Analisis Sosialisasi Akademik Dan Motivasi Berprestasi Anak Usia Sekolah Pada Keluarga Di Perdesaan

ANALISIS SOSIALISASI AKADEMIK DAN MOTIVASI
BERPRESTASI ANAK USIA SEKOLAH PADA
KELUARGA DI PERDESAAN

MELINDA YANI JUNIANTI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sosialisasi
Akademik dan Motivasi Berprestasi Anak Usia Sekolah pada Keluarga di
Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Melinda Yani Junianti
NIM I24110060

ABSTRAK
MELINDA YANI JUNIANTI. Analisis Sosialisasi Akademik dan Motivasi
Berprestasi Anak Usia Sekolah pada Keluarga di Perdesaan. Dibimbing oleh
ALFIASARI.
Perkembangan kognitif anak usia sekolah dipengaruhi oleh stimulasi yang
diberikan oleh lingkungannya. Perkembangan kognitif diperlukan untuk
mendorong anak memiliki motivasi berprestasi. Keluarga dan sekolah sebagai
bagian dari mikrosistem mempunyai dampak langsung pada anak usia sekolah.
Penelitian ini bertujuan menganalisis sosialisasi akademik orang tua dan guru dan
motivasi berprestasi anak usia sekolah di keluarga perdesaan. Contoh penelitian
ini adalah keluarga lengkap yang memiliki anak yang bersekolah di SD terpilih
yang dipilih melalui metode acak proporsional berdasarkan jumlah siswa dan jenis
kelamin yang berjumlah 100. Hasil penelitian menunjukkan orang tua dan guru di

perdesaan masih rendah dalam menyosialisasikan nilai-nilai yang berhubungan
dengan sekolah atau pendidikan. Hal lain dari penelitian menunjukkan adanya
hubungan positif yang signifikan antara sosialisasi akademik orang tua dan guru
dengan dimensi motivasi berprestasi intrinsik. Selain itu, hasil menemukan bahwa
sosialisasi akademik orang tua berpengaruh terhadap motivasi berprestasi intrinsik.
Kata kunci: motivasi ekstrinsik, motivasi intrinsik, sosialisasi akademik guru,
sosialisasi akademik orang tua

ABSTRACT
MELINDA YANI JUNIANTI. Analysis of Academic Socialization and
Achievement Motivation among School-Aged Children of Rural Family.
Supervised by ALFIASARI.
In school-aged children period, cognitive development is influenced by
stimulation that given by the environment system. Cognitive development is
necessary for encouraging children to have achievement motivation. Family and
school as a parts of microsystem give direct influence to the school-aged children.
The aim of this study was to analyze the academic socialization and achievement
motivation among school-aged children of rural families. The participant of this
study were intact families who had child of elementary school; selected and
chosen by proportional random sampling method based on the number of student

and gender; the total participants were 100. The results showed that parents and
teachers in rural areas were still low in values socialization that is associated with
the school or education. Moreover, this study showed that parents and teachers
academic socialization had positive significant correlation with intrinsic
motivation. Parents academic socialization influenced the intrinsic achievement
motivation.
Keyword: extrinsic motivation, intrinsic motivation, parent academic
socialization, teacher academic socialization

ANALISIS SOSIALISASI AKADEMIK DAN MOTIVASI
BERPRESTASI ANAK USIA SEKOLAH PADA
KELUARGA DI PERDESAAN

MELINDA YANI JUNIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Sosialisasi Akademik dan Motivasi Berprestasi
Anak Usia Sekolah pada Keluarga di Perdesaan
Nama
: Melinda Yani Junianti
NIM
: I24110060

Disetujui oleh

Alfiasari, S.P., M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh


Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
rahmat-Nya kepada penulis sampai saat ini sehingga penulis berhasil
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Sosialisasi Akademik dan Motivasi
Berprestasi Anak Usia Sekolah pada Keluarga di Perdesaan”. Tak lupa shalawat
dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan seluruh umatnya. Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Alfiasari, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia
membimbing, membantu memberikan saran, dan kritik kepada penulis dalam
pembuatan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Hartoyo M.Sc selaku dosen pembimbing akademik atas saran, arahan,

dukungan, dan ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama
penulis belajar di Ilmu Keluarga dan Konsumen.
3. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati M.Si selaku dosen pemandu seminar atas saran,
arahan, dan ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama
pelaksanaan seminar hasil.
4. Neti Hernawati, S.P., M.Si selaku dosen penguji skripsi atas saran, arahan,
dan ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama pelaksanaan
sidang skripsi.
5. Pihak Desa, Sekolah Dasar Negeri, dan Orang tua Responden yang telah
memperkenankan para siswa menjadi responden dalam penelitian ini.
6. Bapak Tata Mahmur dan Ibu Sarni selaku orang tua penulis yang telah
memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.
7. Kakak, adik, dan saudara yang telah memberikan dukungan doa dan kasih
sayang selama penulisan skripsi ini.
8. Adelia Ratih Indrawati, Meilia Rachmawati, Nayla Humaeda, dan Risa
Umasyah selaku rekan sebimbingan dalam penelitian ini berlangsung.
9. Khairu Ibrahim, Rulya Rizki Ramadina, Trisya Novyanis Pangestu, Mulvia
Nurjuniasari, dan teman-teman IKK 48 atas dukungan semangat selama
penulisan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah

memberikan kontribusinya dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang masih terdapat dalam skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
skripsi ini dapat lebih baik lagi. Sekian dan terimakasih, semoga dapat
memberikan ilmu yang bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Melinda Yani Junianti

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN

METODE
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Populasi, Contoh, dan Cara Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Anak

vi
vi
1
1
3
4
4
4
5
5

6
6
8
10
11
11
11

Karakteristik Keluarga

12

Sosialisasi Akademik

14

Motivasi Berprestasi

17


Hubungan Karakteristik Anak dan Keluarga dengan Sosialisasi Akademik
Orang Tua serta Motivasi Berprestasi
18
Perbedaan Sosialisasi Akademik dan Motivasi Berprestasi Anak Laki-laki
dan Perempuan
18
Hubungan Sosialisasi Akademik Orang Tua dan Guru dengan Motivasi
Berprestasi

18

Pengaruh Karakteristik Anak, Karakteristik Keluarga, dan Sosialisasi
Akademik terhadap Motivasi Berprestasi

