Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Bogor (Vigna Subterranea (L.) Verdcourt) Pada Beberapa Jarak Tanam Dan Pemupukan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt) PADA BEBERAPA JARAK
TANAM DAN PEMUPUKAN

SANDY KHOVIALAHDI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan dan
Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak
Tanam dan Pemupukan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Sandy Khovialahdi
NIM A24110110

ABSTRAK
SANDY KHOVIALAHDI. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan.
Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak tanam dan jenis
pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi kacang bogor (Vigna subterranea (L.)
Verdcourt). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok
lengkap teracak faktorial dengan dua faktor yaitu jarak tanam dan pemupukan.
Faktor jarak tanam terdiri atas empat taraf yaitu jarak tanam 60 cm x 20 cm, 50
cm x 20 cm, 60 cm x 10 cm, dan 50 cm x 10 cm. Faktor pemupukan terdiri atas
dua taraf yaitu pupuk kandang + NPK dan tanpa pupuk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jarak tanam mempengaruhi jumlah daun, indeks luas daun,
bobot polong kering per tanaman, indeks panen, bobot polong basah per meter,
bobot polong kering per meter, dan bobot biji per meter. Pemupukan tidak

mempengaruhi semua peubah yang diamati. Jarak tanam 50 cm x 20 cm
menghasilkan pertumbuhan dan produksi per individu tanaman yang tertinggi
sedangkan jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan produksi per meter yang
tertinggi.
Kata kunci: crop growth rate, indeks luas daun, kerapatan tanaman.

ABSTRACT

SANDY KHOVIALAHDI. Growth and Yield of Bambara Groundnut (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) in Several Plant Spacings and Fertilization.
Supervised by HENI PURNAMAWATI
This research aimed to analyze the effect of plant spacing and fertilization
to growth and yield of bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt).
This research used randomized complete block design with two factors were plant
spacing and fertilization. Plant spacing consisted of four levels which is 60 cm x
20 cm, 50 cm x 20 cm, 60 cm x 10 cm, and 50 cm x 10 cm. Fertilization factor
consisted of two levels such as manure + NPK and without fertilizer. The result
showed that plant spacing affected number of leaves, leaf area index, pod dry
weight per plant, harvest index, pod fresh weight per meter, pod dry weight per
meter, and seed weight per meter significantly. Fertilization did not affect all

variabels observed. Spacing of 50 cm x 20 cm produced the highest growth and
yield per individual plant, while spacing of 60 cm x 10 cm produced the highest
yield per meter.
Keyword: crop growth rate, leaf area index, plant density.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt) PADA BEBERAPA JARAK
TANAM DAN PEMUPUKAN

SANDY KHOVIALAHDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Judul
Nama
NIM

: Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.)
Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan
: Sandy Khovialahdi
: A24110110

Disetujui oleh

Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi

Ketua Departemen

Tanggal lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Pertumbuhan dan
Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak
Tanam dan Pemupukan” dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini
membahas mengenai upaya untuk meningkatkan hasil produksi kacang bogor
melalui perbaikan teknik budidaya dengan cara pengaturan jarak tanam dan
pemupukan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Heni Purnamawati, MSc
Agr sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah, serta Dr Ir Yudiwanti Wahyu
Endro Kusumo MS sebagai penguji dan Juang Gema Kartika SP Msi sebagai
wakil urusan yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan karya
ilmiah sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr Sandra Arifin Aziz, MS yang telah memberikan bimbingan

dan arahan kepada penulis selama menempuh pendidikan sarjana. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Argani yang telah membatu selama
penelitian di lapangan, serta kepada kedua orang tua, adik, sahabat, dan temanteman penulis yang telah memberikan bantuan serta dukungan selama penelitian
dan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

Sandy Khovialahdi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Morfologi dan Syarat Tumbuh Kacang Bogor


2

Populasi dan Jarak Tanam

3

Pemupukan

3

METODE

4

Tempat dan Waktu

4

Bahan dan Alat


4

Metode Percobaan

5

Pelaksanaan Percobaan

5

Pengamatan Percobaan

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Fase Vegetatif


8

Fase Generatif

13

Korelasi Antarpeubah

16

KESIMPULAN DAN SARAN

19

Kesimpulan

19

Saran


19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan pemupukan
terhadap peubah fase vegetatif dan generatif kacang bogor
Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan
Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan
Indeks luas daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan
pemupukan
Pengaruh kombinasi perlakuan jarak tanam dan pemupukan terhadap
indeks luas daun kacang bogor
CGR per tanaman kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan
pemupukan
Bobot brangkasan kering (BBK), bobot polong basah (BPB), bobot
polong kering (BPK), bobot biji (BB) per tanaman kacang bogor
Indeks panen per tanaman kacang bogor
Jumlah polong bernas (JPB) dan jumlah polong cipo (JPC) per tanaman
kacang bogor
Produksi kacang bogor per meter
Koefisien korelasi antarpeubah tanaman kacang bogor

7
8
9
10
11
11
12
14
14
15
16
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah
Data iklim Dramaga bulan Maret-Juli 2015

22
22

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebutuhan pangan Indonesia saat ini semakin meningkat seiring dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan produksi tanaman pangan
dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan. Sumber bahan pangan
alternatif perlu dikembangkan agar kebutuhan pangan dalam negeri dapat
terpenuhi.
Kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) merupakan tanaman yang
berpotensi sebagai bahan pangan. Tanaman ini berasal dari Afrika Tropis dan
pertama kali berhasil dibudidayakan di Bogor, Jawa Barat (Fachrudin 2000). Sifat
utama tanaman kacang bogor adalah tahan terhadap keadaan kekurangan air
sehingga kacang bogor dapat tumbuh pada saat musim kemarau dan di daerah
kering yang belum banyak digunakan untuk budidaya.
Penyebaran kacang bogor belum meluas karena belum banyak yang
mengetahui pemanfaatan kacang bogor sehingga hanya beberapa daerah yang saat
ini sudah membudidayakan kacang bogor. Kacang bogor dapat dikonsumsi
dengan cara dipanggang atau direbus. Biji dan polong muda dapat dijadikan bahan
tambahan dalam pembuatan sup (Van der Maesen dan Somaatmadja 1992)
sedangkan di Indonesia kacang bogor dikonsumsi dengan cara digoreng atau
direbus (Rukmana dan Oesman 2000).
Produksi rata-rata kacang bogor oleh petani masih di bawah 4 ton per
hektar. Tinggi rendahnya produksi kacang bogor dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor genetik, faktor kesesuaian lingkungan, dan faktor teknik
budidaya (Rukmana dan Oesman 2000). Peningkatan produksi kacang bogor
melalui perbaikan teknik budidaya dapat dilakukan dengan cara optimasi populasi
tanaman yaitu melalui pengaturan jarak tanam dan pemupukan.
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan kompetisi antartanaman
dalam menggunakan sarana tumbuh yang akhirnya berpengaruh terhadap hasil
produksi yang diperoleh. Jarak tanam yang umum digunakan dalam teknik
budidaya kacang bogor adalah 60 cm x 25 cm (Fachrudin 2000). Penelitian
Rahmawati (2014) di Bogor menunjukkan bahwa kacang bogor yang ditanam
dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm dan 40 cm x 40 cm memiliki pertumbuhan
dan produksi keseluruhan terbaik dibandingkan jarak tanam lain yang diujikan.
Jarak tanam yang optimum perlu ditentukan untuk menghasilkan produksi yang
optimum.
Peningkatan produksi kacang bogor melalui pemupukan akan efektif jika
dilakukan dengan tepat jenis, dosis, cara, dan waktu. Kombinasi pemupukan
antara pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan produksi tanaman
karena pupuk organik bersifat memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan fisik tanah
sehingga memberikan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman.
Penelitian Widowati (2009) menunjukkan bahwa efisiensi pupuk NPK meningkat
dengan adanya penambahan pupuk organik yang ditunjukkan oleh peningkatan
tinggi tanaman pada caisim.

