Perkembangan Cendawan Helminthosporium sp. dan Curvularia sp. pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.)

1

PERKEMBANGAN CENDAWAN Helminthosporium sp. DAN
Curvularia sp. PADA TANAMAN GANDUM
(Triticum aestivum L.)

RIMA YURINA NABILA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan

Cendawan Helminthosporium sp. dan Curvularia sp. pada Tanaman Gandum
(Triticum aestivum L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015
Rima Yurina Nabila
NIM A34090049

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.

4

i


ABSTRAK
RIMA YURINA NABILA. Perkembangan Cendawan Helminthosporium sp. dan
Curvularia sp. pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.). Dibimbing oleh
EFI TODING TONDOK.
Kebutuhan komoditas tanaman pangan di Indonesia, termasuk gandum
meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu kendala budidaya tanaman gandum di
daerah tropis adalah serangan penyakit. Helminthosporium sp. dan Curvularia sp.
telah ditemukan pada gabah gandum di Indonesia, tetapi penelitian tentang uji
patogenisitas sesuai dengan postulat Koch belum pernah dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memverifikasi bahwa Helminthosporium sp. dan
Curvularia sp. bersifat patogen pada gandum dan menyerang semua bagian
tanaman gandum, dan untuk menguji suhu yang cocok untuk pertumbuhan
Helminthosporium sp. dan Curvularia sp. Cendawan pada malai gandum dengan
bintik-bintik hitam diisolasi, diinokulasikan pada gandum yang sehat kemudian
dilakukan reisolasi. Inokulasi dilakukan pada 0 HST (hari setelah tanam) dengan
mencelupkan bibit gandum ke dalam suspensi cendawan, pada 56 HST, dan 84 hst
dengan penyemprotan suspensi cendawan pada tanaman gandum. Kemudian,
cendawan diinkubasi pada 8 °C, 18 °C, suhu kamar, 30 °C dan 37 °C dan diukur
pertumbuhan miseliumnya. Inokulasi dengan Helminthosporium sp. pada 0 HST
menunjukkan gejala pada daun dan batang utama, tapi tidak ada gejala yang

ditemukan pada saat penyemprotan 56 dan 84 hst. Inokulasi dengan Curvularia
sp. pada waktu inokulasi yang berbeda menunjukkan gejala pada daun. Suhu
optimum rata-rata untuk pertumbuhan Helminthosporium sp. adalah pada suhu
ruang, sedangkan untuk Curvularia sp. pada suhu 30 °C.
Kata kunci: gandum, Postulat Koch, suhu optimum
.

ii

iii

ABSTRACT
RIMA YURINA NABILA. The Development of Helminthosporium sp. and
Curvularia sp. on Wheat ( Triticum aestivum L. ) Crops. Supervised by EFI
TODING TONDOK.
The need for food crops commodity in Indonesia, including wheat has
increased from year to year. One of the obstacles of cultivating wheat plants in
tropical area is disease attack. Helminthosporium sp. and Curvularia sp. has been
found on wheat spikelet in Indonesia, but research regarding patogenicity test
according to Koch’s postulate has never been done. The purpose of this research

were to verify that Helminthosporium sp. and Curvularia sp. are pathogenic to
wheat and attack all parts of the wheat plants, and to test the temperature that
suitable for Helminthosporium sp. and Curvularia sp. growth. Fungi on wheat
panicles with black spots was isolated, inoculated to healthy wheat then reisolated.
Inoculation was performed at 0 dap (day after planting) by dipping wheat seeds
into fungal suspension, at 56 dap, and 84 dap by spraying wheat crops by fungal
suspension. Then, the fungi were incubated at 8 °C, 18 °C, room temperature, 30
°C and 37 °C and measured its miselial growth. Inoculation by Helminthosporium
sp. at 0 dap showed the symptom on leaves and main stem, but no symptom found
on spraying at 56 and 84 dap. Inoculation by Curvularia sp. at all different
inoculation time showed symptom on leaves. The average optimum temperature
for Helminthosporium sp. growth was at room temperature, whereas for
Curvularia sp. was at 30 °C.
Keywords: Koch’s Postulate, optimum temperature, wheat

iv

v

©


Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

6

vii

PERKEMBANGAN CENDAWAN Helminthosporium sp. DAN
Curvularia sp. PADA TANAMAN GANDUM
(Triticum aestivum L.)