19

Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

20
23
23
23
24
27

vi

DAFTAR TABEL
1
2

Variabel, jawaban, dan skala
Instrumen dan nilai Cronbach’s alpha pada sosialisasi akademik (orang
tua dan guru) dan motivasi berprestasi
3 Sebaran anak menurut kategori usia dan jenis kelamin
4 Sebaran keluarga menurut jenis pekerjaan ayah dan ibu
5 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga
6 Nilai minimum, maksimum, rataan, dan standar deviasi indeks
sosialisasi akademik orang tua dan guru
7 Sebaran menurut kategori sosialisasi akademik orang tua (%)
8 Sebaran menurut kategori sosialisasi akademik guru (%)
9 Nilai minimum, maksimum, rataan, dan standar deviasi indeks motivasi
berprestasi (%)
10 Sebaran menurut kategori motivasi berprestasi
11 Koefisien korelasi antara sosialisasi akademik orang tua dan guru dengan
motivasi berprestasi
12 Hasil analisis regresi linier berganda pada karakteristik anak,
karakteristik keluarga, dan sosialisasi akademik terhadap motivasi
berprestasi anak

7
8
11
13
14
15
16
17
17
18
19

20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Kerangka pemikiran analisis sosialisasi akademik dan motivasi
berprestasi anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan
Kerangka teknik penarikan contoh
Sebaran anak berdasarkan uang saku
Sebaran anak berdasarkan urutan kelahiran anak
Sebaran keluarga berdasarkan usia ayah dan ibu
Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pedidikan ayah dan ibu
Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga

5
6
12
12
12
13
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
BPS (2013) melaporkan bahwa jumlah persentase penduduk miskin di
perdesaan pada bulan Maret 2013 lebih tinggi (17,74%) dibandingkan dengan
perkotaan (10,33%). Butar-butar (2008), menyebutkan bahwa kepala keluarga
yang bekerja di sektor pertanian tergolong miskin. Fenomena tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan masih berpusat di wilayah perdesaan dan
sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Selanjutnya, statistik pendidikan BPS
(2010) menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di perkotaan lebih tinggi (9,08
tahun) dibandingkan di perdesaan (6,40 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa
kemiskinan dan tingkat pendidikan di perdesaan lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat pendidikan di perkotaan. Kemiskinan dan pengetahuan yang
rendah akan menimbulkan risiko keluarga tidak melakukan pengasuhan yang baik
terhadap anak. Keluarga merupakan institusi yang mempunyai peran penting
dalam membentuk perilaku, sikap, dan keterampilan sosial melalui proses
sosialisasi yang akan berpengaruh terhadap kualitas anak yang dimiliki. Adanya
pengaburan peran dan fungsi keluarga mengakibatkan terjadinya penurunan
keberfungsian keluarga. Kemiskinan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
keluarga tidak berfungsi secara optimal. Hal ini terjadi karena keluarga akan
memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pangannya dibandingkan
menjalankan fungsi yang lainnya. Sementara fungsi pengasuhan atau ekspresif
mempunyai peran penting untuk dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Kehidupan pada masa anak-anak merupakan masa yang sangat penting.
Menurut Erik Erikson, pada usia sekolah (6-12) anak berada pada tahap industry
(rasa mampu) dan inferiority (rasa rendah diri). Pada fase ini anak sedang
membangun kepribadian diri. Tercapai atau tidaknya anak dalam membangun
kepribadian diri tergantung kepada stimulasi yang diberikan oleh lingkungan
sekitarnya (rumah, sekolah, dan lingkungan teman sebaya). Apabila anak tidak
mampu mengembangkan dirinya, baik secara akademik maupun nonakademik
maka yang akan berkembang adalah perasaan rendah diri (Santrock 2007). Oleh
karenanya, kompetensi akademik maupun nonakademik termasuk motivasi
berprestasi di kelas yang dimiliki anak sangat penting dalam membentuk pribadi
yang percaya diri. Kompetensi yang dimiliki anak tersebut akan berpengaruh
terhadap tahapan perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, proses sosialisasi
yang diberikan oleh orang tua dan guru di sekolah pada fase ini berperan penting
dalam menumbuhkan rasa mampu dalam diri anak.
Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama untuk mengajarkan apa yang
harus anak ketahui dan lakukan. 1 Keluarga yang tidak menjalankan fungsi
sosialisasi dengan baik akan mengakibatkan anak menjadi pasif. Nation Opinion
Research Center (2007) menyatakan bahwa keluarga yang miskin biasanya lebih
menekankan pada ketaatan dan kesesuaian dalam membesarkan anak, sedangkan
keluarga yang kaya lebih menekankan pada penilaian dan kreativitas. Para peneliti
juga menyatakan bahwa keterlibatan orang tua yang memiliki anak usia sekolah
1

Sumber URL: http://cnx.org/content/m43027/latest/?collection=col11407/1.7
Saylor URL: http://www.saylor.org/courses/soc101/

2

dan anak remaja umumnya berpengaruh terhadap keberhasilan belajar dan
akademis (Dempsey & Sandler 1997). Izzo et al. (1999) dalam Dehass, Willems,
& Holbein (2005) menemukan bahwa keterlibatan orang tua pada siswa SD
mempunyai keterkaitan dengan fungsi sosial dan akademik. Selain itu, penelitian
Henderson & Berla (1994) pada siswa SD, SMP, dan SMA, menunjukkan bahwa
keluarga yang terlibat aktif dalam sektor pendidikan dapat meningkatkan hasil
akademik siswa. Falbo, Lein, & Amador (2001) dalam Adsul, Kamble, & Sangli
(2008) menyebutkan bahwa sosialisasi akademik yang diberikan dan dilakukan
orang tua kepada anak sangat penting untuk anak selama masa remaja. Penelitian
pada keluarga Afrika Amerika menemukan bahwa sebagian besar orang tua
Afrika Amerika memanfaatkan sosialisasi akademik sebagai kendaraan untuk
membantu anak-anak dalam mengatasi hambatan sosial, seperti rasisme dan
diskriminasi (Franklin et al. 2002 dalam Cooper & Smalls 2010).
Sementara itu, penelitian tentang pengaruh ketergantungan motivasi pada
teori sosial kognitif Bandura menemukan bahwa anak-anak lebih berperilaku
prososial ketika mereka memiliki motivasi internal daripada motivasi eksternal
seperti hadiah (Hastings, Utendale, & Sullivan 2007). Jenis keterlibatan orang tua
yang diberikan kepada anak dalam hal pendidikan, akan memiliki dampak
terhadap motivasi siswa (Dehass, Willems, & Holbein 2005). Keterlibatan orang
tua yang lebih aktif dalam pendidikan anak, akan meningkatkan motivasi belajar
anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterlibatan orang tua yang pasif.
Hasil penelitian Dehass, Willems, & Holbein (2005) pada 93 siswa kelas lima,
menunjukkan bahwa pengawasan orang tua terhadap pekerjaan rumah anak
berorientasi pada motivasi ekstrinsik. Semakin banyak orang tua yang terlibat
dalam mengawasi, memaksa, atau membantu pekerjaan rumah maka siswa
semakin menjadi termotivasi ekstrinsik dan bergantung pada sumber eksternal
dalam akademik dan evaluasi (Dehass, Willems, & Holbein 2005).
Selain itu, Soto (2013) juga menemukan bahwa suasana keluarga memiliki
pengaruh signifikan terhadap pencapaian tujuan yang berorientasi pada
pembelajaran, kinerja, dan motivasi akademik. Interaksi keluarga dengan sekolah
ditemukan signifikan terhadap motivasi dan prestasi akademik anak di sekolah
(Tiwari, Tiwari, & Sharma 2014). Kinerja sekolah berkorelasi positif dengan
motivasi akademik anak di sekolah (Tiwari, Tiwari, & Sharma 2014). Temuan ini
menunjukkan bahwa peran keluarga dan sekolah dalam memberikan dukungan
terhadap pencapaian prestasi anak secara bersamaan, memegang peranan yang
sangat penting. Lebih lanjut, motivasi berprestasi berhubungan dengan selfefficacy akademik (Bong & Skaalvik 2003 dalam Shekhar & Devi 2012), dan
tingkat perkembangan (Guay, Marsh, & Boivin 2003). Karakteristik anak ternyata
ikut memberikan fenomena pada motivasi berprestasi. Sejumlah faktor lingkungan
seperti pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, status sosial-ekonomi orang
tua, media pengajaran, dan lingkungan fisik berpengaruh signifikan terhadap
motivasi dan prestasi akademik siswa (Tiwari, Tiwari, & Sharma 2014). Adsul,
Kamble, & Sangli (2008) yang melakukan studi pada mahasiswa menemukan
bahwa siswa laki-laki memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa perempuan.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa keterlibatan orang tua dan guru di
sekolah yang aktif berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak dalam bentuk
sosialisasi. Di Indonesia, penelitian mengenai keluarga perdesaan sudah banyak

