Keragaan Galur-Galur Tanaman Gandum (Triticum Aestivum L.) Introduksi Cimmyt Di Agroekosistem Tropika

KERAGAAN GALUR – GALUR TANAMAN GANDUM (Triticum
aestivum L.) INTRODUKSI CIMMYT DI AGROEKOSISTEM
TROPIKA

CAMELIA ROSIANTI PUTRI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Galur – Galur
Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Introduksi CIMMYT di Agroekosistem
Tropika adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

Camelia Rosanti Putri
NIM A24110142

ABSTRAK
CAMELIA ROSIANTI PUTRI. Keragaan Galur-Galur Tanaman Gandum (Triticum
aestivum L.) Introduksi CIMMYT di Agroekosistem Tropika. Dibimbing oleh
TRIKOESOEMANINGTYAS dan YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.

Kebutuhan gandum di Indonesia hampir seluruhnya dipenuhi melalui impor.
Salah satu solusinya adalah dengan mengembangkan tanaman gandum di Indonesia
dengan program pemuliaan. Pengembangan tanaman gandum di Indonesia
memerlukan sumber genetik dari luar sebab gandum bukan tanaman asli Indonesia.
Penambahan sumber genetik gandum di Indonesia dilakukan dengan mendatangkan

benih introduksi dari CIMMYT (Centro Internacional de Mejoramiento de Maíz y
Trigo). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi adaptasi galur-galur tanaman
gandum (Triticum aestivum L.) introduksi dari CIMMYT di lingkungan tropika basah.
Penanaman dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.
Data rata-rata curah hujan dan suhu selama penelitian adalah 283.30 mm dan 20.94 °C
per bulan dengan ketinggian tempat 1 130 m dpl. Percobaan dilaksanakan pada bulan
Maret sampai Juli 2015. Penelitian menggunakan rancangan augmented dengan 30
galur uji dan empat varietas pembanding yaitu Guri 1, Nias, Rabe, dan Basribay yang
diulang lima kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur gandum introduksi dari
CIMMYT adaptif di dataran tinggi tropika basah. Galur introduksi selanjutnya
diseleksi menjadi 15 dari 27 galur terbaik berdasarkan daya hasil. Galur-galur terbaik
tersebut adalah G.19, G.54, G.36, G.24, G.68, G.21, G.25, G.12, G.27, G.70, G.39,
G.28, G.22, G.103, dan G.34.
Kata kunci: Augmented, galur introduksi, uji adaptasi

ii

ABSTRACT
CAMELIA ROSIANTI PUTRI. Performance of Wheat (Triticum aestivum L.)
Introductions Lines from CIMMYT in Tropical Agroecosystem. Supervised by

TRIKOESOEMANINGTYAS and YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.

Wheat demands in Indonesia is almost entirely met through imports. One of
solution is to wheat crop is development in Indonesia, cause Indonesia needs to look
for genetic resources from outside, because wheat is not native to Indonesia. The
addition of wheat genetic resources in Indonesia is done by bringing the seeds
introduced from CIMMYT (Centro Internacional de Mejoramiento de Maiz y Trigo).
This study aimed to evaluate the adaptation lines of wheat (Triticum aestivum L.)
introduction from CIMMYT in wet tropical agroecology. Plant has done in Ornamental
Plant Research Institute, Cipanas, Cianjur, West Java. Data on average precipitation
and temperature during the study was 283.30 mm and 20.94 °C per month with altitude
of 1 130 m above sea level. Research has trials conducted in March and July 2015. The
study has used augmented by 30 lines of test and 4 varieties, namely Guri 1, Nias,
Rabe, and Basribay were repeated five times. The results showed that the lines of wheat
introduced from CIMMYT adaptive in wet tropical highlands. Subsequent introduction
of selected lines to 15 of the 27 best lines based on yield. The best lines are G.19, G.54,
G.36, G.24, G.68, G.21, G.25, G.12, G.27, G.70, G.39, G.28, G.22, G.103 and G.34.
Key words: Augmented, lines introduction, test adaptation

KERAGAAN GALUR – GALUR TANAMAN GANDUM (Triticum

aestivum L.) INTRODUKSI CIMMYT DI AGROEKOSISTEM
TROPIKA

CAMELIA ROSIANTI PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan baik.

Usulan penelitian ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan
penelitian Keragaan Galur-Galur Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Introduksi
CIMMYT di Agroekosistem Tropika. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan
komponen daya hasil dan karakter agronomi yang diinginkan. Penelitian dilaksanakan
di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Cipanas, Kabupaten Cianjur pada
ketinggian 1 130 meter dpl dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung
dalam penulisan skripsi ini. Penulisan ini merupakan tugas akhir untuk meraih gelar
Sarjana Pertanian di departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir
Trikoesoemaningtyas, MSc. dan Dr Ir Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS selaku
dosen pembimbing serta seluruh civitas Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) yang
telah membantu penulis dalam proses skripsi ini dalam setiap kegiatannya. Rasa
hormat dan ucapan terima juga penulis sampaikan kepada orang tua penulis dan Dr Ir
Sugiyanta, Msi selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan dorongan
dan motivasi, baik secara moril maupun materil. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada AWT, seluruh sahabat, teman-teman angkatan 48, dan AGH 48
(Dandelion 48) yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang

berkepentingan.

Bogor, Desember 2015

Camelia Rosianti Putri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya dan Produktivitas Gandum
Pemuliaan Gandum
Karakter Seleksi Tanaman
METODE

Tempat dan Waktu
Alat dan Bahan
Perancang Percobaan
Prosedur Percobaan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Percobaan
Keragaan Karakter Antar Galur Introduksi
Keragaan Karakter Agronomi Galur Introduksi Gandum
Keragaman Karakter Antar Galur Introduksi
Korelasi Karakter Antar Galur Introduksi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
xii
xii

1
1
2
2
2
2
3
4
5
5
5
5
6
7
9
9
12
13
18
19

23
23
23
24
27

xii

DAFTAR TABEL
1 Anova augmented design
2 Rekapitulasi nilai kuadrat tengah dan koefisien keragaman galur gandum
introduksi dari CIMMYT
3 Keragaan antar karakter agronomi galur gandum introduksi dari CIMMYT
4 Keragaan antar karakter pada komponen hasil galur gandum introduksi dari
CIMMYT
5 Pendugaan parameter genetik karakter agronomi galur gandum introduksi dari
CIMMYT
6 Koefisien korelasi linier antar peubah pengamatan galur gandum introduksi
dari CIMMYT
7 Seleksi galur tunggal galur gandum introduksi dari CIMMYT


