Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) dengan Pelbagai Dosis dan Cara Pemberian Pupuk Kandang Ayam

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt) DENGAN PELBAGAI DOSIS
DAN CARA PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM

RESFIAN ANANTA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan dan
Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) dengan Pelbagai
Dosis dan Cara Pemberian Pupuk Kandang Ayam adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Resfian Ananta
NIM A24100107

4

ABSTRAK
RESFIAN ANANTA. Produksi dan Pertumbuhan Kacang Bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) dengan Pelbagai Dosis dan Cara Pemberian Pupuk
Kandang Ayam. Dibimbing oleh MAYA MELATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk kandang yang
optimal dan cara pemberian pupuk yang tepat untuk meningkatkan produksi
tanaman kacang bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai dengan
Juni 2014 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB. Penelitian ini menggunakan

rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor dan tiga
ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang ayam dengan empat taraf
yaitu 0, 5, 10, dan 15 ton ha-1. Faktor ke dua adalah cara aplikasi pupuk kandang
yaitu secara sebar dan dalam alur. Pertumbuhan dan produksi kacang bogor tidak
nyata dipengaruhi oleh perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk kandang baik
secara tunggal maupun interaksi antar keduanya. Berdasarkan produksi jumlah
polong per tanaman, ada indikasi bahwa dosis 6.8 ton ha-1 sudah cukup,
sedangkan cara aplikasi tidak menyebabkan perbedaan yang besar pada jumlah
polong per tanaman. Tanaman kacang bogor mulai banyak terserang penyakit
pada 7 MST, hal ini dapat menyebabkan perlakuan pemberian dosis dan cara
aplikasi pupuk kandang tidak berbeda nyata pada semua peubah pengamatan.
Kata kunci: kacang-kacangan, pupuk kandang ayam, tanaman substitusi
ABSTRACT
RESFIAN ANANTA. Production and Growth of Bambara Groundnut (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) with Various Rates and Application Method of
Chicken Manure. Supervised by MAYA MELATI.
This research aimed to get optimal rate of manure and proper manure
application to increase crop production of bambara groundnut. The research was
conducted from February to June 2014 at IPB experimental field. The experiment
used factorial in randomized complete block design with two factors and three

replications. The first factor was rates of chicken manure with four i.e. 0, 5, 10,
and 15 tons ha-1. The second factor was 2 application methods of manure i.e.
spread over the soil surface and put in planting row. Growth and production of
bambara groundnut was insignificantly affected by neither manure rates nor
manure applicaton methods. Although there was not significant effect of manure
rates, there was indication that the highest yield (number of pods per plant) of
bambara groundnut could be achieved with the addition of 6.8 tons manure ha-1.
Bambara groundnut crop were heavily infected by desease at 7 weeks after
planting, this might have resulted in insignificant effect of treatments to all
variables.
Keywords: legume, chicken manure, crop substitution

5

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt) DENGAN PELBAGAI DOSIS
DAN CARA PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM

RESFIAN ANANTA


Skripsi
sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

2

3

Judul Skripsi :Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea
(L.) Verdcourt) dengan Pelbagai Dosis dan Cara Pemberian
Pupuk Kandang Ayam.
Nama
: Resfian Ananta

NIM
: A24100107

Disetujui oleh

Dr Ir Maya Melati, MS,MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

2

3

PRAKATA


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan
karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi tentang pertumbuhan dan
produksi kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) dengan pelbagai dosis
dan cara pemberian pupuk kandang ayam. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun
Percobaan IPB di Leuwikopo, Dramaga, Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta
yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat selama penyusunan
skripsi. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ir Sugiyanta MSi selaku dosen
pembimbing akademik yang senantiasa membimbing selama menjadi mahasiswa,
Dr Ir Maya Melati MS MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan selama kegiatan penelitian dan penyusunan
skripsi, Dr Desta Wirnas SP MSi dan Dr Ani Kurniawati SP MSi selaku dosen
penguji. Teman-teman Agronomi dan Hortiklutura 47 yang selalu bersama-sama
berjuang selama 4 tahun.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor,

Maret 2015


Resfian Ananta

2

3

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.)Verdcourt)

Pupuk Kandang
Cara Aplikasi Pupuk

3
3
4
5

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Bahan Percobaan
Alat Percobaan
Prosedur Percobaan
Pengolahan dan Persiapan Lahan
Analisis Data

4
4
4
4

4
4
8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum
Pembahasan

9
9
9
20

SIMPULAN

22

SARAN


22

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

22
26

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan roduksi
kacang bogor pada perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk kandang
2 Jumlah daun trifoliet tanaman kacang bogor pada perlakuan berbagai
dosis pupuk kandang
3 Jumlah daun trifoliet tanaman kacang bogor pada perlakuan cara
aplikasi pupuk kandang
4 Panjang tangkai tanaman kacang bogor pada perlakuan berbagai dosis
pupuk kandang
5 Panjang tangkai tanaman kacang bogor pada perlakuan cara aplikasi
pupuk kandang
6 Indeks luas daun tanaman kacang bogor pada perlakuan berbagai dosis

pupuk kandang
7 Indeks luas daun tanaman kacang bogor pada perkaluan cara aplikasi
pupuk kandang

10
12
12
13
13
14
14

4

8 Bobot basah dan bobot kering tanaman kacang bogor pada perlakuan
berbagai dosis pupuk kandang
9 Bobot basah dan bobot kering tanaman kacang bogor pada perlakuan
cara aplikasi pupuk kandang
10 Analisis hara daun tanaman kacang bogor pada perlakuan aplikasi
pupuk kandang cara alur
11 Komponen produksi tanaman kacang bogor pada perlakuan berbagai
dosis pupuk kandang
12 Komponen produksi tanaman kacang bogor pada perlakuan cara
aplikasi pupuk kandang
13 Rekapitulasi dosis optimum tanaman kacang bogor pada perlakuan
pemberian dosis pupuk kandang
14 Jumlah cabang dan diameter kanopi tanaman kacang bogor pada
perlakuan berbagai dosis pupuk kandang
15 Jumlah cabang dan diameter kanopi tanaman kacang bogor pada
perlakuan cara aplikasi pupuk kandang

15
15
16
18

20
21
21

DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis tanah sebelum kegiatan penanaman

