Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.) di PT Sungai Menang, Maluku Tengah, Maluku

KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS
L. MERR.) DI PT SUNGAI MENANG, MALUKU TENGAH, MALUKU

ZAENAL ARIFIN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.) di PT Sungai Menang, Maluku Tengah,
Maluku adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014

Zaenal Arifin
NIM A24070118

ABSTRAK
ZAENAL ARIFIN. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.)
di PT Sungai Menang, Maluku Tengah, Maluku. Dibimbing oleh Dr.
HERDHATA AGUSTA.
PT Sungai Menang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pertanian dengan komoditas budidaya utamanya adalah tanaman jagung.
Perkebunan jagung yang mulai dilakukan berlokasi di Pulau Seram Kabupaten
Maluku Tengah, Maluku. Salah satu permasalahan utama di kebun Seram ini
adalah rendahnya populasi dari harapan. Dari sampel 8 petakan didapatkan
populasi tanaman sebesar 29. 53 %. Dilihat dari potensi genetiknya, daya
berkecambah (DB) benih 10 varietas hibrida jagung memiliki persentase
berkecambah > 80 % dengan DB terendah adalah Bisi-816 yaitu sebesar 85.33
dan tertinggi adalah P-27 dan NK-33 yaitu sebesar 97.33 %. Percobaan dilakukan
untuk melihat daya tumbuh benih jagung dengan mengkombinasikan faktor

kedalaman tanam, konsumsi air dan ukuran agregat tanah. Kombinasi kedalaman
tanam dengan konsumsi air berpengaruh terhadap daya tumbuh jagung. Sementara
kombinasi ketiganya tidak memberikan pengaruh nyata. Persentase daya tumbuh
jagung tertinggi didapat oleh kombinasi kedalaman tanam 7.5 cm dengan
konsumsi air 30 mm.
Kata kunci : Populasi, Daya tumbuh, Kedalaman tanam, Konsumsi air, Ukuran
agregat tanah

ABSTRACT
ZAENAL ARIFIN. Growth Performance of Maize (Zea mays L. Merr.) In PT
Sungai Menang, Central Maluku, Maluku. Supervised by Dr. HERDHATA
AGUSTA
PT Sungai Menang is a company engaged in agriculture with agriculture
commodity maize is the main crop . Maize plantations is located in Seram Island
Central Maluku regency , Maluku . One of the main problems in the garden Seram
is the low population of growing plants,which reached over to 29.53%. The
Germination Rate (GR) of 10 varieties of hybrid maize seeds could be > 80%. The
lowest GR was found at Bisi-816 85.3 % and the highest is the P-27 and NK-33 is
equal to 97.3 %. The experiments were conducted to see the growing seed maize
by combining faktor planting depth , water consumption and soil aggregate size .

The result showed that maize growth influence by planting depth and water
consumption. Highest percentage of maize growth for 2 weeks seedling time was
found at palnting depth 7.5 cm and 10 cm with 30 mm of water consumption.
Keywords: Population, Resources grow, planting depth, water consumption, soil
agregate size

KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS
L. MERR.) DI PT SUNGAI MENANG, MALUKU TENGAH, MALUKU

ZAENAL ARIFIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.) di PT
Sungai Menang, Maluku Tengah, Maluku
Nama
: Zaenal Arifin
NIM
: A24070118

Disetujui oleh

Dr. Ir. Herdhata Agusta
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Keragaan
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.) di PT Sungai Menang,
Maluku Tengah, Maluku.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Herdhata Agusta
untuk semua bimbingannya, Direksi PT Sungai Menang yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melakukan kegiatan magang, terutama kepada Bapak
Agusta Muharam (General Manager), Bapak Lukman Hakim (Field Asistant),
serta seluruh staff dan THL yang sudah sangat membantu penulis dalam
menjalankan proses pemagangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Zaenal Arifin

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
METODE
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Pelaksanaan
KEADAAN UMUM
Lokasi Perusahaan
Keadaan Iklim dan Tanah
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pertanaman Jagung
Daya Berkecambah Benih
Pengaruh Faktor Kedalaman Tanam, Kebutuhan Air dan Ukuran
Tanah
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

vi
vi
vi
1
1
1
2
4
4
4
4

5
5
5
7
7
8
8
14
15
15
17
Agregat
18
19
19
19
19

DAFTAR TABEL
1

2
3
4
5
6

Hari hujan dan curah hujan kebun Leawai bulan Februari-April 2011
Sifat fisik tanah kebun Leawai
Persentase tumbuh jagung
Data jumlah karyawan PT Sungai Menang
Jumlah benih tertanam dan persentase tumbuh jagung
Daya berkecambah benih 10 varietas hibrida jagung

5
6
7
8
15
17


DAFTAR GAMBAR
1 Pengolahan tanah dengan disk plow (A), alat rotavator (B)
9
2 Alat planter (A), proses penanaman dan pemupukan I (B)
10
3 Pemupukan II secara manual (A), kondisi pupuk yang tidak ditutup (B)
11
4 Pengendalian gulma secara manual (A), Pengendalian gulma secara kimiawi
12
5 Pengendalian hama dengan hand spayer (A), Pengendalian hama dengan
boom spayer
13
6 Alat harvester (A), pemipilan dengan harvester (B)
14
7 Pembersihan lahan secara manual
16
8 Rendahnya populasi pertanaman jagung
17
9 Grafik Pengaruh kombinasi kedalaman tanam dan kebutuhan air
18


LAMPIRAN
1
2
3
4

Data curah hujan bulanan periode 1999-2010
Stuktur organisasi
Hasil analisis ragam percobaan daya tumbuh jagung
Riwayat hidup

