Identifikasi Organisme Pengganggu Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi Jawa Barat

IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
GANDUM (Triticum aestivum L.) DI KUNINGAN
DAN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

MANSYUR TRI WIDODO

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Organisme
Penganggu Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor,
Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014
Mansyur Tri Widodo
NIM A34090037

ABSTRAK
MANSYUR TRI WIDODO. Identifikasi Organisme Penganggu Tanaman
Gandum (Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Dibimbing oleh DEWI SARTIAMI dan EFI TODING TONDOK.
Pengembangan tanaman gandum di Indonesia terus diupayakan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat. Salah satu kendala
dalam upaya pengembangannya diantaranya adalah adanya serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menurunkan hasil produksi. Informasi
mengenai OPT yang menyerang gandum galur introduksi (SO9) dan hasil
pemuliaan secara mutasi (Kasifbey) yang dikembangkan oleh Institut Pertanian
Bogor (IPB) belum ada, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui organisme penganggu utama pada gandum galur
SO9 dan Kasifbey. Pengamatan dilakukan di dua lokasi penanaman yaitu di Desa

Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor (705 m dpl) dan Desa
Cilimus, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan (418 m dpl) Provinsi Jawa
Barat. Pengamatan dilakukan terhadap gejala serangan organisme pengganggu
tanaman yang muncul, kemudian dihitung luas serangan serangga dan kejadian
penyakitnya. Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan
diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. Serangga yang
ditemukan pada tanaman gandum yaitu beberapa spesies ulat dari ordo
Lepidoptera dan beberapa jenis spesies kutu daun (Hemiptera: Aphididae), spesies
Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae), Nezara viridula (Hemiptera: Pentatomidae),
Leptocorisa oratorius (Hemiptera: Alydidae), uret (Coleoptera: Scarabaeidae),
dan penggerek batang. Patogen yang ditemukan adalah Fusarium sp.,
Helminthosporium sp., Phoma sp., Curvularia sp., dan Alternaria sp.. Serangga
dominan di masing-masing lokasi pengamatan berbeda. Spesies Oxya sp. sebagai
serangga dominan di lahan gandum Kuningan dan menyerang kedua galur dengan
luas serangan dapat mencapai 100%. Spesies Mythymna unipuncta sebagai
serangga dominan di Cisarua dengan luas serangannya mencapai diatas 50%.
Kejadian penyakit paling tinggi disebabkan oleh Helminthosporium sp., terjadi di
kedua lokasi dan menyerang kedua galur gandum dengan kejadian penyakitnya
dapat mencapai 100%. Gandum hasil pemuliaan tanaman lebih banyak terserang
serangga dan patogen dibandingkan gandum introduksi.

Kata kunci: Gandum, Triticum aestivum, Oxya sp., Mythymna unipuncta,
Helminthosporium sp.

ABSTRACT
MANSYUR TRI WIDODO. Identification of Plant Pest Organisms on Wheat
(Triticum aestivum L.) at Kuningan and Bogor, West Java Province. Supervised
by DEWI SARTIAMI and EFI TODING TONDOK.
The development of wheat crops in Indonesia has been struggling to fulfill
domestic needs which increase over time. Information about plant pest organisms
which attack introduced (SO9) and IPB bred strain (Kasifbey) wheat is one of the
main constraints to maintain production capacity of the wheat crops. Therefore,
this research needs to be performed. The aim of this research is to find out
information about the plant pest organisms on the SO9 and Kasifbey wheat.
Observations on the crops have been conducted at the two places cultivation: in
Leuwimalang village, Cisarua Subdistrict, Bogor District (705 m above sea
surface) and in Cilimus village, Cilimus Subdistrict, Kuningan District (418 m
above sea surface) West Java Province. Symptoms of the plant pest organisms
which appear on the crops were observed. Subsequently, the extent and intensity
of the pest attacks on the crops were quantified. Finally, the samples of the
diseased crops and insects were identified at the laboratory using determination

key identification. The insects which found on the wheat crops are some species
of the Lepidoptera caterpillars and several species of aphids (Hemiptera:
Aphididae), species of Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae), Nezara viridula
(Hemiptera: Pentatomidae), Leptocorisa oratorius (Hemiptera: Alydidae), white
grub larvae (Coleoptera: Scarabaeidae), and stem borer. Pathogens which are
found on the wheat crops: Fusarium sp., Helminthosporium sp., Phoma sp.,
Curvularia sp., and Alternaria sp.. The dominant pest in each location are
different. The Oxya sp. is a dominant pest in Kuningan and attacks 100% of the
sample area of the SO9 and Kasifbey wheat crops. On the other hand, Mythymna
unipuncta is a dominant pest in Cisarua with more than 50% attacked area.
Diseases of the wheat crops at both location are mostly caused by the
Helminthosporium sp. with 100% diseases incidence. The Kasifbey is more
frequently attacked by insects and pathogens than the SO9.
Keywords: Wheat, Triticum aestivum, Oxya sp., Mythymna unipuncta,
Helminthosporium sp.

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
GANDUM (Triticum aestivum L.) DI KUNINGAN
DAN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

MANSYUR TRI WIDODO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman


DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

: Identifikasi Organisme Pengganggu Tanaman Gandum
(Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi
Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Mansyur Tri Widodo
NIM
: A34090037

Disetujui oleh,

Dra. Dewi Sartiami, MSi
Dosen Pembimbing I


Dr. Efi Toding Tondok, SP. MSc
Dosen Pembimbing II

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus:

Judul Skripsi

: Identiflkasi Organisme Pengganggu Tanaman Gandum
(Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi
Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Mansyur Tri Widodo
A34090037
NIM

Disetujui oleh,


Dra. Dewi Sartiami. MSi
Dosen Pembimbing I

Dr. Efl Toding Tondok. SP. MSc
Dosen Pembimbing II

Nawangsih. MSi
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

I

Tanggallulus:

2 0 JAN 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan
penelitian tugas akhir ini yang berjudul “Identifikasi Organisme Pengganggu

Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi Jawa
Barat”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dra. Dewi
Sartiami, MSi dan Dr. Efi Toding Tondok SP. MSc selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan saran, arahan, dan motivasi sehingga penelitian ini dapat
penulis selesaikan dengan baik; Ir. Titiek Siti Yuliani SU selaku dosen penguji
tamu yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan
skripsi; Ir. Djoko Prijono MAgr.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan banyak saran terhadap penulis. Ucapan terimakasih kepada
teman-teman proteksi tanaman angkatan 46 yang telah memberikan banyak kritik,
saran, dan motivasi selama proses penyelesaian penelitian tugas akhir.
Terimakasih juga kepada Abun yang telah banyak membantu selama kegiatan
penelitian, serta kepada Ina Rubiatul Hasanah yang selalu memberikan doa,
semangat, dan dukungan yang baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Bapak
Mutoib dan Ibu Irianti Ningsih, serta Mas Sigit dan Mbak Beti yang telah
memberikan doa, kasih sayang, motivasi, dan inspirasi yang begitu luas biasa.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga hasil
penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Mansyur Tri Widodo

viii

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Penentuan Petak Tanaman Contoh dan Tanaman Contoh
Pengamatan
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Pengamatan
Serangga OPT pada Tanaman Gandum