RIMA YURINA NABILA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii

ix

Judul Skripsi

:


Nama Mahasiswa :
NIM
:

Perkembangan Cendawan Helminthosporium sp. dan
Curvularia sp. pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum
L.)
Rima Yurina Nabila
A34090049

Disetujui oleh

Dr. Efi Toding Tondok, SP. M.Sc.
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.
Ketua Departemen Proteksi Tanaman


Tanggal lulus:

x

11

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Perkembangan Cendawan Helminthosporium sp. dan Curvularia
sp. pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.)”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ayah, Ibu, Adik-adik serta keluarga besar yang selalu memberikan kasih
sayang, doa, dukungan serta motivasi kepada penulis.
2. Dr. Efi Toding Tondok, SP., M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan banyak ilmu, masukan, pengetahuan, saran, dan
motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan banyak dukungan, saran dan motivasi kepada penulis.

4. Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc. selaku dosen penguji tamu yang telah
memberikan dukungan, saran dan motivasi kepada penulis.
5. Teman-teman Miko (Laboratorium Mikologi) yang telah memberikan
semangat dan masukan kepada penulis.
6. Teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 46, 47, 48 atas kebersamaan dan
semangat yang diberikan.
7. Staf rumah kaca SEAMEO BIOTROP yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian.
8. Prioki Kristi, S.Hut. yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga hasil
penelitian ini bermanfaat untuk pembaca.

Bogor, Februari 2015
Rima Yurina Nabila

xii

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Penyiapan Benih Gandum
Uji Patogenisitas Cendawan Helminthosporium sp. dan
Curvularia sp. sesuai Postulat Koch
Pengukuran pertumbuhan Cendawan Helminthosporium sp.
dan Curvularia sp.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kenampakan Koloni Cendawan pada Media Water Agar dan Gejala
Penyakit pada Tanaman Gandum
Tanda Patogen secara Mikroskopis dan Koloni Cendawan dengan
lima suhu yang berbeda pada Media PDA

Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan Cendawan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
5
6
6
7
9
12
12
12
13
14

xiv

xv

DAFTAR TABEL

1

Hasil blotter test pada bagian daun, batang utama, tangkai malai dan
malai pada tanaman gandum setelah diberi perlakuan Helminthosporium
sp. dan Curvularia sp.

7

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6

Gejala pada daun yang telah diinokulasi Helminthosporium sp.
Konidia dan konidiofor Helminthosporium sp. dan Curvularia sp
Kenampakan koloni Helminthosporium sp. berumur 13 hari pada lima
suhu
Kenampakan koloni Curvularia sp. berumur 13 hari pada lima suhu
Rata-rata pertumbuhan koloni miselium Helminthosporium sp. secara
in vitro pada berbagai suhu yang berbeda selama 14 hari
Rata-rata pertumbuhan koloni miselium Curvularia sp. secara in vitro
pada berbagai suhu yang berbeda selama 14 hari

6
8
8
10
10
11

xvi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk lebih
dari 200 juta jiwa. Jumlah penduduk yang semakin meningkat berbanding lurus
dengan kebutuhan berbagai macam bahan pangan, salah satunya adalah komoditas
gandum yang umum tumbuh di daerah subtropis.
Salah satu keunggulan gandum dibandingkan dengan tanaman serealia
lainnya adalah mempunyai kandungan glutein yang mencapai 80%. Glutein
adalah protein yang bersifat kohesif dan liat sehingga dapat diolah menjadi
berbagai macam olahan pangan. Selain kandungan glutein yang tinggi, komposisi
nutrisi gandum juga lebih baik dibanding komoditas lainnya. Sebagai contoh,
kandungan protein pada gandum mencapai 13%, sedangkan pada padi, jagung dan
barley masing-masing sebesar 8%,10%, dan 12%. Kandungan karbohidrat
gandum mencapai 69%, sedangkan pada padi sebesar 65% dan pada barley
sebesar 63% (Porter 2005).
Di daerah tropis, gandum dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran
tinggi yang bersuhu rendah. Gandum tidak toleran terhadap kekeringan, sensitif
terhadap salinitas tanah, dan tidak dapat tumbuh pada daerah yang hangat dan
memiliki kelembaban tinggi (Ginkel dan Villareal 1996). Curah hujan efektif yang
dibutuhkan tanaman gandum yaitu 825 mm/tahun dengan ketinggian tempat > 800
mdpl (Musa 2002).
Gandum (Triticum aestivum L.) biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia dalam bentuk roti, mie, pasta,biskuit, kue, dan produk olahan pangan
lainnya. Gandum yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia masih bergantung
kepada impor. Kementerian Pertanian (2014), Bulan Mei 2014 mencatat,
Indonesia mengimpor gandum dari Australia, Amerika Serikat, Kanada, India dan
Ukraina mencapai 68 1431 644 ton. Secara akumulasi dari bulan Januari - Mei
tahun 2014, impor gandum Indonesia mencapai 2 907 300.627 ton.
Kebutuhan gandum di Indonesia yang semakin meningkat membuat
pemerintah berupaya mengembangkan gandum dengan melakukan penelitianpenelitian hingga saat ini. Salah satu kendala yang dialami dalam pengembangan
gandum adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berupa
penyakit. Menurut Widodo (2014), penyakit yang sering menyerang tanaman
gandum adalah hawar Helminthosporium yang disebabkan oleh cendawan
Helminthosporium sp., khususnya di daerah Cisarua dan Kuningan, Provinsi Jawa
Barat. Penyakit ini juga pernah menyerang tanaman gandum di daerah Mojosari,
Bogor, dan Malang (Handoko 2007). Helminthosporium sp. juga menyerang
bagian malai sehingga menimbulkan noda hitam pada sekam, ekor gabah gandum
dan juga menyerang akar yang menyebabkan dryland root rot (Wiyono 1980)
Selain penyakit hawar Helminthosporium, ditemukan juga penyakit minor
hawar malai Curvularia yang disebabkan oleh cendawan Curvularia sp. Secara
kasat mata gejala penyakit ini sulit dibedakan dengan hawar Helminthosporium
pada bagian malai (Widodo 2014). Curvularia sp. telah ditemukan, diidentifikasi,
dan dilakukan pengujian patogenisitas sesuai Postulat Koch pada tanaman padi di
daerah India (Kamaluddeen et al. 2013). Penelitian tentang Helminthosporium sp.
dan Curvularia sp. sudah pernah dilakukan di Indonesia berupa identifikasi

