Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK ORGANIK CAIR
Prihyanti Lasma E. Sinaga 080301053
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK ORGANIK CAIR
SKRIPSI Oleh :
PRIHYANTI LASMA E. SINAGA 080301053
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK ORGANIK CAIR
SKRIPSI Oleh :
PRIHYANTI LASMA E. SINAGA 080301053/ AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi : Respons

pertumbuhan

stum

karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) dengan pemberian air

organik cair.

Nama

: Prihyanti Lasma E. Sinaga

NIM

: 080301053

Program Studi :


Agroekoteknologi

Minat

: Agronomi

mata

tidur

kelapa dan pupuk

Ketua

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Anggota

(Ir. Charloq, MP.) NIP. 1961 1109 1986 01 2001

(Nini Rahmawati, SP., MSi.) NIP. 19720215200222002


Mengetahui: Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc., Ph.D.) NIP. 196406201998032001

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
PRIHYANTI LASMA E. SINAGA: Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) dengan Pemberian Air Kelapa dan Pupuk Organik Cair, dibimbing oleh CHARLOQ dan NINI RAHMAWATI. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet dengan stum mata tidur adalah tingginya persentase kematian stum di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan tanam karet yang baik dengan perendaman air kelapa dan pupuk organik cair. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru, Kecamatan Medan Timur, Medan (+ 25 m dpl) pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2012. Menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah lama perendaman air kelapa (0, 12, dan 24 jam) dan faktor kedua adalah dosis pupuk organik cair (0, 20, 40, dan 60 cc/tanaman). Parameter yang diamati adalah persentase mata melentis, waktu melentis, tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah daun, berat kering akar, berat kering tajuk, dan persentase kematian stum di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase mata melentis 2 MST dan waktu melentis stum mata tidur karet. Pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap waktu melentis, tinggi tunas dan berat kering tanaman. Interaksi antara air kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil yang terbaik diperoleh pada perendaman air kelapa 12 dan 24 jam dan dosis pupuk organik cair yaitu 60 cc/tanaman. Kata kunci : Air kelapa, pupuk organik cair, stum mata tidur karet, pertumbuhan.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
PRIHYANTI LASMA E. SINAGA : Growth respect of rubber budded stump (Hevea brasiliensis Muell Arg.) by giving coconut water and liquid organic fertilizer, supervised by CHARLOQ and NINI RAHMAWATI. One of the problem encountered in rubber cultivation by rubber budded stump is high death percentage of stum in field. The research aim was to obtain useful rubber germ by cococut water soak and liquid organic fertilizer. The research was conduted at Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru, Kecamatan East Medan (+ 25 meter above sea level) on June to October 2012. Completely randomized design with two factors and three replications. The first factor is the duration coconut water soak (0, 12, 24 hour) and the second factor is liquid organic fertilizer (0, 20, 40, and 60 cc/plant). Parameters observated were percentage of break bud in field, time of brek bud, height of bud, diameter of bud, amount of leaf, root drived weight, shoot drived weight and percentage of amount the death of stump at field. The result showed that period of coconut water soak significantly affect the to percentage of broken bud 2 weeks after plant and the time of brek the rubber bedded stump. The liquid organic fertilizer significantly affect to time of break stump, height of bud, and shoot drived weight. Interaction of coconut water and liquid organic ferlilizer was not significantly effect to all paremeters. The best sit of coconut water is 12 hour and dose of liquid organic fertilizer is 60 cc/plant. Key word :Rubber budded stump, coconut water, liquid organic water, growth.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Prihyanti Lasma E. Sinaga, lahir pada tanggal 02 September 1990 di Tiga Urat, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 4 bersaudara, puteri dari ayahanda Robinson Sinaga dan ibunda Dra. T. Sitanggang. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1, Pangururan dan pada tahun yang sama masuk Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Bangun, Kabupaten Simalungun periode Juni 2011 sampai Juli 2012.
Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) dengan Pemberian Air Kelapa dan Pupuk Organik Cair”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda R. Sinaga dan Ibunda Dra. T. Sitanggang yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir. Charloq, MP., sebagai Ketua Pembimbing dan Ibu Nini Rahmawati, SP., Msi. sebagai Anggota Pembimbing, yang telah memberi banyak saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK .. ................................................................................................. ABSTRACT .................................................................................................... RIWAYAT HIDUP....................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................. DAFTAR TABEL......................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................. Tujuan Penelitian .......................................................................................... Hipotesis Penelitian....................................................................................... Kegunaan Penelitian ..................................................................................... TINJAUAN PUSTAKA Stump Mata Tidur ......................................................................................... Air Kelapa sebagai Zat Pengatur Tumbuh .................................................... Pupuk Organik Cair ...................................................................................... BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... Bahan dan Alat Penelitian............................................................................. Metode Penelitian ......................................................................................... PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ............................................................................................ Penyediaan Media Tanam ............................................................................. Pemilihan Stum ............................................................................................. Perendaman dengan Air Kelapa.................................................................... Penanaman .................................................................................................... Pengaplikasian Pupuk Organik Cair ............................................................. Pemeliharaan Tanaman .................................................................................
Penyiraman................................................................................................ Penyiangan ................................................................................................ Penunasan.................................................................................................. Penyulaman ............................................................................................... Parameter Pengamatan .................................................................................. Persentase Mata Melentis (%)................................................................... Waktu Melentis (hari) ............................................................................... Tinggi Tanaman (cm)................................................................................ Diameter Tanaman (cm) ........................................................................... Jumlah Daun (helai) .................................................................................. Berat Kering Akar (g) ............................................................................... Berat Kering Tajuk (g) .............................................................................. Persentase Kematian Stum di Lapangan (%) ............................................

