Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

PERAN PENGAWAS SEKOLAH DAN KOMPETENSI MANAJERIAL
KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

WAWAN KURNIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Peran Pengawas Sekolah
dan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru adalah benar
karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014

Wawan Kurniawan
NIM H251120444

RINGKASAN
WAWAN KURNIAWAN. Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru. Dibimbing oleh SYAMSUL MAARIF
dan MUKHAMAD NAJIB.
Dalam organisasi publik, cara bawahan bekerja sangat dipengaruhi dan
cenderung bergantung pada kemampuan pimpinan. Bila pimpinan tidak
memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-tugas yang sangat kompleks
tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila manajer mampu melaksanakan
fungsi-fungsinya dengan baik, sangat memudahkan organisasi tersebut dapat
mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif,
mempunyai kemampuan memengaruhi perilaku anggotanya atau anak
buahnya. Terdapat paling sedikit tiga pihak yang dinilai sangat menentukan
keberhasilan maupun ketidakberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, yaitu
kepala sekolah, pendidik/guru, dan pengawas sekolah. Pelaksanaan pendidikan

dan pembelajaran di sekolah menuntut guru dan kepala sekolah untuk
memperhatikan dan memahami Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang tertuang
dalam PP No. 19 tahun 2005 beserta penjabarannya yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri pendidikan Nasional.
Di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) Kantor Wilayah DKI
Jakarta, masih banyaknya persoalan pendidikan dilihat dari berbagai indikator
seperti prestasi siswa dalam Ujian Nasional. Pada tahun 2013, sekolah di
lingkungan Kemenag provinsi DKI Jakarta prestasinya jauh tertinggal oleh
sekolah-sekolah lain yang berada dibawah binaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Data hasil ujian nasional tahun 2013 untuk tingkat SMP/MTs
menunjukkan sekolah terbaik di lingkungan kemenag hanya menempati urutan ke
78 diantara 1200 sekolah. Demikian juga untuk tingkat SMA/MA baik untuk
jurusan IPA, IPS atau Bahasa sekolah terbaik di lingkungan Kemenag hanya
berada pada peringkat 79 dari 434 sekolah yang ada di DKI Jakarta. Metode
kuantitaf dengan alat analisis menggunakan SEM, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis peran pengawas sekolah dan kompetessi manajerial kepala sekolah
terhadap kinerja guru dari persepsi para guru.
Penelitian ini membuktikan pengaruh peran pengawas sekolah dengan
kinerja guru dinyatakan tidak signifikan, kompetensi manajerial kepala sekolah
berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru dan peran pengawas sekolah

berpengaruh signifikan terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah. Hasil
penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pola hubungan antara pengawas
sekolah, kepala sekolah dan guru. penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah melalui penguatan dan perbaikan
manajemen sekolah.
Kata kunci: kinerja guru, kompetensi manjerial, peran pengawas sekolah, SEM

SUMMARY
WAWAN KURNIAWAN. The Role of School Superintendent and Managerial
Competence of Principal to The Teacher Performance. Supervised by SYAMSUL
MAARIF and MUKHAMAD NAJIB.
In public organizations, subordinate work always depends on the
leadership. If the leadership does not have the ability to lead, then the tasks are
very complex can not be done well. If the manager is able to carry out their
functions properly, then it is possible that the organization can achieve its goals. A
needy organization effective leader, who has the ability to influence the behavior
of its members or his men. There are at least three parties are assessed to
determine the success or the failure of education goals, namely the head of school,
educators / teachers, and the school superintendent.
In the Ministry of Religious Affairs (Kementerian Agama) Regional

Office Jakarta, there are many educational problems of various indicators such as
student achievement in the National Exam. In 2013, schools’ in the achievement
far behind by other schools that are under the guidance of the Ministry of
Education and Culture. Data national test results in 2013 for SMP / MTs showed
the best schools in the neighborhood kementerian agama only ranks 78th among
the 1200 schools. Similarly, for the level of SMA / MA is good for majoring in
science, social studies or language best school in the neighborhood it solely is
ranked 79 out of 434 schools in Jakarta. In this context, the role of supervisors and
principals should be able to be one solution to the problem of low quality of
education, particularly in relation to the quality and performance of teachers.
Government programs that have been made in improving the quality of education
will not run if the maximum no supervision.
The purpose of this study was to analyze the role of the school
superintendent on teachers’ performance, to analyze the role of principals
competence manejerial on teachers’ performance, and to analyze the role of the
school superintendent to the principals managerial competence. The datas
collected in this study were analyzed using descriptive analysis and analysis using
SEM. For the purposes of rejection or acceptance of the hypothesis used a
significance level of 5 percent. Analysis of Structural Equation Modeling (SEM)
with the help of software AMOS18 used to see the direct influence of the role of

school superintendents and principals managerial competence on teachers’
performance, and the indirect influence between the role of the school
superintendent and teachers’ performance through the school principal managerial
competencies. Based on the analysis and discussion above, we can conclude this
study showed that the effect of the relationship between the role of the school
superintendent declared significant to teachers’ performance. This study also
proves that there is a significant effect relationship between managerial
competencies principals on teachers’ performance, and this study proves that there
is a significant correlation between the effect of the regulatory role of the
principals managerial competence.
Keyword: SEM, school superintendent, managerial competence, teacher
performance

