Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

(1)

i  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MANGGIS DI DESA KARACAK DAN DESA BARENGKOK KECAMATAN

LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

NOVRIKA RISMA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013


(2)

(3)

Abstract

Bogor district is known as a central of developing of mangosteen commodity in Indonesia. This is supported not only by potential of agricultural in Bogor district but also the condition of agroecosistem which is very good for mangosteen commodity. Karacak and Barengkok villages in Leuwiliang sub-district are known as a central of mangosteen. The number of crops in this villages have fluctuating in every year cause of some factor, such as the width of area to plant on, the age of mangosteen tree and human resources. Based on these, the goal of research is (1) to identify the that can be influence the mangosteen crops in Karacak and Barengkok villages as sub district of Leuwiliang, Bogor district and (2) to compare the mangosteen crops in these two villages.


(4)

RINGKASAN

NOVRIKA RISMA. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NOVINDRA.

Usaha hortikultura telah menjadi sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani di skala kecil, menengah, dan besar. Apabila usaha hortikultura dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di perdesaan (Kementerian Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011). Salah satu komoditas hortikultura yang saat ini yang mulai dilakukan secara monokultur dan dikelola dengan pola agribisnis adalah buah-buahan (Zulkarnain, 2009). Ekspor buah manggis pada tahun 2010 menjadi penyumbang devisa terbesar dari buah-buahan dengan jumlah berat bersih 11.387,70 ton (Kementerian Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011).

Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra pengembangan komoditas manggis di Indonesia. Kabupaten Bogor memproduksi manggis sebanyak 3.766 ton pada tahun 2010. Salah satu kecamatan sentra penghasil manggis di Kabupaten Bogor adalah Kecamatan Leuwiliang. Kecamatan Leuwiliang memberikan kontribusi produksi manggis sebesar 17,18 % pada tahun 2011. Produksi manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang adalah Desa Karacak dan Desa Barengkok. Desa Karacak merupakan kawasan agropolitan dengan komoditas unggulan manggis.

Produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang mengalami fluktuatif selama 5 tahun terakhir. Rata-rata laju pertumbuhan produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang sebesar 179,25%. Hasil tersebut menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan manggis yang bernilai positif, namun terjadi penurunan produksi pada tahun 2010-2011. Fluktuasi produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang dipengaruhi oleh produksi manggis di setiap desa penghasil manggis. Oleh karena itu, jika terjadi fluktuasi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok maka akan menyebabkan fluktuasi produksi di Kecamatan Leuwiliang. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di kedua desa.

Hasil identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi manggis di kedua desa adalah jumlah pohon per luas lahan, umur pohon, dan penggunaan jam tenaga kerja. Berdasarkan hasil estimasi, jumlah pohon berpengaruh signifikan terhadap produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Hal tersebut dilihat berdasarkan hasil P-value uji-t pada taraf α = 10%. Penggunaan faktor produksi dalam memproduksi manggis di kedua desa adalah sama. Pada umumnya proses budidaya manggis di kedua desa juga menggunakan teknik yang sama. Budidaya manggis dilakukan secara tradisional dan merupakan warisan turun temurun. Secara statistik menggunakan uji beda beda dua sampel produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok tidak berbeda secara signifikan.


(5)

ii  

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah digunakan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Novrika Risma H44080027


(6)

(7)

(8)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MANGGIS DI DESA KARACAK DAN DESA BARENGKOK KECAMATAN

LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

NOVRIKA RISMA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013


(9)

(10)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

Nama : Novrika Risma

NIM : H44080027

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Novindra, S.P., M.Si NIP. 19811102 200701 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. NIP. 19660717 1992031 1 003


(11)

(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi. Untuk itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Mama Hesry Limbong (Alm.) dan Bapak Mariden

Sinaga untuk segenap kasih sayang dan doa bagi penulis agar selalu dalam lindunganNya serta memperoleh hasil yang terbaik.

2. Bapak Novindra, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu, bimbingan, dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Nia Kurniawati H. S.P., M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen. 4. Namboru dan Amangboru Silitonga (Alm.) untuk segenap perhatian dan

pengorbanan bagi penulis.

5. Kedua adikku terkasih, Pronika (TIN 46) dan Tiffani yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan doa.

6. Bapak Bakri, Bapak Marwa, Bapak Nana Kusmana serta seluruh petani responden di Desa Karacak dan Teh Lina serta seluruh petani responden di Desa Barengkok yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan informasi, bantuan, dan pengarahan selama penulis melakukan kegiatan turun lapang.


(13)

vii  

7. Johan Tulus Pardemean Nababan yang telah memberikan banyak motivasi dan doa bagi penulis.

8. Teman-teman PMK IPB terkhusus Sella, Liber, dan Ka Bibi. Komisi Pelayanan Siswa (KPS) terkhusus Samuel, Erti, Christian Halawa, GPC, Echa, Ryna, Nehemia dan teman-teman KPS 45 lainnya.

9. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Pebri, Sandra, Sari, Diani, Dian, Kiki serta teman-teman ESL 45 terkhusus: Imam, Husen, Anggi Presti, Aziz serta Keluarga KKP Cimaskara (Erna, Nina, Sandy, Adel, Budi).

10.Rekan-rekan Guru Sekolah Minggu HKBP Bogor terkhusus Abang Glory, Nia, Bina, Meita, Ola, Ochi, Ka Astrid, Ka Eva Simanjuntak, Ka Astrydt dan Ka Herda.

Bogor, Januari 2013

Penulis


(14)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini ditulis dengan harapan dapat memberikan informasi tentang faktor yang berpengaruh dalam memproduksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor sehingga dapat membantu petani dalam pengambilan keputusan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Penulis mengharapkan adanya penelitian lanjutan yang berusaha mengakomodir kekurangan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


(15)

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1.Tinjauan Teoritis Manggis ... 10

2.1.1. Manfaat manggis ... 11

2.1.2. Pembudidayaan Manggis... 12

2.1.2.1. Pemeliharaan Tanaman ... 12

2.1.2.2. Pemanenan ... 14

2.2.Faktor-Faktor Produksi Usahatani……….. .. 15

2.2.1.Tanah ... 15

2.2.2.Modal ... 16

2.2.3.Tenaga Kerja ... 16

2.3.Penelitian Terdahulu ... 17

2.4.Kebaruan Penelitian... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1.Konsep Usahatani ... 20

3.1.2.Konsep Pendapatan Usahatani ... 20

3.1.3.Konsep Produksi ... 21

3.1.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Manggis .... 21

3.1.4.1. Jumlah Pohon ... 21

3.1.4.2. Umur Pohon ... 22

3.1.4.3. Tenaga Kerja ... 22

3.2.Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2.Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3.Metode Pengambilan Sampel ... 25

4.4.Metode Analisis Data ... 26

4.4.1.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis……… ... 26


(17)

 

4.4.1.1.Metode Pengujian Model………..…... 27

4.4.1.1.1. Uji Ekonomi………..………. 27

4.4.1.1.2. Uji Statistik………..……... 28

4.4.1.1.3. Uji Ekonometrika………..……….. 30

4.4.2.Analisis Ada Tidaknya Perbedaan Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 32

4.5.Definisi Operasional ... 34

V. GAMBARAN UMUM ... 36

5.1.Gambaran Umum Desa Karacak ... 35

5.1.1.Sebaran Penduduk Desa Karacak Menurut Mata Pencaharian ... 35

5.2.Gambaran Umum Desa Barengkok ... 36

5.2.1.Sebaran Penduduk Desa Karacak Menurut Mata Pencaharian ... 36

5.2.2.Sebaran Penduduk Desa Karacak Menurut Tingkat Pendidikan ... 37

5.3.Gambaran Umum Usahatani di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 37

5.4.Karakteristik Petani Responden ... 38

5.4.1.Umur Petani………... 39

5.4.2.Pendidikan Petani ... 39

5.4.3.Pengalaman Bertani ... 40

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

6.1.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 41

6.1.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model ... 41

6.1.2. Analisis Faktor Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 44

6.1.2.1. Jumlah Pohon Per Luas Lahan ... 44

6.1.2.2. Umur Pohon ... 45

6.1.2.3. Jam Tenaga Kerja (HOK) ... 47

6.2.Analisis Ada Tidaknya Perbedaan Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 48

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 50

7.1.Simpulan ... 50

7.2.Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 54


(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Volume dan Ekspor Buah di Indonesia

Tahun 2010 ... 2

2. Luas Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat Tahun 2010 ... 3

3. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Bogor Tahun 2011. ... 4

4. Produksi Manggis di Propinsi Jawa Barat Tahun 2010 ... 4

5. Produksi Manggis di Kabupaten Bogor Tahun 2011. ... 5

6. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 5

7. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang Pada Tahun 2007-2011 ... 6