25

DAFTAR GAMBAR
1. Hubungan curah hujan dengan umur tanaman kacang bogor selama
kegiatan penelitian
9
2. Hubungan bobot basah dan bobot kering tanaman kacang bogor dan dosis
pupuk kandang
18
3. Hubungan bobot biji kering jemur dan bobot biji kering oven tanaman
kacang bogor dan dosis pupuk kandang
18
4. Hubungan jumlah polong isi dan jumlah polong total tanaman kacang
bogor dan dosis pupuk kandang
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kacang-kacangan mempunyai peranan penting dalam program
penganekaragaman (diversifikasi) pangan, konservasi tanah, penyediaan bahan
industri, dan penyediaan pakan ternak (Rukmana 2000). Salah satu jenis tanaman
kacang-kacangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan adalah kacang
bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt).
Tanaman yang tergolong ke dalam jenis tanaman legum ini berasal dari
kawasan Afrika Barat. Tanaman kacang bogor banyak dibudidayakan di daerah
Utara Nigeria dan Kamerun. Keunggulan utama tanaman ini adalah tahan hidup di
tanah yang minim sekali akan unsur hara. Seiring dengan berjalannya waktu,
tanaman kacang bogor telah menyebar ke berbagai belahan dunia seperti Amerika,
Australia dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kacang bogor pada awal masuk
ke Indonesia belum sepopuler sekarang. Minat dan permintaan akan kacang bogor
terus meningkat. Kesenjangan antara besarnya permintaan konsumen dan
ketersediaan hasil panen kacang bogor, merupakan peluang yang sangat baik
untuk memulai mengembangkan komoditas tersebut untuk mengurangi jumlah
kesenjangan yang ada sekarang. Produksi kacang bogor berdasarkan pengamatan
lapang masih di bawah 4 ton ha-1, oleh karena itu Rukmana (2000) menyatakan
bahwa perlu dilaksanakan budidaya secara intensif untuk meningkatkan produksi
kacang bogor nasional.
Tanaman kacang bogor dikenal sebagai tanaman yang toleran terhadap
keterbatasan hara tanah. Tanaman kacang bogor di Gresik, Jawa Timur disebut
sebagai „kacang kapri‟ dan dikenal sebagai tanaman yang tumbuh baik di iklim
kering, lahan marginal (low input) dan tahan hama penyakit (Hidayah et al. 2005
dalam Redjeki 2007).
Penelitian ini menggunakan pupuk kandang sebagai aspek utama dalam
menentukan aspek pertumbuhan dan produktivitas kacang bogor. Pupuk kandang
atau kotoran hewan yang berasal dari usaha tani pertanian antara lain kotoran
ayam, sapi, kerbau dan kambing. Komposisi hara pada masing-masing kotoran
hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis makanannya (Deptan 2006).
Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan
mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan-bahan
anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang
bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal
(Setiawan 2010).
Pertumbuhan kacang bogor terutama polongnya memerlukan kondisi tanah
yang optimal. Struktur tanah yang baik dapat didukung oleh pemberian pupuk
organik. Manfaat pupuk kandang yang utama untuk penelitian ini adalah
karakteristik kacang bogor yang sama dengan kacang tanah, yaitu biji atau
polongnya tumbuh di dalam tanah sehingga membutuhkan struktur tanah yang
remah dan gembur yang hanya dapat diadakan dengan penambahan pupuk
kandang untuk membantu membentuk struktur tanah yang dibutuhkan. Manfaat
lain pupuk kandang yaitu dapat membantu pertumbuhan, tetapi juga dapat

2

membantu menetralkan logam berat di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah,
membantu penyerapan hara, dan mempertahankan suhu tanah (Hadisuwito 2005).
Ada berbagai cara aplikasi pupuk kandang, antara lain disebar dan
diletakkan dalam alur. Hasil penelitian Aldrian (2006) menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kandang dengan metode sebar menghasilkan tinggi tanaman
kedelai yang lebih tinggi daripada perlakuan pemberian pada alur benih.
Perlakuan sebar juga menghasilkan bobot biji per petak yang lebih tinggi daripada
perlakuan pemberian pada alur benih. Dosis pupuk kandang 6 ton ha-1
menghasilkan tinggi tanaman terbaik di antara perlakuan tanpa pupuk kandang
dan dosis 4 ton ha-1 pada 2 dan 6 MST. Cara pemberian terbaik adalah sebar
karena pada pemberian secara sebar permukaan butir kapur dan pupuk kandang
lebih banyak kontak dengan butiran tanah sehingga lebih efektif dalam
mempengaruhi perubahan-perubahan pada tanah. Metode aplikasi pupuk kandang
perlu dikaji agar sesuai untuk produksi kacang bogor.
Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan
produktivitas kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) sehingga harus
mengetahui dosis dan cara pemberian pupuk kandang pada teknik
pembudidayaannya.

Tujuan
1. Mengetahui dosis pupuk kandang yang terbaik untuk produksi kacang
bogor.
2. Mengetahui cara aplikasi pupuk kandang yang tepat untuk produksi
kacang bogor.
3. Mempelajari pengaruh interaksi antara dosis pupuk kandang dan cara
aplikasi pemupukan untuk produksi kacang bogor tertinggi.
Hipotesis
1. Semakin tinggi dosis pupuk kandang, semakin tinggi produksi kacang
bogor.
2. Aplikasi pupuk secara alur lebih baik daripada cara aplikasi sebar untuk
produksi kacang bogor.
3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan cara aplikasi pupuk
kandang terbaik untuk produksi kacang bogor tertinggi.

TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.)Verdcourt)
Kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) atau yang disebut juga
kacang bambara adalah tanaman yang berasal dari Afrika Utara yang kemudian
disebarkan oleh penduduk asli sampai ke Afrika Selatan. Pemanfaatan kacang
bogor yang belum masak penuh adalah langsung untuk konsumsi sedangkan yang
sudah kering dimanfaatkan untuk diolah menjadi tepung (Astawan 2009). Kacang
bogor merupakan tanaman herba semusim dengan tinggi mencapai 30 cm,
bercabang banyak, batang yang berdaun lateral berada di atas permukaan tanah.
Daun trifoliat dengan panjang kurang lebih 5 cm, petiol dengan panjang sampai
15 cm menyebabkan tanaman tampak merumpun dengan daun yang bertangkai
panjang dan bunga bertipe kupu-kupu (Papilonaceous) yang muncul dari ketiak
daun dengan tangkai bunga yang berbulu. Seperti kacang tanah, setelah
mengalami penyerbukan bunga akan membentuk ginofor yang masuk ke dalam
permukaan tanah dan membentuk polong. Polong dari kacang bogor ini
berdiameter kurang lebih 1.5 cm. Kacang bogor memiliki karakteristik hampir
sama dengan kacang tanah baik morfologi maupun lingkungan tumbuhnya.
Menurut Hamid (2009), pada umur 56 HST, 75% tanaman kacang bogor sudah
berbunga dan pada 70 HST tanaman kacang bogor sudah berbunga 100%. Umur
tanaman ini berkisar antara 110-150 hari sampai siap untuk dipanen. Tanaman
akan dipanen ketika tanaman sudah mulai menguning atau ketika 80% polong
sudah masak. Jika polong sudah masak, tanaman ini sudah bisa dipanen walaupun
daunnya masih berwarna hijau.
Kacang bogor mengandung nutrisi yang tinggi dan analisis kimia
menunjukkan bahwa mengandung 32.72% dari total asam amino esensial dan
66.10% dari total asam amino non-esensial (Makanda dalam Madamba et al.
2009). Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi oleh tanaman kacang-kacangan,
antara lain kacang bogor. Kandungan gizi cukup tinggi yaitu protein 20.75%,
karbohidrat 59.93%, 5.88% lemak, 10.43% air, dan 3.03% abu. Protein kacang
bogor mengandung lysine tinggi dan akan melengkapi serealia yang rendah lysine
apabila dikonsumsi bersama-sama (Hidayah et al. dalam Redjeki 2007).
Biji kacang bogor berwarna hitam menghasilkan jumlah polong, bobot
basah dan kering polong lebih tinggi dibandingkan biji berwarna merah, coklat,
dan campuran. Perbedaan warna biji dapat disebabkan oleh faktor genetik, namun
juga dapat disebabkan oleh fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pengamatan visual di lapangan menunjukkan biji yang dipanen muda
memperlihatkan warna lebih cerah dibandingkan biji yang dipanen tua. Di daerah
asalnya (Afrika), kacang bogor memperlihatkan variasi warna biji yang sangat
tinggi. Namun, umumnya galur yang ditanam petani Gresik maupun Bogor adalah
kultivar berwarna gelap, yaitu hitam, merah, dan coklat (Redjeki 2007).