7
12
13
17
18
20
22

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4

Data Intensitas curah hujan selama periode pelaksanaan penelitian
Fase pertumbuhan gandum
Keragaman daun gandum pada pukul 12 siang atau tengah hari
Hama dan penyakit tanaman gandum


9
10
10
11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Varietas Guri 1
2 Data Iklim Wilayah Cipanas

27
28

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebutuhan gandum di Indonesia hampir seluruhnya dipenuhi melalui impor.
Impor gandum masyarakat Indonesia pada tahun 2013 mencapai angka lebih dari tujuh
juta ton juta ton. Kebutuhan ini akan terus meningkat dan diprediksi tahun 2020 akan
mencapai angka impor 10 juta ton (Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2013).
Indonesia mempunyai potensi lahan untuk pengembangan tanaman serelia non
beras seluas 73 455 hektar yang tersebar di 15 provinsi. Gandum mempunyai prospek
yang sangat besar dikembangkan mengingat luasnya potensi lahan yang dapat ditanami
oleh gandum (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2008). Berdasarkan database
Direktorat Budidaya Serealia (2008) terdapat tiga varietas gandum Indonesia yang
dilepas tahun 2003 yaitu Selayar, Dewata, Nias. Varietas unggul nasional baru yaitu
Guri-1 dan Guri-2 dilepas tahun 2013 (Hermanto 2014). Pengembangan varietas
gandum di Indonesia masih perlu dilakukan untuk mencari varietas yang memiliki
produksi tinggi dan adaptif terhadap suhu tinggi.
Tanaman gandum dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada beberapa
lahan pertanian di Indonesia, khususnya pada daerah dataran tinggi (>700 m dpl) yang
bersuhu sejuk (Human 2010). Sesuai dengan pernyataan Nur et al. (2015) tanaman
gandum yang dapat dikembangkan dilingkungan tropis Indonesia pada lokasi >1 000
m dpl dengan jenis gandum Triticum aestivum L. dari kelompok tipe spring wheat.
Menurut Suyamto (2008) tanaman gandum akan tumbuh baik di Indonesia pada
ketinggian >800 m dpl dengan kondisi suhu udara 15–25 °C dan curah hujan 800 m dpl). Hasil penelitian tersebut

4

menunjukkan bahwa interaksi galur x lingkungan dan galur berpengaruh nyata
terhadap karakter hampir semua karakter agronomi, kecuali pada karakter jumlah
anakan produktif dan panjang malai, sedangkan karakter fisiologi hanya kehijauan
daun yang dipengaruhi oleh interaksi galur x lingkungan. Pengaruh lingkungann
terdapat pada hampir semua karakter morfologi, kecuali tinggi tanaman, umur
berbunga, umur panen dan bobot 1000 biji, sedangkan karakter fisiologi yang
dipengaruhi lingkungan adalah luas daun, kerapatan stomata dan klorofil b.

Karakter Seleksi Tanaman
Hasil panen merupakan tujuan utama dalam budidaya tanaman sehingga seleksi
galur-galur gandum introduksi dari CIMMYT ditujukan untuk mendapatkan galur
gandum unggul yang adaptif dan berdaya hasil tinggi di lingkungan tropis Indonesia.
Seleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman untuk
mengidentifikasi galur yang memiliki karakter-karakter harapan. Berdasarkan jumlah
karakter yang dilibatkan dalam seleksi, seleksi dibedakan menjadi dua yaitu seleksi
karakter tunggal dan seleksi simultan. Perbaikan dan pemilihan genotipe yang hanya
didasarkan kepada sifat tunggal merupakan definisi dari seleksi sifat tunggal.
Sementara pemilihan dan evaluasi lebih dari satu sifat kuantitatif secara serempak
merupakan definisi dari seleksi simultan (Syukur et al. 2012).
Seleksi tunggal terbagi menjadi dua yaitu langsung dan tidak langsung. Seleksi
langsung dapat diartikan sebagai pemilihan secara langsung genotipe terbaik
berdasarkan karakter-karakter yang memenuhi kriteria seleksi. Seleksi tidak langsung
dapat diartikan sebagai pemilihan secara tidak langsung genotipe terbaik berdasarkan
karakter-karakter yang dinilai memiliki hubungan dengan tujuan akhir program
pemuliaan, misalnya karakter daya hasil, ketahanan terhadap penyakit, dan lain
sebagainya (Syukut et al. 2012). Metode seleksi langsung perlu diketahui dari keragaan
dan keragaman, serta seleksi tidak langsung ditambahkan dengan korelasi agar lebih
efektif dan akurat (Wardana et al. 2015). Keragaan tanaman dapat dilihat dari data hasil
pengamatan di lapang yang dibandingkan dengan varietas unggul nasional. Keragaman
akan diwariskan diukur oleh parameter yang disebut heritabilitas (Syukut et al. 2012).
Menurut Nasir (2001) heritabilitas adalah proporsi besaran ragam genotiope terhadap
besaran total ragam genetik ditambah dengan ragam lingkungan. Nilai heritabilitas
sangat menentukan kemajuan genetik yang akan dicapai. Kegiatan pemuliaan tanaman
untuk perbaikan karakter dapat dilakukan dengan melakukan seleksi pada karakterkarakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi dan juga keragaman genetik yang
tinggi. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas yang tinggi mudah diwariskan pada
generasi berikutnya karena karakter tersebut dipengaruhi oleh faktor genotipe (Vidya
et al. 2002). Perhitungan nilai koefisien korelasi linier antar karakter pengamatan
dilakukan untuk mengetahui kecenderungan nilai yang muncul diantara tiap pasang
karakter (Mattjik dan Sumertajaya 2002). Menurut Syukur et al. (2012) analisis
korelasi adalah keeratan hubungan pada dua karakter dapat dilihat melalui nilai
koefisien korelasi.

5

METODE

Tempat dan Waktu
Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias,
Cipanas, Kabupaten Cianjur pada ketinggian 1 130 m dpl dan Laboratorium Pemuliaan
Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2015.

