Pengaruh Sosialisasi Emosi Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Perilaku Agresi Anak Usia Sekolah Pada Keluarga Perdesaan
PENGARUH SOSIALISASI EMOSI DAN KECERDASAN
EMOSI TERHADAP PERILAKU AGRESI ANAK USIA
SEKOLAH PADA KELUARGA PERDESAAN
MEILIA RACHMAWATI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Sosialisasi
Emosi dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Agresi Anak Usia Sekolah pada
Keluarga Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen
Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Meilia Rachmawati
NIM I24110049
ii
iii
ABSTRAK
MEILIA RACHMAWATI. Pengaruh Sosialisasi Emosi dan Kecerdasan Emosi
terhadap Perilaku Agresi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Perdesaan. Dibimbing
oleh ALFIASARI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosialisasi emosi dan
kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi anak usia sekolah. Lokasi penelitian
terletak di Desa Ciasmara dan Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Contoh
penelitian ini adalah keluarga lengkap yang memiliki anak usia sekolah. Sebanyak
100 anak dipilih dengan menggunakan teknik acak proporsional, pada dua sekolah
terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi emosi berhubungan
positif dengan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi memiliki hubungan negatif
signifikan dengan perilaku agresi. Hasil lain menunjukkan bahwa dimensi
penerimaan pada sosialisasi emosi, dimensi kesadaran diri dan pengaturan diri
pada kecerdasan emosi berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku agresi
anak usia sekolah pada keluarga perdesaan.
Kata kunci: Anak usia sekolah, kecerdasan emosi, keluarga perdesaan, perilaku
agresi, sosialisasi emosi
ABSTRACT
MEILIA RACHMAWATI. The Influence of Emotional Socialization and
Emotional Intelligence on Aggression Behavior among School-Aged Children of
Rural Family. Supervised by ALFIASARI
The aim of this research was to analyze the effect of emotional socialization and
emotional intelligence on aggression of school-age children. This research was
conducted at Ciasmara and Ciasihan Village, Pamijahan Sub District, Bogor
Regency. Design of this research was cross sectional study. The samples of this
research were intact family who had school-aged children. Hundreds students
were selected by proportional random sampling in the two selected school. Result
showed that there were significant positive correlation between emotional
socialization and emotional intelligence. Emotional intelligence was significant
negatively correlated with aggression behavior. Other result found that acceptance
dimension of emotional socialization, awareness and self-regulation of emotional
intelligence had significant influences on aggression behavior among school-aged
children of rural family.
Keywords: Aggression, emotional intelligence, emotional socilization, rural
family, school-aged children
iv
PENGARUH SOSIALISASI EMOSI DAN KECERDASAN
EMOSI TERHADAP PERILAKU AGRESI ANAK USIA
SEKOLAH PADA KELUARGA PERDESAAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
v
Judul Skripsi : Pengaruh Sosialisasi Emosi dan Kecerdasan Emosi terhadap
Perilaku Agresi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Perdesaan
Nama
: Meilia Rachmawati
NIM
: I24110049
Disetujui oleh
Alfiasari, S.P., M.Si
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
vi
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Sosialisasi Emosi dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Agresi
Anak Usia Sekolah pada Keluarga Perdesaan”. Penulis mengucapkan terima kasih
terhadap semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini dengan
baik khususnya kepada:
1. Alfiasari, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia membimbing, membantu, serta memberikan kritik dan saran
selama proses penyelesaian skripsi.
2. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sejak
semester awal hingga akhir masa kuliah.
3. Nur Islamiyah, S.Psi, M.Psi selaku dosen pemandu seminar yang telah
memberikan saran dan kritik atas makalah dan seminar yang telah
dilaksanakan.
4. Dr. Ir. Diah K. Pranadji, M.S. dan Dr. Megawati Simanjuntak, S.P, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran bagi penulis untuk
menyempurnakan skripsi.
5. Pihak Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan yang
telah bekerjasama dan memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
6. Kedua orang tua penulis, Bapak H. Yusuf Gunawan dan Ibu Hj. Eti
Suherti serta adik penulis Rachmat Tri Satria atas doa, dukungan dan
kasih sayangnya.
7. Dwi Kurniati Putri, Erni Widyaningsih, Iva Ayu Farihatun Nisa, M.S
Ramdhan atas kebersamaan dan dukungan selama kuliah hingga
penyelesaian skripsi, teman-teman satu bimbingan skripsi (Adelia Ratih
Indrawati, Melinda Yani Juanianti, Nayla Humaeda, Risa Umasyah) dan
teman-teman penelitian HIKOM atas kritik, saran dan kerja samanya,
serta seluruh teman-teman IKK angkatan 48 yang telah memberikan
dukungan.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan penulis, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Meilia Rachmawati
viii
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Anak
Karakteristik Keluarga
Sosialisasi Emosi
Kecerdasan Emosi
Perilaku Agresi
Hubungan Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga dengan
Sosialisasi Emosi, Kecerdasan Emosi, dan Perilaku Agresi
Hubungan Sosialisasi Emosi dengan Kecerdasan Emosi
Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresi
Pengaruh Karakteristik Anak, Karakteristik Keluarga, Sosialisasi Emosi,
dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Agresi
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
ix
x
x
1
1
2
3
3
4
5
5
5
6
6
11
11
11
11
12
14
15
16
17
19
19
20
22
26
26
26
26
29
x
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pengolahan data pada variabel sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan
perilaku agresi
Sebaran anak berdasarkan usia dan jenis kelamin
Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga dan jenis kelamin anak
(%)
Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan orang tua (%)
Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan orang tua (%)
Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita (%)
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
sosialisasi emosi dan dimensinya
Sebaran kategori sosialisasi emosi ibu berdasarkan jenis kelamin anak
(%)
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
kecerdasan emosi dan dimensinya
Sebaran anak berdasarkan kategori kecerdasan emosi (%)
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
perilaku agresi dan dimensinya
Sebaran anak berdasarkan kategori perilaku agresi (%)
Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga
dengan sosialisasi emosi dan kecerdasan emosi
Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga
dengan perilaku agresi
Koefisien korelasi antara sosialisasi emosi dengan kecerdasan emosi
Koefisien korelasi antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi
Hasil analisis regresi linier berganda pada karakteristik anak,
karakteristik keluarga, sosialisasi emosi, kecerdasan emosi terhadap
perilaku agresi
Hasil analisis regresi linier berganda pada karakteristik anak,
karakteristik keluarga, kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi
7
11
12
13
13
13
14
15
16
16
17
17
18
18
19
20
21
22
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka penarikan contoh
Sebaran keluarga berdasarkan usia orang tua
4
5
12
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keluarga yang tinggal di perdesaan rata-rata memiliki pendapatan yang
rendah dan hal ini memengaruhi kemampuan orang tua di dalam melakukan
pengasuhan pada anaknya (Swenson 2008). Anak yang berada pada keluarga yang
memiliki pendapatan rendah memiliki kerentanan dan resiko pada
perkembangannya. Menurut Eamon (2001), anak yang hidup dalam kemiskinan
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah perkembangan sosial
emosi. Anak yang tidak memiliki emosi yang baik sulit beradaptasi dan dapat
membuat berperilaku antisosial salah satunya agresi (Goleman 1995). Agresi akan
merusak kehidupan sosial karena individu yang agresif tidak dapat menguraikan
situasi sehingga melakukan kekerasan atau terisolasi (Calvete dan Orue 2010).
Hasil penelitian Liau et al. (2003) menunjukkan kecerdasan emosi berkorelasi
negatif dengan agresi dan kenakalan anak-anak, artinya semakin tinggi kecerdasan
emosi maka semakin rendah agresi dan kenakalan yang dilakukan anak begitupun
sebaliknya. Palmer et al. (2002) dalam Masum dan Khan (2014) menemukan
bahwa kecerdasan emosi yang lebih tinggi merupakan prediksi bagi kepuasan
hidup dan mengurangi agresi.
Emosi adalah respon yang diberikan individu atas suatu stimulus dari
dalam dirinya dan dari luar dirinya (Scherer 2005). Emosi yang ada pada diri anak
dapat mendorong untuk berperilaku baik atau buruk. Anak yang dapat memahami
emosi yang dirasakannya dapat mencegah untuk berperilaku agresif terhadap
teman ataupun orang lain di dalam lingkungannya, mudah beradaptasi dan akan
merasa nyaman, baik ketika sekolah maupun terhadap kehidupan sosialnya
(Hughes et al. 1998 dalam Ulutas dan Omeglu 2008). Perkembangan emosi pada
anak usia sekolah sudah mencapai kesadaran akan terjadinya dua jenis emosi
secara bersamaan, kesadaran akan emosi yang dapat terjadi secara simultan, dan
kesadaran bahwa suatu kejadian akan menimbulkan perasaan tertentu (Keenan
dan Evans 2009).
Emosi merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari manusia.
Menurut Goleman (1995), kecerdasan emosi menyumbang 80 persen bagi
keberhasilan hidup di masa dewasa karena itulah perkembangan emosi menjadi
salah satu elemen yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Kecerdasan emosi
seseorang akan menentukan kemampuan seseorang dalam beradaptasi.
Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan yang terdiri dari penilaian emosi diri,
penilaian terhadap emosi orang lain, penggunaan emosi dan pengaturan emosi.
Kecerdasan emosi merupakan sumber daya yang penting untuk belajar, sukses,
bersikap, berkemampuan akademik baik, dan berkesejahteraan psikologis (Wong,
Wong, dan Chau 2001).
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk merasakan,
mengamati, dan mempelajari hubungan emosi (Warhol 1998). Keluarga berperan
sebagai agen sosialisasi bagi anak. Keluarga dapat menjadi contoh anak dalam
berperilaku ketika beradaptasi dengan lingkungannya. Keluarga terutama orang
tua dapat melakukan sosialisasi emosi di rumah untuk membekali anak
berperilaku di luar rumah.