8. Sebaran Penduduk Desa Barengkok Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011. ... 37

9. Sebaran Penduduk Desa Barengkok Menurut Pendidikan Tahun 2011 ... 37

10. Sebaran Petani Responden Menurut Umur Pada Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012 ... 39

11. Sebaran Petani Responden Menurut Pendidikan Pada Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012 ... 39

12. Sebaran Petani Responden Menurut Pengalaman Bertani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012 ... 40

13. Hasil Estimsi Model Produksi di Desa Karacak Tahun 2012 ... 42

14. Hasil Estimsi Model Produksi di Desa Barengkok Tahun 2012 .... 42 15. Penggolongan Petani Manggis di Desa Karacak dan Desa


(19)

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ... 24 2. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Karacak. ... 36


(21)

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Produksi Usahatani Manggis Desa Karacak, Kecamatan

Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2012 ... 55 2. Data Produksi Usahatani Manggis Desa Barengkok, Kecamatan

Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2012 ... 56 3. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis di Desa

Karacak Tahun 2012. ... 57 4. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis di Desa

Barengkok Tahun 2012. ... 57 5. Hasil Uji Multikolinearitas Desa Karacak. ... 58 6. Hasil Uji Multikolinearitas Desa Barengkok ... 58 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Desa Karacak ... 59 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Desa Barengkok .. 60 9. Hasil Uji Normalitas Desa Karacak. ... 61 10. Hasil Uji Normalitas Desa Barengkok ... 61 11. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis Pembanding

di Desa Karacak Tahun 2012. ... 62 12. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis Pembanding

di Desa Barengkok Tahun 2012. ... 62 13. Hasil Uji Beda Dua Sampel Bebas ... 63


(23)

(24)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama (prime mover) perekonomian nasional dan perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat melalui peranannya dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB), perolehan devisa, penyedia lapangan kerja dan bahan baku industri, pengentas kemiskinan, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Secara tidak langsung sektor pertanian mempunyai efek penggandaan (multiplier effect) kedepan dan kebelakang yang cukup besar ke sektor-sektor lainnya seperti; sektor industri, konsumsi, dan investasi (Subari, 2009).

Dewasa ini, komoditas pertanian yang sedang mendapat perhatian khusus adalah komoditas hortikultura (Shifa, 2010). Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional. Pada tingkat nasional, komoditas hortikultura menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 16,37 % terhadap PDB pertanian pada tahun 2010 dan mengalami kenaikan sebesar 2,47 % dari tahun sebelumnya (Rangkuman Hasil Rakor Pangan Nasional, 2011).

Usaha hortikultura (buah-buahan, sayuran, florikultura, dan tanaman obat) telah menjadi sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani di skala kecil, menengah, dan besar. Adapun daya tarik usaha hortikultura bagi masyarakat dan petani antara lain: nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Seiring dengan pengembangan yang telah dilakukan, produk hortikultura dalam negeri tidak hanya mampu memasok


(25)

 

kebutuhan konsumen dalam negeri melalui pasar tradisional dan pasar modern, tetapi juga telah memasok kebutuhan pasar di luar negeri. Apabila usaha hortikultura dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di perdesaan (Kementerian Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011).

Salah satu produk hortikultura yang saat ini yang mulai dilakukan secara monokultur dan dikelola dengan pola agribisnis adalah buah-buahan (Zulkarnain,2009). Pengelolaan tersebut dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar. Menurut Yusran (2006), besarnya permintaan pasar luar negeri terhadap buah-buahan Indonesia masih belum dapat terpenuhi oleh produksi buah dalam negeri. Peluang ekspor ke pasar internasional untuk komoditas buah-buahan cukup besar. Tahun 2010 Indonesia mengekspor buah sebanyak 13.824,75 ton. Ekspor buah manggis pada tahun 2010 menjadi penyumbang devisa terbesar dari buah-buahan dengan jumlah berat bersih 11.387,70 ton (Kementerian Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Buah di Indonesia Tahun 2010

No. Buah Volume Ekspor (Ton) Nilai Ekspor (US$)

1. Manggis 11.387,70 8.754.427

2. Jeruk 1.400,06 2.087.685

3. Mangga 998,55 1.065.259

4. Durian 24,87 14.849

5. Pisang 13,58 48.305

TOTAL 13.824,76 11.970.525

Sumber: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura (diolah), 2011

Dari segi pemasaran, pasar manggis pada saat ini menunjukkan permintaan yang relatif besar daripada penawarannya, hal ini berlaku untuk pasar di dalam negeri maupun pasar ekspor. Hal ini tercermin dari harga buah manggis


(26)

yang jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan harga buah-buahan lainnya. Ekspor manggis Indonesia pada saat musim hujan cukup besar antara 200-350 ton per bulan, dengan nilai 250-350 ribu dollar Amerika. Adapun pada musim kemarau hanya mencapai 40-90 ton per bulan (Departemen Pertanian, 2005 dalam Kastaman, 2007).

Salah satu daerah di Indonesia yang cukup memiliki potensi ekspor dan pengembangan produk hortikultura adalah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas lahan bukan sawah di Kabupaten Bogor menempati urutan kelima dibandingkan kabupaten lainnnya di Jawa Barat. Kabupaten Bogor memiliki luas lahan bukan sawah sebesar 124.039 Ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat Tahun 2010

No. Kabupaten

Luas Lahan Pertanian (Ha) Luas Lahan Bukan Pertanian (Ha) Jumlah Luas Lahan Per Kabupaten (Ha) Luas Lahan Sawah Luas Lahan Bukan Sawah

1. Sukabumi 64.077 232.023 113.282 409.382

2. Cianjur 65.540 173.218 111.390 350.148

3. Tasikmalaya 49.556 170.489 51.207 271.252

4. Garut 50.270 153.594 102.655 306.519

5. Bogor 48.484 124.039 97.024 269.547

6. Ciamis 51.853 118.269 74.357 244.479

7. Lainnya 926.944 1.501.553 1.022.362 3.450.859

TOTAL 1.256.724 2.473.185 1.572.277 5.302.186

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (diolah), 2011

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pengembangan komoditas manggis yang cukup besar. Hal ini didukung oleh potensi pertanian Kabupaten Bogor yang cukup besar dan kondisi agroekosistem Kabupaten Bogor yang cocok untuk budidaya komoditas manggis. Pada tahun 2003, Departemen Pertanian telah menetapkan bahwa komoditas unggulan nasional yang terdapat di Kabupaten Bogor adalah manggis dan padi


(27)

 

(Departemen Pertanian, 2007). Produksi buah-buahan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Bogor Tahun 2011 No. Buah

Jumlah Pohon yang Menghasilkan (Pohon/Rumpun)

Kontribusi (%)

1. Nenas 824.223 36,96

2. Pisang 684.609 30,70

3. Rambutan 137.986 6,19

4. Pepaya 115.546 5,18

5. Jambu Biji 96.772 4,34

6. Manggis 79.221 3,55

7. Durian 70.367 3,16

8 Nangka 67.883 3,04

9. Jambu Air 28.239 1,27

10. Mangga 26.837 1,20

11. Lainnya 98.524 4,42

TOTAL 2.230.207 100,00

Sumber: Dinas Pertanian (diolah), 2012

Manggis telah menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan di Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor menempati urutan kedua setelah Tasikmalaya dalam memproduksi manggis. Tahun 2010, produksi manggis di Kabupaten Bogor memberikan kontribusi sebesar 13,46 %. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Manggis di Propinsi Jawa Barat Tahun 2010

No. Kabupaten Produksi (ton) Kontribusi (%)

1. Tasikmalaya 13.487 48,20

2. Bogor 3.766 13,46

3. Subang 3.458 12,36

4. Purwakarta 3.210 11,47

5. Sukabumi 1.707 6,10

6. Lainnya 2.355 8,42

TOTAL 27.983 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (diolah), 2011

Daerah Kabupaten Bogor terutama di Kecamatan Leuwiliang merupakan salah satu sentra produksi manggis yang terkenal. Hal ini karena Kecamatan Leuwiliang memiliki produksi manggis yang besar. Jumlah produksi buah


(28)

manggis di Kecamatan Leuwiliang menempati urutan ketiga setelah Kecamatan Jasinga. Jumlah produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang memberikan kontribusi sebesar 17,18 % terhadap total produksi manggis di Kabupaten Bogor. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produksi Manggis di Kabupaten Bogor Tahun 2011 No. Kecamatan Produksi

(Kuintal)

Jumlah Tanaman

Akhir (Pohon) Kontribusi (%)

1. Leuwisadeng 7.550 46.200 28,89

2. Jasinga 5.232 31.750 20,02

3. Leuwiliang 4.491 31.756 17,18

4. Cigudeg 4.008 11.760 15,33

5. Nanggung 1.465 20.820 5,61

6. Lainnya 3.391 42.390 12,97

TOTAL 26.137 184.676 100,00

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (diolah), 2012

1.2. Perumusan Masalah

Desa yang memiliki produksi manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang adalah Desa Karacak dan Desa Barengkok. Desa Karacak merupakan kawasan agropolitan dengan komoditas unggulan manggis. Produksi manggis di Desa Karacak lebih besar dibandingkan produksi manggis di Desa Barengkok. Pada tahun 2010, kontribusi yang dihasilkan dari produksi manggis di Desa Karacak sebesar 31,78% sedangkan kontribusi produksi manggis di Desa Barengkok sebesar 26,53%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor Tahun 2010

No. Desa Produksi (Kuintal) Kontribusi (%)

1. Karacak 6.425 31,78

2. Barengkok 5.365 26,53

3. Pabangbon 4.210 20,82

4. Cibeber II 3.100 15,33

5. Karyasari 1.120 5,54

6. Lainnya 0 0

TOTAL 20.220 100,00


(29)

 

Hampir seluruh manggis yang dihasilkan oleh petani di Desa Karacak dan Barengkok dikonsumsi dalam bentuk segar. Produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang selama 5 tahun terakhir dalam dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang Pada Tahun 2007-2011 Tahun Produksi (Kuintal) Laju Pertumbuhan (%)

2007 2.550 -

2008 1.842 -27,76 2009 2.245 21,88 2010 20.220 800,67 2011 4.491 -77,79

Rata-rata Laju Pertumbuhan 179,25

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (diolah), 2012

Tabel 7 menunjukkan produksi manggis yang fluktuatif selama 5 tahun terakhir. Rata-rata laju pertumbuhan produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang sebesar 179,25%. Hasil tersebut menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan manggis yang bernilai positif, namun terjadi penurunan produksi pada tahun 2010-2011.