3

dilakukan, akan tetapi penelitian sosialisasi akademik dan motivasi berprestasi di
keluarga perdesaan belum banyak dilakukan. Dengan demikian, penting untuk
dilakukan penelitian dengan menganalisis sosialisasi akademik dan motivasi
berprestasi anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan.
Perumusan Masalah
Puspitawati (2012) menyatakan bahwa keluarga merupakan wadah yang
utama dan pertama bagi setiap manusia yang memfasilitasi individu untuk
dipersiapkan menjadi manusia yang seutuhnya melalui pelaksanaan fungsi-fungsi
sosial, budaya, pendidikan dan pengasuhan, ekonomi, spiritual, dan pengenalan
lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga harus mampu berfungsi
secara optimal dalam melaksanakan fungsi keluarga, khususnya fungsi pendidikan
dengan menyosialisasikan akademik kepada anak sehingga anak memiliki
motivasi untuk berprestasi. The NCLB Act (2002) dalam Taylor (2015)
menyatakan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan mencakup partisipasi
dan dorongan dalam perkembangan sekolah, dua arah, dan komunikasi yang
melibatkan siswa dalam belajar akademik dan kegiatan sekolah lainnya, termasuk
memastikan bahwa orang tua bermain peran dalam membantu pembelajaran, aktif
terlibat dalam pendidikan anak di sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang bekerja sebagai buruh
tani memiliki perilaku investasi pendidikan dan kesehatan yang sedang (Rosidah
2011). Selain itu, Rochaeni dan Lokollo (2005) menyatakan bahwa persentase
pengeluaran rumah tangga petani sebagian besar dialokasikan pada pangan
dibandingkan investasi pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga yang
tinggal di perdesan dan bekerja sebagai petani atau buruh tani jarang memberikan
sosialisasi terhadap akademik untuk anak dibandingkan memenuhi kebutuhan
pangan. Persepsi inilah yang mungkin dapat mengakibatkan rendahnya motivasi
berprestasi anak yang tinggal di perdesaan. Berdasarkan paparan di atas maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik anak, karakteristik keluarga, sosialisasi akademik,
dan motivasi berprestasi anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan?
2. Bagaimana hubungan karakteristik anak, karakteristik keluarga dengan
sosialisasi akademik dan motivasi berprestasi anak usia sekolah pada
keluarga di perdesaan?
3. Bagaimana hubungan sosialisasi akademik dengan motivasi berprestasi anak
usia sekolah pada keluarga di perdesaan?
4. Bagaimana perbedaan sosialisasi akademik dan motivasi berprestasi anak
laki-laki dan perempuan anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan?
5. Bagaimana pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan
sosialisasi akademik terhadap motivasi berprestasi anak usia sekolah pada
keluarga di perdesaan?

4

Tujuan Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik anak, karakteristik keluarga, sosialisasi
akademik dan motivasi berprestasi anak usia sekolah pada keluarga di
perdesaan.
2. Menganalisis hubungan karakteristik anak, karakteristik keluarga dengan
sosialisasi akademik dan motivasi berprestasi anak usia sekolah pada
keluarga di perdesaan.
3. Menganalisis hubungan sosialisasi akademik dengan motivasi berprestasi
anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan.
4. Menganalisis perbedaan sosialisasi akademik dan motivasi berprestasi anak
laki-laki dan perempuan anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan.
5. Menganalisis pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan
sosialisasi akademik terhadap motivasi berprestasi anak usia sekolah pada
keluarga di perdesaan.
Manfaat Penelitian
1. Peneliti/Mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kompetensi di bidang
perkembangan anak khususnya kajian tentang sosialisasi akademik dan
motivasi berprestasi.
2. Institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan keilmuan khususnya dalam bidang perkembangan anak dan
diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai
analisis sosialisasi akademik dan motivasi berprestasi anak usia sekolah
pada keluarga di perdesaan.
3. Keluarga perdesaan
Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam menyajikan
informasi tentang pentingnya sosialisasi akademik yang diberikan orang tua
dan guru yang akan berdampak pada motivasi berprestasi anak.

KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesa utama penelitian ini
menyatakan bahwa karakteristik anak, karakteristik keluarga, sosialisasi akademik
orang tua dan guru memengaruhi motivasi berprestasi anak. Karakteristik anak
diduga akan berpengaruh terhadap motivasi anak. Hal ini sejalan dengan hasil
temuan Adsul, Kamble, & Sangli (2008) bahwa siswa laki-laki memiliki motivasi
berprestasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Karakteristik
keluarga juga diduga akan memengaruhi motivasi berprestasi anak. Dugaan ini
sejalan dengan hasil penelitian Tiwari, Tiwari, & Sharma (2014) yang
menemukan bahwa sejumlah faktor lingkungan seperti pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, status sosial-ekonomi orang tua, media pengajaran, dan
lingkungan fisik berpengaruh signifikan terhadap motivasi akademik siswa.