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERAN PENGAWAS SEKOLAH DAN KOMPETENSI MANAJERIAL
KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

WAWAN KURNIAWAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM

Judul Tesis
Nama
NIM

: Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru
: Wawan Kurniawan
: H251120444

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir M Syamsul Maarif, M.Eng, Dipl.Ing, DEA
Ketua

Dr Mukhamad Najib, S.TP, MM
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Manajeman

Dekan Pascasarjana

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, M.Sc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 12 September 2014

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala ridho dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian
dengan judul Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial Kepala
Sekolah terhadap Kinerja Guru ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai

dengan Juni 2014 di Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Syamsul Maarif,
M.Eng, Dipl.Ing, DEA dan Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM selaku dosen
pembimbing dan Ibu Dr.Ir. Anggraini Kusumawati, MM selaku dosen penguji.
Terima kasih kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI
Jakarta, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag DKI Jakarta,
Kepala Madrasah dan guru-guru yang sudah berkenan memberi izin dan
membantu dalam memberikan data yang dibutuhkan. Tak lupa ucapan terima
kasih untuk istri dan ananda tercinta: Dafa dan Raiqa, Ayah, Ibu dan seluruh
keluraga, serta rekan-rekan atas segala doa, motivasi dan dukungannya. Tak ada
gading yang tak retak.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014

Wawan Kurniawan

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

iii
iii
iii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
5
6
6
6


2 TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Pengawas Sekolah
Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kinerja Guru
Hubungan antar Variabel
Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

6
6
9
11
12
13

3 METODOLOGI
Kerangka Pemikiran
Tipe Penelitian
Variabel Penelitian
Definisi Operasioanal Variabel
Hipotesis Penelitian
Populasi dan Sampel
Teknik Penarikan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Uji Kesesuaian Model
Tempat dan Waktu Penelitian

14
15
15
15
15
17
18
19
19
19
20
21

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden dan Analisis Deskriptif
Analisis SEM
Model Struktural dan Model Pengukuran
Kesesuaian Model Pengukuran
Evaluasi Kriteria Kebaikan Model
Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak langsung
Pengujian Hipotesis
Implikasi Manajerial

22
22
23
23
24
26
27
28
30

ii

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

31
31
32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

32
35
44

iii

DAFTAR TABEL
1 Jumlah guru menurut ualifikasi pendidikan tahun 2013
2 Tabel penelitian terdahulu
3 Populasi berdasarkan wilayah dan tingkatan sekolah
4 Analisis persepsi responden
5 Karakteristik responden
6 Hasil uji validitas indikator pada masing-masing konstrak
7 Hasil uji reliabilitas terhadap konstrak
8 Hasil uji kebaikan model
9 Pengaruh langsung
10 Pengaruh tidak Langsung
11 Hasil uji hipotesis

4
13
18
22
23
25
26
27
27
28
28

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan pengembangan pola kerja harmonis dan sinergis pengawas, kepala
sekolah, dan guru
2 Kerangka pemikiran
3 Model konseptual penelitian
4 Konsep model struktural penelitian
5 Model struktural

3
15
17
18
24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian
2 Hasil pengolahan data dengan SEM

33
39

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Institusi pendidikan merupakan sebuah lembaga yang bertugas
mengantarkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Oleh karena
itu, semua kegiatan yang dilakukan didalamnya selalu dimaksudkan untuk citacita luhur tersebut. Namun, dalam praktiknya lembaga ini sering dihadapkan pada
berbagai masalah sehingga pencapaian tujuan dan sasaran pendidikan menjadi
terhambat dan sering tidak optimal. Terdapat paling sedikit tiga pihak yang dinilai
sangat menentukan keberhasilan maupun ketidakberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan, yaitu kepala Sekolah, Pendidik/Guru, dan Pengawas sekolah (Agung
2013). Pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah menuntut guru dan
kepala sekolah untuk memperhatikan dan memahami Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005 beserta
penjabarannya yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri pendidikan
Nasional (Permendiknas) (Mulyasa 2012)
Kompetensi manajerial seorang kepala sekolah sangat penting dalam
menentukan arah dan prestasi sekolah. Kepala sekolah secara khusus diberi
wewenang untuk menilai dan membina guru. Kepala sekolah yang berkompetensi
ialah yang responsif terhadap berbagai perubahan yang berlangsung dalam
kehidupan. Respon organisasi terhadap perubahan harus difasilitasi oleh
kompetensi yang memadai dari seorang kepala sekolah, memiliki kemampuan
mengelola dinamika organisasi dan menyesuaikan dengan perubahan tersebut
(Karweti 2012). Guru adalah figur manusia yang memiliki peran yang paling
strategis dalam kegiatan pendidikan di jalur sekolah. Usaha-usaha yang
dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembinaan
kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana serta penyesuaian peraturan tidak
akan memberikan makna yang berarti jika tidak didukung oleh guru yang
profesional dan memiliki kinerja yang tinggi, karena proses penyelenggaraan
pendidikan sebagai upaya pengembangan kepribadian dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia hanya akan mencapai hasil yang optimal jika
didukung oleh kinerja dan kemampuan guru yang tinggi. Tanpa disertai
kompetensi, profesioanalisme, dan kinerja yang tinggi, seorang guru sulit
menghasilkan peserta didik yang memadai (Agung 2013).
Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu bergantung pada
pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka
tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila
manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat mungkin
organisasi tersebut dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi
perilaku anggotanya atau anak buahnya (Alimuddin 2002). Jadi, seorang
pemimpin akan diakui sebagai pemimpin apabila ia dapat memberi pengaruh
dan mampu mengarahkan bawahannya ke arah tujuan organisasi. Fungsi
manajemen menurut G.R. Terry meliputi Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), dan Controlling (pengendalian)
(Wukir 2013). Dalam konteks organisasi sekolah, fungsi manajemen tidak hanya