Alat dan Bahan
Bahan tanaman gandum dalam percobaan ini adalah 30 galur gandum introduksi
CIMMYT dan empat varietas pembanding yaitu dua varietas nasional Nias dan Guri 1
serta dua varietas introduksi Basribay dari Turki dan Rabe dari India. Pupuk yang akan
digunakan adalah Urea 150 kg ha-1, SP-36 200 kg ha-1 dan KCl 100 kg ha-1 serta
menggunakan pestisida. Alat yang digunakan adalah alat pertanian umum, timbangan
digital, kamera, dan jaring.

Perancang Percobaan
Percobaan menggunakan rancangan augmented dengan 30 galur yang tidak
diulang dan empat varietas pembanding percobaan yang diulang lima kali sehingga
terdapat 50 satuan percobaan. Setiap galur terdiri atas 15 tanaman.
Model rancangan yang digunakan mengacu pada Federer (1994) adalah :
Yij = (μ + ρi + j + ɛij )nij
Yij : nilai pengamatan pada perlakuan varietas ke-i
μ : nilai tengah populasi
ρi : pengaruh utama perlakuan varietas ke-i (i = 1,2,3,4)
j : pengaruh galur ke-j (j = 1,2,...,30)
ɛij : pengaruh galat perlakuan varietas taraf ke-i dan ulangan ke-j
nij : nilai satu bila perlakukan ke-j terletak pada kelompok ke-i dan 0 bila
perlakukan ke-j tidak terletak pada kelopok ke-i
Karakter yang diamati pada karalter agronomi dan komponen hasil dengan uji F
dalam rancangan augmented.

6

Prosedur Percobaan
Penelitian dimulai dari persiapan lahan meliputi penetapan lokasi, pengelolaan
lahan, serta pembuatan dan pembagian petak percobaan. Persiapan lahan dilakukan
dengan membuat empat petak, yaitu 30 galur tanaman gandum serta empat varietas
pembanding dengan lima kali ulangan. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam
20x10 cm. Pembuatan lubang tanam menggunakan tugal. Benih yang dimasukkan
kedalam tiap lubang adalah satu benih.
Dosis pupuk yang diberikan pada masing-masing pupuk adalah Urea 150 kg ha1
, SP-36 200 kg ha-1 dan KCl 100 kg ha-1. Pemupukan dilakukan dengan cara dilarik
antar baris tanaman yang berjarak sekitar 5–7 cm dari tanaman. Pemberian pupuk Urea
dilakukan bertahap sebanyak dua kali. Pemupukan Urea pertama diberikan setengah
bagian bersama dengan pupuk SP-36 dan KCl pada umur tanaman 10 hari setelah
tanam dan pemupukan kedua setengah bagian pada saat bertunas sekitar 25–30 hari
setelah tanam. Sebelum ditanam benih diberikan insektisida dan pada saat tanam
larikan diberi Carbofuran (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2008).
Penyiangan dilakukan 2–3 kali tergantung banyaknya populasi gulma.
Penyiangan pertama dilakukan pada tanaman berumur 1 bulan. Penyiangan kedua
dilakukan tiga minggu dari penyiangan pertama, kemudian penyiangan ketiga
dilakukan pada saat populasi gulma telah kembali tinggi. Panen dilakukan sekitar tiga
bulan setelah tanam. Tanaman yang siap dipanen ditandai dengan penampilan malai
dan batang tanaman yang menguning. Malai hasil panen tersebut kemudian dirontokan
secara manual dan hasilnya ditimbang.
Pengamatan pada 30 galur tanaman gandum serta varietas pembanding pada
seluruh populasi dari semua petak tanaman. Menurut PPVT (Pusat Perlindungan
Varietas Tanaman) dan UPOV (International Union for the Protection of New
Varieties of Plants) karakter-karakter diamati pada tanaman secara acak pada tiap baris
kecuali umur berbunga dan umur panen pada varietas pembanding terdiri atas :
A. Karakter Agronomi
1. Tinggi tanaman (cm) yang diukur dari pangkal batang hingga ujung malai
(spikes) tidak termasuk bulu malai.
2. Umur berbunga (hari) yang diamati pada waktu malai telah keluar dan mekar.
3. Umur panen (hari) yang dilakukan apabila malai dan batang sudah terlihat
mengering. Tingkat kemasakan didasarkan pada taksiran bahwa lebih dari 75%.
malai dalam populasi kedaannya telah masak (siap panen).
4. Panjang malai (cm) per tanaman yag diukur dari pangkal malai sampai ujung
malai tidak termasuk bulu malai dan dilaksanakan setelah panen.
B. Komponen Hasil
1. Jumlah biji malai utama (biji) yang dihitung setelah biji dikeringkan.
2. Bobot biji malai utama (gram) per tanaman yang ditimbang setelah biji
dikeringkan.
3. Jumlah biji per malai anakan (biji) per tanaman yang dihitung setelah biji
dikeringkan.
4. Bobot biji per malai anakan (gram) per tanaman yang ditimbang setelah biji
dikeringkan.

7

5.
6.

Jumlah biji per tanaman (biji) yang dihitung seluruh biji yang dihasilkan dalam
satu tanaman setelah biji dikeringkan.
Bobot biji per tanaman (gram) yang ditimbang bobot seluruh biji yang
dihasilkan dalam satu tanaman setelah biji dikeringkan.

Analisis Data
Tabel 1 Anova augmented design
Sumber Keragaman
Derajat
Jumlah
Kuadrat
E(KT)
Bebas
Kuadrat
Tengah
Ulangan
r-1
Perlakuan
(c+g)-1
JKP
KTP
Pembanding (C)
c-1
JKC
KTC
��2 +r��2
��2 +��2
Galur (G)
g-1
JKG
KTG
C vs G
1
JK (C vs G) KT (C vs G)
Galat
(c-1)(r-1)
JKE
KTE
��2
Total Terkoreksi
(rc+g)
JKT
a
r : ulangan dalam control; c : banyaknya varietas pembanding; g : banyaknya galur
gandum introduksi dari CIMMYT
Data yang telah didapatkan dianalisis dengan menggunakan uji F. Perangkat
lunak yang digunakan antara lain Microsoft Excel 2007 untuk rekapitulasi data dan
perhitungan seleksi tunggal, SAS 9.1 untuk melakukan uji F dan menghitung rataan,
serta STAR untuk melakukan uji korelasi.
Pendugaan nilai ragam dan heritabilitas
Penghitungan nilai tengah dan ragam dilakukan untuk melihat keragaan dan
keragaman masing-masing karakter serta melihat adanya perbaikan sifat pada galurgalur yang diuji melalui perbandingan nilai tengah galur dengan galur pembanding
nasional yaitu Guri 1.
Pendugaan nilai ragam berdasarkan nilai E(KT) adalah sebagai berikut (Syukut et al.
2010) :
Ragam genetik ( 2g)
= KTgalur – KTgalat
r
Ragam lingkungan ( 2e)
= KTgalat
r
Ragam fenotipe ( 2p)
= 2e + 2g