Belalang
Kutudaun
Ulat
Gejala oleh Penggerek Batang
Uret
Walang Sangit
Kepik Hijau
Pembahasan Umum Serangga Pengganggu pada Tanaman Gandum
Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman Gandum
Hawar Helminthosporium
Hawar Malai Fusarium
Hawar Malai Phoma
Hawar Malai Curvularia
Hawar malai Alternaria
Pembahasan Umum Penyakit pada Gandum
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
3
3
3
3
3
4
4
5
5
6
7
9
11
15
16
17
18
19
20
20
22
24
26
27
27
29
29
29
30
32
34

x

DAFTAR TABEL
1 Kondisi lokasi lahan pertanaman gandum serta budidayanya
2 Serangga OPT ditemukan pada tanaman gandum
3 Penyakit yang ditemukan pada tanaman gandum

5
6
20

DAFTAR GAMBAR

1
2

Lahan gandum di lokasi penelitian
5
Curah hujan pada bulan Februari 2013 sampai April 2013 di dua
lokasi penanaman gandum
6
3 Persentase luas serangan belalang pada gandum introduksi dan hasil
pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)
7
4 Belalang Oxya sp. pada tanaman gandum
8
5 Persentase luas serangan kutudaun pada gandum introduksi dan hasil
pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)
10
6 Kutudaun pada gandum
11
7 Ulat pada gandum
13
8 Persentase luas serangan ulat pada gandum introduksi dan hasil
pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)
14
9 Penggerek batang pada gandum
15
10 Uret pada gandum
17
11 Walang sangit pada gandum
18
12 Kepik hijau pada gandum
19
13 Persentase kejadian penyakit hawar Helminthosporium pada
gandum introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan
Kuningan (K)
21
14 Penyakit hawar Helminthosporium
22
15 Persentase kejadian penyakit hawar malai Fusarium pada gandum
introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K) 23
16 Penyakit hawar malai Fusarium
24
17 Penyakit hawar malai Phoma
25
18 Persentase kejadian penyakit hawar malai Phoma pada gandum
introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K) 25
19 Penyakit hawar malai Curvularia
26
20 Penyakit hawar malai Alternaria
27

xii

DAFTAR LAMPIRAN
1 Persentase rata-rata luas serangan hama atau kejadian penyakit pada
gandum di Cisarua dan Kuningan
2 Persentase rata-rata luas serangan hama atau kejadian penyakit terhadap
sumber benih gandum

33
33

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi
tantangan yang kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.
Berdasarkan data statistik bahwa pada tahun 2013 jumlah penduduk di Indonesia
sekitar 242 juta jiwa dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar 1.49%.
Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi berdampak pada peningkatan
ketersediaan pemenuhan pangan dalam negeri. Salah satunya adalah peningkatan
komoditas pangan dari bahan dasar gandum.
Ditinjau dari kandungan nutrisi, gandum merupakan tanaman serealia yang
memiliki komposisi nutrisi lebih tinggi dari tanaman serealia lain. Komposisi
protein gandum (13%), jagung, dan oats (10%), padi (8%), barley dan rye (71%).
Gandum memiliki kandungan glutein yang tinggi sampai 80%. Kandungan ini
merupakan karakter kandungan fitokimia yang khas dibandingkan dengan
serealia lain. Glutein merupakan protein yang bersifat kohesif dan liat yang
berperan sebagai zat penentu elastisitas adonan berbasis tepung (Sleper dan
Poehlman 2006).
Tanaman gandum yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sudah
menjadi sumber bahan pangan alternatif yang merata bagi masyarakat Indonesia.
Beberapa manfaat dari olahan gandum yang sering dikonsumsi masyarakat adalah
sebagai makanan ringan roti, biskuit, es krim, makaroni, dan kue. Beragamnya
produk olahan berupa terigu menyebabkan permintaan gandum meningkat
sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat terkait dengan pendapatan dan
laju pertambahan penduduk yang selalu meningkat (Adnyana et al. 2006).
Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor gandum terbesar kedua di
dunia. Berdasarkan laporan United State Department of Agriculture (USDA) Mei
2012, impor gandum Indonesia diprediksi mencapai 7.1 juta ton, dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang hanya 6.7 juta ton (Detikfinance 2012).
Berdasarkan kondisi tersebut, jika volume impor gandum terus meningkat maka
dapat mengurangi devisa negara. Mengatasi hal tersebut, pemerintah telah
berupaya membudidayakan tanaman gandum di Indonesia dengan cara introduksi
gandum dari negara lain dan pemuliaan tanaman dengan berbagai macam metode.
Pengembangan gandum di Indonesia diharapkan dapat mengurangi atau bahkan
tanpa impor.
Gandum sudah diintroduksi ke Indonesia sejak tahun 1784 dan ditanam
dalam areal yang tidak terlalu luas serta dirotasikan dengan tanaman padi atau
palawija pada daerah dataran tinggi di Pulau Jawa. Namun kegiatan penelitian
baru dirintis sejak tahun 1972 (Van Ginkel dan Villareal 1996). Sampai sekarang
proses pengembangan tanaman gandum di Indonesia masih terus dilakukan untuk
memperoleh varietas gandum yang toleran di dataran rendah maupun dataran
tinggi.
Indonesia mempunyai potensi lahan untuk mengembangkan tanaman
gandum seluas 73 455 ha yang tersebar di 15 provinsi. Lahan pengembangan
gandum terluas di provinsi Bengkulu seluas 30 800 hektar dan terkecil di
Sumatera Barat seluas 125 hektar, sehingga peluang untuk mengembangkan
gandum cukup terbuka (Dirjen Tanaman Pangan 2010).