2

berhenti pada tahap pelaksanaan (kepala sekolah dan guru), tetapi masih ada tahap
pengendalian atau pengawasan. Pengendalian atau pengawasan berada pada tahap
akhir fungsi manajemen, yang diperlukan agar fungsi-fungsi manajemen yang lain
dapat berjalan sesuai dengan tugasnya.
Pada pendidikan formal fungsi pengendalian atau pengawasan ditugaskan
pada jabatan pengawas dan kepala sekolah. Pengawas dan kepala sekolah adalah
tenaga kependidikan yang diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan dalam meningkatkan kualitasnya. Sebagai penunjang penyelenggaraan
pendidikan tentunya pengawas memiliki peran dan kontribusi yang penting.
Pengawas dan kepala sekolah merupakan tenaga kependidikan yang peranannya
sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga pendidik dalam
meningkatkan kinerja sekolah. Pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor
baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial. Sebagai supervisor
akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk membantu kemampuan
profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran,
sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban membantu
kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif.
Pengendalian dan pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya menjadi
tugas pokok pengawas sekolah. Peranan pengawas menjadi konsultan pendidikan
yang senantiasa menjadi pendamping bagi guru dan kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Lebih dari itu kehadiran pengawas menjadi agen
dan pelopor dalam inovasi pendidikan di sekolah binaannya. Kinerja pengawas
salah satunya akan dilihat dari kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh sekolah
binaannya. Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan
bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu
sekolah. Sahertian (2000), menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi
pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder
pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara
kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penyelenggaraan pendidikan di
sekolah tidak terlepas dari kinerja berbagai pihak didalamnya terutama kepala
sekolah, pengawas, dan guru. Kinerja ketiga pihak itu ditentukan oleh kompetensi
yang dimiliki mereka dalam menjalankan tugasnya (Agung 2013). Oleh
karenanya, tak heran jika kebijakan meningkatkan mutu pendidikan nasional pun
memberikan perhatian dan pendekatannya terhadap upaya meningkatkan kinerja
berbagi pihak, khusunya kepala sekolah, pengawas, dan guru. Hal ini jelas
tergambar dengan diterbitkannya PP. No. 19/2005 tentang Standar Nasioanal
Pendidikan dan diikuti dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
12/2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah; No.13
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas, dan No.16 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
Untuk memudahkan pemahaman tentang keterkaitan antara pengawas,
pepala sekolah, dan guru, dapat dilihat pada Gambar 1.

3

Kemendiknas, Dinas.
Pend Prov, Dinas
Pend. Kab/Kota,
Kemenag, Kanwil
Kemenag
Prov./Kab/Kota, LPTK,
LPMP, dll

Tim Pengembang
Mutu Sekolah
(TPMS-M)

Penyusunan dan Perumusan
Visi dan Tujuan Sekolah

Evaluasi dan
Umpan Balik

CPD
Kepala
Sekolah

CPD
Guru

Pembelajaran

Peningkatan
Mutu dan Hasil
Pendidikan

Pengawas
CPD
Evaluasi dan
Umpan Balik

Deskripsi Tugas dan
Perwujudan Peran

Pengelolaan Kerja:
- Identifikasi masalah dan
kebutuhan
- Alternatif pemecahan masalah
dan kebutuhan
- Perumusan rencana kerja
- Pelaksanaan rencana kerja
- Revisi, Supervisi, dan Evaluasi

Gambar 1. Bagan pengembangan pola kerja harmonis dan sinergis pengawas,
kepala sekolah, dan guru
Dengan demikian, keberadaan pengawas dan kepala sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru sangatlah penting, namun jika dicermati masih banyak
permasalahan yang ditemukan dalam dunia pendidikan kita termasuk yang terkait
dengan tiga kompenan penting di atas yaitu, guru, kepala sekolah dan pengawas.
Masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum bisa memenuhi standar sekolah
yang baik atau bahkan sekedar memenuhi standar-standar minimal yang sudah
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ditemukannya guru yang

4

belum mampu menjalankan tugas keprofesionalannya, serta prestasi siswa sebagai
output dari proses pembelajaran yang masih jauh dari harapan dan tertinggal jauh
oleh negara lain.
Beberapa fakta menjadi indikator bahwa masih rendahnya kualitas
pendidikan kita. Hasil penelitian Trends in Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2012 yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian
yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational
Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63
negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor
386 dari 42 negara yang siswanya dites. Pada TIMSS matematika kelas VIII
tersebut, peringkat pertama diraih siswa Korea (613), selanjutnya diikuti
Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500 poin. Adapun bidang sains, Indonesia
berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara yang siswanya dites di
kelas VIII. Skors tes sains siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan
TIMSS 2007.
Meskipun ada data yang menunjukkan perbaikan terkait kualifikasi para
guru, namun belum memenuhi standar persyaratan nasional. Hal ini tergambar
dari data berikut :
Tabel 1. Jumlah Guru Setiap Satuan Pendidikan Menurut Kualifikasi Pendidikan
Satuan
Pendidikan
TK / RA
SD / MI
SMP/MTs
SLB
SMA/MA
SMK
JUMLAH

