Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN TOTAL PETANI HUTAN RAKYAT
di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

YULIA DEVY ANGGOROSASI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013
Yulia Devy Anggorosasi
NIM. E14080032

ABSTRAK
YULIA DEVY ANGGOROSASI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh HARIADI KARTODIHARDJO.
Perkembangan hutan rakyat ada kaitannya dengan kesejahteraan petani.
Pendapatan total petani hutan rakyat dapat dijadikan sebagai indikator
kesejahteraan petani tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjut
untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani hutan
rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Data diolah
dengan uji regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa ada tiga faktor
yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan yaitu umur, tingkat pendidikan, dan
jenis pekerjaan (pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan). Sebaliknya, ada dua
faktor yang tidak berpenngaruh nyata terhadap pendapatan yaitu jumlah anggota

keluarga dan luas lahan yang dimiliki. Implikasi dari hasil penelitian ini terhadap
pengembangan hutan rakyat adalah petani hutan rakyat dapat mengetahui faktor –
faktor yang mempengaruhi pendapatannya sehingga dapat menentukan teknik
pengelolaan hutan rakyatnya.
Kata kunci: faktor – faktor, hutan rakyat, pendapatan, pengaruh, petani.

ABSTRACT
YULIA DEVY ANGGOROSASI. Factors which Influence the Total Incomes of
the Community Forest Farmers at Karyasari Village, Leuwiliang Sub-District,
Bogor District. Supervised by HARIADI KARTODIHARDJO.
The development of community forest is related to farmers prosperity. The
total income of community forest farmers can be an indicator of their prosperity.
Therefore, the purpose of this research to analyze factors which influence the
incomes of community forest farmers at Karyasari Village, Leuwiliang SubDistrict, Bogor District. The data was processed by multiple linear regression. The
result shows that there are three significan factors to the incomes, which are age,
the level of education and type of job (main job and secondary job). On the
contrary, there are two factors which not significan to the incomes, which are the
number of family members and owned land area. The implication from the result
of this research for the development of community forest is that farmers of
community forest can know the factors which gave real influence to their incomes

so that they can determine the management technique of the community forest.
Keywords : community forest, farmers, factors, incomes, influence.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN TOTAL PETANI HUTAN RAKYAT
di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

YULIA DEVY ANGGOROSASI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi : Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani
Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor
Nama
: Yulia Devy Anggorosasi
NIM
: E14080032

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan izin-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai Juni 2012 ini adalah
hutan rakyat, dengan judul Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total
Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam
menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
1.
Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan saran selama proses penyusunan skripsi penelitian ini
2.
Dr. Ir. Leti Sundawati, Msc dan Dr. Ir. I Nyoman Jaya Wistara, MS selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran selama ujian
komprehensif
3.
Bapak Nawawi selaku Kepala Desa Karyasari atas izin yang telah diberikan
dan Pak Mansur selaku ketua KTH yang telah membantu dalam
pengambilan data

4.
Mamah Suyatmi dan Bapak Bambang Anggono Irawan atas doa dan
dukungan moril serta materiil. Selain itu, Kakak Yuninta Ekawati Irawan
dan Adik Achbarian Trilaksono Irawan yang turut memberikan semangat.
5.
Sahabat-sahabat tercinta: Dania Siregar, Ana Widiyawati, Intan Apriliani,
Hapriza Aprilia, Laela Nur Baety, Muhammad Tegar Kusmahidayat
Konenda, Art Fudlaili Fanuzia, Baehaki Fajri Ibnu Abbas, Miftachul Jannah,
dan Awalludin Ramdhan atas doa dan motivasi selama penyelesaian skripsi.
6.
Mike Dwi Hisma yang telah bersama penulis mengambil data penelitian di
lokasi penelitian yang sama.
7.
Lella Herdiana dan Rissa Umasyah serta Teman-teman Pondok Al-Jamilah
Atas (Teh Yeni, Teh Herly, Dwi, Arum, Yuli, Wilda, Icha, Reny, Ratna,
Weni, Ulfa, Citra, dll) yang selalu memberikan semangat dan keceriaan
setiap harinya sehingga membantu dalam penyusunan skripsi ini.
8.
Teman-teman dari Departemen Manajemen Hutan angkatan 45 yang telah
bersama penulis menjalani kegiatan perkuliahan hingga penyelesaian skripsi

ini.
9.
Semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan penelitian dan penulisan skripsi
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Yulia Devy Anggorosasi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Sasaran Penelitian

Prosedur Penelitian
Metode Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat
Pengeluaran Total Petani Hutan Rakyat
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Hutan Rakyat
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
1
1
2

2
2
3
3
5
6
6
9
13
14
16
16
18
29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6
7
8

Sebaran responden berdasarkan umur responden
Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan
Sebaran responden berdasarkan luas lahan yang dimiliki
Kelompok KK (responden) dengan 6 kombinasi jenis pendapatan
Kelompok KK (responden) dengan 4 kombinasi jenis pendapatan
Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak
memiliki pendapatan dari kolam ikan
9 Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak
memiliki pendapatan dari ternak)
10 Kelompok KK (responden) dengan 2 kombinasi jenis pendapatan
11 Kelompok KK (responden) dengan 1 kombinasi jenis pendapatan
12 Sebaran pengeluaran responden berdasarkan umur responden
13 Sebaran pengeluaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

14 Analisis ragam hubungan antara pendapatan total dengan umur
Responden tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan,
dan luas lahan yang dimiliki
15 Uji pengaruh masing-masing variabel terhadap besarnya pendapatan total

7
7
8
8
9
10
10
11
11
12
12
13
14

14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian (Desa Karyasari berada di Kabupaten Bogor)

3

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Contoh kuisioner responden
Data ragam pendapatan responden
Identitas responden
Sumber-sumber pendapatan total responden
Jenis pengeluaran total responden
Hasil analisis regresi linier berganda
Variabel-variabel yang digunakan untuk analisis regresi linier berganda
Dokumentasi kegiatan peneliti wawancara dengan responden