2
penyakit tanaman gandum di daerah Kuningan dan Bogor (Widodo 2014) namun
belum ada penelitian mengenai uji patogenisitas cendawan sesuai Postulat Koch
tentang kedua cendawan tersebut pada tanaman gandum.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan membuktikan bahwa cendawan Helminthosporium
sp. dan Curvularia sp. merupakan patogen yang menyerang semua bagian
tanaman gandum serta menguji kondisi lingkungan berupa suhu yang sesuai untuk
pertumbuhan Helminthosporium sp. dan Curvularia sp.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
status cendawan Helminthosporium sp. dan Curvularia sp. pada semua stadia
pertumbuhan gandum serta suhu optimum bagi pertumbuhan Helminthosporium
sp. dan Curvularia sp.

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian berlangsung pada Bulan Januari-Juli 2014. Penelitian dilakukan
di Laboratorium Mikologi, Patologi Serangga, Bakteri, dan Klinik Tanaman
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penanaman gandum dilakukan di rumah kaca SEAMEO BIOTROP (Southeast
Asian Regional Centre for Tropical Biology) Tajur, Bogor yang berada pada
ketinggian ± 300 meter dpl (di atas permukaan laut).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih gandum varietas
Nias, malai gandum yang terserang cendawan Helminthosporium sp. dan
Curvularia sp. yang berasal dari penanaman gandum di SEAMEO BIOTROP,
media water agar, media PDA (Potato Dextrose Agar), fungisida dengan bahan
aktif Benomil 50.4%, tanah yang telah disterilkan, akuades, pupuk (urea, SP 36,
dan KCl), alkohol 70%, dan parafilm. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah mikroskop, laminar air flow, cawan petri, sungkup mika
bening, ajir, kain kasa, hand sprayer, polibag berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm,
hemasitometer, dan termometer.
Metode Penelitian
Penyiapan Benih Gandum
Benih gandum terlebih dahulu direndam dalam suspensi fungisida dengan
konsentrasi 0.04 g 20 ml-1 selama 6 jam kemudian dibilas menggunakan akuades
steril. Benih dibilas dengan cara direndam di dalam akuades steril selama 1 jam
sebanyak dua kali dan dikeringanginkan selama satu malam untuk menghilangkan
residu pestisida pada benih.
Uji Patogenisitas Cendawan Helminthosporium sp. dan Curvularia sp. sesuai
Postulat Koch
Asosiasi dan Isolasi. Tahap pertama dari uji patogenisitas berdasarkan
Postulat Koch adalah asosiasi. Pada tahap ini gejala dan tanda patogen yang
diduga disebabkan oleh Helminthosporium sp. dan Curvularia sp. tampak berupa
bintik-bintik hitam bila diamati secara visual. Tahapan selanjutnya adalah isolasi.
Bagian malai gandum yang diduga terkena serangan Helminthosporium sp. dan
Curvularia sp. diberi perlakuan sterilisasi permukaan. Malai gandum tersebut
diinkubasikan pada media water agar secara aseptik pada laminar air flow.
Cendawan yang tumbuh kemudian diamati dan dimurnikan sampai didapatkan
isolat yang tidak terkontaminasi bakteri atau cendawan lain (isolat murni).
Spora dari isolat yang telah murni, diamati di bawah mikroskop untuk
memastikan cendawan tersebut adalah Helminthosporium sp. atau Curvularia sp.
Setelah terbukti benar, isolat tersebut diperbanyak. Selanjutnya, pada masingmasing cawan diletakkan potongan jerami gandum (± 1.5 cm) sebanyak tiga buah