≤ SMA

D1

93,882
262,908
22,746
2,605
3,551
7,362
393,054

7.161
5,817
13,809
159
459
755
28,160

D2

D3

D4/S1

37,996 3,653
110,221
300,500 14,501 1,007,940
9,450 22,493
475,507
1,869
374
14,657
620 6,349
228,124
633 8,959
187,622
351,068 56,329 2.024,071

S2/S3

Jumlah

1,473
21,175
28,508
609
23,777
14,078
89,620

254,386
1,612,841
572,513
20,273
262,880
219,409
2,942,302

Sumber: Balitbang pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan
kebudayaan dan penilaian mutu pendidikan, depdikbud, 2013
Kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi juga masih belum memuaskan.
Demikian temuan dari hasil survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik
(PGRI). Data yang diperoleh dari 28 provinsi yang diteliti. Hasilnya ternyata
kurang memuaskan. Kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum
memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru-guru di
berbagai jenjang pendidikan yang belum lolos sertifikasi, dengan harapan segera
mendapat sertifikasi berikut uang tunjangan profesi. Di lingkungan Kementerian
Agama (Kemenag) Kantor Wilayah DKI Jakarta, kita dapat melihat masih
banyaknya persoalan pendidikan dari berbagai indikator seperti prestasi siswa
dalam Ujian Nasional. Pada tahun 2013, sekolah di lingkungan Kemenag provinsi
DKI Jakarta prestasinya jauh tertinggal oleh sekolah-sekolah lain yang berada
dibawah binaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Data hasil ujian nasional tahun 2013 untuk tingkat SMP/MTs yang dirilis
Dinas pendidikan provinsi DKI Jakarta menunjukkan sekolah terbaik di
lingkungan kemenag hanya menempati urutan ke 78 diantara 1200 sekolah.
Demikian juga untuk tingkat SMA/MA baik untuk jurusan IPA, IPS atau Bahasa

Kualifikasi
Layak (%)
43,9
63,8
88,8
75,3
90,8
91,9

5

sekolah terbaik di lingkungan Kemenag hanya berada pada peringkat 79 dari 434
sekolah yang ada di DKI Jakarta. Hal ini membuktikan masih rendahnya kualitas
pendidikan di negara kita, khususnya di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi
DKI Jakarta. Dalam konteks ini relevan untuk dikaji sejauh mana peran pengawas
dan kepala sekolah yang semestinya dapat menjadi salah satu solusi terhadap
persoalan rendahnya kualitas pendidikan khususnya yang terkait dengan kualitas
dan kinerja guru. Program-program pemerintah yang telah dibuat dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan tidak akan berjalan optimal apabila tidak ada
pengawasan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
akan mengungkap sejauhmana peran pengawas dan kepala sekolah terhadap
kinerja guru.

Rumusan Masalah
`
Sebagai ujung tombak pelaksana program pendidikan di sekolah,
kemampuan guru dalam mengajar menjadi faktor yang amat penting dan
menentukan capaian prestasi jika prestasi peserta didik. Kemampuan guru dalam
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan program remidial
pembelajaran merupakan aspek-aspek yang menunjang kinerjanya sebagai guru
profesional. Hasil sebuah proses pendidikan yang baik adalah peserta didik yang
memiliki kompetensi yang baik, salah satau indikator kompetensi yang baik
tergambar oleh prestasi yang diperoleh peserta didik baik berupa prestasi
akademis maupun non akademis. Dengan kata lain, jika kinerja guru baik maka
akan baik pula prestasi peserta didiknya demikian sebaliknya. Faktor yang
berkaitan dengan baik tidaknya kinerja guru adalah peran kepala sekolah dan
pengawas sekolah sebagai pimpinan sekaligus pihak yang berfungsi memberikan
bimbingan dan pembinaan profesi guru. Jika pengawas dan kepala sekolah telah
menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal maka hal tersebut akan kolah
tberdampak terhadap peningkatan kinerja guru, demikian pula sebaliknya. Fakta
yang terjadi dalam bidang pendidikan khususnya persekolahan di lingkungan
kementerian agama masih banyak persoalan yang terjadi diantaranya prestasi
peserta didik dalam raihan nilai ujian nasional yang masih sangat rendah dan
tertinggal oleh sekolah-sekolah lain yang berada di bawah naungan kementerian
pendidikan dan kebudayaan, hal tersebut patut diduga memiliki pengaruh dengan
kualitas kinerja guru. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Pengawas Sekolah dan
Kompetensi Manjerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru”
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka disusun rumusan
masalah sebagai berikut, menurut persepsi guru :
1. Bagaimanakah peran pengawas sekolah terhadap kinerja guru?
2. Bagaimanakah peran kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja
guru ?
3. Bagaimanakah peran pengawas sekolah terhadap kemampuan manajerial
kepala sekolah ?