4

Pupuk Kandang
Pupuk adalah material yang ditambahkan ke dalam suatu media tanam atau
tanaman yang membutuhkan kecukupan hara. Pupuk terbagi menjadi 2 yaitu
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal
dari sisa makhluk hidup, seperti pelapukan tanaman dan kotoran hewan. Pupuk
anorganik adalah pupuk yang sengaja dibuat di pabrik secara kimia (Kasno 2009).
Pupuk organik merupakan hasil dari perubahan atau penguraian bagian dari
sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil, guano, tepung tulang dan
sebagainya. Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala
macam unsur, pupuk organik mengandung hampir semua unsur (baik makro
maupun mikro). Ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah sedikit.
Pupuk organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam tanah dan
mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya hidrat arang
(Murbandono 2000).
Penelitian ini menggunakan pupuk organik yaitu pupuk kandang sebagai
aspek utama. Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari
binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki
sifat fisik, dan biologi tanah. Penggunaan pupuk kandang yang harus mendapat
perhatian khusus adalah kadar haranya yang sangat bervariasi. Komposisi hara ini
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis dan umur hewan, jenis
makanannya, alas kandang, dan penyimpanan atau pengelolaan (Deptan 2006).
Pupuk Kandang Ayam
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang
ayam selalu menyebabkan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal
ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta
mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit
yang sama dengan pupuk kandang lainnya (Widowati et al. 2005). Menurut
Lingga dalam Widowati et al. (2005) kandungan hara dari pupuk kandang ayam
yaitu kadar air 57%, bahan organik 29%, 1.5% nitrogen, 1.3% P2O5, 0.8% K2O,
4.8% CaO dan rasio C/N 9 – 11.
Hasil penelitian Halim (2004) menunjukkan bahwa dosis kotoran ayam
sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman
kacang tanah. Dosis kotoran ayam 7.5 ton ha-1 sangat nyata meningkatkan tinggi
tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, bobot polong bernas per tanaman, dan
bobot biji per tanaman daripada dosis 5 ton ha-1 dan 2.5 ton ha-1, sementara itu
hasil penelitian Aldrian (2006) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang
sebesar 6 ton ha-1 menyebabkan tinggi tanaman kedelai terbaik di antara perlakuan
tanpa pupuk kandang dan dosis 4 ton ha-1 pada 2 dan 6 MST.

5

Cara Aplikasi Pupuk
Menurut Jumini et al. (2011) dalam melakukan pemupukan terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah tanaman yang dipupuk, jenis tanah,
dosis yang diberikan, waktu pemupukan dan cara pemupukan. Pemupukan dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu disebar dipermukaan tanah pada saat
pengolahan tanah, ditempatkan dalam larikan diantara barisan tanaman,
ditempatkan pada lubang di samping tanaman, dan disemprotkan melalui daun.
Menurutnya, cara pemupukan terbaik bagi tanaman jagung manis adalah dengan
cara ditempatkan dalam larikan diantara barisan tanaman karena unsur hara yang
terserap oleh tanaman lebih banyak sehingga produksi lebih tinggi.
Kelebihan pemberian pupuk metode sebar adalah praktis karena pupuk
tinggal disebar sesuai dengan kebutuhan, tetapi pupuk dapat hilang terbawa air
karena pupuk tidak ditimbun kembali. Metode alur memiliki kelebihan yaitu
tanaman dapat dengan mudah menyerap unsur hara karena posisi akar dekat
dengan sumber hara, tetapi tidak efisien dalam hal waktu (Hadisuwito 2005).
Hasil penelitian Aldrian (2006) menunjukkan bahwa cara pemberian sebar
menunjukkan hasil yang lebih baik, baik dari segi vegetatif maupun reproduktif.
Cara pemberian sebar nyata menyebabkan tinggi tanaman kedelai pada 10 MST
lebih tinggi dan juga bobot biji per petak yang lebih tinggi dari tanaman dengan
perlakuan cara pemberian pada alur benih. Hal ini diduga karena pada pemberian
secara sebar permukaan butir kapur dan pupuk kandang lebih banyak kontak
dengan butiran tanah sehingga lebih efektif dalam mempengaruhi perubahanperubahan pada tanah. Juga diduga bahwa perakaran tanaman kedelai menyebar
lebih luas daripada lebar alur pemberian pupuk kandang dan kapur, sehingga ada
bagian perakaran tanaman pada perlakuan pemberian pupuk kandang dan kapur
yang tidak mendapat pengaruh pupuk kandang dan kapur.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut
Pertanian Bogor. Percobaan dilaksanakan pada Bulan Februari sampai dengan
Juni 2014.
Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan adalah benih kacang bogor (Vigna subterranea (L.)
Verdcourt) yang berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Bahan lain yang digunakan
adalah pupuk organik berupa pupuk kandang ayam petelur, serta pupuk anorganik
berupa urea, SP-36, KCl, dan kapur pertanian.
Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan adalah alat budidaya tanaman pada umumnya dan
alat untuk pengukuran atau analisis.
Prosedur Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu dosis pupuk
kandang dengan 4 taraf yaitu 0, 5, 10, 15 ton ha-1 dan faktor ke-2 yaitu cara
pemberian pupuk kandang dengan dialur dan disebar. Terdapat 8 perlakuan
dengan 3 ulangan sehingga berjumlah 24 satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan Yijk : μ + αi + βj + (αβ)ij + Rk + εijk
Keterangan:
μ
: nilai tengah percobaan
αi
: pengaruh perlakuan dosis pupuk kandang ke i (i = 1, 2, 3, 4)
βj : pengaruh cara pemberian pupuk kandang ke j (j = 1, 2)
Rk : pengaruh pengelompokan ke- k (k = 1, 2, 3)
αβij : interaksi perlakuan dosis pupuk kandang ke-i dan cara pemberian pupuk
kandang ke-j
εijk : galat percobaan
Jika F hitung > F tabel pada taraf 5%, maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji
DMRT. Nilai kritikal untuk DMRT ditentukan menggunakan persamaan berikut.
R = qa,j (KTGalat/r)2
Pengolahan dan Persiapan Lahan
Lahan seluas 600 m2 dibajak menggunakan traktor dan cangkul.
Sebelumnya dilakukan terlebih dahulu pembersihan gulma yang tumbuh di sekitar
lahan sehingga lahan siap tanam. Lahan dibagi menjadi 24 petakan, masingmasing dengan ukuran 4.5 m x 4 m.