4
untuk menginduksi sporulasi cendawan. Potongan jerami tersebut telah terlebih
dahulu dicuci bersih dan disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121 oC.
Biakan tersebut kemudian diletakkan pada suhu ruang. Konidia yang tumbuh
dalam cawan petri dipanen kemudian dihitung kerapatannya dengan
menggunakan hemasitometer hingga didapatkan kerapatan 1 x 103 spora ml-1.
Inokulasi. Suspensi yang berisi cendawan Helminthosporium sp.
diinokulasikan pada benih gandum saat 0 hst (hari setelah tanam) atau sesaat
sebelum ditanam dengan cara direndam di dalam suspensi spora selama 1 jam
dengan kerapatan spora 1 x 103 spora ml-1. Inokulasi pada tanaman gandum fase
vegetatif (56 hst) dilakukan dengan menyemprotkan suspensi cendawan pada
daun dengan menggunakan handsprayer sebanyak 0.5 ml dengan kerapatan spora
1 x 103 spora ml-1. Inokulasi pada fase generatif (84 hst) dilakukan dengan cara
yang sama pada fase vegetatif pada bagian malai. Cara yang sama dilakukan
untuk isolat Curvularia sp., diinokulasikan pada saat 0 mst, 56 hst, dan 84 hst.
Sebagai kontrol, tanaman gandum ditanam tanpa inokulasi Helminthosporium sp.
atau Curvularia sp.
Benih gandum yang telah disiapkan sebelumnya, ditanam pada media tanah
steril dalam polibag berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Setiap polibag ditanami
sebanyak dua benih gandum pada lubang tanam yang berbeda. Polibag diberi
sungkup mika bening dan kain kasa di bagian atas sungkup serta piringan plastik
putih di bagian bawah polibag sebagai alas. Pada 17 hst, tanaman diberi ajir agar
tidak mudah rebah. Tanaman gandum diberi pupuk kimia pada saat 10 hst dan 30
hst dengan dosis pupuk urea; SP 36; dan KCL sebanyak 0.25 g/polibag; 0.5
g/polibag, dan 0.25g/polibag. Setelah dua benih gandum tumbuh, pengamatan
dilakukan hanya pada salah satu tanaman saja. Pengamatan perkembangan
penyakit pada tanaman gandum dilakukan setiap hari selama 95 hari.
Penelitian patogenisitas cendawan terhadap tanaman gandum (Triticum
aestivum L.) dilaksanakan di rumah kaca menggunakan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Perlakuan penelitian dilakukan pada dua jenis cendawan yang
berbeda; masing-masing cendawan Helminthosporium sp. dan Curvularia sp.
diinokulasi pada fase yang berbeda yaitu 0 hst, 56 hst, 84 hst, dan kontrol. Setiap
perlakuan inokulasi cendawan diulang sebanyak tujuh kali ulangan. Total tanaman
yang diamati berjumlah 56 tanaman. Hasil penelitian diolah secara sederhana
dengan Microsoft Office Excel 2010 Worksheet kemudian dideskripsikan secara
kualitatif.
Reisolasi. Semua bagian tanaman gandum (daun, batang utama, batang
malai, dan malai) yang telah diinokulasi Helminthosporium sp. dan Curvularia sp.
dilakukan blotter test untuk mengamati keberhasilan inokulasi tersebut. Reisolasi
cendawan juga dilakukan dari benih yang tidak tumbuh. Kertas saring steril
sebanyak tiga lembar diletakkan di dalam cawan petri kemudian dilembabkan
dengan akuades steril, setelah itu potongan tanaman gandum diletakkan di atas
kertas saring dan diinkubasi pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan hingga
cendawan muncul di permukaan gandum dan diamati secara mikroskopis untuk
memastikan cendawan yang didapatkan adalah hasil dari inokulasi sebelumnya.

