Pengaruh Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi Dan Produktivitas Sapi Friesien Holstein (Fh) Di Kampar Dan Dumai.
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI
DAN PRODUKTIVITAS SAPI FRIESIEN HOLSTEIN (FH)
DI KAMPAR DAN DUMAI
M. ZAKI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Lingkungan
Terhadap Respon Termoregulasi dan Produktivitas Sapi Friesien Holstein (FH) di
Kampar dan Dumai adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
M.Zaki
NRP D151120121
iv
RINGKASAN
M. ZAKI. Pengaruh Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi dan
Produktivitas Sapi Friesien Holstein (FH) di Kampar dan Dumai. Dibimbing oleh
BAGUS PRIYO PURWANTO dan AFTON ATABANY.
Sapi Friesien Holstein (FH) merupakan sapi perah daerah temperate yang
tergolong sensitif terhadap suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi.
Lingkungan (iklim) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas dan respon termoregulasi ternak. Cekaman panas pada sapi perah
ditandai dengan meningkatnya denyut jantung, pernafasan, suhu tubuh serta
menurunnya produktivitas ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji pengaruh lingkungan terhadap respon termoregulasi dan produktivitas
sapi FH yang dipelihara di dataran rendah pada dua daerah yang mempunyai
lintang rendah (01°25 Lintang utara - 00°20 Lintang Selatan dan 01°23°23 01°24°23 Lintang Utara) di Kampar dan Dumai. Parameter yang diamati pada
penelitian ini yaitu pengukuran lingkungan iklim mikro dalam kandang meliputi
suhu lingkungan (Ta), kelembaban udara (Rh) Temperature Humidity Index (THI)
dan Kecepatan Angin. Pengukuran respon termoregulasi antara lain denyut
jantung (Hr), frekuensi respirasi (Rr), suhu rektal (Tr), suhu permukaan kulit (Ts)
dan suhu tubuh (Tb). Pengukuran lainnya adalah produksi susu, konsumsi pakan
dan uji kualitas susu dengan menggunakan milkotester.
Penelitian dilakukan selama dua bulan di UPT Balai Pembibitan dan
Pelatihan Ternak Ruminansia Kabupaten Kampar dan Balai Kaji Terap
Peternakan Kota Dumai. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikonfirmasi bahwa
kondisi lingkungan (suhu, kelembaban dan THI) pada daerah lintang rendah
(Kampar dan Dumai) cukup tinggi sehingga menyebabkan sapi FH mengalami
cekaman panas yang berakibat pada terjadinya stres ringan dan sedang. Faktor
lingkungan berpengaruh terhadap respon termoregulasi (denyut jantung, respirasi,
suhu rektal, suhu kulit dan suhu tubuh) dan produksi susu sapi FH di Kampar dan
Dumai. Denyut jantung dan suhu rektal sapi FH di Kampar dan Dumai masih
berada pada kisaran normal karena ternak berusaha untuk menyamankan diri
dengan cara lebih banyak istirahat (duduk) agar berada pada keadaan nyaman.
Peningkatan suhu lingkungan mengakibatkan ternak berusaha mengeluarkan
panas dengan cara meningkatkan respirasi dan suhu kulit. Produksi susu sapi FH
di Dumai 0.90 liter ekor-1 hari-1 lebih rendah dibandingkan Kampar 4.85 liter ekor1
hari-1. Perbedaan jumlah konsumsi pakan antara sapi FH di Kampar dan Dumai
berpengaruh terhadap konsumsi BK, PK dan TDN.
Kata kunci: lingkungan, respon termoregulasi, sapi FH
SUMMARY
M. ZAKI. Environmental Effects on Thermoregulatory Responses and
Productivity Friesien Holstein (FH) in Kampar and Dumai. Supervised by
BAGUS PRIYO PURWANTO and AFTON ATABANY.
Friesien Holstein (FH) is a temperate dairy cattle that sensitive to high
temperature and humidity. Climate is one of factors which affected performance
and thermoregulatory responses in cattle. Heat stress in diary cattles were
indicated by the increasing of heart rate, respiration rate, and body temperature
and decreasing animal productivity. The objective of this research was to observe
environmental effect on thermoregulatory and productivity Friesien Holstein (FH)
which kept in two lowland areas (Kampar : 01 °25 North Latitude-00°20 South
Latitude, Dumai : 01°23°23-01°24°23 North latitude) in Kampar and Dumai.
Observed variables were microclimate (environment temperature, relative
humidity, Temperature Humidity Index, winds velocity) and thermoregulatory
response (rectal temperature, heart rate, respiration rate, skin temperature and
body temperature). milk production, feed intake and milk quality. The research
were done for two months at UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak
Ruminansia Kabupaten Kampar dan Balai Kaji Terap Peternakan Kota Dumai.
The results showed that, its was confirmed that environtmental condition in
lowland area were high and affected dairy cattle in heat stress condition (moderate
and low heat stress). Environment factors affected thermoregulatory responses
(heart rate, respiration, skin temperature and rectal temperature) and milk
production of FH in Kampar and Dumai. Heart rate and rectal temperature of FH
in Kampar and Dumai were in normal ranges. The increasing of environment
temperatures affected livestocks to produce more heat which then increased
respiration rates and skin temperature. Milk production in Dumai was 0.90 liter
head-1 day-1 lower than Kampar 4.85 liter head-1 day-1. The difference between
amount of feed consumption between Kampar and Dumai affected the
consumption of DM, CP and TDN, respectively.
Key words: environtments, Friesien Holstein (FH), termoregulation response
vi
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI
DAN PRODUKTIVITAS SAPI FRIESIEN HOLSTEIN (FH)
DI KAMPAR DAN DUMAI
M. ZAKI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ahmad Yani STp MSi
Judul Tesis : Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi dan
Produktivitas Sapi Friesien Holstein (FH) di Kampar dan Dumai
Nama
: M.Zaki
NIM
: D151120121
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Bagus P Purwanto MSc Agr
Ketua
Dr Ir Afton Atabany MSi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Salundik MSi
Dr Ir Dahrul Syah MSc Agr
Tanggal Ujian: 11 Agustus 2015
Tanggal Lulus:
4
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 dengan judul Pengaruh
Faktor Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi dan Produktivitas Sapi
Friesien Holstein (FH) di Kampar dan Dumai.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bagus Priyo Purwanto
MSc Agr dan Bapak Dr Ir Afton Atabany MSi selaku pembimbing yang telah
banyak memberi bimbingan, saran, waktu dan tenaga sehingga tesis ini dapat
diselesaikan. Terima kasih juga disampaikan kepada kedua Orang Tuaku Bapak
Efendy dan Ibu Surina yang tidak hentinya mendoakan, menjadi penyemangat dan
pendengar yang setia. Terima kasih kepada abangku Adi Arman, Kakakku Yanti
Adekku Amri dan teman-temanku Guntur, Cica, Ely terima kasih atas segala doa,
waktu, semangat serta kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr Ir Salundik MSi, Ibu Dr Ir Niken Ulupi MS sebagai ketua dan
sekretaris program studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Sekolah
Pascasarjana IPB, kepada Bu Ade dan Okta yang telah banyak membantu dalam
bidang akademik. kepada seluruh dosen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
Terima kasih kepada Bapak Ismail dan Ibu Tia yang telah sudi meluangkan waktu
untuk berdiskusi, berbagi ilmu, nasehat dan saran serta masukannya demi tesis ini.