PENDAHULUAN
Jagung merupakan tanaman serelia yang bersifat determinan dengan siklus
hidupnya 80-150 hari. Tahap pertama dari siklus hidupnya adalah untuk
pertumbuhan vegetatif, sedangkan tahap kedua untuk pertumbuhan generatif.
Pertumbuhan vegetatif diawali dari fase perkecambahan benih. Menurut
Hartmann dan Kester (1968) perkecambahan bisa terjadi jika ada tiga kondisi
yaitu : benih harus viabel, kondisi internal benih harus baik, dan lingkungan
eksternal yang sesuai.
Kondisi viabel dan internal benih dapat ditunjukkan dengan melakukan uji
daya berkecambah benih sehingga dapat diketahui potensi tumbuh benih jagung di
lapang. Faktor lingkungan eksternal sangat menentukan faktor internal. Potensi
genetik yang dimiliki oleh sebuah benih akan tidak keluar oleh karena faktor
eksternal yang tidak optimal dalam mendukung pertumbuhan potensi genetiknya.
Sinergi dari kedua faktor ini akan menghasilkan pertumbuhan yang baik bagi
tanaman jagung (Hartman, Kester. 1968)
Di PT Sungai Menang, yang berlokasi di Kabupaten Maluku Tengah,
pertanaman jagung ditanam dalam skala luas. Penggunaan alat mekanisasi
digunakan dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi. Efektifitas karena
penggunaan peralatan mekanisasi dapat mengerjakan pekerjaan dalam waktu yang
relatif singkat dibandingkan dengan dilakukan secara manual. Efisien karena
penggunaan alat mekanisasi mengurangi beban biaya tenaga kerja yang bila
dikerjakan secara manual akan membutuhkan tenaga kerja yang sangat besar.
Tantangan budidaya jagung dalam skala luas ini salah satunya adalah
meningkatkan produktifitas dalam satuan luas. Salah satu faktor yang
mempengaruhi produktifitas jagung adalah jumlah populasi yang hidup dan
menghasilkan jagung. Faktor-faktor lingkungan seperti tanah, alat mekanisasi
seperti traktor dan alatnya, keahlian operator dalam mengoperasikannya serta
faktor musim sangat mempengaruhi pertumbuhan jagung di lapang yang
berkorelasi terhadap populasi tanaman jagung di lahan penanaman. Untuk itu
perlulah diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jagung di awal
fase hidupnya sehingga menghasilkan populasi yang optimal untuk produksi yang
maksimal.
Tujuan
Tujuan dari magang dan penelitian ini adalah untuk melatih dan
menambah pengalaman mahasiswa dalam mengelola perkebunan jagung skala
luas. Adapun tujuan aspek khusus magang ini adalah untuk mengetahui daya
kecambah benih yang ditanam di PT Sungai Menang serta mengetahui seberapa
besar pengaruh faktor kedalaman tanam, kebutuhan air serta ukuran agregat tanah
terhadap daya tumbuh jagung selama 14 HST.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Jagung
Jagung adalah tanaman semusim yang masuk dalam famili graminae.
Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur dan memiliki
tingkat drainase yang baik. Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu 100 - 450 C (Farnhan et al. 2003) dan hasil pertumbuhan jagung akan
lebih baik dan cepat dengan suhu minimum harian sebesar 210 C dan suhu
maksimum harian 320 C (Brown, 1977). Tanaman jagung lebih menyukai kondisi
di mana cahaya matahari penuh menyinari dibandingkan dengan berada pada
naungan (Farnhan et al. 2003). Hal ini karena tanaman jagung merupakan
tanaman C4 yang membutuhkan lama penyinaran yang panjang dan efisien dalam
memanfaatkan air (Gardner et al. 1991)
Daya Berkecambah Benih
Daya berkecambah suatu lot benih perlu diketahui sebelum lot benih
tersebut diputuskan untuk ditanam. Hal ini karena perkecambahan benih menjadi
salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan populasi yang ingin dicapai.
Untuk itu pemilihan benih yang akan ditanam juga perlu dilakukan guna
mendapatkan benih yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan penanaman.
Pemilihan benih didasarkan pada kualitas benih, tingkat kematangan, kondisi
lokasi penanaman, serta toleran terhadap penyakit dan hama penting lokal
(Farnhan et al. 2003).
Secara fisiologi proses perkecambahan benih meliputi pengambilan air,
yang disebut dengan imbibisi, mobilisasi persediaan cadangan makanan di dalam
biji dan berlangsungnya kembali pertumbuhan dan perkembangan embrio untuk
membentuk struktur tunas dan akar semai. Proses pengambilan air dari lingkungan
tanah ke dalam benih (imbibisi) ini terjadi karena perbedaaan status energi air.
Potensial air di lingkungan tanah lebih besar dibandingkan dengan potensial air
benih, sehingga air di luar benih akan masuk ke dalam benih (Bewley and Black,
1983).
Ukuran Agregat Tanah
Karena ukuran ruang pori merupakan fungsi dari agregat tanah, seringkali
para pakar pertanian menggunakan variabel ukuran agregat tanah sebagai
indikator struktur tanah (Doyle dan Mclean, 1958). Hasil penelitian Anderson dan
Kemper (1964) hasil tertinggi tanaman jagung diperoleh pada tanah yang
mempunyai kemantapan agregat sebesar 53 %. Yang dimaksud agregat mantap
dalam penelitian ini adalah % agregat tanah yang tertinggal pada ayakan
berdiameter >0.25 mm setelah diayak dalam air selama 5 menit.
Kemantapan agregat tanah dibentuk dari cara penyiapan lahan. Cara
penyiapan lahan untuk budidaya sangat bergantung pada kondisi fisik tanah yang
ada. Pada tanah bertekstur padat diperlukan pengolahan yang intensif. Pada tanah
bertekstur ringan, penyiapan lahan bisa dilakukan dengan olah tanah konservasi

3
seperti olah tanah minimum (OTM) atau tanpa olah tanah (TOT). Penyiapan lahan
konvensional dengan olah tanah sempurna (OTS) berdampak positif terhadap fisik
tanah bertekstur sedang dengan menurunkan bobot isi dan ketahanan penetrasi
tanah. Namun demikian dampak positif tersebut hanya bersifat sementara karena
setelah 2-3 bulan tidak berbeda dengan bobot isi tanah pada tanah yang
dipersiapkan dengan OTM dan TOT. Pertumbuhan dan hasil jagung tidak
berbeda nyata pada lahan yang disiapkan dengan OTS, OTM dan TOT (Efendi et
al. 2008). Pengaruh pengolahan tanah di afrika barat dengan kondisi semi arid
tropik memberikan peningkatan hasil produksi sebesar 50 % dibandingkan dengan
tanpa olah tanah (Nicou and Charreau. 1985). Menurut Sharma dan Abrol (2011)
pengolahan tanah menyebabkan ukuran agregat tanah menjadi lebih kecil. Hal ini
berpengaruh terhadap sulitnya air untuk terdrainase dikarenakan pelekatan yang
lebih besar antara mikropori dan air tanah.
Kedalaman Tanam
Kedalaman tanam berhubungan dengan fase awal hidup tanaman jagung.
Pada fase awal perkecambahan benih jagung di lapang, benih yang tertutup tanah
berkecambah dengan plumula menembus tanah ke atas. Ketika kedalaman tanam
terlalu dalam, dimungkinkan plumula tidak mampu menembus tanah ke atas,
sehinggga mengakibatkan benih yang ditanam gagal tumbuh. Menurut Farnham et
al (2003) kedalaman tanam ideal untuk benih yang di tanam di lapang adalah 4-5
cm dari permukaan tanah. Kedalaman tanam bergantung pada tipe dan kondisi
tanah di lahan budidaya. Jika tanah terlalu basah sebaiknya kedalaman tanam yang
dipakai adalah kurang dari 4 cm. Sebaliknya, jika tanah terlalu kering kedalaman
tanam optimum bisa lebih dalam dari 4 cm.
Kebutuhan Air
Kebutuhan air tanaman sering digambarkan dari evapotranspirasi tanaman.
Evapotranspirasi tanaman dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial
merupakan jumlah air yang ditranspirasikan dalam satuan unit waktu oleh
tanaman yang menutupi tanah secara keseluruhan dengan ketingggian seragam,
tidak pernah kekurangan air, dan tidak terserang hama penyakit. Evapotranspirasi
actual merupakan tebal air yang dibutuhkan untuk mengganti sejumlah air yang
hilang melalui evapotranspirasi pada tanaman yang sehat (Aqil et al. 2007)
Menurut Aqil et al. (2007) periode pertumbuhan tanaman yang
membutuhkan adanya pengairan dibagi menjadi lima fase, yaitu fase pertumbuhan
awal (selama 15-25 hari), fase vegetatif (25-40 hari), fase pembungaan (15-20
hari), fase pengisian biji (35-45 hari), dan fase pematangan (10-25 hari). Menurut
Sunarti et al (2008) kekeringan pada waktu pembungaan sampai panen, hasil
panen jagung hanya 15-30 % dari lingkungan normal.
Menurut Farnham et al (2003) kebutuhan air tanaman jagung dari
penanaman sampai matang berkisar antara 400-650 mm. Namun demikian,
budidaya jagung saat ini masih terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah
dan waktu yang tepat. Kekurangan dan kelebihan air selama masa hidup jagung
mengakibatkan pertumbuhan jagung terganggu. Kebutuhan air tanaman jagung
pada lahan-lahan tadah hujan diperoleh dari hujan. Waktu turun hujan sangat
penting dalam melihat kebutuhan air jagung. Perlu dilakukan pengelolaan air guna