7

Penanaman
Penanaman dilakukan sebagaimana menanam tanaman kacang pada
umumnya. Digunakan 2 benih dalam 1 lubang tanam. Jarak tanam yang
digunakan adalah 75 cm x 25 cm, dengan 2 benih setiap lubang sehingga populasi
yang diharapkan adalah 106 666 tanaman ha-1.
Pemupukan
Aplikasi pupuk kandang dilakukan pada saat 2 minggu sebelum tanam
sesudah pengolahan lahan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang ayam
petelur yang disebar atau dibuat alur sesuai dengan perlakuan. Aplikasi pupuk
anorganik berupa urea, SP-36, KCl dengan dosis masing-masing 100 kg, 150 kg
dan 75 kg dilakukan saat tanam dengan dibuat alur di sebelah alur tanam, urea
hanya diberikan sebanyak 30% dari total kebutuhan dan sisanya diberikan pada
saat tanaman berusia 5 MST. Kapur pertanian dilakukan bersamaan dengan
aplikasi pupuk kandang.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengendalian organisme pengganggu
tanaman. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dibersihkan sehingga tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman primer.
Pemanenan
Kegiatan pemanenan pada umumnya dilakukan pada saat tanaman berusia 4
bulan atau sekitar 17-18 minggu. Pemanenan dilakukan saat tanaman sudah
menghasilkan biji polong masak meskipun daun masih berwarna hijau.
Pengamatan
Pengamatan pada percobaan ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu
pengamatan pada masa pertumbuhan dan untuk produktivitas tanaman.
Pengamatan untuk masa pertumbuhan tanaman yaitu: jumlah daun, panjang
tangkai daun, indeks luas daun (ILD), hama dan penyakit tanaman, pengamatan
bobot basah dan bobot kering (akar, batang, dan daun) pada saat 5, 7, dan 9 MST.
Pengamatan komponen hasil, terdiri atas jumlah polong total (polong isi dan
polong hampa), bobot polong dan brangkasan (basah dan kering), bobot kering
biji, bobot 100 biji dan diameter kanopi (dilakukan pada H-1minggu sebelum
panen). Interaksi serangan hama dan penyakit dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
IP = (∑ n.vi)
x 100%
NV
Keterangan :
IP : intensitas serangan hama dan keparahan penyakit
n
: jumlah tanaman yang memiliki skor serangan ke-i
vi
: skor tanaman 0,1,2,3,4,5
V
: skor tanaman tertinggi
N
: jumlah seluruh tanaman yang diamati

8

Skor
0
1
2
3
4
5

Keterangan
Tidak ada serangan
Bagian tanaman yang diserang 10%
Bagian tanaman yang diserang >10%-25%
Bagian tanaman yang diserang >25%-50%
Bagian tanaman yang diserang >50%-75%
Bagian tanaman yang diserang >75%

Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Jika perlakuan
berpengaruh nyata, rataan diuji dengan DMRT (α 5%) dan analisis regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum
Struktur tanah pada saat akan melakukan penanaman masih berupa
bongkahan karena penanaman dilakukan pada awal musim kemarau yaitu Bulan
Februari 2014. Kegiatan penyiraman dilakukan selama 7 hari, hal ini dikarenakan
kondisi tanah yang sangat kering dan tandus serta mengingat benih yang
membutuhkan air untuk proses perkecambahan. Hasil analisis tanah menunjukkan
bahwa pH 5.3, C-organik 1.27%, N-total 0.13%, P Bray I 8.4%, K 0.29, dan KTK
18.33 yang menandakan bahwa kondisi tanah yang masam dan kandungan Corganik, N-total, P Bray, dan K termasuk dalam kategori rendah. Kondisi lain
yang menjadi kendala adalah keadaan lahan yang masih terdapat banyak gulma
dan tanaman kering sisa pengguna lahan sebelumnya. Curah hujan yang fluktuatif
juga sangat berpengaruh pada kondisi tanaman. Selama kegiatan penelitian, curah
hujan rata-rata per hari adalah 26.85 mm, temperatur rata-rata adalah 25.320C dan
intensitas penyinaran matahari per hari adalah 303.5 cal cm -2. Curah hujan yang
cukup tinggi juga menyebabkan pertumbuhan gulma semakin cepat, terutama
unuk jenis gulma rumput-rumputan (Gambar 1). Gulma jenis ini menyulitkan
penyiangan dan pemanenan kacang bogor karena pertumbuhan gulmanya
menyatu dengan tajuk tanaman kacang bogor.

Curah Hujan (mm)

250
200
150
100
50
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Umur Tanaman (MST)

Gambar 1 Grafik curah hujan dengan umur tanaman kacang bogor selama
kegiatan penelitian
Benih berkecambah pada 2 MST dengan persentase daya tumbuh sebesar
93%. Kondisi benih pada 2 MST hampir semua berkecambah, karena digunakan 2
benih tiap lubang maka tidak dilakukan kegiatan penyulaman. Benih yang tidak
tumbuh diduga diserang cendawan dengan ciri-ciri benih diselubungi dengan hifa
dan biji membusuk. Tanaman mulai diserang penyakit dimulai pada 7 MST
dengan ciri-ciri tanaman menjadi kerdil, daun menggulung dan akhirnya menjadi
kering lalu mati. Penyakit yang menyerang adalah layu bakteri yang disebabkan
oleh bakteri Pseudomonas. Tanaman yang diserang penyakit ini harus segera
dicabut agar penyakit tidak menyebar ke tanaman lain. Hama yang muncul adalah

10

Valanga nigricornis. Bagian tanaman yang diserang pada umumnya adalah daun
dengan ciri-ciri daun menjadi bergerigi.
Gulma yang tumbuh selama kegiatan penelitian sangat beragam, antara lain
Mimosa pudica, Digitaria ascendens, Euphorbia hirta, Ageratum conyzoides,
Phyllanthus niruri dan Spigelia antelmia. Penyiangan gulma dilakukan sebanyak
lima kali, yaitu pada 3, 5, 7, 9 dan 13 MST. Kegiatan penyiangan pada 7 dan 9
MST dilanjutkan dengan kegiatan pembumbunan sedangkan pada 13 MST
dilanjutkan dengan penyemprotan fungisida dan insektisida.
Tanaman kacang bogor memasuki fase generatif pada 7 MST dengan
ditandai muncul bunga berwarna kuning. Kacang bogor dipanen ketika memasuki
usia 17 MST. Tanaman yang siap panen adalah tanaman dengan daun yang
sebagian besar berubah menguning dan polong tidak berwarna putih.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh dosis dan cara aplikasi
pupuk kandang maupun interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata
terhadap semua peubah yang diamati (Tabel 1).
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi
kacang bogor pada perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk kandang
Peubah
Panjang tangkai

Umur
(MST)

Dosis
(D)

D*C

KK
(%)

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

8.74
4.61
5.89
5.02
6.63
8.4
6.79
9.07
8.79
19.16
19.77
17.7
32.46
27.78
28.54
27.03
31.62
30.32

Bobot basah akar

7 tn

tn

tn

19.47(x

Bobot kering akar
Bobot basah daun
Bobot kering daun
Bobot basah batang
Bobot kering batang

7
7
7
7
7

tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn

13.22(x
32.85
27.28
30.67
32.31

Jumlah daun

Bobot basah akar
Bobot kering akar
Bobot basah daun
Bobot kering daun
Bobot basah batang
Bobot kering batang