6

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis peran pengawas sekolah terhadap kinerja guru.
2. Menganalisis peran kompetensi manejerial kepala sekolah terhadap kinerja
guru.
3. Menganalisis peran pengawas terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah

Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah :
1. Kegunaan teoritis, dapat menambah informasi dan studi tentang mutu pendidikan,
khususnya yang terkait dengan peran pengawas, kepemimpinan kepala sekolah
dan kinerja guru.
2. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
lembaga terkait mengenai pentingnya peran pengawas sekolah dalam mekanisme
kontrol yang berjenjang terhadap proses pelaksanaan pendidikan.

3. Sebagai bahan acuan menentukan strategi pengawasan dalam upaya perbaikan
mutu pendidikan yang dimulai pada institusi sekolah.

Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kerancuan dalam mencapai tujuan penelitian, maka
penelitian ini dibatasi pada analisis peran pengawas sekolah dan kompetensi
manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di lingkungan Kementerian
Agama Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan persepsi guru.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Pengawas Sekolah
Peranan adalah dinamika dari status atau penggunaan hak dan kewajiban
atau bisa disebut juga status subyek. Peranan dan status kait-mengait, yaitu karena
status merupakan kedudukan yang memberi hak dan kewajiban, sedangkan kedua
unsur ini tidak akan ada artinya kalau tidak dipergunakan (Susanto 2008). Peranan
adalah setiap tindakan (salah atau baik) dari seseorang yang dapat mempengaruhi
sistem sosial maupun sistem budaya di suatu daerah di mana ia bertindak.
Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan,
mengoreksi penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang
direncanakan. Pengawasan bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan
dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Usman (2009), mengemukakan bahwa hasil pengawasan harus dijadikan masukan
oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan yaitu untuk :

7

1. Menghentikan
atau
meniadakan
kesalahan,
penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
2. Mencegah
terulangnya
kembali
kesalahan,
penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban tersebut.
3. Mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk
mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.
4. Menciptakan suasan keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan akuntabilitas
organisasi
5. Meningkatkan kinerja organisasi
6. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi
7. Memberikan opini atas kinerja organisasi
8. Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah
pencapaian kinerja yang ada
9. Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih
Dengan demikian fungsi pengawasan adalah untuk mencegah sekecil dan
sedini mungkin terjadinya suatu penyimpangan dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan atau tugas. Persoalannya tanpa pengawasan, proses pelaksanaan suatu
pekerjaan atau tugas bisa saja menyimpang atau bertentangan dari prosedur dan
ketentuan yang berlaku. Menurut Siagian P. Sondang (1996), pengawas adalah
orang yang melakukan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna
lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dikerjakan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Agung (2013), salah satu
pihak yang dinilai memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah/madrasah adalah pengawas. Sebagai unsur tenaga kependidikan yang
memiliki tugas pokok memantau, mengawasi, dan mengevalusai penyelenggaraan
pendidikan di sekolah/madrasah terkait dengan hal-hal yang bersifat administrasi
maupun akademik. Seorang pengawas memiliki seperangkat peran dan tugas yang
tidak hanya bertujuan mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan di
sekolah secara baik dan terarah, tetapi juga memberi masukan, bimbingan, dan
bantuan kepada kepala sekolah dan guru dalam melaksanaakan tugasnya di
sekolah. Ada tiga hal pokok yang terkait dengan tugas pengawas, yakni
melakukan supervisi manajerial, supervisi akademis, dan supervisi evaluasi.
Arikunto (2004), menyatakan pengawas sekolah adalah penanggung jawab
utama atas terjadinya pembinaan sesuai dengan jenis dan lembaga pendidikannya.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, pengawas sekolah berfungsi sebagai
supervisor pendidikan atau pengawas pendidikan, baik pengawasan akademik
maupun maupun pengawasan manajerial (Sudjana 2012). Berdasarkan beberapa
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawas sekolah adalah orang yang
memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan pengarahan
terhadap orang-orang atau jabatan tertentu yang berada dibawah tanggung
jawabnya, yaitu kepala sekolah dan guru-guru. Dalam implementasinya dilakukan
oleh pejabat fungsional yang bertugas melakukan pengawasan terhadap sekolahsekolah yang menjadi binaannya. Pembinaan diawali dengan mengidentifikasi dan
mengenali kelemahan sekolah binaannya, menganilisis kekuatan/potensi dan
prospek pengembangan sekolah sebagai bahan untuk menyusun program
pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya.
Pengawas sekolah berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di
bidang pengawasan akademik dan manajerial pada sejumlah satuan pendidikan