8

Nilai heritabilitas dalam arti luas dapat diduga dengan persamaan (Poespodarsono
1998) :
h2bs = 2g x 100%
2
p
2
a 2
h bs : heritabilitas arti luas, g : ragam genetik, 2p : ragam fenotipe
Menurut Zen dan Bahar (1993) nilai heritabilitas diklasifikasi menjadi rendah h2bs <
0.2, sedang : 0.2 < h2bs ≤ 0.5, dan tinggi : h2bs > 0.5.
Analisis korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antar karakter
agronomi pada galur gandum introduksi dari CIMMYT gandum. Koefisien korelasi
dihitung berdasarkan rumus Sigh dan Chaudhary (1979), sebagai berikut :
rxy =

n∑ x1y1 - (∑x1)(∑y1)
√[n∑x12 - (∑x1)2][n∑y12-(∑y1)2]

a

rx : koefisien korelasi antar karakter bebas (x) terhadap karakter hasil, n : banyaknya
perlakuan; x1 : karakter bebas; y1 : karakter hasil

Diferensial Seleksi
Perbaikan nilai tengah galur-galur sebagai akibat seleksi galur introduksi dari
CIMMYT berdaya hasil tinggi dihitung menggunakan rumus deferensiak seleksi
menurut Syukut et al. (2010), yaitu :
S = x s – x0
S: differensial seleksi; x̄s : nilai tengah galur gandum introduksi dari CIMMYT
terseleksi; x̄0 : nilai tengah galur gandum introduksi dari CIMMYT sebelum seleksi;
a

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Curah hujann (mm bulan-1 )

Penanaman dilakukan awal Maret dengan suhu maksimal sebesar 24.9°C dan
suhu minimal sebesar 16.6°C (Lampiran 2). Curah hujan rata-rata pada bulan Maret
adalah 441.9 mm per bulan, curah hujan tersebut naik di bulan April dengan nilai 450.9
mm per bulan (Gambar 1). Penurunan curah hujan terjadi pada bulan Mei sampai bulan
Juli hingga masa panen terakhir. Pengisian biji gandum semakin baik bila memasuki
musim kemarau, namun suhu tidak lebih dari 30 °C agar tanaman tidak mengalami
cekaman (Suyamto 2008).
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

441.9

450.9

208.4

32
Maret

April

Mei
Bulan

Juni

Juli

Gambar 1 Data Intensitas curah hujan selama periode pelaksanaan penelitian menurut
BMKG 2015
Menjelang masa panen terdapat 27 galur introduksi dengan kriteria minimal
terdapat lima tanaman per galur. Secara keseluruhan persentase daya tumbuh benih di
lapangan sebesar 56.5%. Rendahnya daya tumbuh benih kemungkinan disebabkan oleh
rendahnya vigor benih yang ditanam. Hal ini disebakan oleh benih telah memiliki masa
simpan lebih dari 10 tahun sehingga benih tersebut melewati batas waktu
penyimpanan.
Pengamatan dalam penelitian galur gandum pada tahap karakter agronomi dan
komponen hasil. Gambar 1 menunjukkan perubahan gandum dewasa sampai panen.
Gambar a adalah fase bunting atau setelah terjadi pembuahan. Rata-rata tanaman galur
gandum di lapangan bunting pada umur 40 HST. Tanaman gandum akan berbunga
setelah bunting akibat pembuahan. Gambar b adalah fase berbunga. Fase berbunga
tanaman gandum rata-rata berumur 65 HST. Gambar c adalah fase gandum siap
dipanen. Gandum yang siap dipanen memiliki ciri malai dan batang sudah terlihat

10

menguning. Tingkat kemasakan didasarkan pada taksiran bahwa lebih dari 75% malai
dalam populasi kedaannya telah masak (siap panen) (Nur et al. 2012). Rata-rata umur
panen tanaman gandum dalam penelitian ini adalah 109 HST.

a)

b)

c)

Gambar 2 Fase pertumbuhan tanaman gandum (dari kiri ke kanan) a) fase generatif
awal (masa bunting), b) fase berbunga, c) fase gandum siap dipanen

a)

b)

Gambar 1 Keragaman daun gandum pada pukul 12 siang atau tengah hari a) daun
menggulung dan b) daun tegak
Keragaman pertumbuhan galur-galur gandum yang dapat diamati pukul 12 siang
adalah keragaman daun. Daun gandum pada siang hari terjadi perubahan. Perubahan
ini berupa daun yang tegak atau menggulung. Daun yang menggulung terjadi pada
galur G.32. Kondisi daun yang menggulung pada galur mengindikasikan bahwa
tanaman sedang meminimalkan proses transpirasi untuk menghindari dehidrasi atau
cekaman kekeringan (Maralian et al. 2010). Galur G.58 mengalami daun tegak. Jumlah
daun yang lebih banyak dengan orientasi pertumbuhan daun yang tegak dapat
meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya (Taiz dan Zeiger 2002). Daun yang tegak
lebih baik untuk daerah tropis dibandingkan daun menggulung sebab daun tegak dapat
beradaptasi dengan baik pada suhu tinggi. Keragaman yang menonjol juga terlihat pada
galur G.103. Galur G.103 memiliki daun yang lebih hijau, pertumbuhan tajuk yang
tegak, seperti terdapat lapisan lilin dipermukaan luar batang, dan berumur sangat dalam
(127 HST) dibandingkan dengan galur-galur yang lain. Keragaan galur-galur gandum
seperti ini relatif ideal untuk diadaptasikan di daerah tropis (Budiarti 2005).