2
4
5
7
9
11
2
4
5
7
9
11
5
5
5
5
5
5

Cara
Aplikasi (C)

tn
tn
tn
tn
tn

11

Tabel 1 (lanjutan)
Peubah

Umur
(MST)

Dosis
(D)

Cara
Aplikasi
(C)

D*C

KK
(%)

Bobot kering akar
Bobot basah daun
Bobot kering daun
Bobot basah batang
Bobot kering batang

9
9
9
9
9

tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn

20.00(x
30.97
31.28
24.36
18.86

Luas daun
Luas daun
Luas daun

5 tn
7 tn
9 tn

tn
tn
tn

tn
tn
tn

12.33(x
26.28
25.23

Bobot basah polong

18 tn

tn

tn

26.13(x

Bobot kering polong

18 tn

tn

tn

22.95(x

Bobot biji kering matahari

18 tn

tn

tn

27.18(x

Bobot biji kering oven

18 tn

tn

tn

26.92(x

Jumlah polong isi

18 tn

tn

tn

35.54(x

Jumlah polong hampa

18 tn

tn

tn

22.19(x

Jumlah polong total
Jumlah cabang
Diameter kanopi

18 tn
18 tn
18 tn

tn
tn
tn

tn
tn
tn

25.80(x
24.93
15.86

Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; x) Hasil transformasi √(x + 0.5

Fase Vegetatif
Pertumbuhan vegetatif dan generatif adalah proses penting dalam siklus
jenis tumbuhan. Pertumbuhan vegetatif adalah pertambahan volume, jumlah,
bentuk dan ukuran organ-organ vegetatif seperti daun, batang, dan akar yang
dimulai dari terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal
terbentuknya organ generatif (Solikin 2013).
Terdapat empat peubah tanaman yang diamati pada fase vegetatif yaitu
jumlah daun, panjang tangkai daun, indeks luas daun (ILD) dan bobot tanaman
yang diambil secara destruktif. Peubah jumlah daun dan panjang tangkai daun
diamati mulai dari 2 MST – 11 MST dengan frekuensi pengamatan dua minggu
sekali. Peubah indeks luas daun (ILD) dan pengamatan tanaman secara destruktif
dilakukan bersamaan selama tiga kali pada 5, 7, dan 9 MST. Menurut hasil sidik
ragam, dosis dan cara aplikasi pupuk kandang pada peubah jumlah daun, panjang
tangkai daun, indeks luas daun (ILD) dan pengamatan tanaman secara destruktif
tidak berpengaruh nyata pada semua fase vegetatif.
Jumlah Daun
Pertumbuhan tanaman pada awal minggu masih terlihat seragam dan hampir
semua tanaman tumbuh dengan baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
jumlah daun dengan pemberian pupuk kandang dibandingkan dengan tanpa
pemberian pupuk kandang (kontrol) mampu meningkatkan jumlah daun.

12

Perbedaan jumlah daun antar dosis cenderung seragam namun ada indikasi
perlakukan pemberian dosis pupuk kandang sebesar 10 ton ha-1 merupakan dosis
terbaik, hal ini ditunjukkan dengan hasil jumlah daun yang lebih baik daripada
pemberian pupuk kandang dosis 5 ton ha-1 dan 15 ton ha-1 (Tabel 2).
Pengamatan cara aplikasi pupuk kandang menunjukkan bahwa pemberian
pupuk kandang secara alur mampu meningkatkan jumlah daun. Pengamatan
jumlah daun 4 MST dibandingkan dengan 2 MST menunjukkan peningkatan hasil
sebesar 17.6%. Peningkatan hasil jumlah daun tertinggi terjadi pada 7 MST
dibandingkan dengan 5 MST yaitu sebesar 98.68% (Tabel 3).
Tabel 2 Jumlah daun trifoliat tanaman kacang bogor pada perlakuan pelbagai
dosis pupuk kandang
Dosis (ton ha-1)
Umur tanaman
Rata-rata
(MST)
0
5
10
15
----------------------- helai ---------------------2
6.2
6.1
6.5
6.6
6.3
4
16.4
16.4
18.6
18.5
17.4
5
21.7
22.5
24.1
22.9
22.8
7
43.9
40.7
50.7
45.9
45.3
9
72.7
73.1
78.3
77.4
75.3
11
89.1
90.1
89.6
89.0
89.4

Tabel 3 Jumlah daun trifoliat tanaman kacang bogor pada perlakuan cara aplikasi
pupuk kandang
Cara aplikasi
Umur tanaman (MST)
Rata-rata
Sebar
Alur
-------------------------- helai -------------------------2
6.3
6.5
6.4
4
16.7
17.7
17.2
5
22.3
23.3
22.8
7
44.7
45.9
45.3
9
74.3
76.3
75.3
11
89.0
89.9
89.4
Panjang Tangkai Daun
Tangkai daun pada kacang bogor mulai tumbuh pada 2 MST. Tangkai daun
tumbuh dari batang utama dan terus bertambah pada setiap minggu. Masingmasing tangkai terdapat daun trifoliet. Fungsi utama dari tangkai daun ini adalah
untuk menopang tanaman agar tetap tegak dan mendekatkan daun pada sumber
cahaya untuk proses fotosintesis.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa panjang tangkai daun dengan
pemberian pupuk kandang mampu meningkatkan hasil dengan dibandingkan
tanpa pemberian pupuk kandang (kontrol). Panjang tangkai daun cenderung
seragam untuk perlakuanantar dosis, namun terlihat perbedaan pada pemberian
dosis 15 ton ha-1 yang mampu menghasilkantangkai daun terpanjang (Tabel 4).
Perlakuan cara aplikasi alur mampu meningkatkan hasil panjang tangkai
daun. Hasil pengamatan menunjukkan panjang tangkai daun pada 4 MST

13

dibandingkan dengan 2 MST terjadi peningkatan sebesar 58.78%, pada 7 MST
dibandingkan dengan 5 MST terjadi peningkatan jumlah daun sebesar 18.85%
(Tabel 5).
Tabel 4 Panjang tangkai daun kacang bogor pada perlakuan pelbagai dosis
pupuk kandang
Dosis (ton ha-1)
Umur tanaman
Rata-rata
(MST)
0
5
10
15
----------------------- cm ----------------------2
11.36 11.40 11.00 11.50
11.31
4
17.82 18.39 18.90 18.40
18.37
5
19.70 20.18 20.20 20.78
20.21
7
22.46 24.02 24.23 25.41
24.03
9
25.87 26.43 26.79 28.19
26.82
11
26.61 27.54 28.05 28.55
27.68
Tabel 5 Panjang tangkai daun kacang bogor pada perlakuan cara aplikasi
pupuk kandang
Cara aplikasi
Umur tanaman (MST)
Rata-rata
Sebar
Alur
---------------------------- cm -------------------------2
10.96
11.67
11.31
4
18.23
18.53
18.38
5
20.18
20.25
20.21
7
23.96
24.09
24.02
9
26.42
27.23
26.82
11
26.87
28.50
27.68
Indeks Luas Daun (ILD)
Indeks luas daun (ILD) merupakan suatu peubah yang menunjukkan
hubungan antara luas daun dan luas bidang yang tertutupi. Secara konvensional,
penentuan nilai ILD dilakukan dengan mengukur dan mengakumulasikan jumlah
luas daun dalam suatu bidang tertentu dan dibagi dengan luas bidang tersebut
(Risdiyanto dan Setiawan 2007). Juliarina (2012) menyatakan bahwa ILD diukur
pada daun yang masih berwarna hijau, nilai ILD yang tinggi dapat diartikan
bahwa tanaman menghasilkan daun yang banyak. Luas daun yang tinggi juga
menyebabkan ILD tinggi.
Pengamatan indeks luas daun dilakukan sebanyak tiga kali selama kegiatan
penelitian yaitu pada 5, 7, dan 9 MST. Selama tiga kali pengamatan, diketahui
bahwa dosis pupuk kandang 15 ton ha-1 menghasilkan indeks luas daun tertinggi
daripada perlakuan pemberian pupuk dosis 5 ton ha-1, 10 ton ha-1 dan tanpa
pemupukan (kontrol) (Tabel 6).
Perlakuan cara pemberian pupuk kandang secara alur mampu meningkatkan
hasil luas daun tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada pengamatan
kedua yaitu pada 7 MST menunjukkan hasil luas daun tertinggi. Peningkatan luas
daun pada 7 MST dibandingkan dengan 5 MST sebesar 111.57% (Tabel 7).