5
Pengukuran Pertumbuhan Cendawan Helminthosporium sp. dan
Curvularia sp.
Isolat diperoleh dari hasil reisolasi Helminthosporium sp. dan Curvularia sp.
pada malai gandum yang bergejala bintik-bintik hitam. Isolat ditumbuhkan pada
media PDA dalam cawan petri berdiameter 8 cm serta diberi parafilm untuk
merekatkan cawan petri. Cendawan diletakkan pada lima suhu yang berbeda yaitu
8 oC, 18 oC, suhu ruang, 30 oC dan 37 oC. Miselium cendawan diukur jari-jari
pertumbuhannya pada jam yang sama setiap hari selama 14 hari.
Penelitian pengukuran pertumbuhan cendawan disusun menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas dua jenis
cendawan yang berbeda; Helminthosporium sp. dan Curvularia sp. selanjutnya
masing-masing cendawan diletakkan pada suhu yang berbeda yaitu 8 oC, 18 oC,
suhu ruang, 30 oC, dan 37 oC. Setiap perlakuan suhu diulang sebanyak lima
ulangan. Total cawan yang diamati berjumlah 50 cawan. Hasil penelitian diolah
secara sederhana dengan Microsoft Office Excel 2010 Worksheet kemudian
dideskripsikan secara kualitatif.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kenampakan Koloni Cendawan pada Media Water Agar dan Gejala
Penyakit pada Tanaman Gandum
Gejala penyakit yang disebabkan oleh Helminthosporium sp. dan
Curvularia sp. di lapangan secara kasat mata sering menyatu dan sulit dibedakan
pada bagian malai. Setelah diisolasi pada media water agar, kenampakan koloni
Helminthosporium sp. tampak berupa benang-benang berwarna putih dan lamakelamaan menjadi berwarna hijau tua dan tampak halus. Koloni Curvularia sp.
berupa benang-benang berwarna hijau tua dengan spot-spot berwarna hijau tua
dengan permukaan yang tidak rata.
Gejala serangan cendawan Helminthosporium sp. secara umum pada bagian
daun berupa bercak memanjang berwarna keputihan dengan tepi berwarna
kecoklatan yang semakin lama semakin meluas (Gambar 1). Pada gejala yang
sangat parah dapat menyebabkan kematian dan tampak adanya tanda patogen
berupa bintik-bintik kehitaman yang menandakan konidia cendawan telah muncul
ke permukaan daun. Hal senada diungkapkan oleh Mathre et al. (2003) yang
menyatakan bahwa gejala berupa lesio berwarna coklat gelap muncul pada
jaringan koleoptil luar atau di dasar daun. Gejala pada tanaman muda membuat
pertumbuhan tanaman dapat terhambat dan pada gejala yang ekstrim seluruh
tanaman muda dapat mengalami kematian.

Gambar 1 Gejala pada daun yang telah diinokulasi Helminthosporium sp.
Pada penelitian ini, gejala penyakit yang disebabkan Curvularia sp. tidak
ditemukan pada semua bagian tanaman terutama daun, namun cendawan ini
menyebabkan benih tidak tumbuh. Tanda patogen baru tampak pada bagian daun
saat dilakukan blotter test.
Hasil blotter test pada bagian daun, batang utama, tangkai malai dan malai
setelah diinokulasi Helminthosporium sp. pada perlakuan 0 hst terlihat adanya
tanda patogen berupa Helminthosporium sp. pada bagian daun dan batang utama.
Pada perlakuan 56 hst dan 84 hst tidak ditemukan Helminthosporium sp. namun
ditemukan adanya Curvularia sp. Pada kontrol juga ditemukan cendawan
Curvularia sp. (Tabel 1). Berbeda hal nya dengan jenis perlakuan menggunakan
Curvularia sp., terlihat adanya tanda patogen berupa Curvularia sp. pada bagian
daun perlakuan 0 hst; 56 hst dan 84 hst. Perlakuan kontrol Curvularia sp.
ditemukan Curvularia sp. pada bagian daun, batang utama dan malai.

7
Tabel 1 Hasil blotter test pada bagian daun, batang utama, tangkai malai dan
malai
pada
tanaman
gandum
setelah
diberi
perlakuan
Helminthosporium sp. dan Curvularia sp.

Keterangan : (H) = adanya Helminthosporium sp., (C) = adanya cendawan Curvularia sp., D =
daun, BU = batang utama, TM = tangkai malai, M = malai, + = adanya cendawan yang muncul, = tidak adanya cendawan yang muncul, hst = hari setelah tanam