19
20
21
22
24
25
27
28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darusman (2012) menyatakan bahwa negara Indonesia dikenal sebagai
negara berkembang, yang memiliki konsep pembangunan dengan mengacu pada
konsep pembangunan negara maju. Program pembangunan kehutanan merupakan
wujud program pembangunan demi kemakmuran dan keberlanjutan bangsa dan
negara Indonesia yang paling cocok. Maksud dari program pembangunan
kehutanan adalah hutan menjadi tulang punggung dalam program
pembangunannya. Indikator keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah
kesejahteraan warga negara tersebut. Dengan demikian, perlu adanya kebijakan
pemerintah terkait pembangunan. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan
kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan status kepemilikan lahan, hutan terbagi atas hutan negara dan
hutan hak. Salah satu contoh dari hutan hak adalah hutan rakyat. Utari (2012)
menyebutkan bahwa istilah hutan rakyat pertama kali diperkenalkan pada
tahun1990-an sebagai dampak pelaksanaan gerakan karang kitri serta program
penghijauan dan reboisasi. Beberapa tahun belakangan ini, hutan rakyat
mengalami perkembangan. Seperti halnya pada kondisi di Desa Karyasari,
Kecamatan Leuwiliang yang mengalami perkembangan hutan rakyat. Berbicara
tentang perkembangan hutan rakyat tentu berkaitan dengan kesejahteraan
petaninya. Indikator dari kesejahteraan adalah pendapatan. Menurut Darusman
dan Hardjanto (2006), kontribusi dari hutan rakyat masih rendah terhadap
pendapatan total yakni tidak lebih dari 10%. hal ini disebabkan oleh adanya
pengusahaan hutan rakyat yang masih bersifat incidental dan menjadi usaha
sampingan. Selain itu, menurut hasil penelitian Sihombing (2000) di Kecamatan
Cileles, Kabupaten Lebak diperoleh hasil bahwa semakin luas lahan hutan rakyat
yang dimiliki maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi pendapatan total petani hutan rakyat agar dapat diketahui
perkembangan dan perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor – faktor yang
mempengaruhi pendapatan petani hutan rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Hipotesis
Pendapatan total petani hutan rakyat dipengaruhi oleh umur responden,
tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan (pekerjaan utama
dan pekerjaan sampingan), dan luas lahan yang dimiliki.

2
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi bagi pemerintah dan instansi – instansi terkait
dalam hal pengembangan hutan rakyat demi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun konsep atau sistem pengelolaan dan pemasaran hasil hutan
rakyat bagi warga Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor (khususnya petani hutan rakyat).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada Bulan Mei sampai
Bulan Juni tahun 2012 di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Geografis
Desa Karyasari merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, desa ini
terletak pada 42 km dari pusat Kota Bogor dan 9 km dari Kecamatan Leuwiliang
(dapat dilihat pada Gambar 1).

Gambar 1 Peta lokasi penelitian (Desa Karyasari berada di Kabupaten Bogor)
(BNPB 2009)

3
Secara administratif Desa Karyasari terletak berbatasan di wilayah Utara
dengan Desa Karacak, di wilayah Timur dengan Desa Cibitung Wetan, di wilayah
Selatan dengan Desa Puraseda, dan di wilayah Barat dengan Desa Pabangbon.
Menurut Monografi Desa Karyasari (Pemda Bogor 2010), Luas wilayah Desa
Karyasari yaitu ±621 ha dan terletak pada ketinggian 600 sampai 700 m dari
permukaan laut. Wilayah Desa Karyasari berupa perbukitan atau pegunungan
sebesar 75% dan daratan sebesar 25%. Curah hujan rata-rata dan suhu rata-rata
Desa Karyasari adalah 2500 mm/tahun dan suhu rata-rata 33⁰C. Berdasarkan data
monografi tahun 2001, menunjukkan bahwa tata guna lahan di Desa Karyasari
terdiri atas perkebunan Negara seluas 300 ha (48.8%) dan lahan pertanian sawah
sebesar 249 ha (36.3%) yang terdiri dari sawah pengairan setengah teknis 200 ha
dan sawah tadah hujan 49 ha.
Demografi
Berdasarkan Monografi Desa Karyasari (Pemda Bogor 2010), Jumlah
penduduk Desa Karyasari pada tahun 2010 sebanyak 8334 jiwa yang terdiri dari
4303 laki-laki dan 4031 perempuan. Selain itu, terdapat 2109 kepala
keluarga(KK) yang terdiri atas keluarga prasejahtera 1409 KK dan keluarga
sejahtera 700 KK. Sebaran Jenis pekerjaan warga Desa Karyasari diantaranya
sebagai berikut petani (40%), pekebun (30%), buruh harian lepas (20%), dan lainlain (10%).

Alat dan Sasaran Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat tulis,
kamera, kalkulator atau alat hitung, software Microsoft Excel 2007, software
Minitab 15 dan recorder atau alat perekam. Penelitian ini dilakukan terhadap
petani hutan rakyat yang bertempat tinggal dan memiliki lahan hutan rakyat di
Desa Karyasari. Selain itu, aparat atau pegawai desa setempat juga menjadi
sasaran penelitian ini guna mendapatkan gambaran umum Desa.

Prosedur Penelitian

Jenis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
sebagai sumber-sumber data dalam hal ini petani hutan rakyat. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari kantor desa setempat.
Data sekunder merupakan data yang menyangkut keadaan lingkungan lokasi
penelitian, baik lingkungan sosial, ekonomi masyarakat dan data-data lain yang
berhubungan dengan obyek penelitian yang tersedia baik di tingkat desa,
kecamatan maupun instansi-instansi yang terkait lainnya.

