PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA SUB TEMA GAYA DAN GERAK.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC

PADA SUB TEMA GAYA DAN GERAK

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Rina Kurnia Novianty NIM 1004100

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014


(2)

BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA SUB TEMA GAYA DAN GERAK

Oleh

Rina Kurnia Novianty 2014

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program S1 Pendidikan Guru

Sekolah Dasar

© Rina Kurnia Novianty Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC

PADA SUB TEMA GAYA DAN GERAK

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Asep Saepulrohman, M.Pd. NIP. 19610909 198503 1 006

Pembimbing II

Drs. H. Akhmad Nugraha, M.Si. NIP. 19591027 198611 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya,

Drs. Rustono W.S., M.Pd. NIP. 19520628 198103 1 001


(4)

i

Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Sub Tema Gaya dan Gerak” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Tasikmalaya, Juni 2014 yang membuat pernyataan,

Rina Kurnia Novianty 1004100


(5)

ii

Kurikulum 2013 dengan penerapan pendekatan scientific, menuntut para praktisi pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran melalui kegiatan ilmiah. Untuk mengemas kegiatan ilmiah yang dapat mengarah pada proses pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif didalamnya, diperlukan penerapan model pembelajaran yang menekankan pada proses penyelidikan. Tetapi masih terdapat proses pembelajaran yang hanya menekankan pada penyampaian materi saja tanpa melibatkan siswa secara aktif. Sehingga munculah hambatan belajar, khususnya pada pembelajaran satu sub tema Gaya dan Gerak tema Selalu Berhemat Energi. Hambatan belajar (learning obstacle) siswa muncul bukan karena ketidaktahuan siswa terhadap suatu materi, tapi karena kesulitan siswa untuk memahami materi tersebut. Hambatan belajar siswa dipengaruhi juga oleh hambatan didaktis (hambatan dalam cara mengajar). Hambatan didaktis tersebut berkaitan dengan hubungan guru dan siswa (Hubungan Pedagogis) yang terdapat pada salah satu komponen segitiga didaktis. Dalam hubungan pedagogis tersebut, salah satunya menjelaskan tentang bagaimana guru memilih dan melaksanakan sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran berbasis pendekatan scientific ini diterapkan pada implementasi desain didaktis I dan II dengan menggunakan metode Didactical Design Research (DDR) melalui tiga tahapan, yaitu sebelum melaksanakan pembelajaran (prospective analysis), ketika pembelajaran (metapedadidaktik analysis), dan setelah melaksanakan pembelajaran (retrrospective analysis). Setiap tahapan tersebut mengacu pada komponen HLT (Hypothetical Learning Trajectory) yang terdiri dari tujuan, kegiatan dan hipotesis proses belajar. Penelitian ini dilaksanakan di dua Sekolah Dasar di Kabupaten Ciamis dengan subjek penelitian yaitu guru dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Benteng dan SD Negeri 1 Cijeunjing. Setelah implementasi model pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran menjadi lebih aktif, sistematis mengarah pada pencapaian tujuan. Serta persentase learning obstacle siswa terlihat mengalami penurunan. Ketika studi pendahuluan rata-rata persentase learning obstacle siswa sebanyak 54,30%. Setelah implementasi desain didaktis I sebanyak 52,68% dan setelah implementasi desain didaktis II rata-rata persentase learning obstacle siswa sebanyak 36,49%. Penerapan model pembelajaran berbasis pendekatan scientific mampu membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran secara sistematis dengan melibatkan siswa dalam penemuan konsep secara terarah dan mampu mengatasi learning obstacle siswa kelas IV pada pembelajaran satu sub tema Gaya dan Gerak.


(6)

iii

2013 curriculum’s with an adoption of a scientific approach, is demanding on education practitioners to implement learning through scientific activities. To pack the scientific activities that can lead to learning by involving students actively, is required the application of learning models that emphasize the process of investigation. But there is still a learning process which emphasizes the delivery of content without actively involving students. So appear barriers to learning particularly in the sub-theme of learning styles and themes Always Frugality Motion Energy. Barriers to learning (learning obstacle) students emerged not because of ignorance of students towards a material but because of the difficulty students to understand the material. Barriers to student learning is influenced also by the didactic obstacles (obstacles in the way of teaching) . The didactic obstacles related to the relationship between teachers and students (Pedagogical Relations) contained in one component of the didactic triangle. In the pedagogical relationship, one of which describes how teachers select and implement a learning model. The learning model is based on a scientific approach applied to the implementation of the didactic design I and II by using didactical Design Reserach (DDR) through three stages before implementing learning (prospective analysis), at the time of learning (metapedadidaktik analysis), and after implementing the learning (retrrospective analysis). Each of these stages refers to the HLT components (Hypothetical Learning Trajectory) consisting of objectives, activities and learning hypotheses. The research application at two Elementary School of Ciamis City with research subject is fourth grade teacher and students at SD 3Benteng and SD 1 Cijeunjing. The application of a scientific approach based learning model can help the teacher to be able to carry out a systematic learning by involving students in the discovery of the concept in a focused and able to overcome the obstacle of learning fourth grade students in the learning of the sub-themes Force and Motion.


(7)

iv

Tiada rangkaian kata yang tertata indah dalam sebuah kalimat yang penuh makna, selain ungkapan puji dan syukur yang penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Rahman dan Rahim, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Sub Tema Gaya dan Gerak”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada pejuang Islam, yang telah mengantarkan cahaya ilmu sampai akhir jaman ini, yaitu Nabi Muhammad SAW, serta kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya yang semoga selalu taat pada ajarannya.

Penulisan skripsi ini merupakan sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya. Penulis sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses belajar, mengalami kesulitan dan tantangan dalam proses penulisannya serta penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Tetapi atas ridho Allah SWT dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi calon guru dan guru serta demi kemajuan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar dan pada umumnya bagi seluruh para pejuang dalam bidang pendidikan.

Tasikmalaya, Juni 2014


(8)

v

1. Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd., selaku Direktur Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.

2. Drs. Yusuf Suryana, M.Pd., selaku Sekretaris Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.

3. Drs. Rustono W.S., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.

4. Drs. Asep Saepulrohman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dengan tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. H. Akhmad Nugraha, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dengan tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Drs. Aan Kusdiana, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 7. Staf pengajar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya. 8. Staf administrasi Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya. 9. Kepala sekolah beserta seluruh guru Sekolah Dasar Negeri 3 Benteng

Kecamatan Ciamis dan Sekolah Dasar Negeri 1 Cijeunjing Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis.

10. Orang tua tercinta, Ayahanda Gandin, S.Pd. dan Ibunda Dedeh Kurniasih, S.Pd., adik tercinta Elya Dwi Gandiny dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan spiritual, moril, maupun materi dengan tulus kepada penulis.

11. Rekan-rekan seperjuangan di UPI Kampus Tasikmalaya.

12. Seluruh Guru yang telah berjasa menambah ilmu dan wawasan penulis. 13. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, atas do’a,

dukungan, motivasi dan konstribusi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.


(9)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

1. Identifikasi dan Analisis Masalah ... 7

2. Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Metapedidaktik ... 12

B. Penelitian Desain Didaktis ... 14

1. Penelitian Desain Didaktis ... 14

2. Hypothetical Learning Trajectory (HLT) ... 16

3. Learning Obstacle (LO) ... 17

C. Model Pembelajaran ... 18

1. Pengertian Model Pembelajaran... 18

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran ... 19

3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran ... 21

4. Spesifikasi Strategi, Pendekatan, Model, Metode dan Teknik Pembelajaran ... 22


(10)

D. Model Pembelajaran Inkuiri ... 24

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri ... 24

2. Tujuan Model Pembelajaran Inkuiri ... 25

3. Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran Inkuiri ... 26

4. Kondisi Umum Sebagai Syarat Kegiatan Inkuiri ... 27

5. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 28

E. Pendekatan Ilmiah (Scientific Aproach) ... 33

1. Pengertian Pendekatan Scientific ... 33

2. Cakupan Ranah dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 34

3. Kegiatan – Kegiatan dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific ... 35

F. Pembelajaran Tematik ... 38

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 38

2. Prinsip yang Mendasari Pembelajaran Tematik ... 39

3. Tujuan Pembelajaran Tematik ... 40

4. Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik ... 41

5. Ruang Lingkup Konsep Materi yang Menjadi Fokus Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 55

A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 55

1. Lokasi Penelitian ... 55

2. Subjek Penelitian ... 55

B. Desain Penelitian ... 57

C. Metode Penelitian ... 59

D. Definisi Operasional dan Konseptual ... 61

E. Instrumen Penelitian ... 62

F. Pengembangan Instrumen ... 63

1. Hasil Uji Instrumen Tes ... 63

2. Analisis Studi Pendahuluan dan Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific ... 68


(11)