2
Sebagai tanaman subtropik yang dibudidayakan di lingkungan tropik,
gandum mengalami kendala terhadap adaptasi lingkungan. Masalah lainnya
adalah adanya organisme pengganggu tanaman. Serangan organisme penganggu
tanaman (OPT) pada budidaya tanaman gandum tidak boleh diabaikan. Jika
serangannya melebihi ambang ekonomi, maka dapat menurunkan tingkat
produktivitas tanaman gandum.
Pengembangan budidaya gandum yang dilakukan oleh Departemen
Agronomi dan Hortikultura IPB, salah satunya mengalami kendala serangan
organisme penganggu tanaman. Informasi mengenai organisme pengganggu yang
menyerang tanaman gandum hasil pemuliaan dan introduksi belum ada, sehingga
penelitian ini perlu dilakukan. Informasi ini dapat digunakan sebagai salah satu
dasar pemilihan galur maupun pengelolaan budidaya tanaman gandum agar
didapatkan galur tahan dan dapat mengurangi kehilangan hasil produksi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui organisme penganggu
tanaman gandum introduksi dan hasil pemuliaan secara mutasi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai organisme
penggangu tanaman pada tanaman gandum, serta sebagai salah satu dasar
pemilihan galur maupun pengelolaan budidaya tanaman gandum.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Pengamatan dilakukan di dua lokasi yang berbeda yaitu di Desa
Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dan di Desa Cilimus,
Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Identifikasi
serangga dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Identifikasi
patogen dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung mulai
bulan Februari 2013 sampai Agustus 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman gandum galur
Kasifbey (tetua benih dari negara Turki) hasil pemuliaan secara mutasi dan galur
SO9 (dari negara Meksiko) sebagai tanaman introduksi. Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian adalah kantong plastik berukuran 20 x 30 cm, gunting,
mikroskop compound, mikroskop stereo, cawan petri, kaca preparat, dan kamera
digital.
Metode Penelitian
Penentuan Petak Tanaman Contoh dan Tanaman Contoh
Pengamatan OPT pada tanaman gandum dilakukan di dua lokasi dengan
luas areal masing-masing ± 2000 m². Lokasi lahan di Desa Cisarua dan Cilimus
masing-masing berada pada ketinggian 705 m dan 418 m di atas permukaan laut.
Pemilihan tanaman contoh berdasarkan dua variabel, yaitu penanaman dengan
perlakuan hasil pemuliaan secara mutasi dan uji introduksi. Galur yang
digunakan dalam penanaman gandum bervariasi, karena digunakan untuk uji
pemuliaan secara mutasi dan uji introduksi tanaman gandum.
Pengamatan OPT dilakukan pada dua galur yang berbeda yaitu galur
Kasifbey (hasil pemuliaan tanaman secara mutasi) dan galur SO9 (hasil
introduksi). Penentuan plot tanaman contoh dipilih berdasarkan pertimbangan
bahwa semua petak tanaman terpilih tersebut berada di tengah lahan gandum,
sedangkan galur yang lain petak tanamannya ada yang di tengah dan pinggir.
Galur lain yang ditanam di lahan yang merupakan hasil pemuliaan secara mutasi
adalah tanaman galur Oasis, Basribey, dan Rabe. Galur lain yang merupakan hasil
introduksi yaitu galur Munal, SBR, SBD, Waxming, YMH, H2O, SO3, dan SO8.
Selain itu, ditanam juga gandum dengan varietas Selayar, Nias, dan Dewata yang
merupakan varietas lokal sebagai tanaman pembanding.
Tanaman contoh dengan perlakuan uji mutasi dan introduksi ditanam
dengan cara penanaman benih dalam bentuk alur larikan. Masing-masing tanaman
contoh terdapat tiga petak ulangan. Ukuran luas per petak adalah 4.5 m x 1.5 m.
Masing-masing petakan tanaman contoh terbagi dalam 3 plot pengamatan dengan
ukuran luas 1 m x 0.5 m. Jumlah keseluruhan plot pengamatan pada petakan
tanaman contoh dengan perlakuan uji mutasi dan uji introduksi masing-masing
sebanyak 9 plot.

4
Pengamatan
Pengamatan OPT dilakukan secara langsung pada tanaman. Pengamatan
tersebut dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali, selama 3 bulan sejak awal
penanaman (fase vegetatif) sampai dengan tanaman gandum panen (fase
generatif).
Tanaman contoh diamati di semua bagian tanaman terhadap serangan OPT.
Tanaman yang bergejala dicatat dan dilakukan perhitungan terhadap luas serangan
hama dan kejadian penyakit. Selain itu, dicatat gambaran umum lokasi
pengamatan dan gejala serangan didokumentasikan.
Serangga yang belum teridentifikasi diambil dan dimasukkan ke dalam
plastik. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara makroskopis atau mikroskopis
di Laboratorium. Setiap jenis serangga diproses dengan cara yang berbeda
sebelum diidentifikasi, yaitu ada yang melalui awetan kering, awetan basah
(alkohol), dan pembuatan preparat.
Serangan patogen diamati pada semua bagian tanaman yang berada di plot
pengamatan, lalu contoh tanaman sakit dibawa untuk diidentifikasi di
Laboratorium. Identifikasi patogen yang disebabkan oleh cendawan menggunakan
kunci identifikasi Barnett dan Hunter (1999).
Serangan OPT dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang terserang
terhadap jumlah tanaman yang diamati, menggunakan rumus berikut:

L = Serangan OPT
n = jumlah tanaman yang terserang
N = jumlah tanaman yang diamati
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah (Spit plot
Design) dengan dua faktor (lokasi dan sumber benih) dan tiga ulangan. Data luas
serangan hama dan kejadian penyakit yang diperoleh disajikan dalam Microsoft
Exel 2010 dan dianalisis dengan menggunakan program Statistical Analytical
Science for Windows (SAS versi 9.1) dan dengan uji selang berganda Duncan
pada taraf 5%.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Pengamatan
Lahan gandum yang diamati adalah lahan bersama dengan peneliti
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Pengamatan
bersama ini dilakukan terhadap perkembangan dan pertumbuhan beberapa galur
gandum hasil persilangan, introduksi, dan pemuliaan tanaman secara mutasi. Pada
Tabel 1 di bawah ini terdapat kondisi umum di kedua lokasi penelitian dan
budidayanya. Pada Gambar 1 tertera kondisi lokasi penanaman gandum. Selain itu
data curah hujan di kedua lokasi penanaman gandum dari bulan Februari 2013
sampai dengan April 2013 ditampilkan pada Gambar 2. Data curah hujan
diperoleh dari kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
Balai Besar Wilayah II, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.
Tabel 1 Kondisi lokasi lahan pertanaman gandum serta budidayanya
Informasi lahan
Lokasi lahan
Cisarua
Kuningan
Luas lahan (m²)
2000
2000
Ketinggian lokasi
705 m dpl
418 m dpl
Sejarah penanaman
Padi
Padi, ubi jalar, dan
sebelum gandum
kacang tanah
Komoditas di sekitar
Padi, singkong, pisang,
Padi, jagung, ubi jalar
lahan
pinus
Jenis tanah
Liat
Liat berpasir
Bentuk lahan
Terasiring
Datar
Kondisi lahan
Terawat
Terawat
Sistem tanam benih
Larikan dan tugal
Larikan dan tugal
Pengendalian gulma
Manual (3 kali
Manual (3 kali
penyiangan)
penyiangan)
Penggunaan pupuk
KCL, Urea, dan SP-36
KCL, Urea, dan SP-36
(2 kali aplikasi)
( 2 kali aplikasi)

(a)
(b)
Gambar 1 Lahan gandum di lokasi penelitian. (a) Lahan gandum di Kuningan, (b)
lahan gandum di Cisarua.