4

Metode pengambilan contoh (sampel)
Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja karena penelitian ini merupakan
penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yakni penelitian tentang Strategi
Pengembangan Hutan Rakyat Melalui Pendayagunaan Zakat (Ali 2009).
Metode yang digunakan peneliti untuk menentukan jumlah respoden dalam
penelitian ini yaitu pendekatan Taro Yamane. Pemilihan responden ditentukan
secara sengaja berdasarkan informasi dari Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH)
yang berada di lokasi penelitian. Menurut Rakhmat (1998) dalam Riduwan (2009),
untuk menentukan jumlah responden dari seluruh kampung dalam satu desa dapat
ditentukan dengan menggunakan pendekatan Taro Yamane :
n = N / (N.d2+1)
keterangan :
n = jumlah responden (orang)
N = jumlah petani yang tergabung dalam KTH (orang)
d = kelonggaran ketelitian (15%)
Jumlah petani yang tergabung dalam KTH di lokasi penelitian ini berjumlah
70 orang sehingga jumlah respondennya dapat diketahui dengan rumus
pendekatan Taro Yamane.
n = 70 / (70.(0.152)+1)
= 28 orang
Metode pengambilan data
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang menggunakan
kuisioner. Kuisioner ini terdiri dari identitas responden dan beberapa pertanyaan
terkait faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan total petani hutan rakyat.
Pendapatan total petani hutan rakyat terbagi pendapatan hutan rakyat dan
pendapatan non hutan rakyat. Pendapatan non hutan rakyat menggunakan variabel
sebagai berikut: identitas responden, luas kepemilikan lahan non hutan rakyat,
pekerjaan sampingan, gaji/upah dari pekerjaan sampingan, besarnya pendapatan
non hutan rakyat (contoh: hasil dari panen kebun, sawah atau hewan ternak).
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini meliputi teknik
observasi, yaitu data dikumpulkan dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap obyek yang diteliti, dan teknik wawancara yaitu data dikumpulkan
dengan melakukan tanya jawab secara langsung terhadap responden dengan
menggunakan daftar kuisioner (contoh kuisioner terlampir pada Lampiran 1).
Sedangkan pengumpulan data – data sekunder yang mendukung penelitian
dengan pengutipan dan pencatatan data dari kantor desa dan instansi terkait.
Selain itu, juga melalui studi pustaka dengan cara mengamati, mempelajari atau
mengutip laporan yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

5
Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis deskriptif
Data yang diperoleh dari responden kemudian diolah dengan menggunakan
software Microsoft Excel 2007. Selanjutnya, pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif. Komponen – komponen yang akan disajikan
untuk mengidentifikasi karakteristik responden terdiri atas umur, tingkat
pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan, dan luas lahan yang
dimiliki.
Perhitungan pendapatan dan pengeluaran total petani hutan rakyat
Pendapatan total (Itotal)
Itotal (Rp) = S (Rp) + NS (Rp)
Keterangan :
S (Rp) = pendapatan dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat
NS (Rp) = pendapatan dari kegiatan non pengelolaan hutan rakyat
Pengeluaran total (Rahim & Hastuti 2007)
C=∑P + ∑NP
Keterangan:
C
: total pengeluaran rumah tangga (Rp)
P
: pengeluaran untuk pangan (Rp)
NP
: pengeluaran untuk non pangan (Rp)
Analisis statistik
Analisis statistik yang digunakan adalah uji regresi linier berganda untuk
menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan total petani hutan
rakyat. Tahapan-tahapan uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
a.
Menentukan formula hipotesis
H0 : semua variabel X tidak berpengaruh terhadap Y
H1 : minimal ada satu variabel X yang berpengaruh terhadap Y
Keterangan :
Y = pendapatan total petani hutan rakyat
X = faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan total petani hutan
rakyat terdiri atas:
X1 = umur responden
X2 = tingkat pendidikan
X3 = jumlah anggota keluarga
X41 = jenis pekerjaan utama
X42 = jenis pekerjaan sampingan
X5 = luas lahan yang dimiliki
b.
Menentukan taraf nyata (α)
Taraf nyata yang digunakan 5 % (0.05)
c.
Menentukan kriteria pengujian

6

d.
e.

H0 diterima (H1 ditolak) apabila P > α
H0 ditolak (H1 diterima) apabila P < α
Menentukan nilai uji statistik (nilai F-hitung)
Menentukan nilai uji statistik (nilai t-hitung)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 1999 pasal 1 poin 2, definisi hutan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Terkait dengan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan, undang-undang ini juga mengatur tentang tipe hutan
berdasarkan status kepemilikan lahannya terbagi atas dua yaitu hutan negara dan
hutan hak. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak
dibebani hak atas tanah, sedangkan pengertian dari hutan hak adalah hutan yang
berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
Darusman (2012) menyatakan bahwa indikator utama keberhasilan
penyelenggaraan hutan rakyat adalah tercapainya manfaat ekonomi bersih yang
optimal bagi kelompok masyarakat di sekitar hutan dan terkelolanya hutan secara
lestari.
Usman (2001) menyatakan bahwa tanaman yang ada di hutan rakyat pada
umumnya selain menghasilkan kayu juga memproduksi buah, getah, dan hasilhasil lainnya yang mempunyai nilai ekonomi serta jasa lingkungan. Sebagian
besar hutan rakyat berada pada daerah pedesaan sehingga banyak warga desa yang
memanfaatkannya sebagai mata pencaharian utama atau sebagai pendapatan
sampingan. Fauzi (2009) menyatakan bahwa pemilihan jenis tanaman pada hutan
rakyat didasarkan pada pertimbangan taktis, yaitu mudah memperoleh bibit,
mudah dalam perawatan, cepat menghasilkan, dan harga jual yang
menguntungkan.

Karakteristik Responden
Umur Responden
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diperoleh hasil bahwa
kisaran umur responden mulai dari 30 tahun sampai dengan 75 tahun. Pada
umumnya, umur sangat mempengaruhi produktivitas kerja kemudian akan
berpengaruh juga terhadap besarnya pendapatan. Sebaran respoden berdasarkan
umur responden pada lokasi penelitian ini dapat terlihat pada Tabel 1.

7
Tabel 1 Sebaran responden berdasarkan umur
Umur (tahun)
30-40
41-50
51-60
61-70
71-80
Jumlah

Jumlah (orang)

Persentase (%)
7
7
6
7
1
28

25
25
21
25
4
100

Tabel 1 menunjukkan bahwa ada tiga kategori kisaran umur yang memiliki
nilai sama yaitu 25%. Ketiga kisaran umur tersebut meliputi (30-40) tahun, (4150) tahun, dan (61-70) tahun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa responden
di lokasi penelitian yang aktife mengelola hutan rakyat rata-rata memiliki umur
dengan kisaran umur (31-50) tahun dan (61-70) tahun. Akan tetapi, ada satu
responden yang termasuk ke dalam kisaran umur (71-80) tahun.
Tingkat Pendidikan Responden
Pada umumnya, tingkat pendidikan mempengaruhi banyaknya ilmu
pengetahuan yang dimiliki dan dipahami oleh seseorang. Ilmu pengetahuan tidak
hanya didapat dari pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari pendidikan
non formal. Seperti halnya, dalam mengelola hutan rakyat dan lahan lainnya pun
memerlukan pemahaman dan penguasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, semakin
tinggi tingkat pendidikan yang ingin dicapai tentunya semakin besar pula jumlah
pengeluaran untuk membiayai pendidikan. Pada tabel 2 di bawah ini menjabarkan
kondisi tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian.
Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan
Tamat SD/MI
Tamat SMP
Tamat SMA/sederajat
Jumlah