Terima kasih kepada UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia
Kabupaten Kampar dan Balai Kaji Terap Peternakan Kota Dumai yang telah
bersedia menyediakan tempat untuk penulis melakukan penelitian. Terima kasih
kepada program beasiswa BU DIKTI 2012 atas bantuan biaya pendidikannya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman seperjuangan
Diana, Zikri Maulina Gaznur, Puput, Dani, Bapak Hendra, Rauf, Gunawan,
Salwa, Dapot, Oja, Ifau dan seluruh teman-teman ITP 2012 terima kasih atas
semangat dan kebersamaannya serta kontribusinya dalam proses penyelesaian
tesis ini. Terimakasih atas segala bantuan dari semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kita
semua dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.
Bogor, Oktober 2015
M. Zaki
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
1
2
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Ternak
Prosedur
Analisis Data
2
2
2
2
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Mikroklimat Kandang Sapi FH di Kampar dan Dumai
Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi Ternak
Konsumsi Pakan dan Produksi Susu
5
5
6
10
SIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
12
RIWAYAT HIDUP
15
6
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrisi pakan penelitian
2 Kondisi mikroklimat lokasi penelitian
3 Rataan denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu rektal, suhu kulit dan
suhu tubuh
4 Persamaan regresi suhu kandang dengan respon termoregulasi sapi FH
5 Rataan konsumsi hijauan dan ampas tahu sapi FH di Kampar dan
Dumai
6 Rataan produksi susu sapi FH di Kampar dan Dumai
4
5
7
7
10
11
DAFTAR GAMBAR
1 Rataan suhu kandang, kelembaban dan THI selama penelitian
2 Rataan denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu rektal dan suhu kulit
sapi FH pagi, siang dan sore hari
6
9
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi Friesien Holstein (FH) merupakan sapi perah daerah suhu sedang
(temperate) yang tergolong sensitif terhadap suhu dan kelembaban lingkungan
yang tinggi. Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya dikembangkan di
daerah dataran tinggi karena adanya perbedaan suhu antara daerah dataran rendah
dengan daerah dataran tinggi. Suhu udara yang relatif panas di daerah dataran
rendah akan menyebabkan menurunnya konsumsi pakan sehingga hal ini akan
berpengaruh terhadap produksi susu. Pemeliharaan sapi perah di dataran rendah
umumnya menunjukkan kemampuan produksi susu yang lebih rendah
dibandingkan dengan dataran tinggi. Sapi FH di Indonesia mempunyai produksi
susu yang rendah dan tidak sesuai dengan potensi genetiknya. Rataan produksi
susu harian sapi FH di Indonesia kurang dari 16 liter per ekor (Toharmat et al.
2007).
Sebagian besar sapi perah yang ada di Indonesia adalah sapi bangsa
Friesien Holstein (FH), yang didatangkan dari negara-negara Eropa dan memiliki
iklim sedang (temperate) dengan kisaran suhu termonetral rendah berkisar 1318°C (McDowell 1972), 5-25°C (McNeilly 2001). Iklim tropis di Indonesia
menjadi tantangan terbesar dalam upaya optimalisasi produksi susu. Indonesia
merupakan wilayah yang berada di daerah beriklim tropis yang mempunyai
kondisi suhu dan kelembaban lingkungan yang berfluktuasi. Suhu lingkungan
akan sedikit lebih rendah dan kelembaban sedikit lebih tinggi saat musim hujan
dan terjadi kondisi sebaliknya saat musim kemarau, suhu dan kelembaban
lingkungan tersebut masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan lingkungan
di wilayah temperate. Kelembaban di Indonesia tergolong tinggi yaitu 70%-80%
akan mempengaruhi metabolisme tubuh ternak terutama saat mengeluarkan
panas tubuh, sehingga kondisi ini akan mempengaruhi respon termoregulasi.
Yousef (1985) menyatakan meningkatnya suhu udara mengakibatkan sapi perah
yang dipelihara akan terkena cekaman panas sehingga hal ini akan berpengaruh
negatif terhadap proses faali, produksi susu maupun reproduksi
Produktivitas sapi FH sebagai tipe sapi perah dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain lingkungan dan pakan. Yani et al. (2007) menyatakan bahwa
sapi FH yang ditempatkan pada suhu dan kelembaban udara yang tidak
mendukung maka sapi akan mengalami cekaman panas sehingga akan
berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas sapi FH. Sapi perah dipelihara di
lingkungan berbeda akan menunjukkan produktivitas yang berbeda pula, sehingga
perlu diketahui bagaimana pengaruh lingkungan terhadap respon termoregulasi
dan produktivitas sapi perah tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengkaji pengaruh lingkungan terhadap
respon termoregulasi dan produktivitas sapi FH yang dipelihara didataran rendah
Kabupaten Kampar dan Kota Dumai (01°25 LU - 00°20 LS dan 01°23°23 01°24°23 LU)
2
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada pihak terkait tentang respon termoregulasi
dan produktivitas sapi FH yang dipelihara didataran rendah Kabupaten Kampar
dan Kota Dumai.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014. Bertempat di UPT
Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Kabupaten Kampar dan Balai
Kaji Terap Peternakan Kota Dumai.
Ternak
Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi FH laktasi yang
berada di UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Kabupaten
Kampar sebanyak 6 ekor dengan rataan bobot badan 498 kg ekor-1 dan 4 ekor
ternak di Balai Kaji Terap Peternakan Kota Dumai dengan rataan bobot badan 393
kg ekor-1.
Prosedur
Pengukuran unsur iklim mikro dalam kandang meliputi suhu lingkungan
(Ta), kelembaban udara (Rh), Temperature Humidity Index (THI) dan kecepatan
angin dilakukan setiap jam mulai pukul 06.00 pagi hingga pukul 18.00 sore.