2
Saat ini, salah satu yang menjadi perhatian adalah cara orang tua dapat
melakukan sosialisasi emosi pada anak. Sosialisasi emosi pada anak dan perilaku
emosi yang berkaitan dengan orang tua diantaranya reaksi orang tua terhadap
emosi anak-anak, diskusi antara orang tua dengan anak mengenai emosi, dan
ekspresi orang tua terhadap emosi anak (Eisenberg, Cumberland, dan Spinard
1998). Sosialisai penting dilakukan karena seseorang berkembang bukan hanya
dari faktor bawaan (gen) tetapi juga faktor lingkungan sehingga penting adanya
suatu sosialisasi agar faktor bawaan yang ada pada diri seseorang dapat secara
optimal berkembang. Ekspresi sedih, takut, marah adalah emosi dasar seseorang
yang diidentikan dengan emosi negatif seseorang sehingga membutuhkan
sosialisasi emosi yang tepat agar dapat mengidentifikasi diri, memahami emosi
orang lain dan mengontrol perilaku (Eisenberg, Cumberland, dan Spinard 1998).
Orang tua merupakan model yang dapat melakukan sosialisasi dengan
melatih emosi anak sehingga anak akan memiliki hubungan pertemanan yang
lebih baik, memiliki masalah yang lebih sedikit dan cenderung lebih sedikit
melakukan kekerasan (Gottman dan DeClaire 1997). Berdasarkan uraian
mengenai keadaan keluarga di perdesaan, sosialisasi emosi, kecerdasan emosi
serta perilaku agresi pada anak usia sekolah penelitian ini penting dilakukan untuk
mengetahui pengaruh antara sosialisasi emosi yang dilakukan orang tua,
kecerdasan emosi anak terhadap perilaku agresi yang mungkin dilakukan oleh
anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan.
Perumusan Masalah
Masalah finansial erat kaitannya dengan kemiskinan. Kemiskinan akan
berdampak pada keluarga, salah satunya terhadap sosialisasi yang dilakukan orang
tua terhadap anak. Orang tua yang hidup dalam kemiskinan akan menerapkan
pengasuhan yang negatif, seperti mudah marah, kasar, sewenang-wenang,
penerapan disiplin yang tidak konsisten, dan lainnya (Papalia, Olds, dan Fieldman
2009). Perilaku tersebut akan berdampak pada perkembangan emosi anak.
Perkembangan emosi yang kurang, yang sering kali ditunjukkan dengan emosi
negatif anak, dapat membuat anak sulit beradaptasi dan berperilaku yang akan
merugikan dirinya dan merugikan orang lain. Perkembangan emosi seorang anak
perlu mendapatkan dukungan dari orang tua sejak dini karena apabila terjadi
keterlambatan atau kegagalan dalam membangun emosi akan mengarahkan anak
untuk berperilaku agresi, cenderung antisosial dan cenderung menyebabkan anak
berorientasi memberikan sanksi (sanction-oriented) terhadap pelanggaran yang
dilakukan orang lain (Sodikin, Yulistiani, dan Asiandi 2005).
Saat ini, perilaku agresi sudah sampai pada kekerasan dan kekerasan
tersebut tidak hanya dilakukan oleh remaja tetapi juga oleh anak usia sekolah.
Catatan Komnas Perlindungan Anak, tahun 2013 terdapat 3 339 kasus
pelanggaran hak anak, sebanyak 16 persen kasus merupakan kekerasan yang
dilakukan oleh anak-anak dan pada semester awal tahun (Januari-Juni 2013),
sebanyak 1 626 kasus pelecehan anak, dengan 26 persen kasus kekerasan
dilakukan anak-anak dan meningkat 10 persen dibandingkan dengan tahun lalu1.
Perilaku agresi yang dilakukan anak dapat melekat dan akan dilakukan
kembali ketika remaja. Hasil penelitian terbaru oleh Departemen Pelayanan
Keluarga dan Masyarakat New South Wales, Australia menunjukkan hasil yang
1
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/10/15/173614391/Kekerasaan-terhadap-AnakMeningkat-Negara-Alpa yang diakses pada tanggal 16 Januari 2015.
3
sama dengan temuan sebelumnya bahwa sekitar 67 persen dari anak-anak berusia
dua tahun yang berada pada resiko gangguan perilaku akan melakukan perilaku
yang tidak teratur pada usia lima dan enam tahun; dan hampir sepertiga dari anak
berusia lima tahun yang agresif akan tetap agresif di usia 14. Oleh karena itu,
orang tua memiliki peran melakukan sosialisasi emosi dan memfasilitasi bagi
perkembangan emosi anak. Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa
permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik anak, karakteristik keluarga, sosialisasi emosi,
kecerdasan emosi dan perilaku agresi anak laki-laki dan perempuan pada
keluarga perdesaan?
2. Bagaimana hubungan antarvariabel penelitian yaitu karakteristik anak,
karakteristik keluarga, sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan perilaku
agresi anak usia sekolah pada keluarga perdesaan ?
3. Seberapa besar pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga,
sosialisasi emosi dan kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi anak usia
sekolah pada keluarga perdesaan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan karakteristik anak, karakteristik keluarga, sosialisasi
emosi, kecerdasan emosi dan perilaku agresi anak laki-laki dan perempuan
pada keluarga di perdesaan.
2. Menganalisis hubungan antarvariabel penelitian yaitu yaitu karakteristik
anak, karakteristik keluarga, sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan
perilaku agresi anak usia sekolah pada keluarga perdesaan.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga,
sosialisasi emosi dan kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi anak usia
sekolah pada usia sekolah pada keluarga di perdesaan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu informasi yang baru
bagi ilmu pengetahuan di bidang keluarga khususnya pada kajian pengasuhan dan
perkembangan anak. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi
kepada orang tua mengenai pengaruh antara sosialisasi emosi yang dilakukan di
dalam keluarga, kecerdasan emosi anak terhadap perilaku agresi yang dilakukan
oleh anak sehingga orang tua dapat melakukan pencegahan sejak dini perilaku
agresi yang mungkin akan dilakukan oleh anak dengan melakukan sosialisasi
emosi. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan
rekomendasi bagi kebijakan atau program yang dapat mendukung peningkatan
kesadaran akan pentingnya sosialisasi emosi dan mencegah perilaku agresi pada
anak yang akan dibuat.
4
KERANGKA PEMIKIRAN
Sosialisasi emosi menjadi bagian penting agar anak dapat menyalurkan
emosinya dengan tepat dan mencegah perilaku negatif yang dilakukan anak.
Dalam penelitian ini, sosialisasi emosi dibangun dari konsep Sims (2005) yang
membagi sosialisasi emosi ke dalam tiga dimensi yaitu kesadaran, penerimaan dan
pelatihan. Sosialisasi emosi dipengaruhi oleh karakteristik anak seperti usia dan
jenis kelamin, selain itu, karakteristik keluarga, budaya, dan konteks situasi
(Eisenberg, Cumberland, dan Spinard 1998). Karakteristik keluarga dapat berupa
kesejahteraan keluarga, suku keluarga, besar keluarga, pendapatan keluarga,
pendidikan orang tua, usia orang tua, dan pekerjaan orang tua (Hurlock 1980).
Sosialisasi emosi anak akan memengaruhi kecerdasan emosi anak, yaitu
pengalaman emosi, ekspresi emosi dan emosi yang orang lain rasakan (Eisenberg,
Cumberland, dan Spinard 1998). Sosialisasi yang kurang dilakukan orang tua
diduga akan berpengaruh pada penyesuaian diri anak serta kompetensi sosial anak,
yang mana orang tua yang memberikan respon negatif kepada ekspresi emosi
anak akan berdampak pada masalah perilaku salah satunya agresi yang dilakukan
anak (Eisenberg, Cumberland, dan Spinard 1998). Goleman (1995) menyebutkan
bahwa kecerdasan emosi seseorang dapat dibangun dari kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi dan keterampilan sosial. Selanjutnya, penelitian ini
menduga kecerdasan emosi berpengaruh terhadap perilaku agresi yang dilakukan
anak. Anak yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan memengaruhi
penurunan perilaku agresi. Perilaku agresi memiliki empat dimensi yang terdiri
dari agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan (Buss dan Perry 1992).
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 1.
Karakteristik Anak
Usia
Jenis Kelamin
Karakteristik
Keluarga
Besar Keluarga
Pendapatan
keluarga
Pendidikan orang
tua
Usia orang tua
Sosialisasi Emosi
Kesadaran
Penerimaan
Pelatihan
Kecerdasan emosi
Kesadaran diri
Pengaturan diri
Motivasi
Empati
Keterampilan
sosial
Perilaku Agresi
Agresi fisik
Agresi verbal
Kemarahan
Permusuhan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
5
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan desain cross sectional
study. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung Hibah Kompetensi
dengan judul Model Pendidikan Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui
Family and School Partnership yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan
beranggotakan Alfiasari, S.P., M.Si. Pemilihan lokasi dipilih secara purposive.
Penyusunan proposal penelitian dimulai pada bulan Desember hingga Maret 2014,
pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2015, sedangkan pengolahan data
hingga penyusunan laporan dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus 2015.
Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga lengkap yang memiliki anak usia
sekolah yang tinggal di Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor. Kerangka contoh berjumlah 357 keluarga yang anaknya
bersekolah di SDN X dan SDN Y yang berada di kelas 4 dan 5. Sebanyak 100
siswa dipilih yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (1996).
Metode pemilihan contoh yang digunakan adalah teknik acak
proporsional (proportional random sampling). Teknik acak proporsional
ditentukan berdasarkan jumlah anak di masing-masing sekolah dan didasarkan
pada jumlah kerangka contoh berdasarkan jenis kelamin. Kerangka contoh diacak
secara proporsional sehingga terpilih 40 siswa dari SDN X dengan proporsi lakilaki 21 anak dan perempuan 19 anak. Sebanyak 60 siswa diacak dari SDN Y
dengan proporsi laki-laki sebanyak 34 anak dan perempuan sebanyak 26 anak.
Kerangka penarikan contoh ditampilkan pada Gambar 2.