11

Pertumbuhan tanaman selama percobaan mengalami gangguan yang disebabkan
oleh hama dan penyakit yang terjadi mulai 4 MST. Hama yang dominan terjadi di
lapangan adalah hama walang sangit (Leptocotisa acuta), ulat jengkal (Plusia
chalcites), kutu daun (Myzus persicae), serta burung gereja (Passer mantanus). Walang
sangit menyerang bulir sebelum bunga membuka dan malai yang sedang bunting
dengan cara diisap sehingga mengurangi ukuran dan kualitas biji pada tanaman. Ulat
jengkal merupakan hama pemakan daun muda pada fase awal vegetatif. Kutu daun
menyerang bagian daun tanaman di semua umur tanaman. Gejala yang ditimbulkan
kutu daun adalah tanaman dapat menjadi kerdil, daun keriting, hingga gagal berbunga.
Hama burung geraja memakan biji gandum sehingga mengurangi jumlah pemanenan
biji gandum (Enceng 2007). Menurut Endah (2003) tanaman yang terserang virus
wheat mosaic virus (WMV) menunjukkan gejala bercak kuning pada daun gandum.
Gejala ini hanya terjadi pada beberapa galur secara acak yang menunjukkan galur
tersebut rentan terhadap penyakit.

a)

b)

c)

d)

Gambar 2 Hama dan penyakit tanaman gandum a) penyakit WMV, b) hama kutu daun
(Myzus persicae), c) hasil serangan burung gereja (Passer mantanus), d)
hama walang sangit (Leptocotisa acuta)
Insektisida diberikan sebanyak tiga kali karena kondisi hujan yang terus menerus
mengakibatkan mudah tercucinya insektisida setelah pengaplikasian. Perlindungan
tanaman gandum dari serangan burung dilakukan dengan penutupan jaring di seluruh
lahan. Pengendalian hama dan penyakit yang terlambat dapat menyebabkan penurunan
hasil produksi atau kematian pada tanaman.

12

Keragaan Karakter Antar Galur Introduksi
Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa faktor galur
nyata terhadap karakter utama pertumbuhan yaitu tinggi tanaman dan karakter
kompenen hasil yaitu jumlah biji malai utama. Karakter tinggi tanaman dan jumlah biji
malai utama diuji lanjut dengan uji t-Dunnett pada taraf 5% dan 1% untuk melihat
perbedaannya dengan varietas pembanding.
Tabel 2 Rekapitulasi nilai kuadrat tengah dan koefisien keragaman galur gandum
introduksi dari CIMMYT
Karakter

Kelompok

Karakter Agronomi
TT
55.25tn
UB
2.13tn
PM
2.11*
UP
41.38tn
Kompenen Hasil
JBM
93.90tn
BBM
0.24tn

Galur
Pembanding
(C)

Galur
Uji
(G)

KK
(%)

Galur

C vs G

89.34**
91.78tn
1.08tn
119.37tn

96.37tn
117.67tn
0.02tn
205.23tn

327.45**
570.32**
0.70tn
208.85**

61.59*
35.57tn
1.16tn
105.74*

7.20
14.01
7.61
9.53

111.66*
0.12tn

40.64tn
0.001tn

222.78**
0.10tn

101.57*
0.13tn

15.06
22.20

JBA
44926.73** 10611.61tn
0.05tn
30001.96* 8782.40tn 42.66
BBM
49.39**
9.94tn
0.48tn
20.66*
9.07tn 37.23
JBP
48034.82** 11890.89tn
41.29tn
35098.76* 9668.81tn 36.25
BBP
54.38**
11.41tn
0.01tn
23.39*
10.47tn 30.83
a
TT : tinggi tanaman; UB : umur berbunga; PM : panjang malai; UP : umur panen;
JBM : jumlah biji malai utama; BBM : bobot biji malai utama; JBA : jumlah biji malai
anakan; BBA : bobot biji anakan; JBP : jumlah biji per tanaman; BBP : bobot biji per
tanaman; * : berpengaruh nyata pada taraf 5%; ** : berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn
: tidak berpengaruh nyata
Pengaruh kelompok nyata pada karakter panjang malai, jumlah biji per malai
anakan, bobot biji per malai anakan, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per
tanaman. Pengaruh galur pembanding nyata pada karakter tinggi tanaman, umur
berbunga, umur panen, jumlah biji malai utama, jumlah biji per malai anakan, bobot
biji per malai anakan, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Pengaruh
galur uji nyata pada karakter tinggi tanaman, umur panen, dan jumlah biji malai utama.
Koefisien keragaman (KK) masing-masing karakter berada pada kisaran 7.20% sampai
42.66%. Gomez dan Gomez (2007) menyatakan bahwa nilai KK yang kecil

13

mengandung arti bahwa keragaman yang ditimbulkan akibat kesalahan atau faktor lain
yang tidak bisa dikendalikan kecil. Hal ini menggambarkan bahwa pelaksanaan
pengujian maupun derajat ketelitian pengambilan data termasuk cukup tinggi.

Keragaan Karakter Agronomi Galur-Galur Introduksi Gandum
Galur introduksi gandum ditanam di ketinggian 1 130 m dpl, suhu 17.5–25.3
°C, dan curah hujan rata-rata 283.30 mm bulan-1 (Lampiran 2). Hasil uji adaptasi galur
introduksi di tropika basah ditampilkan pada tabel keragaan galur introduksi gandum
(Tabel 3, 4, dan 5). Galur-galur introduksi dibandingkan dengan varietas unggul
nasional yaitu Nias dan Guri 1. Pembanding yang dipilih sebagai acuan adalah Guri 1
sebab Guri 1 merupakan varietas unggul baru yang dilepas tahun 2013. Hasil percobaan
di lapangan juga menunjukkan varietas Guri 1 mempunyai hasil panen lebih tinggi
daripada varietas Nias. Karakter tinggi tanaman dan jumlah biji malai utama diuji lanjut
menggunakan t-Dunnett untuk melihat perbedaan nyata dengan varietas unggul
nasional Guri 1.
Tabel 3 Keragaan antar karakter tinggi tanaman pada karakter agronomi galur
gandum introduksi dari CIMMYT
TT
TT
TT
No
Galur
No
Galur
No
Galur
(cm)
(cm)
(cm)
1
G.32
66.00
10
G.34
62.80
19
G.24
65.00
2
G.44
59.20
11
G.65
59.40
20
G.70
82.70*
3
G.19
65.20
12
G.46
65.30
21
G.39
68.20
4
G.68
76.00
13
G.97
58.60
22
G.36
77.90
5
G.103
79.00
14
G.11
73.60
23
G.28
66.00
6
G.25
67.50
15
G.58
70.90
24
G.53
51.20
7
G.43
60.80
16
G.27
59.80
25
G.35
39.60
8
G.21
64.80
17
G.54
67.80
26
G.72
72.90
9
G.12
54.60
18
G.22
63.00
27
G.29
55.20
Guri 1 60.58
a
TT : tinggi tanaman (cm); * : berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji t-Dunnett
Pertumbuhan tanaman adalah proses yang mengakibatkan perubahan bentuk
dan penambahan massa karena ukuran tanaman semakin besar. Menurut Kariada
(2006) karakter yang paling mudah diamati pada pertumbuhan adalah tinggi tanaman.
Puspitasari (2011) menyatakan bahwa tinggi tanaman dan diameter batang pada
tanaman dapat memberikan informasi tentang tegakan tanaman dan kemampuan
tanaman dalam mengalokasikan fotosintat.
Tinggi tanaman 27 galur gandum introduksi di lapangan berkisar antara 39.60–
82.70 cm. Wahyu et al. (2013) melaporkan bahwa tinggi tanaman galur introduksi