4
memanfaatkan hujan yang turun dengan mengurangi evaporasi dan run off serta
meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas penyimpanan tanah.

METODE
Waktu Dan Lokasi
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai Juni
2011 yang berlokasi di PT Sungai Menang (Sampoerna Agro Grup), kecamatan
Seram Utara Timur Kobi, kabupaten Maluku Tengah, pulau Seram, Maluku.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan untuk pengamatan curah hujan harian
yaitu : ombrometer , gelas ukur curah hujan. Untuk pengamatan daya kecambah
benih menggunakan 10 varietas jagung hibrida ( AS-1, BIMA-2, MAKMUR-1,
BISI-12, BISI 816, P-12, P-21, P-27, NK-22, NK-33 ). Untuk pengukuran
percobaan kedalaman tanam, kebutuhan air dan ukuran agregat tanah : tanah,
benih P-21.
Pelaksanaan
Pelaksanaan magang di PT Sungai Menang dilakukan dengan mengikuti
semua kegiatan yang dilakukan di perusahaan mulai dari aspek teknis budidaya
sampai aspek manajerial kebun. Aspek teknis budidaya yang dilakukan mulai dari
persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT), pengelolaan air, dan panen. Aspek manajerial yang penulis
lakukan selama magang yaitu membantu mandor dalam memimpin kegiatan
teknis harian di lapang serta memanajemen tenaga harian lapang. Selain itu juga
membantu asisten lapang dalam merencanakan kegiatan apa saja yang akan
dilakukan dalam hubungannnya mengelola kebun.
Selain magang itu sendiri, dilakukan aspek khusus berupa pengujian daya
berkecambah varietas-varietas benih jagung yang ditanam serta pengujian
pengaruh faktor kedalaman tanam, kebutuhan air serta ukuran agregat tanah dalam
pengaruhnya terhadap daya tumbuh benih jagung.
Pengamatan daya berkecambah benih menggunakan metode uji daya
kertas digulung dan dilapisi plastik. Varietas yang diujikan adalah 10 lot benih
yang berbeda. Tiap lot benih diujikan tiga kali ulangan dengan masing-masing
ulangan terdiri dari 25 benih jagung. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 dan
ke-7 HST. Pengamatan dilakukan untuk perkecambahan benih yaitu : benih
berkecambah normal, benih berkecambah abnormal, dan benih busuk.
Pengaruh faktor kedalaman tanam, kebutuhan air, dan ukuran agregat
tanah dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap 3 faktor yaitu kedalaman
tanam, kebutuhan air dan ukuran agregat tanah. Taraf untuk kedalaman tanam
yaitu : 2,5 cm ; 5 cm ; 7,5 cm ; 10 cm. Taraf untuk kebutuhan air yaitu : 0 cm3 ;
100 cm3 ; 200 cm3 ; 300 cm3. Taraf ukuran agregat tanah yaitu : diameter < 5 cm
dan 5 cm < x < 10 cm. Tiga perlakuan ini dikombinasikan sehingga didapat 32
perlakuan dengan ulangan tiga kali sehingga terdapat 96 satuan percobaan.
Percobaan dilakukan di polibag dengan diameter polibag 11,5 cm dan tinggi 15

5
cm. Masing-masing polibag berisi 5 benih. Pengamatan dilakukan setiap hari
sampai tanaman berumur 14 HST yaitu pada komponen jumlah benih yang
tumbuh pada masing-masing perlakuan. Benih yang diamati adalah benih yang
tumbuh normal. Benih yang tumbuh abnormal atau terhambat pertumbuhannya
akibat ketidakmampuan plumula benih menembus tanah dianggap sebagai benih
yang tidak tumbuh. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ragam. Jika hasil uji
ragam nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut dengan uji polinomial orthogonal
dengan taraf 5 %.
Guna menambah informasi dalam pelaksanaan magang ini, dikumpulkan
pula data sekunder berupa data yang didapat dari arsip perusahaan. Data sekunder
ini meliputi : data tanah, data populasi tanaman, jumlah benih terpakai per blok,
data pemupukan, dan data curah hujan tahunan selama 22 tahun terakhir.

KEADAAN UMUM
Lokasi Perusahaan
Perkebunan jagung yang dikelola oleh PT Sungai Menang yang
merupakan anak perusahaan dari Sampoerna Agro Grup ini terletak di pulau
Seram, kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Letak geografis PT. Sungai Menang
terletak pada 129042’-129051’ BT dan 2051’ – 2056’ LS dan berada di pesisir
pantai utara pulau Seram. Letak kantor sekretariat dan kebun terpisah. Lokasi
kantor sekretariat dan kebun berada di akses jalan lintas Seram. Jarak kantor
sekretariat kebun menuju ibu kota kecamatan sejauh 25 km dan ibu kota
kabupaten sejauh 250 km. Kebun Leawai (Divisi II) berjarak 10 km dari kantor
secretariat. Letak kebun Leawai ini dikelilingi oleh hutan alami dengan sungai
Samal di sebelah timurnya. Jika terjadi hujan lebat, sungai Samal bisa meluap dan
luapannnya masuk ke pertanaman jagung. Arah pembuangan drainase primer
mengarah ke sungai pasang surut. Hal ini berdampak jika air laut sedang pasang
maka air payau masuk ke saluran drainase kebun dan aliran berbalik dari arah laut
ke kebun.
Keadaan Iklim dan Tanah
Keadaan iklim daerah Seram dideskripsikan dengan data hujan selama 22
tahun terakhir (1989-2010) yang diambil dari stasion klimatologi Masohi yaitu
rata-rata tahunan sebesar 2493 mm/tahun (lampiran 1). Tipe iklim menurut
Oldeman termasuk ke dalam tipe C1 yaitu dalam satu tahun terdapat rata-rata 5
bulan basah berturut-turut dan satu bulan kering berturut-turut. Tipe iklim ini
dimungkinkan untuk menanam tanaman palawija sebanyak dua kali dalam satu
tahun.
Tabel 1. Hari hujan dan curah hujan kebun Leawai bulan Februari-Mei 2011
Februari