14

Tabel 6 Indeks luas daun tanaman kacang bogor pada perlakuan pelbagai dosis
pupuk kandang
Dosis (ton ha-1)
Umur Tanaman
Rata-rata
(MST)
0
5
10
15
5
1.02
0.88
0.86
1.06
0.95
7
1.97
1.58
2.05
2.45
2.01
9
2.47
2.12
2.14
2.55
2.32
Tabel 7 Indeks luas daun tanaman kacang bogor pada perlakuan cara aplikasi
pupuk kandang
Cara aplikasi
Umur Tanaman
Rata-rata
(MST)
Sebar
Alur
5
0.90
1.01
0.95
7
1.91
2.12
2.01
9
2.30
2.35
2.32
Bobot brangkasan tanaman
Hasil pengamatan selama tiga kali perhitungan bobot brangkasan tanaman
untuk perlakuan dosis pupuk kandang ayam menunjukkan bahwa pemberian dosis
pupuk sebesar 15 ton ha-1 mampu meningkatkan hasil daripada pemberian pupuk
dosis 5 ton ha-1, 10 ton ha-1, dan tanpa pemupukan (kontrol) (Tabel 8).
Perlakuan cara aplikasi pupuk kandang terbaik adalah cara alur. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa peningkatan hasil tertinggi terjadi pada 7 MST.
Peubah bobot basah akar pada 7 MST mampu meningkatkan hasil sebesar
213.75% dibandingkan dengan 5 MST, untuk peubah bobot basah batang juga
terjadi peningkatan hasil pada 7 MST dibandingkan dengan 5 MST yaitu sebesar
171.78% dibandingkan dengan 5 MST, dan untuk bobot basah daun pada 7 MST
mampu meningkatkan hasil sebesar 173.28% dibandingkan dengan 5 MST (Tabel
9).
Tabel 8 Bobot basah dan bobot kering tanaman kacang bogor pada perlakuan
pelbagai dosis pupuk kandang.
Dosis (ton ha-1)

Umur
Peubah
Bobot basah akar

Bobot kering akar

Bobot basah batang

Bobot kering batang

(MST)
5
7
9
5
7
9
5
7
9
5
7
9

0

5

10

15

Rata-rata
------------------- g ----------------------3.01
2.8 3.21 3.81
3.2
8.81 9.07 10.06 12.23
10.04
16.31 18.32 17.21 18.59
17.6
0.26
0.3 0.29 0.42
0.31
0.96 1.05 1.07 1.38
1.11
2.62 2.69 2.38 2.24
2.48
29.17 37.58 36.42 45.95
37.28
91.18 106.6 95.02 112.5
101.32
175.7
172 176.8
197
180.37
2.36
2.9 3.03 3.34
2.9
8.05 8.95 7.75 9.89
8.66
16.52 17.04 17.13 19.73
17.6

15

Tabel 8 (lanjutan)
Dosis (ton ha-1)

Umur
Peubah
Bobot basah daun

Bobot kering daun

(MST)
5
7
9
5
7
9

0
36.49
107.09
277.73
3.32
12.28
22.26

5

10

15

Rata-rata

------------------- g ----------------------46.43
44.82
60.32
47.01
132.17
116.37
158.25
128.47
269.92
245.65
282.47
268.94
3.99
3.83
4.96
4.02
12.38
11.43
14.35
12.61
28.75
28.49
29.49
27.24

Tabel 9 Bobot basah dan bobot kering tanaman kacang bogor pada perlakuan cara
aplikasi pupuk kandang.
Peubah
Bobot basah akar

Bobot kering akar

Bobot basah batang

Bobot kering batang

Bobot basah daun

Bobot kering daun

Umur
Cara aplikasi
Rata-rata
(MST)
Sebar
Alur
----------------------------- g --------------------------5
3.18
3.23
3.20
7
9.07
10.98
10.02
9
17.01
18.20
17.60
5
0.31
0.32
0.31
7
1.01
1.19
1.10
9
2.14
2.82
2.48
5
37.22
37.34
37.28
7
95.77
106.87
101.32
9
172.22
188.52
180.37
5
2.89
2.93
2.91
7
8.42
8.88
8.65
9
16.21
19.07
17.64
5
44.98
49.05
47.01
7
124.68
132.26
128.47
9
256.52
281.36
268.94
5
3.80
4.26
4.03
7
12.27
12.95
12.61
9
25.82
28.88
27.35

Analisis Hara Daun
Analisis hara daun dilakukan untuk mengetahui efisiensi tanaman menyerap
hara sesuai dengan perlakuan berbagai dosis dan cara aplikasi pupuk kandang.
Pengujian analisis hara daun dilakukan pada tanaman dengan perlakuan aplikasi
pupuk kandang cara alur sebanyak 12 sampel tanaman. Daun tanaman kacang
bogor setelah proses pengovenan selama 3 hari dihaluskan terlebih dahulu
sebelum diuji. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tanaman kacang bogor lebih
banyak menyerap unsur N dari tanah dengan persentase rata-rata 3.14%, 1.01%
untuk K, dan 0.21% untuk P (Tabel 10). Nitrogen (N) berfungsi sebagai
komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin, dan enzim-enzim esensial
untuk kehidupan tanaman. Munawar (2011) menyatakan bahwa metabolisme N
merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang, dan daun. Tanaman yang
mendapatkan pasokan N cukup, pertumbuhan vegetatifnya baik dengan ciri daun