Hal.
i ii iii iv v vii viii x
1 4 4 4
5 8 11
16 16 16
19 19 19 19 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 21 22 22 22 22 22

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Mata Melentis (%) ...................................................................... Waktu Melentis (hari) ................................................................................... Tinggi Tunas (cm)......................................................................................... Diameter Tanaman (cm) ............................................................................... Jumlah Daun (helai) ...................................................................................... Berat Kering Akar (g) ................................................................................... Berat Kering Tajuk (g) .................................................................................. Persentase Kematian Stum di Lapangan (%) ................................................ KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................... Saran.............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN .................................................................................................

Hal.
23 29 34 40 45 48 52 56
60 60 61 65

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Rataan persentase mata melentis (%) pada perlakuan air kelapa
dengan pupuk organik cair pada 2-3 minggu setelah tanam .............. 23 2. Rataan waktu melentis (hari) pada perlakuan air kelapa dengan
pupuk organik cair .............................................................................. 30 3. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan air kelapa dengan
pupuk organik cair .............................................................................. 35 4. Rataan diameter tanaman (cm) pada perlakuan air kelapa dengan
pupuk organik cair ............................................................................. 41 5. Rataan jumlah daun (helai) pada perlakuan air kelapa dengan
pupuk organik cair ............................................................................. 45 6. Rataan berat kering akar (gr) pada perlakuan air kelapa dengan
pupuk organik cair ............................................................................. 49 7. Rataan barat kering tajuk (gr) pada perlakuan air kelapa dengan
pupuk organik cair ............................................................................. 52 8. Rataan persentase kematian stum di lapangan (%) pada perlakuan
air kelapa dengan pupuk organik cair ................................................ 56
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Hubungan antara persentase mata melentis pada perlakuan perendaman air kelapa pada 2 minggu setelah tanam ……………… 25
2. Hubungan antara persentase mata melentis pada perlakuan perendaman air kelapa pada 3 minggu setelah tanam ……………... 27
3. Hubungan antara persentase mata melentis pada perlakuan perendaman air kelapa pada 2 dan 3 minggu setelah tanam ………... 28
4. Hubungan antara waktu melentis pada perlakuan perendaman air kelapa ……………………………………………………………. 31
5. Hubungan antara waktu melentis pada perlakuan pupuk organik cair 33
6. Hubungan antara tinggi tanaman dengan perlakuan perendaman air kelapa pada umur tanaman 3 hingga 15 minggu setelah tanam ….… 36
7. Hubungan antara tinggi tanaman dengan perlakuan perendaman air kelapa pada umur tanaman 3 dan 15 minggu setelah tanam ……….. 38
8. Hubungan antara tinggi tanaman dengan perlakuan pupuk organik cair pada umur tanaman 6 hingga 12 minggu setelah tanam……………………………………………………………….. 39
9. Hubungan antara diameter tanaman dengan perlakuan pupuk organik cair pada umur tanaman 1-15 minggu setelah tanam............ 42
10. Hubungan antara diameter tanaman dengan perlakuan pupuk organik cair pada umur tanaman 1-15 minggu setelah tanam …….. 44
11. Hubungan antara jumlah daun dengan perlakuan perendaman air kelapa pada umur tanaman 6-15 minggu setelah tanam ……………. 46
12. Hubungan antara jumlah daun dengan perlakuan pupuk organik cair pada umur tanaman 6-15 minggu setelah tanam……………………. 47
13. Hubungan antara berat kering akar dengan perendaman air kelapa ... 50
14. Hubungan antara berat kering akar dengan pupuk organik cair…….. 51
15. Hubungan antara berat kering tajuk pada perlakuan perendaman air kelapa ……………………………………………………………….. 53 Hal.
Universitas Sumatera Utara