3. Uji Keabsahan Data ... 71

G. Teknik Pengumpulan Data ... 72

H. Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Hasil Penelitian ... 76

1. Desain Pertama ... 77

a. Prospective Analysis 1 ... 77

b. Metapedadidaktik Analysis I ... 100

c. Retrospective Analysis I ... 112

2. Desain Kedua ... 118

a. Prospective Analysis 1I ... 118

b. Metapedadidaktik Analysis II ... 137

c. Retrospective Analysis II ... 146

B. Pembahasan ... 150

1. Identifikasi Learning Obstacle Siswa pada Pembelajaran Satu Sub Tema Gaya dan Gerak ... 152

2. Desain Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pembelajaran Satu Sub Tema Gaya dan Gerak ... 152

3. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pembelajaran Satu Sub Tema Gaya dan Gerak ... 154

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 172

A. Simpulan ... 172

B. Saran ... 174

DAFTAR PUSTAKA ... 175

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 178


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator

pada Pembelajaran Satu, Sub Tema Gaya dan Gerak ... 42

Tabel 3. 1 Interval dan Kategori Validitas ... 64

Tabel 3. 2 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 66

Tabel 3. 3 Kriteria Penafsiran Daya Pembeda ... 67

Tabel 3. 4 Kategori Pemahaman dan Learning Obstacle Siswa ... 70

Tabel 4. 1 Perbandingan Persentase Learning Obstacle Siswa pada Studi Pendahuluan dan Implementasi Desain Didaktis I ... 113

Tabel 4. 2 Perbandingan Persentase Pemahaman Siswa pada Studi Pendahuluan dan Implementasi Desain Didaktis I ... 115

Tabel 4. 3 Perbandingan Persentase Learning Obstacle Siswa pada Implementasi Desain Didaktis I dan Implementasi Desain Didaktis II ... 146

Tabel 4. 4 Perbandingan Persentase Pemahaman Siswa pada Implementasi Desain Didaktis I dan Implementasi Desain Didaktis II ... 148


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Metapedidaktik ... 13

Gambar 2. 2 Cakupan Ranah dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific ... 34

Gambar 2. 3 Tarikan dan Dorongan pada Sebuah Meja ... 44

Gambar 2. 4 Tarikan pada Gerobak Pasir dan Dorongan pada Gerobak Makanan ... 45

Gambar 2. 5 Kegiatan Menarik Kursi dan Menendang Bola ... 45

Gambar 2. 6 Kegiatan Mendorong Meja... 46

Gambar 2. 7 Menarik Mobil – mobilan ... 46

Gambar 2. 8 Mendorong Meja dari Dua Arah yang Berlawanan ... 46

Gambar 2. 9 Menendang Bola dengan Arah yang Berbeda ... 47

Gambar 2. 10 Orang yang Membuat Gerabah dari Tanah Liat ... 47

Gambar 2. 11 Mainan dari Plastisin ... 48

Gambar 2. 12 Kaleng yang Diremas ... 48

Gambar 2. 13 Karet yang Ditarik ... 48

Gambar 2. 14 Garis Bilangan ... 49

Gambar 2. 15 Garis Bilangan Kelipatan 2 dan 3 ... 49

Gambar 2. 16 Pohon Faktor ... 50

Gambar 2. 17 Tabel Faktorisasi ... 51

Gambar 2. 18 Syair dan Not Angka Lagu Ada Sepeda ... 52

Gambar 2. 19 Syair dan Not Angka Lagu Burung Kutilang ... 53

Gambar 3. 1 Bagan Tahapan Desain Penelitian ... 58

Gambar 3. 2 Tahap Penelitian Desain Didaktis ... 60

Gambar 4. 1 Grafik Persentase Learning Obstacle Siswa dari Setiap Indikator ... 81


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Instrumen Penelitian ... 179

Lampiran A. 1 Kisi-Kisi Instrumen ... 180

Lampiran A. 2 Instrumen Tes ... 183

Lampiran A. 3 Uji Validitas Instrumen Tes ... 198

Lampiran A. 4 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 200

Lampiran A. 5 Analisis Tingkat Kesukaran Soal... 201

Lampiran A. 6 Uji Daya Pembeda Soal ... 202

Lampiran A. 7 Seleksi Butir Soal Instrumen Tes ... 203

Lampiran A. 8 Format Observasi Kompetensi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran ... 204

Lampiran A. 9 Format Observasi Kompetensi Guru dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran ... 206

Lampiran A. 10 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Wawancara dan Kuesioner) ... 208

Lampiran A. 11 Format Pedoman Wawancara Guru ... 210

Lampiran A. 12 Format Pedoman Wawancara Siswa ... 212

Lampiran A. 13 Format Kuesioner Guru ... 214

Lampiran A. 14 Format Kuesioner Siswa ... 217

Lampiran B Studi Pendahuluan ... 219

Lampiran B. 1 Kisi-kisi Instrumen Mengungkap Learning Obstacle Siswa ... 220

Lampiran B. 2 Instrumen Mengungkap Learning Obstacle Siswa ... 223

Lampiran B. 3 Kunci Jawaban Mengungkap Learning Obstacle Siswa ... 229

Lampiran B. 4 Hasil Observasi ... 230

Lampiran B. 5 Hasil Wawancara ... 232

Lampiran B. 6 Hasil Kuesioner ... 236

Lampiran B. 7 Hasil Analisis Studi Pendahuluan ... 243


(15)

Lampiran C Desain Didaktis I... 280

Lampiran C. 1 Silabus ... 281

Lampiran C. 2 Jaring - jaring Tema ... 287

Lampiran C. 3 RPP ... 288

Lampiran C. 4 Hasil Analisis Implementasi Desain Didaktis I ... 301

Lampiran D Desain Didaktis I ... 322

Lampiran D. 1 Silabus... 323

Lampiran D. 2 Jaring - jaring Tema ... 329

Lampiran D. 3 RPP ... 330

Lampiran D. 4 Hasil Analisis Implementasi Desain Didaktis I ... 343

Lampiran E Rancangan/Desain, Produk dan Hasil Validasi Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific ... 365

Lampiran E. 1 Rancangan/Desain Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific ... 366

Lampiran E. 2 Hasil Validasi Ahli Rancangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific ... 371

Lampiran E. 3 RPP ... 374

Lampiran E. 4 Hasil Validasi Ahli Kemampuan Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sesuai dengan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific ... 387

Lampiran E. 5 Hasil Validasi Pengguna Kemampuan Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sesuai dengan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific ... 391

Lampiran F Surat Perijinan dan Dokumentasi ... 396

Lampiran F. 1 SK Dosen Pembimbing Skripsi ... 397

Lampiran F. 2 Surat Ijin Penelitian dari Lembaga ... 398

Lampiran F. 3 Surat Ijin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Ciamis ... 399


(16)

Lampiran F. 4 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Ciamis ... 400 Lampiran F. 5 Surat Ijin Penelitian dari UPTD Kecamatan Ciamis ... 401 Lampiran F. 6 Surat Ijin Penelitian dari UPTD Kecamatan Cijeunjing ... 402 Lampiran F. 7 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

di SD Negeri 3 Benteng ... 403 Lampiran F. 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

di SD Negeri 1 Ciejunjing ... 404 Lampiran F. 9 Dokumentasi Pelaksanaan Studi Pendahuluan ... 405 Lampiran F. 10 Dokumentasi Pelaksanaan Implementasi Desain

Didaktis I ... 406 Lampiran F. 11 Dokumentasi Pelaksanaan Implementasi Desain


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Untuk mengimbangi kemajuan bangsa yang semakin pesat, pendidikan harus berkembang menuju perubahan yang positif. Dengan perkembangan tersebut, menuntut para pengelola dan praktisi pendidikan untuk dapat terus melakukan perbaikan demi mendukung kemajuan bangsa di masa yang akan datang.

Upaya perbaikan tersebut tidak semata – mata dilakukan begitu saja tanpa suatu perencanaan yang matang. Dalam hal ini Uno (2012, hlm.1) berpendapat bahwa, “Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan”. Setiap upaya perbaikan pasti akan menghasilkan suatu perubahan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah hasil dari upaya perbaikan tersebut, apakah dapat berubah menuju hal yang positif atau malah sebaliknya. Jika menghendaki suatu perubahan ke arah yang positif, maka harus di siapkan dengan baik, termasuk merancang suatu perencanaan dengan optimal.

Untuk dapat mewujudkan perubahan yang cakupannya luas, harus diawali dari hal yang terkecil dahulu. Seperti halnya dalam meningkatkan mutu pendidikan, perlu diawali dari usaha mengembangkan sistem penyusun pendidikan terlebih dahulu, salah satunya yaitu pembelajaran. Mohammad Surya (dalam Sukirman, 2007, hlm. 6) mengungkapkan definisi dari pembelajaran, yaitu ‘Suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya’. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Uno (2012, hlm. 2), “Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa”. Untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran yang sistematis dan terarah, maka dalam merencanakan pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum. Adapun pengertian kurikulum secara terminologis yaitu “Sejumlah


(18)

mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa di sekolah untuk mencapai ijazah”. (Arifin, 2011, hlm. 3). Kemudian Kusuma (2013, hlm. 1) mengungkapkan bahwa, “Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.”