2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak tanam dan
pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi kacang bogor (Vigna subterranea
(L.) Verdcourt).

Hipotesis
1. Terdapat minimal satu jarak tanam yang dapat menghasilkan pertumbuhan
dan produksi kacang bogor maksimum.
2. Terdapat kombinasi pupuk kandang dan pupuk NPK yang menghasilkan
pertumbuhan dan produksi kacang bogor terbaik.
3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dan pemupukan yang menghasilkan
pertumbuhan dan produksi kacang bogor terbaik..

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi dan Syarat Tumbuh Kacang Bogor
Tanaman kacang bogor merupakan tanaman herba tahunan dengan tinggi
mencapai 30 cm, bercabang banyak, dan memiliki batang yang berdaun trifoliate
lateral di atas permukaan tanah. Kacang bogor memiliki tipe perkecambahan
hipogeal (Linnemann dan Azzam-Ali 1993).
Tanaman kacang bogor memiliki daun majemuk dengan tiga anak daun
(trifoliate) yang berbentuk sedikit elips dengan tangkai daun yang panjang, tegak,
dan sedikit berbulu. Bunga kacang bogor termasuk tipe bunga kupu-kupu yang
muncul dari ketiak daun, tumbuh menyebar dengan panjang tangkai tidak lebih
dari 1.5 cm. Mahkota bunga berwarna kuning muda, kuning kemerahan, atau
berwarna gelap (Fachruddin 2000).
Kacang bogor membentuk polong dan biji di atas atau tepat di bawah
permukaan tanah. Polong berbentuk bulat dengan permukaan berkerut dan setiap
polong berisi satu hingga dua biji. Biji berbentuk bulat dengan diameter mencapai
1.5 cm, permukaan halus, dan sangat keras ketika sudah kering. Biji kacang bogor
ada yang berwarna krem, coklat, merah, berbintik, atau memiliki bercak hitam
(NAS 1979).
Kacang bogor dapat ditanam di daerah yang ketinggiannya mencapai 600 m
di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini tumbuh baik di daerah yang memiliki
sinar matahari cerah dengan suhu rata-rata harian 20  28°C. Kacang bogor dapat
tumbuh optimum dengan curah hujan tahunan 750  900 mm meskipun dapat
tetap tumbuh di daerah dengan curah hujan 600  750 mm. Tanaman ini dapat
tumbuh dengan baik pada lahan mana pun dengan drainasi baik, tetapi yang
paling tepat adalah tanah liat berpasir dengan pH 5.0  6.5 (Linnemann 1980).

3
Kacang bogor lebih membutuhkan air pada masa penanaman hingga
pembungaan. Kacang bogor dapat tumbuh di tanah yang miskin hara. Tanah yang
mengandung banyak nitrogen dihindari karena dapat merangsang pertumbuhan
daun secara berlebihan sehingga menghambat pertumbuhan dan pengisian polong
(NAS 1979).

Populasi dan Jarak Tanam
Populasi tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produksi setiap tanaman dan tergantung pada jarak tanam yang digunakan dalam
teknik budidaya. Penggunaan jarak tanam bertujuan mengatur letak tanaman serta
memudahkan dalam penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit
tanaman. Jarak tanam juga mempengaruhi efiesiensi penggunaan cahaya serta
kompetisi antartanaman dalam menggunakan air dan hara sehingga akan
mempengaruhi hasil produksi (Harjadi 1979).
Populasi yang tinggi akan menghasilkan produksi tiap satuan luas yang
tinggi karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal
pertumbuhan. Keragaan masing-masing tanaman akan menurun karena adanya
persaingan sarana tumbuh antartanaman. Tanaman akan mengalami pengecilan
ukuran baik tanaman utuh atau hanya bagian-bagian tertentu sebagai respon
adanya persaingan (Harjadi 1979).
Jarak tanam yang umum digunakan petani dalam budidaya kacang bogor
adalah 60 cm x 25 cm (Fachruddin 2000). Berdasarkan penelitian Turmudi dan
Suprijono (2010), populasi tanaman kacang bogor sebanyak 150 000 tanaman
dengan jarak tanam 33.33 cm x 20 cm menunjukkan pertumbuhan dan produksi
yang lebih tinggi daripada populasi 100 000 tanaman dengan jarak tanam 33.33
cm x 30 cm dan 200 000 tanaman dengan jarak tanam 33.33 cm x 15 cm.
Berdasarkan penelitian Akpalu et al. (2012) di Ghana, penggunaan jarak tanam
kacang bogor 50 cm x 20 cm dapat menghasilkan polong kering sebanyak 3399
kg ha-1, lebih tinggi daripada jarak tanam 50 cm x 30 cm dan 50 cm x 40 cm.
Redjeki (2003) melaporkan bahwa penggunaan populasi 250 000 tanaman ha-1
tanpa pemupukan NPK akan diperoleh produksi biji kering 0.77 ton/ha.