14

gandum berkisar antara 43.13–70.31 cm. Nur et al. (2012) juga melaporkan bahwa
tinggi tanaman galur introduksi gandum berkisar antara 56–74 cm.
Budiarti (2005) mengelompokkan karakter tinggi tanaman gandum ke dalam
tiga kategori yaitu pendek (53.5–65.2 cm), sedang (65.2–76.9 cm), dan tinggi (>76.9
cm). Galur introduksi yang termasuk kategori pendek adalah G.44, G.19, G.43, G.21,
G.12, G.34, G.22, G.24, G.65, G.97, G.53, G.27, G.35, dan G.27. Galur introduksi yang
termasuk kategori sedang adalah G.32, G.68, G.25, G.46, G.11, G.58, G.54, G.39,
G.28, dan G.72. Galur introduksi yang termasuk kategori tinggi adalah G.103, G.36,
dan G.70. Data Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 14 galur introduksi dalam
kategori pendek, 10 galur introduksi dalam kategori sedang, dan tiga galur introduksi
dalam kategori tinggi. Rata-rata galur introduksi termasuk tinggi tanaman gandum
yang pendek.
Tabel 3 menunjukkan galur G.70 (82.70 cm) mempunyai tinggi tanaman nyata
dan lebih tinggi daripada varietas nasional Guri 1 (60.58 cm). Galur introduksi selain
G.70 memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding
nasional Guri 1. Hasil tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa tinggi tanaman galur
introduksi setara dengan tinggi tanaman varietas unggul nasional Guri 1. Galur-galur
introduksi CIMYYT sudah adaptif pada lingkungan tropika basah karena mempunyai
tinggi tanaman yang tidak lebih rendah dengan varietas pembanding Guri 1.
Pembungaan terjadi pada bulan April dan Mei. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa galur-galur introduksi gandum mempunyai umur berbunga yang berkisar pada
51–75 HST. Wahyu et al. (2013) melaporkan bahwa umur berbunga galur introduksi
berkisar antara 43–70 HST. Nur et al. (2012) juga melaporkan bahwa umur berbunga
galur introduksi berkisar antara 52.50–68.83 HST.
Budiarti (2005) mengelompokkan umur berbunga menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok umur genjah antara 48–54.3 hari, kelompok umur sedang 54.3–60.6 hari,
dan kelompok umur dalam >60.6 hari. Galur introduksi yang termasuk kelompok umur
genjah adalah G.32 dan G.11. Galur introduksi yang termasuk kelompok umur sedang
adalah G.32 , G.19, G.12, dan G.46. Galur introduksi yang termasuk kelompok umur
dalam adalah G.68, G.103, G.25, G.43, G.21, G.34, G.65, G.97, G.58, G.27, G.54,
G.22, G.24, G.70, G.39, G.36, G.28, G.53, G.35, G.72, dan G.29. Data Tabel 4
menunjukkan bahwa terdapat 2 galur pada kelompok genjah, 4 galur pada kelompok
sedang, dan 21 galur pada kelompok dalam. Rata-rata galur introduksi termasuk umur
berbunga gandum pada kelompok dalam atau berumur panjang. Umur berbunga yang
panjang umumnya berdaya hasil tanaman lebih tinggi daripada umur berbunga yang
lebih pendek (Wahid et al. 2007). Umur berbunga yang lebih panjang akan
mengakibatkan umur panen yang panjang. Selain itu, laju pengisian biji yang lebih
panjang juga dapat menjadi penyebab panjangnya umur panen tanaman gandum
(Natawijaya 2012).
Panjang malai merupakan karakter yang dapat memperlihatkan tinggi
rendahnya produktivitas suatu galur atau varietas. Panjang malai yang meningkat
umumnya meningkatkan jumlah spikelet dan jumlah biji per malai sehingga hasil
produksi juga akan meningkat (Acquaah 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
galur-galur gandum intoduksi mempunyai panjang malai berkisar 5.80–11.90 cm.
Wahyu et al. (2013) melaporkan bahwa panjang malai galur introduksi gandum