Desa Karacak dan Desa Barengkok merupakan dua desa sentra penghasil manggis di Kecamatan Leuwiliang. Fluktuasi produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang dipengaruhi oleh produksi manggis di setiap desa penghasil manggis. Oleh karena itu, jika terjadi fluktuasi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok maka akan menyebabkan fluktuasi produksi di Kecamatan Leuwiliang.

Tanaman manggis secara umum masih dibudidayakan secara tradisional, turun temurun, dan belum banyak sentuhan teknologi modern. Hal ini mengakibatkan jumlah produksi manggis di kedua desa masih belum maksimal sehingga masih bisa ditingkatkan. Perubahan jumlah produksi manggis di kedua desa sentra dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor yang diduga menyebabkan


(30)

perubahan tersebut diantaranya luas lahan yang digunakan untuk menanam manggis. Lahan manggis masih ada yang digunakan untuk menanam tanaman yang lain (tumpang sari) meskipun telah diadakan pendampingan yang dilakukan oleh Pusat Kajian Buah Tropika IPB (PKBT-IPB). Lahan yang semakin luas dapat menghasilkan pohon manggis yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan lahan sangat penting untuk penanaman pohon manggis. Semakin banyak pohon manggis yang dapat ditanam pada lahan yang luas, maka produksi manggis yang dihasilkan juga akan semakin banyak.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi produksi manggis yaitu umur pohon. Pohon manggis dapat tumbuh hingga ratusan tahun dan menghasilkan buah yang terus meningkat. Selain itu terdapat faktor lain yang diduga mempengaruhi produksi manggis yaitu jam tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja digunakan untuk pemeliharaan, penanganan gulma, dan proses pemanenan. Tenaga kerja yang digunakan untuk pemeliharaan manggis dan penanganan manggis dari gulma akan menyebabkan pohon manggis tumbuh dengan baik sehingga akan meningkatkan jumlah produksi manggis.

Sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan, maka pertanyaan yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana perbedaan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor?


(31)

 

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian secara umum adalah menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor;

2. Membandingkan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian perbandingan produksi manggis diharapkan memberikan banyak manfaat. Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang tertulis diatas; 2. Petani mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis

sehingga petani dapat memaksimalkan faktor produksi yang dapat meningkatkan produksi manggis;

3. Bagi pemerintah daerah dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program-program terkait peningkatan produksi manggis dengan memberikan arahan berproduksi secara efektif dan efisien. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta membantu para pembuat keputusan dalam memaksimalkan faktor-faktor produksi manggis.


(32)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah batasan-batasan dalam penelitian. Ruang lingkup penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis adalah:

1. Komoditas yang diteliti dalam penelitian ini adalah manggis;

2. Penelitian dilakukan di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor;

3. Penelitian dilakukan berdasarkan data musim panen manggis Januari-Maret 2012;


(33)

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan komoditas buah Indonesia.Di luar negeri manggis dijuluki dengan sebutan “Queen of The Tropical Fruits”.Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Hal ini didukung dengan pesaing yang relatif sedikit seperti Malaysia, Thailand dan Negara-negara Amerika Latin (Setyo, 2009). Tanaman ini relatih mudah untuk dibudidayakan.

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia.Tanaman ini menyebar dari Asia Tenggara ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Manggis di Indonesis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), dan di Sumatera Barat disebut manggista. Klasifikasi botani pohon manggis adalah sebagai berikut (Prihatman, 2000):

Divisi : Spermatophyta Sub divis : Angiospermae Kelas : Dicotylrdonae Keluarga : Guttiferae Genus : Garcinia


(35)

11

 

Buah yang dikenal sebagai “Queen of Tropical Fruits” ini memiliki bentuk bulat. Sewaktu muda warna buah ini hijau muda dan setelah tua berwarna ungu merah kehitaman. Buah yang berwarna hijau dengan bercak ungu sudah dapat dipanen. Buah masak beratnya berkisar antara 30-140 gram, tebal kulit sekitar 5 mm, getah berwarna kuning, warna petal merah dan stigma halus dengan diameter 8-12 mm.

Daging buah manggis berwarna putih, bertekstur halus, dan setiap segmen daging mengandung biji yang berukuran besar. Daging buah manggis bersegmen-segmen yang jumlahnya berkisar antara lima hingga delapan bersegmen-segmen. Masyarakat luas menggemari buah manggis untuk dikonsumsi sebagai “buah segar” karena buah yang telah matang memiliki cita rasa yang khas yaitu manis, asam, dan menyegarkan.

2.1.1. Manfaat Manggis

Menurut PKBT IPB dalam Kastaman (2007), buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.

Menurut Setyo (2009) Kandungan lain yang terdapat pada buah manggis adalah alpha-mangostin dan gamma-mangostin yang bersifat sebagai anti bakteri. Alpha-mangostin juga diketahui mempunyai efektivitas yang sama baiknya dengan antibiotika yang berada di pasaran seperti amphicillin dan minocycline.


(36)

Selain itu, kandungan stilbenes pada buah manggis juga sangat bermanfaat sebagai antifungi.

Buah manggis tidak hanya dapat dimanfaatkan daging buahnya saja, tetapi juga kulit buahnya memiliki manfaat yang cukup besar. Daging kulit buah manggis (pericarp) mengandung senyawa biologis aktif yang diidentifikasi sebagai xanthones, yang memiliki sifat menyembuhkan berbagai penyakit. Kemampuannya sebagai anti-oksidan dihitung 100 kali lebih kuat daripada vitamin A, C dan E. Hasil penelitian menunjukan bahwa buah ini mengandung komponen anti inflamatory yang potensial, inhibitor cox-2 dan sejumlah vitamin, mineral serta anti-oksidan yang dapat mencegah pembekuan darah, menurunkan kadar kolesterol darah dan membantu fungsi jantung.

2.1.2. Pembudidayaan Manggis

Teknik pemeliharaan dan pemanenan manggis memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan. Menurut Prihatman (2000), teknik pemeliharaan dan pemanenan manggis adalah sebagai berikut:

2.1.2.1.Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penggemburanyaitu dua kali dalam setahun.

2) Perempalan/Pemangkasan

Ranting-ranting yang tumbuh kembar dan sudah tidak berbuah perlu dipangkas untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Gunakan gunting pangkas yang bersih dan tajam untuk menghindari infeksi dan lapisi bekas pangkasan dengan ter.


(37)

13

 

3) Pemupukan

Jenis dan dosis pemupukan anjuran adalah:

a) Pohon berumur 6 bulan dipupuk campuran urea, SP-36 dan KCl (3:2:1) sebanyak 200-250 gram/pohon.

b) Pohon berumur 1-3 tahun dipupuk campuran 400-500 gram Urea, 650-700 gram SP-36 dan 900-1000 gram KCl (3:1:2) yang diberikan dalam dua sampai tiga kali.

c) Pohon berumur 4 tahun dan seterusnya dipupuk campuran urea, SP-36, dan KCl (1:4:3) sebanyak 3-6 kg/pohon ditambah 40 kg/pohon pupuk kandang. Pupuk ditaburkan di dalam larikan/di dalam lubang-lubang di sekeliling batang dengan diameter sejauh ukuran tajuk pohon. Dalam larikan dan lubang sekitar10-20 cm sedangkan jarak antar lubang sekitar 100-150 cm.

4) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman yang berumur di bawah lima tahun memerlukan ketersediaan air yang cukup dan terus menerus sehingga harus disiram satu sampai dua hari sekali. Pohon manggis yang berumur lebih dari lima tahun, frekuensi penyiraman berangsur-angsur dapat dikurangi. Penyiraman dilakukan pagi hari dengan cara menggenangi saluran irigasi atau disiram.