Hal ini diduga karena beberapa faktor diantaranya yaitu fungisida dengan
bahan aktif Benomil 50.4 % dengan konsentrasi 0.04 g 20 ml-1 yang diaplikasikan
pada saat perendaman benih gandum kurang efektif untuk mengurangi inokulum
Curvularia sp., dan menyebabkan Curvularia sp. masih terlihat pada semua
bagian tanaman dan pada semua fase perlakuan. Konsentrasi Helminthosporium
sp. dengan kerapatan spora 1 x 103 spora ml-1 kurang banyak untuk penyemprotan
serta ukuran nozzle spray yang dipakai terlalu kecil dan membuat
Helminthosporium sp. tersangkut pada bagian noozle, sehingga diperlukan
konsentrasi Helminthosporium sp. dengan kerapatan spora yang tepat hingga
dapat menimbulkan gejala pada tanaman.
Tanda Patogen secara Mikroskopis dan Pertumbuhan Koloni Cendawan
pada Lima Suhu Berbeda
Kenampakan tanda patogen (konidia) Helminthosporium sp. hasil inokulasi
pada tanaman gandum setelah diamati di bawah mikroskop secara umum
berbentuk seperti bumerang tumpul dengan beberapa sekat, sekat berjumlah 7-10,
sel berjumlah 8-11, konidia berwarna coklat tua, mempunyai rata-rata ukuran
konidia berkisar 3-40 µm x 2-10 µm serta memiliki batas antar sel yang jelas,
konidiofor berwarna coklat tua (Gambar 2). Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Asad et al. (2009) yang menyatakan bahwa ukuran rata-rata konidia
Helminthosporium sp. berkisar 38.3-65.8 µm x 12.3-25 µm dengan bentuk
konidia yang sedikit melengkung, konidia berwarna coklat sampai berwarna
kuning langsat coklat dengan 2-13 sekat.
Konidia yang tampak pada benih tanaman gandum yang diinokulasi
Curvularia sp. mempunyai konidia berbentuk bengkok seperti siku, konidia
berwarna coklat tua. Batas antar sel cukup jelas, mempunyai sel berjumlah 4-5,
pada sel ke-2 atau ke-3 berwarna lebih gelap dibanding sel lainnya, mempunyai
panjang konidia berkisar antara 8-15 µm dengan lebar berkisar antara 2-5 µm,
konidiofor berwarna coklat tua (Gambar 2).
Kenampakan koloni Helminthosporium sp. pada suhu 8 °C menunjukkan
warna koloni putih agak kecoklatan dibagian tengah, memiliki struktur yang datar
dan halus serta pola yang konsentris. Suhu 18 °C menunjukkan koloni hijau agak
kecoklatan dengan miselium aerial yang merata serta membentuk pola seperti
bukit dibagian tepi dan kawah dibagian tengah.

8

Gambar 2 (a-c) Konidia dan konidiofor Helminthosporium sp. dan (d-f) konidia
dan konidiofor Curvularia sp.
Suhu ruang dan suhu 30 °C menunjukkan miselium berwarna hijau tua
secara keseluruhan, serta pola yang konsentris dibagian tengah. Menurut Morejon
et al. (2006) Helminthosporium sp. pada media PDA saat diinkubasi pada suhu 25
°C tampak koloni seperti beludru, warna koloni hitam zaitun (hitam kehijauan),
miselium tidak ada, konidiofor pendek. Suhu 37 °C menunjukkan warna miselium
dengan tepian putih dan tampak menebal. Secara umum miselium
Helminthosporium sp. berwarna hijau tua (Gambar 3).
Hal yang berbeda terdapat pada Curvularia sp., dimana secara umum
miseliumnya berwarna hijau tua (Gambar 4). Suhu 8 °C menunjukkan warna
miselium putih di bagian tepi dan warna hijau dibagian tengah, serta pola yang
tidak teratur.

Gambar 3 Kenampakan koloni Helminthosporium sp. berumur 13 hari pada lima
suhu (a) 8 °C, (b) 18 °C, (c) suhu ruang, (d) 30 °C, dan (e) 37 °C

9

Gambar 4 Kenampakan koloni Curvularia sp. berumur 13 hari pada lima suhu:
(a) 8 °C, (b) 18 °C, (c) suhu ruang, (d) 30 °C dan (e) 37 °C.
Suhu 18 °C menunjukkan warna miselium hijau di bagian permukaan atas
dan hijau tua di bagian permukaan bawah, serta membentuk pola konsentris jelas.
Suhu ruang dan suhu 30 °C menunjukkan warna miselium berwarna hijau tua
secara keseluruhan, serta membentuk konsentris samar dan permukaan atas
miselium yang tampak datar, dan suhu 37 °C menunjukkan warna miselium hijau
tua dengan massa miselium yang sangat sedikit.
Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan Cendawan
4,50
4,00

Rata-rata (cm)

3,50
3,00
suhu 8

2,50

suhu 18
2,00

suhu ruang

1,50

suhu 30

1,00

suhu 37

0,50
0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke -

Gambar 5 Rata-rata pertumbuhan koloni miselium Helminthosporium sp. secara
in vitro pada lima suhu yang berbeda selama 14 hari