Pemerintah (Kemendikbud) terus berusaha memperbaharui kurikulum berdasar pada kurikulum yang berlaku sebelumnya. Hasil pengembangan kurikulum tersebut dinamakan dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pendekatan scientific ini menyentuh tiga ranah, yaitu ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. “Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran” (Faiq, 2013). Berdasarkan kegiatan – kegiatan ilmiah tersebut, siswa di tuntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran supaya hasilnya dapat diperoleh secara bermakna. Keberhasilan dari pembelajaran tersebut tidak hanya ditentukan oleh siswa saja. Guru juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini guru perlu menguasai beberapa kompetensi. Seperti yang tercantum pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. (UU Nomor 14 Tahun 2005, hlm. 5)

Perlu digaris bawahi mengenai kompetensi pedagogik dalam UU tersebut, yaitu ‘Kemampuan pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya’. (UU Nomor 14 Tahun 2005 dalam Kholil, 2012). Dalam kompetensi pedagogik tersebut terdapat perancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya perlu berpedoman pada kurikulum, silabus yang kemudian dijabarakan secara detail dan sistematis pada sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Supaya pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan yang menunjang pada


(19)

pengaktualisasian potensi siswa, maka diperlukan desain pembelajaran dengan menggunakan model sebagai acuan dalam merancang aktivitas pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hakikat pembelajaran yang telah diungkapkan oleh Uno pada pembahasan sebelumnya yang intinya pembelajaran yaitu sebuah perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk dapat membelajarkan siswa. Dalam hal ini model pembelajaran merupakan salah satu komponen dari kegiatan pembelajaran, dimana kegiatan - kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut dapat dikemas pada tahapan/fase dari suatu model pembelajaran secara sistematis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dahlan (1990, hlm. 21) bahwa,

Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sukanto (dalam Trianto, 2009, hlm. 22) bahwa model pembelajaran yaitu,

Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Selain itu, guru perlu memperhatikan bagaimana mengaplikasikan sebuah model pada proses pembelajaran tematik – terpadu. ‘Pembelajaran tematik-terpadu ini merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema pembahasan’. (Sutirjo dan Mamik dalam Mulyoto, 2013, hlm. 118). Pembelajaran tematik - terpadu mengemas beberapa konsep materi dari mata pelajaran yang berbeda, dengan dipayungi satu tema tertentu yang dapat menyajikan makna dari berbagai konsep materi pelajaran secara terpadu. Dengan pemersatuan materi dalam suatu tema tertentu, dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Demikian pula pada proses pembelajarannya, siswa diharapkan aktif dalam mencari informasi dan mempelajari suatu konsep dan dibiasakan untuk bersikap sesuai dengan tuntutan karakter yang diharapkan. Sehingga output yang dihasilkan dapat berkualitas bukan hanya dari segi kognitif saja, tetapi juga dari segi psikomotor dan afektif.


(20)

Dalam implementasi pembelajarannya, guru perlu memperhatikan aspek-aspek yang perlu dikembangkan, termasuk di dalamnya pemilihan model yang diselaraskan dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tertera pada kurikulum 2013 dengan penerapan pendekatan scientific, sebagaimana aturan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang telah mengisyaratkan bahwa perlunya mengintegrasikan kegiatan – kegiatan ilmiah (scientific) dalam proses pembelajaran. Maka dari itu model yang digunakan harus dapat mencakup seluruh kegiatan ilmiah yang dapat membantu siswa menemukan sendiri konsep yang mereka pelajari.

Selain itu, perlu diperhatikan pula jenis kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman terhadap siswa bahwa konsep yang dipelajari saling berkaitan satu sama lain, karena tujuan dari pembelajaran tematik yaitu menjadikan proses pembelajaran menjadi bermakna dengan cara siswa mempelajari konsep secara kontekstual dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah siswa pahami dalam satu tema tertentu. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang bermakna, subjek belajar harus berinteraksi langsung dengan lingkungannya. Pada proses pembelajarnnya, siswa diharapkan bukan hanya terlibat secara fisik tetapi juga terlibat secara mental. Sehingga memori otaknya akan bekerja untuk memproses informasi dan pengetahuan yang baru mereka peroleh dan kemudian informasi baru tersebut di asosiasikan dengan informasi lama atau pengetahuan – pengetahuan lain yang telah mereka peroleh sebelumnya. Untuk mendukung aktivitas pembelajaran yang mengaktifkan fisik dan mental tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan model dari rumpun pemrosesan informasi. Dalam tahap kegiatannya menganjurkan siswa untuk melakukan method of inquiry, seperti yang tercantum pada Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk dapat melakukan suatu metode ilmiah scientific, maka “harus merujuk pada teknik – teknik investigasi atas suatu/beberapa fenomena atau gejala dalam memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya”. (Kemendikbud, 2013, hlm. 211).

Namun mayoritas kenyataan di lapangan, proses pembelajaran yang dilaksanakan masih cenderung bersifat konservatif dan tidak berlandaskan pada


(21)

kurikulum yang berlaku. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SD Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, guru kelas IV menuturkan bahwa dalam merancang rencana kegiatan pembelajaran, tidak berpedoman pada kurikulum tapi hanya berdasarkan pada buku panduan guru, yang kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan cenderung terbatas. Apalagi pada pembelajaran satu yang menuntut penggunaan model pembelajaran aktif dalam mencapai tujuan pembelajarannya, yaitu sub tema gaya dan gerak, dimana konsep pelajarannya meliputi gaya (tarikan dan dorongan), Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), menyanyikan lagu dan menceritakan pengalaman, masih terdapat tujuan pembelajaran yang belum mampu dicapai secara optimal.

Proses pembelajaran hanya dilakukan dengan menggunakan metode tertentu tanpa menggunakan model pembelajaran sebagai kerangka acuan bagaimana melaksanakan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran. Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran. Seperti hasil analisis tes kemampuan responden dalam bentuk soal Pilihan Ganda (PG) yang peneliti ujikan di SDN 3 Benteng pada sub tema gaya dan gerak pembelajaran satu yang meliputi konsep IPA mengenai gaya (tarikan dan dorongan), Matematika mengenai KPK, Seni Budaya dan Prakarya mengenai menyanyikan lagu sesuai dengan tinggi rendahnya nada sambil menggerakan tangan dan badan, Bahasa Indonesia mengenai menyajikan teks hasil laporan pengamatan dan menceritakan pengalaman. Peneliti menemukan adanya learning obstacle siswa, yaitu sebagai berikut: masih terdapat siswa yang belum memahami bahwa gaya dapat mempengaruhi arah benda dan siswa juga belum memahami bahwa apabila terdapat benda yang diam kemudian ditarik dengan kecepatan yang terus bertambah, maka gaya telah berpengaruh terhadap kecepatan benda. Akumulasi persentase learning obstacle siswa dari indikator mengamati gaya dan gerak

dalam kehidupan sehari – hari yang memuat soal tersebut yaitu 64,29%. Tidak

semua siswa memahami pengertian dari KPK dan cara untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan KPK. Akumulasi persentase learning obstacle siswa dari indikator menjelaskan konsep yang berhubungan dengan KPK sebanyak


(22)

87,50%. Masih terdapat siswa yang belum memahami bahwa menyanyikan lagu bernada rendah dengan menggunakan gerak tangan dan badan dapat diperagakan dengan cara menginjakan kaki. Akumulasi persentase learning obstacle dari indikator menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada yaitu 64,28%. Siswa kurang memahami hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan teks laporan hasil pengamatan dan siswa belum mampu menyajikan laporan berdasarkan pengamatan terhadap suatu gambar. Akumulasi persentase learning obstacle dari indikator menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya dan gerak secara tertulis menggunakan kosakata baku sebanyak 57,14%.

Dari hasil analisis tes kemampuan responden berupa soal pilihan ganda yang digunakan untuk mengungkap learning obstacle siswa tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hambatan yaitu hambatan epistimologis (hambatan konsep pemahaman siswa yang terbatas pada suatu konteks tertentu). Kemudian diperkuat dengan hasil wawancara kepada guru SDN 3 Benteng dan hasil observasi proses pembelajaran di kelas IV SDN 3 Benteng, peneliti mengkaji bahwa terdapat juga hambatan didaktis (hambatan dalam cara mengajar) terutama dalam mengimplementasikan model pembelajaran. Hal ini jelas berpengaruh terhadap pengetahuan yang diperoleh siswa, dan kemudian mengakibatkan pada timbulnya learning obstacle siswa.