5) Pemberian Mulsa

Mulsa jerami dihamparkan setebal 3-5 cm menutupi tanah di sekeliling batang yang masih kecil untuk menekan gulma, menjaga kelembaban dan aerasi dan mengurangi penguapan air.


(38)

2.1.2.2. Pemanenan

Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM).Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM sedangkan untuk ekspor pada umur 104-108 SBM. Umur panen danciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini :

a) Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

c) Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

d) Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

e) Panen 114 hari: warna kulit ungu merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65 mm.

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memotong pangkal tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu atau galah yang dilengkapi pisau dan keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun. Umumnya pohon manggis di Indonesia dipanen pada bulan November sampai Maret tahun berikutnya.


(39)

15

 

Produksi panen pertama hanya 5-10 buah/pohon, kedua rata-rata 30 buah/pohon selanjutnya 600-1.000 buah/pohon sesuai dengan umur pohon. Pada puncak produksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat menghasilkan 3.000 buah/pohon dengan rata-rata 2.000 buah/pohon. Produksi satu hektar (100 tanaman) dapat mencapai 200.000 butir atau sekitar 20 ton buah.

Proses pemananenan, buah dikumpulkan dalam wadah dan disimpan pada tempat yang teduh dan pisahkan buah yang rusak atau busuk pada tempat yang berbeda. Buah yang disimpan pada ruangan dengan temperatur 4-6 derajat Celcius dapat tetap segar selama 40 hari sedangkan pada 9-12 derajat Celcius tahan sampai 33 hari.

2.2. Faktor-Faktor Produksi Usahatani

Menurut Soekartawi (1991), yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar atau kecilnya produksi yang diperoleh. Menurut Mubyarto (1989), faktor produksi dalam pertanian adalah tanah, modal, dan tenaga kerja.

2.2.1. Tanah

Tanah adalah salah satu faktor produksi yang tahan lama sehingga biasanya tidak diadakan depresiasi atau penyusutan. Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar.

Sebagai faktor produksi, tanah mendapat bagian dari hasil pruduksi karena jasanya dalam produksi itu.Pembayaran atas jasa produksi ini disebut sewa tanah


(40)

(rent). Tinggi rendahnya sewa tanah disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah. Semakin subur tanah maka semakin tinggi sewa tanah, begitu pula sebaliknya.

2.2.2. Modal

Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit). Pemberian atau warisan sebenarnya berkedudukan di antara modal sendiri dan modal pinjaman karena ditambahkan dari luar tetapi tidak menimbulkan kewajiban-kewajiban tertentu bagi yang menerimanya.

Dalam proses produksi tidak ada perbedaan apapun antara modal sendiri dan modal pinjaman, masing-masing menyumbang langsung pada produksi. Bunga modal yang dipinjamkan harus dibayar pada kreditor untuk modal pinjaman. Pemimpin usahatani yang bijaksana juga harus menghitung bunga modal yang dimilikinya sendiri, walaupun tidak perlu dibayarkan. Modal yang produktif adalah modal yang menyumbang hasil total sebanyak biayanya.

2.2.3. Tenaga Kerja

Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri.Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang.

Sebagian besar pengetahuan dan keterampilan petani dalam bekerja diperoleh dari orang tuanya. Namun terkadang teknologi baru untuk peningkatan produksi di bidang pertanian berasal dari tempat yang jauh dari petani. Produktivitas tenaga kerja pertanian dapat ditingkatkan melalui berbagai cara antara lain dengan cara pendidikan dan latihan untuk meningkatkan mutu dan hasil kerjanya.


(41)

17

  2.3. Penelitian Terdahulu

Studi yang terkait mengenai analisis usahatani sudah banyak dilakukan. Adapun beberapa penelitian terdahulu membahas analisis yang sama dengan komoditas yang berbeda dan membahas komoditi yang sama namun dengan analisis yang sedikit berbeda.

Setyo (2009) melakukan penelitian mengenai produksi perdagangan manggis. Tujuan yang dicapai dalam penelitian tersebut adalah memberikan gambaran mengenai karakteristik negara tujuan utama ekspor manggis Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan manggis Indonesia serta faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan volume ekspor ke negara tujuan. Hasil analisis regresi menggambarkan kinerja variabel dalam model sehingga diperoleh faktor apa saja yang signifikan mempengaruhi volume ekspor manggis Indonesia ke negara tujuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor manggis Indonesia adalah GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak negara tujuan dengan Indonesia, penggunaan manggis sebagai sesaji di negara tujuan, dan pelaksanaan kebijakan karantina oleh negara tujuan. Faktor yang memberikan pengaruh signifikan pada selang kepercayaan 10 % adalah dummy penggunaan manggis sebagai sesaji di negara tujuan dan dummy pelaksanaan karantina oleh negara tujuan. Variabel jarak berpengaruh signifikan pada selang kepercayaan 30 %. Variabel pelaksanaan karantina di negara tujuan merupakan variabel paling signifikan yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 93 %. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya perhatian terhadap kualitas manggis ekspor yang


(42)

menyebabkan manggis Indonesia belum bisa diterima di beberapa negara dengan alasan teknologi produksi yang masih buruk.

Berdasarkan hasil analisis regresi Setyo diperoleh nilai koefisien determinasi R² sebesar 53,6 %. Artinya menunjukkan bahwa variabel-variabel independen dalam model yang dibangun mampu menjelaskan sebanyak 53,6 % perubahan yang terjadi pada volume ekspor manggis Indonesia ke negara tujuan. Sebesar 46,4 % diterangkan oleh faktor lain di luar model.

Penelitian lainnya oleh Timor (2008) yang menganalisis Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini (1) mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung di Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di Indonesia, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan produksi jagung di Indonesia disebabkan oleh peningkatan luas areal dan produktivitas jagung.Luas areal mengalami peningkatan secara fluktuatif dan terkonsentrasi di Pulau Jawa, disamping itu terjadi pergeseran dari lahan kering ke lahan sawah beririgasi pada musim kemarau. Produktivitas jagung di Indonesia masih relatif rendah karena sistem usaha tani belum optimal, yaitu sebagian besar petani masih menggunakan benih varietas jagung lokal, penggunaan pupuk yang belum berimbang, dan masih terbatasnya penggunaan pestisida untuk pengendalian hama.

Hasil estimasi diperoleh pada taraf nyata 5%. Untuk persamaan luas areal panen, variabel yang berpengaruh nyata adalah harga riil jagung di tingkat produsen, harga riil kedelai, tingkat suku bunga kredit, dan luas areal panen tahun


(43)

19

 

sebelumnya. Hasil estimasi untuk produktivitas jagung hanya variabel produktivitas tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata.

2.4. Kebaruan Penelitian

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaan penelitian-penelitian ini dengan Setyo (2009) adalah komoditas penelitian yang dibahas dalam penelitian. Perbedaan penelitian ini adalah analisis yang dilakukan dalam penelitian. Penelitian Setyo (2009) membahas analisis regresi. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor manggis Indonesia adalah GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak negara tujuan dengan Indonesia, penggunaan manggis sebagai sesaji di negara tujuan, dan pelaksanaan kebijakan karantina oleh negara tujuan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Timor (2008) adalah komoditas dan beberapa tujuan penelitian yang akan di bahas. Penelitian Timor (2008) mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung.Penelitian ini dilakukan secara time series. Persamaan penelitian adalah pada analisis faktor-faktor yang memproduksi komoditas.

Penelitian ini menitikberatkan pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang pada dua desa sentra manggis. Penelitian ini akan melihat perbandingan dua desa yang memiliki produksi manggis yang lebih tinggi.


(44)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini meliputi konsep produksi, faktor-faktor dan perbandingan produksi usahatani manggis.

3.1.1. Konsep Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani

Menurut Hernanto (1996), kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi di bidang pertanian. Pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikuarangi atau memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan usahatani atau pendapatannya akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegiatan seperti untuk biaya produksi periode selanjutnya, tabungan, dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menurut Soekartawi (2002), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi secara matematis adalah sebagai berikut:


(45)

21

  π = TR – TC

Keterangan:

π = pendapatan usahatani TR = total penerimaan TC = total biaya

3.1.3. Konsep Produksi

Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Menurut Mubyarto (1989), suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasi produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input) disebut dengan fungsi produksi. Dalam matematika sederhana fungsi produksi ini adalah:

Y = f ( , ……… )

Keterangan:

Y = hasil produksi fisik …… = faktor-faktor produksi

3.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Manggis

Hubungan antar faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau juga disebut dengan factor relationship (Soekartawi, 1991). Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah pohon per luas lahan, umur pohon manggis, dan jam tenaga kerja (HOK).

3.1.4.1. Jumlah Pohon

Menurut Hernanto (1996), dengan lahan usahatani yang sempit akan membatasi petani berbuat pada rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani serba salah, bahkan menjurus kepada


(46)

keputusasaan. Tanah yang sempit dengan kualitas tanah yang kurang baik merupakan beban bagi petani pengelola usahatani.