Sekolah Dasar di Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor
SDN X
(142 anak)
L: 74 P: 68
L: 21
P: 19
purposive
SDN Y
(215 anak)
L: 121 P: 94
L: 34
P: 26
n = 100 anak
Gambar 2 Kerangka penarikan contoh
purposive
Proportional
random
sampling
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data
primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik anak, karakteristik keluarga,
sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan perilaku agresi yang diperoleh melalui
wawancara kuesioner kepada ibu dan anak. Sosialisasi emosi diukur dengan
menggunakan alat ukur yang diacu dari Sims (2005) dan telah dimodifikasi dari
33 pernyataan menjadi 26 pernyataan. Dimensi yang diukur diantaranya kesadaran
emosi yang terdiri dari 9 pernyataan, penerimaan yang terdiri dari 13 pernyataan
yang kemudian dimodifikasi menjadi 10 pernyataan dan pelatihan yang terdiri dari
11 pertanyaan yang dimodifikasi menjadi 7 pernyataan. Penyataan tersebut
mengandung tiga emosi dasar yaitu sedih, marah, dan takut yang ditanyakan pada
masing-masing pernyataan.
Kecerdasan emosi diukur dengan instrumen yang dikembangkan
berdasarkan teori kecerdasan emosional Goleman (1995) yang terbagi pada lima
dimensi yaitu kesadaran diri (9 pernyataan), pengaturan diri (6 pernyataan),
motivasi (6 pernyataan), empati (4 pernyataan), dan keterampilan sosial (5
pernyataan) sehingga total 30 pernyataan.
Perilaku agresi diukur dengan memodifikasi instrumen Buss dan Perry
(1992) yang terdiri dari empat jenis perilaku agresi yaitu agresi fisik, agresi verbal,
kemarahan dan permusuhan. Pernyataan mengenai agresi fisik berjumlah 9
pernyataan yang dimodifikasi menjadi 7 pernyataan, agresi verbal berjumlah 5
pernyataan, kemarahan berjumlah 7 pernyataan dan permusuhan berjumlah 8
pernyataan sehingga total 27 butir pernyataan.
Seluruh pernyataan pada instrumen sosialisasi emosi, kecerdasan emosi,
dan perilaku agresi dijawab dengan menggunakan skala jawaban Likert yang
terdiri dari Selalu (SL) yang diberi skor 4, Sering (SR) yang diberi skor 3, Jarang
(JR) yang diberi skor 2 dan Hampir Tidak Pernah (HTP) yang diberi skor 1.
Pengolahan dan Analisis Data
Instrumen yang telah selesai disusun kemudian dibuat buku kodenya untuk
proses pengolahan data. Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses
editing, coding, scoring, entering, cleaning dan analyzing. Pengolahan dan
analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensial dengan
menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel. Hasil uji reliabilitas pada
instrumen setiap variabel sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan perilaku agresi
menunjukkan instrumen dapat diandalkan untuk digunakan dengan nilai
Cronbach’s alpha 0.965 pada instrumen sosialisasi, sebesar 0.775 pada instrumen
kecerdasan emosi dan sebesar 0.834 pada instrumen perilaku agresi. Hasil uji
validitas juga menunjukkan seluruh instrumen valid untuk digunakan.
Data dari instrumen yang telah diuji reliabilitas dan validitasnya kemudian
diolah. Pengolahan data pada variabel sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan
perilaku agresi ditunjukkan dalam Tabel 1.
7
Tabel 1 Pengolahan data pada variabel sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan
perilaku agresi
Variabel
Subvariabel
Keterangan pengolahan data
Sosialisasi
emosi
Kesadaran
Penerimaan
Pelatihan
Hasil scoring data dijumlahkan pada masingmasing subvariabel sehingga diperoleh skor
total yang kemudian ditransformasikan ke
dalam indeks melalui rumus:
Kecerdasan
emosi
Perilaku
agresi
Kesadaran diri
Pengaturan diri
Motivasi
Emosi
Keterampilan
sosial
Agresi fisik
Agresi verbal
Kemarahan
Permusuhan
Kemudian, indeks dikategorikan dengan cut-off
point*) **):
Rendah : 0-7 orang)
Total
Perempuan
28.9
57.8
13.3
100.0
40.0
50.9
9.1
100.0
Total
35.0
54.0
11.0
100.0
Jumlah Persentase
Usia orang tua dikategorikan menjadi tiga beradasarkan Papalia, Olds, dan
Feldman (2008) yaitu dewasa muda (20-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun),
dan dewasa lanjut (>65 tahun). Gambar 3 menunjukkan, usia ayah separuhnya
berada pada kategori dewasa madya dan paling sedikit berada pada kategori
dewasa lanjut. Usia ibu lebih dari separuhnya berada pada kategori dewasa muda.
Kategori usia ibu paling sedikit berada pada kategori dewasa lanjut yaitu sebesar 1
persen dan sebanyak 37 persen sisanya berada pada kategori dewasa madya. Ratarata usia ayah yaitu 44.03 tahun dan rata-rata usia ibu yaitu 38.19 tahun.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
62
39
57
Ayah
37
Ibu
4
1
Dewasa muda Dewasa madya Dewasa lanjut
(20-40 tahun) (41-65 tahun) (>65 tahun)
Gambar 3 Sebaran keluarga berdasarkan usia orang tua
Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan ayah dan pendidikan ibu
separuhnya sudah tamat sekolah dasar. Tingkat pendidikan ayah paling sedikit
berada pada jenjang perguruan tinggi dan tingkat pendidikan ibu paling sedikit
berada pada jenjang SMA dan perguruan tinggi (Tabel 4). Rata-rata lama
13
pendidikan ayah adalah 6.12 tahun dan rata-rata lama pendidikan ibu selama 5.79
tahun.
Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan orang tua (%)
Tingkat pendidikan
Tidak bersekolah
Tidak tamat sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Perguruan tinggi
Total
Ayah
3.0
24.0
53.0
13.0
6.0
1.0
100.0
Ibu
2.0
32.0
52.0
12.0
1.0
1.0
100.0
Pekerjaan ayah mayoritas adalah sebagai wirausaha atau pedagang. Hasil
penelitian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak tiga dari sepuluh ayah
bekerja sebagai buruh. Mayoritas ibu tidak bekerja, artinya sebagian besar ibu
sebagai ibu rumah tangga. Jumlah ibu yang bekerja terbanyak sebagai petani
buruh harian dan sebagai wirausaha atau pedagang.
Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan orang tua (%)
Pekerjaan
Tidak bekerja
Petani pemilik
Petani penyewa
Petani penggarap
Petani buruh harian
PNS
Pegawai swasta
Wirausaha/Pedagang
Buruh
Penambang
Lainnya
Total
Ayah
1.0
5.0
1.0
3.0
13.0
0.0
4.0
36.0
26.0
0.0
11.0
100.0
Ibu
74.0
0.0
0.0
2.0
6.0
0.0
0.0
6.0
1.0
0.0
11.0
100.0
Pendapatan per kapita pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan
garis kemiskinan Kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp271 970/kapita/bulan (BPS
2014). Kategori dibagi menjadi dua yaitu keluarga miskin dengan tidak miskin.
Separuh keluarga pada penelitian ini (54%) berada di atas garis kemiskinan
Kabupaten Bogor artinya keluarga tersebut digolongkan tidak miskin (Tabel 6).
Rata-rata pendapatan per kapita keluarga perdesaan pada penelitian ini yaitu
sebesar Rp359 000/kapita/bulan.
Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita (%)
Pendapatan per kapita
Di bawah garis kemiskinan Kabupaten Bogor (271 970)
Total
%
46
54
100
14
Sosialisasi Emosi
Sosialisasi emosi menurut Sims (2005) terdiri dari kesadaran, penerimaan
dan pelatihan. Kesadaran adalah kemampuan orang tua untuk mengenali ekspresi
emosi sedih, marah dan takut anak. Penerimaan adalah kemampuan orang tua
untuk menerima ekspresi emosi sedih, marah dan takut yang ditunjukkan oleh
anak. Pelatihan adalah kemampuan orang tua untuk menunjukkan perhatian dan
melatih anak sehingga dapat mengekspresikan emosi sedih, marah dan takut
secara baik. Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan rata-rata indeks capaian
pada dimensi penerimaan merupakan yang paling tinggi baik pada anak laki-laki
maupun pada anak perempuan. Selanjutnya, dimensi kesadaran berada pada
peringkat kedua baik pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan.
Sementara itu, dimensi pelatihan merupakan dimensi yang pencapaiannya paling
rendah. Sosialisasi emosi orang tua kepada anak laki-laki dan perempuan secara
keseluruhan berada pada kategori rendah.
Jika diuraikan berdasarkan tiga emosi negatif pada anak, baik terhadap
anak laki-laki maupun terhadap anak perempuan, orang tua lebih mudah
menyadari emosi marah yang ditunjukkan oleh anak dibandingkan dengan
mengenali emosi sedih dan takut yang ditunjukkan anak. Sebaliknya, orang tua
lebih menerima emosi sedih dan takut dibandingkan dengan emosi marah yang
ditunjukkan oleh anak laki-laki maupun oleh anak perempuan. Orang tua juga
lebih sedikit melakukan pelatihan pada emosi marah dan takut pada anak
dibandingkan dengan emosi sedih baik pada anak laki-laki maupun pada anak
perempuan. Hasil ini juga menunjukkan orang tua masih belum mampu untuk
menyadari, menerima, dan melatih emosi negatif anak (sedih, marah, dan takut)
secara konsisten. Hasil uji beda pada variabel sosialisasi emosi secara keseluruhan
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada sosialisasi emosi yang
dilakukan orang tua baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan (p>0.05).
Tabel 7
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
sosialisasi emosi dan dimensinya
Dimensi
Min. Mak.
Sosialisasi emosi
Kesadaran
Kesadaran emosi sedih
Kesadaran emosi marah
Kesadaran emosi takut
Penerimaan
Penerimaan emosi sedih
Penerimaan emosi marah
Penerimaan emosi takut
Pelatihan
Pelatihan emosi sedih
Pelatihan emosi marah
Pelatihan emosi takut
19.2
7.4
0.0
7.4
0.0
30.0
30.0
16.7
30.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
RataRata±Stadev
55.84±17.98
54.77±24.78
56.63±25.84
57.10±25.08
50.57±28.58
61.84±15.97
65.21±16.14
60.90±17.17
59.39±18.24
48.66±20.27
56.63±25.84
48.83±20.45
47.52±22.86
Min. Maks. RataRata±Stadev
34.6
17.3
18.5
14.8
14.8
41.1
43.3
33.3
26.7
23.8
18.5
23.8
23.8
79.1
87.7
92.6
100.0
100.0
83.3
90.0
80.0
93.3
79.4
92.6
85.7
85.7
53.18±11.02
48.23±15.27
49.55±15.99
49.63±18.58
45.51±19.49
61.06±11.12
63.33±11.21
58.74±12.82
61.11±13.08
48.29±13.93
49.55±15.99
47.41±14.85
47.72±15.35
15
Hasil selanjutnya dari capaian sosialisasi emosi mengacu pada kategorisasi
yang dibagi menjadi tinggi, sedang, dan rendah (Tabel 8). Jika dilihat per dimensi,
sosialisasi emosi yang dilakukan orang tua pada anak laki-laki maupun anak
perempuan untuk dimensi kesadaran dan pelatihan berada pada kategori rendah.