Jumlah (orang)
14
7
7
28

Persentase (%)
50
25
25
100

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling
banyak adalah tamat SD/MI sebesar 50%. Kondisi ini dapat dikatakan bahwa
tingkat pendidikan yang dicapai responden masih tergolong rendah. Akan tetapi,
belum tentu tingkat pendidikan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan
total. Selain itu, melihat kondisi lokasi penelitian dan hasil wawancara dengan
responden menunjukkan bahwa responden (petani hutan rakyat) telah memahami
dan menguasai cara pengelolaan hutan rakyat dan lahan lainnya dengan baik,
meskipun sebagian besar (50%) responden tingkat pendidikannya tamat SD/MI.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya program penyuluhan dan pelatihan dari
pemerintah.
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga merupakan indikator penilaian ukuran keluarga.
Pemerintah pun mencanangkan program keluarga berencana agar dapat
mengendalikan pertambahan jumlah penduduk dan menekan angka kemiskinan.

8
Adapun asumsi yang berkembang di masyarakat adalah semakin besar jumlah
anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah pengeluaran sehingga
berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan. Walaupun demikian, sebagian
besar warga Desa Karyasari tidak terlalu terpengaruh oleh asumsi tersebut. Hal
tersebut dapat terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga (orang)
1
2
3
4
≥5
Jumlah

Jumlah (orang)
1
0
3
1
23
28

Persentase (%)
4
0
11
4
82
100

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga ≥ 5 (orang) paling
mendominasi yaitu sebesar 82%. Sebaliknya, seluruh responden tidak ada yang
memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak dua orang. Berikutnya, kelompok
responden dengan jumlah anggota keluarga 3 (orang) berada pada posisi kedua
tertinggi yaitu sebesar 11%.
Jenis Pekerjaan
Pada umumnya, jenis pekerjaan menjadi faktor penentu besarnya jumlah
pendapatan sehingga tingkat kesejahteraan pun dapat diukur. Berbagai macam
jenis pekerjaan yang menjadi sumber mata pencaharian warga Desa ini. Jenis
pekerjaan dibagi menjadi dua yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan.
Perbedaan antara pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan terletak pada
jumlah waktu dan tenaga yang digunakan dalam mengerjakan suatu pekerjaan
tersebut. Berikut hasil wawancara dengan responden terkait pekerjaan utama dan
pekerjaan sampingan yang dimiliki responden.
Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan
Pekerjaan utama
Petani
Petani
Petani
Petani
Petani
Petani
Petani
Petani
Buruh
Buruh
Wiraswasta
Kepala Desa
Bendahara Desa
Wirausaha
Jumlah

Pekerjaan sampingan
Tidak ada
Wirausaha
Buruh
Pemborong Kayu
Penjual Bibit
Ojeg
Buruh dan Pedagang
Pensiunan
Petani
Petani dan Pedagang
Petani
Petani
Petani
Petani

Jumlah (orang)
6
5
3
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
3
28

Persentase (%)
21.43
17.86
10.71
3.57
3.57
3.57
3.57
3.57
3.57
3.57
3.57
3.57
3.57
10.71
100.00

Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang paling banyak adalah
petani dan tidak memiliki pekerjaan sampingan sebesar 21.43%. Jenis pekerjaan

9
utama sebagai petani dan pekerjaan sampingannya sebagai wirausaha paling
banyak berikutnya dengan nilai sebesar 17.86%. Berdasarkan hasil wawancara,
responden yang memiliki pekerjaan utamanya petani sebesar 71%.
Luas Lahan yang Dimiliki
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22/Menhut-V/2007 tentang
pedoman pembuatan tanaman hutan rakyat gerakan nasional rehabilitasi hutan dan
lahan, hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang
dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan
luas minimum 0.25 hektar, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman
lainnya lebih dari 50%.
Berdasarkan hasil observasi, kondisi lahan di lokasi penelitian terlihat
dikelola dengan baik dan jumlahnya masih banyak. Jenis lahan sawah yang paling
mendominasi di lokasi penelitian ini.
Tabel 5 Luas lahan yang dimiliki responden
Luas lahan (ha)

Total

≤ 0.5
0.51-1.5
1.51-3.0
3.1-4.5
≥4.5

Jumlah (orang)
3
18
4
2
1
28

Persentase (%)
10.71
64.29
14.29
7.14
3.57
100.00

Tabel 5 menunjukkan bahwa luas lahan 0.51-1.5 ha paling banyak dimiliki
oleh responden yaitu sebesar 64.29% atau 18 orang. Sebaliknya, lahan yang
kisaran luasnya ≥4.5 ha paling sedikit dimiliki oleh responden yakni sebesar
3.57%. Dalam hal yang sama, luas lahan ≤ 0.5 hektar hanya dimiliki oleh 3 orang
responden atau sebesar 10.71%. Kisaran luas lahan 1.51-3.0 ha dimiliki oleh 4
orang responden atau sebesar 14.29%. Kisaran luas lahan 3.1-4.5 ha hanya
dimiliki oleh 2 orang responden atau sebesar 7.14%.

Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat
Pendapatan rumah tangga dapat didefinisikan seluruh pendapatan yang
diterima oleh suatu rumah tangga dengan satuannya (Rp/th) (Wijaya 2000).
Definisi dari rumah tangga adalah kelompok terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan anggota keluarga (istri dan anak) dan bertempat tinggal
dalam satu rumah. Pada umumnya, kepala keluarga yang berkewajiban mencari
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Samuel dan Nordhaus (2002) dalam Lingga (2009) menyatakan bahwa
secara umum pendapatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Gaji dan upah. Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan
suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah dalam
kurun waktu tertentu.
2. Pendapatan dari kekayaan. Pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha
sendiri.

10
3.