Untuk mengatasi learning obstacle tersebut diperlukan desain didaktis yang lebih baik dengan perencanaan yang matang serta penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan konsep materi, karakteristik siswa, situasi dan kondisi lingkungan belajar serta tujuan yang diharapkan. Indikator yang menjadi learning obstacle, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diatasi dengan cara menerapkan prinsip pembelajaran kontruksivisme dengan model pembelajaran yang menuntut siswa berfikir dan mengalami langsung dalam proses penemuan ilmu pengetahuan, supaya pengetahuan yang didapat mampu dipahami secara bermankna. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh E. Maretasari, Subali, dan Hartono pada tahun 2012 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan


(23)

Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa, yaitu “… setiap terjadi peningkatan sikap ilmiah akan berpengaruhterhadap peningkatan hasil belajar siswa.”

Penelitian yang hendak dilakukan ini, selain bertujuan untuk mengungkap learning obstacle siswa, juga menekankan pada hubungan segitiga didaktis yang cukup kompleks, yaitu hubungan materi - siswa (Hubungan Didaktis), hubungan guru - siswa (Hubungan Pedagogis) dan hubungan guru - materi (Antisipasi Didaktis Pedagogis). Maka dari itu penelitian ini dilakukan secara tim yang terdiri dari empat orang peneliti, masing-masing mempunyai titik fokus pengembangan yang berbeda pada setiap komponen segitiga didaktis, yaitu pengembangan dari segi bahan ajar (LKS), model, media dan evaluasi pembelajaran. Dari ketiga hubungan komponen yang saling berkaitan pada segitiga didaktis tersebut, peneliti memfokuskan pada pengembangan sebuah model pembelajaran dengan berbasis pendekatan scientific. Model pembelajaran ini merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam hubungan guru – siswa (HP). Penelitian ini dilakukan dalam rangka memberi contoh bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model tertentu yang dalam pelaksanaannya diintegrasikan pula proses scientific sebagai pendekatan yang digunakan pada kurikulum 2013, serta untuk memperkaya keterampilan didaktis para pengajar, khusunya dalam hal penggunaan model pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengambil judul “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Sub Tema Gaya dan Gerak.”

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi dan Analisis Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, terdapat masalah-masalah yang teridentifikasi oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Guru mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan model pembelajaran pada kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific.

b. Kegiatan scientific belum dikemas dalam suatu model pembelajaran.

c. Terdapat hambatan belajar siswa dalam pembelajaran satu, sub tema gaya dan gerak, yang perlu diatasi dengan pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan scientific.


(24)

2. Perumusan Masalah a. Rumusan Masalah

1) Bagaimana hambatan belajar siswa (learning obstacle) pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV SD Negeri?

2) Bagaimana desain pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan scientific untuk mengatasi hambatan belajar siswa (learning obstacle) pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV SD Negeri berdasarkan hubungan guru dengan siswa yang terdapat pada komponen segitiga didaktis?

3) Bagaimana implementasi model pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV SD Negeri? b. Batasan Masalah

Supaya permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah, maka permasalahan tersebut dibatasi sebagai berikut:

1) Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis dan SD Negeri 1 Cijeunjing Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis tahun ajaran 2013/2014.

2) Desain pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan scientific ini didasarkan pada hambatan belajar siswa (learning obstacle) kelas IV SD Negeri dan hubungan segitiga didaktis yang difokuskan pada pengembangan implementasi model pembelajaran yang di dalamnya terintegrasi kegiatan -kegiatan ilmiah (scientific).

3) Sub tema yang dibahas adalah gaya dan gerak pada pembelajaran satu yang meliputi gaya berupa tarikan dan dorongan, konsep dan cara menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), menyanyikan lagu sesuai tinggi rendahnya nada dan menyajikan laporan hasil pengamatan serta menceritakan pengalaman.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini yaitu untuk:

1. Mengidentifikasi hambatan belajar siswa (learning obstacle) pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV SD Negeri.


(25)

2. Mengembangkan desain model pembelajaran berbasis pendekatan scientific untuk mengatasi hambatan belajar siswa (learning obstacle) pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV SD Negeri berdasarkan hubungan guru dengan siswa yang terdapat pada komponen segitiga didaktis.

3. Mendeskripsikan implementasi model pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak di kelas IV SD Negeri.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Dari penelitian yang hendak dilakukan ini, diharapkan siswa dapat:

a. Memahami konsep yang terdapat pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak dengan baik sehingga tidak mengalami hambatan belajar.

b. Terampil dalam melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan gaya dan gerak yang meliputi tarikan dan dorongan. Serta terampil dalam menyayikan lagu dan menceritakan pengalaman.

c. Meminimalisir dan menghilangkan kesalahan konsep mengenai materi yang terdapat pada pembelajaran satu sub tema gaya dan gerak pembelajaran satu yang meliputi gaya berupa tarikan dan dorongan, konsep dan cara menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), menyanyikan lagu sesuai dengan tinggi rendahnya nada sambil menggerakan tangan dan badan, menyajikan laporan hasil pengamatan dan menceritakan pengalaman dengan melakukan kegiatan – kegiatan ilmiah (scientific.)

2. Bagi guru

Dari penelitian yang hendak dilakukan ini, diharapkan guru dapat:

a. Mengetahui hambatan belajar (learning obstacle) yang di alami siswa pada sub tema gaya dan gerak.

b. Meningkatkan kemampuan didaktik pada pembelajaran tematik sub tema gaya dan gerak berbasis pendekatan scientific.


(26)

3. Bagi peneliti

Dari penelitian yang hendak dilakukan ini, diharapkan peneliti dapat:

a. Menambah wawasan secara teoritis dan praktis mengenai segala sesuatu yang terkait dengan konteks sosial yang diteliti.

b. Menambah pengalaman dalam hal pengembangan model pembelajaran yang berbasis pendekatan scientific pada sub tema gaya dan gerak kelas IV SD 4. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melaksanakan penelitian selanjutnya. Sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang terus berkembang kea rah yang lebih baik, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.

E. Struktur Organisasi Skripsi 1. Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan analisis masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dilaksanakan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Latar belakang penelitian memaparkan alasan peneliti melakukan penelitian, pentingnya suatu masalah untuk diteliti, dan pendekatan yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang diteliti. Identifikasi dan rumusan masalah menjelaskan tentang masalah yang dikaji serta gambaran masalah yang dinyatakan dalam kalimat tanya. Batasan masalah memberikan gambaran mengenai ruang lingkup masalah yang di teliti agar permasalahan menjadi terfokus. Tujuan penelitian memaparkan tentang output yang ingin dicapai atau yang diharapkan dari hasil penelitian. Kalimat yang digunakan untuk merumuskan tujuan ini merupakan kalimat yang berbentuk operasional. Manfaat penelitian memaparkan mengenai manfaat penelitian bagi guru, siswa, peneliti sendiri dan peneliti yang lain. Serta srtuktur organisasi skripsi memaparkan mengenai sistematika penulisan dan penjelasan pada setiap bab dan sub bab dalam skripsi. 2. Bab II Kajian Pustaka

Bab ini memaparkan mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu pengertian metapedidaktik, metode penelitian Desain Didaktis


(27)

(Didactical Design Research), model pembelajaran inkuiri, pendekatan ilmiah (Scientific Approach), dan pembelajaran tematik.

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini memaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, yang terdiri dari lokasi, desain, dan metode penelitian serta definisi operasional dan konseptual, instrumen yang digunakan dalam penelitian, pengembangan instrumen, teknik dalam pengumpulan data, dan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memberikan penjelasan mengenai analisis data yang di dapat dari lapangan, hasil penelitian serta pembahasan yang dihubungkan dengan kajian teori yang telah dipaparkan pada bab II.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini terdiri dari simpulan dan saran yang disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan atau berisi tentang penafsiran peneliti terhadap hasil penelitian yang telah di analisis. Simpulan disajikan dalam bentuk kalimat yang jelas dan padat, berisikan uraian yang menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam penelitian. Saran ditujukan kepada pembaca, praktisi pendidikan, serta kepada peneliti berikutnya.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua Sekolah Dasar (SD) yang sudah menerapkan sistem pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013, yaitu SD Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis dan SD Negeri 1 Cijeunjing Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu pengumpulan data awal dan tahap kedua yaitu implementasi desain model pembelajaran. Tahap pengumpulan data awal dilakukan melalui studi pendahuluan yang dilaksanakan di sekolah yang sama dengan pelaksanaan implementasi desain didaktis I yaitu di SD Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis dan implementasi desain didaktis II dilaksanakan di SD Negeri 1 Cijeunjing Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu guru dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Benteng dan SD Negeri 1 Cijeunjing. Disana peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan melakukan wawancara kepada guru dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Benteng dan SD Negeri 1 Cijeunjing, karena mereka sudah berpengalaman dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013. Sehingga guru benar-benar mengetahui dan merasakan situasi didaktis-pedagogis yang pernah terjadi. Serta siswa juga pernah merasakan hambatan belajar apa saja yang muncul selama proses pembelajaran dalam sub tema gaya dan gerak pada pembelajaran satu.