Hasil tersebut menunjukkan sebagian besar orang tua masih belum dapat
menyadari dan melatih emosi negatif yang dimiliki oleh anak laki-laki maupun
anak perempuan. Orang tua jarang bahkan hampir tidak pernah menyadari emosi
negatif anak dan jarang bahkan hampir tidak pernah melatih ekspresi emosi
negatif yang ditunjukkan oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Pada
dimensi penerimaan, baik pada anak laki-laki maupun perempuan, separuhnya
berada pada kategori sedang, artinya orang tua memiliki intensitas jarang hingga
sering dapat menerima emosi negatif yang dimiliki anak ketika anak
menunjukkannya.
Tabel 8 Sebaran kategori sosialisasi emosi ibu berdasarkan jenis kelamin anak
(%)
Dimensi
Sosialisasi emosi
Kesadaran
Penerimaan
Pelatihan
Laki-Laki
Perempuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
67.3
63.6
41.8
76.4
23.6
14.5
45.5
12.7
9.1
21.8
12.7
10.9
73.3
84.4
40.0
73.3
26.7
11.1
57.8
26.7
0.0
4.4
2.2
0.0
Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi dibagi menjadi lima dimensi (Goleman 1995) yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Tabel 9
menunjukkan bahwa rata-rata indeks capaian terbaik pada anak laki-laki dan
perempuan yaitu pada dimensi pengaturan diri dan keterampilan sosial. Dimensi
motivasi dan empati pada kecerdasan emosi anak merupakan dimensi yang
memiliki nilai lebih rendah jika dibandingkan dengan dimensi lainnya. Jika
dibandingkan antara anak laki-laki dan perempuan, diketahui bahwa rata-rata
indeks anak laki-laki lebih rendah dibandingkan anak perempuan. Pada dimensi
kesadaran diri, rata-rata indeks pada anak laki-laki dan perempuan memiliki nilai
yang hampir sama yaitu sebesar 68.82 pada anak laki-laki dan sebesar 68.97 pada
anak perempuan. Rata-rata indeks kecerdasan emosi pada anak laki-laki yaitu
68.42 sedangkan pada anak perempuan sedikit lebih tinggi dengan nilai indeks
70.00 dan dapat dikategorikan kategori sedang. Rata-rata indeks tersebut
menunjukkan bahwa anak mempunyai kecerdasan emosi yang sedang. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata anak jarang hingga sering mempunyai
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial yang
baik. Meskipun hasil rata-rata indeks menunjukkkan nilai yang berbeda, namun
uji beda yang dilakukan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata kecerdasan
emosi secara keseluruhan pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan
(p>0.05).
16
Tabel 9
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
kecerdasan emosi dan dimensinya
Laki-Laki
Dimensi
Kecerdasan emosi
Kesadaran diri
Pengaturan diri
Motivasi
Empati
Keterampilan sosial
Min.
Maks.
43.3
18.5
33.3
22.2
8.3
26.7
90.00
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
RataRata±Stadev
68.42±11.64
68.22±18.81
79.29±17.15
60.70±19.36
58.03±23.13
73.33±14.87
Perempuan
Min.
Maks.
RataRata±Stadev
50.0
0.0
33.3
27.8
0.0
40.0
97.78
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
70.00±11.04
68.97±25.36
79.50±15.21
63.95±19.94
65.56±21.44
71.26±14.83
Capaian kecerdasan emosi dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
Hasil pada Tabel 10 menunjukkan, kecerdasan emosi pada anak laki-laki maupun
pada anak perempuan separuhnya berada pada kategori sedang. Anak laki-laki dan
anak perempuan memiliki capaian yang rendah pada dimensi empati. Anak
cenderung jarang bahkan hampir tidak pernah menyadari emosi dan rasa empati di
dalam dirinya. Selanjutnya, capaian pada dimensi keterampilan sosial lebih dari
separuhnya berada pada kategori sedang. Anak laki-laki maupun anak perempuan
cenderung memiliki keterampilan sosial pada intensitas yang jarang hingga sering.
Sebanyak 6 dari 10 anak sudah mencapai kategori tinggi pada dimensi pengaturan
diri yang artinya anak laki-laki maupun anak perempuan sering bahkan selalu
dapat mengatur emosi di dalam dirinya. Perbedaan kategori pada anak laki-laki
dan perempuan terdapat pada dimensi kesadaran diri dan motivasi. Pada dimensi
kesadaran diri, 4 dari 10 anak laki-laki berada pada kategori sedang sedangkan
anak perempuan berada pada kategori rendah. Sebaliknya, pada dimensi motivasi
empat persepuluh anak laki-laki berada pada kategori rendah sedangkan anak
perempuan berada pada kategori sedang.
Tabel 10 Sebaran anak berdasarkan kategori kecerdasan emosi (%)
Dimensi
Kecerdasan emosi
Kesadaran diri
Pengaturan diri
Motivasi
Empati
Keterampilan Sosial
Rendah
23.6
32.7
16.4
43.6
54.5
9.1
Laki-Laki
Sedang Tinggi
54.5
21.8
45.5
21.8
27.3
56.4
41.8
14.5
25.5
20.0
69.1
21.8
Perempuan
Rendah Sedang
17.8
60.0
42.2
20.0
11.1
31.1
35.6
44.4
42.2
31.1
17.8
60.0
Tinggi
22.2
37.8
57.8
20.0
26.7
22.2
Perilaku Agresi
Perilaku agresi menurut Buss dan Perry (1992) terbagi menjadi empat
dimensi yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan.
Berdasarkan rata-rata setiap dimensi, seperti yang tersaji pada Tabel 11,
permusuhan merupakan perilaku yang paling sering dilakukan oleh anak laki-laki
maupun oleh anak perempuan. Permusuhan pada anak perempuan diketahui
17
memiliki rata-rata indeks yang lebih tinggi dibandingkan pada anak laki-laki.
Selanjutnya, agresi fisik, agresi verbal serta kemarahan pada anak laki-laki
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada anak perempuan. Hasil dari
penilaian perilaku agresi menunjukkan bahwa seluruh dimensi rendah dengan
nilai rata-rata indeks pada laki-laki lebih tinggi 1.76 poin dibandingkan rata-rata
indeks pada anak perempuan. Uji beda yang dilakukan menunjukkan tidak
ditemukannya perbedaan perilaku agresi secara keseluruhan pada anak laki-laki
maupun pada anak perempuan (p>0.05).
Tabel 11
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
perilaku agresi dan dimensinya
Laki-Laki
Dimensi
Perempuan
Min. Maks. RataRata±Stadev
Perilaku agresi
Agresi fisik
Agresi verbal
Kemarahan
Permusuhan
2.5
0.0
0.0
0.0
0.0
46.9
52.4
60.0
61.9
66.7
21.79±11.03
17.75±12.78
17.69±15.30
24.94±13.31
25.15±15.56
Min.
2.55
0.0
0.0
0.0
0.0
Maks. RataRata±Stadev
44.4
42.9
86.7
71.4
83.3
20.03±11.27
13.12±10.75
13.33±16.76
22.22±14.78
28.22±19.29
Beradasarkan Tabel 12, masih terdapat perilaku permusuhan pada anak
laki-laki yang berada pada kategori tinggi. Sementara itu, untuk perilaku agresi
verbal dan kemarahan, pada anak laki-laki dan anak perempuan masih ada yang
berada pada kategori sedang. Hasil juga menunjukkan pada dimensi tersebut anak
perempuan yang terkategori sedang lebih tinggi (2.2%) dibandingkan pada anak
laki-laki (1.8%).
Tabel 12 Sebaran anak berdasarkan kategori perilaku agresi (%)
Laki-Laki
Dimensi
Perilaku agresi
Agresi fisik
Agresi verbal
Kemarahan
Permusuhan
Perempuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
100.0
100.0
98.2
98.2
95.6
0.0
0.0
1.8
1.8
2.2
0.0
0.0
0.0
0.0
2.2
100.0
100.0
97.8
97.8
98.2
0.0
0.0
2.2
2.2
1.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Hubungan Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga dengan
Sosialisasi Emosi, Kecerdasan Emosi, dan Perilaku Agresi
Hasil uji hubungan karakteristik anak dan keluarga dengan sosialisasi
emosi dan seluruh dimensi pada sosialisasi emosi seperti yang tersaji pada Tabel
13 menunjukkan bahwa usia anak berhubungan negatif signifikan dengan
sosialisasi emosi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi usia anak
berhubungan dengan semakin menurunnya sosialisasi emosi ibu kepada anak.
Sementara itu untuk usia ibu, berhubungan negatif signifikan dengan sosialisasi
18
emosi, yang memiliki makna semakin bertambah usia ibu, maka berhubungan
nyata dengan semakin menurunnya sosialisasi emosi pada anak. Hasil uji
hubungan karakteristik anak dan karakteristik keluarga dengan kecerdasan emosi
serta seluruh dimensinya menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan.
