Pemetaan Kerawanan Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Taman Nasional Alas Purwo

PEMETAAN KERAWANAN KEBAKARAN DI TAMAN
NASIONAL ALAS PURWO

ABDUL MUKTI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Kerawanan
Kebakaran di Taman Nasional Alas Purwo adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Abdul Mukti
NIM E34110075

ABSTRAK
ABDUL MUKTI. Pemetaan Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan di Taman
Nasional Alas Purwo. Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan SITI
BADRIYAH RUSHAYATI.
Kawasan konservasi memiliki tipe ekosistem yang beragam dengan segala
tipe habitat yang ada. Keanekaragaman hayati tersimpan di dalam kawasan
konservasi. Kebakaran hutan merupakan salah satu masalah yang terjadi di kawasan
konservasi. Sistem informasi geografi merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengetahui kerawanan kebakaran di kawasan TN Alas Purwo.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis variabel kerawanan kebakaran
serta memetakan tingkat kerawanan kebakaran di TN Alas Purwo. Kejadian
Kebakaran hampir terjadi setiap tahunnya di Taman Nasional Alas Purwo.
Kebakaran paling luas terjadi pada tahun 2014 yaitu seluas 189.43 ha. Variabel
yang digunakan dalam pemetaan kerawanan kebakaran TNAP ini adalah jarak
jalan, jarak desa, suhu permukaan, kelerengan, NDVI, dan NDMI. Pemetaan

kerawanan kebakaran TNAP menggunakan pembobotan dari setiap varibel yang
digunakan. Tingkat kerawanan kebakaran TNAP terbagi menjadi empat yaitu
tingkat kerawanan rendah dengan luas 1 605.31 ha, tingkat kerawanan sedang
dengan luas 33 564.68 ha, kerawanan tinggi dengan luas 4 969.84 ha, dan
kerawanan sangat tinggi dengan luas 1.12 ha.
Kata kunci: kawasan konservasi, kebakaran hutan , pemetaan

ABSTRACT
ABDUL MUKTI. Forest and Land Fires Vulnerability Mapping of Alas Purwo
National Park. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and SITI BADRIYAH
RUSHAYATI.
Conservation area has diverse biodiversity in term of ecosystem, species and
genetic variability. Forest and land fires is one of the problems that occur in
conservation areas. Geographic Information System (GIS) is one tool that can be
used to determine the vulnerability of forest and land fire in Alas Purwo National
Park. The purpose of this study was to analyze the vulnerability variable of forest
and land fire and map the vulnerability of forest and land fire in Alas Purwo
National Park. Forest and land fire incident occurred almost every year in Alas
Purwo National Park. The most extensive forest fires occurred in 2014, affected
area of bout 189.43 ha. Variables used in mapping vulnerability of forest fire in

TNAP is distance road, village distance, surface temperature, slope, NDVI, and
NDMI. This mapping using the weighting of each variable used. Vulnerability of
forest fire in TNAP divided into four, namely the low level of vulnerability with 1
605.31 ha wide, with an area of vulnerability was 33 564.68 ha, high vulnerability
to area 4 969.84 ha, and vulnerability is very high with an area of 1.12 ha.
Keywords: conservation area, forest fires, mapping

PEMETAAN KERAWANAN KEBAKARAN DI TAMAN
NASIONAL ALAS PURWO

ABDUL MUKTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
sistem informasi geografi, dengan judul Pemetaan Kerawanan Kebakaran di Taman
Nasional Alas Purwo
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo
dan Ibu Dr Ir Siti Badriyah Rushayati selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada tim PKLP TNAP dan semua staf TNAP
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Keluarga KSHE 48 (khususnya sahabat kebanggaan Lini Farisa
Ghassani, Rifanti Diana Lutfi, Alifah Meltriana, dan Ade Silvia Ananda), serta
Keluarga besar HIMAKOVA atas motivasi, dukungan, dan kebersamaan kita
selama ini dan Seluruh staf pengajar, tata usaha, laboran, mamang bibi, serta
keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan

Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan, serta
memberikan ilmu pengetahuan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

Abdul Mukti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2


Waktu dan Tempat

2

Bahan

2

Pengumpulan Data

2

Pembangunan Variabel Kerawanan Kebakaran

3

Analisis Data

5


HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Kejadian Kebakaran

8

Variabel Kerawanan Kebakaran

9

Peta Kerawanan Kebakaran

18

Proporsi Variabel Kerawanan Kebakaran

18


Validasi Model

20

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

20

DAFTAR PUSTAKA

20


LAMPIRAN

23

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Penilaian/pembobotan kerawanan kebakaran hutan di TNAP
Luas dan proporsi area berdasarkan jarak dari jalan
Luas dan proporsi area berdasarkan jarak dari desa
Luas dan proporsi area berdasarkan kemiringan lereng

Luas dan proporsi area berdasarkan NDVI
Luas dan proporsi area berdasarkan NDMI
Luas dan proporsi area berdasarkan suhu permukaan
Tutupan lahan TNAP
Proporsi kerawanan kebakaran Taman Nasional Alas Purwo

7
10
11
12
13
14
15
17
18

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Lokasi Penelitian
Diagram alir pembuatan peta kemiringan lereng
Diagram alir pembuatan peta jarak dari jalan dan desa
Data kebakaran TNAP
Curah hujan Banyuwangi
Peta jarak jalan TNAP
Peta jarak desa TNAP
Peta Kelerengan TNAP
Peta sebaran nilai NDVI
Peta sebaran nilai NDMI TNAP
Peta sebaran suhu permukaan TNAP
Peta sebaran tutupan lahan TNAP
Peta kerawanan kebakaran TNAP

2
3
4
8
9
10
11
12
13
15
16
17
19

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil akurasi klasifikasi terbimbing tutupan lahan
2. Penampakan citra berdasarkan jenis tutupan lahan di TNAP
3. Proporsi variabel kerawanan kebakaran

22
23
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan konservasi memiliki tipe ekosistem yang beragam dengan segala
tipe habitat yang ada. Kanekaragaman hayati tersimpan di dalam kawasan
konservasi. Taman nasional adalah kawasan pelesatarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi (UU No 5 1990). Taman Nasional Alas Purwo menyimpan
keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga perlu dijaga agar tetap lestari.
Kebakaran hutan merupakan salah satu salah satu masalah yang terjadi di
kawasan konservasi. Kebakaran hutan dapat terjadi secara alami dan buatan.
Potensi kebakaran dapat terus meningkat karena terjadi pemanasan global.
Kebakaran hutan dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman yang ada karena
kebakaran hutan dapat menghilangkan satu ekosistem pada tempat tersebut. Faktor
aktivitas masyarakat sekitar hutan yang berpengaruh nyata terhadap kejadian
kebakaran hutan dan lahan dengan korelasi positif adalah kegiatan masyarakat di
dalam kawasan hutan (Soewarso 2003). Booyanuphap (2001) menyatakan faktor
pemukiman, jaringan jalan, jaringan sungai dan penggunaan lahan juga
berpengaruh untuk menentukan resiko kebakaran hutan dan lahan. Lebih lanjut
Arianti (2006) menyatakan bahwa dalam kejadian kebakaran hutan dan lahan faktor
manusia lebih dominan dibandingkan dengan faktor biofisik.
Setiap tahunnya TNAP hampir mengalami kebakaran hutan. Frekuensi
kebakaran hutan terjadi pada bulan September sampai dengan November.
Kebakaran hutan yang paling luas terjadi pada tahun 2014. Untuk menjaga satu
kawan konservasi agar tetap utuh dari bahaya kebakaran yang dapat menurunkan
keanekaragaman hayati, maka perlu ada upaya pencegahan dari kebakaran hutan.
Sistem informasi geografi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui kerawanan kebakaran di kawasan TN Alas Purwo.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis variabel kerawanan
kebakaran serta memetakan tingkat kerawanan kebakaran di Taman Nasional Alas
Purwo.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat dan
zona kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Dengan tersedianya informasi ini juga
diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam kegiatan pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang lebih terencana dan tepat sasaran
serta diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan kawasan di Taman
Nasional Alas Purwo.