Pemupukan
Pupuk dapat diartikan sebagai senyawa dengan kandungan unsur hara yang
diberikan pada tanaman. Pupuk dapat dikelompokkan menjadi pupuk alami dan
pupuk buatan. Pupuk juga dapat digolongkan berdasarkan jumlah unsur yang
dikandungnya yaitu pupuk lengkap yang mengandung unsur nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), dan pupuk tunggal yang hanya mengandung satu unsur (Jumin
2005).
Unsur N berperan sebagai penyusun semua unsur protein, klorofil, asamasam nukleat, dan berperan dalam pembentukan koenzim. Unsur P berpengaruh
dalam pembentukan bagian reproduktif tanaman dan berperan sebagai aktivator
enzim. Unsur K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, nitrogen dan sintesis
protein, pengaturan pemanfaatan unsur hara utama, netralisasi asam-asam organik

4
penting, aktivasi berbagai enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan
jaringan meristem, serta pengaturan buka-tutup stomata dan hal-hal lain yang
terkait dengan penggunaan air (Hanafiah 2005).
Pupuk kandang merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dibedakan
menjadi dua, yaitu pupuk kandang segar berupa kotoran hewan yang baru
dikeluarkan oleh hewan dan pupuk kandang yang telah disimpan sehingga
mengalami pembusukan (Sutedjo 1994). Pupuk kandang mempengaruhi bahan
organik tanah melalui dua cara yaitu sebagai sumber hara yang dapat
meningkatkan jumlah hara tersedia dan menaikkan hasil tanaman, serta dapat
mempertahankan bahan organik tanah. Selain itu, pupuk kandang mengandung
sejumlah unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga
pemberiannya sangat disarankan untuk tanaman sayuran atau tanaman kebun
(Soepardi 1983).
Kelebihan penggunaan pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk kimia
yaitu aman digunakan dalam jumlah besar, membantu menetralkan pH tanah dan
racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan porositas dan ketersediaan air tanah, membantu penyerapan hara
dari pupuk kimia, serta mempertahankan suhu tanah. Penggunaan pupuk kandang
juga memiliki kekurangan yaitu harus diberikan dalam jumlah besar, kadar hara
yang tersedia bagi tanaman relatif sedikit, dan dapat menurunkan kualitas air bila
berdekatan dengan sumber air (Marsono 2001).
Berdasarkan penelitian Olusegun (2014) pada tanaman kacang tunggak,
kombinasi penggunaan pupuk kandang dan pupuk NPK 15-15-15 dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil produksi polong. Namun
penelitian Redjeki (2003) menunjukkan bahwa pemupukan NPK tidak
berpengaruh nyata pada jumlah polong per tanaman dan berat kering 100 biji
kacang bogor.

METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang IPB Darmaga,
Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 207 m dpl. Waktu penelitian mulai dari
bulan Maret sampai dengan Juli 2015.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih lanras kacang bogor yang berasal dari
Kabupaten Sumedang, pupuk NPK Phonska (15:15:15), pupuk kandang kambing,
fungisida berbahan aktif propineb, insektisida berbahan aktif karbosulfan, dan
insektisida berbahan aktif karbofuran. Alat-alat yang digunakan adalah alat
budidaya pertanian, oven, leaf area meter LI-3000C, timbangan digital, dan alat
tulis.

5
Metode Percobaan
Penelitian terdiri dari dua faktor yaitu jarak tanam dan pemupukan. Faktor
jarak tanam terdiri atas empat taraf yaitu 60 cm x 20 cm (J1), 50 cm x 20 cm (J2),
60 cm x 10 cm (J3), dan 50 cm x 10 cm (J4). Faktor jenis pemupukan terdiri atas
dua taraf yaitu pupuk kandang 2 ton ha-1 ditambah 200 kg ha-1 pupuk NPK (P1)
dan tanpa pemupukan (P2). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga
percobaan ini memiliki 24 satuan percobaan.
Satuan percobaan berupa petakan berukuran 3 m x 2.5 m. Tanaman contoh
yang diamati sebanyak 5 tanaman dari setiap petakan sehingga jumlah tanaman
contoh yang diamati sebanyak 120 tanaman. Tanaman dipilih untuk destruksi
pada 7 dan 11 MST masing-masing 2 tanaman dari setiap petak sehingga jumlah
tanaman destruksi sebanyak 96 tanaman.
Perlakuan disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan. Model linier aditif yang
digunakan untuk rancangan tersebut adalah:
Yijk = μ + Ai +Bj + (AB)ij + Kk + Eijk
Keterangan:
Yijk
: nilai pengamatan pada faktor populasi tanaman ke-i (i = 1, 2, 3, 4), faktor
dosis pupuk kandang ke-j (j = 1, 2, 3, 4), dan ulangan ke-k (k = 1, 2, 3)
µ
: rataan umum
Ai
: pengaruh faktor tingkat populasi tanaman ke-i.
Bij
: pengaruh faktor jenis pupuk ke-j.
(AB)ij : interaksi antara tingkat populasi tanaman ke-i dengan jenis pupuk ke-j.
Kk
: pengaruh ulangan ke-k.
Eijk
: pengaruh galat percobaan.
Data yang diperoleh diuji menggunakan uji F pada taraf 5% untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati.
Apabila terdapat perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah maka perlakuan
tersebut dibandingkan dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Analisis data
dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excel dan SAS versi 9.1.3.

Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Lahan
Lahan diolah dan diberi pupuk kandang satu minggu sebelum penanaman.
Dosis pupuk kandang yang digunakan adalah 2 ton ha-1 sesuai perlakuan.
Penanaman
Lahan yang telah diolah dibuat lubang tanam dengan jarak tanam sesuai
dengan perlakuan. Benih yang ditanam sebanyak satu benih per lubang.
Insektisida berbahan aktif karbofuran diberikan dengan dosis 15 kg ha-1 saat
penanaman.

6
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, pemupukan, penyiangan,
pembumbunan, dan penyemprotan. Penyulaman dan pemupukan dilakukan pada
umur 2 minggu setelah tanam (MST). Pemupukan NPK (15:15:15) dilakukan
dengan cara dialur. Penyiangan dilakukan setiap dua minggu dan pembumbunan
dilakukan sejak 6 MST setiap satu bulan. Penyemprotan insektida berbahan aktif
karbosulfan dan fungisida berbahan aktif propineb dilakukan setiap minggu pada
6 – 10 MST .
Pemanenan
Panen dilakukan saat tanaman berumur 16 MST. Tanaman dapat dipanen
jika daun dari 80% populasi tanaman sudah menguning dan polong tanaman tidak
lagi berwarna putih. Luas lahan yang dipanen yaitu 1 m2 untuk setiap perlakuan
dengan jumlah tanaman per petak masing-masing 8 tanaman (J1), 10 tanaman
(J2), 17 tanaman (J3), dan 20 tanaman (J4).

Pengamatan Percobaan
Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh di setiap petak percobaan.
Peubah yang diamati, yaitu:
1. Jumlah daun per tanaman; jumlah helaian daun yang sudah terbuka
sempurna dihitung setiap 2 minggu pada 412 MST .
2. Lebar kanopi per tanaman; lebar terpanjang dan lebar tegak lurus diukur
dan nilainya dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu pada
412 MST .
3. Perhitungan indeks luas daun (ILD) dilakukan saat tanaman berumur 7 dan
11 MST. Perhitungan ILD dilakukan menggunakan bantuan alat Leaf Area
Meter LI-3 000C.
4. Crop Growth Rate (CGR); dihitung dengan rumus:

5.

6.
7.
8.
9.