Tabel 13 Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga
dengan sosialisasi emosi dan kecerdasan emosi
Variabel
Karakteristik Anak
Usia
Karakteristik Keluarga
Usia Ayah
Lama pendidikan ayah
Usia ibu
Lama pendidikan ibu
Pendapatan per kapita
Besar keluarga
Sosialisasi emosi
Kecerdasan emosi
-0.304**
-0.005
-0.152
0.042
-0.220*
0.148
0.130
-0.139
0.059
0.092
0.115
0.004
0.128
0.032
Keterangan
*=signifikan pada p
EMOSI TERHADAP PERILAKU AGRESI ANAK USIA
SEKOLAH PADA KELUARGA PERDESAAN
MEILIA RACHMAWATI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Sosialisasi
Emosi dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Agresi Anak Usia Sekolah pada
Keluarga Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen
Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Meilia Rachmawati
NIM I24110049
ii
iii
ABSTRAK
MEILIA RACHMAWATI. Pengaruh Sosialisasi Emosi dan Kecerdasan Emosi
terhadap Perilaku Agresi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Perdesaan. Dibimbing
oleh ALFIASARI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosialisasi emosi dan
kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi anak usia sekolah. Lokasi penelitian
terletak di Desa Ciasmara dan Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Contoh
penelitian ini adalah keluarga lengkap yang memiliki anak usia sekolah. Sebanyak
100 anak dipilih dengan menggunakan teknik acak proporsional, pada dua sekolah
terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi emosi berhubungan
positif dengan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi memiliki hubungan negatif
signifikan dengan perilaku agresi. Hasil lain menunjukkan bahwa dimensi
penerimaan pada sosialisasi emosi, dimensi kesadaran diri dan pengaturan diri
pada kecerdasan emosi berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku agresi
anak usia sekolah pada keluarga perdesaan.
Kata kunci: Anak usia sekolah, kecerdasan emosi, keluarga perdesaan, perilaku
agresi, sosialisasi emosi
ABSTRACT
MEILIA RACHMAWATI. The Influence of Emotional Socialization and
Emotional Intelligence on Aggression Behavior among School-Aged Children of
Rural Family. Supervised by ALFIASARI
The aim of this research was to analyze the effect of emotional socialization and
emotional intelligence on aggression of school-age children. This research was
conducted at Ciasmara and Ciasihan Village, Pamijahan Sub District, Bogor
Regency. Design of this research was cross sectional study. The samples of this
research were intact family who had school-aged children. Hundreds students
were selected by proportional random sampling in the two selected school. Result
showed that there were significant positive correlation between emotional
socialization and emotional intelligence. Emotional intelligence was significant
negatively correlated with aggression behavior. Other result found that acceptance
dimension of emotional socialization, awareness and self-regulation of emotional
intelligence had significant influences on aggression behavior among school-aged
children of rural family.
Keywords: Aggression, emotional intelligence, emotional socilization, rural
family, school-aged children
iv
PENGARUH SOSIALISASI EMOSI DAN KECERDASAN
EMOSI TERHADAP PERILAKU AGRESI ANAK USIA
SEKOLAH PADA KELUARGA PERDESAAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
v
Judul Skripsi : Pengaruh Sosialisasi Emosi dan Kecerdasan Emosi terhadap
Perilaku Agresi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Perdesaan
Nama
: Meilia Rachmawati
NIM
: I24110049
Disetujui oleh
Alfiasari, S.P., M.Si
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
vi
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Sosialisasi Emosi dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Agresi
Anak Usia Sekolah pada Keluarga Perdesaan”. Penulis mengucapkan terima kasih
terhadap semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini dengan
baik khususnya kepada:
1. Alfiasari, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia membimbing, membantu, serta memberikan kritik dan saran
selama proses penyelesaian skripsi.
2. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sejak
semester awal hingga akhir masa kuliah.
3. Nur Islamiyah, S.Psi, M.Psi selaku dosen pemandu seminar yang telah
memberikan saran dan kritik atas makalah dan seminar yang telah
dilaksanakan.
4. Dr. Ir. Diah K. Pranadji, M.S. dan Dr. Megawati Simanjuntak, S.P, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran bagi penulis untuk
menyempurnakan skripsi.
5. Pihak Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan yang
telah bekerjasama dan memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
6. Kedua orang tua penulis, Bapak H. Yusuf Gunawan dan Ibu Hj. Eti
Suherti serta adik penulis Rachmat Tri Satria atas doa, dukungan dan
kasih sayangnya.
7. Dwi Kurniati Putri, Erni Widyaningsih, Iva Ayu Farihatun Nisa, M.S
Ramdhan atas kebersamaan dan dukungan selama kuliah hingga
penyelesaian skripsi, teman-teman satu bimbingan skripsi (Adelia Ratih
Indrawati, Melinda Yani Juanianti, Nayla Humaeda, Risa Umasyah) dan
teman-teman penelitian HIKOM atas kritik, saran dan kerja samanya,
serta seluruh teman-teman IKK angkatan 48 yang telah memberikan
dukungan.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan penulis, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Meilia Rachmawati
viii
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Anak
Karakteristik Keluarga
Sosialisasi Emosi
Kecerdasan Emosi
Perilaku Agresi
Hubungan Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga dengan
Sosialisasi Emosi, Kecerdasan Emosi, dan Perilaku Agresi
Hubungan Sosialisasi Emosi dengan Kecerdasan Emosi
Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresi
Pengaruh Karakteristik Anak, Karakteristik Keluarga, Sosialisasi Emosi,
dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Agresi
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
ix
x
x
1
1
2
3
3
4
5
5
5
6
6
11
11
11
11
12
14
15
16
17
19
19
20
22
26
26
26
26
29
x
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pengolahan data pada variabel sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan
perilaku agresi
Sebaran anak berdasarkan usia dan jenis kelamin
Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga dan jenis kelamin anak
(%)
Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan orang tua (%)
Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan orang tua (%)
Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita (%)
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
sosialisasi emosi dan dimensinya
Sebaran kategori sosialisasi emosi ibu berdasarkan jenis kelamin anak
(%)
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
kecerdasan emosi dan dimensinya
Sebaran anak berdasarkan kategori kecerdasan emosi (%)
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
perilaku agresi dan dimensinya
Sebaran anak berdasarkan kategori perilaku agresi (%)
Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga
dengan sosialisasi emosi dan kecerdasan emosi
Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga
dengan perilaku agresi
Koefisien korelasi antara sosialisasi emosi dengan kecerdasan emosi
Koefisien korelasi antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi
Hasil analisis regresi linier berganda pada karakteristik anak,
karakteristik keluarga, sosialisasi emosi, kecerdasan emosi terhadap
perilaku agresi
Hasil analisis regresi linier berganda pada karakteristik anak,
karakteristik keluarga, kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi
7
11
12
13
13
13
14
15
16
16
17
17
18
18
19
20
21
22
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka penarikan contoh
Sebaran keluarga berdasarkan usia orang tua
4
5
12
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keluarga yang tinggal di perdesaan rata-rata memiliki pendapatan yang
rendah dan hal ini memengaruhi kemampuan orang tua di dalam melakukan
pengasuhan pada anaknya (Swenson 2008). Anak yang berada pada keluarga yang
memiliki pendapatan rendah memiliki kerentanan dan resiko pada
perkembangannya. Menurut Eamon (2001), anak yang hidup dalam kemiskinan
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah perkembangan sosial
emosi. Anak yang tidak memiliki emosi yang baik sulit beradaptasi dan dapat
membuat berperilaku antisosial salah satunya agresi (Goleman 1995). Agresi akan
merusak kehidupan sosial karena individu yang agresif tidak dapat menguraikan
situasi sehingga melakukan kekerasan atau terisolasi (Calvete dan Orue 2010).
Hasil penelitian Liau et al. (2003) menunjukkan kecerdasan emosi berkorelasi
negatif dengan agresi dan kenakalan anak-anak, artinya semakin tinggi kecerdasan
emosi maka semakin rendah agresi dan kenakalan yang dilakukan anak begitupun
sebaliknya. Palmer et al. (2002) dalam Masum dan Khan (2014) menemukan
bahwa kecerdasan emosi yang lebih tinggi merupakan prediksi bagi kepuasan
hidup dan mengurangi agresi.
Emosi adalah respon yang diberikan individu atas suatu stimulus dari
dalam dirinya dan dari luar dirinya (Scherer 2005). Emosi yang ada pada diri anak
dapat mendorong untuk berperilaku baik atau buruk. Anak yang dapat memahami
emosi yang dirasakannya dapat mencegah untuk berperilaku agresif terhadap
teman ataupun orang lain di dalam lingkungannya, mudah beradaptasi dan akan
merasa nyaman, baik ketika sekolah maupun terhadap kehidupan sosialnya
(Hughes et al. 1998 dalam Ulutas dan Omeglu 2008). Perkembangan emosi pada
anak usia sekolah sudah mencapai kesadaran akan terjadinya dua jenis emosi
secara bersamaan, kesadaran akan emosi yang dapat terjadi secara simultan, dan
kesadaran bahwa suatu kejadian akan menimbulkan perasaan tertentu (Keenan
dan Evans 2009).
Emosi merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari manusia.
Menurut Goleman (1995), kecerdasan emosi menyumbang 80 persen bagi
keberhasilan hidup di masa dewasa karena itulah perkembangan emosi menjadi
salah satu elemen yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Kecerdasan emosi
seseorang akan menentukan kemampuan seseorang dalam beradaptasi.
Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan yang terdiri dari penilaian emosi diri,
penilaian terhadap emosi orang lain, penggunaan emosi dan pengaturan emosi.
Kecerdasan emosi merupakan sumber daya yang penting untuk belajar, sukses,
bersikap, berkemampuan akademik baik, dan berkesejahteraan psikologis (Wong,
Wong, dan Chau 2001).
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk merasakan,
mengamati, dan mempelajari hubungan emosi (Warhol 1998). Keluarga berperan
sebagai agen sosialisasi bagi anak. Keluarga dapat menjadi contoh anak dalam
berperilaku ketika beradaptasi dengan lingkungannya. Keluarga terutama orang
tua dapat melakukan sosialisasi emosi di rumah untuk membekali anak
berperilaku di luar rumah.