Pengukuran respon fisiologis antara lain suhu rektal (Tr), denyut jantung (Hr),
frekuensi respirasi (Rr), suhu kulit (Ts) dan suhu tubuh (Tb) dilakukan setiap hari
selama penelitian pada pagi hari (pukul 06.00) siang hari (pukul 12.00) dan sore
hari (pukul 18.00). Produksi susu dan konsumsi pakan diukur setiap hari selama
penelitian. Uji kualitas susu dilakukan seminggu sekali untuk masing-masing
lokasi penelitian.
Peubah
Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu pengukuran unsur iklim
mikro dalam kandang meliputi suhu lingkungan (Ta), kelembaban udara (Rh),
Temperature Humidity Index (THI) dan kecepatan angin. Pengukuran respon
termoregulasi antara lain suhu rektal (Tr), denyut jantung (Hr), frekuensi respirasi
(Rr) suhu kulit (Ts) dan suhu tubuh (Tb). Diukur juga produksi susu, konsumsi
pakan dan uji kualitas susu dengan menggunakan milkotester.
Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban diukur dengan menggunakan termohygrometer dan
diukur setiap jam untuk melihat perubahan suhu dan kelembaban kandang selama
penelitian.
3
Temperature Humidity Index (THI)
THI dihitung berdasarkan data suhu dan kelembaban selama penelitian
dengan menggunakan rumus (Yousef 1985)
THI = (1.8xT+32) – ((0.55-0.005xRh) x (1.8xT-26))
Keterangan:
T : Suhu (C°)
Rh : Kelembaban
Kecepatan Angin
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan Anemometer dan diukur
setiap jam selama penelitian.
Denyut Jantung (Hr)
Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan mengukur jumlah detakan di
bagian dada kiri atas (dekat lengan) dengan menggunakan stetoskop.
Penghitungan denyut jantung dengan cara menghitung banyaknya denyutan per
menit. Pengukuran diulang sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan data
denyut jantung.
Frekuensi Respirasi (Rr)
Pengukuran respirasi dilakukan dengan mengamati dan menghitung
frekuensi gerakan tulang rusuk, perut, dan atau rongga dada. Penghitungan
frekuensi respirasi dengan cara menghitung banyaknya respirasi dalam satu menit.
Pengukuran diulang sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan data frekuensi
respirasi. Data frekuensi respirasi adalah rata-rata dari ketiga pengukuran.
Suhu Rektal (Tr)
Suhu rektal diukur dengan memasukkan termometer digital kedalam rektal
sapi sedalam ± 5 cm selama ± 3 menit.
Suhu Permukaan Kulit (Ts)
Pengukuran suhu permukaan dilakukan pada empat titik lokasi
pengukuran yaitu punggung (a), dada (b), tungkai atas (c) dan tungkai bawah (d).
Rataan suhu permukaan kulit dihitung berdasarkan modifikasi rumus McLean et
al. (1983) yaitu :
Ts = 0.25 (a + b) + 0.32 c + 0.18 d
Suhu Tubuh (Tb)
Pengukuran Suhu tubuh (Tb) dilakukan dengan menggunakan data suhu
kulit (Ts) dan suhu rektal (Tr) berdasarkan persamaan McLean et al. (1983) yaitu
:
Tb = 0.86 Tr + 0.14 Ts
Keterangan:
Tr = Suhu rektal
Ts = Suhu Kulit
4
Produksi Susu dan Uji kualitas Susu
Produksi susu didapat dengan cara mengukur banyaknya susu yang
dihasilkan tiap ekor sapi dengan satuan liter. Waktu pengukuran dilakukan sesuai
dengan jadwal pemerahan, pada pagi dan sore hari. Uji kualitas susu dilakukan
dengan menggunakan milkotester.
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan diukur setiap hari dengan menghitung selisih antara
pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan sisa. Pengukuran konsumsi pakan
dilakukan setiap hari selama penelitian. Analisis proksimat pakan dilakukan pada
setiap jenis pakan (hijauan dan konsentrat). Pakan yang diberikan pada penelitian
ini berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan ampas tahu. Kandungan
nutrisi pakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrisi pakan penelitian
Paramet
er
Kadar Air*
Bahan Kering*
Kadar Protein*
BETN**
Serat Kasar*
Lemak*
Kadar Abu*
TDN**
Rumput gajah
Ampas tahu
Kampa
r
Dumai
Kampar
Dumai
72.70
27.30
11.46
44.92
27.76
1.87
13.99
52.32
73.80
26.20
9.04
38.88
35.01
1.76
15.31
45.56
80.40
19.60
20.64
49.32
20.67
6.29
3.07
69.12
-
Sumber: *) Hasil Analisa Proksimat Laboratorium PAU, 2014 berdasarkan Bahan Kering;
**) Berdasarkan Hasil Perhitungan;
***) Berdasarkan Hasil Perhitungan Menurut Hartadi et al (1981)
Analisis Data
Analisa hasil penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan menghitung
rataan dan standar deviasinya. Hubungan antara faktor lingkungan (Suhu dan
kelembaban) dengan respon termoregulasi ternak dianalisa dengan menggunakan
persamaan regresi kuadratik polinomial dengan persamaan berikut ini (Steel and
Torie 1980)
Y = a + bx + cx2
Keterangan:
y
= Variabel tidak bebas (suhu rektal, denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu kulit dan suhu
tubuh)
x
= Variabel bebas (Suhu Lingkungan)
a
= Intersep.
b, c = Koefesien regresi
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Mikroklimat Kandang Sapi FH di Kampar dan Dumai
Lingkungan (merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
penampilan produksi dan kelangsungan hidup sapi perah. Rataan suhu kandang,
kelembaban, THI dan kecepatan angin lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2 Rataan suhu kandang, kelembaban, THI dan kecepatan angin
Peubah
Suhu Kandang (°C)
Kelembaban (%)
THI
Kecepatan Angin (m s-1)
Kampar (min-max)
29.89 ± 1.41(23.4-35.9)
73.86 ± 6.10 (47 – 90)
82.45 ± 1.33 (72.44 –87.02)
1.29 ± 0.5 (0 -3.40)
Dumai (min-max)
31.45 ± 1.28 (23.2-37.6)
66.7 ± 7.03 (37 – 91)
81.48 ± 1.22 (72.2 – 88.54)
1.60 ± 0.68 (0 -5.58)
Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas ternak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu kandang di
Dumai lebih tinggi dibandingkan di Kampar. Gambar 1 menunjukkan bahwa suhu
kandang di Dumai dan Kampar dari pukul 06.00 pagi sampai siang hari terus
meningkat hingga mencapai suhu puncak pada pukul 15.00 WIB dengan suhu
maksimal di Dumai dan Kampar masing-masing adalah 37.6°C dan 35.9°C. Suhu
udara dalam kandang di Dumai dan Kampar berasal dari suhu udara lingkungan
yang naik pada pagi hingga siang hari dan menurun kembali pada pukul 16.00
sore hari. Jones dan Stallings (1999) menyatakan zona termonetral sapi FH yang
dikembangkan Eropa 5 – 25°C. Rataan kelembaban lingkungan kandang di
Kampar lebih tinggi daripada Dumai. Gambar 1 memperlihatkan bahwa
kelembaban udara di Kampar dan Dumai selalu berubah-rubah mengikuti
perubahan suhu kandang, dimana kelembaban pada pukul 06.00 terus menurun
hingga pukul 15.00 WIB dan mulai naik pada pukul 16.00. Yani dan Purwanto
(2006) menyatakan bahwa sapi FH akan menunjukkan penampilan produksi yang
optimal apabila ditempatkan pada lingkungan dengan kelembaban 55%.