2

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2015, dengan lokasi
penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Taman Nasional Alas Purwo
(Gambar 1). Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Analisis
Lingkungan dan Permodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Lokasi Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah peta administrasi
Banyuwangi, data curah hujan, peta jaringan jalan, peta desa, Citra Landsat
OLI/TIRS path/rows 117/066 dengan akuisisi 5 Mei 2014, lokasi kejadian
kebakaran tahun 2014.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara
pengukuran/pengamatan lapang dan interpretasi pada peta. Data yang dikumpulkan

3
dengan pengamatan lapang (groundcheck) data penutupan/penggunaan lahan dan
lokasi kejadian kebakaran. Data yang dikumpulkan dengan cara interpretasi pada
peta adalah suhu, jarak terhadap desa dan jaringan jalan, Normalized Difference
Vegetation Indexed (NDVI), Normalized difference moisture index (NDMI).

Pembangunan Variabel Kerawanan Kebakaran
Kebakaran hutan ditentukan oleh faktor manusia dan alam. Saharjo (1999)
menyatakan bahwa baik di areal HTI, hutan alam dan perladangan berpindah dapat
dikatakan bahwa 99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah berasal dari
ulah manusia, entah itu sengaja dibakar atau karena api lompat yang terjadi akibat
kelalaian pada saat penyiapan lahan. Faktor manusia di lapangan secara spasial
direpresentasikan dengan keberadaan akses, misalnya jarak terhadap pusat desa,
jaringan jalan, sedangkan data faktor alam adalah penutupan lahan, Normalized
Vegetation Index/NDVI, dan Normalized Difference Moisture Index/NDMI yang
didapatkan dari pengolahan citra satelit landsat. Data spasial dalam bentuk vektor
diolah dengan software ArcGIS 9.3. Data spasial dalam bentuk raster digunakan
ada peta penggunaan lahan dengan menggunakan Citra Landsat OLI/TIRS. Data
dalam bentuk raster ini diolah dengan menggunakan software Erdas Imagine 9.1
Tutupan lahan
Tutupan lahan merupakan faktor yang menentukan jumlah biomassa.
Klasifikasi tutupan lahan merupakan upaya untuk menyajikan informasi mengenai
tutupan lahan pada suatu wilayah. Klasifikasi tutupan lahan diperoleh melalui
pengolahan citra landsat tahun 2014 dengan metode klasifikasi terbimbing, dengan
teknik maximum likelihood.
Peta kelerengan
Peta kemiringan lereng dibuat dari data SRTM yang diperoleh dengan
menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3. Proses pembuatan peta kemiringan
lereng dapat dilihat pada Gambar 2.
SRTM

Surface

Slope

Peta Kemiringan Lereng

Gambar 2 Diagram alir pembuatan peta kemiringan lereng

4
Peta jarak dari jalan dan desa
Peta jarak jalan dan desa dibuat dari peta digital jaringan jalan dan desa dianalisis
menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3. Proses pembuatannya dapat dilihat
pada Gambar 3.
Peta jalan dan desa

Spatial analyst

Distance

Eucladean distance

Peta jarak dari jalan dan desa
Gambar 3 Diagram alir pembuatan peta jarak dari jalan dan desa
Estimasi NDVI dan NDMI
Indeks vegetasi merupakan pengukuran kuantitatif berdasarkan nilai digital
dari data penginderaan jauh yang digunakan untuk mengukur biomassa atau
intensitas penyerapan radiasi matahari oleh permukaan bumi. Salah satu indeks
yang umum digunakan adalah Normalized Differential Vegetation Indexed (NDVI).
Formula untuk menghitung NDVI adalah:
NDVI =