16. Hubungan antara berat kering tajuk pada perlakuan pupuk organik cair.………………………………………………………………….. 55
17. Hubungan antara persentase kematian stum di lapangan pada perlakuan perendaman air kelapa …………………………………… 57
18. Hubungan antara persentase kematian stum di lapangan pada perlakuan perendaman air kelapa …………………………………… 59
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Bagan lahan penelitian ....................................................................... 63 2. Jadwal kegiatan penelitian ................................................................. 64 3. Deskripsi karet klon PB 260 .............................................................. 65 4. Data analisis tanah penelitian ……………………………………… 66 5. Data analisis kandungan air kelapa ………………………………... 66 6. Data pengamatan persentase mata melentis (%) 2 MST ................... 67 7. Data pengamatan persentase melentis 2 MST (transformasi √y) ….. 67 8. Daftar sidik ragam persentase mata melentis (%) 2 MST ................. 68 9. Data pengamatan persentase mata melentis (%) 3 MST ................... 68 10. Data pengamatan persentase melentis 3 MST (transformasi √y) … 69 11. Daftar sidik ragam persentase mata melentis (%) 3 MST ................. 69 12. Data pengamatan waktu melentis (hari) ............................................ 70 13. Daftar sidik ragam waktu melentis .................................................... 70 14. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 3 MST .................................. 71 15. Data pengamatan tinggi tanaman (transformasi √y) ……………….. 71 16. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ........................................ 72 17. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 6 MST .................................. 72 18. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ........................................ 73 19. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 9 MST .................................. 73 20. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 9 MST ........................................ 74 21. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 12 MST ............................... 74 22. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 12 MST ...................................... 75
Universitas Sumatera Utara

No. Hal. 23. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 15 MST ................................ 75 24. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 15 MST ...................................... 76 25. Data pengamatan diameter tanaman (cm) 6 MST ............................. 76 26. Daftar sidik ragam diameter tanaman 6 MST ................................... 77 27. Data pengamatan diameter tanaman (cm) 9 MST ............................. 77 28. Daftar sidik ragam diameter tanaman 9 MST ................................... 77 29. Data pengamatan diameter tanaman (cm) 12 MST ......................... 78 30. Daftar sidik ragam diameter tanaman 12 MST ................................. 79 31. Data pengamatan diameter tanaman (cm) 15 MST ......................... 79 32. Daftar sidik ragam diameter tanaman 15 MST ................................. 80 33. Data pengamatan jumlah daun 6 MST .............................................. 80 34. Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MST ............................................ 81 35. Data pengamatan jumlah daun 9 MST .............................................. 81 36. Daftar sidik ragam jumlah daun 9 MST ............................................ 82 37. Data pengamatan jumlah daun 12 MST ............................................ 82 38. Daftar sidik ragam jumlah daun 12 MST .......................................... 83 39. Data pengamatan jumlah daun 15 MST ............................................ 83 40. Daftar sidik ragam jumlah daun 15 MST .......................................... 84 41. Data pengamatan berat kering akar .................................................. 84 42. Data pengamatan berat kering akar (g) (transformasi √y) ……….. 85 43. Daftar sidik ragam berat kering akar ................................................. 85 44. Data pengamatan berat kering tanaman ............................................ 86 45. Daftar sidik ragam berat kering tanaman ......................................... 86
Universitas Sumatera Utara