Kelembaban udara yang tinggi dengan sedikit pergerakan udara akan menjadi
salah satu faktor penyebab timbulnya stress panas pada sapi perah. Kelembaban
udara akan mengakibatkan peningkatan penambahan panas dan pengurangan
jumlah panas yang dikeluarkan melalui jalur evaporasi dari permukaan kulit dan
saluran pernafasan (Purwanto et al. 1993).
Hubungan besaran suhu dan kelembaban udara atau biasa disebut
“Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat dijadikan indikator tingkat stres
sapi perah. THI di Kampar sebesar 72.44–87.02, sedangkan Dumai yaitu
72.2–88.54. Sapi perah di Kampar dan Dumai mengalami stres ringan hingga
sedang. Wierema (1990) menyatakan bahwa nilai THI yang aman bagi sapi perah
kurang dari 72, Jika nilai THI melebihi 72 maka sapi perah FH akan mengalami
stres ringan (72-79), stres sedang (80-89) dan stres berat (90-97). Gambar 1
menunjukkan bahwa nilai THI di Dumai dan Kampar terus meningkat dari pagi
hingga pukul 15.00 dan mulai turun kembali pada pukul 16.00 WIB.
6
Gambar 1 Rataan suhu kandang, kelembaban dan THI selama penelitian
Rataan kecepatan angin di Kampar selama penelitian adalah 1.29 m s-1
sedangkan rataan angin di Dumai adalah 1.60 m s-1. Adanya hembusan angin di
dalam kandang dapat mengurangi stress panas. Beede dan Coolier (1986)
menyatakan bahwa angin dapat digunakan untuk mereduksi cekaman panas pada
ternak. Tubuh sapi FH memerlukan kecepatan angin yang lebih untuk mereduksi
cekaman panasnya, sehingga pengaruh kecepatan angin pada siang hari pada
kondisi udara cerah tidak banyak terhadap penurunan cekaman panas tubuh sapi
FH (Yani dan Purwanto 2006)
Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi Ternak
Suhu udara yang tinggi dapat meningkatkan beban panas pada ternak selain
panas yang berasal dari proses metabolisme pakan. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan ternak mengalami kesulitan dalam pelepasan panas. Cekaman
panas pada sapi perah ditandai dengan meningkatnya denyut jantung, pernafasan,
suhu rektal (Broucek et al. 2006). Rataan denyut jantung, frekuensi respirasi,
suhu rektal, suhu kulit dan suhu tubuh sapi FH selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3, sedangkan hubungan antara suhu kandang dengan respon
termoregulasi dapat dilihat pada Tabel 4.
7
Tabel 3 Rataan denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu rektal, suhu kulit dan
suhu tubuh
Peubah
Kampar
Dumai
Denyut Jantung (kali menit-1)
Frekuensi Respirasi (kali/menit-1)
Suhu Rektal (°C)
Suhu Kulit (°C)
Suhu Tubuh (°C)
65± 3.52
64± 4.32
32 ± 4.65b
a
40 ± 4.76
38.27 ± 0.09
33.38 ± 0.40
37.59 ± 013
38.27 ± 0.13
a
32.44 ± 0.86
37.45 ± 0.21
b
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(P0.05) antara suhu tubuh sapi FH di Kampar dan Dumai. Rataan
suhu tubuh sapi FH di Kampar dan Dumai yaitu 37.59 °C dan 37.45 °C. Suhu
tubuh di kedua lokasi ini masih berada pada kisaran normal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Schutz et al (2008) menyatakan suhu tubuh sapi yang dipelihara
dilingkungan mikro yang nyaman yaitu berkisar antara 37.3-38.6 °C. Gambar 2
menunjukkan bahwa suhu tubuh pada pagi hari masih rendah yaitu 36.87 °C
untuk Kampar dan 36.38 °C untuk Dumai, kemudian meningkat pada siang dan
sore hari hingga menjadi 38.02 °C untuk Kampar dan 38.13 °C untuk Dumai.
Meningkatnya suhu tubuh diduga dipengaruhi oleh meningkatnya suhu
lingkungan berpengaruh terhadap suhu tubuh tenak. Suherman et al (2013)
menyatakan peningkatan beban panas yang disebabkan oleh kombinasi suhu
udara, kelembaban udara, pergerakan udara, dan radiasi matahari dapat
meningkatkan suhu tubuh dan laju respirasi. Hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa suhu lingkungan berpengaruh terhadap suhu tubuh di Kampar dan Dumai
sebesar 86% dan 92%. Novianti (2014) pada penelitiannya menyatakan suhu
tubuh meningkat seiring dengan peningkatan suhu lingkungan, sehingga tubuh
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Konsumsi Pakan dan Produksi Susu
Pemeliharaan sapi perah di dataran rendah umumnya menunjukkan
kemampuan berproduksi yang lebih rendah dibandingkan dengan dataran tinggi.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas
ternak sapi perah. Sapi perah dapat hidup dengan nyaman dan akan berproduksi
secara optimum bila faktor-faktor internal dan eksternal berada dalam batasanbatasan normal yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Faktor lain yang
mempengaruhi produktivitas sapi perah adalah pakan. Pakan yang diberikan pada
penelitian ini berupa rumput gajah dan ampas tahu. Rataan konsumsi pakan
penelitian di Kampar dan Dumai dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan konsumsi hijauan dan ampas tahu sapi FH di Kampar dan Dumai
Keterangan
Konsumsi Pakan (kg ekor-1 hari-1)
Hijauan
Ampas tahu
Konsumsi Pakan (% BB-1 hari-1)
Bahan Kering
Protein Kasar
TDN
Kampar
Dumai
28.34a
10
25b
-
1.94a
0.26a
1.08a
1.67b
0.15b
0.76b
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(P
DAN PRODUKTIVITAS SAPI FRIESIEN HOLSTEIN (FH)
DI KAMPAR DAN DUMAI
M. ZAKI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Lingkungan
Terhadap Respon Termoregulasi dan Produktivitas Sapi Friesien Holstein (FH) di
Kampar dan Dumai adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
M.Zaki
NRP D151120121
iv
RINGKASAN
M. ZAKI. Pengaruh Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi dan
Produktivitas Sapi Friesien Holstein (FH) di Kampar dan Dumai. Dibimbing oleh
BAGUS PRIYO PURWANTO dan AFTON ATABANY.