6

Gambar 2 Curah hujan pada bulan Februari 2013 sampai April 2013 di dua lokasi
penanaman gandum
Serangga OPT pada Tanaman Gandum
Pada lahan tanaman gandum di dua lokasi berbeda, ditemukan beberapa
jenis OPT dan dengan luas serangan yang berbeda. Keanekaragaman organisme
pengganggu tanaman yang menyerang gandum terjadi pada fase vegetatif dan
generatif. Serangga yang ditemukan pada tanaman gandum berdasarkan tipe alat
mulut dikelompokkan menjadi dua yaitu serangga penggigit-pengunyah terdiri
dari ulat, uret, penggerek batang, dan belalang. Serangga penusuk-penghisap yang
menyerang gandum adalah kutu daun dan dua jenis kepik yaitu walang sangit dan
kepik hijau. Berbagai jenis serangga yang ditemukan selama penelitian di dua
lokasi dan fase tanam yang berbeda terdapat di Tabel 2.
Perhitungan luas serangan OPT hanya dilakukan pada serangga belalang,
kutu daun, dan ulat. Serangga lain yang ditemukan selama penelitian yaitu
penggerek batang, uret, dan dua jenis kepik (walang sangit dan kepik hijau)
memiliki populasi dan gejala kerusakan yang rendah sehingga tidak dilakukan
perhitungan luas serangan terhadap serangga-serangga tersebut.
Tabel 2 Serangga OPT yang ditemukan pada tanaman gandum
Lokasi lahan
Fase tanaman
Serangga
Cisarua
Kuningan
Vegetatif
Generatif
1
Oxya sp.




Kutudaun2




Ulat3




4
Penggerek batang




Uret5




6
Leptocorisa oratorius




Nezara viridula7




Keterangan: (√) dijumpai, (-) tidak dijumpai, 1(Orthoptera: Acrididae), 2(Hemiptera: Aphididae),
3
(Lepidoptera), 4(Belum teridentifikasi), 5(Coleoptera: Scarabaeidae), 6(Hemiptera: Alydidae),
7
(Hemiptera: Pentatomidae).

7
Belalang
Belalang pada fase nimfa dan imago ditemukan menyerang tanaman
gandum. Hasil identifikasi serangga belalang ini adalah spesies Oxya sp.
(Orthoptera: Acrididae). Belalang Oxya sp. merupakan salah satu hama yang
cukup penting pada beberapa tanaman pangan. Serangga ini bersifat polifag,
diantaranya memiliki inang padi, kapas, kacang-kacangan, jagung, dan gandum
(Kalshoven 1981). Spesies Oxya sp. juga tercatat sebagai salah satu hama yang
menyerang tanaman padi dan gandum di lingkungan lahan basah serta wilayah
sebarannya terjadi di kawasan Asia (Litsinger dan Barrion 1988). Menurut
Handoko (2007) serangga Oxya sp. menjadi salah satu hama pada tanaman
gandum yang menyerang bagian daun dan ditemukan di wilayah Jawa Barat, yaitu
di Bogor pada ketinggian 300 m dpl dan Jawa Timur di kota Mojosari pada
ketinggian 28 m dpl, di Malang pada ketinggian 450 m dpl, dan Nongkojajar pada
ketinggian 900 m dpl. Pada saat penelitian ini, spesies Oxya sp. ditemukan di dua
lokasi penanaman gandum dan menyerang tanaman gandum introduksi maupun
hasil pemuliaan.
Spesies Oxya sp. ditemukan menyerang tanaman gandum pada bagian daun
dan bulir (Gambar 4). Gejala pada daun terlihat kerusakan bekas gerigitan di
bagian pinggir atau tengah daun. Kerusakan lebih lanjut dapat menyebabkan
berkurangnya nutrisi hasil proses fotosintesis tanaman. Serangan Oxya sp. pada
bulir menyebabkan bulir berlubang, sehingga dapat menurunkan hasil produksi
dari segi kualitas maupun kuantitas. Selama pengamatan di lapangan, selain
belalang jenis Oxya sp. juga terdapat belalang dari spesies lain menyerang
tanaman gandum. Namun, Oxya sp. lebih dominan ditemukan dan menyerang
tanaman gandum. Meskipun spesies Oxya sp. keberadaannya lebih dominan dari
jenis belalang lain, tapi pada saat pengamatan gejala kerusakan tanaman akibat
Oxya sp. tidak dibedakan dari jenis belalang lain dan hasil perhitungan luas
serangannya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase luas serangan belalang pada gandum introduksi dan hasil
pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)

8
Berdasarkan Gambar 3, terdapat perbedaan luas serangan belalang di dua
lokasi penanaman gandum. Luas serangan serangga belalang di lahan gandum
Kuningan mengalami kenaikan yang tinggi, persentase serangan ini berlaku
terhadap kedua galur gandum yang diamati. Pada pengamatan ketiga serangan
belalang di Kuningan sudah mencapai di atas 80% dengan bagian yang diserang
adalah daun dan bulir. Pengamatan keempat dan kelima juga mengalami kenaikan
tingkat serangan serangga belalang. Berbeda kondisi serangan yang terjadi di
lahan gandum Cisarua, serangan belalang mulai terlihat pada pengamatan kelima.
Luas serangannya masih di bawah 50%. Spesies Oxya sp. memiliki daya adaptasi
yang baik di dataran rendah yang biasanya dijumpai pada pertanaman padi, tapi
dapat pula beradaptasi di dataran tinggi (Kalshoven 1981). Banyaknya serangan
belalang di lahan gandum Kuningan disebabkan populasi serangga yang sangat
tinggi. Hal ini diketahui bahwa di pertanaman sekitar tanaman gandum terdapat
tanaman lain, salah satunya padi dan jagung yang juga merupakan inang dari
serangga belalang. Kedua tanaman tersebut juga terdapat serangan belalang yang
cukup banyak, dengan spesies Oxya sp. yang merupakan spesies yang banyak
ditemukan di lapangan.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik, bahwa serangan belalang di
kedua lokasi penanaman gandum menunjukkan perbedaan yang nyata dengan
nilai P sebesar 0.0057. Rata-rata persentase luas serangan belalang tertinggi
terjadi di lokasi Kuningan mencapai 69.45% dibandingkan penanaman gandum di
lokasi Cisarua yang hanya 6.36%. Berbeda halnya dengan serangan belalang
terhadap dua sumber benih gandum yang ditanam, hasil uji statistik menunjukkan
tidak ada perbedaan yang nyata dengan nilai P sebesar 0.5427. Persentase rata-rata
luas serangannya sebesar 39.49% (galur introduksi) dan 36.33% (galur pemuliaan
tanaman). Perbandingan persentase rata-rata luas serangan belalang terhadap
perbedaan lokasi dan sumber benih dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
_____

(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Belalang Oxya sp. pada tanaman gandum. (a) Gejala kerusakan pada
daun, (b) imago jantan dan betina, (c) gejala kerusakan pada malai.