NIR - Red
NIR + Red

Keterangan:
NIR : reflektansi kanal inframerah dekat
Red : reflektansi kanal cahaya tampak
Nilai NDVI berkisar antara -1 hingga +1. Nilai NDVI yang rendah
menandakan tingkat vegetasi yang rendah begitupun sebaliknya.
Data kelembaban vegetasi diperoleh dari indek vegetasi lain, yaitu
Normalized difference moisture index. NDMI yang dihasilkan dari normalisasi
band 4 dan band 5 pada Citra Landsat 7 (Price dan Tinant 2000). Formula untuk
menghitung NDMI adalah:
NDMI =

NIR - SWIR1
NIR + SWIR1

5
Keterangan:
NIR
SWIR1

: reflektansi kanal inframerah dekat
: reflektansi kanal inframerah pendek

Nilai NDMI berkisar antara -1 hingga +1. Nilai NDMI yang rendah
menandakan tingkat kelembabab vegetasi yang rendah begitupun sebaliknya.
Estimasi suhu permukaan
Untuk estimasi nilai suhu permukaan digunakan sofware ERDAS Imagine,
kemudian dibangun sebuah model pada model maker yang sudah tersedia untuk
mengkonversi nilai-nilai pixel pada Landsat 8 band 10. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah nilai DN (Digital Number) untuk dilakukan konversi menjadi
nilai radiansi. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk mengkonversi nilai
digital menjadi nilai radiansi :
LMAX(i) - LMIN(i)
) × QCal - QCalMIN +LMIN(i)
Lλ= (
QCalMAX - QCalMIN

Keterangan:

: radiasi spektral yang diterima sembarang piksel dianalisis
Qcal
: digital number
LMIN(i)
: radiasi spektral minimum
LMAX(i)
: radiasi spektral maksimum
QCalMIN
: nilai piksel minimum
QCalMAX
: nilai piksel maksimum
Prakash et al. (1995) mengajukan formulasi untuk mengubah nilai piksel
menjadi nilai suhu kinetik melalui rumus sebagai berikut:
K2
TR=
K1
+1
ln


Keterangan:
TR : suhu radian (K)
K2 : konstanta Kalibrasi 2
K1 : konstanta Kalibrasi 1
Lλ : radiasi spektral yang diterima sembarang piksel dianalisis
Analisis Data
Penilaian/pembobotan
Analisis data tersebut dilakukan melalui pemasukan data atribut dan
pembobotan pada setiap parameter. Pembobotan setiap parameter menggunakan
asumsi pendekatan dari nilai sebenarnya. Bobot dari masing-masing parameter
dapat dilihat pada Tabel 1. Setiap parameter kerawanan kebakaran dijumlahkan
dengan bobot masing-masing sehingga mendapatkan skor kerawanan kebakaran.
Formula kerawanan kebakaran sebagai berikut:
SKK = a*JJ + b*JD + c*TL + d*SP + e*NDVI + f*NDMI + g*kl

6
Keterangan:
SKK
a,b,c,d,e,f,g
JJ
JD
TL
SP
NDVI
NDMI
kl

: skor kerawanan kebakaran
: bobot tiap variabel
: jaringan jalan
: jarak desa
: tutupan lahan
: suhu Permukaan
: Normalized Differential Vegetation Indexed
: Normalized difference moisture index
: kelerengan