15

berkisar antara 5.23–8.16 cm. Nur et al. (2012) juga melaporkan bahwa panjang malai
galur introduksi gandum berkisar antara 7.36–9.3 cm.
Tabel 4 Keragaan antar karakter panjang malai, umur berbunga, dan umur panen galur
pada karakter agronomi galur gandum introduksi dari CIMMYT
UB
PM
UP
UB
PM
UP
No Galur
No Galur
(hari) (cm)
(hari)
(hari)
(cm)
(hari)
1
G.32 58.00
7.80 110.00 15
G.58
66.00
7.90 115.00
2
G.44 54.00
9.00 127.00 16
G.27
66.00
8.90 115.00
3
G.19 58.00
9.30 118.00 17
G.54
65.00
9.50 100.00
4
G.68 64.00
9.90 102.00 18
G.22
67.00
9.60 110.00
5 G.103 75.00
9.20 127.00 19
G.24
67.00 10.40 110.00
6
G.25 75.00
9.50 110.00 20
G.70
67.00 11.30 110.00
7
G.43 69.00
8.80 125.00 21
G.39
65.00
9.60 100.00
8
G.21 74.00
9.40
91.00 22
G.36
61.00 11.90
98.00
9
G.12 55.00
7.90 100.00 23
G.28
69.00
9.50 120.00
10 G.34 70.00
9.40 125.00 24
G.53
64.00
7.80
97.00
11 G.65 69.00
7.90 125.00 25
G.35
65.00
5.80
98.00
12 G.46 60.00
8.90 100.00 26
G.72
71.00 10.50 120.00
13 G.97 61.00
8.10 110.00 27
G.29
67.00
7.60
99.00
14 G.11 51.00
9.50
95.00
9.02 109.00
60.80
9.02 109.00
Guri 1 60.80
Guri 1
a
PM : panjang malai utama (cm); UB : umur berbunga; UP : umur panen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur-galur introduksi gandum di
lapangan mengalami pematangan biji yang beragam sehingga pemanenan dilakukan
secara berkala. Umur panen galur-galur introduksi gandum di lapangan berkisar antara
91–127 HST. Wahyu et al. (2013) melaporkan bahwa umur panen galur introduksi
berkisar antara 72–95 HST. Nur et al. (2012) juga melaporkan bahwa umur panen galur
introduksi berkisar antara 86.17–103.75 HST.
Menurut Budiarti (2005) klasifikasi dibagi menjadi empat yaitu umur masak
adalah genjah 75–85 hari, sedang 86–96 hari, dalam 97–107 hari, dan sangat dalam
>108 hari. Galur introduksi yang memasuki umur genjah tidak ada. Galur introduksi
yang masuki kelompok umur masak sedang adalah G.21 dan G.11. Galur introduksi
yang memasuki kelompok umur masak dalam adalah G.68, G.12, G.54, G.39, G.36,
G.53, G.35, dan G.29. Galur introduksi yang memasuki kelompok umur masak sangat
dalam adalah G.32, G.44, G.19, G.103, G.25, G.43, G.34, G.65, G.97, G.58, G.27,
G.22, G.24, G.70, G.28, dan G.72. Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat dua galur
introduksi pada kelompok umur masak sedang, delapan galur introduksi pada
kelompok umur masak dalam, dan 17 galur introduksi pada kelompok umur masak
sangat dalam. Rata-rata galur introduksi memiliki umur masak sangat dalam.
Natawijaya (2012) melaporkan umur panen yang panjang berpengaruh positif dengan

16

panjanganya periode pengisian biji sehingga daya hasil lebih tinggi daripada umur
panen yang lebih genjah.
Umur panen pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada galur yang berbeda
nyata dengan varietas pembanding Guri 1. Hasil tidak berbeda nyata pada karakter
umur panen menunjukkan bahwa umur panen galur introduksi adaptif dan sangat
dalam. Galur introduksi yang mengalami umur panen tercepat adalah galur G.21 (91
HST) dan galur yang mengalami umur panen terlama adalah galur G.103 (127 HST),
namun tidak berbeda nyata dengan varietas nasional Guri 1.

Keragaan Komponen Hasil Galur Introduksi Gandum
Komponen hasil yang diamati adalah karakter jumlah biji malai utama, bobot
biji malai utama, jumlah biji per anakan, bobot biji per anakan, jumlah biji per tanaman,
dan bobot biji per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah biji
malai utama 27 galur gandum di lapangan berkisar antara 15.20–63.40 biji. Varietas
pembanding Guri 1 memiliki jumlah biji malai utama sebanyak 45.20 biji. Wahyu et
al. (2013) melaporkan bahwa jumlah biji malai utama galur introduksi gandum di
dataran rendah berkisar antara 2.2–23.6 biji. Nur et al. (2012) juga melaporkan bahwa
jumlah biji malai utama galur introduksi gandum di dataran tinggi berkisar antara
17.51–32.24 biji.
Pengamatan karakter bobot biji malai utama 27 galur gandum di lapangan
berkisar antara 0.62–2.46 gram. Varietas pembanding Guri 1 memiliki bobot biji malai
utama sebanyak 1.54 gram. Wahyu et al. (2013) melaporkan bahwa jumlah biji malai
utama galur introduksi di dataran rendah berkisar antara 0.03–0.4 gram. Nur et al.
(2012) juga melaporkan bahwa jumlah biji malai utama galur introduksi di dataran
tinggi berkisar antara 0.61–0.89 gram.
Galur introduksi pada karakter jumlah biji per anakan di lapangan berkisar
antara 78.40–394.80 biji. Varietas pembanding Guri 1 memiliki jumlah biji per anakan
sebanyak 282.76 biji. Pengamatan karakter bobot biji per anakan 27 galur gandum di
lapangan berkisar antara 2.32–15.96 gram. Varietas pembanding nasional Guri 1
memiliki bobot biji per anakan yaitu sebesar 8.14 gram.
Jumlah biji per tanaman pada galur introduksi di lapangan memiliki kisaran
antara 98.80–438.80 biji. Varietas pembanding Guri 1 memiliki jumlah biji per
tanaman sebanyak 327.96 biji. Menurut Natawijaya (2012) karakter bobot biji per
tanaman merupakan karakter yang menggambarkan produksi dan produktivitas
tanaman gandum. Hasil penelitian pada karakter bobot biji per tanaman galur
introduksi memiliki kisaran antara 3.06–18.00 gram. Varietas Guri 1 memiliki bobot
biji per tanaman sebesar 9.68 gram. Produksi dan produktivitas galur introduksi yang
tinggi akan diseleksi berdasarkan daya hasil.