Lahan yang semakin luas dapat ditumbuhi pohon lebih banyak. Semakin banyak pohon manggis yang dapat ditanami maka buah yang dapat dihasilkan semakin banyak.

3.1.4.2. Umur Pohon

Tanaman manggis memiliki satu kelemahan dalam proses pembudidayaan. Kelemahan tersebut adalah waktu pertumbuhan tanaman yang sangat lambat. Tanaman manggis diperbanyak melalui benih dan akan mulai berbuah pada umur 3 - 8 tahun.1

3.1.4.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah berdasarkan jam penggunaan tenaga kerja (HOK). Menurut Rahmawati (2007), terdapat tiga jenis tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu manusia, ternak, dan mekanik. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga itu sendiri atau dari luar keluarga. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuanya.

Kegiatan usahatani memerlukan tenaga kerja yang meliputi hampir seluruh proses produksi berlangsung. Kebutuhan kerja setiap cabang usaha akan berbeda berdasarkan jenis kegiatan, jenis kegiatan, jenis komoditi, tingkat teknologi, intensitas kombinasi dari faktor produksi, dan skala usahanya serta waktu (Hernanto, 1996).

      

1

http://www.mekarsari.com/index.php?option=com_content&view=article&id=204%3Amanggis& catid=62%3Abuah-produksi&lang=in&Itemid=210 diakses tanggal 1 Februari 2013 


(47)

23

  3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Manggis (Garcinia mangostana L.) yang sering dijuluki “Queen of The Tropical Fruits” merupakan komoditas buah Indonesia. Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara.

Desa Karacak dan Desa Barengkok merupakan desa yang memiliki potensi yang baik dalam memproduksi manggis. Selain itu Desa Karacak dan Desa Barengkok merupakan desa produksi manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang. Desa Karacak merupakan kawasan agropolitan dengan komoditas unggulan manggis. Hampir seluruh manggis yang dihasilkan oleh petani di Desa Karacak dan Barengkok dikonsumsi dalam bentuk segar.

Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani manggis diantaranya jumlah pohon manggis per luas lahan, jarak tanam pohon manggis per luas lahan, dan jam tenaga kerja. Analisis yang dilakukan meliputi analisis regresi untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dalam memproduksi manggis. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap model yang telah diperoleh. Analisis dilakukan untuk mengetahui perbedaan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Analisis menggunakan uji t dua sampel.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani manggis dan membandingkan produksi petani manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.Adapun alur pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(48)

Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran

Tidak ada perbedaan produksi manggis dikedua desa disebabkan oleh teknik pembudidayaan yang sama

Potensi Pengembangan Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis

Identifikasi faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan

Desa Barengkok

Perbandingan perbedaan produksi usahatani manggis di Desa Karacak


(49)

(50)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan Oktober-November 2012 di Desa Karacak dan Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan lokasi karena desa ini memiliki komoditas unggulan, yaitu manggis. Desa Karacak dan Desa Barengkok merupakan daerah penghasil manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dengan kontribusi masing-masing 31,78% dan 26,53% (BPS Kabupaten Bogor, 2011). Sementara Kecamatan Leuwiliang merupakan penghasil manggis ketiga terbesar di Kabupaten Bogor.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner yang telah disiapkan kepada petani manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur penunjang seperti buku, jurnal, artikel dari internet, makalah, dan literatur lain dari instansi terkait. Data sekunder diperlukan untuk melengkapi hasil wawancara meliputi data statistik instansi terkait.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini mengunakan beberapa petani manggis sebagai sampel yang terdapat di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara dan penyebaran kuisioner kepada responden atau


(51)

26 

 

informan yang diketahui. Sebelum wawancara dilakukan dipersiapkan panduan pertanyaan agar wawancara terarah dan sesuai tujuan penelitian. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Metode ini diartikan pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan (Soekartawi, 1995). Peneliti melakukan wawancara pertama ke Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Karacak lalu sampel ini diminta untuk memilih sampel lain untuk dijadikan sampel lagi hingga berjumlah 29 orang. Begitu juga pengambilan sampel di Desa Barengkok mula-mula dengan mewawancarai Ketua Kelompok Tani 89 lalu responden ini diminta untuk memilih responden lain hingga berjumlah 20 orang. Jumlah sampel sebanyak 49 orang dianggap dapat merepresentasikan keseluruhan petani manggis di kedua desa.

4.4. Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis dengan menggunakan model regresi linear berganda dan menganalisis ada atau tidaknya perbedaan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok dengan menggunakan uji beda dua sampel bebas. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan Software Eviews, SPSS, dan Minitab.

4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis

Guna menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok digunakan model regresi linear berganda. Model regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh jumlah pohon, umur pohon, dan penggunakan jam tenaga kerja (HOK) terhadap produksi


(52)

manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Model regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah:

= + + + +

Keterangan :

Y = Jumlah produksi manggis (Kg)

h = 1 : Desa Karacak

h = 2 : Desa Barengkok

= Jumlah pohon milik petani ke-i pada desa h (Pohon) = Umur pohon milik petani ke-i pada desa h (Tahun) = Jam kerja petani ke-i pada desa h (HOK)

i = Jumlah sampel 1-29 (Desa Karacak), 1-20 (Desa Barengkok)

= Intersep

, , = Koefisien masing-masing faktor produksi

ε = Error

4.4.1.1. Metode Pengujian Model

Metode pengujian model yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji ekonomi, uji statistik, dan uji asumsi. Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan tanda pada setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Uji statistik terdiri dari uji-t, uji-F, dan R2. Uji ekonometrika terdiri dari uji normalitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Pengujian model pada penelitian ini menggunakan taraf α sebesar 10 %.

4.4.1.1.1. Uji Ekonomi

Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan tanda yang ada pada setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Tanda untuk setiap variabel bebas harus


(53)

28 

 

bernilai positif. Nilai positif dalam hasil estimasi model pendugaan artinya penambahan penggunaan input yang digunakan setiap satu unit hingga mencapai kondisi optimal akan meningkatkan produksi manggis per satuan unit.

4.4.1.1.2. Uji Statistik

Hipotesis dalam uji statistik dapat dilihat melalui hasil model yang terlihat berpengaruh nyata atau tidak. Hipotesis ini diuji dengan menggunakan uji-t dan uji-F dari faktor-faktor jumlah pohon, umur pohon, dan jam tenaga kerja.

Menurut Juanda (2009), Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya. Secara matematis, hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : b1 = b2 = ... = bi = 0 ; artinya tidak ada satu pun variabel bebas

yang berpengaruh nyata

H1 : minimal ada 1 bi≠ 0 ; artinya ada minimal satu variabel bebas yang berpengaruh nyata

Rumus untuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut: = ⁄

Keterangan:

n = jumlah pengamatan

k = jumlah variabel termasuk intersep = jumlah kuadrat regresi

jumlah kuadrat total

Jika nilai hitung F tidak lebih besar daripada nilai F kritis, maka tidak menolak hipotesis nol bahwa variabel-variabel bebas tidak berpengaruh apapun


(54)

terhadap variabel tak bebas (Gujarati, 2007). Selain itu, uji-F juga dapat dilakukan dengan :

P-value uji-F > α, maka terima H0. Artinya variabel bebas dalam model secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi manggis.

P-value uji-F < α, maka tolak H0. Artinya variabel bebas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi manggis. Kemudian, uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara terpisah mempengaruhi variabel dependennya. Secara matematis adalah sebagai berikut:

H0 : bi = 0 ; artinya variabel bebas tidak memiliki

pengaruh yang nyata terhadap produksi manggis

H1 : bi> 0 ; i = 1,2,3, ... n ;artinya variabel bebas memiliki pengaruh

positif yang bersifat nyata terhadap produksi manggis

Rumus untuk menghitung t-hitung adalah sebagai berikut: b

sb Keterangan:

= Koefisien variabel bebas ke-i yang diduga

= Standar deviasi koefisien variabel bebas ke-i yang diduga

Jika nilai t-hitung tidak lebih besar daripada nilai t-kritis, maka tidak tolak hipotesis nol bahwa variabel-variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Selain itu, uji-t juga dapat dilakukan dengan:


(55)

30 

 

P-value uji-t < α, maka tolak H0. Artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap produksi manggis.

P-value uji-t > α, maka terima H0. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap produksi manggis.

Adapun koefisien determinasi disesuaikan (R2adjusted) adalah koefisien

determinasi yang mempertimbangkan (disesuaikan dengan) derajat bebas. Derajat bebas besarnya tergantung dengan banyaknya variabel penjelas. Secara matematis, rumus R2adjusted adalah sebagai berikut (Gujarati, 2007):

= 1-(1-R2)

Keterangan:

= Koefisien determinasi = R2adjusted

n = Jumlah observasi k = Jumlah parameter

4.4.1.1.3. Uji Ekonometrika

Uji ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis pengujian. Pengujian meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.

Uji Multikolinearitas

Dalam praktek, sering dihadapkan dengan masalah yang lebih sulit dengan peubah-peubah bebas yang tingkat multikolinearitas (kolineritas ganda) tidak sempurna tapi tinggi. Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkolerasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya (Juanda, 2009).