Maret

April

Mei

6

3
5
7
9
12
14
20
22
24
25

Curah
Hujan
(mm)
0.6
2.5
10
2.5
18
32
5
70
3
13

10

156.60

Hari
Hujan

2
3
13
14
16
20
21
23
26

Curah
Hujan
(mm)
8.5
5.5
2.5
6.5
2
28.5
3
8.5
9

9

74.00

Hari
Hujan

7
8
11
13
19
22
24
27
28

Curah
Hujan
(mm)
13.5
11
9
6
4
28.5
4
6.5
103

9

185.50

Hari
Hujan

Hari
Hujan
7
14
16
23
24
25
27
28
31
9

Curah
Hujan
(mm)
9.5
7
59
10.5
90
18.5
0.5
4
5
213.0
0

Sumber : Data Perusahaan
Lahan sebelumnya berupa hutan primer yang dialihfungsikan menjadi
lahan budidaya. Sebelum dilakukan penanaman dilakukan proses land clearing
dengan menggunakan bulldozer dan eksavator. Berikut adalah beberapa sifat fisik
tanah di kebun Leawai :
Tabel 2. Sifat fisik tanah kebun Leawai
Karakteristik Tanah
Tekstur (% Liat)
BD (g/cc)
Ruang pori total (% vol.)
Laju drainase pori (% vol.)
Permeabilitas (cm/jam)
Sumber : Data Perusahaan

Kebun Leawai
Top Soil
Sub Soil
44
44
1,06
1,28
52,86
47,80
14,67
9,54
2,51
1,18

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa tekstur tanah pada lapisan top soil dan
sub soil mengandung liat 44 %. Tanah yang mengandung liat > 35% bisa
dikatakan sebagai tanah berat (Islami dan Utomo, 1995). Dengan persen ruang
pori sebesar 52,86 % pada top soil dan47, 80 % pada sub soil dapat dikatakan
tanah memiliki porositas yang relative tinggi, tetapi sebagian besar merupakan
pori berukuran kecil karena kandungan liatnya yang tinggi. Hal ini juga terliat dari
nilai Laju drainase pori pada top soil sebesar 14.67 % dan pada sub soil sebesar
9.54 % dan nilai permeabilitas pada top soil sebesar 2.51 cm/jam dan pada sub
soil sebesar 1.18 cm/jam. Hal ini berakibat pada daya hantar air yang lambat dan
sirkulasi udara sedikit terhambat. Tanah berat memiliki kemampuan menyimpan
air dan unsur hara yang tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi,
sehingga sulit dilepaskan bila kering, sehingga juga kurang tersedia bagi tanaman
(Islami dan Utomo, 1995).

7
Keadaan Tanaman Dan Produksi
Setiap kebun dibagi menjadi petak-petak blok dengan setiap bloknya di
kebun Leawai seluas 10 ha (luas bersih 8 ha). Pada setiap blok dibagi menjadi
petakan dimana setiap petaknya dipisahkan oleh rumpukan kayu bekas hutan yang
ditimbun sejajar arah timur-barat. Untuk kebun Leawai setiap bloknya terdiri dari
3 rumpukan sehingga setiap bloknya terdapat 4 petakan lahan. Luas total
rumpukan per blok lahan yaitu 2 ha.
Penanaman jagung dilaksanakan dengan mekanisasi dengan menggunakan
alat planter jagung dengan pengaturan jarak tanam 75 cm x 20 cm sehingga
diharapkan dalam luasan satu hektar dapat ditanam 60 000 tanaman. Di kebun
Leawai merupakan penanaman pertama setelah lahan dibuka mulai akhir
Desember 2010. Target produktifitas jagung di kebun Seram ini adalah 7 ton/ha.
Tabel 3. Persentase tumbuh jagung
Varietas
P21
P21
P21
B12
B12
B12
Rata-rata
Sumber : Data Perusahaan

Persentase Tumbuh (%)
35.08
18.02
41.22
48.08
87.16
30.30
43.31

Dari Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata populasi tumbuh di lapang pada
umur 3-4 MST adalah sebesar 43.31 %.
Struktur Organisasi Dan Ketenagakerjaan
Perkebunan jagung di pulau Seram, Maluku ini dipimpin oleh seorang
General Manager dengan dibantu oleh seorang manajer riset, seorang asisten riset,
dua asisten kepala kebun (divisi), seorang kepala tata usaha dan seorang kepala
administrasi. Asisten riset bertanggung jawab langsung terhadap manajer riset
dalam hal semua kegiatan riset yang dilakukan di semua kebun. Asisten kepala
kebun bertanggung jawab langsung terhadap General manajer terkait dengan
semua kegiatan budidaya yang dilakukan di tiap kebun masing-masing. Kepala
administrasi bertanggung jawab langsung terhadap kepala tata usaha terkait
dengan semua kegiatan administrasi kebun maupun pergudangan.
Dalam pelaksanaan kegiatan teknis kebun, kepala divisi membawahi
karyawan harian. Karyawan harian dibagi menjadi karyawan harian tetap (KHT)
dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan harian tetap yaitu mandor kebun,
mandor semprot, operator traktor, petugas pengukuran, sopir, sekuriti dan
pembantu administrasi. Karyawan kerja lepas yaitu semua tenaga harian yang
melakukan pekerjaan harian kebun selain dari KHT. Jumlah total karyawan staf
sebanyak 8 orang dan non staf sebanyak 75 orang (Tabel 4)

8
Tabel 4. Data jumlah karyawan PT Sungai Menang
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

Uraian
Staf
General Manajer
Manajer Riset
Asisten kepala kebun
Asisten riset
Kepala TU
Admin
Non staf
KHT
KHL
Total Tenaga Kerja
Sumber : Data Perusahaan

1
1
2
1
1
1
9
25
41

1

1
40
42

Total
1
1
2
2
1
1
10
65
83

PELAKSANAAN MAGANG
ASPEK TEKNIS

Pengolahan Tanah
Pengolahan merupakan kegiatan untuk membuat tanah menjadi tempat yang
ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengolahan tanah meliputi
dua kegiatan yaitu bajak dan rotari. Kegiatan pembajakan tanah bertujuan untuk
membalik lapisan top soil tanah sehinggga struktur tanah menjadi lebih remah.
Kedalaman bajak yang direkomendasikan adalah berkisar antara 20-25 cm atau
sesuai dengan kedalaman lapisan top soil tanah yang ada. Kegiatan rotari
bertujuan untuk menghaluskan tanah hasil bajakan. Kehalusan tanah akan
mempengaruhi kemudahan kegiatan budidaya selanjutnya.
Kegiatan bajak dilakukan secara mekanisasi yaitu dengan menggunakan
traktor berukuran sedang yang dilengkapi dengan alat bajak disk plow. Alat disk
plow ini terdiri dari empat piring bajak dengan masing-masing diameternya 67 cm.
Empat piring ini berjajar miring dengan jarak antar piringan adalah 67 cm. Lebar
mata bajak yang berjejer ini adalah 2 m. Mekanisme kerja dimulai dengan
mengatur terlebih dahulu kedalaman bajak yang diinginkan dari kegiatan
pembajakan ini. Alat ditarik oleh traktor sehingga piringan akan berputar miring
sehingga akan membelah tanah yang dilaluinya. Dalam satu kali jalan akan
menghasilkan lebar bajakan 2 m. Dari sampel acak yang diambil untuk
mengetahui kedalaman bajak didapat rataan kedalaman bajak 16 cm dengan
kisaran kedalaman 10,5-23 cm.