10
Pertumbuhan Helminthosporium sp. dan Curvularia sp. juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan salah satunya adalah suhu. Rata-rata pengukuran suhu di
rumah kaca saat pagi hari, siang hari, dan sore hari masing-masing sebesar 28.97
°C, 29.95 °C, dan 28.39 °C dan suhu ruang rata-rata di Laboratorium Mikologi
saat pengukuran pertumbuhan cendawan antara jam 13.30-16.30 sebesar 29.71
°C.
Perbedaan suhu yang berbeda di tempat yang berbeda akan memberikan
dampak berupa respon yang berbeda terhadap perkembangan Helminthosporium
sp. dan Curvularia sp. Pengujian untuk mengamati kesesuaian pertumbuhan
miselium Helmintosporium sp. dan Curvularia sp. terhadap suhu yang berbeda,
dilakukan secara in vitro pada media (PDA) di dalam cawan petri. Pengamatan
pertumbuhan Helminthosporium sp. diamati selama 14 hari pada lima suhu yang
berbeda.
Pertumbuhan rata-rata miselium Helminthosporium sp. pada suhu 8 °C pada
hari ke-14 sebesar 3.36 cm dan koloni tidak memenuhi cawan petri hingga akhir
pengamatan (14 hari). Pada suhu 18 °C mengalami peningkatan rata-rata
pertumbuhan miselium sebesar 3.81 cm dan koloni memenuhi cawan petri pada
hari ke-14. Rata-rata pertumbuhannya semakin meningkat pada suhu ruang yaitu
sebesar 3.93 cm dan mengalami sedikit penurunan rata-rata pertumbuhan
miselium pada suhu 30 °C sebesar 3.85 cm. Koloni cendawan memenuhi cawan
petri pada suhu ruang dan 30 °C pada hari ke-9 . Pada suhu 37 °C pertumbuhan
miselium mengalami penurunan yang tajam sebesar 0.23 cm dibandingkan dengan
semua suhu yang diamati dan koloni tidak memenuhi cawan petri hingga akhir
pengamatan (14 hari) (Gambar 5).
4,00
3,50

Rata-rata (cm)

3,00
2,50

suhu 8
suhu 18

2,00

suhu ruang

1,50

suhu 30
suhu 37

1,00
0,50
0,00
0

1

2

3

4

5

6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke -

Gambar 6 Rata-rata pertumbuhan koloni miselium Curvularia sp. secara in vitro
pada berbagai suhu yang berbeda selama 14 hari

11
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan miselium yang diamati pada
suhu 8 °C, 18 °C dan suhu ruang yang semakin meningkat. Sementara itu pada
suhu 30 °C mulai mengalami penurunan rata-rata pertumbuhan miselium dan pada
suhu 37 °C pertumbuhan miselium mengalami penurunan yang tajam sebesar 0.23
cm. Perbedaan suhu memengaruhi pertumbuhan miselium cendawan
Helminthosporium sp. dan suhu yang optimum bagi pertumbuhan cendawan
tersebut yaitu suhu ruang.
Rata-rata pertumbuhan miselium cendawan Curvularia sp. pada suhu 8 °C
pada hari ke-14 sebesar 2.71 cm dan koloni tidak memenuhi cawan petri hingga
akhir pengamatan (14 hari). Pada suhu 18 °C mengalami peningkatan rata-rata
pertumbuhan miselium sebesar 3.15 cm dan koloni tidak memenuhi cawan petri
hingga akhir pengamatan. Pertumbuhan miselium rata-rata pada suhu ruang
semakin meningkat yaitu sebesar 3.36 cm dan pada suhu 30 °C mengalami
kenaikan rata-rata pertumbuhan miselium yang maksimum sebesar 3.53 cm.
Koloni cendawan memenuhi cawan petri pada suhu ruang dan 30 °C pada hari ke14. Pada suhu 37 °C mengalami penurunan secara tajam sebesar 0.22 cm
dibandingkan dengan semua suhu yang diamati dan koloni tidak memenuhi cawan
petri hingga akhir pengamatan (14 hari).
Pertumbuhan cendawan Curvularia sp. pada masing-masing suhu berbeda.
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan miselium yang diamati pada suhu
8 °C, 18 °C, suhu ruang, dan 30 °C yang semakin meningkat, sementara itu pada
suhu 37 °C mengalami penurunan pertumbuhan miselium yang tajam sebesar 0.22
cm. Perbedaan suhu mempengaruhi pertumbuhan miselium cendawan Curvularia
sp. dan suhu yang optimum bagi pertumbuhan cendawan tersebut yaitu suhu 30
°C (Gambar 6).