(56)

Pengujian multikolinear dapat dilihat melalui pengujian Variance Inflation Factor (VIF). Persamaan dalam model regresi yang tidak mengalami masalah multikolineritas serius memiliki nilai VIF di bawah 10. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan terjadinya multikolinearitas serius. Rumus VIF adalah sebagai berikut:

VIF = Keterangan :

Rj2 = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j dengan variabel

bebas lainnya.

Uji Heteroskedastisitas

Menurut Juanda (2009), salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan ( ) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka kita katakan ada masalah heteroskedastisitas.

Pengujian masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji White (White Test). Uji ini tidak harus mengasumsikan bahwa komponen sisaan menyebar normal. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas)

H1 : terdapat heteroskedastisitas

Kriteria Pengujian:

Jika P-value uji White < α, maka tolak H0; artinya terdapat heteroskedastisitas.


(57)

32 

 

Jika P-value uji White > α, maka terima H0; artinya tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas).

Uji Normalitas

Menurut Gujarati (2007) uji normalitas yang kini menjadi populer dan termasuk di dalam beberapa paket komputer statistik adalah uji Jarque-Bera (JB). Uji ini merupakan uji asimtotis atau sampel besar dan didasarkan atas residu OLS. Secara matematis uji Jarque-Bera (JB) adalah sebagai berikut:

JB = Keterangan:

n = Jumlah pengamatan S = Koefisien Skewness K = Koefisien Kurtosis

Hipotesis pada uji normalitas adalah sebagai berikut: H0 : Error menyebar normal

H1 : Error tidak menyebar normal

Kriteria Pengujian:

Jika P-Value uji normalitas > α maka terima H0; error menyebar normal. Jika P-Value uji normalitas < α maka tolak H0; error tidak menyebar normal.

4.4.2. Analisis Ada Tidaknya Perbedaan Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

Guna mengetahui ada atau tidaknya perbedaan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok digunakan analisis uji beda dua sampel (T-Test). Uji-t dua sampel ini tergolong uji perbandingan (uji komparatif) untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau


(58)

berbeda. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari t-hitung adalah (Riduwan, 2003):

thitung =

Keterangan:

= Rata-rata sampel ke-1 = Rata-rata produksi manggis di Desa Karacak = Rata-rata sampel ke-2 = Rata-rata produksi manggis di Desa Barengkok = Standar deviasi sampel ke-1 = Standar deviasi produksi manggis di Desa

Karacak

= Standar deviasi sampel ke-2 = Standar deviasi produksi manggis di Desa Barengkok

= Varians sampel ke-1 = Varian produksi manggis di Desa Karacak = Varian sampel ke-2 = Varian produksi manggis di Desa Barengkok = Jumlah sampel ke-1 = Jumlah sampel di Desa Karacak ( = 29)

= Jumlah sampel ke-2 = Jumlah sampel di Desa Barengkok ( = 20) Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H0 : Produksi manggis di Desa Karacak tidak berbeda dengan produksi

manggis di Desa Barengkok.

H1 : Produksi manggis di Desa Karacak lebih besar daripada produksi

manggis di Desa Barengkok. Kriteria Pengujian:

Jika P-Value uji beda dua sampel bebas > α maka terima H0; produksi manggis dikedua desa tidak berbeda secara signifikan.


(59)

34 

 

Jika P-Value uji beda dua sampel bebas < α maka tolak H0; produksi manggis Desa Karacak lebih besar daripada produksi manggis di Desa Barengkok.

4.5. Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki beberapa definisi istilah yang dipakai, antara lain: 1. Petani manggis adalah petani yang melakukan usahatani manggis dan

memiliki pohon manggis.

2. Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan usahatani manggis dalam satuan m2.

3. Faktor produksi manggis berupa jumlah pohon manggis, jarak tanam, dan jam tenaga kerja (HOK).

4. Pohon manggis adalah jumlah pohon manggis persatuan luas lahan.

5. Umur pohon adalah lamanya waktu hidup pohon manggis yang terhitung sejak tanaman mulai ditanam.

6. Jam tenaga kerja adalah penggunaan waktu yang digunakan dalam proses pemanenan manggis. Tenaga kerja tidak dibedakan berdasarkan apapun baik jenis kelamin, status dalam keluarga, dan lainnya. Penggunaan tenaga kerja dinyatakan dengan satuan HOK dengan lama kerja 8 jam per hari.

7. Jumlah produksi adalah hasil manggis yang didapat dari luas lahan tertentu yang diukur dalam kg.


(60)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Desa Karacak

Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.Luas wilayah Desa Karacak adalah 710,023 Ha. Desa Karacak terdiri dari lima dusun dan 17 kampung, yang terdiri dari 10 RW dan 43 RT. Batas wilayah Desa Karacak adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Barengkok

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulan c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karyasari

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pabangbon dan Desa Cibeber II

Desa Karacak memiliki ketinggian 5.000 mdl dari permukaan laut. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 4.683 mm. Luas areal tanah meliputi pemukiman penduduk, pembangunan, pertanian sawah, perkebunan, sarana rekreasi dan olah raga, dan perikanan darat/air tawar.

5.1.1. Sebaran Penduduk Desa Karacak Menurut Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Desa Karacak pada Desember 2011, terdapat 10.862 orang.Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.549 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5.313 orang dengan jumlah keluarga sebanyak 2.855 KK.Mata pencaharian penduduk Desa Karacak berbeda-beda. Sebaran penduduk Desa Karacak menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Gambar 2.


(61)

36    5.2. Leuw yang wilay a. S b. S c. S d. S berco pema 5.2.1 sebag peda Bare Gambar Desa B wiliang, Ka g terdiri dar yah Desa B Sebelah Uta Sebelah Tim Sebelah Sela Sebelah Bar Sebagian ocok tanam anfaatan lah

1. Sebaran

Sebagian gai petani y agang seban

ngkok men

Gambar 2.

ran Umum

arengkok m abupaten B

ri 12 Ruku arengkok ad ara berbatasa mur berbatas

atan berbata rat berbatasa n besar pe m. Pemanfa han untuk sa

n Penduduk

n besar m yaitu seban nyak 1.250 j nurut mata p

Mata Pencaha

m Desa Bare

merupakan ogor.Luas un Warga (R

dalah sebag an dengan D san dengan asan dengan an dengan D emanfaatan faatan lahan

awah adalah

k Menurut

mata pencah nyak 1.300 j jiwa atau s pencaharian

arian Masyara

engkok

salah satu wilayah D RW) dan 4 gai berikut:

Desa Leuwi Desa Situ I n Desa Kara Desa Cibebe

lahan Des n untuk la h 220 Ha.

Mata Penc

harian pend jiwa atau s sekitar 33,24 dapat diliha Pedagang 8.12 % B 7. Pe 5. Lain‐lain 79.79 %

akat Desa Kar

u desa di esa Bareng 49 Rukun T

imekar lir, Kecama acak er II sa Barengk adang adal caharian duduk Des ekitar 34,57 4 %. Komp at pada Tab

uruh .03 % etani

16 %

racak

wilayah K gkok adalah Tetangga (R atan Cibung kok digunak ah 160,648 a Barengk 7 %. Adapu posisi pendu bel 8.

Kecamatan h 450 Ha, RT). Batas

gbulan

kan untuk 8 Ha dan

kok adalah un sebagai uduk Desa


(62)

Tabel 8. Sebaran Penduduk Desa Barengkok Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011

Mata pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Petani 1.300 34,57

Pedagang 1.250 33,24

Buruh Bangunan 640 17,02

Buruh Pabrik 500 13,30

Tukang Ojeg 35 0,93

TNI/POLRI 15 0,40

Penjahit 4 0,11

Bengkel 16 0,43

TOTAL 3.760 100,00

Sumber : Profil Desa Barengkok, 2012

5.2.2. Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagian besar penduduk Desa Barengkok berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 3.918 jiwa atau sebesar 37,65 %. Sebaran terkecil penduduk bependidikan perguruan tinggi sebesar 92 jiwa atau sekitar 0,88 %. Sebaran penduduk Desa Barengkok menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran Penduduk Desa Barengkok Menurut Pendidikan Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tamat SD/sederajat 3.587 34,47

Tamat SLTP/sederajat 2.639 25,36

Tamat SMA/sederajat 3.918 37,65

Tamat Akademik 169 1,62

Tamat Peguruan Tinggi 92 0,88

TOTAL 10.405 100,00

Sumber : Profil Desa Barengkok, 2012

5.3. Gambaran Umum Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Barengkok

Budidaya manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok sebagian besar dilakukan dengan menggunakan sistem polikultur/monokultur dengan jarak tanam yang bervariasi. Hanya sedikit yang menggunakan sistem monokultur dengan jarak tanam yang teratur. Pada umumnya kebun manggis merupakan warisan dan belum dilakukan perawatan secara intensif. Banyak petani yang tidak melakukan


(63)

38 

 

pemupukan, pengendalian hama, sanitasi kebun, pemangkasan cabang/ranting maupun pembungkusan buah, serta mengabaikan cara pemanenan sesuai yang dianjurkan (Departemen Pertanian, 2007).