9

Gambar 1. Pengolahan tanah dengan disk plow (A), alat rotavator (B)
Kegiatan rotari juga dilakukan dengan mekanisasi dimana alat rotavator
ditarik oleh traktor. Alat rotari berupa mata-mata pisau yang tersusun melingkar.
Dalam satu lingkaran mata terdiri dari 6 mata pisau. Satu rangkaian rotavator
terdiri dari 7 lingkaran mata pisau. Lebar rotavator adalah 2,1 m. Mekanisme
kerja dari alat ini yaitu dimulai dengan menyetel putaran maksimal pada traktor
yang tersambung ke alat sehingga ratavator berputar. Pergerakan traktor akan
menarik alat sehingga tanah yang dilaluinya akan dicacah oleh pisau rotavator
yang berputar. Kehalusan tanah yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan jagung awal.
Tenaga kerja yang menjalankan kegiatan pengolahan tanah (bajak dan
rotari) adalah seorang operator traktor dengan dibantu oleh seorang helper. Dalam
satu hari kerja, prestasi kerja yang didapat dalam kegiatan bajak adalah 4 ha,
sedangkan untuk rotari adalah 4 ha. Target hasil bajak yang dicanangkan oleh
perusahaan adalah 5 ha per hari. Realisasi yang diperoleh masih belum sesuai
dengan apa yang ditargetkan oleh perusahaan. Hal ini karena kondisi tanah yang
masih merupakan lahan bukaan baru dimana vegetasi sebelumnya adalah hutan.
Kondisi tanah yang masih banyak tanggul bekas pohon besar yang belum tercabut
dan juga kayu dan akar yang belum bersih dari lahan menjadi hambatan bagi
prestasi kerja harian kegiatan pengolahan tanah ini. Selain menghambat kerja,
kondisi lahan seperti ini juga mempercepat kerusakan alat bajak dan rotari. Pisau
rotavator akan kalah ketika bertabarakan dengan tanggul kayu, timbunan batang
kayu besar dan akar, sehingga pisau banyak yang lepas dari set alat rotavator
bahkan sebagian banyak yang patah sehingga keefektifan dalam menghaluskan
tanah berkurang.
Penanaman
Penanaman yang dilakukan di kebun Leawai adalah secara mekanisasi
menggunakan traktor dengan alat planter. Alat planter ini bekerja dua kegiatan
yaitu menanam dan memupuk. Alat planter terdiri dari empat baris dengan jarak
antar baris yaitu 75 cm. Masing-masing baris terdiri dari satu penampung benih,
satu penampung pupuk dan roda. Di dalam penampung benih terdapat piringan
berlubang yang sesuai dengan ukuran biji jagung. Piringan ini berfungsi untuk
tempat benih sebelum jatuh dan tertanam ke tanah. Roda penampung benih dan
penampung pupuk dihubungkan oleh rantai penghubung. Di bawah penampung
benih terdapat sepasang piringan yang berfungsi untuk meletakkan benih ke dalam

10
tanah dan menutupnya. Di kanan-kiri planter terdapat piringan yang berfungsi
untuk menutup benih dengan tanah.

Gambar 2. Alat planter (A), proses penanaman dan pemupukan I (B)
Mekanisme kerja planter ini adalah traktor akan menarik planter sehingga
roda yang berada di belakang alat planter akan berputar. Perputaran roda planter
akan memutarkan piringan dalam tampungan benih sehinggga benih akan jatuh,
dihimpit oleh sepasang piringan di bawah tampungan benih dan tertanam ke
dalam tanah. Perputaran ini juga akan memutar gir tampungan pupuk sehingga
pupuk jatuh melalui saluran dan dihimpit oleh sepasang piringan ke dalam tanah.
Pada saaat yang bersamaan sepasang piringan di kanan dan kiri planter akan
menutup alur benih dan pupuk dengan tanah. Jarak tanam yang dihasilkan dari
planter ini adalah 75 cm x 20 cm.
Kegiatan penanaman dapat dilaksanakan ketika kondisi lahan tidak terlalu
basah. Kondisi tanah yang terlalu basah akan menyebabkan putaran roda planter
terhambat yang berakibat pada tidak jatuhnya benih di tanah. Kondisi alat yang
masih baik juga akan berpengaruh terhadap hasil kerja planter. Bagian yang
rawan yang sering terjadi adalah bagian pipa saluran pupuk, pintu pengatur
jatuhnya pupuk, dasar tampungan pupuk yang sering berkerak, piringan dalam
tampungan benih, kebersihan tampungan benih dan pupuk.
Kegiatan penanaman dapat dilihat hasilnya dari beberapa indikator yaitu
jumlah benih dan pupuk yang dibutuhkan per hektar, dan total luas per hari kerja.
Rata-rata kebutuhan benih per hektar adalah 13.91 kg. Rata-rata pupuk yang
keluar per hektar adalah 250.69 kg. Rata-rata prestasi kerja dalam satu hari kerja
adalah 5.86 ha. Tenaga kerja dalam kegiatan penanaman adalah seorang operator
dibantu oleh seorang helper. operator mengemudikan traktor dan helper
membantu mengatur garis penanda penanaman yang ada dialat planter. Dalam
kondisi tertentu dimana kondisi pupuk cukup basah (lembab), penambahan tenaga
kerja mungkin dilakukan. Tambahan tenaga kerja ini bertugas menjemur pupuk
yang lembab tersebut.
Faktor cuaca terutama curah hujan akan sangat mempengaruhi
perkecambahan benih jagung. curah hujan yang dapat menyebabkan genangan
pada banyak titik di lahan (>25 mm) akan berdampak pada daya berkecambah
benih dan daya tumbuhnya menjadi berkurang. Kondisi ini disebabkan karena
kondisi terlalu basah akan menyebabkan benih busuk. Begitu juga kondisi dengan
tidak adanya hujan pada beberapa hari setelah penanaman yang menyebabkan