Dimana W1 dan W2 adalah bobot kering tanaman awal dan akhir, T1 dan
T2 adalah waktu awal dan akhir pengamatan dalam hari, dan GA adalah
luas lahan yang digunakan oleh tanaman (Gul et al. 2013).
Bobot brangkasan kering per tanaman; Pengeringan dilakukan
menggunakan oven dengan suhu 7080oC selama tiga hari. Pengukuran
dilakukan pada 16 MST.
Bobot polong basah, polong kering, dan biji per tanaman; Pengeringan
dilakukan menggunakan oven dengan suhu 7080oC selama tiga hari.
Indeks panen; rasio antara bobot brangkasan kering dan bobot polong
kering dihitung.
Jumlah polong bernas dan polong cipo per tanaman;
Bobot polong basah, polong kering, dan biji per meter; Pengeringan
dilakukan menggunakan oven dengan suhu 7080oC selama tiga hari..

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Tanah yang digunakan untuk budidaya kacang bogor dalam penelitian ini
dianalisis terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Hasil analisis kandungan
hara tanah sebelum tanam (Tabel 1) menunjukkan bahwa tanah pada lahan
penelitian memiliki pH tergolong netral dengan tekstur lempung berdebu (9.07%
pasir : 68.94% debu : 21.99% liat). Kandungan C organik dan K tergolong rendah,
N total tergolong sedang, dan P tergolong sangat tinggi. Kriteria kandungan tanah
berdasarkan Balai Penelitian Tanah dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan
Peubah
Nilai
Kriteria
pH (%)
6.66
netral
C-organik (%)
1.38
rendah
N-total (%)
0.27
sedang
P-tersedia (ppm)
58.54
sangat tinggi
K-tersedia (mg K2O 100g-1)
20.12
rendah
Penanaman dilakukan pada bulan Maret 2015 saat curah hujan masih cukup
tinggi seperti yang ditunjukkan oleh data iklim dari stasiun BMKG Dramaga pada
Lampiran 2. Benih yang ditanam memerlukan air untuk bisa berkecambah
sehingga waktu tanam perlu diperhitungkan supaya kebutuhan air dapat terpenuhi
(Gardner 1991).
Sebagian besar benih yang ditanam sudah berkecambah pada 2 MST
sehingga penghitungan daya tumbuh dapat dilakukan pada waktu tersebut. Daya
tumbuh benih yang dihitung yaitu sebesar 67.77%. Daya tumbuh yang rendah
dapat disebabkan oleh penggunaan benih lanras yang pada umumnya memiliki
viabilitas benih yang rendah. Benih yang tidak tumbuh disebabkan oleh serangan
cendawan yang ditandai oleh busuknya benih atau serangan serangga yang
ditandai oleh kulit benih yang tersisa dalam tanah. Penyulaman dilakukan untuk
mengganti tanaman yang tidak tumbuh sehingga populasi tanaman memiliki
jumlah yang tetap.
Tanaman kacang bogor secara keseluruhan tumbuh dengan baik tetapi
mulai 6 MST tanaman terserang hama. Hama yang menyerang yaitu ulat, kutu
daun (Aphis craccivora), dan tikus. Serangan ulat dan kutu daun mulai terjadi
pada 6 MST sedangkan serangan tikus terjadi pada 13 MST. Ulat menyerang
tanaman dengan cara memakan daun sehingga terjadi kerusakan pada daun. Kutu
daun menyerang cabang yang muda dengan cara menghisap cairan tanaman
sehingga daun-daun dan cabang tersebut tumbuh kerdil (Marzuki 2009). Tikus
menyerang tanaman kacang bogor dengan cara mengambil polong dan biji yang
ada di dalam tanah. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya kulit polong yang
berserakan di permukaan tanah pada beberapa petakan.
Selain terserang hama, tanaman juga terserang penyakit busuk pangkal
batang yang disebakan oleh cendawan Sclerotium rolfsii. Serangan cendawan ini
ditandai dengan adanya hifa cendawan pada pangkal batang yang menjalar ke

8
daun. Pengendalian hama ulat dan kutu daun serta cendawan dilakukan secara
kimiawi dengan menyemprotkan pestisida.
Gulma merupakan tumbuhan yang tidak diharapkan ada di sekitar tanaman
budidaya dan dapat meningkatkan persaingan dengan tanaman budidaya sehingga
perlu dikendalikan. Pengendalian gulma dilakukan setiap dua minggu.
Pembumbunan juga dilakukan agar percabangan dan polong tanaman kacang
bogor tetap berada di dalam tanah.
Pemanenan dilakukan pada 16 MST. Menurut Rahmawati (2014), tanaman
kacang bogor dapat dipanen pada 17 MST. Namun, Redjeki (2003) menyatakan
bahwa pemanenan kacang bogor dapat dilakukan berkisar antara 90 – 120 hari
setelah tanam (HST).

Fase Vegetatif
Fase vegetatif pada tanaman semusim terjadi sampai tanaman berbunga.
Selama fase vegetatif, tanaman akan mengalami pertumbuhan yang signifikan
seperti pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, dan lain-lain (Gardner 1991).
Peubah yang diamati pada tanaman kacang bogor selama fase vegetatif
yaitu jumlah daun, lebar kanopi, ILD, dan CGR. Perlakuan jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan ILD sedangkan pemupukan tidak
berbepngaruh nyata terhadap peubah vegetatif yang diamati (Tabel 2).
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan pemupukan
terhadap peubah fase vegetatif dan generatif kacang bogor
Peubah
Jarak tanam
Pemupukan Interaksi
KK
Jumlah daun
4 MST
tn
tn
tn
12.23
6 MST
tn
tn
tn
13.84
8 MST
tn
tn
tn
21.17
10 MST
**
tn
tn
19.44
12 MST
**
tn
tn
17.23
Diameter kanopi
4 MST
tn
tn
tn
7.90
6 MST
tn
tn
tn
7.35
8 MST
tn
tn
tn
7.99
10 MST
tn
tn
tn
7.82
12 MST
tn
tn
tn
7.72
Indeks luas daun
7 MST
**
tn
tn
17.24
11 MST
**
tn
**
19.47
Crop growth rate
7 – 11 MST
tn
tn
tn
42.02
11 – 16 MST
tn
tn
tn
69.96
Jumlah polong bernas per
tn
tn
tn
34.74
tanaman
Jumlah polong cipo per tanaman
tn
tn
tn
71.43
Bobot brangkasan kering
tn
tn
tn
24.99

9
Peubah
Bobot polong basah per
tanaman
Bobot polong kering per
tanaman
Bobot biji per tanaman
Indeks panen
Bobot polong basah per meter
Bobot polong kering per meter
Bobot biji per meter

Jarak tanam
tn

Pemupukan
tn

Interaksi
tn

KK
33.65

*

tn

tn

29.97

tn
*
*
*
*

tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn

32.86
15.86
26.74
28.10
28.43

Keterangan: tn = tidak nyata, * = nyata pada taraf 5 %, ** = nyata pada taraf 1 %, KK = koefisien
keragaman.