8

yang ditetapkan. Merujuk pada satuan pendidikan, maka kemudian jabatan
pengawas dibedakan menjadi pengawasan TK/RA, pengawasan SD//MI,
pengawasan SMP/MTs, pengawasan SMA/MA, dan pengawasan SMK/MAK.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, pengawas sekolah berfungsi sebagai
supervisor pendidikan atau pengawas pendidikan, baik pengawasan akademik
maupun pengawasan manajerial (Sudjana 2012). Berkaitan dengan Pengawasan
manajerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/
bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil.Bimbingan
dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam
pengelolaan sekolah atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk
meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina
dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan
dan kualitas hasil belajar siswa.
Wewenang yang diberikan kepada pengawas sekolah meliputi: (1)
memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, (2)
menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya yang diawasi beserta faktorfaktor yang mempengaruhinya, (3) menentukan atau mengusulkan program
pembinaan serta melakukan pembinaan. Pemantauan merupakan pengawasan
yang dilaksanakan langsung terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di
sekolah. Hal ini dilakukan untuk melihat secara riil pelaksanaan proses
pendidikan secara komprehensif dan faktual. Supervisi dilakukan untuk
mengembangkan dan meningkatkan situasi dan proses pembelajaran menjadi
lebih baik dan berkualitas, sedangkan Evaluasi dimaksukkan sebagai proses
penilaian terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan, apakah sudah dapat
mencapai kompetensi yang menjadi target dalam perencanaan pembelajaran.
Pelaporan merupakan data tertulis yang diperolah dari hasil pemantauan, supervisi
dan evaluasi. Data tersebut sekaligus menjadi acuan untuk perbaikan dan
peningkatan proses pendidikan yang dilaksanakan disekolah. Tindak lanjut
merupakan lingkup terakhir dalam pengawasan yang lebih diarahkan kepada
pejabat yang memiliki kewenangan untuk mendistribusikan dan koordinasi bagi
kebijakan-kebijakan yang perlu diambil kemudian. Perlu disadari sebelumnya
bahwa pembinaan profesional yang distimulasi atau dilakukan oleh pihak
pengawas terhadap guru dan kepala sekolah tidak akan berhasil bila tidak diikuti
dengan kesadaran pribadi.
Peran pengawasan pendidikan diatur secara khusus dalam PP 19 Tahun
2005 Pasal 55 dan 57 tentang Standar Pengelolaan yang meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Pengaturan
pengawasan pendidikan diatur pula dalam PP 74 Tahun 2008 tentang Guru pada
Pasal 15 ayat 4 menjelaskan bahwa guru yang diangkat menjadi pengawas satuan
pendidikan melaksanakan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru
dan tugas pengawasan. Untuk menilai seorang pengawas sekolah dalam
melakukan kegiatan supervisi akademik dan supervisi manajerial difokuskan pada
empat komponen utama, yaitu (1) penyusunan program, (2) pelaksanaan program,
(3) evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan (4) membimbing dan
melatih profesional guru. Dari keempat komponen tersebut, dikembangkan
indikator dan butir penilaian kinerja pengawas sekolah. Jumlah indikator dan butir
penilaian kinerja pengawas sekolah berbeda tergantung jenjang pengawas sekolah

9

yang dinilai (Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan 2012).
Bisa disimpulkan bahwa peran pengawas sekolah adalah adalah tindakan
yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam upaya menggunakan kewenangan
sesuai tugas dan tanggung jawabnya untuk mempengaruhi guru dan kepala
sekolah binaannya melalui program-program kepengawasan. Berbagai konsep di
atas juga menunjukkan bagaimana strategisnya peran pengawas sekolah terhadap
kemajuan sebuah sekolah. Jika setiap pengawas sekolah menjalankan tugas sesuai
peran yang sudah ditetapkan, tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap kepala
sekolah dan juga guru yang menjadi binaannya.

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan dalam melaksanakan
tugas/pekerjaan. Pekerja yang kompeten cenderung memperlihatkan kinerja dan
hasil kerja yang memadai, dan sebaliknya terjadi (Agung 2012). Sekolah
merupakan sebuah lembaga yang merupakan tempat menerima dan memberi
pelajaran. Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadinya interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala
sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas dan mereka yang
menentukan irama bagi sekolah mereka (Karwati 2013).
Kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional
guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan
proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadinya interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah adalah
mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka yang
menentukan irama bagi sekolah mereka (Karwati 2013). Kompetensi manajerial
adalah seperangkat keterampilan teknis dalam melaksanakan tugas sebagai
manajer untuk mendayagunakan segala sumber yang tersedia untuk mencapai
tujuan usaha secara efektif dan efisien (Karweti 2010). Kemampuan manajerial
menurut Siagian (1997) adalah kemampuan untuk mengelola usaha seperti
perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian.
Jadi dapat di simpulkan bahwa kepala sekolah dapat diartikan sebagai ketua atau
pemimpin dalam suatu organisasi.
Menurut Karweti (2010), keterampilan teknis yang harus dimiliki seorang
pewirausaha adalah: (1) Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur
dan tehnik untuk melaksanakan kegiatan khusus, dan (2) Kemampuan untuk
memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam
mendukung kegiatan yang bersifat khusus. Sedangkan keterampilan manusiawi
seorang pewirausaha meliputi: (1) Kemampuan memahami perilaku manusia dan
proses kerjasama, (2) Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif
orang lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku, (3) Kemampuan untuk
berkomunikasi secara jelas dan efektif, (4) Kemampuan menciptakan kerja sama
yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis, serta (5) Mampu berperilaku yang