2
Saat ini, salah satu yang menjadi perhatian adalah cara orang tua dapat
melakukan sosialisasi emosi pada anak. Sosialisasi emosi pada anak dan perilaku
emosi yang berkaitan dengan orang tua diantaranya reaksi orang tua terhadap
emosi anak-anak, diskusi antara orang tua dengan anak mengenai emosi, dan
ekspresi orang tua terhadap emosi anak (Eisenberg, Cumberland, dan Spinard
1998). Sosialisai penting dilakukan karena seseorang berkembang bukan hanya
dari faktor bawaan (gen) tetapi juga faktor lingkungan sehingga penting adanya
suatu sosialisasi agar faktor bawaan yang ada pada diri seseorang dapat secara
optimal berkembang. Ekspresi sedih, takut, marah adalah emosi dasar seseorang
yang diidentikan dengan emosi negatif seseorang sehingga membutuhkan
sosialisasi emosi yang tepat agar dapat mengidentifikasi diri, memahami emosi
orang lain dan mengontrol perilaku (Eisenberg, Cumberland, dan Spinard 1998).
Orang tua merupakan model yang dapat melakukan sosialisasi dengan
melatih emosi anak sehingga anak akan memiliki hubungan pertemanan yang
lebih baik, memiliki masalah yang lebih sedikit dan cenderung lebih sedikit
melakukan kekerasan (Gottman dan DeClaire 1997). Berdasarkan uraian
mengenai keadaan keluarga di perdesaan, sosialisasi emosi, kecerdasan emosi
serta perilaku agresi pada anak usia sekolah penelitian ini penting dilakukan untuk
mengetahui pengaruh antara sosialisasi emosi yang dilakukan orang tua,
kecerdasan emosi anak terhadap perilaku agresi yang mungkin dilakukan oleh
anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan.
Perumusan Masalah
Masalah finansial erat kaitannya dengan kemiskinan. Kemiskinan akan
berdampak pada keluarga, salah satunya terhadap sosialisasi yang dilakukan orang
tua terhadap anak. Orang tua yang hidup dalam kemiskinan akan menerapkan
pengasuhan yang negatif, seperti mudah marah, kasar, sewenang-wenang,
penerapan disiplin yang tidak konsisten, dan lainnya (Papalia, Olds, dan Fieldman
2009). Perilaku tersebut akan berdampak pada perkembangan emosi anak.
Perkembangan emosi yang kurang, yang sering kali ditunjukkan dengan emosi
negatif anak, dapat membuat anak sulit beradaptasi dan berperilaku yang akan
merugikan dirinya dan merugikan orang lain. Perkembangan emosi seorang anak
perlu mendapatkan dukungan dari orang tua sejak dini karena apabila terjadi
keterlambatan atau kegagalan dalam membangun emosi akan mengarahkan anak
untuk berperilaku agresi, cenderung antisosial dan cenderung menyebabkan anak
berorientasi memberikan sanksi (sanction-oriented) terhadap pelanggaran yang
dilakukan orang lain (Sodikin, Yulistiani, dan Asiandi 2005).
Saat ini, perilaku agresi sudah sampai pada kekerasan dan kekerasan
tersebut tidak hanya dilakukan oleh remaja tetapi juga oleh anak usia sekolah.
Catatan Komnas Perlindungan Anak, tahun 2013 terdapat 3 339 kasus
pelanggaran hak anak, sebanyak 16 persen kasus merupakan kekerasan yang
dilakukan oleh anak-anak dan pada semester awal tahun (Januari-Juni 2013),
sebanyak 1 626 kasus pelecehan anak, dengan 26 persen kasus kekerasan
dilakukan anak-anak dan meningkat 10 persen dibandingkan dengan tahun lalu1.
Perilaku agresi yang dilakukan anak dapat melekat dan akan dilakukan
kembali ketika remaja. Hasil penelitian terbaru oleh Departemen Pelayanan
Keluarga dan Masyarakat New South Wales, Australia menunjukkan hasil yang
1
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/10/15/173614391/Kekerasaan-terhadap-AnakMeningkat-Negara-Alpa yang diakses pada tanggal 16 Januari 2015.
3
sama dengan temuan sebelumnya bahwa sekitar 67 persen dari anak-anak berusia
dua tahun yang berada pada resiko gangguan perilaku akan melakukan perilaku
yang tidak teratur pada usia lima dan enam tahun; dan hampir sepertiga dari anak
berusia lima tahun yang agresif akan tetap agresif di usia 14. Oleh karena itu,
orang tua memiliki peran melakukan sosialisasi emosi dan memfasilitasi bagi
perkembangan emosi anak. Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa
permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik anak, karakteristik keluarga, sosialisasi emosi,
kecerdasan emosi dan perilaku agresi anak laki-laki dan perempuan pada
keluarga perdesaan?
2. Bagaimana hubungan antarvariabel penelitian yaitu karakteristik anak,
karakteristik keluarga, sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan perilaku
agresi anak usia sekolah pada keluarga perdesaan ?
3. Seberapa besar pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga,
sosialisasi emosi dan kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi anak usia
sekolah pada keluarga perdesaan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan karakteristik anak, karakteristik keluarga, sosialisasi
emosi, kecerdasan emosi dan perilaku agresi anak laki-laki dan perempuan
pada keluarga di perdesaan.
2. Menganalisis hubungan antarvariabel penelitian yaitu yaitu karakteristik
anak, karakteristik keluarga, sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan
perilaku agresi anak usia sekolah pada keluarga perdesaan.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga,
sosialisasi emosi dan kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi anak usia
sekolah pada usia sekolah pada keluarga di perdesaan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu informasi yang baru
bagi ilmu pengetahuan di bidang keluarga khususnya pada kajian pengasuhan dan
perkembangan anak. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi
kepada orang tua mengenai pengaruh antara sosialisasi emosi yang dilakukan di
dalam keluarga, kecerdasan emosi anak terhadap perilaku agresi yang dilakukan
oleh anak sehingga orang tua dapat melakukan pencegahan sejak dini perilaku
agresi yang mungkin akan dilakukan oleh anak dengan melakukan sosialisasi
emosi. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan
rekomendasi bagi kebijakan atau program yang dapat mendukung peningkatan
kesadaran akan pentingnya sosialisasi emosi dan mencegah perilaku agresi pada
anak yang akan dibuat.
4
KERANGKA PEMIKIRAN
Sosialisasi emosi menjadi bagian penting agar anak dapat menyalurkan
emosinya dengan tepat dan mencegah perilaku negatif yang dilakukan anak.
Dalam penelitian ini, sosialisasi emosi dibangun dari konsep Sims (2005) yang
membagi sosialisasi emosi ke dalam tiga dimensi yaitu kesadaran, penerimaan dan
pelatihan. Sosialisasi emosi dipengaruhi oleh karakteristik anak seperti usia dan
jenis kelamin, selain itu, karakteristik keluarga, budaya, dan konteks situasi
(Eisenberg, Cumberland, dan Spinard 1998). Karakteristik keluarga dapat berupa
kesejahteraan keluarga, suku keluarga, besar keluarga, pendapatan keluarga,
pendidikan orang tua, usia orang tua, dan pekerjaan orang tua (Hurlock 1980).
Sosialisasi emosi anak akan memengaruhi kecerdasan emosi anak, yaitu
pengalaman emosi, ekspresi emosi dan emosi yang orang lain rasakan (Eisenberg,
Cumberland, dan Spinard 1998). Sosialisasi yang kurang dilakukan orang tua
diduga akan berpengaruh pada penyesuaian diri anak serta kompetensi sosial anak,
yang mana orang tua yang memberikan respon negatif kepada ekspresi emosi
anak akan berdampak pada masalah perilaku salah satunya agresi yang dilakukan
anak (Eisenberg, Cumberland, dan Spinard 1998). Goleman (1995) menyebutkan
bahwa kecerdasan emosi seseorang dapat dibangun dari kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi dan keterampilan sosial. Selanjutnya, penelitian ini
menduga kecerdasan emosi berpengaruh terhadap perilaku agresi yang dilakukan
anak. Anak yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan memengaruhi
penurunan perilaku agresi. Perilaku agresi memiliki empat dimensi yang terdiri
dari agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan (Buss dan Perry 1992).
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 1.
Karakteristik Anak
Usia
Jenis Kelamin
Karakteristik
Keluarga
Besar Keluarga
Pendapatan
keluarga
Pendidikan orang
tua
Usia orang tua
Sosialisasi Emosi
Kesadaran
Penerimaan
Pelatihan
Kecerdasan emosi
Kesadaran diri
Pengaturan diri
Motivasi
Empati
Keterampilan
sosial
Perilaku Agresi
Agresi fisik
Agresi verbal
Kemarahan
Permusuhan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
5
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan desain cross sectional
study. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung Hibah Kompetensi
dengan judul Model Pendidikan Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui
Family and School Partnership yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan
beranggotakan Alfiasari, S.P., M.Si. Pemilihan lokasi dipilih secara purposive.
Penyusunan proposal penelitian dimulai pada bulan Desember hingga Maret 2014,
pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2015, sedangkan pengolahan data
hingga penyusunan laporan dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus 2015.
Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga lengkap yang memiliki anak usia
sekolah yang tinggal di Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor. Kerangka contoh berjumlah 357 keluarga yang anaknya
bersekolah di SDN X dan SDN Y yang berada di kelas 4 dan 5. Sebanyak 100
siswa dipilih yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (1996).
Metode pemilihan contoh yang digunakan adalah teknik acak
proporsional (proportional random sampling). Teknik acak proporsional
ditentukan berdasarkan jumlah anak di masing-masing sekolah dan didasarkan
pada jumlah kerangka contoh berdasarkan jenis kelamin. Kerangka contoh diacak
secara proporsional sehingga terpilih 40 siswa dari SDN X dengan proporsi lakilaki 21 anak dan perempuan 19 anak. Sebanyak 60 siswa diacak dari SDN Y
dengan proporsi laki-laki sebanyak 34 anak dan perempuan sebanyak 26 anak.
Kerangka penarikan contoh ditampilkan pada Gambar 2.