9
Kutudaun
Pada saat pengamatan di lapangan, ditemukan fase nimfa dan imago dari
kutudaun yang menyerang tanaman gandum. Serangga ini memiliki tipe alat
mulut menusuk-menghisap. Kutudaun termasuk dalam Ordo Hemiptera dan famili
Aphididae. Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan 5 spesies kutudaun yaitu
Hysteroneura setariae, Sitobion avenae, Sitobion fragareae, Sitobion miscanthi,
dan Oedisiphum compositarum. Spesies S. avenae lebih banyak ditemukan di
lahan pertanaman gandum Cisarua. Lahan pertanaman gandum di Kuningan
hanya ditemukan satu jenis spesies yaitu Oedisiphum compositarum (Suryadi
2013).
Beberapa spesies kutudaun yang ditemukan di lokasi penelitian juga
tercatat menjadi hama yang menyerang tanaman padi dan gandum. Spesies
Hysteroneura setariae, lebih cocok hidup di lahan kering dengan wilayah
sebarannya pernah ditemukan di kawasan Asia. Spesies Sitobion avenae lebih
banyak menyerang tanaman gandum dan padi yang ditanam di lahan basah, hama
ini pernah ditemukan di kawasan Asia (Litsinger dan Barrion 1988). Berbeda hal
nya hasil penelitian dari Handoko (2007), menyebutkan bahwa hama kutudaun
dengan spesies Rhopalosiphum padi pernah ditemukan menyerang tanaman
gandum di wilayah Jawa Barat [Bogor (300 m dpl)] dan Jawa Timur di tiga kota,
yaitu Mojosari pada ketinggian 28 m dpl, Nongkojajar pada ketinggian 900 m dpl,
dan Cangar pada ketinggian 1650 m dpl. Selain itu, hama kutudaun juga
menyerang tanaman gandum di desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang (Murtiyono 2012), namun dalam penelitiannya tidak disebutkan nama
spesies dari kutudaun.
Kutudaun menyerang bagian tanaman gandum yaitu daun, batang, dan bulir
(Gambar 6). Serangannya terjadi pada fase vegetatif dan generatif. Kutu daun
menyerang daun dan batang ketika tanaman masih muda, sedangkan bulir gandum
diserang ketika bulir-bulir gandum masih dalam proses pengisian. Daun yang
terserang menunjukkan gejala berwarna kuning, menggulung, dan cepat kering.
Gejala pada batang terlihat kering akibat pengambilan nutrisi oleh kutudaun,
sedangkan bulir yang terserang terlihat hampa, kering, mengkerut. Serangan ini
dapat menurunkan hasil produksi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pada
Gambar 6 tertera berbagai jenis kutudaun yang menyerang bagian daun, batang,
dan malai gandum.

Gambar 5 Persentase luas serangan kutudaun pada gandum introduksi dan hasil
pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)

10
Pada saat pengamatan di lapangan, ditemukan adanya asosiasi antara
kutudaun dengan semut. Menurut Litsinger dan Barrion (1988) semut dapat
berperan sebagai pelindung kutudaun dari serangan musuh alami, semut juga
memperoleh embun madu yang dikeluarkan dari tubuh kutudaun. Salah satu
musuh alami dari kutudaun yang ditemukan di lapangan adalah serangga predator
dari famili Coccinellidae. Fase larva dari famili tersebut ditemukan sedang
menyerang kutudaun.
Serangan kutudaun banyak terjadi di lahan pertanaman gandum Cisarua
(Gambar 5). Serangan kutudaun di lahan gandum Kuningan sangat sedikit dan
hanya ditemukan di petak penanaman galur gandum hasil pemuliaan. Luas
serangan hama kutudaun di lokasi penanaman gandum Cisarua mulai telihat pada
pengamatan kedua yang terjadi pada fase vegetatif. Bagian tanaman yang diserang
adalah daun. Pada fase generatif (pengamatan ketiga sampai kelima) bagian
tanaman yang diserang oleh kutudaun adalah batang dan bulir. Luas serangan
kutudaun terus meningkat di lokasi Cisarua, terjadi pada sumber benih hasil
introduksi. Berbeda luas serangan yang terjadi pada penanaman benih hasil
pemuliaan, luas serangannya mengalami penurunan pada pengamatan keempat
dan kelima. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan kondisi tanaman pada fase
vegetatif sudah banyak diserang oleh kutudaun, sehingga memasuki fase generatif
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan serangga kutudaun pindah ke
tanaman gandum yang memiliki kandungan nutrisi lebih banyak. Selain itu, pada
pengamatan keempat dan kelima kondisi daun sudah mulai mengering dan
bercampur dengan gejala akibat serangan penyakit, sehingga sulit untuk
mengetahui gejala kerusakan daun yang disebabkan oleh kutudaun.
Populasi kutudaun di lahan gandum Kuningan tidak banyak, hal ini
kemungkinan dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi (Gambar 2) dan di
sekitar pertanaman gandum terdapat banyak tanaman padi dan jagung yang
merupakan salah satu inang dari kutudaun.
Pengaruh curah hujan terhadap kehidupan serangga memiliki arti penting.
Hujan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keaktifan serangga, salah
satunya adalah pengaruh terhadap kutudaun yang menyerang tanaman gandum.
Curah hujan yang tinggi mengakibatkan individu-individu berjatuhan dan mati
sehingga mengurangi populasi dalam jumlah yang cukup berarti. Selain itu
kondisi perbedaan ketinggian lokasi dapat berpengaruh terhadap perkembangan
dari kutudaun. Menurut Nasution (2002) menyatakan bahwa analisis rataan suhu
udara harian menunjukkan semakin rendah suhu sebagai akibat letak yang lebih
tinggi dari permukaan laut mengakibatkan laju perkembangan spesies R. padi
yang lebih lambat dengan padat populasi yang lebih tinggi, sebaliknya semakin
tinggi suhu maka perkembangan R. padi akan semakin cepat dengan kepadatan
populasi yang lebih rendah.
Faktor pertanaman di sekitar lahan gandum mungkin dapat mempengaruhi
tingkat serangan dan populasi serangga ini pada tanaman gandum sebagai sumber
infestasi. Salah satunya adalah tanaman jagung dan padi yang ditanam di sekitar
tanaman gandum, kemungkinan dapat mempengaruhi jumlah kutudaun yang
menyerang ke tanaman gandum. Sesuai kondisi di lapangan, kedua tanaman yang
berbeda ini ditanam dalam waktu yang hampir bersamaan, sehingga faktor
ketersediaan makanan bagi kutudaun sangat melimpah.