10

dapat diterima. Kepala sekolah merupakan pemimpin, agen pembaharu (Agent of
change), penggerak, inovator dan fasilitator dari sumber-sumber yang ada di
sekolah (Muhaimin 2004). Salah satu faktor penting yang menentukan tinggi
rendahnya mutu pendidikan dan keefektifan sekolah ialah kepemimpinan kepala
sekolah. Makna kepemimpinan bukan hanya mengambil inisiatif, tetapi juga
mengandung makna kemampuan manajerial, yaitu kemampuan mengatur dan
menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Keberhasilan suatu sekolah pada
hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala
sekolah (Simamora 1999).
Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan terhadap pendidik lainnya dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004). Setiap
Kepala Sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan
pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan serta harus dapat
mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan
tenaga kependidikan. Kepala sekolah dituntut memiliki standar kemampuan
kepemimpinan sebagaimana diamanahkan dalam Permendiknas No. 13 tahun
2007. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi
akademis dan non akademis, dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang sangat
mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang diinginkan oleh masyarakat dan
orangtua murid yakni tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah dapat
terwujud, sehingga sekolah dengan apa yang dimiliki dapat berjalan dari berbagai
bidang karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai
organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.
Sagala (2009) dalam bukunya Adiminstrasi Pendidikan Kontemporer
menjelaskan kompetensi manajerial kepala sekolah meliputi :
1. Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
2. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.
3. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
secara optimal.
4. Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal.
5. Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah
Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepala sekolah
dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif
dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Dalam hal ini perilaku kepala
sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukan rasa
bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok. Perilaku instrumental kepala sekolah
merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasikan
dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai individu dan sebagai kelompok.
Perilaku kepala sekolah yang positif dapat mendorong, mengarahkan, dan
memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi,
misi dan tujuan sekolah (Mulyasa 2012). Dari berbagai pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa kepala sekolah memiliki peran sentral dalam konteks
kepemimpinan di tingkat sekolah, untuk itu kompetensi manajerial yang dimiliki
seorang kepala sekolah akan sangat membantu mencapai keberhasilan dalam

11

menjalankan tugas-tugas kepemimpinan yang diembannya termasuk berpengaruh
kepada kinerja guru.

Kinerja Guru
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada
tingkat institusional dan intruksional. Peran strategis tersebut sejalan dengan
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang
menempatkan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sekaligus sebagai agen
pembelajaran. Sebagai tenaga profesional, pekerjaan guru hanya dapat dilakukan
oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat
pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan
tertentu. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai terwujudnya
penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalisme untuk
memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh
pendidikan yang bermutu.
Kedudukan guru sebagai agen pembelajaran berkaitan dengan peran guru
dalam pembelajaran, antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa
pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Peran tersebut
menuntut guru untuk mampu meningkatkan kinerja yang dihasilkannya seiring
dengan perubahan dan tuntutan yang muncul dari masyarakat terhadap dunia
pendidikan. Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1992), dikatakan bahwa
kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Batasan tersebut mengandung
makna bahwa kinerja dinyatakan baik dan sukses, jika tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dengan baik. Kinerja guru adalah kemampuan dan keberhasilan
guru dalam melak-sanakan tugas-tugas pembelajaran yang ditunjukkan oleh
indikator-indikator : (1) kemampuan menyusun rencana pembelajaran (2)
melaksanakan pembelajaran, (3) kemampuan mengadakan hubungan antar
pribadi, (4) kemampuan melaksanakan penilaian, (5) kemampuan melaksanakan
program pengayaan, (6) kemampuan melaksanakan program remidial (Supardi
2013).
Berdasarkan definisi-definisi kinerja dapat dikatakan bahwa kinerja
merupakan kompetensi seseorang membantu memfokuskan perilaku dalam
merealisasikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara kuantitas maupun
kualitas melalui prosedur tertentu untuk mencapai tujuan, serta terpenuhinya
standar pelaksanaan. Sedangkan guru memegang peranan yang cukup penting
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dan guru adalah
perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya (Mulyasa 2005).
Hakikatnya, kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan
kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seseorang guru akan nampak pada
situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan
dalam menjalankan tugas dan cara atau kualitas dalam melaksanakan kegiatan
atau tugas tersebut. Kinerja guru berkaitan dengan proses belajar mengajar, yaitu
kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi
yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup suasana kognitif,

12

afektif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan
perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar mencapai tujuan
pengajaran. Guru harus memiliki kemampuan merencanakan pengajaran,
menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pengajaran, memberikan
pertanyaan kepada peserta didik mengajarkan konsep berkomunikasi dengan
peserta didik, mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar.
Kemampuan mengajar guru yang sesuai dengan tuntutan standar tugas
yang diemban memberikan efek positif bagi hasil yang ingin dicapai seperti
perubahan hasil akademik, sikap, keterampilan peserta didik dan perubahan pola
kerja guru yang makin meningkat sebaliknya jika kemampuan mengajar yang
dimiliki guru sangat sedikit akan berakibat bukan saja menurunkan prestasi
belajar peserta didik tetapi juga menurunkan tingkat kinerja guru itu sendiri.
Adapun yang menunjang kinerja guru, yaitu: (1) Kompetensi Pedagogik, (2)
Kompetensi Kepribadian, (3) Kompetensi Sosial, dan (4) Kompetensi Profesional
(Agung 2012). Kompetensi Pedagogik berkaitan pada saat guru mengadakan
proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari membuat unsur pembelajaran,
memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Kompetensi
Kepribadian guru sangat penting agar setiap guru memiliki sikap unik, dapat
dibedakan ia dengan guru yang lain. Kepribadian mencakup semua unsur, baik
fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah
laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal
tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan
tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.
Kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki komunikasi sosial baik
dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan
anggota masyarakat. Kemudian dalam Kompetensi profesional mengharuskan
guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang bidang studi yang akan
diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik,
maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan kepribadian yang
unik. Kepribadian guru ini meliputi kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Kemampuan mengajar guru menjadi sangat penting dan menjadi
keharusan bagi guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa kemampuan
mengajar yang baik sangat tidak mungkin guru mampu melakukan inovasi atau
kreasi dari materi yang ada dalam kurikulum yang pada gilirannya memberikan
rasa bosan bagi guru maupun peserta didik untuk menjalankan tugas dan
fungsinya masing-masing.