12

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Inokulasi Helminthosporium sp. pada 0 hst berhasil memunculkan gejala
dan tanda patogennya pada bagian daun dan batang utama, tetapi pada inokulasi
56 hst dan 84 hst tidak ditemukan gejala penyakitnya. Serangan yang cukup berat
membuat tanaman gandum mati. Inokulasi Curvularia sp. pada umur tanaman
yang berbeda menunjukkan gejala dan tanda patogen pada daun. Pengujian secara
in vitro menunjukkan suhu optimum rata-rata bagi pertumbuhan
Helminthosporium sp. adalah suhu ruang sedangkan suhu optimum rata-rata bagi
pertumbuhan Curvularia sp. adalah suhu 30 °C.
Saran
Perlu dilakukan identifikasi cendawan hingga tahap spesies serta pengujian
pertumbuhan cendawan pada suhu diatas 30 °C dan di bawah suhu 37 °C.

13

DAFTAR PUSTAKA

Asad S, Ahmad I, Iftikhar S, Munir A. 2009. Characterization of Bipolaris
sorokiniana isolated from different agro-ecological zones of wheat
production in Pakistan. Pak. J. Bot. 41(1):301-308.
Ginkel VM, Villareal RL. 1996. Triticum L., p. 137-143 In Grubben GJH,
Soetjipto P (Eds). Plant resourse of South-East Asia (PROSEA). Cereals.
10.
Handoko I. 2007. Gandum 2000: Penelitian Pengembangan Gandum di
Indonesia. Bogor (ID): SEAMEO BIOTROP.
Kamaluddeen, Simon S, Lal AA. 2013. A new blight disease of rice caused by
Curvularia lunata from Uttar Pradesh. IJASR. 3(5).
Kementrian Pertanian. 2014. Impor Komoditi Pertanian Pernegara Tujuan.
[Internet]. Jakarta (ID). [diunduh 2014 Sept 24]. Tersedia pada
http://aplikasi.deptan.go.id/eksim2014/imporNegara.asp.
Mathre DE, Johnston RH, Grey WE. 2003. Diagnosis of common root rot of
wheat and barley. PMN.
Morejon KR, Moraes MHD, Bach EE. 2006. Identification of Bipolaris bicolor
and Bipolaris sorokiniana on wheat seeds (Triticum aestivum L.) in Brazil.
Braz J Microbiol. (37):247-250.
Musa S. 2002. Program pengembangan gandum tahun 2002 dan rencana 2003.
Makalah di dalam: Rapat Koordinasi Pengembangan Gandum; 2002
September 3-5. Pasuruan, Jawa Timur (ID): Dirjen Bina Produksi Tanaman
Pangan.
Porter JR. 2005. Rising temperatures are likely to reduce crop yields. Nature.
436:174.
Widodo MT. 2014. Identifikasi hama dan penyakit pada tanaman gandum
(Triticum aestivum L.) di daerah Kuningan dan Bogor, Provinsi Jawa Barat.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wiyono TM. 1980. Budidaya Tanaman Gandum. Jakarta (ID): PT. Karya
Nusantara Jakarta.

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tegal pada 15 Juli 1991 sebagai anak pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Drs. Alex Arman Ali dan Dra. Sri Setianingrum, M.Si.
Ketiga adiknya bernama Gestari Jabarini Saraswati, Irham Abdul Azis dan Dimas
Hafiz Muslim. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMAN 8 Bogor pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi Proteksi Tanaman
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis juga mengambil mata kuliah
Supporting Course untuk menunjang mata kuliah mayor. Selain itu penulis juga
mengembangkan kemampuannya di bidang akademik dengan menjadi Asisten
Praktikum Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat tahun 2013.
Prestasi yang pernah daraih penulis selama menjadi mahasiswa diantaranya
adalah Juara 3 Lomba Nasyid (tim) lorong 10 Gedung Asrama A3 yang
diselenggarakan oleh Dewan Mushola A3 TPB IPB (2009), masuk semifinal 5
besar Lomba Cerdas Cermat Islam yang diselenggarakan oleh LDF FORSIA
FEMA IPB (2011), masuk 10 besar mahasiswa peminjam buku terbanyak di
Perpustakaan LSI pusat IPB (2011), mendapat dana hibah dari Direktorat
perguruan tinggi (dikti) dalam kegiatan PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa)
bidang penelitian tentang tikus (2013).
Sebagai kegiatan tambahan di luar kampus, penulis pernah mengikuti
Program bimbingan Talaqqi Tahsin 1 dan 2 di Masjid Al-Hijri, Les di LBPP LIA
Pakuan untuk menambah soft skill dan pengalaman.