Sapi Friesien Holstein (FH) merupakan sapi perah daerah temperate yang
tergolong sensitif terhadap suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi.
Lingkungan (iklim) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas dan respon termoregulasi ternak. Cekaman panas pada sapi perah
ditandai dengan meningkatnya denyut jantung, pernafasan, suhu tubuh serta
menurunnya produktivitas ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji pengaruh lingkungan terhadap respon termoregulasi dan produktivitas
sapi FH yang dipelihara di dataran rendah pada dua daerah yang mempunyai
lintang rendah (01°25 Lintang utara - 00°20 Lintang Selatan dan 01°23°23 01°24°23 Lintang Utara) di Kampar dan Dumai. Parameter yang diamati pada
penelitian ini yaitu pengukuran lingkungan iklim mikro dalam kandang meliputi
suhu lingkungan (Ta), kelembaban udara (Rh) Temperature Humidity Index (THI)
dan Kecepatan Angin. Pengukuran respon termoregulasi antara lain denyut
jantung (Hr), frekuensi respirasi (Rr), suhu rektal (Tr), suhu permukaan kulit (Ts)
dan suhu tubuh (Tb). Pengukuran lainnya adalah produksi susu, konsumsi pakan
dan uji kualitas susu dengan menggunakan milkotester.
Penelitian dilakukan selama dua bulan di UPT Balai Pembibitan dan
Pelatihan Ternak Ruminansia Kabupaten Kampar dan Balai Kaji Terap
Peternakan Kota Dumai. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikonfirmasi bahwa
kondisi lingkungan (suhu, kelembaban dan THI) pada daerah lintang rendah
(Kampar dan Dumai) cukup tinggi sehingga menyebabkan sapi FH mengalami
cekaman panas yang berakibat pada terjadinya stres ringan dan sedang. Faktor
lingkungan berpengaruh terhadap respon termoregulasi (denyut jantung, respirasi,
suhu rektal, suhu kulit dan suhu tubuh) dan produksi susu sapi FH di Kampar dan
Dumai. Denyut jantung dan suhu rektal sapi FH di Kampar dan Dumai masih
berada pada kisaran normal karena ternak berusaha untuk menyamankan diri
dengan cara lebih banyak istirahat (duduk) agar berada pada keadaan nyaman.
Peningkatan suhu lingkungan mengakibatkan ternak berusaha mengeluarkan
panas dengan cara meningkatkan respirasi dan suhu kulit. Produksi susu sapi FH
di Dumai 0.90 liter ekor-1 hari-1 lebih rendah dibandingkan Kampar 4.85 liter ekor1
hari-1. Perbedaan jumlah konsumsi pakan antara sapi FH di Kampar dan Dumai
berpengaruh terhadap konsumsi BK, PK dan TDN.
Kata kunci: lingkungan, respon termoregulasi, sapi FH
SUMMARY
M. ZAKI. Environmental Effects on Thermoregulatory Responses and
Productivity Friesien Holstein (FH) in Kampar and Dumai. Supervised by
BAGUS PRIYO PURWANTO and AFTON ATABANY.
Friesien Holstein (FH) is a temperate dairy cattle that sensitive to high
temperature and humidity. Climate is one of factors which affected performance
and thermoregulatory responses in cattle. Heat stress in diary cattles were
indicated by the increasing of heart rate, respiration rate, and body temperature
and decreasing animal productivity. The objective of this research was to observe
environmental effect on thermoregulatory and productivity Friesien Holstein (FH)
which kept in two lowland areas (Kampar : 01 °25 North Latitude-00°20 South
Latitude, Dumai : 01°23°23-01°24°23 North latitude) in Kampar and Dumai.
Observed variables were microclimate (environment temperature, relative
humidity, Temperature Humidity Index, winds velocity) and thermoregulatory
response (rectal temperature, heart rate, respiration rate, skin temperature and
body temperature). milk production, feed intake and milk quality. The research
were done for two months at UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak
Ruminansia Kabupaten Kampar dan Balai Kaji Terap Peternakan Kota Dumai.
The results showed that, its was confirmed that environtmental condition in
lowland area were high and affected dairy cattle in heat stress condition (moderate
and low heat stress). Environment factors affected thermoregulatory responses
(heart rate, respiration, skin temperature and rectal temperature) and milk
production of FH in Kampar and Dumai. Heart rate and rectal temperature of FH
in Kampar and Dumai were in normal ranges. The increasing of environment
temperatures affected livestocks to produce more heat which then increased
respiration rates and skin temperature. Milk production in Dumai was 0.90 liter
head-1 day-1 lower than Kampar 4.85 liter head-1 day-1. The difference between
amount of feed consumption between Kampar and Dumai affected the
consumption of DM, CP and TDN, respectively.
Key words: environtments, Friesien Holstein (FH), termoregulation response
vi
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI
DAN PRODUKTIVITAS SAPI FRIESIEN HOLSTEIN (FH)
DI KAMPAR DAN DUMAI
M. ZAKI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ahmad Yani STp MSi
Judul Tesis : Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi dan
Produktivitas Sapi Friesien Holstein (FH) di Kampar dan Dumai
Nama
: M.Zaki
NIM
: D151120121
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Bagus P Purwanto MSc Agr
Ketua
Dr Ir Afton Atabany MSi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Salundik MSi
Dr Ir Dahrul Syah MSc Agr
Tanggal Ujian: 11 Agustus 2015
Tanggal Lulus:
4
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 dengan judul Pengaruh
Faktor Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi dan Produktivitas Sapi
Friesien Holstein (FH) di Kampar dan Dumai.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bagus Priyo Purwanto
MSc Agr dan Bapak Dr Ir Afton Atabany MSi selaku pembimbing yang telah
banyak memberi bimbingan, saran, waktu dan tenaga sehingga tesis ini dapat
diselesaikan. Terima kasih juga disampaikan kepada kedua Orang Tuaku Bapak
Efendy dan Ibu Surina yang tidak hentinya mendoakan, menjadi penyemangat dan
pendengar yang setia. Terima kasih kepada abangku Adi Arman, Kakakku Yanti
Adekku Amri dan teman-temanku Guntur, Cica, Ely terima kasih atas segala doa,
waktu, semangat serta kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr Ir Salundik MSi, Ibu Dr Ir Niken Ulupi MS sebagai ketua dan
sekretaris program studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Sekolah
Pascasarjana IPB, kepada Bu Ade dan Okta yang telah banyak membantu dalam
bidang akademik. kepada seluruh dosen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
Terima kasih kepada Bapak Ismail dan Ibu Tia yang telah sudi meluangkan waktu
untuk berdiskusi, berbagi ilmu, nasehat dan saran serta masukannya demi tesis ini.