Pendapatan dari sumber lain. pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan
tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran,
menyewa aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain.
Irmayani (2002) menyatakan bahwa apabila dibandingkan dengan total
pendapatan asli daerah Bogor tahun 2000 maka prospek pendapatan kayu rakyat
di Kecamatan Leuwiliang jika dilihat dari indikator kesediaan masyarakat akan
retribusi ijin tebang dan angkut sebesar 1.067% sedangkan prospek pendapatan
kayu rakyat jika menggunakan sistem PSDH yaitu sebesar 1.202%.
Menurut penelitian Fauzi (2009), semakin besar jumlah tanggungan atau
anggota anggota keluarga petani maka semakin tinggi pengeluaran rumah
tangganya. Hal tersebut mendorong para petani untuk lebih giat mencari tambahan
pendapatan sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar jumlah tanggungan
atau anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah pendapatannya.
Pengelompokkan sebaran kepala keluarga (KK) berdasarkan kombinasi
jenis pendapatan yang dimiliki. Dasar pertimbangannya agar dapat terlihat jelas
kesejahteraan petani hutan rakyat per kepala keluarga (KK) dari jumlah
pendapatan (Rp/th). Berdasarkan kriteria kemiskinan Bank Dunia, tingkat
pendapatan seorang responden dapat dikatakan sejahtera (berada di atas garis
kemiskinan) apabila jumlah pendapatannya lebih dari $2 per hari atau Rp 6 408
000/tahun sedangkan tingkat pendidikan dikatakan miskin absolut ( berada di
bawah garis kemiskinan) apabila jumlah pendapatannya di bawah $1 per hari atau
Rp 3 204 000/tahun dan miskin menengah apabila jumlah pendapatannya di atas
Rp 3 204 000/tahun dan di bawah Rp 6 408 000/tahun. Jenis pendapatan
responden meliputi hasil hutan rakyat dan hasil non hutan rakyat (sawah, kebun,
ternak, kolam ikan, dan lain-lain).
Tabel 6 Kelompok KK (responden) dengan 6 kombinasi jenis pendapatan
No.
KK
4

Hutan
rakyat
2 400 000

Sawah
13 500 000

Jenis Pendapatan (Rp/th)
Kolam
Kebun
Ternak
ikan
18 350 000

900 000

525 000

Lain-lain

Jumlah
(Rp/kk/th)

7 200 000

42 875 000

Tabel 6 menunjukkan bahwa hanya ada satu responden yang memiliki enam
kombinasi jenis pendapatan jumlah pendapatannya sebesar Rp 42 875 000/kk/th.
Dalam hal yang sama, jumlah kombinasi jenis pendapatan paling banyak belum
tentu memiliki jumlah pendapatan terbesar. Responden dengan nomor 4 termasuk
kategori sejahtera karena jumlah pendapatannya di atas Rp 6 408 000/tahun.
Tabel 7 Kelompok KK (responden) dengan 4 kombinasi jenis pendapatan
No.
KK
1
6
7
8
12

Jenis pendapatan (Rp/th)
Hutan rakyat
1 500 000
2 000 000
2 200 000
2 200 000
2 000 000

Sawah
1 500 000
13 200 000
12 000 000
12 000 000

Kebun
17 600 000
1 500 000
7 000 000
-

Ternak
9 000 000
4 500 000
2 500 000
12 000 000

Lain-lain
1 200 000
7 200 000
48 000 000
16 800 000

Jumlah
(Rp/kk/th)
13 200 000
31 300 000
19 400 000
69 200 000
42 800 000

11
Tabel 7 menunjukkan bahwa responden dengan nomor KK 8 memiliki
jumlah pendapatan terbesar yaitu sebesar Rp69 200 000/kk/th. Selain itu, jumlah
pendapatannya pun lebih besar daripada responden dengan enam kombinasi jenis
pendapatan. Hal ini disebabkan oleh besarnya kontribusi jenis penghasilan (lainlain) yaitu Rp48 000 000. Ada satu responden yang tidak memiliki jenis
pendapatan dari sawah karena hasil panennya tidak dijual tetapi dikonsumsi
pribadi sehingga hal ini mempengaruhi terhadap pengeluaran total responden.
Seluruh responden pada kelompok ini termasuk kategori sejahtera karena jumlah
pendapatannya di atas Rp 6 408 000/tahun.
Tabel 8 Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak
memilliki pendapatan dari kolam ikan)
No.
KK
5
13
19
24
25
27
28

Hutan rakyat
4 500 000
225 000
10 000 000

Jenis pendapatan (Rp/th)
Kebun
Ternak
2 900 000
30 000 000
- 25 000 000
2 500 000
2 500 000
980 000
30 000 000
3 000 000
9 000 000
400 000
19 800 000
Sawah

Jumlah
Lain-lain
(Rp/kk/th)
9 000 000 41 900 000
25 200 000 52 700 000
3 600 000 10 600 000
500 000
1 705 000
7 200 000 40 200 000
7 200 000 16 600 000
12 000 000 41 800 000

Tabel 8 menunjukkan seluruh responden memiliki tiga kombinasi jenis
pendapatan dan tidak memiliki pendapatan dari kolam ikan. Responden dengan
nomor KK 13 memiliki pendapatan terbesar karena besarnya kontribusi dari
kebun dan lain-lain. Beberapa responden tidak memiliki pendapatan dari sawah
karena hasil panennya untuk konsumsi pribadi sehingga mempengaruhi jumlah
pengeluaran total petani hutan rakyat, kecuali responden nomor 19 karena tidak
memiliki sawah. Selain itu, ada empat responden yang tidak memiliki jenis
penghasilan dari hutan rakyat disebabkan belum panen dan belum dilakukannya
penjarangan sehingga belum bisa menghasilkan pendapatan bagi petani. Seluruh
responden pada kelompok ini termasuk pada kategori sejahtera, kecuali respoden
nomor 24 temasuk kategori miskin karena jumlah pendapatannya di bawah Rp 3
204 000/tahun yaitu sebesar Rp 1 705 000/tahun.
Tabel 9 Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak
memiliki pendapatan dari ternak)
No.
KK
10
11
15
17

Hutan rakyat
3 000 000
1 400 000
-

Jenis pendapatan (Rp/th)
Sawah
Kebun
Kolam ikan
13 200 000
780 000
7 500 000
28 800 000
2 000 000
800 000

Lain-lain
4 200 000
1 800 000
3 600 000
12 000 000

Jumlah
(Rp/kk/th)
18 180 000
12 300 000
33 800 000
14 800 000

Tabel 9 menunjukkan responden dengan nomor 15 memiliki jumlah
pendapatan terbesar yaitu sebesar Rp33 800 000/kk/th. Hal ini disebabkan oleh
besarnya kontribusi dari kolam ikan yaitu sebesar Rp28 800 000/kk/th. Hampir