Penentuan sumber data dilakukan secara purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 300) “Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.” Terdapat beberapa hal yang dijadikan dasar pertimbangan oleh peneliti dalam menentukan sampel, yaitu diantaranya sebagai berikut:

a. Informasi mengenai Sekolah Dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013


(29)

dari Dinas Pendidikan dan UPTD Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Ciamis dan Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis.

a. Kesediaan pihak sekolah sebagai narasumber penelitian.

b. Kesedian guru dan para siswa kelas IV sebagai narasumber dan sekaligus yang akan berkolaborasi dengan peneliti.

c. Kesesuaian ruang lingkup materi dengan kurikulum yang berlaku.

d. Narasumber yang memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam mengimplementasikan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013.

Kemudian dalam pengambilan data, peneliti juga menggunakan teknik snowball sampling. Teknik ini dilakukan karena peneliti memerlukan data dan informasi yang lebih lengkap. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 300) “Snowball sampling adalah teknik mengambil sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar.” Bungin (2008, hlm. 55 dalam Aisyah 2012, hlm. 52) menegaskan bahwa:

Dalam menggunakan teknik snowball sampling, variasi sampel informan memang diperlukan agar tidak terbatas pada sekelompok individu saja yang seringkali memiliki kepentingan tertentu, sehingga hasil penelitian menjadi bias.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan implementasi desain model pembelajaran berbasis pendekatan scientific. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pendahuluan untuk mencari tahu kondisi pembelajaran yang dilihat dari segi guru, siswa, materi dan keterkaitan antara ketiganya. Dari segi guru, yaitu untuk mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan kegiatan scientific yang dikemas dalam suatu model pembelajaran. Sedangkan dari segi siswa, yaitu untuk mengungkap Learning Obstacle (LO) siswa yang kemudian diidentifikasi penyebabnya dengan cara melihat hasil analisis LO tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari muculnya LO pada siswa Tahap pengumpulan data tersebut dilakukan di SD Negeri 3 Benteng yang difokuskan pada siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang.

Kemudian, tahap implementasi desain model pembelajaran berbasis pendekatan scientific dilakukan di dua SD. Implementasi desain pertama


(30)

dilakukan di SD Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang dan implementasi desain kedua dilakukan di SD Negeri 1 Cijeunjing Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain berupa Penelitian Desain Didaktis yang dirancang selain untuk mengungkap hambatan belajar siswa pada konsep gaya dan gerak pembelajaran satu. Pada dasarnya penelitian ini juga merupakan formulasi dari proses berpikir yang dilakukan guru sebelum pembelajaran, saat pembelajaran, dan setelah pembelajaran, yang kemudian ketiga tahap proses berfikir tersebut di analisis. Hasil analisisnya dapat menghasilkan desain didaktis yang baru dan kemudian disebut sebagai Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR).

Komponen guru, materi, dan siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam membangun suatu hubungan didaktis, hubungan pedagogis, dan hubungan antisipasi didaktis pedagogis. Karena penelitian Didactical Design Research (DDR) ini harus menekankan pada hubungan segitiga didaktis yang cukup kompleks, maka penelitian ini dilakukan secara tim yang terdiri dari empat orang peneliti, masing -masing mempunyai titik fokus pengembangan, yaitu pengembangan dari segi bahan ajar, model, media dan evaluasi pembelajaran.

Dari ketiga hubungan komponen segitiga didaktis yang saling berkaitan, peneliti memfokuskan pada pengembangan model pembelajaran yang merupakan salah satu aktivitas pada komponen hubungan guru dengan siswa (Hubungan Pedagogis). Peneliti menganalisis learning obstacle berupa hambatan didaktis (hambatan dalam cara mengajar). Kemudian merancang desain model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi, karakteristik siswa, tingkat perkembangan siswa, yang nantinya dapat mengatasi learning obstacle siswa tersebut. Dalam implementasi tahap model pembelajaran tersebut terintegrasi kegiatan scientific yang disesuaikan dengan indikator yang telah disusun dan langkah – langkah pembelajarannya disesuaikan dengan fase dari model yang dipilih.


(31)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tahapan desain penelitian (diadaptasi dari tahapan desain penelitian Aisyah, 2013), yaitu sebagai berikut:

Keterangan: = Alur penelitian = Cakupan kegiatan

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Desain Penelitian Validasi instrumen

tes Penyusunan

Instrumen

Perbaikan Desain Didaktis I (HLT) Menyusun PRS dan ADP Studi Literatur Mengumpulkan literatur Menelaah materi Pengembangan Instrumen Studi Pendahuluan Analaisis Hasil Studi Pendahuluan Metapedidaktik Analysis Desain II Prospective

Analysis Desain I Metapedidaktik

Analysis Desain I

Retrospective Analysis Desain I

Prospective Analysis Desain II

Retrospective Analysis Desain II Penulisan Laporan Penelitian Mengkategorikan LO Wawancara Menyebarkan kuesioner, Observasi pembelajaran Uji soal tes untuk

mengungkap LO

Analisis LO yang disebabkan faktor penggunaan model Menyusun PRS - ADP

Merancang Desain Didaktis I (HLT) Menelaah materi Sub Tema Gaya dan Gerak

pembelajaran 1 Implementasi

Desain Didaktis I

Mengaitkan metapedidaktik dengan

prospective analysis Analisis LO Desain

Didaktis I Implementasi Desain Didaktis II Mengaitkan metapedidaktik dengan prospective analysis


(32)

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang hendak dilakukan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif ini merupakan pendekatan yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme dan digunakan untuk meneliti masalah yang terjadi dilapangan secara alamiah sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi, dimana peneliti sebagai instrumen utamanya. Proses analisis data dari penelitian ini bersifat induktif dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Kebermanfaatan hasilnya lebih dilihat dari transferability. Metode penelitian menurut Sugiyono (2009, hlm. 6) yaitu,

Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan metode Didactical Design Research (DDR). Penelitian Desain Didaktis ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap hambatan belajar (learning obstacle) dalam proses pembelajaran dan untuk menghilangkan hambatan belajar tersebut. Dalam penelitian Desain Didaktis ini komponen guru, materi, dan siswa merupakan komponen yang sangat penting dan saling terkait untuk membangun suatu hubungan didaktis, hubungan pedagogis, dan hubungan antisipasi didaktis pedagogis. Menurut Suryadi (2011, hlm. 12), Penelitian Desain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR), pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan, yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran (prospective analysis)

yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis Metapedadidaktik, dan (3) analisis restrosfektif (restrospective analysis) yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis Metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh desain- didaktis empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.

Metode DDR ini tidak hanya sebatas pada mengatasi learning obstacle siswa saja, perlu ditekankan juga pada cara untuk mengoptimalkan keterkaitan antara hubungan didaktis, pedagogis, dan antisipasi didaktis - pedagogis yang terdapat pada segitiga didaktis.


(33)

Berdasarkan pendapat Suryadi mengenai tahapan penelitian Didactical Design Research (DDR) ini, dapat digambarkan pada bagan berikut:

Gambar 3.2

Tahap Penelitian Desain Didaktis 1. Tahap I, Prospective analysis:

a. Mengumpulkan literatur dan menelaah materi yang terdapat pada tema selalu berhemat energi, sub tema gaya dan gerak pada pembelajaran satu yang meliputi gaya (tarikan dan dorongan), Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), menyajikan teks laporan serta menceritakan pengalaman tentang gaya dan gerak, membedakan panjang pendek bunyi dan tinggi rendahnya nada serta menyanyikan lagu dengan menggunakan gerak tangan dan badan.

b. Mempelajari materi dan melakukan rekontekstualisasi dan repersonalisasi terhadap materi yang telah ditentukan.

c. Menganalisis learning obstacle siswa yang kemungkinan disebabkan oleh hambatan didaktis.

d. Memilih soal tes yang akan digunakan dalam implementasi desain didaktis. Soal tersebut diambil dari soal tes studi pendahuluan berdasarkan materi yang masih menjadi learning obstacle siswa.

e. Merancang desain didaktis awal yang mencakup tujuan, kegiatan dan hipotesis f. Membuat prediksi repon siswa (PRS) yang mungkin akan muncul pada saat

pembelajaran disertai dengan antisipasinya (ADP). 2. Tahap II, Metapedadidaktik analysis:

a. Mengimplementasikan desain didaktis yang telah dirancang, dengan memperhatikan HLT khususnya dalam komponen kegiatan serta

Prospective Analysis

Retrospective Analysis

Metapedidaktik Analysis


(34)

memperhatikan keterkaitan segitiga didaktis (HP. HD, dan ADP) terutama hubungan pedagogis (HP).

b. Melakukan analisis terhadap situasi pada saat pembelajaran termasuk kegiatan dan respon yang diberikan siswa.

c. Melakukan TKR (Tes Kemampuan Responden) untuk melihat perbandingan learning obstacle awal dengan learning obstacle yang masih muncul pada implementasi disain didaktis.

