounts, Economics & Business Management.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama

Djamarah & Syaiful B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarata: Rineka Cipta.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E, Hyun, H.H. How To Design And Evaluate Research In Education Eighth Edition. New York: The McGraw hill Companies.

Fajar, Malik A. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung. Srililis. 2008. Pengembangan Inovasi Pembelajaran Mandiri. Bandung : P2PNFI.

Gerlach Vernon. S, Elly Donald P. 1980. Teaching & Media a System Approach. New Jersey: Prentice Hall.

Gagne, E.D. 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company Light, G.

Hujair AH. Sanaky. 2009. Media Pemebelajaran. Yogyakarta: Safiria Insani Pres. Hamalic, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Alumni.

Hakim, Lukmanul, dan Uus Musalini. 2004. Cara Cerdas Menguasai Layout, Desain dan Aplikasi Web. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Scientific dan Kontekstual dalam Pembelajaran abad 21 : Jakarta: Ghalia Indonesia

Hamalik, O. 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran Edisi Kedelapan). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Kemp, J.E., G.R. Morrison, dan S.M. Ross. 1994. Designing Effective Instruction, New York: Macmillan College Publishing Company.

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran Sesuai dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.


(47)

Miarso. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan . Jakarta: Rencana Prenada Media grup.

Mursid. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi : Suatu Pendekatan Pembelajaran Praktik Berbasis Kompetensi Berorientasi Produksi Pada Pendidikan Teknik Mesin . Medan : Unimed Press.

Nurhadi, Wahyudi . 2003 . Media Pembelajaran . Jakarta : Gama Persada.

Nuh, Muhammad. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

National Institutes of Helath. 2005. Doing Science: The Process of Scientific Inquiry. Colorado Springs: BSCS

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Mulyono, Y., dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan

Scientific Skill Teknologi Fermentasi Berbasis Masalah Lingkungan. Lembaran Ilmu Kependidikan. Vol 41. No 1.

Nana S, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munandar, U. 1992. Mengembangkan Bakat Dan kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru Dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rahman, Anwar, 2014 Fortofolio Tugas Individu Pengembangan Sistem Pembelajaran TP 706, Jakarta:Pasca Sarjana UNJ

Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara.

Rusijono, dkk. 2008. Penelitian Teknologi Pembelajaran, Surabaya: Unesa University Press. Sadiman, Arif dkk. 2002. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Suparman, M. Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern, (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka).

Shohimin, Aris. 2014. 68Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : Alfabeta. Sujana M.A.,MSC.Prof.,Dr. 2004. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandunng. Sanjaya, wing. 2010. Strategi Pembelajaran. Kencana Pernada Group.

Soedarsono, R. M. 2010 . Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta : Gadjah Math Universitas Press.


(48)

Sugiyono . 2011 . Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D . Drama Bandung : CV. Alfabeta

Suparrman, Atwi, 2001, Desain Intruksional Modern. Jakarta :Penerbit Air Langga. Susilo, Muhamad Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan. Pustaka Pelajar.

Seels, B.B. & Richey, R.C. 1994. Instructional Technology: The Defenition and Domains of the Field. Washington DC: Association for Educatioanal Communications and Technology.

Smaldino, S. E dkk. 2008. Instructional Technology and Media for Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Group

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.

Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling Pendidikan. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.


(1)

175

pembelajaran di dalam kelas agar media video pembelajaran berbasis pendekatan

scientific yang digunakan dapat bermakna bagi peserta didik.

Peserta didik perlu dilibatkan untuk membantu guru dalam mengefektifkan

waktu pembelajaran serta memberi kesempatan untuk terlibat secara harmoni

dalam proses pembelajaran. Hal ini juga ditujukan agar peserta didik memiliki

kemampuan untuk menangkap pesan sehingga peserta didik dapat beraktifitas dan

memecahkan masalah dalam pembelajaran melalui media video pembelajaran

berbasis pendekatan scientific.

Media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific ini sangat

memberikan sumbangan positif dan praktis terutama dalam pelaksanan proses

pembelajaran bagi guru dan peserta didik dimana media video pembelajaran

berbasis pendekatan scientific dapat membuat ketertarikan peserta didik pada mata

pelajaran ini sehingga dapat menggali daya kreaktifitas dan inovasi peserta didik.

Pesan yang terkandung dalam media video pembelajaran berbasis pendekatan

scientific mencerminkan pengalaman konseptual peserta didik. Pesan yang berupa tayangan langkah-langkah penerapan pembelajaran berbasis pendekatan scientific

akan dapat diterjemahkan dan menginspirasikan peserta didik jika diterjemahkan

oleh guru dalam bentuk pesan-pesan pembelajaran. Peserta didik juga dapat

mendalami materi pembelajaran dengan menggunakan media video pembelajaran

berbasis pendekatan scientific ini dengan melihat tayangan langkah-langkah

penerapan scientific yang berbentuk CD pembelajaran dan dapat dibawa peserta

didik untuk mengulang kembali pembelajaran, sehingga mempermudah peserta


(2)

176 C. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan dan impilkasi

hasil penelitian, berikut ini diajukan beberapa saran yaitu:

1. Pembelajaran berbasis pendekatan Scientific merupakan syarat salah satu

yang harus dikuasai seorang guru dalam mengimplementasi kurikulum

2013 sesuai yang dianjurkan pemerintah, maka sebaiknya para guru

terutama guru di sumatera utara supaya mendalami pembelajaran berbasis

pendekatan scientific serta pada setiap mata pelajaran agar melengkapi

keperluan fasilitas seperti ruang praktek yang memadai, perlengkapan dan

peralatan praktek serta sumber-sumber yang diperlukan sehingga dapat

mengembangkan kreatifitas peserta didik.