5

Selanjutnya sosialisasi akademik orang tua dan guru diduga akan
berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Tiwari, Tiwari, & Sharma (2014) yang menemukan bahwa kinerja
sekolah berkorelasi positif dengan motivasi akademik anak, kemudian interaksi
keluarga dengan sekolah ditemukan signifikan terhadap motivasi akademik anak
di sekolah. Epstein et al. (2009) dalam Taylor (2015) menyatakan bahwa siswa
yang orang tuanya terlibat dalam pendidikan memiliki motivasi yang tinggi dan
nilai ujian yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin
menganalisis lebih lanjut pengaruh sosialisasi akademik dari orang tua dan guru
terhadap motivasi berprestasi anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan.
Adapun kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Sosialisasi Akademik
Karakteristik anak
1. Jenis kelamin
2. Usia
Karakteristik keluarga
1. Usia orang tua
2. Lama pendidikan
orang tua
3. Pendapatan/kapita
4. Besar keluarga

Orang tua
Guru
1. Memperoleh pekerjaan dan
pendidikan yang lebih baik
2. Memberi tekanan pada nilai
pendidikan
3. Mengomunikasikan harapan
untuk berprestasi
4. Mendiskusikan strategi belajar
5. Membuat rencana dan
persiapan untuk masa depan
6. Menghubungkan tugas rumah
dan sekolah dengan minat dan
tujuan siswa.

Motivasi
berprestasi
1. Motivasi
internal
2. Motivasi
eksternal

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis sosialisasi akademik dan motivasi berprestasi
anak usia sekolah pada keluarga di perdesaan

METODE
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional study. Lokasi penelitian berada di kecamatan Pamijahan yang diambil
secara purposive sebagai representasi wilayah perdesaan dalam kategori rumah
tangga petani dengan lahan pertanian sawah lima terbesar di Kabupaten Bogor.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2014 sampai Juni 2015. Waktu
penelitian tersebut terhitung dari penyusunan proposal, persiapan, pengumpulan
data, pengolahan, dan analisis data hingga penulisan laporan. Penelitian ini
merupakan bagian dari penelitian payung Hibah Kompetensi dengan judul “Model
Pendidikan Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui Family School Partnership”
oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan Alfiasari, S.P., M.Si.

6

Populasi, Contoh, dan Cara Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga lengkap yang memiliki anak usia
sekolah yang tinggal di wilayah perdesaan di Kabupaten Bogor. Kerangka contoh
adalah populasi yang memiliki anak bersekolah di SDN Ciasihan 1 dan SDN
Ciasmara 1 kelas 4 (empat) dan 5 (lima) SD. Contoh adalah 100 keluarga yang
diambil dari kerangka contoh. Penarikan contoh dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode acak proporsional berdasarkan jumlah siswa kelas 4-5 di sekolah
SDN Ciasihan 1 (142 anak) dan SDN Ciasmara 1 (215 anak) dan berdasarkan
jenis kelamin di kedua sekolah sehingga contoh mempunyai proporsi laki-laki 55
anak dan perempuan 45 anak. Adapun kerangka teknik penarikan contoh dapat
dilihat pada Gambar 2.
Sekolah Dasar di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor (357 anak)

purposive

SDN Ciasmara 1
(215 anak)

purposive

SDN Ciasihan 1
(142 anak)
Kelas 4 SD
(77 anak)
L (35); P (42)
L
(10)

P
(12)

Kelas 5 SD
(65 anak)
L (39); P (26)
L
(11)

P
(7)

Kelas 4 SD
(111 anak)
L (57); P (54)
L
(16)

P
(15)

Kelas 5 SD
(104 anak)
L (64); P (40)
L
(18)

P
(11)

Proportional
random sampling

n = 100 anak
Gambar 2 Kerangka teknik penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung kepada siswa
yang menjadi responden penelitian dengan menggunakan kuesioner terstruktur
yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas instrumennya. Data primer
yang diperoleh meliputi karakteristik anak (jenis kelamin, usia, urutan kelahiran,
dan uang saku), karakteristik keluarga (usia, lama pendidikan, jenis pekerjaan,
pendapatan keluarga, besar keluarga), sosialisasi akademik (orang tua dan guru),
dan motivasi berprestasi (motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik).
Variabel sosialisasi akademik dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan konsep Lewis (2011). Variabel ini memiliki 34 pernyataan persepsi
anak terhadap orang tua dan 34 pernyataan persepsi anak terhadap guru yang
terdiri dari enam dimensi yaitu sosialisasi untuk mendapatkan pendidikan dan
pekerjaan yang lebih baik, memberi tekanan pada nilai pendidikan,
mengomunikasikan harapan untuk berprestasi, mendiskusikan strategi belajar,
membuat rencana dan persiapan untuk masa depan, dan menghubungkan tugas

7

rumah dan sekolah dengan minat dan tujuan anak. Setelah diuji reliabilitas dan
validitas, jumlah pernyataan menjadi 33 pernyataan persepsi anak terhadap orang
tua dan 32 pernyataan persepsi anak terhadap guru. Berdasarkan dimensi,
instrumen sosialisasi akademik orang tua dan guru terdiri dari 8 pernyataan untuk
dimensi mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik, 14 pernyataan
untuk dimensi memberi tekanan pada nilai pendidikan, 14 pernyataan untuk
dimensi mengomunikasikan harapan untuk berprestasi, 11 pernyataan untuk
dimensi mendiskusikan strategi belajar, 8 pernyataan untuk dimensi membuat
rencana dan persiapan untuk masa depan, dan 10 pernyataan untuk dimensi
menghubungkan tugas rumah dan sekolah dengan minat dan tujuan anak.
Selanjutnya variabel motivasi berprestasi diukur dengan memodifikasi instrumen
Lepper, Iyengar, & Corpus (2005). Variabel motivasi berprestasi terdiri dari dua
dimensi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Setelah diuji reliabilitas
dan validitas pernyataan menjadi 29 dari 32 pernyataan dengan 14 pernyataan
motivasi intrinsik dan 15 pernyataan motivasi ekstrinsik. Jenis dan cara
pengambilan data, variabel, jawaban, dan skala disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Variabel, jawaban, dan skala
Variabel
Karakteristik anak
Jenis kelamin
Usia
Urutan kelahiran
Uang saku
Karakteristik keluarga
Usia
Lama pendidikan
Pendapatan keluarga
Besar keluarga
Status pekerjaan

Sosialisasi akademik
Mendapatkan pendidikan dan
pekerjaan yang lebih baik
Memberi tekanan pada nilai
pendidikan
Mengomunikasikan harapan
untuk berprestasi
Mendiskusikan strategi belajar