3. Tahap III, Retrospective analysis:

a. Menganalisis kaitan antara hasil metapedadidaktik analysis dengan prospective analysis.

b. Menganalisis hasil TKR untuk melihat perbandingan learning obstacle awal dengan setelah melaksanakan implementasi desain didaktis.

c. Merancang desain didaktis baru, sebagai perbaikan desain didaktis awal. D. Definisi Operasional dan Konseptual

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini terdapat beberapa variabel terkait, yaitu sebagai berikut:

1. Model pembelajaran adalah suatu pola konseptual untuk melaksanakan pembelajaran secara sistematis demi mencapai tujuan yang diharapkan dan berfungsi bagi para pengajar sebagai pedoman dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran yang dijadikan variabel pada penelitian ini yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diimplementasikan di Kelas IV SD Negeri 3 Benteng dan SD Negeri 1 Cijeunjing pada sub tema gaya dan gerak pembelajaran satu yang meliputi gaya berupa tarikan dan dorongan, konsep dan cara menyelesaikan soal KPK, menyanyikan lagu sesuai dengan tinggi rendahnya nada sambil menggerakan tangan dan badan, menyajikan laporan hasil pengamatan dan menceritakan pengalaman. Dimana pada proses pembelajarnnya guru berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam membimbing siswa untuk menemukan dan memahami konsep yang di pelajari dengan memperhatikan langkah-langkah kegiatan dalam pendekatan ilmiah (scientific).


(35)

2. Pendekatan scientific merupakan suatu sudut pandang yang melatar belakangi proses pembelajaran yang implementasinya dapat dilaksanakan melalui kegiatan – kegiatan yang bersifat ilmiah.

Pendekatan scientific pada penelitian ini merupakan pendekatan ilmiah yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyimpulkan, menyajikan dan mengkomunikasikan yang kemudian dikemas dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 3 Benteng dan SD Negeri 1 Cijeunjing pada sub tema gaya dan gerak pembelajaran satu yang meliputi gaya berupa tarikan dan dorongan, konsep dan cara menyelesaikan soal KPK, menyanyikan lagu sesuai dengan tinggi rendahnya nada sambil menggerakan tangan dan badan, menyajikan laporan hasil pengamatan dan menceritakan pengalaman.

3. Pembelajaran tematik adalah suatu kegaiatan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa materi dalam suatu tema tertentu.

Pembelajaran tematik yang dijadikan variabel pada penelitian ini yaitu tema selalu berhemat energi, sub tema gaya dan gerak di kelas IV SD Negeri 3 Benteng dan SD Negeri 1 Cijeunjing, mencakup pembelajaran satu yang meliputi gaya berupa tarikan dan dorongan, konsep dan cara menyelesaikan soal KPK, menyanyikan lagu sesuai dengan tinggi rendahnya nada sambil menggerakan tangan dan badan, menyajikan laporan hasil pengamatan dan menceritakan pengalaman.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif ini yaitu peneliti sendiri. Sugiyono (2009, hlm. 306) mengemukakan bahwa:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian. memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Peneliti atau manusia dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen utama yang dijadikan sebagai pilihan, karena dalam penelitian kualitatif ini segala sesuatunya belum dapat dipastikan secara jelas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution, 1988 (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 306),


(36)

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

Selain peneliti sebagai instrumen utama yang melaksanakan observasi dan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara dan lembar observasi. Setelah fokus penelitian menjadi jelas, kemudian dibuat pula instrumen pendukung yaitu kuisioner, lembar tes objektif (Pilihan Ganda) yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai hambatan belajar (learning obstacle) siswa terkait konsep pembelajaran yang terdapat pada sub tema gaya dan gerak mencakup pembelajaran satu yang meliputi tarikan dan dorongan, KPK, menyanyikan lagu, dan menceritakan pengalaman. Selain itu peneliti juga menggunakan perangkat pembelajaran sebagai penunjang dalam pelaksanaan penelitian, yaitu sebagai berikut: kurikulum, silabus, RPP, materi pembelajaran, LKS, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Selain itu peneliti juga menganalisis hambatan belajar siswa yang muncul dan memfokuskan pada penyelidikan faktor-faktor penyebab hambatan belajar siswa yang disebabkan karena hambatan didaktis (cara mengajar atau cara dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran).

F. Pengembangan Instrumen 1. Hasil Uji Instrumen Tes

Pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dimaksudkan untuk menguji instrumen tes yang digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai learning obstacle siswa.

Uji instrumen tes dilaksanakan di Kelas IV SD Cibeureum 2, Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya yang telah menerapkan pembelajaran dengan berlandaskan pada kurikulum 2013 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Tes yang digunakan merupakan tes pilihan ganda. Uji coba instrumen soal tes ini dilakukan sebanyak dua kali dengan responden yang sama. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan soal tes yang valid dan reliabel.


(37)

a. Uji Validitas

Sugiyono, (2009, hlm. 173) mengungkapkan bahwa, “… valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” Uji validitas yang digunakan merupakan uji validitas konstruk, karena uji validitas konstruk mencakup juga validitas isi dan kriteria. Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Berikut merupakan rumus menghitung validitas menurut Arikunto (2005, hlm. 72 dalam Nurcahyanto, hlm 2).

Keterangan : rxy = koefisien korelasi suatu butir/item

N = Jumlah subyek X = skor suatu butir/item Y = skor total

Peneliti juga menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 dalam pengujian validitas instrumen tes. Berikut merupakan kategori dari validitas instrument menurut Guilford (1965, hlm. 145 dalam Nurcahyanto, hlm. 3).

Tabel 3. 1

Interval dan Kategori Validitas

Interval Kategori

0,80 – 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,60 – 0,80 Validitas tinggi (baik) 0,40 – 0,60 Validitas sedang (cukup) 0,20 – 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,00 – 0,20 Validitas sangat rendah (jelek) rxy 0,00 tidak valid

Hasil uji validitas, secara lengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.3. Peneliti menyusun 30 soal tes, soal tersebut di uji validitasnya sebanyak dua kali. Pada uji coba yang pertama, dari 30 soal terdapat 9 soal yang tidak valid. Kemudian pada uji coba yang kedua dari 30 soal terdapat 3 soal yang tidak valid. Pada akhirnya digunakan 20 soal yang valid.

rxy =


(38)

b. Uji Reliabilitas

Sugiyono (2009, hlm. 173) mengungkapkan bahwa, “Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.” Uji reliabel instrumen tes pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 16 berdasarkan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.

Reliabilitas atau tidaknya suatu soal tes yang diuji menggunakan program SPSS dapat dilihat dengan membandingkan nilai angka pada kolom Alpha Cronbach dengan Cronbach's Alpha if Item Deleted. Apabila nilai angka pada kolom Cronbach's Alpha if Item Deleted lebih kecil daripada nilai angka pada kolom Alpha Cronbach, maka soal tes dapat dinyatakan reliabel. Begitupun sebaliknya, jika nilai angka pada kolom Cronbach's Alpha if Item Deleted lebih besar daripada nilai angka pada kolom Alpha Cronbach, maka soal tes dapat dinyatakan tidak reliabel.

Untuk lebih jelasnya hasil uji reliabilitas instrumen tes ini dapat dilihat pada lampiran A.4. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Sciences), dapat diketahui dari 30 soal terdapat 9 soal yang tidak reliabel. Kemudian soal yang tidak reliabel tersebut direvisi atau tidak digunakan dalam penelitian. Pada akhirnya peneliti menggunakan 20 soal yang valid dan reliabel dengan mempertimbangkan keseimbangan indikator dari konsep materi pada setiap disiplin ilmu yang tercantum dalam sub tema gaya dan gerak pembelajaran satu.

c. Tingkat Kesukaran

“Tingkat kesukaran merupakan suatu pernyataan tentang seberapa sulit atau seberapa mudah sebuah butir pernyataan bagi peserta uji.” (Nurcahyanto, hlm. 14) Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut Wahyudin dkk (2006, hlm. 93), yaitu sebagai berikut:

TK =

⅀B


(39)

Keterangan: TK = Tingkat kesukaran soal

⅀B

= Jumlah siswa yang menjawab benar

N = Jumlah siswa yang memberikan jawaban pada soal yang bersangkutan

Berikut merupakan kategori tingkat kesukaran: Tabel 3. 2

Kriteria Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori

0 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Sumber: Wahyudin dkk, 2006, hlm 94 Selain dengan cara manual menentukan tingkat kesukaran dapat dilakukan dengan menggunakan program-program pada komputer. Seperti dalam penelitian ini, untuk menentukan tingkat kesukaran dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran, dapat diketahui terdapat 30 soal tes objekstif yang diuji cobakan sebanyak dua kali. Pada uji coba pertama masih terdapat tingkat kesukaran yang tidak seimbang atau belum memenuhi kategori yang diharpkan. Kemudian soal-soal tersebut di uji cobakan kembali pada responden yang sama, sehingga hasil akhir menunjukan tingkat kesukaran soal tes telah seimbang dan peneliti mengambil 20 soal tes untuk digunakan dalam penelitian.

d. Daya Pembeda

Arikunto (2008, hlm. 211) mengungkapkan bahwa, “Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).” Sejalan dengan hal tersebut, Nurcahyanto (hlm. 14) berpendapat mengenai daya pembeda yaitu “Suatu pernyataan tentang seberapa besar daya butir soal dapat membedakan kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah.”