Terima kasih kepada UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia
Kabupaten Kampar dan Balai Kaji Terap Peternakan Kota Dumai yang telah
bersedia menyediakan tempat untuk penulis melakukan penelitian. Terima kasih
kepada program beasiswa BU DIKTI 2012 atas bantuan biaya pendidikannya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman seperjuangan
Diana, Zikri Maulina Gaznur, Puput, Dani, Bapak Hendra, Rauf, Gunawan,
Salwa, Dapot, Oja, Ifau dan seluruh teman-teman ITP 2012 terima kasih atas
semangat dan kebersamaannya serta kontribusinya dalam proses penyelesaian
tesis ini. Terimakasih atas segala bantuan dari semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kita
semua dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.
Bogor, Oktober 2015
M. Zaki
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
1
2
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Ternak
Prosedur
Analisis Data
2
2
2
2
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Mikroklimat Kandang Sapi FH di Kampar dan Dumai
Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi Ternak
Konsumsi Pakan dan Produksi Susu
5
5
6
10
SIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
12
RIWAYAT HIDUP
15
6
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrisi pakan penelitian
2 Kondisi mikroklimat lokasi penelitian
3 Rataan denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu rektal, suhu kulit dan
suhu tubuh
4 Persamaan regresi suhu kandang dengan respon termoregulasi sapi FH
5 Rataan konsumsi hijauan dan ampas tahu sapi FH di Kampar dan
Dumai
6 Rataan produksi susu sapi FH di Kampar dan Dumai
4
5
7
7
10
11
DAFTAR GAMBAR
1 Rataan suhu kandang, kelembaban dan THI selama penelitian
2 Rataan denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu rektal dan suhu kulit
sapi FH pagi, siang dan sore hari
6
9
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi Friesien Holstein (FH) merupakan sapi perah daerah suhu sedang
(temperate) yang tergolong sensitif terhadap suhu dan kelembaban lingkungan
yang tinggi. Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya dikembangkan di
daerah dataran tinggi karena adanya perbedaan suhu antara daerah dataran rendah
dengan daerah dataran tinggi. Suhu udara yang relatif panas di daerah dataran
rendah akan menyebabkan menurunnya konsumsi pakan sehingga hal ini akan
berpengaruh terhadap produksi susu. Pemeliharaan sapi perah di dataran rendah
umumnya menunjukkan kemampuan produksi susu yang lebih rendah
dibandingkan dengan dataran tinggi. Sapi FH di Indonesia mempunyai produksi
susu yang rendah dan tidak sesuai dengan potensi genetiknya. Rataan produksi
susu harian sapi FH di Indonesia kurang dari 16 liter per ekor (Toharmat et al.
2007).
Sebagian besar sapi perah yang ada di Indonesia adalah sapi bangsa
Friesien Holstein (FH), yang didatangkan dari negara-negara Eropa dan memiliki
iklim sedang (temperate) dengan kisaran suhu termonetral rendah berkisar 1318°C (McDowell 1972), 5-25°C (McNeilly 2001). Iklim tropis di Indonesia
menjadi tantangan terbesar dalam upaya optimalisasi produksi susu. Indonesia
merupakan wilayah yang berada di daerah beriklim tropis yang mempunyai
kondisi suhu dan kelembaban lingkungan yang berfluktuasi. Suhu lingkungan
akan sedikit lebih rendah dan kelembaban sedikit lebih tinggi saat musim hujan
dan terjadi kondisi sebaliknya saat musim kemarau, suhu dan kelembaban
lingkungan tersebut masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan lingkungan
di wilayah temperate. Kelembaban di Indonesia tergolong tinggi yaitu 70%-80%
akan mempengaruhi metabolisme tubuh ternak terutama saat mengeluarkan
panas tubuh, sehingga kondisi ini akan mempengaruhi respon termoregulasi.
Yousef (1985) menyatakan meningkatnya suhu udara mengakibatkan sapi perah
yang dipelihara akan terkena cekaman panas sehingga hal ini akan berpengaruh
negatif terhadap proses faali, produksi susu maupun reproduksi
Produktivitas sapi FH sebagai tipe sapi perah dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain lingkungan dan pakan. Yani et al. (2007) menyatakan bahwa
sapi FH yang ditempatkan pada suhu dan kelembaban udara yang tidak
mendukung maka sapi akan mengalami cekaman panas sehingga akan
berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas sapi FH. Sapi perah dipelihara di
lingkungan berbeda akan menunjukkan produktivitas yang berbeda pula, sehingga
perlu diketahui bagaimana pengaruh lingkungan terhadap respon termoregulasi
dan produktivitas sapi perah tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengkaji pengaruh lingkungan terhadap
respon termoregulasi dan produktivitas sapi FH yang dipelihara didataran rendah
Kabupaten Kampar dan Kota Dumai (01°25 LU - 00°20 LS dan 01°23°23 01°24°23 LU)
2
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada pihak terkait tentang respon termoregulasi
dan produktivitas sapi FH yang dipelihara didataran rendah Kabupaten Kampar
dan Kota Dumai.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014. Bertempat di UPT
Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Kabupaten Kampar dan Balai
Kaji Terap Peternakan Kota Dumai.
Ternak
Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi FH laktasi yang
berada di UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Kabupaten
Kampar sebanyak 6 ekor dengan rataan bobot badan 498 kg ekor-1 dan 4 ekor
ternak di Balai Kaji Terap Peternakan Kota Dumai dengan rataan bobot badan 393
kg ekor-1.
Prosedur
Pengukuran unsur iklim mikro dalam kandang meliputi suhu lingkungan
(Ta), kelembaban udara (Rh), Temperature Humidity Index (THI) dan kecepatan
angin dilakukan setiap jam mulai pukul 06.00 pagi hingga pukul 18.00 sore.