Overlay
Analisis/pengolahan data dengan SIG dilakukan setelah peta-peta tematik
semua parameter tersedia. Peta-peta tematik parameter kerawanan kebakaran
disusun dalam format digital. Analisis untuk medapatkan kelas dan sebaran wilayah
rawan kebakaran diproses melalui pendekatan SIG yaitu dengan map overlaying,
weighting, dan scoring dengan mempertimbangkan bobot dan skor.
Setiap parameter peta tematik dikelaskan berdasarkan skor masing-masing
parameter tersebut dan pengaruhnya terhadap kebakaran. Semakin besar pengaruh
parameter tersebut terhadap kebakaran akan semakin besar nilai bobot ataupun
nilainya. Skor hasil overlay dibagi menjadi empat kelas kerawanan kebakaran yaitu
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kelas tidak ada ditambahkan pada kelas
kerawanan ini karena terdapat awan, bayangan awan, dan badan air. Kelas pada
variabel suhu permukaan, NDVI, dan NDMI menggunakan persamaan yang sama.
Untuk mendapatkan nilai selang digunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:
Smaks : skor paling tinggi
Smin : skor paling rendah
K
: banyaknya kelas

�� � � =

� � �−� �


Jumlah skor akhir dengan penentuan selang skor dapat dilihat dengan selang
sebagai berikut:
kerawanan kebakaran rendah
: 100 < x ≤ 200
kerawanan kebakaran sedang
: 200 < x ≤ 300
kerawanan kebakaran tinggi
: 300 < x ≤ 400
kerawanan kebakaran sangat tinggi
: 400 < x ≤ 500
Validasi model
Uji validasi terhadap model spasial yang telah dibangun dilakukan dengan
menggunakan data kebakaran hutan 2014. Data-data kebakaran tersebut
diplotposisikan pada peta kerawanan kebakaran yang telah diperoleh dari model
yang dibuat. Bila model dapat memplotposisikan data kebakaran pada kelas
kerawanan sangat tinggi dan kerawanan tinggi lebih dari 80%, maka model dapat
diterima sebagai model spasial kerawanan kebakaran di Taman Nasional Alas
Purwo. Untuk mendapatkan nilai validasi digunakan persamaan sebagai berikut:

7

Validasi =
Keterangan:
n : jumlah kebakaran pada satu kelas
N : jumlah total kebakaran

n
× 100%
N

Tabel 1 Penilaian/pembobotan kerawanan kebakaran hutan di TNAP
Parameter
Jarak dari
Jaringan jalan

Bobot
(%)
18

Jarak dari desa

18

Tutupan
vegetasi
(Vegetation
cover)

13

Suhu

18

NDVI

12

NDMI

14

Kelerengan

7

Kelas
Jarak < 500 m
500 ≤ jarak 4 000 m, jarak jalan dengan jarak > 2 000 m, NDMI
dengan nilai NDMI 0.35 – 0.40, NDVI dengan nilai NDVI 0.43 – 0.50, suhu dengan
nilai suhu 22 – 24 oC, tutupan lahan dengan jenis tutupan lahan hutan dataran
rendah, kelerengan dengan nilai lereng 0 – 8%. Pada kelas kerawanan rendah,
proposi kelas paling besar pada setiap variabel yaitu jarak desa dengan jarak > 4
000 m, jarak jalan dengan jarak > 2 000 m, NDMI dengan nilai NDMI 0.35 – 0.40,
NDVI dengan nilai NDVI 0.50 – 0.57, suhu dengan nilai suhu 22 – 24 oC, tutupan
lahan dengan jenis tutupan lahan hutan dataran, kelerengan dengan nilai lereng 0 –
8% .

Gambar 13 Peta kerawanan kebakaran TNAP

20
Validasi Model
Model yang dibangun telah dapat menduga titik kebakaran sebesar 84.37% pada
tingkat rawan kebakaran sangat tinggi dan tinggi rawan. Sebanyak 15.63% titik
kebakaran masuk ke dalam wilayah kelas tidak ada data. Hal ini merupakan
gambaran awal bahwa model yang dibangun tersebut cukup mampu menjelaskan
dan menggambarkan kelas-kelas kerawanan kebakaran pada wilayah penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Variabel yang digunakan dalam memetakan kerawanan kebakaran di Taman
Nasional Alas Purwo adalah jarak jalan, jarak desa, suhu, NDVI, NDVI, tutupan
lahan, dan kelerengan. Kebakaran yang terjadi di TNAP terpengaruh oleh aktivitas
manusia, hal ini terlihat dari kejadian yang terjadi dekat dengan akses manusia
didukung dengan kondisi alam yaitu curah hujan dan suhu yang memadai. Tingkat
kerawanan kebakaran TNAP terbagi menjadi empat yaitu tingkat kerawanan rendah
dengan luas 1 605.31 ha, tingkat kerawanan sedang dengan luas 33 564.68 ha,
kerawanan tinggi dengan luas 4 969.84 ha, dan kerawanan sangat tinggi dengan
luas 1.12 ha.