Penanaman manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok pada umumnya tersebar di kelompok-kelompok hamparan yang relatif tidak luas dan jarak tanamnya pun belum teratur. Hal ini mengakibatkan data keragaan kebun manggis termasuk populasi tanaman per hektar juga sulit ditentukan secara akurat.

Manggis yang dibudidayakan di Desa Karacak dan Desa Barengkok diperbanyak secara generatif atau dengan biji dan bukan secara vegetaif (cangkokan/okulasi/sambung pucuk). Hal ini menyebabkan manggis dapat dipanen setelah berumur delapan tahun atau lebih.

Sebagian besar hasil panen manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok dijual dalam bentuk segar. Pemanenan buah manggis dilakukan secara manual. Pemetikan buah dilakukan dengan memanjat pohon hingga ke ujung-ujung cabang. Buah yang telah dipetik dimasukkan kedalam karung atau keranjang tanpa dilakukan sortasi, grading buah maupun pencucian. Buah manggis dipasarkan ke tengkulak/pengumpul yang datang langsung ke lokasi/kebun manggis.

5.4. Karakteristik Petani

Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 49 orang, yakni 29 petani manggis di Desa Karacak dan 20 petani manggis di Desa Barengkok. Karakteristik petani responden antara lain: umur, pendidikan, dan pengalaman bertani.


(64)

5.4.1. Umur Petani

Petani yang mengusahakan manggis di Desa Karcak dan Desa Barengkok berada pada sebaran umur 30-90 tahun. Sebagian besar petani responden yang mengusahakan manggis berada pada usia 51-60 tahun sebanyak 30,61 %. Sebaran umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Petani Responden Menurut Umur Pada Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012 Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

31-40 5 10,20

41-50 10 20,41

51-60 15 30,61

61-70 10 20,41

71-80 8 16,33

81-90 1 2,04

TOTAL 49 100,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2012

5.4.2. Pendidikan Petani

Pendidikan formal petani responden bervariasi.Pendidikan petani responden menyebar dari tidak tamat Sekolah Dasar (SD) hingga jenjang perguruan tinggi (sarjana). Sebagian besar pendidikan petani responden adalah tamat SD sebesar 59,18 %. Sebaran pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran Petani Responden Menurut Pendidikan Pada Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012 Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tidak Tamat SD 3 6,12

Tamat SD 29 59,18

Tamat SMP 6 12,24

Tamat SMA 6 12,24

Diploma/Sarjana 5 10,20

TOTAL 49 100,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2012


(65)

40 

 

5.4.3. Pengalaman Bertani

Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden memiliki pengalaman bertani pada sebaran tahun. Sebaran pengalaman bertani dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran Petani Responden Menurut Pengalaman Bertani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012

Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

0 – 10 9 18,37

11-20 15 30,61

21-30 8 16,33

31-40 5 10,20

41-50 9 18,37

50-60 3 6,12

TOTAL 49 100,00


(66)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

Pendugaan (estimasi) faktor-faktor produksi manggis dapat dimodelkan ke dalam suatu fungsi produksi. Penelitian ini menggunakan metode pendugaan yaitu: metode Ordinary Least Squares (OLS). Pembahasan terhadap tujuan penelitian pertama diuraikan melalui keragaan umum hasil pendugaan model dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok.

6.1.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model

Faktor produksi manggis yang digunakan dalam model terdiri atas jumlah pohon (X1), umur pohon (X2), dan jumlah jam kerja (X3). Faktor produksi X1

merupakan jumlah pohon per m2 luasan lahan. Hasil estimasi yang diperoleh dari

model produksi manggis di Desa Karacak dapat dilihat pada Tabel 13 dan hasil estimasi model produksi manggis di Desa Barengkok dapat dilihat pada Tabel 14.

Setelah estimasi model kemudian dilakukan pengujian model dengan menggunakan uji secara ekonomi, uji statistik, dan uji ekonometrika. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat bantu software Eviews. Berdasarkan uji secara ekonomi, hasil pendugaan model menunjukkan tanda yang diperoleh pada semua variabel penjelas adalah positif. Hal ini menunjukkan hasil pendugaan model telah sesuai dengan hipotesis. Artinya penambahan penggunaan input setiap satu unit akan meningkatkan jumlah produksi manggis sebesar satu unit.


(67)

42 

 

Tabel 13. Hasil Estimasi Model Produksi Manggis di Desa Karacak Tahun 2012

Variabel Koefisien Prob

(Uji-t) Variabel Label

C -0,09685 0,6709

JPHN 12,96431 0,0493* Jumlah pohon manggis per satuan luas lahan UMUR 0,008798 0,2403 Umur pohon manggis

HOK 0,000161 0,3017 Jam kerja tenaga kerja R2Adjusted = 0,429 Prob (Uji F) = 0,003 Keterangan : * nyata pada taraf α = 10 %

Sumber : Data Primer (diolah), 2012

Tabel 14. Hasil Estimasi Model Produksi Manggis di Desa Barengkok Tahun 2012

Variabel Koefisien Prob

(Uji-t) Variabel Label

C 0,125941 0,6825

JPHN 16,38055 0,0228* Jumlah pohon manggis per satuan luas lahan UMUR 0,006223 0,4339 Umur pohon manggis

HOK 0,000196 0,4553 Jam kerja tenaga kerja R2Adjusted = 0,313 Prob (Uji F) = 0,029 Keterangan : * nyata pada taraf α = 10 %

Sumber : Data Primer (diolah), 2012

Uji secara statistik dapat dilihat berdasarkan nilai R2adjusted, uji-t, dan

uji-F. Hasil yang diperoleh dari pendugaan model produksi manggis di Desa Karacak, koefisien determinasi terkoreksi (R2adjusted) sebesar 43%. Artinya

keragaman produksi manggis dapat diterangkan oleh variabel penjelas (jumlah pohon, umur, dan jam tenaga kerja) di dalam model sebesar 43%, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Kemudian hasil pendugaan model produksi di Desa Barengkok diperoleh koefisien determinasi terkoreksi (R2adjusted) sebesar 31%. Artinya keragaman produksi manggis di Desa Barengkok dapat diterangkan oleh variabel penjelas (jumlah pohon, umur pohon, dan jam tenaga kerja) di dalam model sebesar 31%, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Walaupun nilai R2 adjusted kedua model


(68)

dibandingkan nilai R2 adjusted model yang lain. Artinya model ini adalah model

terbaik setelah dilakukan respesifikasi dan reestimasi. Model pembanding untuk Desa Karacak dapat dilihat pada Lampiran 11 sedangkan model pembanding untuk Desa Barengkok dapat dilihat pada Lampiran 12.

Diketahui bahwa P-value uji-F model produksi di Desa Karacak dan Desa Barengkok masing-masing sebesar 0.003 dan 0,029 kurang dari taraf α = 10% menyatakan bahwa model berpengaruh nyata pada taraf α 10%. Artinya faktor-faktor produksi bersama-sama mempengaruhi produksi manggis secara signifikan. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilakukan menggunakan uji-t. Berdasarkan P-value uji-t model produksi manggis di Desa karacak dan Desa Barengkok, diketahui bahwa faktor produksi jumlah pohon berpengaruh nyata terhadap produksi manggis pada taraf α = 10%. Faktor produksi umur pohon dan jam tenaga kerja (HOK) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi manggis pada taraf α = 10%, sehingga nilai koefisien pada variabel umur pohon dan jam tenaga kerja menunjukkan bahwa nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan nol.

Uji secara ekonometrika dilakukan berdasarkan uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Hasil pendugaan model fungsi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF yang lebih kecil dari 10 pada ketiga variabel bebas. Uji multikolinearitas menggunakan alat bantu software Minitab. Nilai VIF setiap variabel bebas pada model produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.


(69)

44 

 

Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji White. Hasil uji White menunjukkan bahwa model produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Hal ini ditujukkan dengan nilai Probabilitas chi-square uji White yang bernilai lebih besar dari taraf α = 10%. Berdasarkan hipotesis berarti terima H0, yang menunjukkan model tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Hasil dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

Uji normalitas dapat dilakukan menggunakan uji Jarque-Berra. Uji ini dilakukan guna melihat distribusi residual/error, menyebar normal atau tidak. Hasil uji Jarque-Berra menunjukkan nilai P-value model produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok masing-masing sebesar 0,16 dan 0,25. Nilai tersebut lebih besar dari taraf α = 10%. Hal ini menunjukkan bahwa error menyebar normal. Berdasarkan hipotesis berarti tidak tolak H0. Hasil

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.

6.1.2 Analisis Faktor Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

Pendugaan faktor produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok menggunakan tiga variabel penjelas. Variabel yang digunakan adalah jumlah pohon per luas lahan, umur pohon, dan jam tenaga kerja (HOK).