2. Media video pembelajaran ini adalah salah satu alat untuk membantu

dalam proses penyampaian pembelajaran, keberadaan guru serta

kemampuan guru dalam menggunakan media video pembelajaran sangat

diperlukan sebagai fasilitator sehingga peserta didik dapat terlibat aktif

dalam proses pembelajaran.

3. Agar hasil produk lebih maksimal dan layak digunakan lebih jauh lagi,

maka diperlukan hal-hal yang mendukung pengembangan produk yang

terdiri dari : ahli pembelajaran, ahli bidang studi dan ahli materi

professional, ahli media video, dukungan dan prasarana serta waktu yang

tersedia.

4. Dengan alasan keterbatasan waktu bagi peneliti, sehingga masih banyak

beberapa pengaruh-pengaruh yang belum terkontrol, maka perlu kiranya


(3)

177

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Design Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT. Refika Aditama.

AECT. 1977. The Defenition of Education Technology. Washington: Association for

Educational Communication and Technology.

Anderson & David. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Anderson, R. H. 1983. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka dan Pusat antar Universitas Universitas Terbuka.

Ansyar, Muhammad. 1988. Dasar-dasar Pengembangan, bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Yogyakarta:

Bumi Aksara

Arsyard, Azhar. 2011 . Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada.

Borg, W . R .& Gall , M .D. 1983 .Education Research : an instrucduction . New york : longman Tnc.

Arends, R.I. 2012. Learning To Teach Ninth Edition. New York: The McGraw Hill Companies.

Bretz, Rudi. A. 1971. Taxonomy of Communication Media, Educational Technology Publications. Englewood, New Jersey.

Borg, W.R & M.D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction, New York: Longman, Inc.

Bertran Russel. 1974. History of Western Philoshopy. George Allen & Ulwin. 1974

Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Kesebelas. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.

Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Chambers, J.A. dan Sprecher, J.W. 1983. Komputer Assisted Instruction It’s Use in The Classroom. Inc, New Jersey, Prentice Hall.

Dick, W & Carey, L. 2005. Systematic Design of Instructional (5 th ed). New York: Addison-Wesley Educational Publisher Educational Technology Publicational, Inc.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.


(4)

178

Dick, Walter, etc.2001. The Systematic Design of Instruction. Fifth Edition. Wesley Educational Publishers Inc..

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dhakaa, Armita. 2012. Biological Science Inquiry Model and Biology Teaching. Bookman International Journal of Accounts, Economics & Business Management.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama

Djamarah & Syaiful B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarata: Rineka Cipta.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E, Hyun, H.H. How To Design And Evaluate Research In

Education Eighth Edition. New York: The McGraw hill Companies.

Fajar, Malik A. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung. Srililis. 2008. Pengembangan Inovasi Pembelajaran Mandiri. Bandung : P2PNFI.

Gerlach Vernon. S, Elly Donald P. 1980. Teaching & Media a System Approach. New Jersey: Prentice Hall.

Gagne, E.D. 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company Light, G.

Hujair AH. Sanaky. 2009. Media Pemebelajaran. Yogyakarta: Safiria Insani Pres. Hamalic, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Alumni.

Hakim, Lukmanul, dan Uus Musalini. 2004. Cara Cerdas Menguasai Layout, Desain dan Aplikasi Web. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Scientific dan Kontekstual dalam Pembelajaran abad 21 : Jakarta: Ghalia Indonesia

Hamalik, O. 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran Edisi Kedelapan). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Kemp, J.E., G.R. Morrison, dan S.M. Ross. 1994. Designing Effective Instruction, New York: Macmillan College Publishing Company.

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran Sesuai dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.


(5)

179

Miarso. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan . Jakarta: Rencana Prenada Media grup.

Mursid. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi : Suatu Pendekatan Pembelajaran Praktik Berbasis Kompetensi Berorientasi Produksi

Pada Pendidikan Teknik Mesin . Medan : Unimed Press.

Nurhadi, Wahyudi . 2003 . Media Pembelajaran . Jakarta : Gama Persada.

Nuh, Muhammad. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

National Institutes of Helath. 2005. Doing Science: The Process of Scientific Inquiry. Colorado Springs: BSCS

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Mulyono, Y., dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan

Scientific Skill Teknologi Fermentasi Berbasis Masalah Lingkungan. Lembaran Ilmu Kependidikan. Vol 41. No 1.

Nana S, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munandar, U. 1992. Mengembangkan Bakat Dan kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru Dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rahman, Anwar, 2014 Fortofolio Tugas Individu Pengembangan Sistem Pembelajaran TP 706, Jakarta:Pasca Sarjana UNJ

Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara.

Rusijono, dkk. 2008. Penelitian Teknologi Pembelajaran, Surabaya: Unesa University Press. Sadiman, Arif dkk. 2002. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Suparman, M. Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern, (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka).

Shohimin, Aris. 2014. 68Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : Alfabeta. Sujana M.A.,MSC.Prof.,Dr. 2004. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandunng. Sanjaya, wing. 2010. Strategi Pembelajaran. Kencana Pernada Group.

Soedarsono, R. M. 2010 . Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta : Gadjah Math Universitas Press.


(6)

180

Sugiyono . 2011 . Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D . Drama Bandung : CV. Alfabeta

Suparrman, Atwi, 2001, Desain Intruksional Modern. Jakarta :Penerbit Air Langga. Susilo, Muhamad Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan. Pustaka Pelajar.

Seels, B.B. & Richey, R.C. 1994. Instructional Technology: The Defenition and Domains of the Field. Washington DC: Association for Educatioanal Communications and Technology.

Smaldino, S. E dkk. 2008. Instructional Technology and Media for Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Group

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.

Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling Pendidikan. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.