Jumlah Daun
Hasil penelitian membuktikan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun pada 10 dan 12 MST sedangkan pemupukan tidak
memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Penelitian Turmudi dan Suprijono
(2010) di Bengkulu yang dilakukan sejak bulan Oktober 2003 hingga Februari
2004 juga menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman kacang bogor. Selain itu, Rahmawati (2014) juga menyatakan
bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.
Tabel 3 Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan
Umur tanaman
Perlakuan
4 MST 6MST
8 MST
10 MST
12 MST
Jarak tanam
------------------Jumlah dauna---------------60 cm x 20 cm
10.78
22.39
33.97
43.08 b
47.54 a
50 cm x 20 cm
11.80
28.06
42.50
54.86 a
54.59 a
60 cm x 10 cm
11.54
25.22
34.89
41.40 b
37.31 b
50 cm x 10 cm
11.30
24.12
31.79
37.28 b
38.00 b
Pupuk
Pupuk kandang + NPK
11.47
25.73
36.74
46.97
47.33
Tanpa pupuk
11.24
24.16
34.83
41.34
41.39
a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Tabel 3 di atas menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun pada beberapa jarak
tanam dan pemupukan. Jumlah daun pada awal pertumbuhan tidak berbeda nyata
di setiap jarak tanam, tetapi pada 12 MST jarak tanam 50 cm x 20 cm dan 60 cm x
20 cm memiliki jumlah daun yang nyata lebih banyak yaitu 54.59 dan 47.54 helai
jika dibandingkan dengan jarak tanam lain. Jarak tanam 50 cm x 20 cm
menghasilkan rata – rata jumlah daun terbanyak selama pengamatan. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Ghana oleh Akpalu et al. (2012). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan
jumlah daun pada tanaman kacang bogor yang paling banyak di antara jarak
tanam lainnya.
Pemberian pupuk kandang dan NPK dapat memberikan peningkatan pada
jumlah daun namun tidak berbeda nyata dengan tanaman yang tidak diberi pupuk.
Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan hara dalam tanah yang digunakan sudah

10
cukup untuk memenuhi kebutuhan kacang bogor selama fase pertumbuhan
(Redjeki 2003).
Laju peningkatan jumlah daun mulai mengalami penurunan sejak 8 MST.
Penurunan tersebut disebabkan oleh peralihan fase vegetatif menjadi fase
generatif. Fotosintat pada fase vegetatif yang digunakan untuk pertumbuhan akan
mulai dialihkan untuk pembungaan dan pengisian polong sehingga laju
pertumbuhan akan menurun (Gardner 1991).
Lebar Kanopi
Jarak tanam dan pemupukan tidak mempengaruhi lebar kanopi tanaman
kacang bogor. Namun, Rahmawati (2014) menyatakan bahwa lebar kanopi
tanaman kacang bogor dipengaruhi secara nyata oleh jarak tanam. Selain itu, lebar
kanopi pada setiap jarak tanam mulai mengalami penurunan sejak tanaman
berumur 10 MST (Tabel 4). Hal ini dapat disebabkan oleh air dalam tanah yang
kurang tersedia dan suhu lingkungan yang tinggi. Tingginya suhu lingkungan
akan meningkatkan laju evapotranspirasi tanaman yang mengakibatkan tanaman
kehilangan air lebih cepat. Air tanah yang kurang tersedia akan memicu tanaman
untuk mengurangi ukuran daun sebagai respon terhadap cekaman supaya laju
evapotranspirasi dapat dikurangi (Mwale et al. 2007; Vurayai et al. 2011).
Tabel 4 Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan
Umur tanaman
Perlakuan
4 MST 6MST 8 MST 10 MST 12 MST
Jarak tanam
----------------------cm--------------------------60 cm x 20 cm
30.92
38.95
44.12
40.90
37.88
50 cm x 20 cm
33.05
42.00
47.52
41.32
40.33
60 cm x 10 cm
33.07
41.25
44.88
41.57
38.17
50 cm x 10 cm
32.87
41.08
42.80
38.70
36.57
Pupuk
Pupuk kandang + NPK
33.28
40.29
44.29
40.82
38.58
Tanpa pupuk
31.67
41.35
45.37
40.47
37.89
Tanaman kacang bogor diharapkan memiliki lebar kanopi yang besar. Tanaman
yang memiliki lebar kanopi besar diduga meningkatkan jumlah polong karena
bertambahnya jumlah cabang dan buku yang menjadi tempat munculnya polong
(Actaria 2012).

Indeks Luas Daun (ILD) per Tanaman
Indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun pada salah satu sisi
dengan luas lahan pada satu tanaman (Breda 2003). Pengukuran luas daun dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan menggunakan alat ukur luas
daun berupa peranti fotoelektrik, metode regresi linier, dan rasio luas berat atau
gravimetri (Gardner 1991).
Jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap ILD pada 7 MST dan 11
MST sedangkan pemupukan tidak mempengaruhi ILD. Interaksi antara jarak
tanam dan pemupukan terhadap indeks luas daun terlihat pada 11 MST. Penelitian
yang dilakukan di Iran menyatakan bahwa jarak tanam dan pemupukan
berpengaruh nyata terhadap ILD (Valadabadi dan Farahani 2010). Penanaman

11
kedelai secara double row yang dilakukan di Ghana oleh Addo-Quaye et al.
(2011) juga menghasilkan nilai ILD yang lebih tinggi dari tanaman kedelai yang
ditanam secara single row.
Tabel 5

Indeks luas daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan
pemupukan
Umur tanaman
Perlakuan
a
7 MST
11 MSTa
Jarak tanam
60 cm x 20 cm
0.95 d
2.20 b
50 cm x 20 cm
1.50 c
2.31 b
60 cm x 10 cm
2.39 b
3.52 a
50 cm x 10 cm
2.80 a
3.55 a
Pupuk
Pupuk kandang + NPK
2.02
2.90
Tanpa pupuk
1.80
2.89
a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 10 cm
memiliki rata-rata nilai ILD tertinggi dan berbeda nyata dengan jarak tanam lain
pada 7 MST. Sementara itu, jarak tanam 50 cm x 10 cm dan 60 cm x 10 cm
menghasilkan rata-rata nilai ILD yang nyata lebih besar daripada jarak tanam lain
pada 11 MST yaitu 3.55 dan 3.52. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di Ghana untuk menentukan jarak tanam optimum dalam budidaya
kacang bogor (Akpalu et al. 2012). Penelitian tersebut menggunakan perlakuan
jarak tanam 50 cm x 20 cm, 50 cm x 30 cm, dan 50 cm x 40 cm dan hasil
penelitiannya menunjukan bahwa pada jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan
ILD yang paling tinggi. Hasil penelitian Doku (1978) di Ghana juga membuktikan
bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin besar ILD.
Tabel 6 Pengaruh kombinasi perlakuan jarak tanam dan pemupukan terhadap
indeks luas daun pada 11 MST
Perlakuan
Indeks luas dauna
Jarak Tanam
Pemupukan
Pupuk kandang + NPK
2.18 b
60 cm x 20 cm
Tanpa pupuk
2.23 b
Pupuk kandang + NPK
2.13 b
50 cm x 20 cm
Tanpa pupuk
2.48 b
Pupuk kandang + NPK
2.97 b
60 cm x 10 cm
Tanpa pupuk
4.06 a
Pupuk kandang + NPK
4.34 a
50 cm x 10 cm
Tanpa pupuk
2.77 b
a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Pemberian pupuk kandang dan NPK pada tanaman dengan jarak tanam 50
cm x 10 cm menghasilkan indeks luas daun yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kombinasi jarak tanam dan pemupukan lain. Namun, penggunaan jarak