Saran
Melihat dari kejadian kebakaran yang terjadi di TNAP hampir setiap
tahunnya dan isu pemanasan global dimana suhu bumi terus naik, perlu pengawasan
lebih pada Resort Grajagan, Resort Rowobendo, dan Resort Pancur yang
mempunyai daerah rawan tinggi dan sangat tinggi lebih banyak dibandingkan resort
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arianti I. 2006. Pemodelan tingkat dan zona kerawanan kebakaran hutan dan lahan
menggunakan system informasi geografis di sub das Kapuas Tengah
Propinsi Kalimantan Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Booyanuphap J. 2001. GIS based-method in developing wildfire risk model: a case
study in sasamba, east kalimantan, Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hadi M. 2006. Pemodelan spasial kerawanan kebakaran di lahan gambut: studi
kasus kabupaten bengkalis, provinsi riau [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

21
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): Pustaka Jaya.
Hemmleb M, Weritz F, Schiemenz A, Grote A, Maierhofer C. 2006. Multi-spectral
data acquisition and processing techniques for damage detection on building
surface. Image Engineering and Vision Metrology [Internet]. [diunduh 2015
April25].Tersediapada:http// www.isprs.org/ proceedings/ XXXVI/ part5/
paper/ 1260_Dresden06.pdf.
[LAPAN] Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. 2005. Penentuan yitik
panas (hotspot) di Pulau Sumatera. SIMBA-LAPAN. [Internet]. [diunduh
2015 Mei 7]. Tersedia pada: http://www.lapanrs.com/SMBA/smba.php
Prakash AP, Saraf AK, Gupta RP, Dutta M, Sundaram RM. 1995. Surface Thermal
anomalies associated with underground fires in Jharia coal mines,India.
IJRS. 16(12):2105-2109.
Price M, Tinant J. 2000. Prediction of thistle infested areas in Badlands National
Park using a GIS model. Rapid City, SD, South Dakota School of Mines
and Technology. [Internet]. [diunduh 2015 April 25]. Tersedia pada:
http//sdspacegrant.sdsmt.edu/nasaepscor/PriceMThistleGISPaper.htm.
Sahardjo BH. 2003. Pengetahuan Dasar Pengendalian Kebakaran Hutan. Bogor
(ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Saharjo BH. 1999. Study on Forest Fire Prevention for Fast Growing Tree Species
Acacia mangium Plantation in South Sumatera,Indonesia. Kyoto University,
Graduede School of agriculture. 32-39.
Soewarso. 2003. Penyusunan pencegahan kebakaran hutan rawa gambut dengan
menggunakan model prediksi [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Syaufina L. 1988. pola penyebaran kebakaran hutan menurut musim di Jawa
Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Manajemen Hutan, Institut Pertanian
Bogor.
Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Malang (ID):
Bayumedia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990. Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta.