12
seluruh responden pada kelompok ini tidak memiliki jenis pendapatan dari sawah
karena hasil panennya untuk konsumsi pribadi sehingga berpengaruh terhadap
jenis pengeluaran pangan. Seluruh responden pada kelompok ini termasuk
kategori sejahtera karena jumlah pendapatannya di atas Rp 6 408 000/tahun.
Tabel 10 Kelompok KK (responden) dengan 2 kombinasi jenis pendapatan
No.
KK
9
14
16
20
21
23

Jenis pendapatan (Rp/th)
Hutan rakyat
10 000 000
5 000 000
7 600 000
-

Sawah
26 400 000
-

Kebun
25 000 000
8 700 000
-

Ternak
3 800 000
1 200 000
2 500 000

Lain-lain
3 600 000
3 600 000
9 000 000

Jumlah
(Rp/kk/tahun)
30 000 000
35 000 000
12 500 000
6 200 000
11 200 000
11 500 000

Tabel 10 menunjukkan bahwa pendapatan responden nomor KK 14 jumlah
pendapatannya lebih besar daripada jumlah pendapatan responden dengan tiga
kombinasi jenis penghasilan. Hal ini diakibatkan oleh besarnya kontribusi dari
hutan rakyat dan kebun. Responden nomor 20 dan 23 tidak memiliki jenis
pendapatan dari sawah karena tidak memiliki sawah sedangkan responden lainnya
tidak memiliki jenis pendapatan dari sawah karena hasil panennya untuk
konsumsi pribadi. Pada kelompok ini seluruh responden tidak memiliki jenis
pendapatan dari kolam ikan karena hasil panennya untuk konsumsi pribadi atau
tidak memiliki kolam ikan. Responden nomor 20 termasuk kategori miskin
menengah karena jumlah pendapatannya di atas Rp 3 204 000/tahun tetapi di
bawah Rp 6 408 000/tahun yaitu sebesar Rp 6 200 000/tahun.
Tabel 11 Kelompok KK (responden) dengan 1 kombinasi jenis pendapatan
Jenis pendapatan (Rp/th)
No. KK
2
3
18
22
26

Hutan rakyat
650 000
-

Kebun

Ternak

2 000 000
6 000 000
-

1 000 000

Lain-lain
18 000 000
-

Jumlah
(Rp/kk/th)
650 000
2 000 000
18 000 000
6 000 000
1 000 000

Tabel 11 menunjukkan bahwa pendapatan responden nomor KK 18 jumlah
pendapatannya lebih besar daripada jumlah pendapatan keempat responden
dengan dua kombinasi jenis penghasilan. Jumlah pendapatan responden nomor
KK 18 sebesar Rp18 000 000. Responden nomor 2 dan 3 termasuk kategori
miskin absolute karena jumlah pendapatannya di bawah Rp 3 204 000/tahun yaitu
sebesar Rp 650 000/tahun dan Rp 2 000 000/tahun. Lain halnya pada responden
nomor 22 termasuk kategori miskin menengah karena jumlah pendapatannya di
atas Rp 3 204 000/tahun tetapi di bawah Rp 6 408 000/tahun yaitu Rp 6 000
000/tahun.

13
Seluruh tabel kelompok KK (responden) dengan berbagai kombinasi jenis
pendapatan menunjukkan bahwa semakin banyaknya kombinasi jenis pendapatan
tidak selalu menyebabkan semakin besarnya jumlah pendapatan (fluktuatif). Akan
tetapi, besarnya jumlah pendapatan dipengaruhi oleh jenis pendapatan yang
dimiliki oleh responden. Hal ini disebabkan adanya beberapa jenis pendapatan
(sawah, kebun, dan lain-lain) yang lebih besar pengaruhnya terhadap pendapatan
responden. Selain itu, sebagian besar responden yang tidak menjual hasil panen
dari salah satu atau beberapa jenis pendapatan atau tidak memiliki lahan untuk
menghasilkan jenis pendapatan tertentu juga mempengaruhi besarnya pendapatan
dan pengeluaran.

Pengeluaran Total Petani Hutan Rakyat
Pertimbangan pengelompokkan pengeluaran responden berdasarkan umur
responden dan tingkat pendidikan adalah sebaran KK yang merata dan hampir
seluruh KK memiliki berbagai jenis pengeluaran sehingga lebih efektif jika
dikelompokkan berdasarkan umur responden dan tingkat pendidikan. jenis
pengeluaran yang dijabarkan pada tabel 12 dan 13 meliputi: pangan, pendidikan,
sandang, kesehatan, transportasi, dan lain-lain (iuran atau sumbangan).
Tabel 12 Sebaran pengeluaran responden berdasarkan umur responden
Jenis pengeluaran

Klasifikasi pengeluaran berdasarkan umur responden (Rp/tahun)
30 – 40

41 – 50

51 - 60

61 – 70

71 - 80

Pangan
Pendidikan
Sandang
Kesehatan

47 400 000
69 016 000
9 300 000
9 000 000

32 040 000
26 000 000
13 500 000
8 400 000

40 660 000
6 120 000
9 000 000
5 400 000

45 640 000
18 180 000
7 000 000
12 600 000

10 080 000
3 000 000
1 800 000

Transportasi
Lain-lain

4 600 000
1 480 000

8 600 000
200 000

600 000
1 080 000

3 300 000
1 200 000

1 200 000
-

140 796 000

88 740 000

62860 000

87 920 000

16 080 000

20 113 714

12 677 143

10 476 667

12 560 000

16 080 000

Total
Rata-rata (/kk/tahun)

Tabel 12 menunjukkan bahwa total dan rata-rata pengeluaran tertinggi
adalah kelas kisaran umur responden (30 - 40) tahun yaitu sebesar Rp140 796
000/tahun dan Rp20 113 714/tahun sedangkan total pengeluaran terendah berada
pada kelas kisaran umur responden (71 - 80) tahun yaitu sebesar Rp16 080
000/kk/tahun dan rata-rata terendahnya di kelas kisaran umur responden (51 - 60)
tahun yaitu sebesar Rp10 476 667/kk/tahun. Selain itu, jenis pengeluaran untuk
pangan tetap paling tinggi meskipun ada beberapa responden yang tidak membeli
beras karena diperoleh dari hasil panen sawahnya. Sama halnya dengan jenis
pengeluaran pendidikan termasuk tinggi jumlah pengeluaran per tahunnya karena
sebagian besar responden masih memiliki tanggungan atau anggota keluarga yang
perlu biaya pendidikan (termasuk biaya untuk keperluan pendidikan).