12
tanam 50 cm x 10 cm yang disertai pemberian pupuk kandang dan NPK tidak
berbeda nyata dengan tanaman pada jarak tanam 60 cm x 10 cm tanpa pemberian
pupuk (Tabel 6).
Penggunaan jarak tanam yang rapat dan ILD yang tinggi menyebabkan
radiasi matahari dapat terserap secara optimal oleh daun sehingga peningkatan
ILD diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman. Namun, persaingan yang
terjadi antartanaman untuk mendapatkan air, hara, dan cahaya menjadi tinggi
sehingga penurunan pertumbuhan dan hasil panen dapat terjadi (Hasanuzzaman et
al. 2009).
Crop Growth Rate (CGR)
CGR merupakan nilai akumulasi bobot kering tanaman dalam suatu luas
lahan dalam waktu tertentu (Khabiri 2012). Pengamatan CGR dilakukan dengan
menggunakan 2 tanaman yang didekstruksi selain tanaman contoh dari setiap
satuan percobaan. Pengambilan tanaman dilakukan pada 7 MST, 11 MST, dan
saat panen.
Tabel 7

CGR per tanaman kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan
pemupukan
Periode Pengamatan
Perlakuan
7 – 11 MSTa
11 – 16 MSTa
Jarak tanam
-------------g m-2 hari-1----------60 cm x 20 cm
5.16
4.07
50 cm x 20 cm
6.89
5.00
60 cm x 10 cm
8.93
5.15
50 cm x 10 cm
6.48
6.26
Pupuk
Pupuk kandang + NPK
7.43
4.85
Tanpa pupuk
6.30
5.36
a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Perlakuan jarak tanam dan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap
CGR. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kacang bogor yang ditanam
menggunakan jarak tanam 60 cm x 20 cm, 50 cm x 20 cm, 60 cm x 10 cm,
maupun 60 cm x 10 cm dengan pemberian pupuk maupun tanpa pemberian pupuk
memiliki laju pertumbuhan yang tidak berbeda secara signifikan. Namun,
penelitian Addo-Quaye et al. (2011) yang bertujuan untuk menentukan jarak
tanam dan urutan penanaman yang sesuai dalam sistem tumpang sari gandum dan
kedelai menunjukkan bahwa jarak tanam mempengaruhi CGR secara nyata.
Valadabadi dan Farahani (2010) juga menyatakan bahwa jarak tanam dan
pemupukan berpengaruh nyata terhadap CGR. Pengaruh perlakuan yang tidak
nyata terhadap CGR disebabkan tanaman telah memasuki fase pembungaan dan
pengisian polong pada periode 7 – 16 MST. Laju pertumbuhan tanaman tidak
terlalu terlihat pada periode tersebut karena fotosintat yang tersedia digunakan
untuk pembentukan bunga dan pengisian polong.

13
Berdasarkan data pada Tabel 7, jarak tanam 60 cm x 10 cm pada 11 MST
memiliki nilai rata-rata CGR tertinggi sedangkan pada 16 MST jarak tanam 50 cm
x 10 cm memiliki nilai rata-rata tertinggi. Perlakuan jarak tanam 60 cm x 20 cm
memiliki nilai CGR terendah baik pada 11 MST maupun pada 16 MST.
Tren peningkatan nilai CGR serupa dengan tren peningkatan ILD.
Peningkatan CGR dan ILD terjadi seiring dengan meningkatnya populasi tanaman
atau semakin rapatnya jarak tanam. Peningkatan nilai CGR berbanding lurus
dengan nilai ILD (Addo-Quaye 2011). Peningkatan ILD dapat meningkatkan
penyerapan radiasi matahari untuk melakukan fotosintesis lebih banyak sehingga
akan menghasilkan bobot kering yang lebih besar dan CGR lebih tinggi
(Valadabadi dan Farahani 2010; Addo-Quaye et al. 2011).
Fase Generatif
Fase generatif tanaman dimulai ketika tanaman tersebut mulai berbunga.
Pertumbuhan tanaman akan mengalami penurunan saat memasuki fase generatif.
Tanaman kacang bogor dalam penelitian ini mulai berbunga pada 6 MST.
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan jarak tanam secara nyata
mempengaruhi bobot polong kering per tanaman, indeks panen, bobot polong
basah per meter, bobot polong kering per meter, dan bobot biji per meter.
Pemupukan tidak berpengaruh secara nyata pada peubah generatif yang diamati.
Hal ini dapat terjadi akibat tanah yang digunakan sudah mengandung hara yang
cukup untuk produksi kacang bogor. Penelitian Redjeki (2003) di Gresik pada
ketinggian 5 m dpl menunjukan bahwa pemupukan NPK tidak memberikan
perbedaan yang nyata pada jumlah polong dan bobot 100 biji kacang bogor.
Bobot Brangkasan dan Polong per Tanaman
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot
polong kering per tanaman sedangkan pemupukan tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap bobot brangkasan kering, bobot polong basah, bobot polong
kering, dan bobot biji. Bobot polong kering per tanaman yang paling tinggi
terdapat pada jarak tanam 50 cm x 20 cm.
Tabel 8 Bobot brangkasan kering (BBK), bobot polong basah (BPB), bobot
polong kering (BPK), bobot biji (BB) per tanaman kacang bogor
Peubah
Perlakuan
BBK
BPB
BPKa
BB
Jarak tanam
----------------------------gram--------------------------60 cm x 20 cm
19.17
36.20
14.67 b
11.25
50 cm x 20 cm
23.56
49.88
22.03 a
14.66
60 cm x 10 cm
19.97
42.69
16.08 b
12.31
50 cm x 10 cm
18.81
32.10
11.19 b
8.42
Pupuk
Pupuk kandang +
21.72
43.85
17.77
12.35
NPK
Tanpa pupuk
19.04
36.58
14.21
10.97
a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