11

a

b

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 6 Kutudaun pada gandum. (a) Kutudaun berkoloni pada batang,(b dan c)
kutudaun menyerang malai, (d) gejala pada daun akibat serangan
kutudaun.
Meskipun dari Gambar 5 terlihat perbedaan serangan kutudaun yang
mencolok di kedua lokasi, ternyata setelah dilakukan uji stastistik didapatkan hasil
dari serangan kutudaun tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap lokasi yang berbeda maupun sumber benih gandum yang diamati. Nilai P
dari uji ANOVA yang diperoleh secara berturut-turut adalah 0.0599 dan 0.8783.
Nilai perbandingan persentase luas serangan kutudaun terhadap lokasi dan sumber
benih gandum yang berbeda secara berturu-turut adalah 27.14% (Cisarua) dan
0.08% (Kuningan); serta 13.05% (galur introduksi) dan 14.17% (galur pemuliaan
tanaman) (Lampiran 1 dan 2).
Ulat
Ulat termasuk dalam ordo Lepidoptera. Tipe alat mulutnya adalah menggigit
mengunyah. Fase larva atau sering disebut dengan ulat ditemukan memakan di
beberapa bagian tanaman gandum. Ulat yang menyerang tanaman gandum di dua
lokasi pengamatan ditemukan lebih dari satu jenis. Menurut Suryadi (2013)
berdasarkan hasil identifikasinya pada pengamatan gandum di dua lokasi yaitu
Cisarua dan Kuningan ditemukan 8 spesies ulat pada tanaman gandum,
diantaranya adalah Mythimna unipuncta (Famili Noctuidae), Creatonotos
transiens (Famili Arctiidae), Cnaphaclorocis medinalis (Famili Crambidae),
Paralecta sp. (Famili Xylorictidae), Parnara bada (Famili Hesperiidae),

12
Orthiostola sp. (Famili Yponomeutidae), Spodoptera litura (Famili Noctuidae),
dan Potanthus sp. (Famili Hesperiidae). Serangga jenis ulat pada gandum di
lokasi Kuningan hanya ditemukan ulat dengan spesies Spodoptera litura dan
Mythimna unipuncta. Selain serangga ulat yang telah disebutkan sebelumnya,
masih terdapat beberapa jenis ulat yang ditemukan menyerang tanaman gandum.
Jenis-jenis ulat tersebut hanya dapat diidentifikasi sampai tingkat famili, hal ini
dikarenakan selama pemeliharaan ulat tersebut tidak dapat berkembang sampai
imago. Ulat yang ditemukan berasal dari famili Geometridae, Lymantriidae,
Lasiocampidae, Noctuidae, Crambidae, Arctiidae, dan Nymphalidae. Ulat dari
famili Geometridae tidak dapat berkembang sampai imago dikarenakan terserang
oleh parasitoid yaitu spesies Tricolobus sp. dan Diphyus sp. (Famili
Ichneumonidae: Ordo Hymenoptera). Beberapa jenis ulat yang telah ditemukan,
ada dua spesies yang juga menyerang tanaman padi. Menurut Litsinger dan
Barrion (1988) spesies Mythimna unipuncta (Famili Noctuidae) dan Spodoptera
litura (Famili Noctuidae) ditemukan pernah menyerang tanaman padi dan
gandum. Menurut Murtiyono (2012) ulat dari famili Arctidae, Geometridae, dan
Noctuidae pernah ditemukan menyerang tanaman gandum di daerah Semarang.
Berdasarkan hasil pengamatan di lahan gandum, serangga ini menyebabkan
kerusakan di daun, dan bulir gandum. Kerusakan pada daun oleh serangga ulat
mulai terjadi sejak tanaman masih muda atau fase vegetatif sampai generatif.
Daun yang terserang terlihat menggulung, window panning, dan menyebabkan
daun berlubang bekas gerigitan ulat. Pada fase generatif, ulat juga menyebabkan
kerusakan pada bagian bulir. Gejalanya berupa gerigitan pada bulir. Serangan
lebih banyak terjadi ketika bulir-bulir masih dalam proses pengisian. Kerusakan
lebih lanjut, bulir yang terserang terlihat tidak utuh bahkan menjadi hampa
(Gambar 7). Sama halnya dengan belalang, untuk perhitungan luas serangan ulat
tidak memperhatikan jenis ulat tertentu.

13

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)
(h)
Gambar 7 Ulat pada gandum. (a) Gejala window panning pada daun, (b) daun
berlubang akibat gerigitan ulat, (c) ulat memakan bulir gandum, (d)
gejala bulir berlubang, (e) Spodoptera litura, (f) Mythimna
unipuncta, (g) Potanthus sp, (h) Parnara bada.

14

Gambar 8

Persentase luas serangan ulat pada gandum introduksi dan hasil
pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)

Pada Gambar 8 terdapat grafik luas serangan ulat secara umum di dua lokasi
penanaman gandum dan sumber benih yang berbeda. Serangan tersebut lebih
banyak terjadi di lahan gandum Cisarua dibandingkan di Kuningan. Luas serangan
di Cisarua mulai terlihat pada pengamatan kedua dan mengalami kenaikan pada
pengamatan ketiga. Pada pengamatan keempat dan kelima terlihat serangan ulat di
gandum hasil introduksi mengalami peningkatan mencapai sekitar 40%. Kondisi
serangan yang berbeda terjadi pada tanaman gandum hasil pemuliaan yang
ditanam di Cisarua, terlihat pada pengamatan keempat mengalami penurunan luas
serangan. Hal ini dikarenakan pada petak ulangan ketiga banyak tanaman yang
daunnya mulai kering sehingga tidak diketahui daun yang bergejala akibat
serangan ulat. Selain itu di petakan tersebut kondisi tanaman belum banyak
muncul malai gandum.
Penanaman lahan gandum di Kuningan tidak banyak terserang oleh ulat.
Luas serangan tertinggi mencapai sekitar 12% pada pengamatan keempat di lahan
petakan gandum hasil introduksi. Pada lahan petakan gandum hasil pemuliaan
tidak menunjukkan adanya serangan ulat. Rendahnya serangan ulat yang terjadi di
lahan gandum Kuningan kemungkinan dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
dan pertanaman di sekitar gandum. Kondisi pertanaman di sekitar lahan gandum
Kuningan lebih banyak terdapat tanaman padi, kemungkinan serangga dari ordo
Lepidoptera lebih menyukai inang dari tanaman padi dibandingkan tanaman
gandum.
Dilihat dari sumber benih yang diamati, terlihat kedua galur yang ditanam di
lokasi lahan gandum Cisarua lebih banyak terserang ulat dibandingkan kedua
galur gandum yang di tanam di lokasi Kuningan.
Berdasarkan hasil uji statistik (Lampiran 1 dan 2), diketahui bahwa serangan
ulat di dua lokasi penanaman gandum menunjukkan perbedaan yang nyata dengan
nilai P sebesar 0.0292, sedangkan nilai rata-rata luas serangan ulat sebesar 26.52%
dan 3.02% untuk lokasi Cisarua dan Kuningan. Pengaruh serangan ulat terhadap
dua sumber benih gandum yang diamati menunjukkan tidak berbeda nyata dengan
nila P 0.5794. Nilai persentase rata-rata luas serangannya sebesar 13.85% (galur
introduksi) dan 15.69% (galur pemuliaan tanaman).