Jawaban

Skala

[1] laki-laki
[2] perempuan
(...) tahun
Urutan ke (...)
Uang jajan per hari

Nominal

(...) tahun
(...) tahun
Rp(...)
(...) orang
[1] tidak bekerja
[2] petani pemilik
[3] petani penyewa
[4] petani penggarap
[5] petani buruh harian
[6] PNS
[7] pegawai swasta
[8] wirausaha/pedagang
[9] buruh
[10] penambang
[11] lainnya.....
Skala Likert

Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Nominal

4 : selalu/SL
3 : sering/SR
2 : jarang/J
1 : hampir tidak pernah/HTP

Rasio
Nominal
Rasio

Skala

Ordinal

8

Tabel 1 Subvariabel, jawaban, dan skala (lanjutan)
Subvariabel
Sosialisasi akademik
Membuat rencana dan persiapan
untuk masa depan
Menghubungkan tugas rumah dan
sekolah dengan minat dan tujuan
anak
Motivasi berprestasi
Motivasi intrinsik
Motivasi ekstrinsik

Jawaban
Skala Likert
4 : selalu/SL
3 : sering/SR
2 : jarang/J
1 : hampir tidak
pernah/HTP

Skala

Ordinal

Skala Guttman
1 : ya
0 : tidak

Nominal

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry
data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Tahapan editing yaitu
pengecekan terhadap data-data yang telah dikumpulkan melalui pengisian
kuesioner. Coding yaitu pemberian kode tertentu terhadap jawaban responden
untuk memudahkan analisis. Data yang telah di-coding kemudian di-scoring.
Setelah itu data di-entry untuk diolah yang sebelumnya telah di-cleaning agar
tidak ada kesalahan. Semua data diolah menggunakan Microsoft Excel for
Windows dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
Windows. Hasil uji reliabilitas yang mengacu pada nilai Cronbach’s alpha pada
tiap variabel pada sosialisasi akademik dan motivasi berprestasi disajikan dalam
Tabel 2.
Tabel 2 Nilai Cronbach’s alpha pada sosialisasi akademik (orang tua dan guru)
dan motivasi berprestasi
Instrumen
Sosialisasi akademik orang tua
Sosialisasi akademik guru
Motivasi berprestasi

Nilai Cronbach’s Alpha
0,921
0,910
0,634

Berikut ini adalah data yang dikumpulkan dan scoring data yang dipakai
dalam penelitian:
1. Data karakteristik anak terdiri atas jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, dan
uang saku.
2. Data karakteristik keluarga terdiri atas usia ayah dan ibu, lama pendidikan
orang tua, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, besar keluarga, dan
jumlah anak. Usia ayah dan ibu dikategorikan berdasarkan Hurlock (1980)
mulai dari dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan
dewasa lanjut (> 60 tahun). Lama pendidikan orang tua diukur dengan
menghitung lama pendidikan formal terakhir. Sementara itu, jenis pekerjaan
orang tua dikategorikan mulai dari tidak bekerja, petani pemilik, petani
penyewa, petani penggarap, petani buruh harian, PNS, pegawai swasta,
wirausaha/pedagang, buruh, penambang, dan lainnya. Pendapatan keluarga
dikonversikan menjadi pendapatan per kapita yang kemudian dikategorikan

9

3.

menggunakan indikator garis kemiskinan BPS Kabupaten Bogor (BPS 2014).
Selain itu, besar keluarga dikategorikan berdasarkan BKKBN tahun 2005
mulai dari kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (> 7 orang).
Sistem scoring akan dilakukan untuk sosialisasi akademik orang tua,
sosialisasi akademik guru, dan motivasi berprestasi menggunakan rumus:

Y=
Pengkategorian variabel sosialisasi akademik orang tua, sosialisasi akademik guru,
dan motivasi berprestasi dibagi menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Selanjtnya
skor dikategorikan dengan menggunakan cut off point Rendah (0 - < 60), Sedang
(60 - < 80), Tinggi (80 – 100). Analisis data pada penelitian ini mencakup analisis
deskriptif dan analisis inferensia. Analisis data yang digunakan pada setiap
variabel telah disesuaikan dengan tujuan penelitian ditunjukkan sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi identifikasi karakteristik anak, karakteristik keluarga.
Sosialisasi akademik (orang tua dan guru), dan motivasi berprestasi
digunakan analisis statistik deskriptif seperti jumlah, persentase, nilai rataan,
standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum.
2. Untuk menganalisis hubungan karakteristik anak, karakteristik keluarga
dengan sosialisasi akademik (orang tua) digunakan uji korelasi Pearson
(data numerik).
3. Untuk menganalisis hubungan sosialisasi akademik (orang tua dan guru)
dengan motivasi berprestasi digunakan uji korelasi Pearson (data numerik).
4. Untuk menganalisis perbedaan sosialisasi akademik (orang tua dan guru)
dan motivasi berprestasi digunakan uji t-test.
5. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga,
sosialisasi akademik (orang tua dan guru) terhadap motivasi berprestasi
analisis yang digunakan yaitu uji regresi linier berganda. Variabel bebas
yang dimasukkan pada model regresi adalah variabel dengan skala data
rasio. Adapun data ordinal atau nominal tidak dimasukkan karena skala data
tidak dapat memenuhi syarat untuk uji regresi linier.
Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7 + β8X8+ β9X9 +
β10X10 + E
Keterangan :
Y
β 1-10
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8

= Indeks motivasi berprestasi anak
= Konstanta
= Koefisien regresi
= Usia anak (tahun)
= Dummy jenis kelamin (0= perempuan; 1=
laki-laki)
= Usia ayah (tahun)
= Usia ibu (tahun)
= Lama pendidikan ayah (tahun)
= Lama pendidikan ibu (tahun)
= Pendapatan keluarga (Rp/kap/bulan)
= Besar keluarga (orang)