14
Berdasarkan Tabel 6, jarak tanam 50 cm x 20 cm memiliki bobot polong
kering yang nyata lebih tinggi daripada jarak tanam lain. Akpalu et al. (2012) juga
menyatakan bahwa jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan bobot polong dan
biji per tanaman yang paling besar di antara jarak tanam lainnya. Tanaman dengan
jarak tanam 50 cm x 10 cm menghasilkan bobot brangkasan kering, bobot polong,
dan bobot biji terkecil karena kepadatan populasi tanaman yang lebih tinggi
daripada jarak tanam lain (Tabel 8).
Populasi yang tinggi menyebabkan tingkat persaingan faktor tumbuh
semakin tinggi sehingga pembungaan dan pengisian polong tidak maksimal.
Bobot polong dan bobot biji per tanaman dapat lebih besar jika pertumbuhan
vegetatif baik seperti yang terjadi pada jarak tanam 50 cm x 20 cm. Hal ini
disebabkan radiasi matahari yang ditangkap oleh daun akan meningkatkan
aktivitas fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat untuk membentuk polong
dan biji lebih banyak (Manshuri 2011).
Indeks Panen
Perbandingan antara hasil panen ekonomis dengan hasil panen biologis
suatu tanaman dikenal dengan istilah indeks panen. Hasil panen ekonomis
merupakan bagian tertentu yang dipanen dari suatu tanaman yang bernilai
ekonomi sedangkan hasil panen biologis merupakan bobot kering total dari suatu
tanaman. Peningkatan indeks panen menandakan adanya peningkatan hasil
produksi yang merupakan tujuan dari banyak penelitian tentang produksi tanaman
(Gardner 1991).
Tabel 9 Indeks panen (IP) per tanaman kacang bogor
Perlakuan
IP
Jarak tanam
60 cm x 20 cm
50 cm x 20 cm
60 cm x 10 cm
50 cm x 10 cm
Pupuk
Pupuk kandang + NPK
Tanpa pupuk

0.41 ab
0.47 a
0.44 a
0.34 b
0.42
0.41

a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Indeks panen secara signifikan dipengaruhi oleh perlakuan jarak tanam
sedangkan pemupukan tidak berpengaruh terhadap indeks. Data yang ditampilkan
dalam Tabel 9 menunjukan bahwa jarak tanam 50 cm x 20 cm memiliki nilai
indeks panen tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 60 cm x 20
cm dan 60 cm x 10 cm. Nilai indeks panen terendah dimiliki oleh tanaman dengan
jarak tanam 50 cm x 10 cm meskipun tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 60
cm x 20 cm. Hal ini didukung oleh penelitian Mkandawire dan Sibuga (2002)
yang dilakukan di Tanzania. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa indeks
panen tertinggi dihasilkan pada kerapatan 13 tanaman m-2 dan indeks panen
menurun seiring dengan semakin rapatnya jarak tanam.

15
Jumlah Polong Bernas dan Cipo per Tanaman
Polong kacang bogor digolongkan menjadi 3 jenis yaitu polong bernas,
polong hijau, dan polong cipo. Polong bernas adalah polong yang sudah terisi
sempurna sedangkan polong hijau adalah polong yang berubah warna ketika tidak
terkubur dalam tanah. Polong cipo adalah polong yang kosong atau tidak terisi
sempurna. Polong cipo terjadi karena siklus panen yang terlalu lama sehingga
perpanjangan umur panen dapat dilakukan untuk menguranginya (Juwita 2012).
Perlakuan jarak tanam dan pemupukan tidak mempengaruhi jumpah polong
bernas dan polong cipo secara nyata. Namun dampak persaingan terlihat pada
jumlah polong bernas yang dihasikan akibat penggunaan jarak tanam yang
semakin rapat. Jumlah polong bernas terbanyak terdapat pada perlakuan jarak
tanam 50 cm x 20 cm dan jumlah polong bernas semakin menurun seiring dengan
semakin rapatnya jarak tanam. Tanaman pada jarak tanam 50 cm x 10 cm
menghasilkan polong paling sedikit baik polong bernas maupun cipo (Tabel 10).
Tabel 10 Jumlah polong bernas (JPB) dan jumlah polong cipo (JPC) per tanaman
kacang bogor
Peubah
Perlakuan
JPB
JPC
Jarak tanam
60 cm x 20 cm
12.07
1.95
50 cm x 20 cm
16.33
1.57
60 cm x 10 cm
12.36
1.57
50 cm x 10 cm
9.87
1.20
Pupuk
Pupuk kandang + NPK
12.85
1.36
Tanpa pupuk
10.65
1.78
Berdasarkan penelitian Turmudi dan Suprijono (2010) yang meneliti
pertumbuhan dan produksi kacang bogor pada beberapa kerapatan tanaman,
jumlah polong tanaman kacang bogor terbanyak dari tanaman dengan kerapatan
150 000 tanaman ha-1 dan menurun seiring dengan semakin rapatnya tanaman.
Tanaman pada kerapatan tersebut masih mendapatkan unsur hara, air, dan cahaya
yang cukup sehingga dapat menghasilkan produksi yang baik sedangkan tanaman
pada kerapatan yang lebih tinggi memiliki persaingan yang lebih besar dengan
tanaman lain yang dibuktikan dengan adanya penurunan produksi.
Produksi Kacang Bogor
Panen merupakan tahap akhir dari proses budidaya tanaman. Hasil produksi
yang tinggi menjadi harapan semua orang. Oleh karena itu, banyak penelitian
tanaman pangan bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik
dengan produksi yang optimal.
Data hasil produksi kacang bogor per hektar pada penelitian ini diperoleh
dengan cara mengonversi data produksi per m2 yang didapat dari lapangan.
Tanaman yang dipanen hanya seluas 1 m2 per petak supaya dapat dipilih tanaman
yang berkompetisi sempurna.
Seluruh peubah produksi kacang bogor dipengaruhi oleh jarak tanam tetapi
tidak dipengaruhi oleh pemupukan. Berdasarkan Tabel 11, bobot polong basah,

16
bobot polong kering, dan bobot biji per meter yang paling besar dihasilkan dari
tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 10 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan
jarak tanam 50 cm x 20 m dan 50 cm x 10 cm. Namun, populasi tanaman pada
jarak tanam 60 cm x 10 cm lebih banyak sehingga benih yang dibutuhkan lebih
banyak. Oleh karena itu, jarak tanam 50 cm x 20 cm adalah jarak tanam yang
paling optimal untuk meningkatkan produksi kacang bogor.
Jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan bobot polong dan biji per meter
yang paling besar tetapi bobot polong dan biji per tanaman yang paling besar
dihasilkan pada jarak tanam 50 cm x 20 cm. Hal ini dapat terjadi karena jumlah
tanaman pada jarak tanam 60 cm x 10 cm lebih banyak daripada jarak tanam 50
cm x 20 cm sehingga meskipun pertumbuhan dan produksi per tanaman dengan
jarak tanam 50 cm x 20 cm lebih tinggi daripada jarak tanam 60 cm x 10 cm,
produksi per meter tanaman jarak tanam 60 cm x 10 cm akan melebihi produksi
per meter jarak tanam 50 cm x 20 cm.
Tabel 11 Produksi kacang bogor per meter
Peubah
Perlakuan
Bobot polong
Bobot polong
Bobot
a
a
basah
kering
bijia
Jarak tanam
----------------------------g m-1--------------------------60 cm x 20 cm
319 b
122 b
94 b
50 cm x 20 cm
452 ab
176 ab
134 ab
60 cm x 10 cm
556 a
215 a
164 a
50 cm x 10 cm
465 ab
172 ab
130 ab
Pupuk
Pupuk kandang + NPK
472
180
136
Tanpa pupuk
423
163
124
a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Asiwe dan Kutu (2007) serta
Akpalu et al. (2012) yang menunjukan bobot biji per hektar terbanyak dihasilkan
dari jarak tanam yang paling rapat. Hal ini dapat disebabkan persaingan
antartanaman pada jarak tanam yang digunakan dalam penelitian tersebut belum
sampai menurunkan hasil panen.