15
Gejala oleh Penggerek Batang
Serangga penggerek batang pada gandum belum dapat diidentifikasi. Hal ini
dikarenakan pada saat pengamatan belum dapat menemukan serangga penyebab
gejala gerekan pada gandum tersebut. Gejala dari serangan serangga ini berupa
gerigitan pada batang yaitu tepat di atas ruas batang. Kerusakan lebih lanjut
menyebabkan batang dan seluruh malai menjadi kering dan hampa karena nutrisi
dari akar menuju batang terputus. Meskipun batang gandum sudah terserang oleh
serangga ini, tapi tanaman masih tetap berdiri tegak.
Serangan penggerek batang ini terjadi di dua lokasi pengamatan dan
ditemukan pada masing-masing perlakuan penanaman benih gandum. Namun
belum dapat dilakukan perhitungan luas serangannya. Hal ini dikarenakan sulit
membedakan antara gejala akibat serangan hama penggerek batang dengan
tanaman yang sudah menjelang tua, sedangkan gejala berupa batang yang
berlubang mulai terlihat ketika tanaman sudah menjelang panen. Batang yang
berlubang diduga proses tempat keluarnya serangga dari tanaman bergejala untuk
pindah ke tanaman gandum yang lain. Selama pengamatan dilakukan pembedahan
terhadap batang akibat serangan serangga penggerek. Hal ini dilakukan untuk
menemukan adanya pupa penggerek tersebut, namun setelah dilakukan
pembedahan ternyata belum dapat menemukan pupa tersebut. Gejala serangan
oleh serangga penggerek batang dapat dilihat pada Gambar 9.

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 9 Penggerek batang pada gandum. (a) Malai kering akibat penggerek
batang, (b) lubang gerekan pada batang, (c dan d) batang gandum
akibat serangan penggerek batang.

16
Uret
Uret yang menyerang tanaman gandum termasuk dalam Ordo Coleoptera
dan Famili Scarabaeidae. Fase larva dari serangga ini ditemukan menyerang
tanaman gandum. Serangga ini memiliki tipe alat mulut menggigit-mengunyah.
Larva dari famili Scarabaeidae memiliki bentuk tubuh menyerupai huruf C,
berwarna putih dengan kepala berwarna coklat (Gambar 10 (c)).
Uret belum dapat teridentifikasi sampai genus maupun spesies. Hal ini
dikarenakan serangga yang ditemukan di lapangan hanya berupa larva atau uret
sebagai hama, kemudian dalam pemeliharaan sampai imago tidak berhasil.
Identifikasi dapat dilakukan melalui larva dengan cara melakukan pengamatan
secara langsung pada bagian ujung abdomennya atau dengan memotong ujung
abdomen kemudian dibuat preparat slide. Spesimen yang ditemukan di lapangan
hanya 1 larva dengan kondisi yang tidak baik, sehingga belum dapat diidentifikasi
lebih lanjut.
Pada saat pengamatan diduga uret menyerang tanaman gandum pada bagian
akar. Hama tersebut menyerang dengan cara menggigit-mengunyah. Akar yang
diserang mengalami kerusakan bahkan sampai habis, sehingga tanaman akan
mudah dicabut bahkan rebah secara alami. Dampak lain yang lebih berat adalah
proses pengangkutan nutrisi dari akar ke bagian tanaman akan terhambat sehingga
tanaman menjadi kering dan proses pengisian pada malai gandum tidak maksimal
bahkan bulir menjadi hampa. Gejala yang disebabkan oleh uret dapat dilihat pada
Gambar 10.
Menurut Litsinger dan Barrion (1988) bahwa uret tercatat menjadi salah satu
serangga yang menyerang tanaman gandum dan padi. Larva uret lebih menyukai
sistem akar berserat di habitat lahan kering. Larva uret dengan ukuran yang besar
dapat mengkonsumsi sistem akar seluruh tanaman yang masih muda. Gejala
kerusakan oleh uret dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bahkan
tanaman menjadi mati. Selain itu, dilaporkan juga bahwa ditemukan lima spesies
yang berbeda dari hama uret yang menjadi hama tanaman gandum dan padi.
Spesies Phyllophaga sp. ditemukan di Amerika Latin. Spesies Holotrichia
consanguinea menyebabkan kerugian hasil yang tinggi pada tanaman gandum dan
padi di negara India. Empat spesies lain yaitu Holotrichia spp., Anomala sp.,
Adoretus sp., Autoserica sp., dan Leucopholis irrorata pernah menyerang
tanaman gandum dan padi di negara Filipina.
Larva uret hanya ditemukan di lokasi lahan gandum Cisarua, sedangkan di
lahan gandum Kuningan tidak ditemukan adanya larva tersebut. Namun, selama
pengamatan di lahan gandum Kuningan ditemukan adanya gejala seperti dugaan
serangan uret yang terjadi di lahan gandum Cisarua. Larva uret belum dapat
dilakukan perhitungan luas serangan hama. Hal ini dikarenakan uret diduga
merusak tanaman pada bagian akar yang berada di dalam tanah, sehingga sulit
untuk diamati. Selain itu, gejalanya baru mulai telihat ketika tanaman sudah
menjelang masa panen berupa rebah tanaman.