10

X9
X10
Ε

= Sosialisasi akademik orang tua
= Sosialisasi akademik guru
= Error

Definisi Operasional
Contoh adalah keluarga lengkap yang memiliki anak sekolah kelas 4 dan kelas 5
yang bersekolah di SDN Ciasihan 1 dan SDN Ciasmara 1.
Responden adalah anak usia sekolah kelas 4 dan kelas 5 dari keluarga contoh dan
berjumlah 100 anak.
Karakteristik anak adalah ciri yang melekat pada anak yang terdiri dari jenis
kelamin, usia, urutan kelahiran, dan uang saku.
Jenis kelamin anak adalah jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi lakilaki dan perempuan.
Usia adalah usia anak dalam satuan tahun pada saat wawancara berlangsung .
Urutan kelahiran anak adalah kondisi dimana anak lahir menjadi anggota
keluarga sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah, atau anak
bungsu.
Uang saku anak adalah uang jajan yang diberikan orang tua dalam nominal
satuan rupiah per hari.
Karakteristik keluarga adalah ciri yang melekat pada keluarga yang terdiri dari
usia orang tua, lama pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
pendapatan keluarga, dan besar keluarga.
Usia orang tua adalah usia ayah dan ibu berdasarkan tanggal lahir dan
dinyatakan dalam tahun.
Lama pendidikan orang tua adalah lamanya ayah dan ibu menempuh
pendidikan formal yang dinyatakan dalam tahun.
Jenis pekerjaan adalah status yang dikelompokkan menjadi tidak bekerja,
petani pemilik, petani penyewa, petani penggarap, petani buruh harian,
PNS, pegawai swasta, wirausaha/pedagang, buruh, penambang, dan
lainnya.
Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diterima keluarga baik
itu dari ayah, ibu, maupun anggota lainnya, serta dinyatakan dalam rupiah
per bulan.
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah.
Sosialisasi akademik adalah proses bagaimana orang tua dan guru mengenalkan,
memberikan kebiasaan, hingga tertanam nilai-nilai pendidikan pada anak
yang diukur melalui enam dimensi yaitu sosialisasi untuk mendapatkan
pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik, memberi tekanan pada nilai
pendidikan, mengomunikasikan harapan untuk berprestasi, mendiskusikan
strategi belajar, membuat rencana dan persiapan untuk masa depan, dan
menghubungkan tugas rumah dan sekolah dengan minat dan tujuan anak.
Motivasi berprestasi anak adalah keinginan dan dorongan anak untuk memiliki
prestasi yang diukur melalui dua dimensi yaitu motivasi berprestasi
intrinsik dan ekstrinsik.

11

Motivasi berprestasi intrinsik adalah keinginan dan dorongan yang tumbuh
dari dalam diri anak untuk memiliki prestasi yang meliputi tantangan, rasa
ingin tahu, dan penguasaan independen.
Motivasi berprestasi ekstrinsik adalah keinginan dan dorongan yang tumbuh
karena faktor dari luar seperti keinginan memiliki pekerjaan yang mudah,
guru yang menyenangkan, tergantung pada guru, dan imbalan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Anak
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar anak berada pada
umur 11 tahun, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Usia maksimum
anak adalah 13 tahun dan usia minimum adalah 9 tahun dengan rata-rata capaian
usia anak adalah 11 tahun. Berdasarkan kategori jenis kelamin , jumlah anak lakilaki dan perempuan pada penelitian ini tidaklah sama yaitu anak laki-laki sedikit
lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Adapun rata-rata usia siswa
laki-laki menunjukkan pada usia 11,23 tahun dan rata-rata usia anak perempuan
berusia 10,71 tahun. Tabel 3 di bawah ini memperlihatkan lebih jelas sebaran
anak menurut usia dan jenis kelamin.
Tabel 3 Sebaran anak menurut kategori usia dan jenis kelamin
Usia (Tahun)
9
10
11
12
13
Total

n
0
10
27
13
5
55

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
%
n
%
0,0
1
2,2
18,2
16
35,6
49,1
23
51,1
23,6
5
11,1
9,1
0
0,0
100,0
45
100,0

Total
N
1
26
50
18
5
100

%
1,0
26,0
50,0
18,0
5,0
100,0

Gambar 3 menunjukkan bahwa baik pada anak laki-laki maupun anak
perempuan proporsi terbesar memiliki uang saku kurang dari Rp5.000,00. Selain
itu, terlihat bahwa anak perempuan memiliki uang saku kurang dari Rp5.000,00
dan Rp5.000,00-Rp10.000,00 lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Dari
keseluruhan data, rata-rata uang saku yang dimiliki anak sebesar Rp4.070,00.
Jumlah uang saku terbanyak yang dimiliki anak sebesar Rp15.000,00, sedangkan
uang saku terkecil yang dimiliki anak sebesar Rp1.000,00.

12

1,5
2,3

Rp>10.000

16,7
17,7

Rp5.000-Rp10.000

perempuan
81,8
80,0

Rp> 5.000
0,0

50,0
persentase

laki-laki

100,0

Gambar 3 Sebaran anak berdasarkan uang saku dan jeis kelamin

Gambar 4 merupakan sebaran anak berdasarkan urutan kelahiran anak.
Urutan kelahiran anak terbagi menjadi tiga kategori yaitu anak sulung (pertama),
anak tengah, dan anak bungsu (terakhir). Gambar tersebut menunjukkan bahwa
anak tengah memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan urutan
kelahiran lainnya baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Artinya lima
dari sepuluh anak laki-laki dan perempuan mempunyai kakak dan adik, sehingga
keluarga harus melakukan pengasuhan dengan berbagai macam jenis umur.

persentase

100,0
49,0 46,7
27,3

50,0

23,7

17,8

35,5

Laki-laki
Perempuan

0,0
Sulung

Tengah

Bungsu

Gambar 4 Sebaran anak berdasarkan urutan kelahiran anak dan jenis kelamin

Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga terdiri atas usia orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga. Gambar 5
merupakan sebaran keluarga berdasarkan pengkategorian masa dewasa (dewasa
muda, dewasa madya, dan dewasa lanjut) yang mengacu pada Hurlock (1980).
Gambar 5 memperlihatkan bahwa usia ayah lebih dari separuhnya termasuk ke
dalam kategori dewasa madya. Berlainan dengan itu, usia ibu lebih dari
separuhnya berada pada kategori dewasa muda. Usia termuda pada ayah dan ibu
adalah 27 tahun dan 23 tahun, sedangkan usia tertua pada usia ayah dan ibu adalah
80 tahun dan 75 tahun. Rata-rata usia ayah berusia 44,03 tahun dan rata-rata usia
ibu 38,19 tahun.

persentase

100,0
50,0

62,0
39,0

56,0
37,0

Ayah %
5,0 1,0

Ibu %

0,0
Dewasa
Muda (2040 tahun)

Dewasa
madya (4165 tahun)

Dewasa
lanjut (> 65
tahun)

Gambar 5 Sebaran keluarga berdasarkan usia ayah dan ibu

13

Tingkat pendidikan ayah dan ibu pada hasil penelitian terlihat bahwa lebih
dari separuh dari jumlah ayah maupun ibu berpendidikan sampai tamat SD.
Sementara itu, lebih dari satu per empat ayah dan ibu berpendidikan tidak tamat
SD. Pendidikan terendah ayah dan ibu dengan status pendidikan tidak bersekolah
sebanyak 3 orang dan 2 orang. Rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu yaitu 6,12
tahun dan 5,79 tahun. Tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai ayah dan ibu
adalah perguruan tinggi dengan persentase yang sama yaitu 1 persen (Gambar 6).
100,0
80,0
53,0 52,0