22
Lampiran 1 Hasil akurasi klasifikasi terbimbing tutupan lahan

CLASSIFICATION ACCURACY
ASSESSMENT REPORT
Image File : d:/penelitian/bahan
penelitian/klasifikasi/klasifikasi_2/recode_4img.img
User Name : AbdulMukti
Date
: Fri Jun 26 06:58:05
2015
ACCURACY TOTALS

Class Name

Reference Classified Number Producers
Totals
Totals Correct Accuracy

Users
Accuracy

Class 0
Hutan Tanaman
Mangrove
Savana
bambu
Hutan dataran
rendah
badan air
awan
bayangan awan
Hutan pantai

0
31
27
12
24

0
34
28
11
22

0
30
26
11
21

--96.77%
96.30%
91.67%
87.50%

--88.24%
92.86%
100.00%
95.45%

18

21

15

83.33%

71.43%

5
5
5
27

6
5
6
21

5
5
5
21

100.00%
100.00%
100.00%
77.78%

83.33%
100.00%
83.33%
100.00%

Totals

154

154

139

Overall Classification Accuracy =

KAPPA (K^) STATISTICS
Overall Kappa Statistics = 0.8857

90.26%

23
Lampiran 2 Penampakan citra berdasarkan jenis tutupan lahan di TNAP
No

Tipe
penutupan
lahan

1

Awan dan
bayangan

2

Badan air

3

Bambu

4

Hutan
dataran
rendah

Penampakan
citra

Foto

24
Lampiran 2 Penampakan citra berdasarkan jenis tutupan lahan di TNAP (lanjutan)
No

Tipe
penutupan
lahan

5

Hutan
pantai

6

Hutan
tanaman

7

Mangrove

8

Savana

Penampakan
citra

Foto

Lampiran 3 Proporsi variabel kerawanan kebakaran
Variabel kerawanan
kebakaran

Sangat
tinggi (ha)

Jarak desa
Jarak < 1 000 m
1 000 < jarak < 2 000 m
2 000 < jarak < 3 000 m
3 000 < jarak < 4 000 m
Jarak > 4 000 m
Jarak jalan
Jarak < 500 m
500 < jarak < 1 000 m
1 000 < jarak < 1 500 m
1 500 < jarak < 2 000 m
Jarak > 2 000 m
NDMI
NDMI < 0.25
0.25 < NDMI < 0.30
0.30 < NDMI < 0.35
0.35 < NDMI < 0.4
0.4 < NDMI < 0.47

Proporsi Tinggi
(%)
(ha)

Kelas kerawanan
Proporsi Sedang
(%)
(ha)

Proporsi Rendah
(%)
(ha)

Proporsi
(%)

1.06
0.06
0.00
0.00
0.00

94.86
5.46
0.00
0.00
0.00

632.81
1 856.14
1 296.86
710.97
473.06

12.73
37.35
26.09
14.31
9.52

56.12
1 020.04
2 290.02
1 182.68
29 012.68

0.17
3.04
6.82
3.52
86.45

0.41
1.57
3.34
2.07
1 560.32

0.03
0.10
0.21
0.13
99.53

1.12
0.00
0.00
0.00
0.00

100.00
0.00
0.00
0.00
0.00

3 323.50
1 117.23
438.17
88.95
1.99

66.87
22.48
8.82
1.79
0.04

1 349.34
1 579.44
1 715.18
1 689.80
27 227.83

4.02
4.71
5.11
5.03
81.13

1.52
1.27
3.39
4.85
1 556.56

0.10
0.08
0.22
0.31
99.30

0.03
0.26
0.74
0.08
0.00

2.67
23.64
66.21
7.55
0.25

244.19
366.97
2 445.77
1 453.04
329.84

5.05
7.58
50.53
30.02
6.82

2.50
771.03
15 658.76
16 241.35
681.43

0.01
2.31
46.95
48.69
2.04

0.64
2.67
54.04
1 153.37
195.62

0.05
0.19
3.84
82.01
13.91
25

26

26

Lampiran 3 Proporsi variabel kerawanan kebakaran (lanjutan)
Variabel kerawanan
kebakaran
NDVI
NDVI < 0.36
0.36 < NDVI < 0.43
0.43 < NDVI < 0.50
0.50 < NDVI < 0.57
0.57 < NDVI < 0.64
Suhu permukaan
Suhu < 20
20 < suhu < 22
22 < suhu < 24
24 < suhu < 26
Suhu < 26
Tutupan lahan
Hutan dataran Rendah
Bambu
Mangrove
Hutan tanaman
Savana
Hutan pantai