11
kadar air tanah dibawah titik layu permanen. Kondisi seperti ini menyebabkan
tidak terjadinya imbibisi air dari lingkungan ke benih sehinggga benih tidak
berkecambah.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan dilakukan dua kali dalam satu siklus hidup tanaman
jagung. Pemupukan pertama yaitu pupuk NPK yang dilakukan secara mekanisasi
bersamaan dengan kegiatan penanaman. Pemupukan kedua yaitu urea yang
diberikan secara manual pada umur tanaman pada kisaran 21-25 Hari Setelah
Tanam (HST).
Pemupukan pertama yaitu dengan pupuk NPK bertujuan sebagai pupuk
dasar diawal pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK mengandung unsur Nitrogen,
Phospor, dan Kalium. Unsur P dan K diberikan di awal karena unsur ini lambat
tersedia bagi tanaman (slow realease). pupuk NPK yang digunakan adalah NPK
15-15-15. Dosis pupuk rekomendasi oleh perusahaan yaitu 300 kg / ha atau 5
gram per tanaman (populasi 60 000 tanaman). Realisasi pemupukan dengan
planter memberikan hasil 250.69 kg/ha. Hasil ini masih dibawah rekomendasi
yang dianjurkan. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya
pengatur keluarnya pupuk yang keluar tidak tepat pengaturannnya, hambatan
akibat kerak pupuk di bawah penampung pupuk yang tidak dibersihkan, kondisi
tanah yang bergelombang yang menyebabkan roda putaran planter tidak berjalan
seperti yang seharusnya.
Pemupukan kedua yaitu dengan urea yang berfungsi untuk menambah
unsur N dalam tanah yang tersedia bagi tanaman. Unsur N yang bersifat mobil
mengharuskan pemupukan N harus dilakukan secara bertahap. Dosis rekomendasi
yang dianjurkan adalah 300 kg/ha atau 4,5 gram/tanaman. Pemupukan kedua ini
dilakukan secara manual. Mekanisme kerja manual ini yaitu dengan menggunakan
tugal sebagai pembuat lubang tempat pupuk diberikan disamping tanaman.
Pembuatan lubang pupuk ini adalah diantara dua tanaman dengan satu lubang.
Realisasi pemupukan kedua yang telah dilakukan di kebun Leawai adalah 185.60
kg/ha. Rataan ini didapat dari pemupukan yang dilakukan di blok 3D-6D. Angka
ini bukan menunjukkan kurangnya jumlah pupuk yang diberikan tetapi karena
populasi tanaman yang sedikit.

Gambar 3. Pemupukan II secara manual (A), kondisi pupuk yang tidak ditutup (B)

12
Tenaga kerja untuk pemupukan pertama adalah seperti pada kegiatan
penanaman secara mekanisasi. Tenaga kerja untuk pemupukan kedua adalah 6
orang atau 3 pasangan pemupuk. Kondisi lahan yang luas mengharuskan untuk
menambahkan tenaga kerja sebagai pembagi pupuk dari jalan ke tempat pemupuk.
Di samping itu juga kondisi pupuk urea yang mengeras juga mengharuskan
penambahan tenaga kerja guna menghancurkan pupuk-pupuk yang mengeras,
sehinggga dibutuhkan penambahan 2 orang tenaga kerja lagi menjadi 8 orang.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukaan untuk mengendalikan gulma-gulma yang
merugikan tanaman utama. Pengendalian dilakukan karena gulma dapat
menurunkan produktifitas tanaman jagung baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hubungan secara langsung yaitu tanaman jagung dan gulma dalam satu
tempat yang sama memperebutkan sumber daya yang sama bagi kelangsungan
hidup masing-masing, seperti nutisi dalam tanah, dan cahaya matahari. Hubungan
secara tidak langsung gulma menjadi sumber inang bagi hama yang menyerang
tanaman jagung.
Pengendalian gulma dilakukan secara kimiawi dan manual. Secara kimia
menggunakan herbisida dan secara manual dengan membabat gulma dengan sabit.
Metode kimia dilakukan pada gulma-gulma yang berada pada pertanaman jagung
dan metode manual dilakukan pada gulma-gulma diluar area pertanaman jagung
(jalan, rumpukan).

Gambar 4. Pengendalian gulma secara manual (A), Pengendalian gulma secara
kimiawi
Prinsip pengendalian gulma secara kimia adalah menekan pertumbuhan
gulma sehingga akan kalah bersaing dengan tanaman pokok. Pemilihan herbisida
berdasarkan daya bunuh terhadap gulma yang ampuh dan tidak merugikan
tanaman jagungnya sendiri. Herbisida yang dipakai adalah Calaris 550 SC dengan
bahan aktif mesotrion50 g/L dan atrazin 500 g/L. Calaris merupakan herbisida
selektif awal purna tumbuh. Herbisida ini dicampur dengan surfaktan. Dosis yang
digunakan untuk herbisida Calaris yaitu 1666.67 mL/ha dan dosis surfaktannya
yaitu 666.67 mL/ha.
Penyemprotan dengan herbisida dilakukan secara manual yaitu
menggunakan knapsack sprayer. Penyemprotan dilakukan oleh tenaga harian
dengan sistem target. Satu hari kerja (HK) adalah ketika target 15 tangki ukuran
15 L telah diselesaikan. Prestasi kerja penyemprot dalam satu hari adalah 0.34.

13
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama dan penyakit tanaman (HPT) merupakan permasalahan utama dalam
siklus hidup tanaman jagung. Hama dan penyakit tanaman akan sangat merugikan
ketika tidak adanya (minimnya) upaya pengendalian yang dilakukan.
Pengendalian HPT sangat dipentingkan guna menjaga tanaman jagung tumbuh
dengan sehat.
Hama tanaman jagung utama di kebun Leawai berasal dari jenis ulat yaitu :
spodoptera (ulat grayak), ostrinia sp. (penggerek batang), dan helicoverva
(penggerek tongkol). Hama lainnya adalah babi dan sapi.
Metode pengendalian yang dilakukan adalah secara kimiawi dengan
insektisida kontak dan sistemik. Insektisida yang dipakai adalah Klensect, Regent
dan Spontan. Jadwal penyemprotan baku untuk satu siklus hidup tanaman jagung
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada umur 7 HST, 21 HST dan 35 HST. Jadwal
baku ini dapat berubah menyesuaikan dengan tingkat serangan di lapangan.

Gambar 5. Pengendalian hama dengan hand spayer (A), Pengendalian hama
dengan boom spayer
Sebelum melakukan pengendalian, dilakukan dulu early warning system
(EWS) yaitu dengan melakukan sampling hama (sensus hama) pada petakan blok.
Metode sampling hama yang dilakukan yaitu dengan berjalan zigzag pada petakan
amatan dengan pokok tanaman yang diamati yaitu 100 tanaman tiap petakan.
Hasil sampling ini berupa banyak tanaman yang terserang dan banyak ulat yang
menyerang pada satu pokok tanaman. Petakan blok dianggap perlu dikendalikan
ketika 5% dari hasil sampling tanaman amatan terserang hama. Dalam
realisasinya rekomendasi dari sampling hama belum dapat dijalankan sepenuhnya.
Hal ini mengingat target jumlah tenaga kerja penyemprot, luasan lahan yang akan
disemprot dan skala prioritas yang mana yang harus dikendalikan terlebih dahulu.
Pengendalian dengan metode kimia ini dilakukan dengan dua cara yaitu
manual dan mekanisasi. Secara manual yaitu menggunakan knapsak sprayer oleh
tenaga harian lepas. Secara mekanisasi dengan menggunakan traktor dengan alat
boom sprayer. Cara mekanisasi dilakukan ketika tanaman jagung masih berumur
< 21 HST atau masih dimungkinkan untuk traktor memasuki lahan..
Pemilihan jenis insektisida berdasarkan tingkat intensitas serangan pada
pertanaman jagung. Pemilihan insektisida Regent dan Spontan ketika tingkat
serangan hama masih rendah. Pemilihan insektisida Klensect ketika intensitas
serangan pada tingkat sedang sampai tinggi. Dosis penggunaan regent yaitu 250