60,0
40,0
20,0

24,0

32,0

3,0 2,0

Ayah %
14,0 12,0

5,0 1,0

1,0 1,0

Ibu %

0,0
Tidak
sekolah

Tidak
Tamat SD
tamat SD

Tamat
SMP

Tamat
SMA

Perguruan
tinggi

Gambar 6 Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pedidikan ayah dan ibu

Hasil berdasarkan jenis pekerjaan orang tua menunjukkan bahwa jumlah
pekerjaan ayah terbanyak berada pada wirausaha/dagang, buruh, dan petani buruh
harian. Sementara jumlah pekerjaan ibu terbanyak pada tidak bekerja, petani
buruh harian, dan profesi lainnya. Penjelasan lebih lanjut disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran keluarga menurut jenis pekerjaan ayah dan ibu
Pekerjaan Orang Tua

Ayah

Ibu

Tidak bekerja
Petani pemilik
Petani penyewa
Petani penggarap
Petani buruh harian
PNS
Pegawai swasta
Wirausaha/pedagang
Buruh
Penambang
Lainnya
Total

1,0
5,0
1,0
3,0
13,0
0,0
4,0
36,0
26,0
0,0
11,0
100,0

74,0
0,0
0,0
2,0
6,0
0,0
0,0
6,0
1,0
0,0
11,0
100,0

Pada penelitian ini tingkat kemiskinan keluarga dibagi menurut kategori
Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 Kabupaten Bogor. Kategori kemiskinan
kabupaten diambil dari garis kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2014 yaitu
sebesar Rp271.970,00. Hasil penelitian menemukan bahwa rata-rata pendapatan
per kapita per bulan orang tua berada pada kisaran Rp359.000,00, dengan minimal
pendapatan/kapita/bulan Rp37.500,00 dan maksimal Rp4.285.714,00. Lebih dari
separuh total anak baik laki-laki maupun perempuan berasal dari keluarga tidak
miskin. Namun, keluarga miskin pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan

14

keluarga dari anak laki-laki. Sebaran pendapatan orang tua disajikan pada Gambar
7.
100,0
80,0
60,0

45,5 46,7

54,5 53,3
Laki-laki
Perempuan

40,0
20,0
0,0
Miskin

Tidak miskin

Gambar 7 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga dan jenis kelamin

Besar keluarga pada penelitian ini dibagi menurut kategori Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kategori keluarga
kecil berjumlah kurang atau sama dengan 4 orang. Kategori keluarga sedang
berjumlah 5-7 orang. Selanjutnya, keluarga besar adalah keluarga dengan anggota
mencapai lebih dari 7 orang. Hasil penelitian menemukan total keluarga sedang
jauh lebih banyak dibandingkan dengan keluarga kecil dan besar. Namun, jika
dibandingkan dari keduanya keluarga kecil memilliki persentase lebih tinggi
daripada keluarga besar. Jumlah besar keluarga terkecil yaitu 3 anggota keluarga
dan terbesar 10 anggota keluarga dengan rata-rata besar keluarga 5,3 orang.
Sebaran besar keluarga disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga dan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Total
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Keluarga kecil (≤ 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (> 7 orang)
Total

38,1
52,8
9,1

28,9
57,8
13,3

34,0
55,0
11,0
100,0

Sosialisasi Akademik
Hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 6 menunjukkan bahwa capaian
sosialisasi akademik orang tua lebih tinggi dibandingkan dengan sosialisasi
akademik guru. Dilihat dari dimensi sosialisasi akademik orang tua, dimensi
sosialisasi untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik,
capaiannya lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi lainnya. Sementara pada
sosialisasi akademik guru, dimensi sosialisasi untuk memberi tekanan pada nilai
pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi lainnya. Hasil penelitian
menunjukkan adanya persamaan antara sosialisasi akademik orang tua dan guru
yaitu masih rendahnya dalam memberikan sosialisasi untuk mendiskusikan
strategi belajar dan menghubungkan tugas rumah dan sekolah dengan minat dan
tujuan anak. Beberapa dimensi sosialisasi akademik orang tua yang memiliki
capaian minimal nol (0) yaitu sosialisasi untuk mendiskusikan strategi belajar;
membuat rencana dan persiapan untuk masa depan; dan menghubungkan tugas

15

rumah dan sekolah dengan minat dan tujuan anak. Artinya terdapat anak yang
hampir tidak pernah mendapatkan sosialisasi untuk mendiskusikan strategi
belajar; membuat rencana dan persiapan untuk masa depan; dan menghubungkan
tugas rumah dan sekolah dengan minat dan tujuan anak dari orang tuanya.
Sementara sosialisasi akademik guru dari seluruh dimensi hanya dimensi
sosialisasi untuk mendiskusikan strategi belajar yang tidak memiliki capaian
minimal nol (0). Artinya terdapat anak yang hanya mendapatkan sosialisasi untuk
mendiskusikan strategi belajar dari guru, sementara untuk dimensi lainnya anak
hampir tidak pernah mendapatkan pengenalan dan penanaman nilai-nilai
akademik di luar strategi belajar.
Tabel 6 Nilai minimum, maksimum, rataan, dan standar deviasi indeks
sosialisasi akademik
Subvariabel
Sosialisasi akademik
Memperoleh
pekerjaan dan
pendidikan yang
lebih baik
Memberi tekanan
pada nilai
pendidikan
Mengomunikasikan
harapan untuk
berprestasi
Mendiskusikan
strategi belajar
Membuat rencana
dan persiapan
untuk masa depan
Menghubungkan
tugas rumah dan
sekolah dengan
minat dan tujuan
anak

Minimal
Orang
Guru
tua
12
6

Maksimal
Rataan ± Standar Deviasi
Orang
Guru
Orang tua
Guru
tua
100
95 60,31 ± 17,66
51,62 ± 17,29