17

Tabel 5 Keragaan antar karakter pada komponen hasil galur gandum introduksi dari
CIMMYT dengan varietas nasional Guri 1
JBM
BBM
JBA
BBA
JBP
BBP
No
Galur
(biji)
(gr)
(biji)
(gr)
(biji)
(gr)
1
G.32
45.60
1.60
78.40
2.38 124.00
3.98
2
G.44
38.60
1.28
103.20
3.70 141.80
4.98
3
G.19
44.00
2.04
394.80
15.96 438.80
18.00
4
G.68
51.20
1.64
308.80
9.54 360.00
11.18
5
G.103
33.60
1.34
197.20
5.34 230.80
6.68
6
G.25
48.60
1.60
323.40
8.56 372.00
10.16
7
G.43
58.40
1.74
127.40
3.08 185.80
4.82
8
G.21
36.20
1.22
285.80
9.32 322.00
10.54
9
G.12
29.40
0.80
84.80
2.64 114.20
9.60
10
G.34
44.20
1.38
252.40
5.10 296.60
6.48
11
G.65
30.80
1.34
121.60
4.48 152.40
5.82
12
G.46
28.60
0.92
81.40
2.74 110.00
3.66
13
G.97
15.20
0.62
83.60
2.44
98.80
3.06
14
G.11
37.00
1.32
142.00
4.68 179.00
6.00
15
G.58
24.20
1.06
120.80
3.58 145.00
4.64
16
G.27
46.40
1.96
196.60
6.06 243.00
8.02
17
G.54
58.60
2.16
347.40
11.96 406.00
14.12
18
G.22
33.60
1.58
151.60
6.36 183.80
7.94
19
G.24
57.40
1.66
369.40
9.70 426.80
11.36
20
G.70
51.40
1.74
191.60
6.44 243.00
8.18
21
G.39
46.80
1.72
185.60
5.96 232.40
7.68
22
G.36
63.40
2.46
328.00
12.18 391.40
14.64
23
G.28
49.00
1.34
296.60
6.02 345.60
7.36
24
G.53
31.80
1.24
139.60
4.22 171.40
5.46
25
G.35
29.00
1.10
97.60
3.32 126.60
4.42
26
G.72
31.20
0.90
99.60
2.32 130.80
3.22
27
G.29
41.60
1.90
133.60
3.94 175.20
5.84
45.20
1.54
282.76
8.14 327.96
9.68
Guri 1
a
JBM : jumlah biji malai utama; BBM: bobot biji malai utama; JBA : jumlah biji per
anakan; BBA : bobot biji per anakan; JBP : jumlah biji per tanaman; BBP : bobot biji
per tanaman; *: berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji t-Dunnet (karakter jumlah
biji malai utama)
Galur yang tidak berbeda nyata (Tabel 2) adalah karakter panjang malai, umur
berbunga, umur panen, bobot biji malai utama, jumlah biji per anakan, bobot biji per
anakan, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman sehingga tidak dilakukan

18

uji lanjut. Hasil yang tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa karakter tersebut adaptif
di lingkungan tropika basah dan setara dengan varietas unggul nasional Guri 1.

Keragaman Karakter Antar Galur Introduksi
Parameter Genetik Karakter Agronomi Galur-Galur Gandum
Nasir (2001) menjelaskan bahwa heritabilitas adalah proporsi besaran ragam
genetik terhadap besaran total ragam genetik ditambah dengan ragam lingkungan. Sari
et al. (2014) menambahkan bahwa heritabilitas merupakan parameter genetik yang
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman dalam
mewariskan karakter yang dimilikinya. Nilai heritabilitas sangat menentukan kemajuan
genetik yang akan dicapai. Karakter yang mempunyai heritabilitas yang tinggi dapat
dilakukan seleksi pada generasi awal, sedangkan heritabilitas rendah dan sedang dapat
dilakukan pada generasi lanjutan (Vidya et al. 2002).
Tabel 6 Pendugaan parameter genetik karakter agronomi dan kompenen hasil galur
gandum introduksi dari CIMMYT
2
2
g
p
h2bs (%)
Kriteria
Karakter
Karakter Agronomi
7.80
12.32
63.30
Tinggi
TT
-183.35
7.11
-2 576.97
Rendah
UB
0.14
0.23
59.06
Tinggi
PM
0.09
21.15
0.41
Rendah
UP
Komponen Hasil
13.07
20.31
64.34
Tinggi
JBM
0.00
0.03
16.49
Rendah
BBM
419.90
1756.48
23.91
Sedang
JBA
0.82
1.81
45.00
Sedang
BBA
524.61
1.933.76
27.13
Sedang
JBP
1.00
1.96
50.84
Tinggi
BBP
a
TT : tinggi tanaman; UB : umur berbunga; PM : panjang malai; UP : umur panen;
JBM : jumlah biji malai utama; BBM : bobot biji malai utama; JBA : jumlah biji malai
anakan; BBA : bobot biji anakan; JBP : jumlah biji per tanaman; BBP : bobot biji per
tanaman 2g : ragam genetik; 2p : ragam fenotip; h2bs : heritabilitas arti luas; Kriteria
: kriteria nilai heritabilitas
Zen dan Bahar (1993) menyataka bahwa nilai heritabilitas dikelaskan menjadi
tiga yaitu rendah h2bs < 0.2, sedang 0.2 < h2bs ≤ 0.5, dan tinggi h2bs > 0.5. Umur
berbunga, umur panen, dan bobot biji malai utama memasuki nilai heritabilitas rendah.
Heritabilitas rendah menjelaskan bahwa faktor lingkungan berpengaruh lebih besar
terhadap tanaman dibandingkan faktor genetik (Syukur et al. 2012). Karakter jumlah

19

biji per malai anakan, bobot biji per malai anakan, dan jumlah biji per tanaman
memasuki heritabilitas sedang. Karakter heritabilitas tinggi pada Tabel 6 adalah tinggi
tanaman, panjang malai, jumlah biji malai utama, dan bobot biji per tanaman. Nilai
heritabilitas merupakan salah satu parameter genetik yang dipertimbangkan untuk
memilih karakter seleksi (Barmawi et al. 2013). Berdasarkan nilai heritabilitas tinggi
maka dapat dilakukan seleksi generasi awal pada karakter tersebut. Nilai heritabilitas
yang tinggi mengindikasikan karakter tersebut sedikit dipengaruhi oleh faktor
lingkungan sehingga proses seleksi untuk karakter tersebut dapat dilakukan karena
akan didapatkan kemajuan seleksi yang besar (Wirawan et al. 2013).

Korelasi Karakter Antar Galur Introduksi
Penentuan Koefisien Korelasi
Perhitungan nilai koefisien korelasi linier antar karakter pengamatan dilakukan
untuk mengetahui kecenderungan nilai yang muncul diantara tiap pasang karakter
(Mattjik dan Sumertajaya 2002). Berdasarkan sepuluh karakter yang diamati, didapat
55 pasang nilai koefisien korelasi linier. Pasangan karakter yang memiliki korelasi
yang nyata adalah sebanyak 41 pasang, dimana 39 diantaranya memiliki korelasi
positif dan 2 sisanya memiliki korelasi negatif (Tabel 7).
Seleksi dengan karakter agronomi dilakukan berdasarkan keragaman karakter
agronomi, nilai heritabilitas, dan nilai korelasi. Syukur et al. (2012) menjelaskan bahwa
keeratan hubungan pada dua karakter dapat dilihat melalui nilai koefisien korelasi pada
hasil analisis korelasi. Bobot biji per tanaman merupakan karakter yang berkaitan
langsung dengan daya hasil sehingga seleksi berdasarkan karakter tersebut secara
langsung dapat meningkatkan rata-rata daya hasi