Hubungan antar Variabel
Menurut Agung (2013), salah satu pihak yang dinilai memiliki peran
penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah adalah
pengawas. Sebagai unsur tenaga kependidikan yang memiliki tugas pokok
memantau, mengawasi, dan mengevalusai penyelenggaraan pendidikan di
sekolah/madrasah terkait dengan hal-hal yang bersifat administrasi maupun
akademik. Seorang pengawas memiliki seperangkat peran dan tugas yang tidak

13

hanya bertujuan mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan di sekolah
secara baik dan terarah, tetapi juga memberi masukan, bimbingan, dan bantuan
kepada kepala sekolah dan guru dalam melaksanaakan tugasnya di sekolah. Ada
tiga hal pokok yang terkait dengan tugas pengawas, yakni melakukan supervisi
manajerial, supervisi akademis, dan supervisi evaluasi.
Tercapainya keberhasilan penyelenggaraan pendidikan diduga tidak cukup
hanya didasari pada pemenuhan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas.
Hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana jalinan hubungan kerja
dari ketiga pihak tersebut. Jalinan kerja yang kurang harmonis, sinergis, dan
kurang mendukung satu sama lain diprediksi akan mempengaruhi kelancaran dan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hubungan kerja ketiga
pihak ibarat tungku yang memiliki peran dan fungsi masing-masing yang perlu
berjalan harmonis dan sinergis dalam menopang pencapaian hasil pendidikan di
sekolah. Diduga, kurang berjalannya peran dan fungsi salah satu pihak akan
mengakibatkan ketimpangan dalam penyelenggaraan pendidikan, yang pada
akhirnya bermuara pada pencapaian hasil yang kurang memuaskan (Agung 2013).
Teori-teori tersebut dapat menjelaskan perihal keterkaitan variabel-variabel yang
menjadi fokus penelitian ini.

Tinjauan Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
Agar penelitian ini lebih terarah pada masalah pokok yang akan ditelaah,
dalam penelitian ini ada beberapa tinjauan hasil penelitian terdahulu yang menjadi
referensi dalam mengembangkan analisis. Lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penelitian terdahulu
No
Peneliti
Topik Penelitian
1. Irmawati (2009)
Meneliti dengan metode deskriptif korelasional dengan
menggunakan tendensi sentral dan tabulasi silang.
Penelitian ini menyimpulkan ada keterkaitan antara
supervisi yang dilakukan kepala sekolah dengan
kinerja guru.
2. Atep Yogaswara Analisis kontribusi kompetensi manajerial kepala
(2010)
sekolah dan sistem informasi kepegawaian terhadap
kinerja mengajar guru. Simpulan dari penelitian ini
adalah terdapat hubungan yang positif dan siginifakan
antara kemampuan manajerial kepala sekolah dan
kinerja guru, terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara sistem informasi kepegawaian
terhadap kinerja mengajar guru, terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara kemampuan
manjerial kepala sekolah dan sistem informasi
kepegawaian dari pimpinan terhadap kinerja guru.

14

Lanjutan Tabel 2. Penelitian terdahulu
No
Peneliti
Topik Penelitian
3. Anas
Rupaedi Peran pengawas sekolah sebagai supervisor, advising,
(2012)
monitoring, reporting ,coordinating dan performing
leadership diteliti dengan jenis Mix Method (kuantitatif dan kualitatif). Dari hasil penelitian dan temuan di
lapangan menunjukan bahwa terjadi kesenjangan
peran
pengawas.
Pengawas
sekolah
belum
melaksanakan perannya secara maksimal sebagai
supervisor,
advising,
monitoring,
reporting,
coordinating, dan performing leadership sesuai
dengan tupoksi pengawas.
Engkay Karwati Meneliti tentang bagaimana pengaruh kompetensi
(2012)
manajerial kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap
kinerja guru. Penelitian ini menunjukkan bahwa
kinerja guru berada pada kategori sedang yang artinya
gur belum mampu menunjukkan kinerja ayang baik
salah satunya disebabkan karena belum ditopangnya
kompetensi guru.
Anance Aibekob Meneliti dengan jenis penelitian expost facto dengan
(2012)
desain korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan faktor-faktor yang berkorelasi dengan
kinerja guru diantaranya kompetensi, motivasi dan
supervisi. Peneletian ini menyimpulkan adanya
korelasi anatara faktor-faktor kompetensi, motivasi
dan supervisi bagi para guru.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya diantaranya terkait
dengan variabel penelitian, objek dan pemilihan alat analisis yang digunakan.
Pendekatan analisis SEM dipilih dengan harapan dapat menggali lebih dalam
perihal variabel-variabel yang menjadi objek penelitian.

3 METODE
Kerangka Pemikiran
Peranan pengawas sekolah dan kompetensi manajerial kepala sekolah yang
baik akan berpengaruh terhadap k