Pengukuran respon fisiologis antara lain suhu rektal (Tr), denyut jantung (Hr),
frekuensi respirasi (Rr), suhu kulit (Ts) dan suhu tubuh (Tb) dilakukan setiap hari
selama penelitian pada pagi hari (pukul 06.00) siang hari (pukul 12.00) dan sore
hari (pukul 18.00). Produksi susu dan konsumsi pakan diukur setiap hari selama
penelitian. Uji kualitas susu dilakukan seminggu sekali untuk masing-masing
lokasi penelitian.
Peubah
Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu pengukuran unsur iklim
mikro dalam kandang meliputi suhu lingkungan (Ta), kelembaban udara (Rh),
Temperature Humidity Index (THI) dan kecepatan angin. Pengukuran respon
termoregulasi antara lain suhu rektal (Tr), denyut jantung (Hr), frekuensi respirasi
(Rr) suhu kulit (Ts) dan suhu tubuh (Tb). Diukur juga produksi susu, konsumsi
pakan dan uji kualitas susu dengan menggunakan milkotester.
Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban diukur dengan menggunakan termohygrometer dan
diukur setiap jam untuk melihat perubahan suhu dan kelembaban kandang selama
penelitian.
3
Temperature Humidity Index (THI)
THI dihitung berdasarkan data suhu dan kelembaban selama penelitian
dengan menggunakan rumus (Yousef 1985)
THI = (1.8xT+32) – ((0.55-0.005xRh) x (1.8xT-26))
Keterangan:
T : Suhu (C°)
Rh : Kelembaban
Kecepatan Angin
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan Anemometer dan diukur
setiap jam selama penelitian.
Denyut Jantung (Hr)
Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan mengukur jumlah detakan di
bagian dada kiri atas (dekat lengan) dengan menggunakan stetoskop.
Penghitungan denyut jantung dengan cara menghitung banyaknya denyutan per
menit. Pengukuran diulang sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan data
denyut jantung.
Frekuensi Respirasi (Rr)
Pengukuran respirasi dilakukan dengan mengamati dan menghitung
frekuensi gerakan tulang rusuk, perut, dan atau rongga dada. Penghitungan
frekuensi respirasi dengan cara menghitung banyaknya respirasi dalam satu menit.
Pengukuran diulang sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan data frekuensi
respirasi. Data frekuensi respirasi adalah rata-rata dari ketiga pengukuran.
Suhu Rektal (Tr)
Suhu rektal diukur dengan memasukkan termometer digital kedalam rektal
sapi sedalam ± 5 cm selama ± 3 menit.
Suhu Permukaan Kulit (Ts)
Pengukuran suhu permukaan dilakukan pada empat titik lokasi
pengukuran yaitu punggung (a), dada (b), tungkai atas (c) dan tungkai bawah (d).
Rataan suhu permukaan kulit dihitung berdasarkan modifikasi rumus McLean et
al. (1983) yaitu :
Ts = 0.25 (a + b) + 0.32 c + 0.18 d
Suhu Tubuh (Tb)
Pengukuran Suhu tubuh (Tb) dilakukan dengan menggunakan data suhu
kulit (Ts) dan suhu rektal (Tr) berdasarkan persamaan McLean et al. (1983) yaitu
:
Tb = 0.86 Tr + 0.14 Ts
Keterangan:
Tr = Suhu rektal
Ts = Suhu Kulit
4
Produksi Susu dan Uji kualitas Susu
Produksi susu didapat dengan cara mengukur banyaknya susu yang
dihasilkan tiap ekor sapi dengan satuan liter. Waktu pengukuran dilakukan sesuai
dengan jadwal pemerahan, pada pagi dan sore hari. Uji kualitas susu dilakukan
dengan menggunakan milkotester.
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan diukur setiap hari dengan menghitung selisih antara
pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan sisa. Pengukuran konsumsi pakan
dilakukan setiap hari selama penelitian. Analisis proksimat pakan dilakukan pada
setiap jenis pakan (hijauan dan konsentrat). Pakan yang diberikan pada penelitian
ini berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan ampas tahu. Kandungan
nutrisi pakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrisi pakan penelitian
Paramet
er
Kadar Air*
Bahan Kering*
Kadar Protein*
BETN**
Serat Kasar*
Lemak*
Kadar Abu*
TDN**
Rumput gajah
Ampas tahu
Kampa
r
Dumai
Kampar
Dumai
72.70
27.30
11.46
44.92
27.76
1.87
13.99
52.32
73.80
26.20
9.04
38.88
35.01
1.76
15.31
45.56
80.40
19.60
20.64
49.32
20.67
6.29
3.07
69.12
-
Sumber: *) Hasil Analisa Proksimat Laboratorium PAU, 2014 berdasarkan Bahan Kering;
**) Berdasarkan Hasil Perhitungan;
***) Berdasarkan Hasil Perhitungan Menurut Hartadi et al (1981)
Analisis Data
Analisa hasil penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan menghitung
rataan dan standar deviasinya. Hubungan antara faktor lingkungan (Suhu dan
kelembaban) dengan respon termoregulasi ternak dianalisa dengan menggunakan
persamaan regresi kuadratik polinomial dengan persamaan berikut ini (Steel and
Torie 1980)
Y = a + bx + cx2
Keterangan:
y
= Variabel tidak bebas (suhu rektal, denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu kulit dan suhu
tubuh)
x
= Variabel bebas (Suhu Lingkungan)
a
= Intersep.
b, c = Koefesien regresi
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Mikroklimat Kandang Sapi FH di Kampar dan Dumai
Lingkungan (merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
penampilan produksi dan kelangsungan hidup sapi perah. Rataan suhu kandang,
kelembaban, THI dan kecepatan angin lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2 Rataan suhu kandang, kelembaban, THI dan kecepatan angin
Peubah
Suhu Kandang (°C)
Kelembaban (%)
THI
Kecepatan Angin (m s-1)
Kampar (min-max)
29.89 ± 1.41(23.4-35.9)
73.86 ± 6.10 (47 – 90)
82.45 ± 1.33 (72.44 –87.02)
1.29 ± 0.5 (0 -3.40)
Dumai (min-max)
31.45 ± 1.28 (23.2-37.6)
66.7 ± 7.03 (37 – 91)
81.48 ± 1.22 (72.2 – 88.54)
1.60 ± 0.68 (0 -5.58)
Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas ternak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu kandang di
Dumai lebih tinggi dibandingkan di Kampar. Gambar 1 menunjukkan bahwa suhu
kandang di Dumai dan Kampar dari pukul 06.00 pagi sampai siang hari terus
meningkat hingga mencapai suhu puncak pada pukul 15.00 WIB dengan suhu
maksimal di Dumai dan Kampar masing-masing adalah 37.6°C dan 35.9°C. Suhu
udara dalam kandang di Dumai dan Kampar berasal dari suhu udara lingkungan
yang naik pada pagi hingga siang hari dan menurun kembali pada pukul 16.00
sore hari. Jones dan Stallings (1999) menyatakan zona termonetral sapi FH yang
dikembangkan Eropa 5 – 25°C. Rataan kelembaban lingkungan kandang di
Kampar lebih tinggi daripada Dumai. Gambar 1 memperlihatkan bahwa
kelembaban udara di Kampar dan Dumai selalu berubah-rubah mengikuti
perubahan suhu kandang, dimana kelembaban pada pukul 06.00 terus menurun
hingga pukul 15.00 WIB dan mulai naik pada pukul 16.00. Yani dan Purwanto
(2006) menyatakan bahwa sapi FH akan menunjukkan penampilan produksi yang
optimal apabila ditempatkan pada lingkungan dengan kelembaban 55%.