(40)

Uji daya pembeda dapat dilakukan secara manual. Wahyudin (2006, hlm. 96), memberi penjelasan tentang rumus untuk menentukan daya pembeda dari soal tes.

Rumus menghitung daya pembeda:

Keterangan: WL = Jumlah testi dari lower group/kelompok asor yang menjawab salah

WH = Jumlah testi dari higher group/kelompok unggul yang menjawab salah

n = 27% N N = Jumlah seluruh siswa Berikut merupakan kategori daya pembeda:

Tabel 3. 3

Kriteria Penafsiran Daya Pembeda

Daya Pembeda Kategori

< 0 Rendah Sekali

0,00 – 0,20 Rendah

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

Sumber: Wahyudin dkk, 2006, hlm. 96 Uji daya pembeda yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2007. Berdasarkan hasil uji daya pembeda, dapat diketahui terdapat 30 soal tes objektif yang diuji cobakan sebanyak dua kali. Pada uji coba pertama masih terdapat ketidak seimbangan dalam hal daya pembeda, kemudian peneliti merevisi isi atau konten soal untuk diuji cobakan kembali. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan minimal 20 soal yang berkategori baik dan/atau cukup. Sehingga pada akhirnya setelah melakukan uji coba yang kedua, peneliti mengambil 20 soal yang memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas serta yang memiliki daya pembeda yang berkategori cukup, baik dan sangat baik.

DP =

(WL – WH)


(41)

d. Hasil Seleksi Butir Soal Instrumen Penelitian

Peneliti melaksanakan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran pada 30 soal tes Pilihan Ganda (PG) sebanyak dua kali uji coba. Uji coba yang pertama masih terdapat beberapa soal yang belum memenuhi kriteria, baik itu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan/atau tingkat kesukaran. Kemudian peneliti melakukan perbaikan pada isi atau kontennya, kemudian soal tersebut diuji cobakan kembali. Dari uji coba yang kedua terdapat 21 soal yang sudah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas. Sehingga akhirnya dari 30 soal objektif yang peneliti susun, terdapat 20 soal yang digunakan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya seleksi butir soal tersebut dapat dilihat pada lampiran A.7 2. Analisis Hasil Studi Pendahuluan dan Implementasi.

Kegiatan yang dilaksanakan pada studi pendahuluan terdiri dari melaksanakan tes sebagai cara untuk mengungkap hambatan belajar siswa. Selain itu peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Benteng, menyebarkan kuesioner pada guru dan seluruh siswa kelas IV SD Negeri 3 Benteng dan melakukan observasi proses pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperkuat data-data yang diperlukan dalam penelitian, terutama pada bidang model pembelajaran dan implementasi pembelajaran berbasis kurikulm 2013 yang menggunakan pendekatan scientific.

Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap hasil studi pendahuluan. Analisis pertama dilakukan terhadap instrumen tes yang menggambarkan respon siswa. Terdapat rumus-rumus yang berkaitan dengan cara menganalisis instrumen tes studi pendahuluan yang diungkapkan oleh Mulyana (2013, dalam Aisyah 2013, hlm. 72-73), yaitu sebagai berikut:

a. Rumus menghitung persentase respon siswa:

Keterangan: R = Persentase respons siswa

S = Banyaknya siswa yang memberikan respons JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

R =

S


(42)

b. Rumus menghitung pemahaman siswa:

“Pemahaman siswa adalah suatu proses atau cara perbuatan memahami (mengerti benar/mengetahui benar akan suatu konsep) yang dilakukan oleh siswa.” (Aisyah, 2013, hlm. 27). Pemahaman siswa pada suatu materi dapat dilihat dari respon-respon yang diberikan siswa baik dalam pembelajaran maupun dari hasil tes. Berikut mrupakan rumus untuk menghitung pemahaman siswa.

Keterangan: P = Persentase pemahaman siswa

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

c. Rumus menghitung Learning Obstacle siswa:

Untuk menghitung learning obstacle siswa dapat digunakan rumus yang nantinya dapat menggambarkan tingkat kesulitan atau hambtan siswa dalam belajar atau dalam memahami suatu materi. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan respon-respon yang diberikan siswa ketika pembelaaran maupun dari hasil tes untuk mengungkap learning obstacle siswa.

Learning obstacle merupakan hambatan atau kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam proses pembelajaran, yang dapat disebabkan oleh faktor hambatan ontogeni (kesiapan mental belajar), hambatan didaktis (akibat pengajaran guru) dan hambatan epistimologis (pengetahuan siswa yang memiliki konteks aplikasi terbatas). (Evayanti, 2013, hlm. 27)

Keterangan: L = Persentase learning obstacle siswa

S = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan salah JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

P =

B

JS

X 100 %

L =

S


(43)

Kategori pemahaman siswa dan learning obstacle siswa, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 4

Kategori Pemahaman dan Learning Obstacle Siswa

No. Interval Kategori

1. 67 % - 100 % Tinggi

2. 34 % - 66 % Sedang

3. 0 – 33 % Rendah

Sumber: Mulyana (2013 dalam Aisyah, 2013, hlm. 27) Apabila pemahaman siswasudah berada pada kategori tinggi dan learning obstaclenya berada pada kategori rendah, maka dapat dikatakan siswa sudah memahami suatu konsep. Apabila pemahaman dan learning obstacle siswa berada pada kategori sedang, maka siswa dikatakan kurang memahami konsep. Sertaapabila pemahaman siswa berada pada kategori rendah sedangkan learning obstaclenya berada pada kategori tinggi, maka siswa dikatakan belum memahami konsep.

Apabila pemahaman siswa berada pada kategori tinggi dan learning obstaclenya berada pada kategori rendah, maka siswa dapat dikatakan tidak mengalami hambatan atau kesulitan dalam memahami suatu konsep. Apabila pemahaman dan learning obstacle siswa berada pada kategori sedang, maka siswa dapat dikatakan mengalami hambatan/kesulitan dalam memahami suatu konsep. Serta apabila pemahaman siswa berada pada kategori rendah dan learning obstaclenya berada pada kategori tinggi, maka dapat dikatakan siswa mengalami hambatan/kesulitan dalam memahami suatu konsep. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa antara pemahaman siswa dengan learning obstaclenya berbanding terbalik.

Setelah instrumen tes pada studi pendahuluan dianalisis, kemudian peneliti mengkaji materi yang termasuk pada learning obstacle siswa. Dalam hal ini peneliti menganalisis penyebab terjadinya learning learning obstacle dengan melihat respon siswa pada tes studi pendahuluan serta menganalisis jawaban guru


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan mengenai desain model pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dirancang untuk mengatasi hambatan belajar siswa yang diantaranya disebabkan oleh hambatan didaktis (hambatan dalam cara mengajar) diimplementasikan di dua sekolah, yaitu SD Negeri 3 Benteng Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis dan SD Negeri 1 Cijeunjing Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis, dapat mengurangi learning obstacle siswa kelas IV pada tema Selalu Berhemat Energi, sub tema Gaya dan Gerak, pembelajaran satu yang meliputi konsep materi gaya berupa tarikan dan dorongan (IPA), Kelipatan Persekutuan Terkecil (Matematika), menyajikan teks laporan serta menceritakan pengalaman tentang gaya dan gerak (Bahasa Indonesia), membedakan panjang pendek bunyi dan tinggi rendahnya nada serta menyanyikan lagu dengan menggunakan gerak tangan dan badan (SBdP).