14
mL/ha. Dosis penggunaan Spontan yaitu 1500 mL/ha. Dosis penggunaan Klensect
yaitu 500 mL/ha.
Indikator hasil dalam pengendalian HPT ini adalah prestasi kerja
penyemprot dan keampuhan insektisida dalam mengendalikan hama. Prestasi
kerja penyemprot dipengaruhi dari umur tanaman saat penyemprotan, intensitas
serangan yang terjadi dan populasi tanaman yang dikendalikan. Semakin besar
umur tanamannnya akan semakin kecil prestasi kerja penyemprot. Secara rata-rata
prestasi kerja penyemprot ketika tanaman berumur 35 HST 0.40.
Panen
Pemanenan dilakukan ketika buah jagung telah mencapai umur fisiologis
dan siap untuk dipanen. Pemanenan dapat dilakukan secara mekanis, semi
mekanis dan manual. Pemanenan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan
traktor dengan alat harvester. Pemanenan secara mekanisasi tidaklah sepenuhnya
tetapi masih dikombinasikan dengan cara manual. Sebagai jalan traktor masuk ke
petakan jagung, tanaman jagung harus dipotong pendek memutar petakan terlebih
dahulu. Letak harvester berada di samping traktor dengan baris yang akan
terpanen sebanyak dua baris.

Gambar 6. Alat harvester (A), pemipilan dengan harvester (B)
Kondisi tanah petakan yang akan dipanen sangat mempengaruhi pemanenan
secara mekanisasi . Ketika kondisi tanah basah maka mekanisasi secara langsung
di petakan tidak dapat dilaksanakan. Hal ini dikarenakan traktor akan tertanam,
tidak dapat berjalan,. Sehinggga alat harvester difungsikan sebagai alat pemipil
saja. Pemanenan dilakukan secara manual oleh pekerja harian lepas tanpa
mengupas kolobotnya. pemipilan jagung dilaksanakan di jalan blok sehinggga
hasil panen manual dari petakan harus diangkut dan dikumpulkan oleh tenaga
harian ke jalan blok.
ASPEK MANAJERIAL
Pendamping Mandor
Mandor perawatan di Kebun Leawai dibagi menjadi dua yaitu mandor
umum dan mandor semprot. Tugas pokok mandor perawatan adalah mengawasi

15
dan memastikan kegiatan perawatan berjalan sesuai dengan target yang sudah
direncanakan.
Selama penulis menjadi pendamping mandor perawatan umum, penulis
membantu mengawasi pekerjaan pemupukan II, pembersihan lahan dari sisa
batangan kayu, dan pembuatan saluran drainase sekunder. Selama menjadi
pendamping mandor perawatan bagian pengendalian OPT penulis membantu
mengawasi proses kegiatan pengendalian gulma dan pengendalian hama.
Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pengendalian terutama
penyemprotan dilakukan sesuai dengan target pengendalian baik berupa luasan
pengendalian maupun dosis yang dipakai dalam pengendalian.
Pendamping Asisten Kebun
Tugas pokok dari Asisten Kebun yaitu memimpin kebun dalam
merencanakan, mengatur, serta mengendalikan sumber daya yang ada untuk
mengelola pemeliharaan tanaman guna mencapai target produksi yang telah
ditetapkan. Asisten kebun membawahi dan menugaskan langsung mandor umum
dan mandor OPT. Jenis hubungan kerja Asisten kebun adalah hubungan internal
dengan bagian Tata Usaha berupa permintaan barang, dan kerapihan administrasi
kebun.
Kegiatan magang sebagai asisten kebun, dilakukan selama proses magang di
PT Sungai Menang. Salah satu tugas Asisten kebun yang dilakukan adalah
berkoordinasi dengan mandor umum dan mandor OPT serta melakukan
pengawasan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan di kebun. Di samping itu
juga melakukan evaluasi pekerjaan kebun dan merencanakan pekerjaan-pekerjaan
yang diperlukan dalam pengelolaan kebun. Selama magang, juga dilibatkan dalam
rapat mingguan yang dihadiri oleh General manajer, manajer penelitian, asisten
kebun, asisten riset, kepala TU, dan staf TU. Rapat mingguan ini dilakukan guna
melakukan evalusi mingguan perkembangan kebun.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Pertanaman Jagung
Kondisi pertanaman jagung di PT Sungai Menang ini dapat di lihat dari
tabel di bawah ini :
Tabel 5. Jumlah benih tertanam dan persentase tumbuh jagung

Varietas
P21
P21
P21

Benih
tertanam
(kg/ha)
12
13
13

Jumlah benih
tertanam
(benih/ha)
38 585
41 801
41 801

Rataan
Populasi/ha
(Tanaman)

Persentase
Tumbuh (%)

13 534
7 531
17 232

35.08
18.02
41.22

16
B12
B12
B12
Rata-rata

20
14
12
14

62 715
43 901
37 629
44 405

30 155
38 265
11 401
19 686

48.08
87.16
30.30
43.31

Sumber : Data perusahaan
Dari tabel 6 diketahui bahwa jumlah benih yang tertanam oleh planter ratarata sebanyak 14 kg/ha atau sebanyak 44 405 benih/ha. Patokan perusahaan dalam
pemakaian benih per hektar adalah 20 kg/ha yang diharapkan dapat menghasilkan
populasi tanaman sebanyak 60 000 tanaman per hektar. Artinya, jumlah benih
yang tertanam pada kondisi real di lapang masih di bawah standar perusahaan.
Pemakaian benih yang belum sesuai target disebabkan karena beberapa hal
diantaranya kondisi kebun yang masih baru dibuka dari sebelumnya kawasan APL
(area penggunaan lain) sehingga kondisi lahan belum rata dan masih terdapat
tanggul-tanggul dan batang yang berserakan di atas lahan. Walaupun sudah ada
upaya dari pihak perusahaan dengan adanya kegiatan pembersihan lahan dari
tanggul dan sisa-sisa pohon yang berserakan di atas lahan tersebut, namun pada
beberapa titik lahan (terutama tanggul dan sisa batang pohon yang tertimbun
dangkal oleh tanah) masih banyak yang tidak terbersihkan .

Gambar 7. Pembersihan lahan secara manual
Kondisi tanah yang tidak rata dan banyaknya tanggul pohon di atas lahan
menyebabkan keluarnya benih jagung dari alat penanam jagung (planter) tidak
maksimal. Keluarnya benih jagung dari alat penanam berdasarkan putaran roda
dari alat penanam tersebut. Ketika putaran roda tidak terjadi (roda hanya terseret
tanpa adanya putaran) pada beberapa titik lahan karena tidak ratanya tanah atau
tersendat oleh tanggul-tanggul pohon maka benih yang ada di alat planter tidak
keluar di atas tanah. Disamping itu juga tidak dilakukan perawatan terhadap
kondisi alat planter secara berkala. Perawatan terutama pada saluran keluarnya
benih dari penampung benih ke lubang keluarnya benih ke tanah. Sering
ditemukan kasus tersumbatnya lubang saluran keluarnya benih dari penampung
benih karena jarangnya dilakukan pembersihan pada alat planter.