6.1.2.1. Jumlah Pohon Per Luas Lahan

Jumlah pohon di Desa Karacak berpengaruh positif terhadap hasil produksi manggis dan nyata pada taraf α = 10%. Nilai koefisien yang menunjukkan pengaruh jumlah pohon per luas lahan terhadap produksi manggis adalah 12,96. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 pohon per luas lahan


(70)

akan meningkatkan produksi manggis di Desa Karacak sebesar 12,96 kg dengan asumsi faktor lainnya tetap.

Jumlah Pohon di Desa Barengkok berpengaruh nyata pada taraf α = 10 %. Nilai koefisien yang menunjukkan pengaruh jumlah pohon per luas lahan terhadap produksi manggis adalah 16,38. Artinya setiap penambahan 1 pohon per luas lahan akan meningkatkan produksi manggis di Desa Karacak sebesar 16,38 kg dengan asumsi faktor lainnya tetap. Namun diketahui jumlah pohon terhadap luasan di Desa Karacak dan Desa Barengkok yang ada sudah maksimal.

Berdasarkan pengolahan data penelitian, petani yang memiliki jumlah pohon paling banyak memiliki jumlah produksi manggis yang paling besar. Jumlah pohon semakin banyak menunjukkan rata-rata produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Penggolongan Petani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Berdasarkan Jumlah Pohon Per Luas Lahan Tahun 2012

Golongan Jumlah Pohon Per Luas Lahan Rata-rata Produksi (Kg) Desa Karacak Desa Barengkok

I 1 - 100 1.539,13 1.617,86

II 101 - 200 4.250,18 9.620,00

III >200 14.286,00 18.000,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2012

6.1.2.2. Umur Pohon

Berdasarkan hasil pendugaan model produksi manggis, diketahui bahwa umur pohon manggis di Desa Karacak memiliki nilai P-value uji-t sebesar 0,24 sedangkan P-value uji-t di Desa Barengkok sebesar 0,43. Hal ini berarti nilai koefisien pada variabel umur pohon menunjukkan bahwa nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan nol karena nilai P-value pada variabel tersebut lebih besar dari taraf α 10% (tidak berpengaruh nyata).


(71)

46 

 

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata umur pohon manggis di Desa Karacak adalah 24,6 tahun sedangkan rata-rata umur pohon manggis di Desa Barengkok adalah 28,7 tahun. Hal ini menunjukkan umur pohon manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok masih muda, karena buah manggis akan tetap produktif menghasilkan buah hingga umur ratusan tahun2.

Pohon manggis dapat menghasilkan buah yang meningkat setiap tahunnya. Peningkatan tersebut diimbangi dengan pemeliharaan tanaman. Berdasarkan wawancara petani, tanaman manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok dibiarkan tumbuh secara alami. Menurut Aak (1983), suatu tanaman akan selalu diganggu oleh musuh atau gulma sepanjang hidupnya. Gulma atau penyakit tertentu dapat menghambat perkembangan tanaman. Musuh-musuh tersebut sangat mengganggu dan merugikan sehingga harus diberantas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pemeliharaan tanaman dapat menyebabkan produksi tidak maksimal sepanjang hidupnya.

Menurut Sugito (1994) secara umum jumlah sesungguhnya dari biji yang terbentuk per tanaman disebabkan oleh hasil interaksi genotip dan lingkungannya. Sejumlah faktor seperti cekaman air, ketersediaan unsur hara, suhu, dan ketersediaan fotosintat selama masa mulai dari induksi pembungaan hingga tepat sebelum fase kemasakan akan mempengaruhi jumlah biji. Faktor cekaman air, ketersediaan unsur hara, suhu, dan ketersediaan fotosintat dapat diperoleh dengan adanya pemeliharaan tanah yang baik. Menurut Jumin (2008), pemeliharaan tanah yang buruk akan menyebabkan pembentukan unsur yang bersifat meracuni akar dalam tanah dan akan menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan akar. Hal ini

      

2 


(1)

Lampiran 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Desa Barengkok

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.434448 Prob. F(9,10) 0.8874

Obs*R-squared 5.621891 Prob. Chi-Square(9) 0.7771 Scaled explained SS 3.766713 Prob. Chi-Square(9) 0.9261

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/01/13 Time: 08:08 Sample: 1 20

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.625188 0.687880 -0.908863 0.3848

JPHN -2.486323 20.13094 -0.123508 0.9042 JPHN^2 -84.10568 266.5613 -0.315521 0.7589 JPHN*UMUR 0.065753 0.506817 0.129737 0.8993 JPHN*HOK 0.008161 0.021902 0.372600 0.7172

UMUR 0.022436 0.030078 0.745905 0.4729

UMUR^2 -0.000337 0.000488 -0.691236 0.5051 UMUR*HOK 8.12E-07 1.31E-05 0.061885 0.9519

HOK 0.000806 0.000847 0.951213 0.3639

HOK^2 -4.14E-07 4.75E-07 -0.871210 0.4041 R-squared 0.281095 Mean dependent var 0.148721 Adjusted R-squared -0.365920 S.D. dependent var 0.220789 S.E. of regression 0.258041 Akaike info criterion 0.435459 Sum squared resid 0.665853 Schwarz criterion 0.933325 Log likelihood 5.645413 Hannan-Quinn criter. 0.532647 F-statistic 0.434448 Durbin-Watson stat 2.072561


(2)

Lampiran

Lampiran

n 9. Hasil U

n 10. Hasil

Uji Normal

Uji Norma

itas Desa K

alitas Desa

Karacak

Barengkok

k

61

 


(3)

Lampiran 11. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis

Pembanding di Desa Karacak Tahun 2012

Dependent Variable: JPROD Method: Least Squares Date: 02/01/13 Time: 08:25 Sample: 1 29

Included observations: 29

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.005296 0.233181 0.022710 0.9821

UMUR 0.011181 0.007664 1.458971 0.1565

HOK 0.000366 0.000124 2.959249 0.0065

R-squared 0.330984 Mean dependent var 0.702876 Adjusted R-squared 0.279521 S.D. dependent var 0.571108 S.E. of regression 0.484762 Akaike info criterion 1.487382 Sum squared resid 6.109859 Schwarz criterion 1.628826 Log likelihood -18.56703 Hannan-Quinn criter. 1.531680 F-statistic 6.431520 Durbin-Watson stat 2.189098

Prob(F-statistic) 0.005379

Lampiran 12. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis

Pembanding di Desa Barengkok Tahun 2012

Dependent Variable: JPROD Method: Least Squares Date: 02/01/13 Time: 08:22 Sample: 1 20

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.276666 0.339648 0.814566 0.4266

HOK 0.000232 0.000293 0.793268 0.4386

UMUR 0.012997 0.008334 1.559549 0.1373

R-squared 0.191669 Mean dependent var 0.877680 Adjusted R-squared 0.096571 S.D. dependent var 0.519994 S.E. of regression 0.494249 Akaike info criterion 1.565925 Sum squared resid 4.152790 Schwarz criterion 1.715285 Log likelihood -12.65925 Hannan-Quinn criter. 1.595082 F-statistic 2.015491 Durbin-Watson stat 2.068691


(4)

63

 

Lampiran 13. Hasil Uji Beda Dua Sampel Bebas

Group Statistics

Desa N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Jumlah Produksi Desa Karacak 29 3886.10 5532.203 1027.304 Desa Barengkok 20 4437.50 5326.668 1191.079

Independent Samples Test

Jumlah Produksi

Equal variances assumed

Equal variances not

assumed Levene's Test for

Equality of Variances

F .204

Sig. .654

t-test for Equality of Means

T -.348 -.351

Df 47 42.008

Sig. (2-tailed) .729 .728

Mean Difference -551.397 -551.397

Std. Error Difference 1584.106 1572.903 95% Confidence

Interval of the Difference

Lower -3738.208 -3725.625

Upper


(5)

(6)

64

 

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Novrika Risma lahir pada tanggal 27 November 1989 di

kota Bogor. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

Mariden Sinaga dan Alm. Hesry Limbong. Penulis mulai menjalani pendidikan

formal di TKK Baptis Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Budi

Mulia Bogor dan lulus tahun 2002. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 5 Bogor dan lulus tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan ke SMA Negeri 2 Bogor dan lulus tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan Fakultas Ekonomi Manajemen. Penulis mengambil program minor

Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan. Selama menjadi mahasiswa

penulis mengikuti beberapa kegiatan organisasi kampus, antara lain menjadi

Koordinator Persekutuan Siswa Kristen Bogor KPS PMK IPB periode 2010-2011

dan anggota Teater Masyarakat Roempoet pada tahun 2009. Selain itu, aktif juga

dalam berbagai kegiatan kepanitiaan antara lain staf divisi Hubungan Masyarakat

Jurnalistic Fair (2009), Ketua Paskah Siswa Bogor KPS PMK IPB (2010), staf

divisi acara Green Base 2

nd

(2010), dan kegiatan kepanitiaan lainnya. Prestasi

yang dicapai oleh penulis yaitu penerima dana untuk Program Kreatifitas