Learning obstacle yang dapat diatasi oleh desain model pembelajaran berbasis pendekatan scientific terdapat pada sembilan indikator yang dikembangkan, yaitu learning obstacle siswa pada indikator satu terkait menjelaskan kegiatan-kegiatan yang menunjukan bahwa gaya dapat mempengaruhi arah dan kecepatan benda, learning obstacle siswa pada indikator dua terkait menjelaskan hubungan antara gaya dan gerak setelah melakukan percobaan, learning obstacle siswa pada indikator tiga terkait melaporkan data yang disajikan dalam bentuk tabel, learning obstacle siswa pada indikator empat terkait menjelaskan konsep KPK, learning obstacle siswa pada indikator lima terkait menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan konsep KPK dalam kehidupan sehari-hari yang bilangannya bernilai besar, learning obstacle siswa pada indikator enam terkait membedakan panjang pendeknya bunyi dan tinggi rendahnya nada melalui gerak tangan dan badan, learning obstacle siswa pada indikator tujuh terkait menyanyikan lagu dengan menggerakan tangan dan badan sesuai tinggi rendahnya nada, learning obstacle siswa pada indikator delapan


(2)

terkait menjelaskan komponen-komponen laporan dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya dan gerak menggunakan kosakata baku. learning obstacle siswa pada indikator Sembilan terkait menceritakan pengalaman mengenai gaya dan gerak dengan menggunakan kosakata baku.

Desain model pembelajaran yang digunakan pada implementasi desain didaktis I dan desain didaktis II ini dilaksanakan berdasarkan fase-fase pada model pembelajaran inkuiri terbimbing yang didalamnya terintegrasi kegiatan scientific yang intinya yaitu sebagai berikut: mengamati perubahan gerak dan bentuk benda yang diakibatkan oleh gaya; menanya tentang konsep-konsep gaya, KPK, cara memperagakan lagu dengan menggunakan tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendahnya nada dan komponen-komponen penyusun teks laporan; menalar materi yang dipelajari, mencoba mempraktekan tarikan dan dorongan (gaya), lompat Kelinci untuk mencari KPK, menggerakan tangan dan badan sesuai tinggi rendahynya nada dan menceritkakan pengalaman; mengolah materi pelajaran yang telah dipelajari melalui percobaan; menyimpulkan hasil pekerajaan/hasil belajar yang telah dipahami; menyajikan hasil pelajaran yang telah disimpulkan; dan mengkomunikasikan materi-materi yang telah dipelajari.

Kegiatan scientific dilaksanakan pada setiap fase model pembelajaran yang dirancang sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013. Dalam proses pembelajarannya, siswa lebih diarahkan pada proses penyelidikan/latihan inkuiri yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan scientific secara aktif dengan bimbingan guru. Langkah-langkah kegiatan scientific yang dikemas dalam suatu model pembelajaran tersebut secara spesifik dituangkan pada sebuah RPP.

Desain model pembelajaran berbasis pendekatan scientific diimplementasikan pada desain didaktis I dan II bersamaan dengan implementasi komponen pembelajaran yang lain, seperti media pembelajaran, LKS, dan penilaian hasil belajar yang dikembangkan oleh rekan dalam satu tim. Desain didaktis I dan II dilaksanakan untuk satu kali pertemuan dengan mempertimbangkan komponen HLT (Hypothetical Learning Trajectory) yang terdiri dari tujuan, kegiatan pembelajaran dan hipotesis proses belajar.


(3)

Implementasi model pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada desain didaktis II dirancang berdasarkan perbaikan implementasi model pembelajaran pada desain didaktis I. Sehingga desain model pembelajaran tersebut dapat mengurangi learning obstacle siswa secara bertahap. Sebelum implementasi desain didaktis I rata-rata persentase learning obstacle siswa sebanyak 54,30%. Setelah implementasi desain didaktis I sebanyak 52,68% dan setelah implementasi desain didaktis II rata-rata persentase learning obstacle siswa sebanyak 36,49%.

Model pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang telah diimplementasikan tersebut tidak hanya didesain untuk mengatasi learning obstacle siswa saja. Tetapi, proses kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam model pembelajaran tersebut, juga didasarkan pada hubungan guru dan siswa (Hubungan Pedagogis) yang terdapat pada komponen segitiga didaktis.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang diberikan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi peneliti berikutnya, hendaknya dalam melaksanakan penelitian dapat lebih menekankan pada proses berdasarkan metode yang dipilih.

2. Bagi guru hendaknya dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan mengoptimalkan tiga tahapan yaitu sebelum, saat pembelajaran dan setelah pembelajaran.

3. Dalam melaksanakan pembelajaran, diharapkan guru dapat menggunakan model pembelajaran sebagai pola dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan secara sistematis demi mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Ketika melaksanakan pembelajaran, hendaknya guru dapat memotivasi siswa untuk ikut terlibat dalam proses penemuan konsep materi.

5. Bagi calon guru dan guru ketika menyampaikan ilmu pengetahuan, hendaknya dikaitkan dengan hal yang bersifat kontekstual dimulai dari yang terdekat dengan siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyan, S. (tanpa tahun). Penelitian Pengembangan dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia di: http://penelitian-pengembangan-dalam-pendidikan1,pdf. Diakses 24 November 2013.

Aisyah, A. N. (2013). Desain Didaktis Pembelajaran IPA pada Materi Cahaya di Sekolah Dasar. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Tasikmlaya.

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Z. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Artanti, D. M. (2013). Desain Didaktis Konsep Teorema Sisa pada Konsep

Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas (SMA). (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Bride, J. W. dkk. (2004). Using An Inquiry Aprroach to Teach Science to Secondary School Science Teachers. Physics Education, 39 (5), hlm. 1-3 Dahar, R. W. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelejaran. Jakarta: Erlangga. Dahlan, M. D. (1990). Model-model Mengajar. Bandung: CV. Diponegoro. Evayanti, M. (2013). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Jajargenjang pada

Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP). (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Faiq, M. (2013). Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum 2013.[Online]. Tersedia di: http://penelitiantindakankelas.blogspot. com/2013/ 07/pendekatan-scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html. Diakses 17 Nopember 2013.

Herdian. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri. [online]. Tersedia di: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri/. Diakses 1 Mei 2013.

Keller, (1992). Journal of Motivation Disossiation and Analysis Student in Class/ Development and Use of the ARCS Model of Instructional Design Journal of Instructional Development. [Online]. Tersedia di: http:// www.scrb.journal/motivation.go.id. Diakses 9 Desember 2013.


(5)

Kemendikbud. (2013a). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SD Kelas 4. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. (2013b). Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema Selalu Berhemat Energi (Buku Guru). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. (2013c). Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema Selalu Berhemat Energi (Buku Siswa). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kholil, M. (2012). Empat Kompetensi Guru Professional. [Online]. Tersedia di http://halil-pkn.blogspot.com/2012/03/empat-kompetensi-guru

professional.html. Diakses 25 Februari 2013.

Lidnillah, D. A. M. (2012). Desigen Research Sebagai Model Penelitian Pendidikan. Artikel Seminar Pembekalan Penulisan Skripsi Mahasiswa SI PGSD UPI Kampus Tasikmalaya, hlm. 12-13

Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Nugraha, E. & Helmy F. (2013). Didaktik Metodik Pembelajaran Aktivitas Akuatik. Bandung: UPI PRESS.

Nurcahyanto, G. (tanpa tahun). Uji Instrumen Penelitian. [Online]. Tersedia di: http://uji-instrumen-penelitian-validitas-reliabilitas-tingkat-kesukaran-dan-daya-pembeda.pdf.Diakses 5 Maret 2014.

Prastowo, A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Teamtik. Jogjakarta: DIVA Press.

Rositawaty, S. & Aris M. (2008a). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Rositawaty, S. & Aris M. (2008b). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas V Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.


(6)

Sudrajat, A. (2013). Pendekatan Saintifik/Ilmiah dalam Proses Pembelajaran. [Online].Tersedia di :http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2013/07/18/ pendekatan-saintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses 13 Desember 2013.

Sugiyono. (2009). Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alvabeta.

Suhendi, H. (2013). Pendekatan Pembelajaran Scientific di Kurikulum 2013.[Online].Tersedia di: http://hendisuhendi2012.wordpress. com/2013/07/18/pendekatan-pembelajaran-scientific-di-kurikulum-2013/ . Diakses 13 Desember 2013.

Suherman, M. (2013). Scientific Approach (Pedekatan Ilmiah) dalam Pendidikan. [online]. Tersedia di: http://suhermanmaman.wordpress.com/. Diakses 17 Nopember 2013.

Sukirman, D. & Nana J. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.

Suryadi, D. & Turmudi. (2011). Kesetaraan Didactical Design Research (DDR) dengan Matematika Realistik dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNS 2011, hlm. 4-12.

Suyitno, T. (2013). Pendekatan Pembelajaran pada Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia di: http://bdksemarang.kemenag.go.id/index.php?p =read&id=272# sthash.8dEdWLWg.dpbs. Diakses 17 Nopember 2013.

Sulistyanto, H. & Edi W. (2008). Pengetahuan Alam Untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Uno, H. B. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wahyudin, U. dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.