Sekolah Dasar di Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor
SDN X
(142 anak)
L: 74 P: 68
L: 21
P: 19
purposive
SDN Y
(215 anak)
L: 121 P: 94
L: 34
P: 26
n = 100 anak
Gambar 2 Kerangka penarikan contoh
purposive
Proportional
random
sampling
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data
primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik anak, karakteristik keluarga,
sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan perilaku agresi yang diperoleh melalui
wawancara kuesioner kepada ibu dan anak. Sosialisasi emosi diukur dengan
menggunakan alat ukur yang diacu dari Sims (2005) dan telah dimodifikasi dari
33 pernyataan menjadi 26 pernyataan. Dimensi yang diukur diantaranya kesadaran
emosi yang terdiri dari 9 pernyataan, penerimaan yang terdiri dari 13 pernyataan
yang kemudian dimodifikasi menjadi 10 pernyataan dan pelatihan yang terdiri dari
11 pertanyaan yang dimodifikasi menjadi 7 pernyataan. Penyataan tersebut
mengandung tiga emosi dasar yaitu sedih, marah, dan takut yang ditanyakan pada
masing-masing pernyataan.
Kecerdasan emosi diukur dengan instrumen yang dikembangkan
berdasarkan teori kecerdasan emosional Goleman (1995) yang terbagi pada lima
dimensi yaitu kesadaran diri (9 pernyataan), pengaturan diri (6 pernyataan),
motivasi (6 pernyataan), empati (4 pernyataan), dan keterampilan sosial (5
pernyataan) sehingga total 30 pernyataan.
Perilaku agresi diukur dengan memodifikasi instrumen Buss dan Perry
(1992) yang terdiri dari empat jenis perilaku agresi yaitu agresi fisik, agresi verbal,
kemarahan dan permusuhan. Pernyataan mengenai agresi fisik berjumlah 9
pernyataan yang dimodifikasi menjadi 7 pernyataan, agresi verbal berjumlah 5
pernyataan, kemarahan berjumlah 7 pernyataan dan permusuhan berjumlah 8
pernyataan sehingga total 27 butir pernyataan.
Seluruh pernyataan pada instrumen sosialisasi emosi, kecerdasan emosi,
dan perilaku agresi dijawab dengan menggunakan skala jawaban Likert yang
terdiri dari Selalu (SL) yang diberi skor 4, Sering (SR) yang diberi skor 3, Jarang
(JR) yang diberi skor 2 dan Hampir Tidak Pernah (HTP) yang diberi skor 1.
Pengolahan dan Analisis Data
Instrumen yang telah selesai disusun kemudian dibuat buku kodenya untuk
proses pengolahan data. Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses
editing, coding, scoring, entering, cleaning dan analyzing. Pengolahan dan
analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensial dengan
menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel. Hasil uji reliabilitas pada
instrumen setiap variabel sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan perilaku agresi
menunjukkan instrumen dapat diandalkan untuk digunakan dengan nilai
Cronbach’s alpha 0.965 pada instrumen sosialisasi, sebesar 0.775 pada instrumen
kecerdasan emosi dan sebesar 0.834 pada instrumen perilaku agresi. Hasil uji
validitas juga menunjukkan seluruh instrumen valid untuk digunakan.
Data dari instrumen yang telah diuji reliabilitas dan validitasnya kemudian
diolah. Pengolahan data pada variabel sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan
perilaku agresi ditunjukkan dalam Tabel 1.
7
Tabel 1 Pengolahan data pada variabel sosialisasi emosi, kecerdasan emosi, dan
perilaku agresi
Variabel
Subvariabel
Keterangan pengolahan data
Sosialisasi
emosi
Kesadaran
Penerimaan
Pelatihan
Hasil scoring data dijumlahkan pada masingmasing subvariabel sehingga diperoleh skor
total yang kemudian ditransformasikan ke
dalam indeks melalui rumus:
Kecerdasan
emosi
Perilaku
agresi
Kesadaran diri
Pengaturan diri
Motivasi
Emosi
Keterampilan
sosial
Agresi fisik
Agresi verbal
Kemarahan
Permusuhan
Kemudian, indeks dikategorikan dengan cut-off
point*) **):
Rendah : 0-7 orang)
Total
Perempuan
28.9
57.8
13.3
100.0
40.0
50.9
9.1
100.0
Total
35.0
54.0
11.0
100.0
Jumlah Persentase
Usia orang tua dikategorikan menjadi tiga beradasarkan Papalia, Olds, dan
Feldman (2008) yaitu dewasa muda (20-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun),
dan dewasa lanjut (>65 tahun). Gambar 3 menunjukkan, usia ayah separuhnya
berada pada kategori dewasa madya dan paling sedikit berada pada kategori
dewasa lanjut. Usia ibu lebih dari separuhnya berada pada kategori dewasa muda.
Kategori usia ibu paling sedikit berada pada kategori dewasa lanjut yaitu sebesar 1
persen dan sebanyak 37 persen sisanya berada pada kategori dewasa madya. Ratarata usia ayah yaitu 44.03 tahun dan rata-rata usia ibu yaitu 38.19 tahun.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
62
39
57
Ayah
37
Ibu
4
1
Dewasa muda Dewasa madya Dewasa lanjut
(20-40 tahun) (41-65 tahun) (>65 tahun)
Gambar 3 Sebaran keluarga berdasarkan usia orang tua
Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan ayah dan pendidikan ibu
separuhnya sudah tamat sekolah dasar. Tingkat pendidikan ayah paling sedikit
berada pada jenjang perguruan tinggi dan tingkat pendidikan ibu paling sedikit
berada pada jenjang SMA dan perguruan tinggi (Tabel 4). Rata-rata lama
13
pendidikan ayah adalah 6.12 tahun dan rata-rata lama pendidikan ibu selama 5.79
tahun.
Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan orang tua (%)
Tingkat pendidikan
Tidak bersekolah
Tidak tamat sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Perguruan tinggi
Total
Ayah
3.0
24.0
53.0
13.0
6.0
1.0
100.0
Ibu
2.0
32.0
52.0
12.0
1.0
1.0
100.0
Pekerjaan ayah mayoritas adalah sebagai wirausaha atau pedagang. Hasil
penelitian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak tiga dari sepuluh ayah
bekerja sebagai buruh. Mayoritas ibu tidak bekerja, artinya sebagian besar ibu
sebagai ibu rumah tangga. Jumlah ibu yang bekerja terbanyak sebagai petani
buruh harian dan sebagai wirausaha atau pedagang.
Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan orang tua (%)
Pekerjaan
Tidak bekerja
Petani pemilik
Petani penyewa
Petani penggarap
Petani buruh harian
PNS
Pegawai swasta
Wirausaha/Pedagang
Buruh
Penambang
Lainnya
Total
Ayah
1.0
5.0
1.0
3.0
13.0
0.0
4.0
36.0
26.0
0.0
11.0
100.0
Ibu
74.0
0.0
0.0
2.0
6.0
0.0
0.0
6.0
1.0
0.0
11.0
100.0
Pendapatan per kapita pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan
garis kemiskinan Kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp271 970/kapita/bulan (BPS
2014). Kategori dibagi menjadi dua yaitu keluarga miskin dengan tidak miskin.
Separuh keluarga pada penelitian ini (54%) berada di atas garis kemiskinan
Kabupaten Bogor artinya keluarga tersebut digolongkan tidak miskin (Tabel 6).
Rata-rata pendapatan per kapita keluarga perdesaan pada penelitian ini yaitu
sebesar Rp359 000/kapita/bulan.
Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita (%)
Pendapatan per kapita
Di bawah garis kemiskinan Kabupaten Bogor (271 970)
Total
%
46
54
100
14
Sosialisasi Emosi
Sosialisasi emosi menurut Sims (2005) terdiri dari kesadaran, penerimaan
dan pelatihan. Kesadaran adalah kemampuan orang tua untuk mengenali ekspresi
emosi sedih, marah dan takut anak. Penerimaan adalah kemampuan orang tua
untuk menerima ekspresi emosi sedih, marah dan takut yang ditunjukkan oleh
anak. Pelatihan adalah kemampuan orang tua untuk menunjukkan perhatian dan
melatih anak sehingga dapat mengekspresikan emosi sedih, marah dan takut
secara baik. Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan rata-rata indeks capaian
pada dimensi penerimaan merupakan yang paling tinggi baik pada anak laki-laki
maupun pada anak perempuan. Selanjutnya, dimensi kesadaran berada pada
peringkat kedua baik pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan.
Sementara itu, dimensi pelatihan merupakan dimensi yang pencapaiannya paling
rendah. Sosialisasi emosi orang tua kepada anak laki-laki dan perempuan secara
keseluruhan berada pada kategori rendah.
Jika diuraikan berdasarkan tiga emosi negatif pada anak, baik terhadap
anak laki-laki maupun terhadap anak perempuan, orang tua lebih mudah
menyadari emosi marah yang ditunjukkan oleh anak dibandingkan dengan
mengenali emosi sedih dan takut yang ditunjukkan anak. Sebaliknya, orang tua
lebih menerima emosi sedih dan takut dibandingkan dengan emosi marah yang
ditunjukkan oleh anak laki-laki maupun oleh anak perempuan. Orang tua juga
lebih sedikit melakukan pelatihan pada emosi marah dan takut pada anak
dibandingkan dengan emosi sedih baik pada anak laki-laki maupun pada anak
perempuan. Hasil ini juga menunjukkan orang tua masih belum mampu untuk
menyadari, menerima, dan melatih emosi negatif anak (sedih, marah, dan takut)
secara konsisten. Hasil uji beda pada variabel sosialisasi emosi secara keseluruhan
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada sosialisasi emosi yang
dilakukan orang tua baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan (p>0.05).
Tabel 7
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
sosialisasi emosi dan dimensinya
Dimensi
Min. Mak.
Sosialisasi emosi
Kesadaran
Kesadaran emosi sedih
Kesadaran emosi marah
Kesadaran emosi takut
Penerimaan
Penerimaan emosi sedih
Penerimaan emosi marah
Penerimaan emosi takut
Pelatihan
Pelatihan emosi sedih
Pelatihan emosi marah
Pelatihan emosi takut
19.2
7.4
0.0
7.4
0.0
30.0
30.0
16.7
30.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
RataRata±Stadev
55.84±17.98
54.77±24.78
56.63±25.84
57.10±25.08
50.57±28.58
61.84±15.97
65.21±16.14
60.90±17.17
59.39±18.24
48.66±20.27
56.63±25.84
48.83±20.45
47.52±22.86
Min. Maks. RataRata±Stadev
34.6
17.3
18.5
14.8
14.8
41.1
43.3
33.3
26.7
23.8
18.5
23.8
23.8
79.1
87.7
92.6
100.0
100.0
83.3
90.0
80.0
93.3
79.4
92.6
85.7
85.7
53.18±11.02
48.23±15.27
49.55±15.99
49.63±18.58
45.51±19.49
61.06±11.12
63.33±11.21
58.74±12.82
61.11±13.08
48.29±13.93
49.55±15.99
47.41±14.85
47.72±15.35
15
Hasil selanjutnya dari capaian sosialisasi emosi mengacu pada kategorisasi
yang dibagi menjadi tinggi, sedang, dan rendah (Tabel 8). Jika dilihat per dimensi,
sosialisasi emosi yang dilakukan orang tua pada anak laki-laki maupun anak
perempuan untuk dimensi kesadaran dan pelatihan berada pada kategori rendah.