Kelembaban udara yang tinggi dengan sedikit pergerakan udara akan menjadi
salah satu faktor penyebab timbulnya stress panas pada sapi perah. Kelembaban
udara akan mengakibatkan peningkatan penambahan panas dan pengurangan
jumlah panas yang dikeluarkan melalui jalur evaporasi dari permukaan kulit dan
saluran pernafasan (Purwanto et al. 1993).
Hubungan besaran suhu dan kelembaban udara atau biasa disebut
“Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat dijadikan indikator tingkat stres
sapi perah. THI di Kampar sebesar 72.44–87.02, sedangkan Dumai yaitu
72.2–88.54. Sapi perah di Kampar dan Dumai mengalami stres ringan hingga
sedang. Wierema (1990) menyatakan bahwa nilai THI yang aman bagi sapi perah
kurang dari 72, Jika nilai THI melebihi 72 maka sapi perah FH akan mengalami
stres ringan (72-79), stres sedang (80-89) dan stres berat (90-97). Gambar 1
menunjukkan bahwa nilai THI di Dumai dan Kampar terus meningkat dari pagi
hingga pukul 15.00 dan mulai turun kembali pada pukul 16.00 WIB.
6
Gambar 1 Rataan suhu kandang, kelembaban dan THI selama penelitian
Rataan kecepatan angin di Kampar selama penelitian adalah 1.29 m s-1
sedangkan rataan angin di Dumai adalah 1.60 m s-1. Adanya hembusan angin di
dalam kandang dapat mengurangi stress panas. Beede dan Coolier (1986)
menyatakan bahwa angin dapat digunakan untuk mereduksi cekaman panas pada
ternak. Tubuh sapi FH memerlukan kecepatan angin yang lebih untuk mereduksi
cekaman panasnya, sehingga pengaruh kecepatan angin pada siang hari pada
kondisi udara cerah tidak banyak terhadap penurunan cekaman panas tubuh sapi
FH (Yani dan Purwanto 2006)
Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Respon Termoregulasi Ternak
Suhu udara yang tinggi dapat meningkatkan beban panas pada ternak selain
panas yang berasal dari proses metabolisme pakan. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan ternak mengalami kesulitan dalam pelepasan panas. Cekaman
panas pada sapi perah ditandai dengan meningkatnya denyut jantung, pernafasan,
suhu rektal (Broucek et al. 2006). Rataan denyut jantung, frekuensi respirasi,
suhu rektal, suhu kulit dan suhu tubuh sapi FH selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3, sedangkan hubungan antara suhu kandang dengan respon
termoregulasi dapat dilihat pada Tabel 4.
7
Tabel 3 Rataan denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu rektal, suhu kulit dan
suhu tubuh
Peubah
Kampar
Dumai
Denyut Jantung (kali menit-1)
Frekuensi Respirasi (kali/menit-1)
Suhu Rektal (°C)
Suhu Kulit (°C)
Suhu Tubuh (°C)
65± 3.52
64± 4.32
32 ± 4.65b
a
40 ± 4.76
38.27 ± 0.09
33.38 ± 0.40
37.59 ± 013
38.27 ± 0.13
a
32.44 ± 0.86
37.45 ± 0.21
b
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(P0.05) antara suhu tubuh sapi FH di Kampar dan Dumai. Rataan
suhu tubuh sapi FH di Kampar dan Dumai yaitu 37.59 °C dan 37.45 °C. Suhu
tubuh di kedua lokasi ini masih berada pada kisaran normal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Schutz et al (2008) menyatakan suhu tubuh sapi yang dipelihara
dilingkungan mikro yang nyaman yaitu berkisar antara 37.3-38.6 °C. Gambar 2
menunjukkan bahwa suhu tubuh pada pagi hari masih rendah yaitu 36.87 °C
untuk Kampar dan 36.38 °C untuk Dumai, kemudian meningkat pada siang dan
sore hari hingga menjadi 38.02 °C untuk Kampar dan 38.13 °C untuk Dumai.
Meningkatnya suhu tubuh diduga dipengaruhi oleh meningkatnya suhu
lingkungan berpengaruh terhadap suhu tubuh tenak. Suherman et al (2013)
menyatakan peningkatan beban panas yang disebabkan oleh kombinasi suhu
udara, kelembaban udara, pergerakan udara, dan radiasi matahari dapat
meningkatkan suhu tubuh dan laju respirasi. Hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa suhu lingkungan berpengaruh terhadap suhu tubuh di Kampar dan Dumai
sebesar 86% dan 92%. Novianti (2014) pada penelitiannya menyatakan suhu
tubuh meningkat seiring dengan peningkatan suhu lingkungan, sehingga tubuh
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Konsumsi Pakan dan Produksi Susu
Pemeliharaan sapi perah di dataran rendah umumnya menunjukkan
kemampuan berproduksi yang lebih rendah dibandingkan dengan dataran tinggi.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas
ternak sapi perah. Sapi perah dapat hidup dengan nyaman dan akan berproduksi
secara optimum bila faktor-faktor internal dan eksternal berada dalam batasanbatasan normal yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Faktor lain yang
mempengaruhi produktivitas sapi perah adalah pakan. Pakan yang diberikan pada
penelitian ini berupa rumput gajah dan ampas tahu. Rataan konsumsi pakan
penelitian di Kampar dan Dumai dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan konsumsi hijauan dan ampas tahu sapi FH di Kampar dan Dumai
Keterangan
Konsumsi Pakan (kg ekor-1 hari-1)
Hijauan
Ampas tahu
Konsumsi Pakan (% BB-1 hari-1)
Bahan Kering
Protein Kasar
TDN
Kampar
Dumai
28.34a
10
25b
-
1.94a
0.26a
1.08a
1.67b
0.15b
0.76b
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(P