17
Dari tabel 6 juga dapat dilihat bahwa persentase tumbuh dari benih yang tertanam
di lapang yaitu sebesar 43.31 %. Persentase tumbuh yang baik yaitu di atas 80 %.
Artinya bahwa daya tumbuh benih jagung di lapang masih rendah. Rendahnya
daya tumbuh jagung di lapang diakibatkan salah satunya oleh banyaknya benih
yang tidak masuk ke dalam tanah (berada di permukaan tanah).

Gambar 8. Rendahnya populasi pertanaman jagung
Daya Berkecambah Benih
Keberhasilan populasi tanaman diawali oleh baiknya daya berkecambah
benih yang ditanam. Benih yang ditanam di PT Sungai Menang di perkebunan ini
ada 10 jenis benih hibrida. Berikut yaitu daya berkecambah 10 benih hibrida
jagung yang ditanam di PT Sungai Menang :
Tabel 6. Daya berkecambah benih 10 varietas hibrida jagung
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Varietas
AS-1
P12
NK-22
Bisi-816
Bisi-12
P-21
MAKMUR-1
BIMA-1
P-27
NK-33

Daya Berkecambah (%)
93.33
94.67
93.33
85.33
93.33
96.00
97.33
96.00
97.33
97.33
94.40

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa daya berkecambah terendah
dimiliki oleh varietas hibrida Bisi-816 yaitu 85.33 %. Secara keseluruhan daya
berkecambah dikatakan tinggi jika daya berkecambah sebuah lot benih bernilai >
80 %. Dari 10 varietas hibrida yang ditanam di perkebunan jagung PT Sungai
Menang menunjukkan bahwa benih yang ditanam sudah memenuhi standar daya
berkecambahnya.

18
Pengaruh Faktor Kedalaman Tanam, Kebutuhan Air dan Ukuran Agregat
Tanah
Dengan permasalahan yang terjadi di lapang dimana jumlah populasi
tanaman menjadi masalah utama di perkebunan jagung PT Sungai Menang ini
maka dilakukanlah percobaan lingkungan dimana tujuan utamanya adalah untuk
mengetahui daya berkecambah benih jagung di lapang dengan pengaruh faktor
lingkungan. Faktor lingkungan tersebut diprediksi sangat mempengaruhi
perkecambahan dan pertumbuhan jagung di lapangan. Faktor tersebut adalah
kedalaman tanam benih jagung, Kebutuhan air selama masa perkecambahan benih
jagung, dan ukuran agregat tanah.
Gambar 9. Pengaruh kombinasi kedalaman tanam, dan kebutuhanair.
Pengaruh Kombinasi Kedalaman Tanam dengan Konsumsi Air
90

Kedalaman
Tanam (cm)
2.5
5.0
7.5
10.0

80

Daya Tumbuh (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
0

10
20
Konsumsi Air (mm)

30

Hasil percobaan tentang pengaruh kombinasi faktor lingkungan kedalaman
tanam, kebutuhan konsumsi air, dan ukuran agregat tanah didapatkan hasil bahwa
pengaruh masing-masing faktor memiliki pengaruh nyata terhadap daya tumbuh
jagung selama 14 HST. Dari kombinasi yang dilakukan terhadap ketiga faktor ini
hanya kombinasi antara kedalaman tanam dan kebutuhan konsumsi air yang
memberikan pengaruh nyata terhadap daya tumbuh jagung selama 14 HST.
Gambaran pengaruh kombinasi kedalaman tanam dan kebutuhan konsumsi air
dapat dilihat pada gambar 7. Dari grafik pada gambar 7 tersebut dapat diketahui
bahwa perlakuan pada konsumsi air 0 mm pada semua kedalaman tanam tidak
terdapat benih jagung yang tumbuh. Ketika air diberikan sebanyak 10 mm
kenaikan daya tumbuh jagung meningkat >50%, kecuali pada kedalaman 5 cm
dimana daya tumbuh jagung meningkat landai yaitu < 10 %. Dari hasil ini
menunjukkan pentingnya peranan air dalam proses perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman jagung. Persentase daya tumbuh jagung selama 14 HST
terbaik didapat dari kombinasi kedalaman tanam 7.5 cm dan 10 cm dengan
konsumsi air yang diberikan sebesar 30 mm.
Menurut Fisher (1992) ketersediaan air penting karena tahapan-tahapan
perkecambahan yang pertama memerlukan pengambilan air sangat banyak. Secara

19
fisiologi proses perkecambahan benih meliputi pengambilan air, yang disebut
dengan imbibisi, mobilisasi persediaan cadangan makanan di dalam biji dan
berlangsungnya kembali pertumbuhan dan perkembangan embrio untuk
membentuk struktur tunas dan akar semai. Proses pengambilan air dari lingkungan
tanah ke dalam benih (imbibisi) ini terjadi karena perbedaaan status energi air.
Potensial air di lingkungan tanah lebih besar dibandingkan dengan potensial air
benih, sehingga air di luar benih akan masuk ke dalam benih (Bewley and Black,
1983).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Permasalahan populasi pertanaman jagung yang rendah di PT Sungai
Menang bukan disebabkan oleh potensi genetik dari benih yang ditanam. Sepuluh
varietas hibrida jagung yang diujikan memiliki nilai daya berkecambah terendah
sebesar 85.33 % yaitu dari benih Bisi-816. Pemakaian benih dalam penanaman
sebesar 14 kg/ha atau 44 405 biji jagung dengan persentase tumbuh jagung yang
diperoleh dari sensus tanaman pokok sebesar 43.31 %. Percobaan dengan
menggunakan tiga kombinasi faktor lingkungan yaitu kedalaman tanam, konsumsi
air dan ukuran agregat tanah memberikan hasil bahwa kombinasi antara
kedalaman tanam dengan konsumsi air mempengaruhi daya tumbuh benih jagung
sampai umur 14 HST. Daya tumbuh tertinggi didapat dari kombinasi kedalaman
tanam 7.5 cm dan 10 cm dengan pemberian konsumsi air sebanyak 30 mm.
Saran
Untuk mendapatkan populasi tanaman yang diharapkan penting untuk
memperhatikan pengolahan tanah dan proses penanaman. Pengolahan tanah
diharapkan mampu memberikan agregat tanah yang mantap sehingga
memudahkan benih untuk berkecambah dan membus permukaan tanah. Proses
penanaman terutama memperhatikan keakurataan alat sehingga dipastikan benih
jatuh tertanam dan kedalaman tanam yang diatur sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson and Kemper. 1964. In Islami T and Hadi UW. 1995. Hubungan Tanah,
Air dan Tanaman. Semarang. IKIP Semarang Press. 297hal.
Aqil, M., I.U. Firmansyah, dan M. Akil. 2007. Pengelolaan Air Tanaman Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Hal 219-230.
Aqil M., I.U. Firmansyah, dan Suarni. 2008. Inovasi Teknologi Prapanen
Menunjang Peningkatan Produktifitas Jagung. Prosiding Simposium V

20
Tanaman Pangan : Inovasi Teknologi Tanaman Pangan Buku 3 : Penelitian
dan Pengembangan Palawija. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Hal 857-863.
Bewley, J.D., Black, M. 1983. Physiology and Biochemistry of Seeds in Relation
to Germination. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.New York. 306hal.
Doyle