8

0

100

100

67,39 ± 25,60

57,12 ± 29,95

9

0

100

100

64,82 ± 20,92

59,00 ± 21,62

4

0

100

100

64,53 ± 22,18

57,27 ± 23,95

0

13

100

100

54,44 ± 21,62

53,95 ± 20,32

0

0

100

100

62,68 ± 29,37

47,26 ± 30,34

0

0

100

86

48,84 ± 21,79

31,06 ± 19,75

Tabel 7 menunjukkan bahwa proporsi terbesar anak laki-laki dan perempuan
mempersepsikan bahwa sosialisasi akademik dari orang tua secara total berada
pada kategori rendah. Proporsi terbesar kedua pada kategori sedang dan terkecil
pada kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima dari enam dimensi
sosialisasi akademik orang tua pada anak laki-laki berada pada kategori rendah
yakni sosialisasi untuk memperoleh pekerjaan dan pendidikan yang lebih baik;
mengomunikasikan harapan untuk berprestasi; mendiskusikan strategi belajar;
membuat rencana dan persiapan untuk masa depan; dan menghubungkan tugas
rumah dan sekolah dengan minat dan tujan anak. Sementara pada anak perempuan,
seluruh dimensi dan sosialisasi akademik orang tua secara total berada pada
kategori rendah. Artinya bahwa orang tua masih kurang dalam menyosialisasikan

16

nilai-nilai akademik pada anak seperti orang tua hampir tidak pernah menawarkan
untuk mengerjakan PR, hampir tidak pernah memasukan anak ke tempat les,
hampir tidak pernah memberikan PR tambahan, hampir tidak pernah menetapkan
jam belajar yang rutin di rumah, hampir tidak pernah berinteraksi dengan guru di
sekolah, dan hampir tidak pernah terlibat dalam minat dan hobi anak.
Tabel 7 Sebaran anak berdasarkan kategori sosialisasi akademik orang tua dan
jenis kelamin anak (%)
Subvariabel
Sosialisasi akademik
Memperoleh pekerjaan
dan pendidikan yang
lebih baik
Memberi tekanan pada
nilai pendidikan
Mengomunikasikan
harapan untuk berprestasi
Mendiskusikan strategi
belajar
Membuat rencana dan
persiapan untuk masa
depan
Menghubungkan tugas
rumah dan sekolah
dengan minat dan tujuan
anak

Rendah
LakiPerem
laki
puan
40,0
55,5

Sedang
LakiPerem
laki
puan
41,8
33,3

Tinggi
LakiPerem
laki
puan
18,2
11,2

32,7

46,7

23,6

26,6

43,7

26,7

20,0

44,4

47,3

24,4

32,7

31,2

34,6

46,7

32,7

22,2

32,7

31,9

58,2

60,0

29,1

26,7

12,7

13,3

40,0

53,4

25,5

20,0

34,5

26,6

71,0

80,0

16,3

8,9

12,7

11,1

Hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa proporsi terbesar seluruh
dimensi dan sosialisasi akademik guru secara total pada anak laki-laki dan
perempuan berada pada kategori rendah. Proporsi terbesar kedua pada kategori
sedang dan terkecil pada kategori tinggi. Artinya bahwa guru masih kurang dalam
memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai pendidikan. Hal ini terjadi karena
guru di perdesaan hampir tidak pernah mengingatkan bahwa anak harus
mempunyai pekerjaan yang lebih baik dibandingkan orang tuanya, hampir tidak
pernah mengingatkan anak bahwa untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik
maka anak harus bersekolah, hampir tidak pernah menawarkan pada anak untuk
membantu mengerjakan PR, hampir tidak pernah menanyakan kegiatan apa saja
yang dilakukan selama di sekolah, hampir tidak pernah mengungkapkan rasa
bangganya ketika anak rajin belajar, hampir tidak pernah memuji ketika anak
berhasil mendapatkan nilai yang bagus, hampir tidak pernah menyarankan anak
untuk les tambahan, hampir tidak pernah memberikan PR tambahan, hampir tidak
pernah menyarankan untuk menetapkan jam belajar yang rutin di rumah, hampir
tidak pernah mengetahui kebiasaan belajar anak, hampir tidak pernah mendorong
anak untuk mencari tahu apa cita-citanya, hampir tidak pernah mengajarkan
bahwa penting untuk membuat rencana masa depan, hampir tidak pernah tahu
cita-cita anak, hampir tidak pernah mengajak berdiskusi tentang apa yang ingin
anak lakukan di masa depan, hampir tidak pernah mendorong anak untuk

17

mengembangkan hobinya, hampir tidak pernah berinteraksi dengan orang tua,
hampir tidak pernah terlibat dalam minat dan hobi anak, hampir tidak pernah
memberi hadiah sesuai dengan kesukaan anak, dan guru hampir tidak pernah
mengetahui aktivitas apa saja yang suka dilakukan anak di sekolah. Hanya 5,4
persen anak laki-laki dan 6,7 persen anak perempuan yang merasa bahwa guru
telah memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai tentang pendidikan yang
tinggi pada dirinya.
Tabel 8 Sebaran anak berdasarkan kategori sosialisasi akademik guru dan jenis
kelamin (%)
Subvariabel
Sosialisasi akademik
Memperoleh pekerjaan
dan pendidikan yang
lebih baik
Memberi tekanan pada
nilai pendidikan
Mengomunikasikan
harapan untuk berprestasi
Mendiskusikan strategi
belajar
Membuat rencana dan
persiapan untuk masa
depan
Menghubungkan tugas
rumah dan sekolah
dengan minat dan tujuan
anak

Rendah
LakiPerem
laki
puan
77,8
67,3

Sedang
LakiPerem
laki
puan
15,5
27,3

Tinggi
LakiPerem
laki
puan
6,7
5,4

49,0

64,4

27,4

11,1

23,6

24,5

41,9

55,5

38,1

26,7

20,0

17,8

56,4

55,5

21,8

17,8

21,8

26,7

72,7

66,7

16,4

15,5

10,9

17,8

63,6

75,5

18,2

6,7

18,2

17,8

98,2

86,7

0,0

4,4

1,8

8,9

Motivasi Berprestasi
Hasil penelitian pada Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan capaian pada
motivasi berprestasi intrinsik anak lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi
berprestasi ektrinsik. Sementara rataan secara total adalah 67,78 dengan rataan
minimal-maksimal adalah 36 dan 93. Hasil ini dilihat berdasarkan rata-rata indeks
motivasi berprestasi.
Tabel 9 Nilai minimum, maksimum, rataan, dan standar deviasi indeks motivasi
berprestasi
Subvariabel
Intrinsik
Ekstrinsik

Minimal
14
6

Maksimal
100
100

Rataan ± Standar Deviasi
72,03 ± 18,63
63,76 ± 19,47

Hasil pada Tabel 10 menunjukkan bahwa baik pada anak laki-laki maupun
anak perempuan motivasi berprestasi intrinsik anak SD di perdesaan berada pada
kategori sedang. Artinya bahwa anak sudah cukup memiliki keinginan untuk

18

berprestasi yang berasal dari faktor dirinya sendiri. Sementara motivasi
berprestasi eksrinsik anak laki-laki dan perempuan berada pada kategori rendah.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa anak SD di perdesaan lebih memiliki
motivasi berprestasi intrinsik dibandingkan denga