14
Tabel 13 Sebaran pengeluaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Jenis pengeluaran

Klasifikasi pengeluaran berdasarkan tingkat pendidikan (Rp/tahun)
SD/MI

Pangan
Pendidikan
Sandang
Kesehatan
Transportasi
Lain-lain
Total
Rata-Rata (/kk/tahun)

SMP

SMA

95 740 000
9 700 000
15 800 000
18 000 000
5 700 000
2 160 000

32 640 000
27 016 000
16 000 000
9 600 000
7 500 000
1 600 000

47 440 000
82 600 000
10 000 000
9 600 000
5 100 000
200 000

147 100 000

94 356 000

154 940 000

10 507 143

13 479 429

22 134 286

Tabel 13 menunjukkan bahwa total dan rata-rata pengeluaran tertinggi
berada pada kelas tingkat pendidikan SMA/Sederajat yaitu sebesar Rp154 940
000/tahun dan Rp22 134 286/kk/tahun. Pada umumnya, pangan selalu menjadi
kebutuhan utama dalam pengeluaran rumah tangga sehingga jumlah
pengeluarannya pun paling besar dibandingkan dengan kebutuhan lainnya
(seperti pendidikan, sandang, kesehatan, transportasi, dll). Hal ini terlihat pada
Tabel 12 dan 13 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis pengeluaran yang
paling besar adalah pangan (44.35%), sedangkan besarnya persentase dari
pendidikan (30.10%), sandang (10.55%), kesehatan (9.38%), transportasi (4.62%),
dan lain-lain (1%).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Hutan Rakyat
Analisis statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh faktor-faktor
terhadap pendapatan petani hutan rakyat adalah uji regresi linier berganda.
Terdapat dua jenis variabel yang digunakan yaitu variabel terikat (Y) dan variabel
bebas (X). Variabel Y menunjukkan pendapatan total petani hutan rakyat.
Variabel X yang terdiri dari empat variabel meliputi X1 menunjukkan umur
responden, X2 adalah tingkat pendidikan, X3 adalah jumlah anggota keluarga, X4
adalah jenis pekerjaan (dibagi menjadi dua, yaitu X41 menunjukkan pekerjaan
utama dan X42 menunjukkan pekerjaan sampingan), dan X5 adalah luas lahan
yang dimiliki. Proses hasil analisis regresi linier berganda lebih rincinya terdapat
pada lampiran 6.
Tabel 14 Analisis ragam hubungan antara pendapatan total dengan umur
responden, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis
pekerjaan, dan luas lahan yang dimiliki
Sumber
keragaman
Regresi
Galat
Total

Derajat
bebas
6
13
19

Jumlah kuadrat
2.41595 x 1014
6.44772 x 1013
3.06072x 1014

Kuadrat tengah
4.02658 x 1013
4.95979 x 1012

F hitung
8.12

P
0.001

15
Dari hasil uji-F (Tabel 15), diperoleh nilai p (0.001) < α (0.05), maka tolak
H0 artinya model nyata dan layak digunakan. Model tersebut memiliki nilai
koefisien determinasi square (R-Sq) sebesar 78.9% artinya secara simultan
keragaman data yang diamati dapat dijelaskan dalam model sebesar 78.9%
sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model.
Tabel 15 Uji pengaruh masing-masing variabel terhadap besarnya pendapatan
total
Variabel
Umur
Tingkat pendidikan
Jumlah anggota keluarga
Pekerjaan utama
Pekerjaan sampingan
Luas lahan yang dimiliki

Koefisien terstandardisasi
-214298
-1514300
848951
-2825497
1692178
79707

t hitung
-2.94
-2.33
2.07
-2.96
4.90
0.18

P
0.012
0.037
0.059
0.011
0.000
0.857

Uji-T digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap
besarnya pendapatan total. Hipotesisnya terdiri dari H0 (x tidak berpengaruh
terhadap y) dan H1 (x berpengaruh terhadap y). Kriteria pengujiannya adalah H0
diterima (H1 ditolak) apabila p > α dan H0 ditolak (H1 diterima) apabila p < α. Pada
Tabel 16 menunjukkan bahwa ada empat variabel yang memiliki p-value < α (5%),
sehingga tolak H0, artinya umur responden, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan (pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan) berpengaruh nyata terhadap
Y.
Persamaan regresi linier berganda yang diperoleh dari pendapatan total
petani hutan rakyat adalah Y = 22625760 - 214298 X1 - 1514300 X2 - 2825497
X41 + 1692178 X42. Persamaan tersebut merupakan hasil gambaran dari kondisi
responden di lokasi penelitian sehingga tidak dapat diaplikasikan pada lokasi lain.
Variabel X1 (umur responden) pada persamaan tersebut menunjukkan bahwa umur
responden berpengaruh terhadap pendapatan responden karena semakin produktif
umur responden maka akan mempengaruhi besarnya pendapatan. selain itu, hal
tersebut disebabkan oleh kondisi responden di lokasi penelitian yang sebagian
besar 75% memiliki kisaran umur 30-50 tahun dan 61-70 tahun. Variabel X2
(tingkat pendidikan) pada persamaan tersebut bukan menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin kecil jumlah pendapatannya. akan tetapi,
terbentuknya variabel X2 pada persamaan tersebut menunjukkan kondisi
responden di lokasi penelitian, sebagian besar 50% responden memiliki tingkat
pendidikan SD/MI. Variabel X41 (pekerjaan utama) dan variabel X42 (pekerjaan
sampingan) memiliki bentuk yang berbeda pada persamaan tersebut. Hal ini
disebabkan kondisi dari kedua jenis pekerjaan yang dimiliki responden. Pada
kenyataannya, pekerjaan sampingan lebih besar pengaruhnya terhadap jumlah
pendapatan responden sehingga kondisi ini menunjukkan adanya ketidaksamaan
antara pengakuan responden terhadap jenis pekerjaan. Apabila dilihat dari jumlah
pendapatan yang dihasilkan, beberapa jenis pekerjaan sampingan yang dimiliki
responden seharusnya termasuk jenis pekerjaan utama.
Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah ada
maka salah satu pembandingnya adalah hasil penelitian Sihombing (2000)
diperoleh hasil bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi pendapatan total
petani hutan rakyat yaitu tingkat pendidikan, luas lahan yang dimiliki, jarak lokasi

16
hutan rakyat dengan rumah petani, dan jumlah jenis tanaman yang ditanam di
hutan rakyat. Lain halnya dengan hasil penelitian ini ada empat faktor juga tetapi
faktor-faktor tersebut meliputi umur responden, tingkat pendidikan, pekerjaan
utama, dan pekerjaan sampingan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

2.