No. Hal. 46. Data pengamatan persentase kematian stum di lapangan (%)............ 87 47. Data pengamatan persentase kematian stum di lapangan (%)
(transformasi √y) ………………………………………………….. 87 48. Daftar sidik ragam persentase kematian stum di lapangan (%).......... 88 49. Foto lahan penelitian ......................................................................... 89 50. Foto peneliti bersama dosen pembimbing pembimbing .................... 90 51. Foto tanaman sampel karet ................................................................ 91
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
PRIHYANTI LASMA E. SINAGA: Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) dengan Pemberian Air Kelapa dan Pupuk Organik Cair, dibimbing oleh CHARLOQ dan NINI RAHMAWATI. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet dengan stum mata tidur adalah tingginya persentase kematian stum di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan tanam karet yang baik dengan perendaman air kelapa dan pupuk organik cair. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru, Kecamatan Medan Timur, Medan (+ 25 m dpl) pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2012. Menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah lama perendaman air kelapa (0, 12, dan 24 jam) dan faktor kedua adalah dosis pupuk organik cair (0, 20, 40, dan 60 cc/tanaman). Parameter yang diamati adalah persentase mata melentis, waktu melentis, tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah daun, berat kering akar, berat kering tajuk, dan persentase kematian stum di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase mata melentis 2 MST dan waktu melentis stum mata tidur karet. Pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap waktu melentis, tinggi tunas dan berat kering tanaman. Interaksi antara air kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil yang terbaik diperoleh pada perendaman air kelapa 12 dan 24 jam dan dosis pupuk organik cair yaitu 60 cc/tanaman. Kata kunci : Air kelapa, pupuk organik cair, stum mata tidur karet, pertumbuhan.
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
PRIHYANTI LASMA E. SINAGA : Growth respect of rubber budded stump (Hevea brasiliensis Muell Arg.) by giving coconut water and liquid organic fertilizer, supervised by CHARLOQ and NINI RAHMAWATI. One of the problem encountered in rubber cultivation by rubber budded stump is high death percentage of stum in field. The research aim was to obtain useful rubber germ by cococut water soak and liquid organic fertilizer. The research was conduted at Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru, Kecamatan East Medan (+ 25 meter above sea level) on June to October 2012. Completely randomized design with two factors and three replications. The first factor is the duration coconut water soak (0, 12, 24 hour) and the second factor is liquid organic fertilizer (0, 20, 40, and 60 cc/plant). Parameters observated were percentage of break bud in field, time of brek bud, height of bud, diameter of bud, amount of leaf, root drived weight, shoot drived weight and percentage of amount the death of stump at field. The result showed that period of coconut water soak significantly affect the to percentage of broken bud 2 weeks after plant and the time of brek the rubber bedded stump. The liquid organic fertilizer significantly affect to time of break stump, height of bud, and shoot drived weight. Interaction of coconut water and liquid organic ferlilizer was not significantly effect to all paremeters. The best sit of coconut water is 12 hour and dose of liquid organic fertilizer is 60 cc/plant. Key word :Rubber budded stump, coconut water, liquid organic water, growth.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman karet mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian di Indonesia karena banyak penduduk yang hidupnya mengandalkan komoditas ini. Gapkindo memperkirakan areal perkebunan karet di Indonesia pada 2010 seluas 3,445 juta ha dan diperkirakan bertambah 5.000 ha pada 2011 (Sihotang, 2011). Komoditas karet Indonesia pada tahun 2010 hanya mampu memberikan konstribusi untuk kebutuhan karet dunia sebanyak 2,41 ton karet alam sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton (Hero dan Purba, 2010).
Saat ini luas areal pertanaman karet di Sumatera Utara tahun 2010 adalah 463.851 ha dengan produksi 413.597 ton serta produktivitasnya 1.015 ton per ha. Untuk total luas areal Indonesia adalah 3.445.121 ha dengan produksi 2.591.935 ton serta produktivitas 935 kg per ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Lahan karet yang luas itu hanya 15 % merupakan perkebunan besar, sedangkan 85 % adalah perkebunan rakyat yang dikelola seadanya saja, bahkan ada yang hanya mengandalkan pertumbuhan alami. Pada tahun 2025 diharapkan Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia dengan produksi 3,8 – 4,0 juta ton per tahun. Secara empiris, pemanfaatan bibit unggul memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan produktifitas kebun (Boerhendhry, 2009).
Masalah utama dalam perkebunan karet rakyat adalah produktifitas rendah, hanya 685 kg/ha/tahun, jauh dari produktifitas perkebunan besar yang
Universitas Sumatera Utara

rata-rata sudah di atas 1000 kg/ha/tahun. Selain itu masalah yang dihadapi para pekebun jika menggunakan stum okulasi mata tidur sebagai bahan tanam ialah tingginya persentase kematian stum di lapangan. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Teknologi yang dianjurkan oleh Balai Penelitian Karet Sembawa yang diterapkan di lokasi Prima Tani meliputi penggunaan klon anjuran, pembangunan kebun batang bawah dan kebun entres, serta pengembangan pembibitan karet (Rosyid dan Drajat, 2008).
Menurut Dirjenbun Kementrian RI klon PB 260 merupakan klon anjuran penghasil karet yang memiliki beberapa keunggulan seperti tahan terhadap penyakit jamur upas. Benih berasal dari benih terpilih yang diambil dari pohon induk minimal berumur 10 tahun. Sumber benih dapat diperoleh dari Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset Perkebunana Indonesia (Yardha dan Mugiyanto, 2007).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman karet adalah menggunakan zat pengatur tumbuhan seperti auksin dan sitokinin. Namun zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan saat ini adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang harganya relatif mahal dan kadang langka ketersediaannya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dipikirkan zat pengatur tumbuh yang dapat diperoleh dengan mudah, murah namun memiliki kemampuan yang sama atau lebih dari zat pengatur tumbuh sisntetik dalam memacu pertumbuhan tanaman (Ulfa, 2013).
Indonesia kaya akan tanaman yang mengandung senyawa bioaktif (auksin sitokinin dan giberelin) yang dapat dimanfaatkan seperti kelapa, kecambah kacang
Universitas Sumatera Utara