Hasil tersebut menunjukkan sebagian besar orang tua masih belum dapat
menyadari dan melatih emosi negatif yang dimiliki oleh anak laki-laki maupun
anak perempuan. Orang tua jarang bahkan hampir tidak pernah menyadari emosi
negatif anak dan jarang bahkan hampir tidak pernah melatih ekspresi emosi
negatif yang ditunjukkan oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Pada
dimensi penerimaan, baik pada anak laki-laki maupun perempuan, separuhnya
berada pada kategori sedang, artinya orang tua memiliki intensitas jarang hingga
sering dapat menerima emosi negatif yang dimiliki anak ketika anak
menunjukkannya.
Tabel 8 Sebaran kategori sosialisasi emosi ibu berdasarkan jenis kelamin anak
(%)
Dimensi
Sosialisasi emosi
Kesadaran
Penerimaan
Pelatihan
Laki-Laki
Perempuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
67.3
63.6
41.8
76.4
23.6
14.5
45.5
12.7
9.1
21.8
12.7
10.9
73.3
84.4
40.0
73.3
26.7
11.1
57.8
26.7
0.0
4.4
2.2
0.0
Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi dibagi menjadi lima dimensi (Goleman 1995) yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Tabel 9
menunjukkan bahwa rata-rata indeks capaian terbaik pada anak laki-laki dan
perempuan yaitu pada dimensi pengaturan diri dan keterampilan sosial. Dimensi
motivasi dan empati pada kecerdasan emosi anak merupakan dimensi yang
memiliki nilai lebih rendah jika dibandingkan dengan dimensi lainnya. Jika
dibandingkan antara anak laki-laki dan perempuan, diketahui bahwa rata-rata
indeks anak laki-laki lebih rendah dibandingkan anak perempuan. Pada dimensi
kesadaran diri, rata-rata indeks pada anak laki-laki dan perempuan memiliki nilai
yang hampir sama yaitu sebesar 68.82 pada anak laki-laki dan sebesar 68.97 pada
anak perempuan. Rata-rata indeks kecerdasan emosi pada anak laki-laki yaitu
68.42 sedangkan pada anak perempuan sedikit lebih tinggi dengan nilai indeks
70.00 dan dapat dikategorikan kategori sedang. Rata-rata indeks tersebut
menunjukkan bahwa anak mempunyai kecerdasan emosi yang sedang. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata anak jarang hingga sering mempunyai
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial yang
baik. Meskipun hasil rata-rata indeks menunjukkkan nilai yang berbeda, namun
uji beda yang dilakukan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata kecerdasan
emosi secara keseluruhan pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan
(p>0.05).
16
Tabel 9
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
kecerdasan emosi dan dimensinya
Laki-Laki
Dimensi
Kecerdasan emosi
Kesadaran diri
Pengaturan diri
Motivasi
Empati
Keterampilan sosial
Min.
Maks.
43.3
18.5
33.3
22.2
8.3
26.7
90.00
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
RataRata±Stadev
68.42±11.64
68.22±18.81
79.29±17.15
60.70±19.36
58.03±23.13
73.33±14.87
Perempuan
Min.
Maks.
RataRata±Stadev
50.0
0.0
33.3
27.8
0.0
40.0
97.78
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
70.00±11.04
68.97±25.36
79.50±15.21
63.95±19.94
65.56±21.44
71.26±14.83
Capaian kecerdasan emosi dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
Hasil pada Tabel 10 menunjukkan, kecerdasan emosi pada anak laki-laki maupun
pada anak perempuan separuhnya berada pada kategori sedang. Anak laki-laki dan
anak perempuan memiliki capaian yang rendah pada dimensi empati. Anak
cenderung jarang bahkan hampir tidak pernah menyadari emosi dan rasa empati di
dalam dirinya. Selanjutnya, capaian pada dimensi keterampilan sosial lebih dari
separuhnya berada pada kategori sedang. Anak laki-laki maupun anak perempuan
cenderung memiliki keterampilan sosial pada intensitas yang jarang hingga sering.
Sebanyak 6 dari 10 anak sudah mencapai kategori tinggi pada dimensi pengaturan
diri yang artinya anak laki-laki maupun anak perempuan sering bahkan selalu
dapat mengatur emosi di dalam dirinya. Perbedaan kategori pada anak laki-laki
dan perempuan terdapat pada dimensi kesadaran diri dan motivasi. Pada dimensi
kesadaran diri, 4 dari 10 anak laki-laki berada pada kategori sedang sedangkan
anak perempuan berada pada kategori rendah. Sebaliknya, pada dimensi motivasi
empat persepuluh anak laki-laki berada pada kategori rendah sedangkan anak
perempuan berada pada kategori sedang.
Tabel 10 Sebaran anak berdasarkan kategori kecerdasan emosi (%)
Dimensi
Kecerdasan emosi
Kesadaran diri
Pengaturan diri
Motivasi
Empati
Keterampilan Sosial
Rendah
23.6
32.7
16.4
43.6
54.5
9.1
Laki-Laki
Sedang Tinggi
54.5
21.8
45.5
21.8
27.3
56.4
41.8
14.5
25.5
20.0
69.1
21.8
Perempuan
Rendah Sedang
17.8
60.0
42.2
20.0
11.1
31.1
35.6
44.4
42.2
31.1
17.8
60.0
Tinggi
22.2
37.8
57.8
20.0
26.7
22.2
Perilaku Agresi
Perilaku agresi menurut Buss dan Perry (1992) terbagi menjadi empat
dimensi yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan.
Berdasarkan rata-rata setiap dimensi, seperti yang tersaji pada Tabel 11,
permusuhan merupakan perilaku yang paling sering dilakukan oleh anak laki-laki
maupun oleh anak perempuan. Permusuhan pada anak perempuan diketahui
17
memiliki rata-rata indeks yang lebih tinggi dibandingkan pada anak laki-laki.
Selanjutnya, agresi fisik, agresi verbal serta kemarahan pada anak laki-laki
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada anak perempuan. Hasil dari
penilaian perilaku agresi menunjukkan bahwa seluruh dimensi rendah dengan
nilai rata-rata indeks pada laki-laki lebih tinggi 1.76 poin dibandingkan rata-rata
indeks pada anak perempuan. Uji beda yang dilakukan menunjukkan tidak
ditemukannya perbedaan perilaku agresi secara keseluruhan pada anak laki-laki
maupun pada anak perempuan (p>0.05).
Tabel 11
Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi indeks
perilaku agresi dan dimensinya
Laki-Laki
Dimensi
Perempuan
Min. Maks. RataRata±Stadev
Perilaku agresi
Agresi fisik
Agresi verbal
Kemarahan
Permusuhan
2.5
0.0
0.0
0.0
0.0
46.9
52.4
60.0
61.9
66.7
21.79±11.03
17.75±12.78
17.69±15.30
24.94±13.31
25.15±15.56
Min.
2.55
0.0
0.0
0.0
0.0
Maks. RataRata±Stadev
44.4
42.9
86.7
71.4
83.3
20.03±11.27
13.12±10.75
13.33±16.76
22.22±14.78
28.22±19.29
Beradasarkan Tabel 12, masih terdapat perilaku permusuhan pada anak
laki-laki yang berada pada kategori tinggi. Sementara itu, untuk perilaku agresi
verbal dan kemarahan, pada anak laki-laki dan anak perempuan masih ada yang
berada pada kategori sedang. Hasil juga menunjukkan pada dimensi tersebut anak
perempuan yang terkategori sedang lebih tinggi (2.2%) dibandingkan pada anak
laki-laki (1.8%).
Tabel 12 Sebaran anak berdasarkan kategori perilaku agresi (%)
Laki-Laki
Dimensi
Perilaku agresi
Agresi fisik
Agresi verbal
Kemarahan
Permusuhan
Perempuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
100.0
100.0
98.2
98.2
95.6
0.0
0.0
1.8
1.8
2.2
0.0
0.0
0.0
0.0
2.2
100.0
100.0
97.8
97.8
98.2
0.0
0.0
2.2
2.2
1.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Hubungan Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga dengan
Sosialisasi Emosi, Kecerdasan Emosi, dan Perilaku Agresi
Hasil uji hubungan karakteristik anak dan keluarga dengan sosialisasi
emosi dan seluruh dimensi pada sosialisasi emosi seperti yang tersaji pada Tabel
13 menunjukkan bahwa usia anak berhubungan negatif signifikan dengan
sosialisasi emosi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi usia anak
berhubungan dengan semakin menurunnya sosialisasi emosi ibu kepada anak.
Sementara itu untuk usia ibu, berhubungan negatif signifikan dengan sosialisasi
18
emosi, yang memiliki makna semakin bertambah usia ibu, maka berhubungan
nyata dengan semakin menurunnya sosialisasi emosi pada anak. Hasil uji
hubungan karakteristik anak dan karakteristik keluarga dengan kecerdasan emosi
serta seluruh dimensinya menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan.
Tabel 13 Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga
dengan sosialisasi emosi dan kecerdasan emosi
Variabel
Karakteristik Anak
Usia
Karakteristik Keluarga
Usia Ayah
Lama pendidikan ayah
Usia ibu
Lama pendidikan ibu
Pendapatan per kapita
Besar keluarga
Sosialisasi emosi
Kecerdasan emosi
-0.304**
-0.005
-0.152
0.042
-0.220*
0.148
0.130
-0.139
0.059
0.092
0.115
0.004
0.128
0.032
Keterangan
*=signifikan pada p