3.

Kondisi responden di lokasi penelitian menunjukkan bahwa pendapatan
total petani hutan rakyat dipengaruhi oleh umur responden, tingkat
pendidikan,
dan jenis pekerjaan (pekerjaan utama dan pekerjaan
sampingan) di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang.
Ragam pendapatan responden yang berada di lokasi penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa besarnya jumlah pendapatan dipengaruhi oleh beberapa
jenis pendapatan (sawah, kebun, dan lain-lain) yang lebih besar
pengaruhnya terhadap pendapatan responden. Selain itu, sebagian besar
responden yang tidak menjual hasil panen dari salah satu atau beberapa jenis
pendapatan atau tidak memiliki lahan untuk menghasilkan jenis pendapatan
tertentu juga mempengaruhi besarnya pendapatan dan pengeluaran.
Implikasi dari hasil penelitian ini terhadap pengembangan hutan rakyat
adalah petani hutan rakyat dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
nyata terhadap pendapatannya sehingga dapat menentukan teknik
pengelolaan hutan rakyatnya.
Saran

1.
2.

3.

Perlu dilakukan sosialisasi kepada petani hutan rakyat mengenai hasil
penelitian ini
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah (dalam
hal ini adalah Dinas Kehutanan) perlu dilakukan secara berkala agar petani
dapat meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan hutan rakyatnya.
Perlu dilakukan pengelolaan hutan rakyat secara optimal dan terpadu oleh
petani.

DAFTAR PUSTAKA
Ali KM. 2009. Strategi Pengembangan Hutan Rakyat Melalui Pendayagunaan
Zakat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BNPB]. 2009. Peta Administrasi Kabupaten Bogor [Internet]. [diunduh 2013
Mar 13]. Tersedia pada: http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/
2009/09/peta_RBI_ bogor.pdf

17
Darusman D. 2012. Kehutanan Demi Keberlanjutan Indonesia. Bogor (ID): IPB
Pr.
Darusman D, Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Di dalam:
Tinambunan D, Rachman O, Sumarni G, Balfas J, Suhariyanto, Tampubolon
AP,editor. Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri
Kehutanan. Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; 2006 Sept 21; Bogor,
Indonesia. Bogor (ID): CV. Biografika. hlm 9.
Fauzi A. 2009. Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat (Kasus di
Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Irmayani D. 2002. Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
[Kemenhut RI] Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (ID). 2007. Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.22 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembuatan
Tanaman Hutan Rakyat Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Dephut [Internet]. [diunduh 2013 Mar 13]. Tersedia pada: http://www.dephut.
go.id/files/L1_P22_07.pdf.
[Kemensetneg RI] Sekretariat Negara Republik Indonesia (ID). 1999. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
[Internet]. [diunduh 2012 Des 4]. Tersedia pada: http://www.dephut.go.id/
files/undang-undang republik indonesia nomor 41 tahun 1999.
Lingga I. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Pengusaha Industri Kecil [Tesis]. [Internet]. [diunduh pada 2013 Mar 13].
Tersedia
pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16789/4/
Chapter%20II.pdf
Pemda Bogor. 2010. Monografi Desa Karyasari 2010. Bogor (ID): Pemda Bogor
Rahim A, Hastuti DRD. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Riduwan.2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta.
Sihombing TPH. 2000. Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Cileles
Kabupaten Lebak Jawa Barat [Skripsi]. [Internet]. [diunduh pada 2013 Mar 14].
Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 26508/
D00tph.pdf?sequence=2
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta.
Usman M. 2001. Memposisikan Hutan Rakyat Sebagai Aktualisasi Ekonomi
Kerakyatan. Di dalam:Makalah Hutan Rakyat. Seminar Hutan Rakyat; 2001
April 11; Riau. Riau (ID): [MPI Reformasi]. hlm 3. [No abstr tidak diketahui].
Utari DA. 2012. Penerapan Strategi Hutan Rakyat Opsi Penyelamatan
Kehancuran Hutan Negara. Yogyakarta (ID): Cakrawala
Wijaya KNK. 2000. Peranan Industri Pariwisata terhadap Migrasi dan Pendapatan
Rumah Tangga [skripsi]. [Internet]. [diunduh pada 2013 Mar 14]. Tersedia
pada:http:// repository.ipb.ac.id/ bitstream/handle/123456789/20230/A00knk.
pdf?sequence=2

18

LAMPIRAN
Lampiran 1 contoh kuisioner responden (petani hutan rakyat)

KUISIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN TOTAL
PETANI HUTAN RAKYAT
(Studi Kasus : Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
No. responden
Tanggal Pengisian
Strata(*)

: ………………………………………………………...........
: ………………………………………………………..........
: I. ( Luas lahan lebih dari 2 hektar )
II. ( Luas lahan antara 1 sampai 2 hektar )
III. ( Luas lahan kurang dari 1 hektar )

(*)pilih salah satu
Identitas Responden
Nama Lengkap
: .............................................................................................
Umur
: ………………………………………………………….....
Jenis Kelamin
: L / P (lingkari salah satu)
Alamat
: ………………………………………………………….....
………………………………………………………….....
Pekerjaan utama
: …………………………………………………………….
Pekerjaan sampingan : …………………………………………………………….
Pendapatan rata-rata per bulan : ……………………………………………...........
Tingkat pendidikan : ………………………………………………………….....
Jumlah tanggungan : ……orang
Kepemilikan Lahan
1. Berapa luas lahan yang Bapak/Ibu miliki ?
a. Rumah & pekarangan : ………. ha
b. Hutan rakyat
: ………. ha
c. Kebun
: ………. ha
d. Kolam / rawa
: ………. ha
e. Peternakan
: ………. ha
f. Lainnya
: ………. Ha
2. Proses manakah yang Bapak/Ibu jalani untuk mendapatkan status pemilikan
lahan ?
a. Warisan
b. Hak guna usaha
c. Pembelian
d. lainnya
( Jika pilihannya d. lainnya, sebutkan : …………………….. )

19
3. Apa status usaha yang Bapak/Ibu kelola? (beri tanda checklist)
Jenis Lahan
Peta