Sangat
tinggi (ha)

Proporsi
(%)

Tinggi
(ha)

Kelas kerawanan
Proporsi Sedang
(%)
(ha)

Proporsi Rendah
(%)
(ha)

Proporsi
(%)

0.44
0.59
0.10
0.00
0.00

38.95
52.42
8.95
0.00
0.00

88.47
453.79
2 963.19
1 441.68
1.52

1.79
9.17
59.88
29.13
0.03

347.47
2356.49
18 226.73
11 851.01
580.48

1.04
7.06
54.63
35.52
1.74

9.15
45.68
80.17
676.96
486.20

0.71
3.52
6.18
52.15
37.45

0.00
0.00
0.11
0.94
0.07

0.00
0.00
10.06
83.78
6.47

0.00
0.31
2 278.85
2 637.07
53.50

0.00
0.01
45.85
53.06
1.08

0.05
27.41
23 677.97
9 839.34
16.37

0.00
0.08
70.55
29.32
0.05

2.07
69.21
1 438.46
78.81
1.11

0.13
4.35
90.49
4.96
0.07

0.02
0.11
0.14
0.51
0.00
0.34

2.13
10.06
12.23
45.69
0.00
30.21

1 365.38
638.75
529.56
2 330.49
43.79
61.88

27.47
12.85
10.66
46.89
0.88
1.25

25 492.38
7 596.60
90.55
93.54
16.33
275.28

75.95
22.63
0.27
0.28
0.05
0.82

982.67
481.81
8.76
3.78
0.06
128.24

61.21
30.01
0.55
0.24
0.00
7.99

27

Lampiran 3 Proporsi variabel kerawanan kebakaran (lanjutan)
Kelerengan
0% < lereng < 8%
8% < lereng < 15%
15% < lereng < 25%
25% < lereng < 40%
Lereng > 40%

Kelas kerawanan
Sangat
Proporsi Tinggi
Proporsi Sedang
Proporsi Rendah Proporsi
tinggi (ha) (%)
(ha)
(%)
(ha)
(%)
(ha)
(%)
0.82
73.03 3 554.90
71.58 15 146.21
45.14 846.11
53.67
0.13
11.98
549.75
11.07 10 642.16
31.72 674.73
42.80
0.04
3.13
670.05
13.49
6 468.08
19.28
50.63
3.21
0.14
12.19
191.16
3.85
1 260.69
3.76
4.80
0.30
0.00
0.00
0.76
0.02
33.54
0.10
0.16
0.01

27

28

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Februari 1993. Penulis
merupakan Putra keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Acep Sanusi dan
Ibu Supyati. Pendidikan formal di tempuh di SD Negeri 2 Parakan, SMP Negeri 4
Bogor, dan SMA Negeri 3 Bogor. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai
mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN tulis dan tahun 2012
penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis
aktif sebagai wakil ketua Himpunan Mahasiswa Sumberdaya hutan dan Ekowisata
(HIMAKOVA) pada tahun 2012 – 2013 dan aktif sebagai ketua HIMAKOVA pada
tahun 2013 – 2014.
Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama berada di IPB
diantaranya Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di
Cagar Alam Bojonglarang Jayanti, Jawa Barat (2013) dan Cagar Alam Gunung
Tilu, Bandung (2014) Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam
Sancang-Papadayan (2013), Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan KPH Cianjur (2014),
ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Manusela,
Maluku (2013) dan SURILI di Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, Maluku
Utara, dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Alas Purwo,
Jawa Timur (2015). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian di Taman Nasional Alas Purwo
dengan judul “Pemetaan Kerawanan Kebakaran di Taman Nasional Alas Purwo” di
bawah bimbingan Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc. dan Dr Ir Siti Badriyah
Rushayati, MSi.