hijau, pisang ambon, jagung dan buncis serta bawang merah. Penggunaan air kelapa pertama kali dilaporkan oleh Van Overbeek pada tahun 1941 dalam kultur embrio Datura stramonium. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bahan-bahan yang terkandung dalam air kelapa antara lain : asam amino, asam organik, asam nukleat, purin, gula, alkohol, vitamin, mineral dan zat hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali yang dapat menstimulasi pertumbuhan (Morel, 1974 dalam Bey, 2006).
Untuk mendapatkan tanaman karet yang baik dapat juga dilakukan dengan pemberian pupuk yang tepat. Penambahan pupuk yang hanya menitikberatkan pada penggunaan pupuk anorganik semata tidak hanya menyebabkan peningkatan produksi tanaman tetapi juga menimbulkan dampak negatif terhadap tanah karena dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Dewasa ini, pemanfaatan pupuk organik dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisasisa tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman (Setyorini, 2005).
Kandungan bahan organik di dalam tanah perlu dipertahankan salah satunya adalah dengan penambahan pupuk organik. Pupuk organik mengandung hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Namun hingga sekarang pupuk organik tetap juga digunakan karena fungsinya tidak dapat tergantikan oleh pupuk buatan seperti memperbaiki granulasi tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas aerase, memperbaiki draenase tanah dan

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan tidak menyebabkan polusi tanah maupun air (Novizan, 2005).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul respon pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.) dengan perendaman air kelapa dan pupuk organik cair. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dengan perendaman air kelapa dan pupuk organik cair. Hipotesis Penelitian
Diduga ada perbedaan tanggapan yang nyata terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dengan perendaman air kelapa dan pupuk organik cair serta interaksi keduanya. Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanain Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi tentang konsentrasi air kelapa dan dosis pupuk organik cair yang tepat untuk pertumbuhan stum mata tidur karet.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Stum Mata Tidur Bahan tanaman karet untuk perkebunan dibuat dengan cara okulasi batang
bawah dengan entres terpilih. Okulasi bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh batang (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan kepadanya (Indraty, 2005).
Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Setiawan dan Andoko, 2005).
Bibit dalam polibag adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan dalam polibag yang mempunyai satu atau dua daun paying. Bibit polibag dapat dibuat dengan menanam stum mata tidur atau dengan pembibitan batang bawah di polibag. Kelebihan dalam pembibitan di polibag adalah lebih seragam ketika dipindah ke lapangan, memudahkan penyiraman dan dapat menghemat air ketika penyiraman. Sangat penting diperhatikan bahwa tunas yang tumbuh bukan dari mata tempelan (mata liar) harus dibuang dan diperiksa 1 x 2 minggu (Sagala, 2009).
Bahan tanaman yang dianjurkan adalah bahan tanaman yang diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanaman klon sangat menguntungkan karena produktifitas tanaman lebih tinggi, masa
Universitas Sumatera Utara

tanaman belum menghasilkan lebih cepat, keseragaman tanaman lebih besar sehingga produksi pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti relatif terhadap penyakit tertentu, batang tegap, volume kayu per pohon tinggi dan lain sebagainya (Sagala, 2009).
Jenis klon karet yang unggul yang dianjurkan di daerah Sumatera dan Kalimantan adalah PB 260, RRIC 100, BPM 1, dan RRIM 600. Selain itu, BPM 24 dapat digunakan juga di Jambi. Semua jenis klon tersebut memberikan hasil yang baik, pertumbuhan batang yang cepat. Klon PB 260 merupakan klon penghasil lateks, pertumbuhan jagur, resisten terhadap Corynospora colletotricum dan Oidium, produksi lateks 1,5 – 2,5 ton/ha/tahun (Badan Litbang Pertanian, 2010)
Menurut penelitian Dalimunthe (2004) tanaman karet klon PB 260 merupakan klon lateks yang lebih unggul dari berbagai klon yang telah diuji. Klon ini lebih tanggap terhadap kondisi lingkungan yang ada seperti relatif lebih tahan pada cekaman air yang berat. Klon PB 260 ini dianjurkan untuk ditanam di daerah dengan 2-3 bulan kadar air dibawah 60 %.