17

(a)
(b)
(c)
Gambar 10 Uret pada gandum. (a) Tanaman rebah akibat serangan uret, (b) akar
tanaman termakan oleh uret, (c) uret yang masih hidup ditemukan di
dalam tanah.
Walang Sangit
Walang sangit dengan spesies Leptocorisa oratorius (Ordo: Hemiptera dan
Famili: Alydidae) adalah salah satu serangga yang menyerang tanaman gandum.
Selama pengamatan fase nimfa dan imago dari spesies ini ditemukan menyerang
tanaman gandum. Menurut Litsinger dan Barrion (1988) Spesies Leptocorisa
oratorius tercatat menjadi salah satu hama tanaman yang menyerang gandum dan
padi, tetapi serangga ini jarang ditemukan di tanaman gandum. Hama walang
sangit lebih menyukai habitat di lahan basah dan tercatat pernah menjadi hama
pada tanaman gandum dan padi di kawasan Asia, salah satunya adalah Indonesia.
Handoko (2007) menyebutkan salah satu hama pada tanaman gandum adalah
walang sangit yang menyerang bulir gandum, dilaporkan pernah menyerang
tanaman gandum di daerah Bogor pada ketinggian 300 m dpl.
L. oratorius ditemukan di dua lokasi pengamatan dan menyerang pada fase
generatif. Bagian yang diserang adalah bulir dengan cara menusuk-menghisap.
Gejala yang terjadi menyebabkan bulir hampa. Walang sangit pada saat
pengamatan ditemukan dengan gejala kerusakan rendah, sehingga tidak dilakukan
perhitungan luas serangan hama. Pada Gambar 11 tertera walang sangit fase nimfa
dan imago yang menyerang bulir gandum dan gejala yang diakibatkan oleh
serangga tersebut.

18

(a)
(b)
(c)
Gambar 11 Walang sangit pada gandum. (a dan b) Imago dan nimfa walang
sangit pada malai gandum, (c) gejala tusukan oleh walang sangit
pada bulir gandum.
Kepik Hijau
Kepik hijau termasuk dalam (Ordo Hemiptera: Famili Pentatomidae)
dengan nama spesies yaitu Nezara viridula, ditemukan menyerang tanaman
gandum bagian bulir. Serangga ini menyerang dengan cara menusukkan stilet ke
bulir kemudian menghisap cairan. Kerusakan yang terjadi bulir akan mengkerut,
berwarna coklat, dan hampa. Pada saat pengamatan fase nimfa dan imago
ditemukan menyerang tanaman gandum (Gambar 12).
Spesies N. viridula mulai menyerang tanaman ketika fase generatif.
Serangga ini ditemukan di dua lokasi pengamatan gandum dan menyerang di
gandum galur Kasifbey dan SO9. Sama halnya dengan walang sangit, gejala
kerusakan akibat spesies N. viridula sangat rendah, sehingga tidak dilakukan
perhitungan luas serangan hama. Menurut Litsinger dan Barrion (1988) selain
sebagai hama pada tanaman gandum, N. viridula juga tercatat sebagai hama pada
tanaman padi. Serangga ini lebih banyak ditemukan di tanaman padi dan gandum
di lahan kering dan basah. Kepik hijau berperan sebagai hama kosmopolitan.

19

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 12 Kepik hijau pada gandum. (a dan b) Imago jantan dan betina pada
malai gandum, (c) nimfa pada malai, (d) gejala tusukan kepik hijau
pada bulir gandum.
Pembahasan Umum Serangga Pengganggu pada Tanaman Gandum
Serangga yang ditemukan menyerang tanaman gandum pada saat
pengamatan, ternyata secara dominan serangga-serangga tersebut juga tercatat
ditemukan menyebabkan kerusakan pada tanaman padi. Kedua tanaman ini
termasuk dalam Famili Graminae. Serangga yang dimaksud adalah Spesies Oxya
sp. (Orthoptera: Acrididae), kutudaun (Hemiptera: Aphididae) dan ulat
(Lepidoptera) dengan beberapa jenis spesies, uret (Coleoptera: Scarabaeidae),
walang sangit (Hemiptera: Alydidae), dan kepik hijau (Hemiptera: Pentatomidae).
Menurut Litsinger dan Barrion (1988) menyatakan bahwa tercatat hampir 200
jenis serangga yang bersifat hama ditemukan menyerang tanaman padi dan
gandum yang tersebar di seluruh dunia, sifat serangga ada yang menjadi hama
benih, hama di lapangan, maupun hama pascapanen.
Berdasarkan nilai luas serangan hama yang diperoleh pada saat pengamatan,
terdapat dua jenis hama dominan pada tanaman gandum. Hama tersebut adalah
ulat dari Ordo Lepidoptera dan belalang. Kedua jenis serangga ini menyerang
tanaman gandum mulai fase vegetatif sampai generatif. Meskipun kedua serangga
ini ditemukan menyerang tanaman gandum di lokasi penanaman, tapi tidak
semuanya menjadi dominan di kedua lokasi tersebut. Ulat menjadi dominan di
lokasi lahan gandum Cisarua dengan luas serangan mencapai sekitar 60%,

20
sedangkan belalang menjadi hama dominan di lokasi lahan gandum Kuningan
dengan luas serangannya mencapat 100%.
Dari segi luas serangan secara keseluruhan, ternyata penanaman gandum di
Cisarua lebih banyak terserang serangga pengganggu tanaman dibandingkan di
Kuningan. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, lokasi
disekitar pertanaman, dan ekologi dari serangga. Kondisi lingkungan seperti curah
hujan yang tinggi terjadi di daerah Kuningan, sehingga dapat mempengaruhi atau
menghambat ruang gerak beberapa jenis serangga.
Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman Gandum
Penyakit yang ditemukan pada kedua lahan pengamatan di Kecamatan
Cisarua dan Kuningan disebabkan oleh kelompok cendawan. Jenis penyakit yang
ditemukan pada tanaman gandum fase generatif lebih banyak dibandingkan fase
vegetatif. Berbagai jenis penyakit yang ditemukan selama penelitian di dua lokasi
dan fase tanam yang berbeda terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3 Penyakit yang ditemukan pada tanaman gandum
Penyakit
Hawar daun
Helminthosporiuma
Hawar malai
Helminthosporiuma
Hawar malai Fusariumb
Hawar malai Phomac
Malai Curvulariad
Malai Alternariae

Lokasi
Cisarua Kuningan

Fase tanaman
Vegetatif Generatif

































Keterangan: (√) dijumpai, (−) tidak dijumpai, a(cendawan Helminthosporium sp.), b(cendawan
Fusarium sp.), c(cendawan Phoma sp.), d(cendawan Curvularia sp.), e(cendawan Alternaria sp.).

Hawar Helminthosporium
Penyakit hawar Helminthosporium disebabkan oleh cendawan
Helminthosporium sp. Menurut Acharya et. al (2011) gejala seperti ini disebut
dengan penyakit bercak spot yang disebabkan oleh Bipolaris sorokiniana (Sacc.)
Shoem., Drechslera sorokiniana (Sacc.) Subram dan Jain, dan (syn.
Helminthosporium, teleomorph Cochliobolus sativus) telah muncul sebagai
masalah serius bagi budidaya gandum di daerah hangat dan lembab. Daerah
penyebarannya di