16

berwarna hijau tua, tetapi pasokan terlalu banyak dapat menunda pembungaan dan
pembentukan buah atau biji. Kadar kalium (K) juga banyak diserap oleh tanaman
dapat dilihat dari hasil persentase rata-rata setelah N. Ketersediaan unsur K dalam
tanaman berkaitan dengan efisiensi penggunaan air. Tanaman yang cukup K
mampu menjaga kondisi air di dalam tanah akibat cekaman seperti salinitas,
sedangkan apabila kekurangan akan mengakibatkan daun keriting dan buah jatuh.
Unsur P juga berperan penting dalam tanaman, kadar rata-rata dalam tanah antara
0.02% sampai dengan 0.5%. Kekurangan P dalam tanaman susah dikenali,
kebanyakan tanaman yang kekurangan unsur P akan menjadi layu kemudian mati.
Tabel 10 Analisis hara daun tanaman kacang bogor pada perlakuan aplikasi pupuk
kandang cara alur
Dosis (ton ha-1)
Peubah
Rata-rata
0
5
10
15
N (%)
3.19±0.12
3.14±0.16
3.13±0.06
3.11±0.12
3.14±0.03
P (%)
0.21±0.01
0.21±0.01
0.20±0.01
0.21±0.02
0.20±0.005
K (%)
1.01±0.09
1.00±0.09
1.03±0.10
1.01±0.11
1.01±0.01
Fase Generatif
Fase generatif tanaman kacang bogor dimulai pada 7 MST ketika sudah
muncul bunga. Bunga kacang bogor tumbuh berwarna putih kekuningan yang
tumbuh dari ruas-ruas tangkai daun. Ketika bunga mulai tumbuh, dilakukan juga
kegiatan pembumbunan yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada 7 dan 9
MST. Memasuki fase generatif ini tanaman mulai banyak diserang penyakit, baik
karena cendawan maupun bakteri.
Pengamatan fase generatif terdiri dari bobot polong basah, bobot polong
kering, bobot biji kering matahari, bobot biji kering oven, jumlah polong isi,
jumlah polong hampa, dan jumlah cabang. Peubah pengamatan fase generatif
secara keseluruhan tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Bobot basah dan bobot kering polong per tanaman
Pengamatan bobot basah polong dilakukan pada jumlah tanaman contoh
yang dipanen. Bobot basah polong per tanaman terbesar dimiliki tanaman dengan
dosis 5 ton ha-1(Gambar 1) yaitu 67.17 g(Tabel 11) sedangkan perlakuan cara
aplikasi pupuk kandang terbaik adalah metode sebar dengan hasil bobot basah
polong 61.50 g (Tabel 12). Dosis dan cara aplikasi pupuk kandang tidak
berpengaruh nyata pada taraf 5%.
Pengamatan bobot kering polong dilakukan pada jumlah tanaman contoh
yang dipanen. Perlakuan pemberian dosis pupuk kandang 5 tonha-1 (Gambar 1)
menghasilkan bobot polong kering tertinggi yaitu 20.50 g (Tabel 11) sedangkan
untuk cara aplikasi terbaik adalah metode sebar dengan bobot polong kering 19.74
g (Tabel 12). Pemberian dosis dan cara aplikasi pupuk kandang tidak berpengaruh
secara nyata pada taraf 5%.
Bobot biji dengan kering jemur dan kering oven
Bobot biji kering matahari diamati dari hasil polong kering tanaman contoh
yang dipanen. Pemberian dosis pupuk kandang terbaik adalah dosis 5 ton ha-1
(Gambar 2) dengan menghasilkan bobot biji kering jemur tertinggi yaitu 16.5 g

17

(Tabel 11) sedangkan untuk perlakuan cara aplikasi pupuk kandang terbaik adalah
metode sebar dengan hasil 15.86 g (Tabel 12). Perlakuan dosis dan cara aplikasi
pupuk kandang tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Pengamatan biji kering oven diamati dari hasil bobot biji kering matahari,
hal ini dilakukan untuk mengetahui persentase kadar air yang hilang selama
proses pengovenan. Jumlah kadar air yang hilang selama proses tersebut diketahui
sebesar 16.2%. Pengamatan bobot biji kering oven ini didapat perlakuan terbaik
yaitu pemberian pupuk kandang dengan dosis 5 ton ha-1 (Gambar 2) yaitu sebesar
15.22 g (Tabel 11), sedangkan untuk perlakuan cara aplikasi pupuk kandang
terbaik adalah cara sebar dengan rata-rata sebesar 13.97 g (Tabel 12). Perlakuan
dosis dan cara aplikasi pupuk kandang tidak berbeda nyata pada taraf 5% pada
peubah ini.
Tabel 11 Komponen produksi tanaman kacang bogor pada perlakuan pelbagai
dosis pupuk kandang.
Peubah
Bobot basah polong (g tanaman-1)
Bobot kering polong (g tanaman-1)
Bobot biji kering jemur (g tanaman-1)
Bobot biji kering oven (g tanaman-1)
Jumlah polong isi
Jumlah polong hampa
Jumlah polong total

0
56.17
17.11
13.16
12.86
14.91
9.67
23.78

Dosis (ton ha-1)
5
10
67.17
51.39
20.50
17.05
16.50
13.88
15.22
11.77
25.83
16.33
9.50
8.72
35.33
25.05

15
45.17
15.44
11.94
9.67
13.94
5.77
19.72

Ratarata
54.97
17.52
13.87
12.38
17.75
8.41
25.97

Tabel 12 Komponen produksi tanaman kacang bogor pada perlakuan cara aplikasi
pupuk kandang.
Cara aplikasi
Peubah
Rata-rata
Sebar
Alur
Bobot basah polong (g tanaman-1)
61.50
48.45
54.97
Bobot kering polong (g tanaman-1)
19.74
15.30
17.52
-1
Bobot biji kering matahari (g tanaman )
15.86
11.88
13.87
Bobot biji kering oven (g tanaman-1)
13.97
10.79
12.38
Jumlah polong isi
18.83
16.68
17.75
Jumlah polong hampa
8.69
8.14
8.41
Jumlah polong total
27.52
24.41
25.96
Jumlah polong isi
Menurut hasil pengamatan, jumlah polong tertinggi adalah perlakuan
pemberian pupuk kandang dosis 5 ton ha-1 (Gambar 3) dengan rata-rata 25.83
polong (Tabel 11) dan untuk perlakuan cara aplikasi pupuk kandang terbaik
adalah cara sebar dengan rata-rata jumlah polong sebanyak 18.83 polong (Tabel
12). Peubah jumlah polong isi dengan perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk
kandang tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Jumlah polong hampa
Polong hampa adalah polong yang tidak berbiji atau cipo. Pengamatan
jumlah polong hampa dilihat dari jumlah tanaman contoh yang dipanen. Hasil

18

pengamatan menunjukan bahwa perlakuan pemberian dosis dan cara aplikasi
pupuk kandang tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%.
Bobot biji 100 butir
Pengamatan bobot biji 100 butir dilakukan pada biji yang telah dilakukan
pengeringan oven selama 3 hari. Bobot biji 100 butir didapat hasil 77 g.
Pengamatan bobot biji 100 butir ini berkaitan dengan jumlah kebutuhan benih
yang akan digunakan pada suatu lahan.
(b)

50,00

y = -0,036x2 + 0,524x +
45,93
R² = 0,999

49,00
48,00
47,00
46,00

45,00
0

10

20

Bobot Kering Polong (g
tanaman-1)

Bobot basah polong (g
tanaman-1)

(a)

16
14
12
10

0,00

20

Dosis Pupuk Kandang Ayam (ton ha-1 )

y = -0,005x2 + 0,093x +
14,03
R² = 0,572

18

10,00

20,00

Dosis Pupuk Kandang Ayam (ton ha-1)