Pada proses okulasi, pencabutan stum, proses pengemasan dan pengiriman merupakan faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan metabolisme dalam jaringan stum. Perubahan metabolisme tersebut menyebabkan perubahan dalam viabilitas stum untuk tumbuh dan berkembang kembali. Pencabutan stum dari tanah di pembibitan lapangan mengakibatkan pelukaan pada sebagian besar akar, terutama pada stum tanpa akar lateral (Hardman, et. al., 1997 dalam Sutanto, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Pencabutan stum dari tanah di pembibitan mengakibatkan pelukaan besar di bagian akar. Pelukaan ini meningkatkan efektifitas sintesa etilen sebagai respon pertahanan, yang juga berguna dalam memecah dormansi tunas, serta menginduksi pembentukan akar (Taiz dan Zeiger, 2002 dalam Davies, 2004)

Pada stum mata tidur, pembentukan akar pertama kali didorong oleh

cadangan makanan yang ada di batang bawah. Setelah terbentuk, akar akan

menyerap air yang ada di dalam tanah, kemudian cadangan makanan yang

tersimpan di dalam batang diubah menjadi sumber energi untuk pertumbuhan

tunas-tunas baru tersebut. Karena sebelumnya telah tumbuh selama satu tahun di

pembibitan batang bawah sehingga memiliki cadangan energi untuk pertumbuhan

awal di lapangan. Pertumbuhan tanaman yang diperbanyak melalui stum, setelah

bahan tanaman ditanam, substrat yang terdapat di dalam batang


seperti karbohidrat, lemak dan protein akan mengalami perombakan secara

enzimatik untuk mendukung

aktifitas embrio atau tunas

pembentuk bakal tanaman. Kemudian membentuk organ-organ utama tanaman

seperti batang, akar dan daun. Pertumbuhan awal organ-organ ini

sangat tergantung pada cadangan makanan (karbohidrat dan unsur-unsur lainnya)

serta efisiensi metabolisme. Setelah substrat awal habis digunakan,

penyediaan subtrat selanjutnya tergantung pada daun dan efisiensi memfiksasi

CO2 (Sitompul, 1995 dalam Marchino, F., Zen, Y.M., dan Suliansyah, I., 2010).

Hardianti el al (1994) dalam Deswanto (2010) menyatakan bahwa pada

saat mata pecah tunas diperlukan energi asimilat dari batang bawah dan ditunjang

dengan perkembangan mata tunas yang telah siap untuk muncul. Umur batang

bawah yang sama dan dari genetik yang sama, memperlihatkan pertumbuhan yang

Universitas Sumatera Utara

sama. Hal ini ditunjukkan oleh muncul tunas di lapangan hampir pada waktu bersamaan.
Pada tanaman karet, daun tumbuh secara bertahap dan setiap pertumbuhannya meninggalkan bekas tangkai daun dan membentuk nodus. Setiap karangan daun disebut payung daun. Payung daun dibentuk sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Pembentukan setiap payung daun memerluakn 2-3 bulan. Pertumbuhan payung daun mengukuti tinggi tanaman. Bila lahan disiapkan dengan baik dan diberi pupuk maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik (Indraty, 2005).
Faktor lingkungan seperti kekurangan air dan suhu tinggi, atau perubahan genotif dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman hanya sekedar mempengaruhi proses fisiologis dan kondisi tanaman. Jadi untuk mengerti mengapa spesies lain gagal, perlu memahami bagaimana proses fisiologis dipengaruhi berbagai faktor lingkungan (Harjadi dan Yahya, 1988 dalam Dalimunthe 2004).
Air Kelapa sebagai Zat Pengatur Tumbuh Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman. Menurut Dwijoseputro (1994) dalam Fatimah (2008) air kelapa selain mengandung sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mempergiat pertumbuhan tunas dan akar. Selama ini aiar kelapa banyak digunakan di laboratorium sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan. Hormon alami yang dikandng air kelapa yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yong dan Swee (2009) menujukkan bahwa air kelapa kaya akan
Universitas Sumatera Utara

asam nikotinik, asam pantotenik, biotin, riboflavin, asam folik, pyridoxine, giberelin, 1,3-Dipenilurea, sorbitol, M-inositol, seyllo-inositol, potassium/kalium, klor, sodium, posfor, magnesium, sulfur, tembaga, dan cooper. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 %, protein 0,07 hingga 0,55 % . Hormon alami yang dikandung air kelapa yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa (Fatimah, 2008).
Air kelapa mengandung auksin dan sitokinin. Auksin yang berfungsi dalam menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan pucuk aksilar dan adventif serta inisiasi pengakaran sedangkan sitokinin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dalam jaringan dan merangsang pertumbuhan tunas. Air kelapa yang baik adalah air kelapa muda yang daging buahnya berwarna putih, belum keras (Haryadi dan Pamenang, 1983 dalam Surachman, 2011). Sitokinin bersama dengan auksin mempunyai peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar. Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin.
Air kelapa adalah salah satu bahah alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Morel, 1974 dalam Bey, dkk, 2006).
Menurut penelitian Fanesa (2011) mengatakan bahwa air kelapa yang baik adalah air kelapa yang berasal dari pohon yang sama, berwarna hijau dengan ciriciri kulit buah mulus dan licin, bebas dari hama dan penyakit, endospermnya
Universitas Sumatera Utara