Korelasi Antarpeubah
Bobot polong dan jumlah polong bernas merupakan karakter produksi yang
diharapkan akan baik hasilnya dalam penelitian ini (Juwita 2012). Bobot polong
dan jumlah polong bernas ini hanya dapat diamati setelah tanaman dipanen
sehingga sulit untuk memperkiran hasil produksi sebelum panen. Oleh karena itu
korelasi antara bobot polong dan jumlah polong bernas dengan fenotipe tanaman
perlu diketahui untuk memudahkan dalam memperkirakan hasil produksi.
Tabel 12 menunjukkan adanya korelasi beberapa peubah dengan peubah
lain yang diamati. Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya korelasi positif
antara jumlah daun, lebar kanopi, dan CGR 11 – 16 MST dengan bobot

17
brangkasan kering, jumlah polong bernas, bobot polong basah per tanaman, bobot
polong kering per tanaman, bobot biji per tanaman, dan indeks panen. Penelitian
Juwita (2012) menunjukkan adanya korelasi antara lebar kanopi tanaman kacang
bogor dengan bobot polong basah, bobot polong kering, dan jumlah polong bernas
sehingga semakin lebar lebar kanopi maka bobot polong yang dihasilkan semakin
tinggi dan jumlah polong semakin banyak.
ILD berkorelasi positif dengan bobot polong basah, bobot polong kering,
dan bobot biji per meter. Daun sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman karena daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis.
Jumlah daun yang semakin banyak dan ILD yang semakin besar akan
menghasilkan fotosintat semakin banyak pula sehingga dapat digunakan untuk
pembentukan polong dengan jumlah yang lebih banyak dan bobot lebih berat.
Hal ini juga dibuktikan dengan adanya korelasi positif antara bobot brangkasan
kering dengan jumlah polong bernas, bobot polong basah per tanaman, bobot
polong kering per tanaman, dan bobot biji per tanaman.
Jumlah polong bernas per tanaman berkorelasi positif dengan bobot polong
basah per tanaman, bobot polong kering per tanaman, bobot biji per tanaman, dan
indeks panen. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang banyak menghasilkan
polong bernas akan memiliki bobot polong dan bobot biji per tanaman serta
indeks panen yang semakin besar. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan
bahwa terdapat korelasi positif antara bobot polong kering per tanaman dan
jumlah polong bernas per tanaman (Actaria 2012; Rahmawati 2014). Bobot
polong kering per tanaman memiliki korelasi yang positif dengan indeks panen.
Bobot polong basah per meter, bobot bobot polong kering per meter, dan bobot
biji per meter saling berkorelasi secara postif. Namun, Rahmawati (2014)
menyatakan bahwa hanya bobot polong kering dan bobot biji per hektar yang
memiliki korelasi positif.

18

Tabel 12 Koefisien korelasi antar peubah tanaman kacang bogor

a

Peubaha

JD6

LK6

LK8

LK10

LK12

LK6
LK8
LK10
LK12
ILD7
CGR1116
BBK
JPB
JPC
BPB
BPK
BB
IP
BPBM
BPKM
BBM

0.71**
0.78**
0.71**
0.85**
0.38

0.70**
0.55**
0.64**
0.40

0.64**
0.64**
0.10

0.79**
0.12

0.11

0.56*

0.44

0.51

0.52

0.63

0.44

0.72**
0.82**
0.21
0.81**
0.72**
0.79**
0.52**
0.48*
0.51*
0.52**

0.54
0.60
0.05
0.59
0.49*
0.62**
0.33
0.51*
0.53**
0.55**

0.47
0.62
0.12
0.57
0.60**
0.63**
0.46*
0.24
0.29
0.30

0.79
0.65
0.35
0.68
0.69**
0.68**
0.42*
0.20
0.26
0.26

0.82
0.89
0.32
0.91
0.83**
0.90**
0.62**
0.29
0.34
0.35

0.19
0.10
-0.16
0.18
0.05
0.08
-0.05
0.49*
0.46*
0.45*

ILD7

CGR1116

0.57*
0.69**
0.36
0.76**
0.67**
0.71**
0.65**
0.18
0.16
0.18

BBK

JPB

JPC

BPB

BPK

BB

IP

BPBM

BPKM

0.71**
0.25
0.77**
0.73**
0.69**
0.39
0.22
0.25
0.26

0.22
0.96**
0.90**
0.96**
0.80**
0.38
0.43
0.44

0.27
0.27
0.30
0.31
-0.25
-0.18
-0.18

0.89**
0.98**
0.78**
0.42*
0.45
0.46

0.89**
0.87**
0.19
0.23
0.24

0.81**
0.38
0.42*
0.43*

0.22
0.27
0.27

0.98**
0.98**

1.00**

JD6 = jumlah daun 6 MST, LK6 = lebar kanopi 6 MST, LK8 = lebar kanopi 8 MST, LK10 = lebar kanopi 10 MST, LK12 = lebar kanopi 12 MST, ILD7 = indeks luas daun 7 MST,
CGR11-16 = Crop Growth Rate 11 – 16 MST, BBK = bobot brangkasan kering, JPB = jumlah polong bernas, JPC = jumlah polong cipo, BPB = bobot polong basah per tanaman ,BPK =
bobot polong kering per tanaman, BB = bobot biji per tanaman, IP = indeks panen, BPBM = bobot polong basah per meter, BPKM = bobot polong kering per meter, BBM = bobot biji
per meter.

19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan pertumbuhan dan produksi per
individu tanaman yang terbaik sedangkan jarak tanam 60 cm x 10 cm
menghasilkan produksi per meter yang terbaik. Pemupukan tidak memberikan
pengaruh pada peubah-peubah yang diamati.

Saran
Jarak tanam yang sebaiknya digunakan untuk meningkatkan produksi dalam
budidaya kacang bogor adalah jarak tanam 50 x 20 cm karena dapat memberikan
pertumbuhan yang baik dengan penggunaan benih yang lebih sedikit
dibandingkan jarak tanam 60 x 10 cm. Selain itu, produksi pe