Gambar 2 Hubungan antara bobot basah polong (a) dan bobot kering polong (b)
dan dosis pupuk kandang
(b)
y = -0,005x2 + 0,091x +
10,64
R² = 0,47

0,00

10,00

20,00

Dosis Pupuk kandang Ayam (ton
ha-1)

Bobot biji kering jemur (g
tanaman-1)

Bobot biji kering jemur (g
tanaman-1)

(a)

15
14
13
12
11
10
9

15
y = -0,005x2 + 0,091x +
10,64
R² = 0,47

14
13
12
11
10
9
0,00

10,00

20,00

Dosis Pupuk kandang Ayam (ton
ha-1)

Gambar 3 Hubungan bobot biji kering jemur (a) dan bobot biji kering oven (b)
dan dosis pupuk kandang

19

(a)

(b)

30
25

y = -0,178x2 + 2,445x + 14,92
R² = 0,960

20
15
10
5
0
0
10
20
Dosis Pupuk Kandang Ayam (ton ha-1)

35,0
Jumlah Polong Total

Jumlah Polong Isi

35

30,0
25,0
20,0
15,0

y = -0,231x2 + 3,177x + 22,36
R² = 0,997

10,0
5,0
0,0
0

10

20

Dosis Pupuk Kandang Ayam (ton ha-1)

Gambar 3 Hubungan jumlah polong isi (a) dan jumlah polong total (b) dan dosis
pupuk kandang
Tabel 13 Rekapitulasi dosis optimum tanaman kacang bogor pada perlakuan
pemberian dosis pupuk kandang
Peubah
Bentuk Kurva Dosis Optimum (ton ha-1)
Bobot basah polong
Kuadratik
7.23
Bobot kering polong
Kuadratik
9.31
Bobot biji kering jemur
Kuadratik
9.12
Bobot biji kering oven
Kuadratik
10.62
Jumlah polong isi
Kuadratik
6.86
Jumlah polong total
Kuadratik
6.87
Jumlah cabang
Pengamatan jumlah dilakukan pada tanaman contoh yang dipanen. Jumlah
cabang dihitung pada saat panen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk kandang sebesar 5 ton ha-1 menghasilkan jumlah cabang
yang tinggi sebesar 9.8 (Tabel 14). Hal ini diduga karena kondisi tanaman ketika
panen sudah banyak terserang penyakit dan gulma yang tumbuh sangat banyak.
Keadaan ini diduga berpengaruh terhadap kondisi pertumbuhan tanaman. Cara
aplikasi pupuk kandang dengan cara sebar menunjukan hasil yang terbaik yaitu
9.3 (Tabel 15). Pemberian dosis dan cara aplikasi pupuk kandang pada peubah
jumlah cabang tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Diameter kanopi
Pengukuran diameter kanopi dilakukan pada H-7 hari sebelum panen.
Menurut Juwita (2012) pengukuran diameter kanopi perlu dilakukan untuk
mengetahui hubungannya dengan produksi kacang bogor seperti jumlah polong
dan bobot polong. Hasil pengamatan menunjukan bahwa dosis pupuk kandang 15
ton ha-1 menghasilkan diameter kanopi terbesar yaitu 32.62 cm (Tabel 14) dan
cara aplikasi pupuk kandang terbaik adalah dengan cara alur. Pemberian dosis dan
cara aplikasi pupuk kandang tidak berpengaruh nyata pada peubah ini.

20

Tabel 14 Jumlah cabang dan diameter kanopi tanaman kacang bogor pada
perlakuan pelbagai dosis pupuk kandang.
Dosis
Peubah
Rata-rata
0
5
10
15
Jumlah cabang
8.7
9.8
8.2
7.8
8.6
Diameter kanopi (cm)
32.2
32.3
32.2
32.6
32.3
Tabel 15 Jumlah cabang dan diameter kanopi tanaman kacang bogor pada
perlakuan cara aplikasi pupuk kandang.
Cara aplikasi
Peubah
Rata-rata
Sebar
Alur
Jumlah cabang
9.3
8.0
8.6
Diameter kanopi (cm)
32.3
32.3
32.3
Intensitas serangan penyakit
Tanaman kacang bogor sangat cepat terserang penyakit, baik yang
disebabkan oleh cendawan ataupun virus. Penyakit yang menyerang tanaman pada
saat penelitian adalah layu bakteri yang menyerang hampir sebagian besar
tanaman. Intensitas serangan penyakit diamati bersamaan dengan pengukuran
diameter kanopi yaitu pada H-7 hari sebelum panen. Persentase intensitas
serangan penyakit pada tanaman mencapai 83%, hal ini menyebabkan
berkurangnya jumlah tanaman yang dapat dipanen sehingga berdampak pada
menurunnya produksi kacang bogor.

Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua peubah tidak berbeda nyata
pada taraf 5%. Peubah pada fase vegetatif tanaman pada perlakuan pemberian
dosis pupuk kandang menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang 15 ton ha-1
menghasilkan nilai terbaik. Peubah panjang tangkai daun dan luas daun
menunjukkan bahwa semakin besar dosis yang diberikan, semakin tinggi pula
hasilnya. Pemberian dosis pupuk kandang 15 ton ha-1 pada peubah panjang
tangkai daun dan pengukuran luas daun mampu memberikan hasil yang lebih
tinggi daripada pemberian dosis 10 ton ha-1. Hal ini dapat dilihat dari persentase
rata-rata dari setiap pengamatan. Hal ini diduga semakin besar dosis pupuk yang
diberikan, semakin tinggi pula hasilnya. Lestari (2014) menyatakan bahwa dosis
pupuk 45 kg ha-1 mampu meningkatkan hasil yang lebih baik daripada pemberian
pupuk dengan dosis 22.5 kg ha-1 untuk peubah jumlah daun dan panjang tangkai
tanaman pada penelitiannya tentang kacang bogor. Halim (2005) juga
mengungkapkan bahwa pemberian dosis pupuk kandang 7.5 ton ha-1
menunjukkan hasil positif pada jumlah daun, jumlah cabang, tinggi tanaman, dan
jumlah polong daripada dosis 5 ton ha-1 pada penelitiannya tentang kacang tanah.
Fase pertumbuhan vegetatif membutuhkan banyak hara untuk proses
fotosintesis. Hara yang digunakan untuk proses fotosintesis berasal dari pupuk
kandang ayam yang diberikan pada saat penelitian. Semakin tinggi dosis pupuk

21

kandang ayam yang diberikan, semakin banyak pula haranya. Hasil analisis hara
daun tanaman menunjukkan bahwa tanaman hanya mampu menyerap sebagian
kecil hara yang tersedia di dalam tanah. Hal ini diduga memengaruhi proses
pertumbuhan tanaman sehingga berpengaruh pada rendahnya produktivitas
tanaman.
Pengamatan fase generatif juga menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada
taraf 5%. Pemberian dosis pupuk kandang terbaik pada fase ini cenderung
beragam. Peubah bobot basah polong, bobot kering polong, bobot biji kering
matahari, bobot biji kering oven, jumlah polong isi, jumlah polong hampa dan
jumlah cabang menunjukkan bahwa dosis terbaik hasil perhitungan analisis
regresi adalah 6.8