masih lunak dan tipis, serta mempunyai serabut yang kasar. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa pemberian zat pengatur tumbuh air kelapa muda 25% dengan perendaman selama satu jam memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan setek pucuk jeruk kacang (Fanesa, 2011).
Perendaman air kelapa terhadap tanaman markisa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akarnya adalah 12 jam. Demikian juga dengan pertumbuhan stek erbis (Passiflora quadrangularis L.) perendaman air kelapa terbaik adalah 12 jam untuk merangsang pertumbuhan tunas . Air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh juga telah diteliti oleh Zamroni dan Darini (2009) untuk melihat pengaruhnya pada tanaman cabe jamu dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan air kelapa 25 persen berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek tanaman cabe.
Komposisi nutrisi dari air kelapa dipengaruhi oleh jenis buah dan perbedaan tingkat kemasakan buah. Sebagai tambahan, asam sikimik dan quinon juga ditemukan dalam air kelapa yang berbeda jenis dan tingkat kematangannya. Jumlah maksimum terdapat dalam air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang muda (Majeed, 2003).
Auksin dapat mempercepat pembentukan dan perpanjangan batang dan daun, auksin juga berperan dalam perpanjangan dan pertumbuhan awal akar. Disamping itu auksin juga dapat menaikkan tekanan osmosis, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, mengurangi tekanan dinding sel, meningkatkan sistesis protein, meningkatkan plastisitas, dan pembangunan dinding sel. Kesemuanya ini adalah merupakan penunjang dalam perkembangan tanaman (Pranata, 2004).
Universitas Sumatera Utara

Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada akar, embrio, dan buah. Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke jaringan yang dituju, dengan bergerak ke bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem. Bekerja bersama-sama dengan auksin dan sitokinin menstimulasi pembelahan sel dan mempengaruhi lintasan diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan sel di dalam kultur jaringan, memberikan petunjuk tentang bagaimana jenis hormon ini berfungsi di dalam tumbuhan yang lengkap (Dewi, 2008).
Secara umum jika rasio lebih rendah daripada sitokinin maka organogenesis akan mengarah ke tunas, jika rasio auksin seimbang maka akan mengarah ke pembentukan kalus sedangkan juka rasio auksin lebih tinggi daripada sitokinin maka organogenesis akan cenderung mengarah ke pembentukan akar (George, 1993 dalam Tajuddin, et. al., 2012)
Pupuk Organik Cair Pupuk adalah setiap bahan organik atau anorganik, alam atau buatan,
mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Tiap jenis tanah berbeda tingkat kesuburan tanahnya, sehingga dalam program pemupukan haruslah diketahui sifat-sifat tanah baik sifat fisik maupun kimianya terutama tingkat kesuburan tanahnya. Berdasarkan bentuknya pupuk dibedakan menjadi pupuk padar dan pupuk cair. Pupuk cair umumnya diaplikasikan melalui daun tanaman, tetapi dapat juga diaplikasikan melalui bagian-bagian tanaman (Damanik, dkk, 2010).
Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat akan tetapi dapat berbentuk cair seperti pupuk anorganik. Pupuk cair ini sepertinya lebih mudah dimanfaatkan
Universitas Sumatera Utara

oleh tanaman karena unsur-unsur yang terkandung di dalamnya mudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pembuatan pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair (Hanum, 2010).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. (Setyorini, 2005).
Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk cair umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol atau minyak. Senyawa organik mengandung karbon, vitamin atau metabolik sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang dan enzim (Musnawar, 2006).
Kandungan bahan organik di dalam tanah perlu dipertahankan salah satunya adalah dengan penambahan pupuk organik. Pupuk organik mengandung hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Namun hingga sekarang pupuk organik tetap juga digunakan karena fungsinya tidak dapat tergantikan oleh pupuk buatan seperti memperbaiki granulasi tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas aerase, memperbaiki draenase tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan tidak menyebabkan polusi tanah maupun air (Novizan, 2005).
Universitas Sumatera Utara

Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit bila berlebihan dapat menjadi racun bagi tanaman. Penambahan unsur mikro ke dalam tanah haruslah dilakukan dan dikendalikan lebih teliti daripada penambahan unsur hara makro. Perbedaan antara jumlah unsur mikro yang diberikan pada waktu terjadi kekurangan dan keracunan adalah sangat kecil. Oleh karena itu unsur mikro hanya diberikan bila kita yakin unsur itu diperlukan dan jumlah yang dibutuhkan diketahui (Hasibuan, 2008).
Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik (1) dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit bila berlebihan dapat menjadi racun bagi tanaman. Penambahan unsur mikro ke dalam tanah haruslah dilakukan
Universitas Sumatera Utara

dan dikendalikan lebih teliti daripada penambahan unsur hara makro. Perbedaan antara jumlah unsur mikro yang diberikan pada waktu terjadi kekurangan dan keracunan adalah sangat kecil. Oleh karena itu unsur mikro hanya diberikan bila kita yakin unsur itu diperlukan dan jumlah yang dibutuhkan diketahui (Hasibuan, 2008).
Agrobio adalah pupuk organik multiguna yang diformulasikan khusus untuk tanaman pertanian maupun perkebunan, diproses dari bahan-bahan organik pilihan yang ramah lingkungan dan aman untuk tanaman pertanian/ perkebunan. Agrobio digunakan untuk meningkatkan produksi dan hasil tanaman pertanian maupun perkebunan karena mengandung mikro organisme penghasil enzim pengurai yang sangat menguntungkan tanaman serta mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat diserap langsung oleh tanaman pertanian maupun perkebunan. Agrobio berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah., mengandung enzim kitinase yang berguna untuk mengendalikan/mencegah serangan jamur di perakaran seperti jamur akar putih (JAP) pada tanaman karet, merangsang (stimulan) pertumbuhan perakaran, menjaga/meningkatkan hasil produksi. Komposisi : N : < 2%, P2O5 : < 2%, K2O : 4 % (Sembiring, 2009).
Untuk bibit tanaman karet dosis anjuran pupuk organik cair agrobio adalah 40 cc/bibit, sedangkan untuk tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan dosisnya adalah 100 cc - 150cc/pokok. Cara pengaplikasiannya adalah dengan mencampurkan pupuk dengan air secukupnya, lalu disiram di atas permukaan pangkal batang diatas tanah atau dapat juga diaplikasikan dengan menyiram pupuk sesuai dosis anjuran lalu disiram dengan air. Pengaplikasian dilakukan 3-4 bulan sekali (Sembiring, 2009).
Universitas Sumatera Utara

Jika ada campuran pupuk dan air masih terdapat endapan bahan yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman, bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Novizan, 2005).
Buckdan dan Brady (1982) dalam Yunus (2004) yang menyatakan bahwa tanah dengan stuktur yang baik (granular, remah) mempunyai tata udara yang baik, sehingga unsur-unsur hara lebih mudah tersedia. Stuktur tanah menentukan sifat aerasi, permeabilitas dan kapasitas menahan air.
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat daerah Kelurahan Pulo
Brayan Bengkel Baru, Kecamatan Medan Timur, Medan dengan ketinggian + 25 m dpl. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2012. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stum mata tidur karet klon PB 260 sebagai objek yang akan diamati, air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh, pupuk organik cair agro bio, rock phosphate sebagai pupuk media tanam, polibag ukuran 25 cm x 40 cm, top soil, air untuk penyiraman tanaman karet, amplop cokelat, kertas sampel, plastik transparan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, jangka sorong, timbangan, oven, tali plastik, ember, pacak yang terbuat dari bambu, pisau, plang nama, kalkulator, dan alat tulis, seng sebagai pagar keliling, kamera, Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan : Faktor I : Lama perendaman air kelapa (A) dengan 3 taraf yaitu :
A0 : 0 jam A1 : 12 jam A2 : 24 jam
Universitas Sumatera Utara

Faktor II : Dosis pupuk organik cair (P) dengan 4 taraf yaitu :

P0 : 0 cc/ tanaman

P1 : 20 cc/ tanaman

P2 : 40 cc/ tanaman

P3 : 60 cc/ tanaman

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu :

A0P0 A0P1 A0P2 A0P3

A1P0 A1P1 A1P2 A1P3

A2P0 A2P1 A2P2 A2P3

Jumlah ulangan

:3

Jumlah Plot

: 36

Ukuran plot

: 100 x 100 cm

Jumlah tanaman/plot

: 5 tanaman

Jumlah tanaman sampel/plot : 3 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 180 tanaman

Jumlah seluruh sampel

: 108 tanaman

Jarak antar plot

: 25 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linear sebagai berikut :

Y ijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1, 2, 3, 4

Dimana :

Y ijk : nilai pengamatan pada blok ke-i, karena tingkat air kelapa pada taraf ke-j,

dan pemberian pupuk organik cair pada taraf ke-k.

Universitas Sumatera Utara

µ : nilai tengah ρi : efek blok ke-i αj : efek dari air kelapa taraf ke-j βk : efek dari pupuk organik cair ke-k (αβ)jk : efek interaksi air kelapa taraf ke-j dan pupuk organik cair ke-k Εijk :efek eror yang disebabkan oleh faktor air kelapa taraf ke-j dan efek pupuk cair organik ke-k pada blok ke-i Jika perlakuan (air kelapa, pupuk organik cair dan interaksi) nyata maka dilanjutkan dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test